Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Menurut C.T. Morgan dalam buku Introduction To Psychology, Belajar adalah
suatu perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku sebagai akibat/hasil dari
pengalaman yang lalu. Ringkasnya ia mengatakan bahwa belajar adalah setiap
perubahan yang relative menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil
dari latihan atau pengalaman siswa mengalami suatu proses belajar.
Menurut Syaiful Bahri Djamarah dalam bukunya Psikologi Belajar pengertian
belajar adalah serangkai kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan
lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotorik.
Secara umum faktor-faktor yag mempengaruhi proses hasil belajar dibedakan atas
dua kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor tersebut saling
memengaruhi dalam proses individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar.
Tugas utama seorang Guru adalah membelajarkan siswa. Ini berarti bahwa bila Guru
bertindak mengajar, maka diharapkan siswa untuk mampu belajar. Hal-hal seperti
berikut, diantaranya Guru telah mengajar dengan baik, ada siswa yang belajar dengan
giat, siswa yang berpura-pura belajar, siswa yang belajar dengan setengah hati,
bahkan adapula siswa yang sesungguhnya tidak belajar. Maka dari itu, sebagai Guru
yang professional harus berusaha mendorong siswa agar belajar dengan baik.

B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang di atas, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai
berikut :
1. Apa saja faktor faktor yang mempengaruhi belajar?
2. Apa saja yang termasuk faktor internal dan eksternal siswa?
3. Pendekatan belajar seperti apa yang dapat mempengaruhi siswa dalam belajar?

C. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi belajar baik dari faktor
internal maupun eksternal siswa
2. Untuk mengetahui Pendekatan belajar seperti apa yang dapat mempengaruhi
siswa dalam belajar

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BELAJAR


Belajar merupakan jalan menuju sukses. Dengan belajar seseorang dapat
mengetahui banyak hal. Setiap manusia di mana saja berada tentu melakukan kegiatan
belajar mengajar. Seorang siswa yang ingin mencapai cita-citanya tentu harus belajar
dengan giat. Bukan hanya di sekolah saja, tetapi juga harus belajar di rumah,
masyarakat, lembaga pendidikan ekstra di luar sekolah, berupa kursus, les privat,
bimbingan studi dan sebagainya (Dalyono, 2007:48).
Belajar merupakan kegiatan penting yang harus dilakukan setiap orang secara
maksimal untuk dapat menguasai atau memperoleh sesuatu. Karena itu, perlu
diketahui seluk-beluk belajar, terutama bagaimana caranya dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya
Prestasi belajar yang dicapai seorang individu merupakan hasil interaksi antara
berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor internal) maupun
dari luar diri (faktor eksternal) individu. Pengenalan terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar penting sekali artinya dalam rangka membantu murid
dalam mencapai prestasi belajar yang sebaik-baiknya. Secara Global, factor factor
yang mempengaruhi belajar siswa dapat kita bedakan menjadi 3 macam, yakni :

1. Faktor Internal (Faktor dari dalam siswa) yakni mencakup keadaan/kondisi jasmani
dan rohani siswa.

2. Faktor Eksternal (Faktor dari luar siswa) , yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa

3. Faktor pendekatan belajar (Approach to learning), Yakni jenis upaya belajar siswa
yang meliputi strategi dan metode yang digunakan untuk melakukan pembelajaran
materi-materi pelajaran.

B. FAKTOR INTERNAL SISWA

Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan
dapat mempengaruhi hasil belajar individu
Faktor yang berasal dari dalam siswa sendiri terbagi menjadi dua aspek, yakni 1)
Aspek Fisiologis ( yang bersisfat jasmaniah ) ; 2) Aspek Psikologis ( yang bersifat
rohaniah ).

1. Aspek Fisiologis

Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat
kebugaran organ-organ tubuh dansendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat
dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah,
apalagi jika disertai pusing kepala berat misalnya : dapat menurunkan kualitas
ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang dipelajarinyapun kurang atau tidak
berbekas. Untuk mempertahankan tonus jasmani agar tetap bugar, siswa sangat

2
dianjurkan mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi . selain itu siswa
dianjurkan memilih pola istirahat dan olahraga ringa yang sedapat mungkin
terjadwal secara tetap dan berkesinambungan. Hal ini penting sebab kesalahan
pola makan-minum dan istirahat akan menimbulkan reaksi tonus yang negative
dan merugikan semangat mental siswa itu sendiri.

