Nia Oktafiana
D III KEPERAWATAN - 1B
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Trend Nikah Muda atau Pernikahan Dini marak terjadi dilingkunga
n masyarakat dewasa ini, baik di lingkungan menengah keatas maupun m
enengah kebawah. Hal lainnya yang membuat trend ini semakin menggel
itik adalah kebanyakan dari mereka merupakan lulusan Sekolah Menenga
h Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) yang tidak melanjut
kan ke jenjang yang lebih tinggi.
Seperti yang diketahui dalam UU Nomor 1 Tahun 1974 batas usia
minimal pernikahan perempuan adalah 16 tahun dan untuk laki-laki adala
h 19 tahun, tetapi bila kita tinjau lebih mendalam lagi, pernikahan dini aka
n berdampak besar bagi sisi psikologis seseorang dalam membangun sebu
ah pernikahan karena banyaknya tantangan yang harus dihadapi seperti, ru
mah tangga yang tidak harmonis, kualitas anak yang nanti akan dilahirkan,
suami-istri yang sering cekcok, dan bahkan masalah materi, dimana bila h
al ini dialami oleh seseorang yang masih dalam kategori belia, akan sangat
rentan karena pada masa tersebut ego remaja masih tinggi.
Dari kemungkinan kejadian-kejadian seperti di atas bukan tidak mu
ngkin akan dapat diketemukan jalan keluar terutama jika masalah pernikah
an dihadapi secara bijak dan arif, sehingga pernikahan mampu memberi ja
minan kebahagiaan bagi generasi berikutnya. Sebab tidak ada satupun man
usia yang menghendaki adanya kegagalan dalam pernikahan yang akhirny
a menjadi "momok" yang menakutkan dan menyengsarakan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalahnya sebagai beriku
t:
1. Apa faktor penyebab seseorang melakukan pernikahan dini?
2. Bagaimana dampak Pernikahan Dini bagi perekembangan
psikologis wanita/pria yang menikah diusia muda?
3. Bagaimana Psikologi memandang pernikahan dini?
C. Tujuan
1. Memenuhi tugas paper psikologi
2. Mengetahui faktor penyebab seseorang melakukan pernikahan
dini.
3. Mengetahui dampak yang ditimbulkan dari pernikahan dini dari
sisi psikologis wanita/pria yang menikah diusia muda.
4. Mengetahui pernikahan dini dari sudut pandang psikologi.
BAB 2
STUDI LITERATUR
Pernikahan oleh Azhar Basyir didefinisikan sebagai suatu akad atau perika
tan untuk menghalalkan hubungan kelamin antara laki-laki dan perempuan dalam
rangka mewujudkan kebahagiaan hidup keluarga yang diliputi rasa ketentraman s
erta kasih sayang dengan cara yang diridhai Allah SWT. Sedangkan menurut UU.
No. 1 / 1974 pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seora
ng wanita sebagai istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang b
ahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Lain halnya dengan pernikahan dini, bukan saja dipandang dari sisi usiany
a yang masih belia yang barometernya lebih berpijak pada perkembangan fisiologi
s / biologis, tetapi juga sangat terkait erat dengan faktor emosi seseorang sebagai
wujud dari perkembangan psikologinya. Dengan demikian pernikahan dini dapat
dikatakan sebagai akad atau perikatan antara laki-laki dan perempuan yang belum
memiliki kesiapan baik secara fisiologis maupun psikologis dalam rangka membe
ntuk keluarga. (Casmini, 2002)
PEMBAHASAN
A. Definisi Pernikahan
Hampir setiap orang memimpikan untuk membangun rumah tangga dan m
emulai babak baru di dalam kehidupannya bersama dengan sosok yang dicintainy
a. Pernikahan merupakan hal yang sangat sakral dan suci, bukan hanya sekedar m
elanjutkan tradisi yang sudah ada tetapi lebih dari itu pernikahan memiliki arti yan
g mendalam.
Pernikahan oleh Azhar Basyir didefinisikan sebagai suatu akad atau perika
tan untuk menghalalkan hubungan kelamin antara laki-laki dan perempuan dalam
rangka mewujudkan kebahagiaan hidup keluarga yang diliputi rasa ketentraman s
erta kasih sayang dengan cara yang diridhai Allah SWT. Sedangkan menurut UU.
No. 1 / 1974 pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seora
ng wanita sebagai istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang b
ahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Pernikahan dini secara umun juga diartikan sebagai instituisi agung untuk
mengikat dua insan lawan jenis yang masih remaja dalam satu ikatan keluarga. M
enurut Prof. Dr. Sarlito Wirawan Sarwono. Beliau mengartikan pernikahan dini ad
alah sebuah nama yang lahir dari komitmen moral dan keilmuan yang sangat kuat,
sebagai sebuah solusi alternatif. Solusi alternatif disini mungkin saja memiliki ma
ksud sebagai jawaban dari beberapa permasalahan yang tidak diinginkan seperti te
rjadinya kehamilan pra nikah, konflik keluarga dan yang lainnya.
