PENDAHULUAN
1
bidang pertanian yang kita ketahui bahwa sebagian besar wilayah Nusa
Tenggara Timur merupakan daratan yang terdiri dari kepulauan yang
memiliki iklim yang kering, dengan musim hujan relatif kecil. Curah
hujan terbesar dalam kurun waktu kurang lebih 5 bulan yakni dari bulan
November sampai Maret dan bulan April sampai Oktober merupakan
musim kemarau. Penduduk NTT sebagian besar bermata pencaharian
sebagai petani, akan tetapi penduduk NTT selalu merasa kekurangan
akan kebutuhan pangan (beras), dan selalu mendatangkan beras dari luar
NTT, terutama di Kabupaten Lembata. Wilayah administrasi terdiri
dari 9 Kecamatan, dan 34 Kelurahan, serta 140 Desa yang bermata
pencaharian sebagai petani.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.38 tahun 2007 tentang
pembagian urusan pemerintahan antara Pemerintah daerah Provinsi dan
Pemerintah daerah Kabupaten/Kota disebutkan bahwa kewenangan
pengembangan dan rehabilitasi jaringan irigasi tingkat usaha tani dan
jaringan irigasi desa menjadi kewenangan dan tanggung jawab instansi
tingkat kabupaten/kota yang menangani urusan pertanian. Mengingat
sebagian besar pemerintah kabupaten/kota dan perkumpulan petani
pemakai air sampai saat ini belum dapat menjalankan tanggung
jawabnya, maka Pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Prasarana
dan Sarana Pertanian (Ditjen PSP) berusaha untuk membantu
meningkatkan pemberdayaan petani pemakai air dalam pengelolaan
jaringan irigasi melalui kegiatan Pengembangan Jaringan.
Pemerintah Kabupaten Lembata dalam hal ini Dinas Pekerjaan
Umum, Penataan Ruang dan Perhubungan (Sumber Daya Air)
Kabupaten Lembata merencanakan dan melaksanakan pekerjaan
peningkatan jaringan irigasi D.I Wainili yang pelaksananya dikerjakan
oleh CV. Hasrat Bahagia dan di bawah Pengawasan Dinas Pekerjaan
Umum, Penataan Ruang dan Perhubungan (Sumber Daya Air), sesuai
dengan perjanjian kontrak pelaksanaan proyek Peningkatan jaringan
irigasi yang dilaksanakan selama 150 (seratus lima puluh) hari kalender
terhitung mulai dari tanggal 05 Juni 2017 sampai dengan
2
tanggal 01 November 2017 yang berlokasi di Desa Nilanapo
Kecamatan Omesuri Kabupaten Lembata.
Dalam penjelasan diatas kaitannya dengan Praktek Kerja
Lapangan (PKL) yang dilaksanakan dari tanggal 28 Agustus 2017
sampai dengan tanggal 06 Oktober 2017 yang merupakan program
belajar mengajar di Politeknik Negeri Kupang, dimana dari Lembaga
Pendidikan Tinggi ini menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM)
yang memiliki kemampuam profesional di berbagai bidang ilmu
pengetahuan dan seni serta mengupayakan penggunaanya untuk
mendukung pembangunan Nasional untuk kehidupan masyarakat
Indonesia pada umumnya.
Penulis mengambil judul Tinjauan Pelaksanaan Pekerjaan
Sekunder Pada Pekerjaan peningkatan Jaringan Irigasi D.I Wainili
Kecamatan Omesuri Kabupaten Lembata Nusa Tenggara Timur
karena sesuai dengan kemampuan sehingga penulis ingin lebih
mengetahui konstruksi jaringan irigasi pada umumnya dan Saluran
Sekunder pada khususnya serta dapat mengetahui situasi di lapangan.
1.2. Permasalahan
Berdasarkan uraian latar belakang yang ada maka dapat
dirumuskan dalam praktek kerja lapangan (PKL) sebagai berikut :
Bagaimana proses pelaksanaan pekerjaan Peningkatan jaringan
irigasi di Kabupaten Lembata, khususnya pada pekerjaan saluran
sekunder D.I Wainili Kecamatan Omesuri.
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan PKL
Tujuan daripada penulisan laporan ini adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa membandingkan dasar teori yang didapat pada
perkuliahan dengan kenyataan di lapangan
2. Menambah wawasan berfikir kearah lokasi tempat kerja
dikemudian hari
3. Menambah pemahaman akan etos kerja pada lokasi PKL
3
4. Mendapatkan pengalaman homogenisasi dengan para
pekerja di lokasi PKL
5. Membiasakan diri bermasyarakat diluar kampus
6. Aplikasi mata kuliah tata tulis laporan dalam pembuatan
laporan PKL
7. Untuk memenuhi tuntutan kurikulum Politeknik Negeri
Kupang yang mana mahasiswa diharuskan mengikuti
Praktek Kerja Lapangan (PKL) dalam kurun waktu yang
telah ditentukan.
1.3.2. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan laporan ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui cara pelaksanaan pekerjaan saluran sekunder pada
daerah irigasi Wainili
2. Menghitung volume pekerjaan saluran sekunder pada daerah
irigasi Wainili
3. Agar mahasiswa mampu membandingkan ilmu yang diperoleh
dibangku perkuliahan dengan mekanisme pekerjaan pasangan
batu untuk saluran sekunder pada D.I. Wainili
1.4. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari praktek kerja lapangan ini adalah :
1. Dengan adanya pelaksanaan pekerjaan Peningkatan jaringan
Irigasi D.I. Wainili ini penulis dapat melaksanakan Praktek Kerja
Lapangan dengan baik dan memahami setiap item pekerjaan yang
dilaksanakan di lapangan.
