Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Logika
Oleh
Terjemamahan
DAFTAR
ISI
DAFTAR
ISI
II
PRAKATA PENTERJEMAH V
BAB
1
DEFINISI
1
HUKUM-HUKUM
LOGIKA
1
PROPOSISI
3
PREMIS
DAN
KESIMPULAN
4
KESIMPULAN
TAK
TERHINDARKAN
5
ARGUMEN
6
KATA-KATA
INDIKATOR
6
VALIDITAS
7
RINGKASAN
1
ULASAN
2
LATIHAN
1.1
BENAR/SALAH
TERKAIT
DEFINISI
3
LATIHAN
1.2
DEFINISI
YANG
TEPAT
4
KUNCI
JAWABAN
BAB
I
6
BAB
2
PROPOSISI
8
KEEMPAT
BENTUK
8
SIFAT-SIFAT
FORMAL
DARI
BENTUK-BENTUK
PROPOSISI
10
PROPOSISI
NON-BAKU
12
PROPOSISI
EKSKLUSIF
DAN
PENGECUALIAN/EKSEPTIF
13
PROPOSISI
YANG
MENGGUNAKAN
NAMA
DIRI
13
SUBYEK
LOGIS
VERSUS
SUBYEK
TATA
BAHASA
14
RINGKASAN
16
ULASAN
17
LATIHAN
2.1
EMPAT
BENTUK
18
LATIHAN
2.2
MENTERJEMAHKAN
JADI
BENTUK
STANDAR
19
KUNCI
JAWABAN
BAB
2
21
ii
LATIHAN
3.2:
VALIDITAS
PENARIKAN
KESIMPULAN
LANGSUNG
46
LATIHAN
3.3:
PENARIKAN
KESIMPULAN
LANGSUNG
TAMBAHAN
47
KUNCI
JAWABAN
BAB
3
48
BAB
4
SILOGISME
50
UNSUR
DASAR
50
TERM-TERM
DALAM
SILOGISME
51
MOOD
SILOGISME
51
FIGUR
SILOGISME
52
KERANGKA
SILOGISME
53
VALIDITAS
SILOGISME
53
LIMA
ATURAN
54
METODE
DEDUKSI
55
NAMA-NAMA
KERANGKA
59
DIAGRAM
VENN
63
SILOGISME
NON-BAKU
68
RINGKASAN
74
ULASAN
76
LATIHAN
4.1:
DEFINISI
ISTILAH
DALAM
SILOGISME
BAKU
77
LATIHAN
4.2:
SILOGISME
78
LATIHAN
4.3
DEFINISI
DEDUKSI
79
KUNCI
JAWABAN
BAB
4
81
DUA
CONTOH
112
PEMBAHASAN
ULANG
MODUS
PONENS
115
PEMBAHASAN
ULANG
SESAT
PIKIR
MENEGASKAN
KONSEKUEN
116
RINGKASAN
118
ULASAN
119
LATIHAN
6.1
TABEL
KEBENARAN
FUNGSI
120
LATIHAN
6.2:
CONTOH
TABEL
KEBENARAN
121
KUNCI
JAWABAN
BAB
6
123
iv
PRAKATA
PENTERJEMAH
Kami
sangat
bersyukur
bahwa
di
tengah-tengah
kesibukan
tugas
masing-masing
kami
yang
terlibat
dalam
penterjemahan
buku
ini,
akhirnya
buku
ini
selesai
juga
walaupun
harus
dalam
waktu
yang
cukup
lama
yaitu
kurang
lebih
9
bulan.
Ucapan
terima
kasih
kami
haturkan
kepada
Dr.
Elihu
Carranza
yang
memberikan
ijin
untuk
menterjemahkan
buku
karyanya
ke
dalam
bahasa
Indonesia,
tanpa
memungut
biaya
sedikitpun.
Kami
bersyukur
atas
orang-orang
yang
tidak
secara
langsung
mendorong
kami
menterjemahkan
buku
ini.
Pertama,
teman-teman
di
Facebook
yang
tidak
terlalu
mementingkan
logika
tetapi
tidak
pernah
kunjung
bisa
menunjukkan
bahwa
logika
tidak
penting
(tanpa
menggunakan
logika).
Kedua,
teman-teman
Facebook
yang
mungkin
tidak
mengatakan
apa-apa
tentang
logika
tetapi
secara
diam-diam
menghargai
logika
dengan
cara
menerapkannya
dalam
diskusi.
Ketiga,
teman-
teman
Facebook
yang
menunjukkan
keinginan
untuk
belajar
logika
tetapi
karena
satu
dan
lain
hal
tidak
kunjung
punya
waktu
untuk
belajar
logika.
Keempat,
teman-teman
yang
menunjukkan
keseriusan
dalam
mempelajari
logika
dan
sebisa
mungkin
mempelajari
logika.
Kelima,
Semua
teman
(baik
di
Facebook
maupun
dalam
pergaulan
sehari-hari
di
dunia
non-maya)
yang
memberikan
dorongan
secara
verbal
kepada
kami
untuk
terus
melakukan
sesuatu
terkait
pembelajaran
logika.
Kupang,
November
2014
Penterjemah
Ma
Kuru,
Dhan,
dan
Rony
KATA
PENGANTAR
VERSI
BAHASA
INGGRIS
Hal
yang
dibahas
buku
ini
adalah
Logika.
Tujuannya
adalah
untuk
mempelajari
tentang
penarikan
kesimpulan
yang
tidak
terhindarkan
dalam
penalaran
deduktif
dan
argumen
yang
valid.
Dalam
buku
ini
akan
dibahas
juga
tentang
penarikan
kesimpulan
yang
tidak
valid
dan
argumen
yang
tidak
valid.
Setiap
bab
akan
diakhiri
dengan
pertanyaan
untuk
meninjau
kembali
bahan
yang
telah
dibahas
pada
setiap
bab
(Ulasan)
dan
Latihan.
Jawaban
untuk
masing-
masing
latihan
tersedia
pada
bagian
lampiran1.
Pada
bagian
akhir
terdapat
pula
daftar
istilah
yang
berfungsi
sebagai
indeks.
"Jika
anda
logis,
anda
tidak
akan
mungkin
salah
kecuali
anda
memulai
dengan
premis
yang
salah.
Logika
tidak
akan
menjamin
kebenaran
premis,
tetapi
tanpa
logika
tidak
mungkin
ada
diskursus
yang
bermakna."
(HC
ed.,
hal.
111,
The
Trinity
Foundation,
Unicoi,
Tennessee
37692).