Kondisi organ-organ khusus siswa, seperti tingkat kesehatan, indera pendengar


dan indera penglihat juga sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam
menyerap informasi dan pengetahuan, khususnya yang disajikan dikelas . Daya
pendengaran dan penglihatan siswa yang rendah, umpamanya akan menyulitkan
sensory register dalam menyerap item-item informasi yang bersifat echoic dan
iconic (gema dan citra). Akibat negative selanjutnya adalah terhambatnya proses
informasi yangdilakukan oleh system memory siswa tersebut.

Untuk mengatasi kemungkinan timbulnya masalah mata dan telinga diatas,


anda selaku guru yang professional seyogyanya bekerjasama dengan pihak
sekolah untuk memperoleh bantuan pemeriksaan rutin (perodik) dari dinas-dinas
kesehatan setempat. Kiat lain yang tidak kalah penting untuk mengatasi kekurang
sempurnaan pendengaran dan penglihatan siswa-siswa tertentu itu ialah dengan
menempatkan mereka dideretan bangku terdepan secara bijsksana. Artinya anda
tidak perlu menjukan sikap dan alasan (apalagi di depan umum) bahwa mereka
ditempatkan didepan kelas karena kekurang baikan mata dan telinga mereka.
Langkah bijaksana ini perlu diambil untuk mempetahankan Self-esteem dan self-
confidence siswa-siswa khusus tersebut . Kemerosotan Self-esteem dan self-
confidence (rasa percayadiri) seorang siswa akan menimblkan frustasi yang pada
gilirannya cepat atau lambat akan menjadi under-achiever atau mungkin gagal.
Meskipun kapasitas kognitif mereka normal atau lebih tinggi dari pada teman-
temannya.

2. Aspek Psikologis

Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi


kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa, namun diantara factor-
faktor rohaniah siswa yang pada umumnya dipandang lebih esensial itu adalah
sebagai berikut : Tingkat Kecerdasan/Intelegensi Siswa, Sikap Siswa, Bakat
Siswa, Minat Siswa, Motivasi Siswa.

a. Intelegensi Siswa

Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psiko fisik


untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan
cara yang tepat (Reber, 1988). Jadi, Intelegensi sebenarnya bukan persoalan
kualitas otak saja, melaikan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya. Akan
tetapi, memang harus diakui bahwa peran otak dalam hubungannya dengan
intelegensi manusia lebih menonjol daripada peran organ-organ tubuh lainnya,

3
lataran otak merupakan menara pengontrol hampir seluruh aktivitas
manusia.

Tingkat kecerdasan atau Inetelegensi (IQ) siswa tidak diragukan lagi,


sangat mentukan keberhasilan belajar siswa. Ini bermakna, Semakin tinggi
kemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk
meraih sukses. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan intelegensi seorang
siswa maka semakin kecil peluangnya memperoleh sukses.

Para ahli membagi tingkatan IQ bermacam-macam, salah satunya adalah


penggolongan tingkat IQ berdasarkan tes Stanford-Biner yang telah direvisi
oleh Terman dan Merill sebagai berikut:

a) Kelompok kecerdasan amat superior (very superior) merentang antara IQ


140169

b) Kelompok kecerdasan superior merentang antara IQ 120 139

c) Kelompok rata-rata tinggi (high average) merentang antara IQ 110 119

d) Kelompok rata-rata (average) merentang antara IQ 90 109

e) Kelompok rata-rata rendah (low average) merentang antara IQ 80 89

f) Kelompok batas lemah mental (borderline defective) berada pada IQ 70


79

g) Kelompok kecerdasan lemah mental (mentally defective) berada pada IQ 20


- 69, yang termasuk dalam kecerdasan tingkat ini antara lain debil, imbisil,
dan idiot.