2. Penulis dapat melihat secara langsung mekanisme pelaksanaan
pekerjaan jaringan irigasi khususnya Saluran sekunder D.I. Wainili
4
1.5 Ruang Lingkup PKL
Mengingat waktu PKL yang sangat terbatas dan item pekerjaan
yang banyak, maka peninjauan pelaksanaan pekerjaan yang diambil
adalah Tinjauan Pelaksanaan Pekerjaan saluran sekunder yang meliputi
pekerjaan :
a. Pekerjaan pasangan saluran
b. Pekerjaan Plesteran
5
BAB II
LANDASAN TEORI
6
1.2. Fungsi Irigasi
Adapun fungsi irigasi di antaranya :
1. Memasok kebutuhan air tanaman
2. Menjamin ketersediaan air apabila terjadi betatan
3. Menurunkan suhu tanah
4. Mengurangi kerusakan akibat erosi
5. Melunakkan lapisan keras pada saat pengolahan tanah
1.3. Tujuan Irigasi
Tujuan irigasi pada suatu daerah adalah upaya untuk penyediaan dan
pengaturan air untuk menunjang pertanian, dari sumber air ke daerah yang
memerlukan dan mendistribusikan secara teknis dan sistematis
(R.Gandakoesuma, 1981: 04).
1.4. Manfaat Irigasi
Adapun manfaat suatu sistem irigasi adalah:
a. Untuk membasahi tanah, yaitu membantu pembasahan tanah pada
daerah yang curah hujannya kurang atau tidak menentu.
b. Untuk mengatur pembasahan tanah, yang dimaksudkan agar daerah
pertanian dapat diairi sepanjang waktu, baik pada musim kemarau
maupun pada musim penghujan.
c. Untuk menyuburkan tanah, yaitu dengan mengalirkan air yang
mengandung lumpur pada daerah pertanian sehingga dapat menerima
unsur-unsur penyubur.
d. Untuk kolmatse, yaitu meninggikan tanah yang rendah (rawa) dengan
endapan lumpur yang dikandung oleh air irigasi.
e. Untuk penggelontoran air di kota, yaitu dengan menggunakan air irigasi,
kotoran/sampah di kota digelontor ke tempat yang telah disediakan dan
selanjutnya dibasmi secara alamiah
f. Pada daerah dingin, dengan mengalirkan air yang suhunya lebih tinggi
daripada tanah, dimungkinkan untuk mengadakan pertanian juga pada
musim tersebut.
7
1.5. Sistem dan Klasifikasi Jaringan Irigasi
Jaringan irigasi adalah saluran dan bangunan yang merupakan satu
kesatuan dan diperlukan untuk pengaturan air irigasi, mulai dari penyediaan,
pengambilan, pembagian, pemberian, dan penggunaannya (Voughan E.
Hansen, 1992 : 03).
Dalam perkembangannya, irigasi dibagi menjadi 3 tipe, yaitu :
1. Irigasi Sistem Gravitasi
Irigasi gravitasi merupakan sistem irigasi yang telah lama dikenal dan
diterapkan dalam kegiatan usaha tani. Dalam sistem irigasi ini, sumber
air diambil dari air yang ada di permukaan bumi yaitu dari sungai,
waduk dan danau di dataran tinggi. Pengaturan dan pembagian air irigasi
menuju ke petak-petak yang membutuhkan, dilakukan secara gravitatif.
2. Irigasi Sistem Pompa
Sistem irigasi dengan pompa bisa dipertimbangkan, apabila pengambilan
secara gravitatif ternyata tidak layak dari segi ekonomi maupun teknik.
Cara ini membutuhkan modal kecil, namun memerlukan biaya
eksploitasi yang besar.
3. Irigasi Pasang-Surut
Yang dimaksudkan dengan sistem irigasi pasang - surut adalah suatu tipe
irigasi yang memanfaatkan pengempangan air sungai akibat peristiwa
pasang - surut air laut. Areal yang direncanakan untuk tipe irigasi ini
adalah areal yang mendapat pengaruh langsung dari peristiwa pasang-
surut air laut.
Klasifikasi jaringan irigasi bila ditinjau dari cara pengaturan, cara
pengukuran aliran air dan fasilitasnya, (Sumber : Kriteria Perencana
Irigasi KP 01) dibedakan atas tiga tingkatan yaitu:
a. Jaringan irigasi sederhana
b. Jaringan irigasi semi teknis
c. Jaringan irigasi teknis
8
Tabel 2.1. Klasifikasi Jaringan Irigasi
9
Gambar 2.1 Skematis contoh jaringan irigasi sederhana
10
Gambar 2.2 Skematis contoh jaringan irigasi semi teknis
11
Gambar 2.3 Skematis contoh jaringan irigasi teknis
12
Jaringan irigasi teknis terdiri dari :
a. Petak tersier
Petak tersier terdiri dari beberapa petak kuarter masing-
masing seluas kurang lebih 8 sampai dengan 15 hektar. Pembagian
air, eksploitasi dan pemeliharaan di petak tersier menjadi
tanggungjawab para petani yang mempunyai lahan di petak yang
bersangkutan dibawah bimbingan pemerintah. Petak ini menerima
air irigasi yang dialirkan dan diukur pada bangunan sadap (off take)
tersier yang menjadi tanggung jawab Dinas Pengairan. Bangunan
sadap tersier mengalirkan airnya ke saluran tersier.
b. Petak sekunder
Petak sekunder terdiri dari beberapa petak tersier yang
semuanya dilayani oleh satu saluran sekunder. Biasanya petak
sekunder menerima air dari bangunan bagi yang terletak di saluran
primer atau sekunder. Batas-batas petak sekunder pada umumnya
berupa tanda topografi yang jelas misalnya saluran drainase. Luas
petak sekunder bisa berbeda-beda, tergantung pada situasi daerah.
c. Petak primer
Petak primer terdiri dari beberapa petak sekunder yang
mengambil langsung air dari saluran primer. Petak primer dilayani
oleh satu saluran primer yang mengambil air langsung dari bangunan
penyadap. Daerah di sepanjang saluran primer sering tidak dapat
dilayani dengan mudah dengan cara menyadap air dari saluran
sekunder. Apabila saluran primer melewati sepanjang garis tinggi
daerah saluran primer yang berdekatan harus dilayani langsung dari
saluran primer.