1
[Keterangan
Penterjemah
Dalam
versi
Bahasa
Indonesia,
jawaban
ditempatkan
setelah
pertanyaan-
pertanyaan}
vi
BAB
1
DEFINISI
2. Proposisi 7. Validitas
HUKUM-HUKUM
LOGIKA
Kadang-kadang
diajukan
pertanyaan
"Apakah
logika
itu?"
dan
jawaban
standar
yang
dikemukakan
biasanya
dimulai
dengan
definisi
logika
yang
berbunyi
seperti,
"Logika
adalah
ilmu
tentang
penarikan
kesimpulan
yang
tidak
terhindarkan
(atau
penalaran
valid)."
Pengantar
ini
akan
menjelaskan
jawaban
tersebut
secara
rinci.
Sebagai
pembahasan
awal,
perlu
ditekankan
bahwa
secara
mendasar
logika
terkait
dengan
hukum-hukum
(aksioma-aksioma
dan
prinsip-
prinsip),
proposisi,
inferensi
(penarikan
kesimpulan),
argumen,
dan
validitas
argumen.
Tentu
saja
terdapat
lebih
banyak
lagi
hal
yang
berhubungan
logika,
namun
semua
itu
berada
di
luar
jangkauan
tulisan
pengantar
ini.
Pertanyaan
lain
yang
terkait
akan
mendapatkan
penjelasan
yang
relevan
seiring
dengan
berkembangnya
pembahasan
dalam
buku
ini.
Hukum-hukum
ini
bersifat
universal,
tidak
terbantahkan,
dan
benar.
Tanpa
ketiga
hukum
ini,
sulit
(kalau
tidak
dapat
dikatakan
tidak
mungkin)
untuk
membayangkan
bagaimana
segala
sesuatu
dapat
dipahami.
Ketiga
hukum
atau
aksioma
ini
merupakan
dasar
bagi
penarikan
kesimpulan
yang
tidak
terhindarkan
karena
tanpa
ketiganya
tidak
ada
penarikan
kesimpulan
yang
tidak
terhindarkan.
Lebih
jauh
lagi,
penarikan
kesimpulan
yang
tidak
terhindarkan
dari
premis-premis,
mengasumsikan
hukum-hukum
logika
sebagai
sesuatu
yang
universal,
tidak
terbantahkan,
dan
benar.
"Universal"
artinya
tanpa
pengecualian.
"Tidak
terbantahkan"
artinya
setiap
upaya
membantah
hukum-hukum
logika
harus
tunduk
pada
hukum-hukum
tersebut,
dengan
demikian
membuktikan
1
keharusan
hukum-hukum
tersebut
bagi
argumen.
"Benar"
artinya
"tidak
salah,"
karena
didasarkan
pada
Logos
Tuhan,
sumber
dan
penentu
seluruh
kebenaran.
Lebih
lanjut,
hukum-hukum
ada
sebagai
tritunggal,
sehingga
menolak
yang
yang
satu
akan
menolak
yang
lain
dan
menerima
yang
satu
akan
menerima
yang
lain.
Ketiga
hukum
ini
menetapkan
dan
mengklarifikasi
makna
dari
penarikan
kesimpulan
yang
tidak
terhindarkan
bagi
logika.
Ketiga
hukum
tersebut
akan
dibahas
secara
ringkas
di
bawah
ini
untuk
memberikan
gambaran
tentang
pentingnya
hukum-hukum
logika.
HUKUM
IDENTITAS
Hukum
identitas
menyatakan
bahwa
kalau
satu
pernyataan
benar,
maka
pernyataan
itu
benar;
atau,
setiap
proposisi
berimplikasi
/berarti
dirinya
sendiri:
a
berimplikasi
a.
Mungkin
kelihatannya
hal
ini
kecil,
tetapi
seperti
dicatat
Gordon
Clark,
alangkah
anehnya
dunia
jika
hukum
ini
tidak
berlaku,
karena
dunia
ini
akan
menjadi
dunia
yang
tidak
memiliki
konsep
identitas
atau
kesamaan.
HUKUM
KONTRADIKSI
Hukum
kontradiksi
(juga
dikenal
dengan
hukum
non-kontradiksi)
menyatakan
bahwa
tidak
ada
pernyataan
yang
benar
dan
salah
sekaligus;
atau
a
dan
bukan-a
[sekaligus]
adalah
kontradiksi
dan
selalu
salah.
Karena
itu,
tidak
mungkin
a
dan
bukan-a
sekaligus.
Hukum
ini
menyatakan
bahwa
tidak
ada
sesuatu
apapun
yang
dapat
benar
dan
salah
sekaligus
pada
saat
yang
sama
dan
tempat
yang
sama.
Rumusan
Aristoteles
terhadap
hukum
ini
menyatakan
bahwa
satu
atribut
tidak
dapat
dimiliki
dan
tidak
dimiliki
oleh
satu
subyek
pada
saat
yang
sama
dan
dalam
hubungan
yang
sama:
tidak
mungkin
a
dan
bukan-a
(sekaligus).
Sekali
lagi,
setiap
pernyataan
dalam
bentuk
a
dan
bukan-a
pasti
salah.
Setiap
pernyataan
jamak
yang
memiliki
struktur
seperti
itu
pasti
kontradiksi.
Sebagai
contoh,
pernyataan
"Demikianlah
sekarang
tidak
ada
penghukuman
bagi
mereka
yang
ada
di
dalam
Kristus
Yesus"
(Roma
8:1)
tidak
mungkin
sekaligus
benar
dan
salah.
Adalah
sebuah
kontradiksi
dan
kekonyolan
untuk
menyatakan
bahwa
pernyataan
tersebut
dan
penyangkalan
terhadapnya
sama-sama
benar
dan
sama-sama
salah
pada
saat
yang
sama
dengan
hubungan
yang
sama.
PROPOSISI
Logika
terkait
dengan
proposisi.
Sebuah
proposisi
adalah
bentuk
dari
sekumpulan
kata-kata
yang
predikatnya
diakui
sebagai
benar/berlaku
atau
diakui
sebagai
salah/tidak
berlaku
pada
subyeknya.
Lebih
sederhana
lagi,
3
proposisi
adalah
makna
yang
dinyatakan
oleh
sebuah
kalimat
pernyataan.
(Gordon
H.
Clark.
Logic,
HC
ed.,
hal.
131).
Kalimat
pernyataan
bisa
benar
atau
salah.
Benar
dan
salah
merupakan
properti/ciri
yang
esensial
bagi
proposisi.