Setiap calon guru dan guru professional sepantasnya menyadari


keluarbiasaan intelegensi siswa, baik yang positif seperti superior maupun
yang negative seperti borderline, lazimnya menimbulkan kesulitan belajar
siswa yang bersangkutan. Disatu sisi siswa yang cerdas sekali akan merasa
tidak mendapatkan perhatian yang memadai dari sekolah karena pelajran yang
disajikan terlampau mudah baginya. Akibatnya, ia menjadi bosan dan frustasi
karena tuntutan kebutuhan keingitahuannnya (curiosity) merasa dibendung
secara tidak adil. Di sisi lain, siswa yang bodoh sekali akan merasa sangat
payah mengikuti sajian pelajaran karena terlalu sukar baginya. Karena itu
siswa sangat tertekan, dan akhirnya merasa bosan dan frustasi seperti
yangdialami rekannya yang luar biasa positif tadi.

Untuk menolong siswa yang berbakat, sebaiknya anda menaikan kelasnya


setingkat lebih tinggi dari pada kelasnya sekarang. Kelak, apabila ternyata
dikelas barunya itu dia masih merasa terlalu mudah juga, siswa tersebut dapat
dinaikkan ke tingkat lebih tinggi lagi. Begitu seterusnya, hingga dia
mendapatkan kelas yang tingkat kesulitan mata pelajarannya sesuai dengan

4
tingkat intelegensinya. Apabila cara tersebut sulit ditempuh, alternatuf lain
dapat diambil, misalnya dengan cara menyerahkan siswa tersebut kepada
lembaga pendidikan khusus untuk para siswa berbakat.

Sementara itu untuk menolong siswa yang berkecerdasan di bawah normal,


tak dapat dilakukan sebaliknya yakni dengan menurunkan ke kelas yang lebih
rendah. Sebab cara penurunan kelas seperti ini dapat menimbukan masalah
baru yang bersifat psiko-sosial yang tidak hanya mengganggu dirinya saja,
tetapi juga mengganggu adik-adik barunya.

Oleh karena itu, tindakan yang dipandang lebih bijaksana adalah dengan
cara memindahkan siswa penyandang intelegensi rendah tersebut ke lembaga
pendidikan khusus untuk anak-anak malang, seperti juga lembaga pendidikan
khusus anak-anak cemerlang, dinegara kita baru dikota-kota besar tertentu
saja.

b. Sikap Siswa

Sikap adalah geja internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan


untuk mereaksi atau merespon ( Response tendency) dengancara yang relative
tetap terhadap objek orang, barang dan sebagainya baik secara positif maupun
negatif . Sikap (Attitude) siswa yang positif, terutama kepada anda dan mata
pelajaran yang anda sajikan merupakan pertanda awal yang baik bagi proses
belajar siswa tersebut. Sebaliknya, sikap negative siswa terhadap anda dan
mata pelajaran anda, apalagi jika diiringi kebencian kepada anda atau mata
pelajaran anda dapat enimbulkan kesulitan belajar siswa tersebut. Selain itu,
sikap terhadap ilmu oengetahuan yang conserving , walaupun mungkin tidak
menimbulkan kesulitan belajar, namu prestasi yang dicapai siswa akan kurang
memuaskan.

Untuk mengantisipasi kemungkinan muculnya sikap negative siswa seperti


tersebut diatas, guru dituntut untuk terlebih dahulu menunjukan sikap positif
tethadap dirinya sendiri dan terhadap mata pelajaran yang diampu. Dalam hal
bersikap positif terhadap mata pelajarannya, Seorang guru sangat dianjrkan
untuk senantiasa menghargai dan mencintai profesinya. Guru yang demikian
tidak hanya menguasai bahan-bahan yang terdapat dalam bdang studinya,
tetapi juga mampu meyakinkan kepada siswa akan manfaat akan manfaat
bidang studi itu bagi kehidupan mereka. Dengan meyakini manfaat bidang
studi tertentu, siswa akan sangat merasa membutuhkannya, dan dari ersaan
butuh itulah diharapkan muncul sikap posistif terhadap bidang studi tersebut
sekaligus terhadap guru yang mengajarkannya.