1.6. Bangunan Irigasi
Keberadaan bangunan irigasi diperlukan untuk menunjang
pengambilan dan
pengaturan air irigasi. Beberapa jenis bangunan irigasi yang sering dijumpai
dalam praktek irigasi antara lain :
a. Bangunan utama
13
b. Bangunan pembawa
c. Bangunan bagi dan sadap
d. Bangunan pengatur dan pengukur
e. Bangunan drainase
f. Bangunan Pelengkap.
A. Bangunan Utama
Bangunan utama dimaksudkan sebagai penyadap dari suatu sumber
air untuk dialirkan ke seluruh daerah irigasi yang dilayani. Berdasarkan
sumber airnya, bangunan utama dapat diklasifikasikan menjadi beberapa
kategori :
1. Bendung
2. pengambilan bebas
3. pengambilan dari waduk
4. stasiun pompa
Bendung
Bendung adalah adalah bangunan air dengan kelengkapannya
yang dibangun melintang sungai atau sudetan yang sengaja dibuat
dengan maksud untuk meninggikan elevasi muka air sungai. Apabila
muka air di bendung mencapai elevasi tertentu yang dibutuhkan,
maka air sungai dapat disadap dan dialirkan secara gravitasi ke
tempat-tempat yang memerlukannya. Terdapat beberapa jenis
bendung, diantaranya adalah :
a. Bendung tetap (weir)
b. Bendung gerak (barrage)
c. Bendung karet (inflamble weir)
Pada bangunan bendung biasanya dilengkapi dengan bangunan
pengelak, peredam energi, bangunan pengambilan, bangunan
pembilas , kantong lumpur dan tanggul banjir.
14
Pengambilan Bebas
Pengambilan bebas adalah bangunan yang dibuat ditepi
sungai menyadap air sungai untuk dialirkan ke daerah irigasi yang
dilayani. Perbedaan dengan bendung adalah pada bangunan
pengambilan bebas tidak dilakukan pengaturan tinggi muka air di
sungai. Untuk dapat mengalirkan air secara gravitasi muka air di
sungai harus lebih tinggi dari daerah irigasi yang dilayani.
(Sumber : Kriteria Perencana Irigasi KP 01)
Pengambilan Dari Waduk
Salah satu fungsi waduk adalah menampung air pada saat
terjadi kelebihan air dan mengalirkannya pada saat diperlukan. Dilihat
dari kegunaannya, waduk dapat bersifat eka guna dan multi guna.
Pada umumnya waduk dibangun memiliki banyak kegunaan seperti
untuk irigasi, pembangkit listrik, peredam banjir, pariwisata dan
perikanan. Apabila salah satu kegunaan waduk untuk irigasi, maka
pada bangunan outlet dilengkapi dengan bangunan sadap untuk
irigasi. Alokasi pemberian air sebagai fungsi luas daerah irigasi yang
dilayani serta karakteristik waduk.
Stasiun Pompa
Bangunan pengambilan air dengan pompa menjadi pilihan
apabila upaya-upaya penyadapan air secara gravitasi tidak
memungkinkan untuk dilakukan, baik dari segi teknik maupun
ekonomis. Salah satu karakteristik pengambilan irigasi dengan pompa
adalah investasi awal yang tidak begitu besar namun biaya operasi
dan eksploitasi yang sangat besar.
B. Bangunan Pembawa
Bangunan pembawa mempunyai fungsi membawa / mengalirkan
air dari sumbernya menuju petak irigasi. Bangunan pembawa meliputi
saluran primer, saluran sekunder, saluran tersier dan saluran kwarter.
Termasuk dalam bangunan pembawa adalah talang, gorong-gorong,
siphon, tedunan dan got miring. Saluran primer biasanya dinamakan
sesuai dengan daerah irigasi yang dilayaninya. Sedangkan saluran
15
sekunder sering dinamakan sesuai dengan nama desa yang terletak pada
petak sekunder tersebut.
Berikut ini penjelasan berbagai saluran yang ada dalam suatu
sistem irigasi:
1. Saluran Primer
Yaitu saluran yang paling hulu berasal dari bendung,
kecepatan air pada saluran induk diusahakan agar supaya tidak
terlalu cepat dan tidak terlalu lambat. Batas ujung saluran induk
adalah bangunan bagi yang membagi air irigasi ke saluran sekunder.
(Anonim 2011 :IV-15)
Gambar 2.4 Saluran Primer
(Sumber : http//www.google.co.id/URL)
2. Saluran Sekunder
Yaitu cabang saluran induk, kecepatan air pada saluran induk
diusahakan agar supaya tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat.
Batas ujung sekunder adalah bangunan sadap yang membagi air
irigasi ke saluran tersier atau saluran kuarter. (Anonim 2011 :IV-
15,16)
16
Gambar 2.5 Saluran sekunder
(Sumber : http//www.google.co.id/URL)
3. Saluran Tersier
Yaitu cabang cabang saluran sekunder, kecepatan air pada
saluran induk diusahakan agar supaya tidak terlalu cepat dan tidak
terlalu lambat. Batas ujung saluran tersier adalah bangunan box
tersier yang membagi air irigasi ke saluran
kuarter yang langsung menuju ke sawah. (Anonim 2011 :IV-16)
Gambar 2.6 Saluran Tersier
(Sumber : http//www.google.co.id/URL)
.
17
4. Saluran Kuarter
Yaitu cabang saluran tersier, kecepatan air pada saluran induk
diusahakan agar supaya tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat.