Kalimat-kalimat
lain
berupa
kalimat
perintah,
kalimat
tanya,
atau
nasehat
tidak
bisa
diberi
nilai
salah
atau
benar.
Namun
jenis
pertanyaan
retoris
sebenarnya
dikemukakan
sebagai
sebuah
proposisi
sehingga
dapat
diberi
nilai
benar
atau
nilai
salah.
Ilustrasi
tentang
proposisi
yang
paling
sering
digunakan
adalah
kalimat
dari
berbagai
bahasa
yang
[walaupun
berbeda]
tapi
memiliki
makna
sama.
Il
pleut;
Es
regnet;
Esta
lluviendo
memiliki
makna
yang
sama
yaitu:
Saat
ini
sedang
hujan.
Proposisi
yang
dinyatakan
dalam
kedua
kalimat
ini
hanya
satu
dan
memiliki
satu
satu
makna:
Pada
kalimat
kedua,
walaupun
subyek
dan
predikat
bertukar
posisi
dan
predikat
mengatakan
diganti
predikat
diberitahu,
tetapi
maknanya
masih
tetap
sama.
Jadi,
secara
sederhana
sebuah
proposisi
merupakan
makna
dari
sebuah
kalimat
pernyataan.
Kedua,
kesimpulan
di
tengah:
Semua
manusia
adalah
makhluk
fana,
jadi
Sokrates
adalah
makhluk
fana,
karena
dia
adalah
manusia.
Jika
Kanada
berada
di
Utara
Amerika
Serikat,
dan
Amerika
Serikat
berada
di
Utara
Mexico,
maka
secara
logis
dan
ketat,
tidak
terhindarkan
bahwa
Kanada
berada
di
Utara
Mexico.
Dengan
kata
lain
pernyataan
"Kanada
berada
di
Utara
Mexico"
merupakan
kesimpulan
tidak
terhindarkan
yang
diderivasi/diturunkan
dari
premis.
Untuk
memahami
bahwa
bentuk
argumenlah
yang
penting
dan
bahwa
referensi
geografi
tidaklah
terlalu
penting,
maka
kita
akan
mencoba
mengganti
Kanada
dengan
A,
Amerika
Serikat
dengan
B,
dan
Mexico
dengan
C.
Kesimpulan
"A
berada
di
sebelah
Utara
C"
secara
tidak
terhindarkan
dapat
disimpulkan
dari
pernyataan:
(1)
A
berada
di
sebelah
Utara
B,
dan
(2)
B
berada
di
sebelah
Utara
C.
Kesimpulan
tersebut
merupakan
kesimpulan
tak
terhindarkan
atau
konsekuensi
tak
terhindarkan
dari
dua
pernyataan
lain.
ARGUMEN
Sebagai
upaya
awal
memahami
argumen,
kita
dapat
mendefinisikannya
sebagai
serangkaian
proposisi
saling
terkait
yang
mendukung
proposisi
atau
lain.
Proposisi
yang
diajukan
untuk
mendukung
proposisi
tertentu
disebut
premis.
Proposisi
yang
dinyatakan
mengikuti
atau
diharuskan
oleh
premis
disebut
kesimpulan
argumen.
Dengan
demikian,
formulasi
yang
lebih
baik
dari
definisi
argumen
adalah:
sebuah
argumen
terdiri
dari
proposisi-proposisi
(premis)
yang
darinya
proposisi
lain
(yang
disebut
kesimpulan)
dapat
ditarik/diturunkan
atau
dideduksi
sebagai
sebuah
konsekuensi
tak
terhindarkan.
Pernyataan
atau
proposisi
yang
saling
terkait
tersebut
merupakan
alasan
yang
dikemukakan
untuk
menegakkan
sebuah
kesimpulan
atau
posisi.
Kesimpulan
yang
dimaksud
adalah
sesuatu
yang
sudah
terkandung
(secara
implisit)
dalam
premis
dan
dideduksi
dari
premis
semata.
Karena
itu,
kesimpulan
tidak
terhindarkan
yang
kita
bahas
adalah
kesimpulan
deduktif,
karena
kesimpulannya
dideduksi
dari
premis.
Sebagai
tambahan
terhadap
contoh
kita
dari
dunia
geografi,
berikut
ini
adalah
contoh
deduksi
sederhana
menggunakan
aritmetika:
jika
10
lebih
besar
daripada
5,
dan
5
lebih
besar
daripada
1,
lalu
apa
kesimpulan
yang
dapat
kita
deduksi
tentang
hubungan
antara
10
dan
1?
Pernyataan
macam
apa
yang
merupakan
konsekuensi
tidak
terhindarkan
dari
kedua
pernyataan
tersebut?
Pembaca
seharusnya
bukan
hanya
mampu
mendeduksi
proposisi
matematis
yang
benar
dari
proposisi
tersebut
tetapi
juga
memahami
bahwa
konsekuensi
tak
terhindarkan
dan
kesimpulan
deduktif
yang
valid
merujuk
kepada
hal
yang
sama.
Deduksi
kesimpulan
dari
premis
merupakan
inti
dari
logika.
KATA-KATA
INDIKATOR
Pembaca
yang
jeli
pasti
akan
mencatat
bahwa
dalam
argumen-argumen
di
atas
terdapat
frasa
atau
kata-kata
seperti
"tidak
terhindarkan
bahwa,"
"karena,"
"dan,"
serta
"jadi."
Kata-kata
ini
dikenal
sebagai
kata-kata
atau
frasa-frasa
indikator.
Kata-kata
atau
frasa-frasa
ini
memperkenalkan
atau
mengindikasikan
adanya
premis
atau
kesimpulan.
Kita
membedakan
kata-kata
atau
frasa-frasa
tersebut
menjadi
kata-kata
atau
frasa-frasa
yang
mengindikasikan
atau
6
menggabungkan
premis
dan
kata-kata
atau
frasa-frasa
yang
mengindikasikan
kesimpulan.
Kata-kata
yang
mengindikasikan
atau
menggabungkan
premis
diberi
nama
indikator
premis;
sedangkan
kata-kata
atau
frasa-frasa
yang
mengindikasikan
kesimpulan
disebut
indikator
kesimpulan.
Di
bawah
ini
adalah
daftar
ringkas
beberapa
kata
indikator
yang
lazim
digunakan:
VALIDITAS
Di
atas
disebutkan
tentang
deduksi
kesimpulan
dari
premis.
Kalau
seorang
mengemukakan
sebuah
argumen
tertentu,
maka
orang
itu
mungkin
mengklaim
bahwa
kesimpulannya
mengikuti
atau
diharuskan
oleh
beberapa
premisnya.