5
c. Bakat Siswa

Secara umum, bakat (aptitude) adalah kemapuan potensial yang dimiliki


seorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Chaplin,
1972; Reber, 1988). Dengan demikian, sebetulnya setiap orang pasti memiliki
bakat dalam arti kompetensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat
tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. Jadi, secara global bakat itu
mirip dengan intelegensi. Itulah sebabnya seorang anak yang berintelegensi
sangat cerdas (superior) atau cerdas luar biasa (very superior) disebut juga
sebagai talented child yakni anak berbakat.

Dalam perkembangan selanjutnya, bakat kemudian diatikan sebagai


kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak bergantung
pada upaya pendidikan dan latihan. Seorang siswa yang berbakat dalam bidang
elektro, misalnya, akan jauh lebih mudah menyerap informasi, pengetahuan,
dan ketrampilan yang berhubungan dengan bidang tersebut disbanding dengan
siswa lainnya. Inilah yang jemudian di sebut bakat khusus (Specific Aptitude)
yang konon tak dapat dipelajari karena merupakan karunia inborn
(pembawaan sejak lahir).

Sehubungan denga hal diatas, bakat akan dapat mempengaruhi tinggi


rendahnya prestasi belajar bidang-bidang studi tertentu. Oleh karenanya hal
yang tidak bijaksana apabila orang tua memaksakan kehendaknya untuk
menyekolahkan anaknya pada jurusan keahlian tertentu tanpa mengetahui
terlebih dahulu bakat yang dimilki anaknya itu. Pemaksaan kehendak terhadap
seorang siswa, dan juga ketidaksadaran siswa terhadap bakatnya sendiri
sehingga ia memilih jurusan keahlian tertentu yang sebenarnya bukan
bakatnya, akan berpengaruh buruk terhadap inerja akademik (academic
performance) atau prestasi belajarnya.

d. Minat Siswa

Secara sederhana, minat (interest) berarti kecebnderungan dan kegairahan


yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber
(1988), minat tidak termasuk istilah popular dam psikologi karena
ketergantungannya yang banyak oada factor-faktor internal lainnya seperti;
pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan.

Namun terlepas dari masalah popular atau tidaknya , minat seperti yang
dipahami dan dipaki oleh orang selama ini dapat mempengaruhi kualitas
pencapaian hasil belajr siswa dalam bidang-bidang studi tertentu.
Umpamanya, seorang siswa yang menaruh minat besar terhadap matematika
akan memusatkan perhatiannya dari pada siswa lainnya. Kemudian, karena
pemusatan perhatian yang intensif terhadap materi itulah yang memungkinkan
siswa tadi untuk belajar lebih giat, dan akhirnya mencapai pestasi yang di
inginkan. Guru dalam kaitan ini seyogianya berusaha membangkitkan minat

6
siswa untuk menguasai pengetahuan yang terkandung dalam bidang studinya
dengan cara yang kurang lebih sama dengan kiat membangun sikap posotif
seperti terurai dimuka.

e. Motivasi siswa

Pengertian dasar motivasi ialah keadaan internal organisme baik manusia


maupun hewan yang mendorong untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian ini,
motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah
(Gleitman,1986; Reber,1988).

Dalam perkembangan selanjutnya, motivasi dapat dibedakan menjadi dua


macam, yaitu; 1) Motivasi Intrinsik; 2) Motivasi Ekstrinsik.

Motivasi intrinsik merupakan hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri
siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar.Termauk
dalam motivasi intrinsik siswa adalah persaan menyangi materi dan
kebutuhannya terhadap materi tersebut, misalnya untuk kehidupan masa depan
siswa yang bersangkutan.

Adapun motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari luar
diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan kegiatan belajar.
Pujian dan hadiah, peraturan/tata tertib sekolah, suri tauladan orangtua, guru
dan seterusnya merupakan cintoh-contoh konkret motivasi ekstrinsik yang
dapat menolong siswa untuk belajar. Kekurangan atau ketiadaan motivasi ,
baik yang bersifat internal maupun yang bersifat eksternal akab menyebabkan
kurang bersemangatnya siswa dalam melakukan proses pembelajaran materi-
materi pelajaran baik d sekolah maupun dirumah.