Saluran ini biasanya terdiri dari saluran tanah, karena saluran kuarter
biasanya diserahkan pengelolaanya pada petani atau P3A. Batas
ujung saluran tersier adalah bangunan box kuarter yang membagi air
irigasi ke saluran sub kuarter yang langsung menuju ke sawah.
(Anonim 2011 :IV-16,17)
Gambar 2.7 Saluran Kuarter
(Sumber : http//www.google.co.id/URL)
5. Bangunan Talang
Bangunan talang adalah bangunan persilangan yang dibuat
untuk melintaskan saluran irigasi dengan saluran pembuangan alam,
sungai, cekungan, jalan, dan lain-lain.(Erman Mawardi 2007,III-52)
18
6. Bangunan sifon
Bangunan sifon adalah bangunan silang untuk melintaskan
saluran irigasi di bawah dasar sungai atau jalan. Ini dibuat apabila
muka air saluran irigasi hanya sedikit lebih tinggi dari pada muka air
banjir sungai yang dilewati.(Erman Mawardi 2007,III-58 )
Gambar.2.8.Bangunan sifon
(Sumber : http//www.google.co.id/URL)
7. Gorong gorong
Gorong gorong adalah salah satu bangunan air pada
persilangan untuk menyalurkan air yang lewat dari satu sisi jalan ke
sisi jalan yang lain atau untuk mengalirkan air pada persilangan dua
buah saluran dengan tinggi muka air yang berbeda pada kedua
saluran tersebut.(Erman Mawardi 2007,III-62)
Gambar.2.9.Duiker dan gorong-gorong
(Sumber : http//www.google.co.id/URL)
19
C. Bangunan Bagi dan Sadap
Bangunan bagi merupakan bangunan yang terletak pada saluran
primer, sekunder dan tersier yang berfungsi untuk membagi air yang
dibawa oleh saluran yang bersangkutan. Khusus untuk saluran tersier
dan kuarter bangunan bagi ini masing-masing disebut boks tersier dan
boks kuarter. Bangunan sadap tersier mengalirkan air dari saluran primer
atau sekunder menuju saluran tersier penerima. Dalam rangka
penghematan bangunan bagi dan sadap dapat digabung menjadi satu
rangkaian bangunan.
Bangunan bagi pada saluran-saluran besar pada umumnya
mempunyai 3 (tiga) bagian utama, yaitu :
a. Alat pembendung, bermaksud untuk mengatur elevasi muka air sesuai
dengan tinggi pelayanan yang direncanakan.
b. Perlengkapan jalan air melintasi tanggul, jalan atau bangunan lain
menuju saluran cabang. Konstruksinya dapat berupa saluran terbuka
ataupun gorong-gorong. Bangunan ini dilengkapi dengan pintu
pengatur agar debit yang masuk saluran dapat diatur.
c. Bangunan ukur debit, yaitu suatu bangunan yang dimaksudkan untuk
mengukur besarnya debit yang mengalir.
D. Bangunan Pengatur dan Pengukur
Agar pemberian air irigasi sesuai dengan yang direncanakan, perlu
dilakukan pengaturan dan pengukuran aliran di bangunan sadap (awal
saluran primer), cabang saluran jaringan primer serta bangunan sadap
primer dan sekunder. Bangunan pengatur muka air dimaksudkan untuk
dapat mengatur muka air sampai batas-batas yang diperlukan untuk
dapat memberikan debit yang konstan dan sesuai dengan yang
dibutuhkan. Sedangkan bangunan pengukur dimaksudkan untuk dapat
member informasi mengenai besar aliran yang dialirkan, bangunan
pengukur dapat juga berfungsi sebagai bangunan pangatur.
Beberapa contoh bangunan pengukur debit diberikan pada Tabel 2.2
20
Tabel 2.2. Beberapa Jenis Alat Ukur Debit
E. Bangunan Drainase
21
F. Bangunan Pelengkap
Sebagaimana namanya, bangunan pelengkap berfungsi sebagai
pelengkap bangunan-bangunan irigasi yang telah disebutkan
sebelumnya. Bangunan pelengkap berfungsi untuk memperlancar para
petugas dalam eksploitasi dan pemeliharaan. Bangunan pelengkap dapat
juga dimanfaatkan untuk pelayanan umum.
Jenis-jenis bangunan pelengkap antara lain jalan inspeksi, tanggul,
jembatan penyebrangan, tangga mandi manusia, sarana mandi hewan,
serta bangunan lainnya.
22
BAB III
TINJAUAN PELAKSANAAN
23
a. SNVT : Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang
dan Perhubungan
b. Kegiatan : Optimalisasi Fungsi Jaringan di Wainili
c. Pekerjaan : Peningkatan Jaringan Irigasi D.I. Wainili
d. Nilai Kontrak : Rp. 1.505.000.000,- (Satu Miliyard Lima
Ratus Lima Juta Rupiah
e. Nomor Kontrak : DPUPRP/SP.01/D.I.WAINILI/SDA-
PPK/VI/2017
f. Tanggal Kontrak : 05 Juni 2017
g. Sumber Dana : DAK
h. Waktu Pelaksanaan : 150 (Seratus Lima Puluh) Hari Kalender
i. Kontraktor Pelaksana : CV. Hasrat Bahagia
j. Konsultan Pengawas : CV. Flobamora Design
k. Tahun Anggaran : 2017
b.