Orang
lain
mungkin
bertanya
apakah
kesimpulan
tersebut
merupakan
konsekuensi
tak
terhindarkan
dari
premis-premis
yang
dikemukakan.
Jika
ternyata
kesimpulan
tersebut
mengikuti
premis
secara
tidak
terhindarkan,
maka
yang
dikemukakan
adalah
sebuah
argumen
yang
valid.
Namun
demikian,
validitas
tidak
memastikan
kebenaran
proposisi,
tetapi
menyatakan
tak
dapat
dihindari
bahwa
kesimpulan
tertentu
merupakan
akibat
dari
premis-premis
yang
ada.
Dengan
kata
lain,
kita
katakan:
"premis
sebuah
argumen,
tak
dapat
dihindarkan,
berimplikasi
pada
kesimpulan
argumen
tersebut;
karena
itu
argumen
tersebut
valid."
Di
pihak
lain,
jika
klaim
seorang
akan
adanya
keharusan
hubungan
logis
antara
premis
dan
kesimpulan
ternyata
gagal,
maka
argumen
tersebut
dikatakan
tidak
valid.
Setiap
argumen
deduktif
bisa
valid
dan
bisa
tidak
valid.
Jika
tidak
valid
maka
argumen
tak
valid
dan
jika
valid
maka
argumen
valid.
Jika
sebuah
argumen
deduktif
valid,
maka
argumen
tersebut
bisa
sound
atau
tidak
sound.
Jika
semua
proposisi
argumen
yang
valid
bernilai
benar,
maka
argumen
tersebut
sound.
Jika
sebaliknya,
maka
tidak
sound
--
walaupun
valid.
Sound
dan
tidak
sound
hanya
merupakan
kualitas
argumen
deduktif
yang
valid
namun
tidak
berlaku
untuk
argumen
yang
tidak
valid.
RINGKASAN
ULASAN
2. Apa
saja
ketiga
hukum
logika
itu?
Coba
jelaskan
arti
pentingnya
bagi
kesimpulan
tidak
terhindarkan?
Apakah
kesimpulan
tidak
terhindarkan
tunduk
kepada
hukum-hukum
logika?
Jelaskan
bagaimana
tunduknya?
5. Andaikan
ada
sebuah
mobil
yang
gagal
dihidupkan.
Apakah
yang
dapat
disimpulkan
dari
kejadian
tersebut?
Ataukah
pertanyaan
itu
tidak
tepat
dan
pertanyaan
yang
tepat
sebenarnya
adalah:
apa
yang
dapat
diduga
dari
kejadian
tersebut?
1
Term
merupakan
istilah
yang
merujuk
kepada
subyek
dan
predikat
dalam
proposisi.
2
LATIHAN
1.1
BENAR/SALAH
TERKAIT
DEFINISI
Perintah:
mana
dari
pernyataan
di
bawah
ini
yang
benar
dan
mana
yang
salah?
Jika
salah,
bagaimana
pernyataan
tersebut
dapat
dirumuskan
ulang
menjadi
pernyataan
yang
benar?
No Pernyataan B/S
No Pernyataan Jawab
No
Pernyataan
Jawab
sebagai
hukum
yang
utama
karena
melibatkan
dua
hukum
lain?
KUNCI
JAWABAN
BAB
I
LATIHAN
1.1
Nomor Jawaban
1 Benar
2 Salah
3 Salah
4 Benar
5 Benar
6 Salah
7 Benar
8 Benar
9 Benar
10
Salah
LATIHAN
1.2
Nomor Jawaban
1 A logika
2 B hukum identitas
6 H Valid
8 J tidak sound
Nomor
Jawaban
9 H, G valid, invalid
10 E sound
BAB
2
PROPOSISI
Setiap
bentuk
proposisi
baku
terdiri
dari
satu
subyek
dan
satu
predikat.
Dalam
setiap
bentuk
tersebut,
subyek
dan
predikat
dihubungkan
dengan
kopula
seperti,
adalah
dan
merupakan1.
Dengan
demikian,
proposisi
sebuah
penalaran
silogistik
terdiri
dari
kombinasi
subyek-kopula-predikat
dan
hubungan
kuantifikasi
yang
dibutuhkan
berupa
Semua,
Tidak
ada,
Sejumlah 2 ,
atau
Sejumlah......bukan.......
Kalau
a
dan
b
merupakan
subyek
dan
predikat,
maka
kriteria
berikut
menghasilkan
keempat
bentuk
standar:
KEEMPAT
BENTUK
Pemula
mungkin
akan
terkejut
karena
penalaran
silogistik
hanya
menggunakan
empat
jenis
proposisi
atau
empat
bentuk.
Karena
alasan
ini,
namun
bukan
alasan
ini
saja,
maka
kata
bentuk
memiliki
arti
penting
tersendiri.
Kata
itu
mengindikasikan
bahwa
dalam
logika
kita
lebih
memperhatikan
bentuk
daripada
isi
argumen.
Berbagai
bidang
pengetahuan
yang
menggunakan
argumen
tidak
ada
kaitan
dengan
penentuan
validitas
atau
invaliditas
argumen
1
Dalam
bahasa
Indonesia
terkadang
tanpa
kopula
sama
sekali,
misalnya
pada
kalimat
Saya
petani.
2
Sejumlah
juga
dapat
disebut
sebagian
8
itu
sendiri.
Sekali
lagi:
bentuk
argumenlah
yang
harus
dikenali
untuk
menentukan
validitasnya.
Bentuk
(atau
kerangka,
atau
rangka)
dari
sebuah
argumen
dijadikan
eksplisit
oleh
bentuk
proposisinya.
BENTUK
A
Proposisi
"Semua
manusia
adalah
makhluk
fana"
menegaskan
hubungan
antara
kelas/kelompok
yang
disebut
manusia
dan
kelas/kelompok
yang
disebut
makhluk
fana.
Lebih
jelas
lagi,
bentuk
ini
mengatakan
bahwa
semua
anggota
kelas/kelompok
manusia
berada
dalam
kelas/kelompok
makhluk
fana.
Bentuk
dari
proposisi
seperti
itu
adalah
Semua
a
adalah
b,
(a
merupakan
subyek
dan
b
adalah
predikat).
Bentuk
sebuah
proposisi
A
dapat
dinyatakan
dengan
lebih
ringkas
sebagai
A(ab).