Dalam perspektif psikologi-koignitif, motivasi yang lebih signifikan bagi


siswa adalah motivasi intrinsic, karena lebih murni dan langgeng sertavtidak
bergantung pada dorongan atau pengaruhorang lain. Selanjutnya, dorongan
mencapai prestasidan dorongan memilki pengetahuan dan ketrampilan untuk
masa depan juga member pengaruh kuat dan relatif lebih langgeng di
bandingkan dengan dorongan hadiah atau dorongan keharusan dari irang tua
dan guru.

C. FAKTOR EKSTERNAL SISWA

Faktor Eksternal siswa uga terdiri dari dua macam. Yakni, factor lingkungan
sosial dan factor lingkungan nonsosial.

1. Lingkungan Sosial

Lingkungan social sekolah seperti para guru, para staf administrasi, dan
teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. Paea
guru yang selalu menjukan sikap dan oerilaku yang simpatik dan memperlihatkan

7
suri teladan yang baik dan rajin khususnya dalam hal belajar, midalnya rajin
membaca dan berdiskusi dapat memjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan
belajar siswa.

Selanjutnya yang termasuk lingkungan social siswa adalah masyarakat dan


tetangga serta teman teman sepermainan di sekitar perkampungan siswa tersebut.
Kondisi masyarakat di lingkungan kumuh (slum area)yang serba kekuranganan
dan anak-anak penganggu, misalnya , akan sangt mempengaruhi aktivitas belajar
siswa. Paling tidak, siswa tersebutakan menemukan kesulitan ketika memerlukan
teman belajar atau berdiskusi atau meminjam alat-alat belajar tertentu yang
kebetulan belum dimilikinya.

Lingkungan social yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah


orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat-sifat orang tua, praktik pengelolaan
keluarga, dan demografi keluarga (letak rumah), semuanya dapat member
dampak baik maupun dampak buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang di
capai oleh siswa. Contoh; kebiasaan yang diterapkan orang tua siswa dalam
mengelola keluarga(Family management practices) yang keliru, seperti kelalaian
orang tua dalam memonitor kegiatan anak, dapat menimbulkan dampak lebih
buruk lagi. Dalam hal ini, bukan saa anak tidak mau belajar melainkan juga ia
cenderung berperilaku menyimpang. Terutama perilaku menyimpang yang berat
seperti anti social (Patterson & Loeber,1984).

2. Lingkungan Non Sosial

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah:


a. Lingkungan Alamiah
Lingkungan alamiah adalah lingkungan tempat tinggal anak didik, hidup, dan
berusaha didalamnya. Dalam hal ini keadaan suhu dan kelembaban udara
sangat berpengaruh dalam belajar anak didik. Anak didik akan belajar lebih
baik dalam keadaan udara yang segar. Dari kenyataan tersebut, orang
cenderung akan lebih nyaman belajar ketika pagi hari, selain karena daya serap
ketika itu tinggi. Begitu pula di lingkungan kelas. Suhu dan udara harus
diperhatikan. Agar hasil belajar memuaskan. Karena belajar dalam keadaan
suhu panas, tidak akan maksimal.
b. Faktor instrumental
Yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam. Pertama,
hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat belajar,fasilitas belajar, lapangan
olah raga dan lain sebagainya. Kedua, software, seperti kurikulum sekolah,
peraturan-peraturan sekolah, bukupanduan, silabi dan lain sebagainya.
c. Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa)
Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa begitu
juga dengan metode mengajar guru, disesuaikan dengan kondisi
perkembangan siswa. Karena itu, agar guru dapat memberikan kontribusi yang
postif terhadap aktivitas belajr siswa, maka guru harus menguasai materi

8
pelajaran dan berbagai metode mengajar yang dapat diterapkan sesuai dengan
kondisi siswa.

D. FAKTOR PENDEKATAN BELAJAR

Faktor pendekatan belajar dapat di pahami sebagai segala cara yang digunakan
siswa dalam menunjang keefektifan dan keefisiensian proses pembelajaran materi
tertentu, meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan
kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran. Strategi dalam hal ini berarti
seperangkat langkah operasional yang di rekayasa sedemikian rupa untuk
memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu (Lawson, 1991).

Disamping faktor-faktor internal dan eksternal siswa sebagai mana yang telah
dipaparkan dimuka, faktor pendekatan belajar juga berpengaruh terhadap taraf
keberhasilan proses belajar siswa tersebut.