3.1.2. Ruang Lingkup Pekerjaan Proyek
Secara garis besar, pelaksanaan pekerjaan jaringan irigasi D.I
Wainili terdiri dari beberapa item pekerjaan yaitu :
A. Pekerjaan persiapan
Pekerjaan persiapan meliputi:
1. Mobilisasi
2. Pekerjaan uitser trase saluran
3. Pekerjaan Profil melintang galian tanah
B. Pekerjaan Tanah
Pekerjaan Tanah meliputi:
1. Pekerjaan galian tanah berbatu
C. Pekerjaan Pasangan dan Beton Saluran
1.` Pekerjaan Saluran Primer (Target panjang 891 M)
a. Pekerjaan pasangan saluran ( 1 Pc : 3 Psr )
b. Pekerjaan plesteran ( 1 Pc : 3 Psr )
2. Pekerjaan saluran sekunder (Target panjang 264 M)
a. Pekerjaan pasangan saluran ( 1 Pc : 3 Psr )
24
b. Pekerjaan plesteran ( 1 Pc : 3 Psr )
3. Plesteran Bangunan sadap
a. Pas. Bangunan sadap Primer ( 1 Pc : 3 Psr )
b. Pekerjaan Plesteran ( 1 Pc : 3 Psr )
c. Pas. Bangunan sadap sekunder ( 1 Pc : 3 Psr )
d. Pekerjaan Plesteran ( 1 Pc : 3 Psr )
4. Pekerjaan Plat Penyeberangan ( 3 Buah )
a. Beton mutu sedang dengan fc = 20 Mpa (K-250)
b. Baja tulangan BJ 24 polos
5. Pekerjaan Talang Air
a. Pekerjaan pasangan pondasi ( 1 Pc : 3 Psr )
b. Beton mutu sedang dengan fc = 20 Mpa (K-250)
c. Baja tulangan BJ 24 polos
D. Pekerjaan Bangunan Pelengkap
1. Pekerjaan Pintu Air
a. Pintu Air 40 x 40 (tinggi rangka 119 cm)
b. Pintu Air 70 x 70 (tinggi rangka 145 cm)
c. Pintu Air 70 x 70 (tinggi rangka 175 cm)
E. Pekerjaan Konstruksi
Pekerjaan konstruksi meliputi :
1. Pekerjaan pengukuran
Sebelum memulai pekerjaan, terlebih dahulu
dilaksanakan pengukuran terhadap lokasi agar sesuai dengan
kebutuhan tanah. Bagian pekerjaan yang di ukur meliputi
pekerjaan saluran sekunder sepanjang 150 meter. Alat yang
digunakan adalah meteran statip. Bila hasil pengukuran di
lapangan berbeda dengan yang ada pada gambar rencana
maka toleransi diijinkannya pasangan patok batu harus
disetujui oleh pimpro dan berdasarkan hasil pengukuran
tersebut dibuat gambar kerja/shop drawing yang harus
disetujui oleh pimpro. Gambar kerja yang telah disetujui
tersebut selanjutnya dipasang tanda berupa patok,
25
pemasangan patok harus kuat dengan permukaan yang rata
kemudian diberi tanda yang jelas.
2. Pekerjaan galian dan Perapihan tanah
Untuk pelaksanaan pekerjaan galian tanah
dilaksanakan dengan menggunakan alat berat (Exavator)
yang menggali tanah dengan panjang saluran sekunder
150 m, lebar 1,20 m, dan kedalaman 0,40 m. Hasil galian
tersebut biasanya ditimbun kembali disekitar lokasi pekerjaan
dan untuk perapian hasil bekas galian dilaksanakan dengan
tenaga manusia dengan alat bantu skop/pacul.
3. Urugan Kembali
Sebelum melaksanakan urugan kembali, pada muka
pasangan batu yang tidak kelihatan, pasangan batu harus
diplester kasar, dengan adukan 1 pc : 3 psr setebal 2 cm.
Urugan tidak boleh dilaksanakan sebelum mendapat
persetujuan Direksi Pekerjaan dan bahan urugan harus pasir
yang kasar dan mudah dilalui air. Kerikil yang teratur
ukurannya sehingga dapat mencegah kehilangan pasir, harus
dipasang pada akhir lubang pembuangan air.
Hasil galian tanah dapat dipakai dalam batas-batas
dan lingkup proyek bilamana memungkinkan harus
digunakan secara efektif untuk formasi urugan. Bila tanah
galian tidak memenuhi persyaratan dalam spesifikasi maka
timbunan didatangkan dari tempat lain. Bahan yang
digunakan tidak termasuk bahan expansif yang memiliki nilai
aktif lebih besar dari 1,25 dan tanah yang berplastisitas
tinggi. Sebelum di urug pada setiap tempat, semua bahan
yang tidak diperlukan harus dibersihkan dan dibuang. Urugan
dilakukan lapis demi lapis dengan ketebalan maksimum 25
cm apabila tanah terlalu kering maka disiram air sebelum
dipadatkan. Setelah material dihampar maka dipadatkan
26
dengan Stamper sampai padat betul dan dilanjutkan lapis
demi lapis sampai memenuhi elevasi yang ditentukan.
4. Pekerjaan pasangan batu kali
Pekerjaan pasangan batu kali yang dilaksanakan
pada pekerjaan saluran sekunder dengan panjang keseluruhan
150 meter, lebar pasangan 1,20 m, dan tinggi pasangan 0,70
m. Pekerjaan ini dilaksanakan harus sesuai dengan gambar
rencana yang ada, dengan memperhatikan ketentuan-
ketentuan yang sudah ada. Diantaranya pemasangan batu
kali/batu gunung yang dipilih harus bersih, keras, dengan
dimensi tanpa bagian yang retak, rata, dan licin atau lonjong
bentuknya dan jika disusun bisa saling mengunci, dengan
ukuran perbandingan 1Pc : 3 Psr. Batu yang digunakan
beragam ukuran sehingga kalau dipasang saling menutupi.
Setiap batu harus mempunyai berat antara 6 kg 25 kg, batu
yang lebih kecil dapat dipakai atas persetujuan Direksi.
Ukuran maksimum harus harus memperhatikan tebal dinding
tetapi harus memperhatikan batasn berat seperti tersebut
diatas.