Perlu
dicatat
bahwa
dalam
proposisi
berbentuk
A,
semua
subyek
termasuk
dalam
predikat,
tetapi
bukan
semua
predikat
masuk
dalam
subyek.
Jadi
dari
proposisi
"Semua
manusia
adalah
makhluk
fana"
bukanlah
hal
yang
tidak
terhindarkan
bahwa
semua
makhluk
fana
adalah
manusia.
Hewan
misalnya
juga
merupakan
makhluk
fana
dan
menurut
Alkitab
hewan
bukanlah
manusia.
(Untuk
mempelajari
diskusi
mengenai
definisi
"semua"
baca
Logic
tulisan
Clark,
HC
ed.,
hal.
81-83.)
BENTUK
E
Proposisi
"Tidak
ada
orang
Kristen
yang
adalah
ateis"
menegaskan
hubungan
antara
dua
kelas/kelompok
yaitu
orang
Kristen
dan
Ateis.
Tidak
ada
anggota
kelas/kelompok
orang
Kristen
yang
juga
adalah
anggota
kelas/kelompok
Ateis,
demikian
juga
sebaliknya
tidak
ada
orang
Ateis
yang
adalah
orang
Kristen.
Kelas-
kelas/kelompok-kelompok
dalam
proposisi
E
saling
terpisah
satu
dengan
yang
lain.
Bentuknya
adalah
Tidak
ada
a
yang
adalah
b,
atau
E(ab),
dimana
a
mewakili
subyek
dan
b
mewakili
predikat.
Dengan
demikian,
dalam
proposisi
E
semua
anggota
satu
kelas/kelompok
tidak
termasuk
dalam
kelas/kelompok
lainnya
demikian
juga
sebaliknya.
BENTUK
I
Proposisi
"Sejumlah
orang
Amerika
adalah
penganut
Kalvinisme"
menegaskan
hubungan
inklusif
parsial/sebagian
antara
kelas/kelompok
orang
Amerika
dengan
kelas/kelompok
penganut
Kalvinisme.
Bukan
seluruh
anggota
kelas/kelompok
subyek
yang
termasuk
dalam
kelas/kelompok
predikat
dan
sebaliknya,
seperti
pada
pernyataan
bahwa
hanya
sejumlah
anggota
kelas/kelompok
penganut
Kalvinisme
yang
termasuk
dalam
kelas/kelompok
orang
Amerika.
Bentuk
proposisi
I
adalah
Sejumlah
a
adalah
b,
atau
I(ab),
dimana
seperti
sebelumnya,
a
mewakili
subyek,
b
mewakili
predikat.
Biasanya,
sejumlah
berarti
beberapa;
namun
dalam
logika
kata
ini
juga
bisa
berarti
sedikit
atau
malah
satu.
9
BENTUK
O
Proposisi
"Sejumlah
manusia
adalah
bukan
orang
Kristen"
menegaskan
hubungan
eksklusif
parsial/sebagian
antara
dua
kelas/kelompok,
dalam
hal
ini
kelas/kelompok
manusia
dan
kelas/kelompok
orang
Kristen.
Sejumlah
manusia
tidak
termasuk
kelas/kelompok
orang
Kristen.
Bentuk
proposisi
O
adalah
Sejumlah
a
adalah
bukan
b,
atau
O(ab).
Apakah
kesimpulan
bahwa
sejumlah
orang
Kristen
adalah
bukan
manusia
tidak
terhindarkan?
Tentu
saja
tidak.
Kebalikan
dari
proposisi
O
tidak
diharuskan
proposisi
asli.
Jadi
ingat,
tidak
ada
kebalikan
dari
proposisi
O.
3
bisa
juga
diformulasikan
Tidak
semua
a
adalah
b
10
DISTRIBUSI
Kualitas
dan
kuantitas
dari
bentuk
A,
E,
I,
dan
O
tergantung
pada
distribusi
subyek
dan
predikatnya.
Kita
membedakan
antara
term
(subyek
atau
predikat)
yang
terdistribusi
dan
term
yang
tak
terdistribusi
dengan
cara
sebagai
berikut:
satu
term
dikatakan
terdistribusi
jika
dilekatkan
pada
Semua
atau
Tidak
ada.
Kalau
tidak
demikian,
maka
term
dikatakan
tak
terdistribusi.
Kalau
"d"
digunakan
untuk
melambangkan
terdistribusi
dan
"t"
untuk
melambangkan
tak
terdistribusi,
maka
keempat
bentuk
tersebut
mendistribusikan
termnya
dengan
cara
seperti
yang
tampak
dalam
Grafik
2.2.
11
Bentuk
Deskripsi
Jadi,
kedua
term
tak
terdistribusi.
Bentuk
O
Sejumlah
anggota
subyek
tidak
termasuk
dalam
kelas/kelompok
semua
predikat
(Sejumlah
s
adalah
bukan
p).
Karena
itu,
hanya
term
predikat
yang
terdistribusi,
sedangkan
term
subyeknya
tak
terdistribusi.
KUALITAS
Sebelumnya
kita
sudah
pelajari
bahwa
huruf
A
dan
I
berasal
dari
kata
bahasa
Latin
affirmo,
dan
E
serta
O
berasal
dari
kata
bahasa
Latin
nego.
Mengenali
asal-
usul
dari
huruf-huruf
tersebut
bisa
membantu
kita
mengingat
bahwa
bentuk
A
dan
I
memiliki
kualitas
afirmatif/positif;
sedangkan
bentuk
E
dan
O
memiliki
kualitas
negatif.
Bentuk
yang
positif/afirmatif
adalah
bentuk
yang
predikatnya
tak
terdistribusi.
Bentuk
A
dan
I
memiliki
predikat
yang
tak
terdistribusi,
sehingga
memiliki
kualitas
afirmatif
atau
positif.
Bentuk
negatif
adalah
bentuk
yang
memiliki
predikat
yang
terdistribusi.
Bentuk
E
dan
O
memiliki
predikat
yang
terdistribusi,
sehingga
memiliki
kualitas
negatif.
KUANTITAS
Secara
kuantitatif,
keempat
bentuk
proposisi
dapat
digolongkan
menjadi
proposisi
universal
atau
proposisi
partikular.
Jika
satu
bentuk
memiliki
term
subyek
yang
terdistribusi,
maka
bentuk
tersebut
universal.
Bentuk
A
dan
E
berkuantitas
universal
karena
term
subyeknya
terdistribusi.
Sebaliknya,
satu
bentuk
memiliki
kuantitas
yang
partikular
kalau
term
subyeknya
tak
terdistribusi.