Menurut Biggs Pendekatan Belajar dikelompokan menjadi 3 tingkatan:


1. Pendekatan Surface (pendekatan rendah)
Karakteristik dari pendekatan ini yaitu siswa hanya menghindari kegagalan
dan tidak belajar keras. Strateginya memusatkan pada rincian- rincian materi
dan semata-mata mereproduksi secara persis.
2. Pendekatan Deep (pendekatan menengah)
Siswa berusaha memuaskan keingintahuan terhadap isi materi dengan
memaksimalkan pemahaman dengan berpikir, banyak membaca dan diskusi.
3. Pendekatan Achieving (pendekatan tinggi)
Melalui pendekatan ini siswa bersaing untuk meraih prestasi tertinggi dengan
mengoptimalkan pengaturan waktu dan usaha belajar (study skills).

Faktor-faktor diatas dalam banyak hal sering saling berkaitan dan mempengaruhi
satu sama lain. Seorang siswa yang bersikap conserving terhadap ilmu pengetahuan
atau bermotif ekstrinsik (factor eksternal ) umpamanya, biasanya cenderung
mengambil pendekatan belajar yang sederhana dan tidak mendalam. Sebaliknya,
seorang siswa yang berintelegensi tinggi (factor internal) dan mendapat dorongan
posistif dari orang tuanya (Factor eksternal), mungkin akan memilih pendekatan
belajar yang lebih mementingkan kualitas hasil pembelajaran. Jadi, karena pengaruh
factor-faktor tersebut diataslah , muncul siswa yang high- achievers (berprestasi
tinggi) dan under-achievers (berprestasi rendah) arau gagal sama sekali. Dalam hal
ini, seorang guru yang kompeten dan professional dharapkan mampu mengantisipasi
kemungkinan-kemungkinan munculnya kelompok siswa yang menunjukan kegagalan
dengan berusha mengetahui dan mengatasi factor yang menghambat proses belajar.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Faktor- faktor yang mempengaruhi proses belajar terdiri atas faktor internal dan
eksternal. Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan
dapat mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi faktor
fisiologis dan faktor psikologis. Sedangkan faktor eksternal yang memengaruhi balajar
dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor lingkungan sosial dan factor
lingkungan nonsosial.
Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi
fisik individu. Faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat
mempengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama mempengaruhi
proses belajar adalah kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap dan bakat.
Faktor-faktor eksternal yang meliputi lingkungan social diantaranya faktor sekolah,
masyarakat, dan keluarga. Sedangkan faktor eksternal lingkungan non-sosial diantaranya
lingkungan alamiah, instrumental, dan mata pelajaran.
Disamping faktor-faktor internal dan eksternal siswa sebagai mana yang telah
dipaparkan dimuka, faktor pendekatan belajar juga berpengaruh terhadap taraf
keberhasilan proses belajar siswa tersebut.
Faktor pendekatan belajar dapat di pahami sebagai segala cara yang digunakan
siswa dalam menunjang keefektifan dan keefisiensian proses pembelajaran materi
tertentu, meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan
pembelajaran materi-materi pelajaran.

B. Saran
Kita sebagai pelajar dan calon pendidik harus lebih memahami bagaimana tata cara
mendidik anak didik kita. Baik itu dilihat dari segi psikologis, psikis khususnya
sosiologis agar cita-cita pengoptimalisasian upaya belajar mengajar dapat terealisasi
dengan sempurna.

C. Kata Penutup

Demikianlah makalah yang telah kami susun, semoga makalah ini dapat
memberikan pengetahuan mengenai Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Belajar serta
bermanfaat bagi para mahasiswa dan mahasiswi. Kami selaku penyusun meminta maaf
apabila dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangan, kami mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari para pembaca agar dalam penyusunan makalah
selanjutnya dapat tersusun lebih baik.

10
DAFTAR PUSTAKA

Syah, Muhibbin. 2013. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Portal Tadib Vol XVI Edisi Juni 2011. diakses pada 30 November 2017.

Suryabrata, Sumadi. 1984. Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rajawali.

11

Anda mungkin juga menyukai