5. Pekerjaan plesteran
Pekerjaan plesteran dilakukan setelah pekerjaan
pasangan dengan batu kali selesai, yang mana pekerjaan ini
dilakukan pada pelaksanaan pekerjaan saluran sekunder
sepanjang 150 m, lebar saluran 0,20 m, dan tinggi plesteran
0,70 m. dengan ukuran perbandingan campuran bahan adalah
1 Pc : 3 Psr.
6. Pekerjaan beton tanpa tulangan
Pekerjaan beton tanpa tulangan ini adalah pekerjaan
pengecoran pada lantai dasar saluran sekunder dan boks bagi.
Pekerjaan ini dilakukan dengan tenaga manusia.
7. Pengadaan pengangkutan dan pemasangan pintu angkat pada
boks bagi.
27
8. Finishing
Pekerjaan finishing ini dilakukan setelah semua
pekerjaan selesai, pekerjaan tersebut meliputi :
a. Pembuatan prasasti
b. Pengecetan
c. Perapihan Pembersikan kembali lokasi pekerjaan
Adapun peralatan dan bahan yang digunakan dalam pekerjaan peningkatan
jaringan irigasi ini adalah sebagai berikut:
A. Alat
1. Skop
Untuk menyekop pasir,mengangkut mortar kedalam ember untuk dibawa
ketempat yang sudah ditentukan.
2. Ember
Untuk mengambil air, mengukur pasir, dan untuk mengangkat mortar
ketempat pekerjaan.
3. Roll meter
Dipakai oleh para pelaksana/pengawas untuk mengukur atau mengecek
hasil pekerjaan para buruh apakah sesuai dengan gambar kerja atau tidak
4. Sendok spesi
Digunakan untutk menyendok campuran
5. Water pass
Digunakan untuk mengukur kedataran pekerjaan.
B. Bahan
1. Semen
Semen yang digunakan adalah semen Portland, jenis semen yang
digunakan dalam pekerjaan ini adalah semen Kupang.
2. Pasir
Pasir yang digunakan diambil dari sungai atau tambang pasir yang berada
disekitar lokasi proyek, dengan jenis berwarna hitam kecoklatan.
3. Agregat kasar
28
Agregat kasar yang digunakan adalah batu pecah, serta batu kosong (untuk
pasangan batu kali) dengan ukuran maksimal 20-30 cm.
4. Air
Air yang digunakan adalah air bersih dan jernih tidak mengandung
lumpur dan zat organik lainnya yang dapat mempengaruhi kualitas
pekerjaan
29
f. Mempelajari, menganalisa dan memahami semua perencanaan
proyek yang di berikan oleh pemilik proyek
g. Memimpin dan mengarahkan semua kegiatan sesuai rencana
3. Pelaksana
Tugas dan tanggung jawab kepala proyek yaitu :
a. Membantu kepala proyek dalam mengendalikan pelaksanaan
pekerjaan agar tepat quantitas sesuai dengan volume pekerjaan
dalam dokumen kontrak
b. Terlaksananya kegiatan proyek agar volume pekerjaan sesuai
rencana
c. Terselenggaranya pengadministrasian kegiatan kegiatan yang
berkaitan dengan pengendalian volume pekerjaan
d. Menyiapkan metode kerja, alat, bahan, dan tenaga kerja yang tepat
e. Mempelajari, menganalisa dan memahami volume pekerjaan yang
tersedia dalam kontrak dan kebutuhan riil dalapangan
f. Membuat rencana (schedull), mengkoordinasikan dan memantau
pelaksanaan pekerjaan dalapangan
g. Membantu dan mengarahkan proses kegiatan pekerjaan guna
mendapatkan hasil sesuai yang di rencanakan
h. Membuat laporan volume hasil pekerjaan
4. Pembantu Pelaksana
Tugas dan tanggung jawab Pembantu Pelaksana yaitu:
a. Bertanggung jawab kepada pelaksana atas penyelesaian
keseluruhan maupun terhadap kebutuhan perhari
b. Membuat laporan periodik kepada pelaksana
c. Memahami gambar kerja dan spesifikasi teknik sebagai
pedoman dalam memimpin pelaksanaan kerja di lapangan
d. Memimpin pelaksanaan pekerja di lapangan dengan
memperhatikan biaya, mutu dan waktu
e. Membuat program kerja mingguan dan mengadakan
pengarahaan kegiatan harian pada pelaksanaan laporan harian
f. Melakukan koordinasi dengan mitra usaha di lapangan
30
g. Melakukan evaluasi dan membuat laporan hasil pelaksanaan
pekerjaan di lapangan
h. Menyiapkan tenaga kerja dan mengatur pelaksanaan tugas
tenaga kerja tiap harian
i. Mengendalikan pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja (
K3)
j. Membuat laporan harian tentang pelaksanaan kegiatan
pekerjaan di lapangan
k. Memelihara bukti - bukti kerja
5. Petugas Administrasi Teknik
Tugas dan tanggung jawab petugas administrasi teknik yaitu:
a. Menyelenggarakan tata usaha surat menyurat dan tata usaha
pimpinan proyek
b. Menjaga dan mendata aset - aset proyek
c. Melakuankoordinasi terhadap seluruh komponen proyek
d. Menyelenggarakan tata usaha kepegawaian di proyek
e. Memelihara bukti bukti kerja
6. Petugas Logistik
Tugas dan tanggung jawab petugas logistik yaitu:
a. Bertanggung jawab atas seluruh bahan / material lokal
maupun non lokal yang akan digunakan dalam menyelesaikan
pekerjaan sesuai mutu / spesifikasi teknik
b. Melakukan survey dan memberi informasi kepada kepalan
proyek atau pelaksana tentang sumber dan harga bahan serta