Bentuk
I
dan
O
memiliki
subyek
yang
tak
terdistribusi,
karena
itu
memiliki
kuantitas
partikular.
PROPOSISI
NON-BAKU
Persyaratan
bahwa
proposisi
harus
berada
dalam
bentuk
baku/standar
ketika
digunakan
dalam
silogisme,
bisa
mengakibatkan
formulasi
[kalimat]
yang
janggal.
Jika
term
adalah
kata
kerja
maka
term
harus
dirubah
menjadi
predikat
kata
sifat.
Sebagai
contoh,
"Semua
mahasiswa
yang
kompeten
memahami
logika"
menjadi
"Semua
mahasiswa
yang
kompeten
adalah
pemaham
logika.4
Ketika
kalimat
yang
digunakan
mengandung
klausa
atau
frasa
kata
depan/preposisional
serta
kata
kerja,
maka
penggunaan
parameter
tertentu
akan
membantu
memperjelas
makna
proposisi.
Sebagai
contoh,
"Semua
orang-yang-merupakan-
4
Perhatikan
bahwa
kalimat
seperti
ini
terasa
janggal,
tetapi
mempermudah
analisa
argumen
12
mahasiswa-kompeten
adalah
orang-yang-merupakan-pemaham-logika."
Dalam
contoh
ini
kata
orang
muncul
pada
subyek
dan
predikat
dan
dengan
tanda
sambung
akan
membantu
pembacaan
proposisi
sebagai
proposisi
A.
Tujuannya
adalah
untuk
memahami
proposisi
tersebut
dengan
jelas.
bukan
makhluk
fana,"
atau,
"Tidak
ada
Sokrates
yang
adalah
makhluk
fana."
Ada
proposisi
yang
tampaknya
hanya
menyebutkan
beberapa
anggota
dari
satu
kelompok,
sementara
yang
dimaksud
sebenarnya
adalah
semua
anggota
kelompok,
baik
yang
termasuk
atau
yang
tidak
termasuk
dalam
kelompok
lain.
Sebagai
contoh:
"Dinosaurus
adalah
makhluk
yang
sudah
punah"
tidak
berarti
bahwa
sejumlah
dinosaurus
sudah
punah
sedangkan
sebagian
yang
lainnya
kemungkinan
belum
punah.
Pengertian
dari
pernyataan
tersebut
adalah
bahwa
semua
dinosaurus
sudah
punah.
Dengan
kata
lain,
kata
"semua"
sudah
terimplikasi/termasuk
dalam
proposisi
tersebut,
dan
jika
konteks
mengharuskan
atau
berimplikasi
"semua"
atau
"tidak
ada,"
maka
bentuknya
adalah
A
atau
E,
tergantung
dari
kualitas
proposisi
asli.
14
Namun
demikian
patut
dicatat
bahwa
dalam
proposisi
Waktu
cepat
berlalu,
waktu
adalah
subyek
tata
bahasa
sekaligus
subyek
logis.
(cepat
berlalu
adalah
predikat
tata
bahasa
sekaligus
predikat
logis.)
Seluruh
gagasan
tentang
subyek
dinyatakan
dalam
kata
benda
waktu,
dan
seluruh
gagasan
tentang
predikat
dinyatakan
oleh
kata
cepat
berlalu.
Merubah
urutan
kata
dalam
proposisi
tidak
baku
menjadi
bentuk
baku
A,
E,
I,
dan
O
memiliki
manfaat
lain
selain
merupakan
keharusan
bagi
sebuah
penarikan
kesimpulan
langsung.
Memang
benar,
penerapan
efektif
dari
penentuan
validitas
sebuah
penarikan
kesimpulan
tergantung
pada
jelas
tidaknya
makna
proposisi
baku.
Namun
demikian,
dalam
konteks
lain
ketika
penarikan
kesimpulan
valid
bukan
suatu
masalah,
maka
perubahan
susunan
kata
dalam
dari
tidak
baku
menjadi
bentuk
baku
akan
menghindari
kesalahpahaman,
kesalahan,
dan
kebingungan.
Hal
yang
perlu
diingat
adalah:
jika
anda
tidak
dapat
merubah
bentuk
tidak
baku
menjadi
bentuk
baku,
maka
sebenarnya
anda
tidak
paham
makna
dari
proposisi
tidak
baku
tersebut,
dan
apa
yang
anda
tidak
dapat
kemukakan
secara
jelas
adalah
sesuatu
yang
ambigu
atau
tidak
bermakna.
15
RINGKASAN
Proposisi
baku
terdiri
dari
term
subyek
dan
term
predikat
yang
dihubungkan
oleh
kopula
"adalah"
atau
"merupakan"
dan
dibatasi
oleh
"Semua,"
"Tidak
ada,"
"Sejumlah,"
atau
"Sejumlah.........bukan........."
Aturan-aturan
ini
menghasilkan
keempat
bentuk
baku
sebagai
berikut:
(1)
Semua
a
adalah
b,
(2)
Tidak
ada
a
yang
adalah
b,
(3)
Sejumlah
a
adalah
b,
dan
(4)
Sejumlah
a
adalah
bukan
b,
atau
yang
masing-masing
secara
berturut-turut
dikenal
sebagai
bentuk
A,
E,
I,
dan
O.
(Bentuk-bentuk
tersebut
juga
dinyatakan
secara
singkat
sebagai
A(ab),
E(ab),
I(ab),
dan
O(ab).)
Sifat-sifat
formal
berupa
distribusi,
kualitas,
dan
kuantitas
dari
keempat
bentuk
juga
sudah
dijelaskan
dan
digambarkan
dalam
bab
ini.
Sebuah
term
dikatakan
terdistribusi
kalau
dijelaskan/didahului
dengan
"Semua"
atau
"Tidak
ada."
Kalau
tidak
demikian
maka
term
tersebut
tak
terdistribusi.
Jika
term
predikat
sebuah
proposisi
terdistribusi,
maka
proposisi
tersebut
dikatakan
berkualitas
negatif.
Jika
predikat
sebuah
proposisi
tak
terdistribusi,
maka
proposisi
tersebut
memiliki
kualitas
afirmatif.
Definisi
kualitas
ini
membedakan
E(ab)
dan
O(ab)
yang
merupakan
bentuk
negatif
dari
bentuk
A(ab)
dan
I(ab)
yang
merupakan
bentuk
afirmatif.
Jika
sebuah
proposisi
memiliki
term
subyek
yang
terdistribusi,
maka
kuantitasnya
universal.