sewa alat
c. Menyelenggarakan pembelian bahan sesuai dengan jadwal
pengadaan bahan dan prosedur pembelian
d. Melaksanakan administrasi pergudangan tentang penerimaan,
penyimpanan dan pemakaian bahan (stok gudang tetap
tersedia)
7. Petugas Keuangan
Tugas dan tanggung jawab petugas keuangan yaitu:
31
a. Membuat laporan keuangan administrasi dan logistik proyek,
ikut manajemen penggunaan uang dan logistik
b. Menyelenggarakan verifikasi bukti pembayaran dan
melakukan pembayaran kepada pihak yang terkait
c. Melakukan koordinasi terhadap seluruh komponen proyek
yang terkait bidang keuangan
d. Membuat laporan pertanggung jawab keuangan (berkala)
e. Memelihara bukti bukti kerja
8. Juru Ukur
Tugas dan tanggung jawab Juru Ukur yaitu :
a. Melakukan survey dan memberikan informasi kepada kepala
proyek atau pelaksana tentang situasi lapangan baik existing
maupun rencana
b. Mengukur, menentukan batasan batasan yang berhubungan
dengan volume dan elevasi untuk tiap item pekerjaan selama
pelaksanaan proyek
c. Memelihara alat ukur yang digunakan
32
Gambar 3.2. Struktur Organisasi Proyek CV. Hasrat Bahagia
FLORENTINUS LIDO
Kuasa Direktur
TENAGA KERJA
Mandor
Tukang
Pekerja
33
DAFTAR KUANTITAS DAN HARGA
SPESIFIKASI 2010
Program : Pembangunan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa dan
Jaringan Pengairan Lainnya
Kegiatan : Optimalisasi Fungsi Jaringan Irigasi di Wainili
Pekerjaan : Peningkatan Jaringan Irigasi D.I Wainili
Lokasi : Kecamatan Omesuri
Tahun Anggaran : 2017
I. UMUM
Mobilisasi Ls 28,155,2
1.000
Pekerjaan Uitset trase saluran M1 2,346.400 2,
34
Pek. Pesteran (setara campuran 1PC:3PP) M2 133.705 63,
35
(Sumber: Dokumen Kontrak, Nomor: 38/PPK PENGAIRAN/DPU
TTU/VII/2016)
36
Pekerjaan Galian Tanah Biasa pada saluran sekunder sepanjang 618 m,
lebar 0,60 m, dan kedalaman 0,40 m dengan volume pekerjaan 370,80 m dan
jumlah harga sebesar Rp. 21.241.312,29
3. Pekerjaan Pasangan Batu kali 1 pc : 4 psr
Pekerjaan pasangan batu kali pada saluran sekunder sepanjang 618 m, lebar
1,50 m dan tinggi 0,60 m dengan volume pekerjaan 556,20 m dan jumlah harga
sebesar Rp. 390.357.152,97
4. Pekerjaan Plesteran 1 pc : 3 psr
Pekerjaan plesteran pada saluran sekunder sepanjang 618 m, lebar 1,50 m
dan tinggi 0,60 m dengan volume pekerjaan 1.483,20 m dan jumlah harga
sebesar Rp. 69.879.208,92
37
d) Paku
e) Palu
f) Usuk dan Papan
2. Prosedur Pelaksanaan
a) Pemasangan bowplank sesuai gambar kerja
b) Menggali fondasi bawah saluran pada bagian kiri dan kanan dengan
kedalaman 0.30 m.
c) Penarikan benang atau selang ukur dengan menggunakan tenaga
Manusia dan ukuran atau dimensi sesuai gambar rencana.
d) Memasang tiang-tiang atau usuk-usuk sesuai dimensi saluran pada
gambar kerja
b. Perhitungan volume galian tanah biasa
38
Gambar. 3.3 pasangan batu
Volume total :
= V1 + V2 + V3
= 139,05 m + 139,05 m + 278.1 m
= 556,2 m
39
c. perhitungan Pekerjaan plesteran
40
2. Tanam patok pada lokasi yang telah diukur tadi dan tarik benang
pada patok yang ada serta mulai melakukan galian saluran
3. bersihkan lubang galian tanah dengan menggunakan sekop, buang hasil
galian di tempat yang cukup aman 1 meter dari galian
4. Rapikan lubang galian agar memudahkan untuk pekerjaan selanjutnya,
setelah pembersihan lokasi bekas galian maka diadakan pengukuran
kembali, galian yang tepat ukurannya akan menghemat waktu, tenaga dan
biaya kerja.
41
8. Setelah pemasangan, lakukan kembali pengukuran untuk memastikan
bahwa pekerjaan sesuai gambar kerja.
3.) Pekerjaan Plesteran
1. Pekerjaan aanstamping.
a. Metode kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan serta ambil
kayu/bambu dan benang untuk pembuatan profil aanstamping.
2. Ambillah batu kali dan dibuang di dasar saluran.
3. Sebelumnya, dasar saluran terlebih dahulu dibersihkan dan
diratakan.
4. batu kali disusun sedemikian rupa mengikuti benang acuan.
5. Pekerjaan aanstamping dilaksanakan sesuai dengan gambar
kerja.
6. Setelah pekerjaan, lakukan kembali pengukuran untuk
memastikan bahwa pekerjaan sesuai gambar
42
4. Mortar tersebut dibuat sedemikian rupa mengikuti benang acuan.
5. Pekerjaan lantai dilaksanakan sesuai dengan gambar kerja.
6. Setelah pekerjaan, lakukan kembali pengukuran untuk
memastikan bahwa pekerjaan sesuai gambar kerja.
7. Pekerjaan plesteran saluran.
8. Metode kerja
9. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan serta ambil benang
untuk pembuatan plesteran.
10. Ambillah semen, pasir, dan air kemudian dicampur hingga
spesi menjadi mortar dengan perbandingan spesifikasi 1 PC : 3 Psr.
11. Sebelum diplester, saluran terlebih dahulu dibasahi dengan air.
12. Lemparkan adukan mortar hingga sedemikian rupa mengikuti
benang acuan.
13. Ratakan permukaan lemparan mortar tadi sehingga permukaan
menjadi rapi.
14. Pekerjaan plesteran dilaksanakan sesuai dengan gambar kerja.
15. Setelah pekerjaan selesai, lakukan kembali pengukuran untuk
memastikan bahwa pekerjaan sesuai gambar kerja.
43
mutu yang telah disepakati dengan mutu serta faktor-faktor lain yang
berhubungan dengan kepentingan proyek.
Dalam pengendalian sebuah proyek konstruksi ada 3 aspek pengendalian
yang meliputi:
1. Pengendalian waktu
2. Pengendalian biaya
3. Pengendalian mutu
1.1 Pengendalian Waktu
Pengendalian waktu mempunyai peranan yang sangat penting
dalam pelaksanaan pekerjaan untuk menghindari resiko keterlambatan dan
pembengkakan biaya.Untuk menghindari resiko tersebut diatas maka kontraktor
harus bekerja sesuai dengan time schedule yang telah ditetapkan.Pengendalian
waktu adalah suatu bentuk sistem pengendalian terhadap waktu agar pelaksanaan
proyek berjalan dengan baik dan tepat waktu. Pengendalian waktu meliputi
pengawasan secara teratur terhadap pelaksanaan pekerjaan. Namun sedikit
gambaran dari proyek peningkatan D.I. Kustanis memiliki sebuah kelemahan
dalam proses pengendalian waktu yang mana kegiatan peningkatan proyek dari
awal hingga sampai sekarang masih belum berjalan dengan baik karena kurang
adanya koordinasi antara pemilik tanah dengan pihak kontraktor penyebabnya
karena pemilik tanah tidak mau memberikan tanahnya untuk kegiatan peningkatan
pekerjaan proyek. Dari permasalahan ini, kedua pihak sepakat untuk melakukan
perundingan dan pekerjaan kembali berjalan lancar.
Realisasi pelaksanaan pekerjaan saluran sekunder D.I. Kustanis
meliputi 6 hari kerja. Untuk itu guna memperlancar pelaksanaan kegiatan proyek
telah ditetapkan waktu kerja yang dilaksanakan sebagai berikut:
Pukul 08.00 12.00
Pukul 12.00 13.00 (waktu istirahat makan)
Pukul 13.00 17.00
44
direncanakan serta menghindari pembengkakan biaya dalam suatu pelaksanaan
pekerjaan. Manfaat pengendalian biaya adalah mengontrol arah usaha agar dapat
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
pengendalian biaya adalah sebagai berikut:
Rencana Anggaran Biaya (RAB), yaitu total biaya dari awal hingga
berakhirnya pelaksanaan pekerjaan pada suatu proyek.
a. Membuat perkiraan biaya yang diperlukan untuk menyelesaikan tiap item
pekerjaan kemudian dilakukan pengontrolan.
b. Tenaga kerja berhubungan dengan upah, upah merupakan suatu imbalan
atau gaji berupa uang yang diberikan kepada pekerja yang telah memberikan
jasanya kepada kontraktor. Pada umumnya, pembagian upah pekerja dibagi
menjadi:
Upah borongan, yaitu upah yang dibayarkan kontraktor berdasarkan
besarnya pekerjaan sesuai dengan perjanjian kepada tenaga kerja.
Upah m3 yaitu upah yang dibayarkan kontraktor berdasarkan kubikasi
pekerjaan yang telah dikerjakan.
Upah harian, yaitu upah yang dibayarkan kontraktor kepada tenaga
kerja per hari.
Upah bulanan, yaitu upah yang dibayarkan kontraktor kepada tenaga
kerja dalam jangka waktu 1 bulan, pembayaran dilakukan satu bulan
satu kali.
c. Material dan bahan, yaitu pemanfaatan material dan bahan secara efisien
serta pencatatan terhadap keluar masuk material dan bahan tersebut sehingga
penggunaannya dapat dikontrol dengan baik.
d. Peralatan, yaitu menggunakan peralatan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan.
45
pengendalian mutu adalah agar bahan-bahan yang digunakan pada proyek tersebut
sesuai dengan spesifikasi yang ada dalam kontrak sehingga kualitas
46
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Setelah melakukan pengamatan praktek kerja lapangan secara langsung
pekerjaan saluran irigasi pada proyek saluran sekunder D.I Kustanis
Kabupaten Timor Tenggah Utara, mulai tanggal 02 september 2016 sampai
pada tanggal 30 september maka penulis dapat mengambil kesimpulan
bahwa :
47
2. Pekerjaan pasangan batu kali dengan volume pekerjaan sebesar
556.2 m serta jumlah harga Rp. 390,357,152.97
3. Pekerjaan plesteran dengan volume pekerjaan sebesar 29,664 m
dan jumlah harga pekerjaan Rp. 69,879,208,92
Sehingga total harga pekerjaan pasangan saluran sebesar Rp.
481,477,674.19
4.2 Saran
Adapun saran-saran yang diberikan penulis dalam laporan ini yaitu sebagai
berikut :
a) Diharapkan waktu pelaksanaan Pratek Kerja Lapangan (PKL) lebih
diperpanjang, sehingga mahasiswa lebih memahami dan mendalami ilmu
yang diperoleh di dunia kerja.
b) Diharapkan kepada mahasiswa yang akan melaksanakan Praktek Kerja
Lapangan (PKL) agar memperhatikan dengan seksama dan teliti setiap item
pekerjaan yang dikerjakan dalam pekerjaan proyek tersebut, serta aktif
bertanya terkait hal-hal baru yang ditemukan di lapangan, sehingga akan
menjadi bekal pada dunia kerja nanti.
48
DOKUMENTASI
49
50