Sedangkan
kalau
term
subyeknya
tak
terdistribusi,
maka
kuantitasnya
partikular.
Dengan
definisi
ini,
kita
membedakan
antara
A(ab)
dan
E(ab)
yang
bersifat
universal
dari
I(ab)
dan
O(ab)
yang
bersifat
partikular.
Akhirnya,
sejumlah
petunjuk
untuk
menterjemahkan
proposisi
tidak
baku
menjadi
proposisi
baku
juga
sudah
dijelaskan
dalam
bab
ini.
16
ULASAN
1. Dari
keempat
bentuk
baku,
bentuk
mana
saja
yang
memiliki
subyek
yang
terdistribusi
dan
bentuk
mana
yang
memiliki
subyek
yang
tidak
terdisribusi?
Properti/sifat
formal
apa
yang
dimiliki
oleh
kedua
golongan
tersebut?
2. Dari
keempat
bentuk
baku,
bentuk
mana
yang
memiliki
predikat
yang
terdistribusi
dan
bentuk
mana
yang
memiliki
predikat
yang
tak
terdistribusi?
Properti/sifat
formal
apa
yang
dimiliki
oleh
kedua
golongan
tersebut?
3. Manakah
dari
tiga
bentuk
lainnya
yang
memiliki
kuantitas
dan
kualitas
yang
berbeda
dari
A(ab)?
17
LATIHAN
2.1
EMPAT
BENTUK
Petunjuk:
Pilihlah
huruf
yang
paling
tepat
yang
mewakili
jawaban
bagi
setiap
pernyataan
di
bawah.
B I(ab) H kuantitas
C O(ab) I kualitas
D E(ab) J universal
E terdistribusi K partikular
No Pernyataan Bentuk
18
No
Pernyataan
Bentuk
No Proposisi
1 Tidak ada orang Kristen yang adalah penganut filsafat sekuler. (k, s)
19
No
Proposisi
20
KUNCI
JAWABAN
BAB
2
LATIHAN
2.1
Nomor Jawaban
1 J universal
2 K partikular
3 E terdistribusi
4 G tak terdistribusi
5 E terdistribusi
7 B I(ab)
8 B I(ab)
9 A A(ab)
10 D E(ab)
11 C O(ab)
LATIHAN 2.2
21
No
Proposisi
Simbol
Bentuk
22
No
Proposisi
Simbol
Bentuk
penderitaan.
13
Tidak
ada
hal
berharga
yang
Tidak
ada
b
yang
adalah
E(bm)
adalah
hal
mudah.
m.
15
Tidak
ada
orang
yang
berada
Tidak
ada
h
yang
adalah
E(hk)
dalam
Kristus
yang
adalah
k.
orang
hukuman.
23
No Jawaban Nama
5 G argumentum ad verecundiam
6 O dilemma palsu
8 J penalaran melingkar
9 E argumentum ad misericordiam
10 H ekuivokasi
11 I amfibology
12 A aksen (penekanan)
13 L komposisi
14 N post hoc
15
M
divisi
LATIHAN 7.3
No Jawaban Nama
1 F leksikal
2 K stipulatif
3 J presisi
4 M teoritis
5 I persuasif
6 B, C denotatif, designatif
7 B denotatif
8 L sinonim
9 A analitis
149
No Jawaban Nama
11 D genetis
12
G
operasional
150
argumen.
Serangkaian
alasan
yang
saling
terkait
yang
mendukung
sebuah
posisi
atau
kesimpulan.
(1)
bentuk
E.
Bentuk
proposisi
standar
yang
menyatakan
bahwa
Tidak
ada
a
yang
adalah
b,
atau
E(ab).
(2)
151
dilemma.
Sebuah
bentuk
argumen
yang
valid
kalau
memenuhi
kriteria
implikasi
valid
dan
disjungsi
lengkap;
disimbolkan
dengan:
[(a
<
b)
(c
<
d)
(a
c)]
<
(b
d).
(5)
enthymeme.
Sebuah
argumen
dimana
satu
atau
lebih
proposisi
dihilangkan
atau
dianggap
sudah
dipahami
bersama.
(4)
figur
dalam
sebuah
silogisme.
Posisi
relatif
dari
term
tengah
dalam
premis;
terdapat
4
posisi
atau
4
figur.
(4)
hukum
identitas.
Hukum
ini
menyatakan
bahwa:
Jika
sebuah
proposisi
benar,
maka
proposisi
itu
benar;
disimbolkan
dengan:
(a
<
a).
(1,
5)
hukum
kontradiksi.
Hukum
ini
menyatakan
bahwa
pada
saat
yang
sama
dan
dalam
hubungan
yang
sama
tidak
mungkin
atribut
tertentu
dimiliki
dan
tidak
dimiliki
sebuah
subyek:
disimbolkan
dengan:
Tidak
mungkin
sekaligus
a
dan
bukan-a;
atau
(aa')'.
(1,
5)
hukum
tidak
ada
jalan
tengah.
Hukum
ini
menyatakan
bahwa
segala
sesuatu
haruslah
benar
atau
tidak
benar;
disimbolkan
dengan:
a
atau
bukan-a;
atau
(a
a').
(1,
5)
implikasi.
Hubungan
antara
dua
proposisi
yang
dengannya
salah
satunya
dapat
dideduksi
secara
logis
dari
proposisi
yang
lain.
(3)
kerangka.
Bentuk
sebuah
silogisme
yang
ditentukan
oleh
posisi
yang
berbeda
dari
term-term
premis
dan
kesimpulan;
terdiri
dari
mood
dan
figur
silogisme.
(4)
152
kesimpulan
tak
terhindarkan.
Kalau
sebuah
kesimpulan
secara
logis
dan
ketat
diharuskan
premis.
(1)
kontrari.
Dua
proposisi
yang
tidak
dapat
mungkin
sama-sama
benar,
tetapi
bisa
sama-sama
salah.
(3)
kualitas.
Dua
jenis
kualitas
adalah
afirmatif/positif
dan
negatif;
bentuk
A
dan
I
memilki
kualitas
afirmatif.
Bentuk
E
dan
O
memiliki
kualitas
negatif.
(2)
kuantitas.
Dua
jenis
kuantitas
adalah
universal
dan
partikular;
bentuk
A
dan
E
memiliki
kuantitas
universal.
Bentuk
I
dan
O
memiliki
kuantitas
partikular.
(2)
parameter.
Satu
kata
atau
frasa
dalam
subyek
atau
predikat
yang
diperlukan
untuk
menterjemahkan
proposisi
non-standar
menjadi
bentuk
standar.
(2)
per accidens. Merujuk kepada konversi dari Bentuk A menjadi Bentuk I. (3)
properti
formal
bentuk.
Terdapat
tiga
properti
yang
dimilki
oleh
keempat
bentuk
yaitu
distribusi,
kuantitas,
dan
kualitas.
(2)
154
refleksif.
Sebuah
hubungan
yang
terjadi
antara
satu
obyeknya
dengan
dirinya
sendiri.
(3)
sesat
pikir
informal.
Penalaran
dengan
argumen
tidak
logis
atau
menyesatkan;
penarikan
kesimpulan
tak
terhindarkan
yang
palsu.
(7)
sesat
pikir
relevansi.
Sebuah
argumen
yang
premisnya
tidak
relevan
dengan
kebenaran
kesimpulan.
(7)
silogisme.
Sebuah
argumen
yang
terdiri
dari
tiga
proposisi,
yaitu
dua
premis
dan
sebuah
kesimpulan,
dimana
term
subyek
kesimpulan
berada
pada
salah
satu
premis,
term
predikat
kesimpulan
berada
pada
premis
lain,
dan
term
ketiga
hanya
berada
dalam
kedua
premis.
(4)
simetris.
Merujuk
kepada
hubungan
yang
berlaku
antara
dua
obyek,
a
dan
b,
juga
berlaku
untuk
b
dan
a.
(3)
sorites.
Sebuah
argumen
yang
terdiri
dari
rantai
propisisi
dimana
predikat
masing-masing
proposisi
merupakan
subyek
dari
proposisi
berikutnya,
dan
kesimpulannya
terdiri
dari
subyek
pertama
dan
perdikat
terakhir.
(4)
sound.
Kualitas
sebuah
argumen
deduktif
yang
valid
kalau
semua
proposisinya
benar.
(1)
subkontrari.
Merujuk
kepada
dua
proposisi
(I
dan
O)
yang
tidak
dapat
sama-
sama
salah
tetapi
bisa
sama-sama
benar.
(3)
subyek
logis.
Pemikiran
atau
penegasan
selalu
terkait
dengan
sesuatu;
sesuatu
tersebut
merupakan
subyek
logis.
Subyek
yang
menyebabkan
sebuah
tindakan
merupakan
subyek
nyata
atau
logis,
yang
merupakan
isi
dari
pernyataan.
(2)
subyek
tata
bahasa.
Sebuah
unit
sintaks2
dalam
kalimat
yang
merujuk
kepada
pihak
yang
melakukan
sebuah
tindakan
atau
yang
berada
dalam
keadaan
yang
dinyatakan
oleh
predikat;
subyek
dari
kata
kerja
merupakan
subyek
tata
bahasa.
(2)
teorema.
Sebuah
proposisi
yang
dideduksi
dari
aksioma
atau
dari
teorema
lain.
(4)
term
tengah.
Term
yang
terdapat
dalam
setiap
premis
sebuah
silogisme,
tetapi
tidak
terdapat
dalam
kesimpulan.
(4)
tidak
sound.
Lihat
juga
sound.
Kualitas
argumen
deduktif
yang
valid
ketika
satu
atau
lebih
proposisinya
salah.
(1)
transitif.
Merujuk
kepada
hubungan
yang
kalau
berlaku
bagi
a
dan
b,
dan
antara
b
dan
c,
maka
berlaku
juga
untuk
a
dan
c.
(3)
2
Pengaturan
kata-kata
156
tidak
ada
satu
doktrin
yang
bagaimanapun
sederhananya
yang
dapat
dipastikan
dari
Kitab
Suci
kecuali
dengan
menggunakan
proses
pemahaman.
Dengan
demikian,
bukanlah
sesuatu
yang
kejadian
yang
tidak
penting
ketika
baru-baru
ini
penolakan
akan
penggunaan
logika
manusia
dikemukakan
sebagai
alasan
untuk
memberi
justifikasi
penolakan
terhadap
doktrin
yang
diajarkan
secara
eksplisit
dan
berulang
kali
dalam
kata-kata
Alkitab
sendiri.
Jika
dalih
tersebut
memang
valid,
maka
akan
menghancurkan
kepercayaan
kita
kepada
semua
doktrin,
yang
semuanya
tidak
pernah
dipastikan
atau
dirumuskan
tanpa
bantuan
logika
manusia.
(The
Westminster
Assembly
and
Its
Work,
Cherry
Hill,
NJ:
Mack
Pblishing
Company,
1977,
226
227)
Jika
kita
menerima
Allah
Tritunggal
yang
dinyatakan
dalam
Alkitab,
maka
tidak
terhindarkan
bahwa
kita
menerima
kebenaran
propisisional
dan
hukum-hukum
yang
melekat
dalam
sifat
kebenaran
proposisional.
Hukum-hukum
ini
bukan
sesuatu
yang
dipaksakan
pada
pranggapan
dasar
(presaposisi)
kita
tetapi
merupakan
sesuatu
yang
implisit
di
dalam
presaposisi
tersebut
dan
kita
harus
mempercayai
aturan-aturan
ekspresi
linguistik.
Alkitab
sebagai
sebuah
buku
yang
ditulis
dalam
bahasa
manusia
mengklaim
diri
menyatakan
kebenaran.
Jika
kata
kebenaran
bukanlah
kata
yang
tak
bermakna,
maka
kebenaran
berimplikasi
pada
[benarnya]
hukum-hukum
kebenaran,
yaitu
hukum-hukum
logika.
(Volume
1,
19)
159
Tulisan
Dr.
Clark
berjudul,
God
and
Logic
yang
ditampilkan
dalam
buku-nya
Logic,
merupakan
pernyataan
yang
lebih
panjang
tentang
hubungan
antara
Allah,
logika,
Alkitab,
dan
manusia.
160
TENTANG
PENULIS
Elihu
Carranza,
Ph.D.,
Professor
Emeritus
dari
San
Jose
State
University,
yang
selama
kariernya
mengajar
berbagai
mata
kuliah
seperti
Filsafat,
Logika,
Argumentasi,
Sastra,
Sistem
Suara,
Komunikasi
antar
budaya,
Sibernetika,
dan
Penelitian
Survey.
Dia
juga
menjabat
sebagai
Dekan
Kemahasiswaan.
Ketika
cuti
dari
San
Jose
State
University,
dia
menjabat
sebagai
Provost
(Administrator
Akademis
Senior),
Evergreen
Valley
College
di
San
Jose,
California.
Dia
tinggal
di
Napa,
California.
161