Terjadinya perkawinan usia muda atau pernikahan dini menurut Hollean dalam Su
ryono disebabkan oleh:
1. Faktor Pribadi
Usia remaja merupakan usia kelabilan pada emosinya yang terkadang bera
kibat kepada keputusan untuk menikah dengan tergesa-gesa tanpa melalui pertimb
angan yang matang. Remaja, selalu berkhayal tentang sesuatu yang enak-enak dan
menyenangkan serta terkadang tidak realistis. Bayangan tersebut biasanya berkait
an dengan kebutuhan seksual. Mereka membayangkan ketika dipeluk atau memel
uk pasangannya atau kemesraan antara laki-laki dan perempuan.
2. Faktor Keluarga
2. Faktor "Kecelakaan"
3. Faktor Ekonomi
Perkawinan usia muda terjadi karena keadaan keluarga yang hidup di garis ke
miskinan, untuk meringankan beban orang tuanya maka anak wanitanya dikawink
an dengan orang yang dianggap mampu.
4. Faktor Pendidikan
5. Faktor adat
Perkawinan usia muda terjadi karena orang tuanya takut anaknya dikataka
n perawan tua sehingga segera dikawinkan. Dalam lingkungan masyarakat seperti
itu biasanya memiliki asumsi (khususnya masyarakat Jawa) bahwa perempuan ya
ng telah menginjak usia balig atau telah memasuki usia remaja sebaiknya lekas-le
kas dinikahkan. Sebab jika tidak, akan mendapat cemoohan dan julukan sebagai p
erawan yang tidak laku, atau bahkan lebih menyakitkan lagi, yakni dengan sebuta
n perawan kasep.
D. Dampak Pernikahan Dini
Tanpa kita sadari ada banyak dampak dari pernikahan dini. Ada yang berda
mpak positif ada juga yang berdampak negatif
1. Dampak positif
Dukungan emosional: Dengan dukungan emosional maka dapat
melatih kecerdasan emosional dan spiritual dalam diri setiap pasangan
(ESQ).
Dukungan keuangan: Dengan menikah di usia dini dapat
meringankan beban ekonomi menjadi lebih menghemat.
Kebebasan yang lebih: Dengan berada jauh dari rumah maka
menjadikan mereka bebas melakukan hal sesuai keputusannya untuk
menjalani hidup mereka secara finansial dan emosional.
Belajar memikul tanggung jawab di usia dini: Banyak pemuda
yang waktu masa sebelum nikah tanggung jawabnya masih kecil
dikarenakan ada orang tua mereka, disini mereka harus dapat mengatur
urusan mereka tanpa bergantung pada orang tua.
Terbebas dari perbuatan maksiat seperti zina dan lain-lain.
1. Dampak negatif
Dari segi pendidikan: Sebagaimana telah kita ketahui
bersama, bahwa seseorang yang melakukan pernikahan terutama
pada usia yang masih muda, tentu akan membawa berbagai
dampak, terutama dalam dunia pendidikan. Dapat diambil contoh,
jika sesorang yang melangsungkan pernikahan ketika baru lulus
SMP atau SMA, tentu keinginannya untuk melanjutkan sekolah
lagi atau menempuh pendidikan yang lebih tinggi tidak akan
tercapai. Hal tersebut dapat terjadi karena motivasi belajar yang
dimiliki seseorang tersebut akan mulai mengendur karena
banyaknya tugas yang harus mereka lakukan setelah menikah.
Dengan kata lain, pernikahan dini dapat menghambat terjadinya
proses pendidikan dan pembelajaran.
Selain itu belum lagi masalah ketenaga kerjaan, seperti realita
yang ada didalam masyarakat, seseorang yang mempunyai pendidi
kan rendah hanya dapat bekerja sebagai buruh saja, dengan demikia
n dia tidak dapat mengeksplor kemampuan yang dimilikinya.
Dari segi kesehatan: Baik organ seks laki-laki maupun
organ seks perempuan mencapai ukuran matang pada akhir masa
remaja, kira-kira umur 21 atau 22 tahun. Oleh karena itu
pernikahan yang dilakukan pada usia belasan tahun bukan
merupakan masa reproduksi yang sehat, karena organ seks belum
mengalami kematangan. Wanita pada usia belasan secara fisiologik
dapat hamil dan melahirkan, tetapi pada usia tersebut sebenarnya
secara medis dan psikologi belum cukup matang untuk mengasuh
anak. wanita yang hamil di bawah usia 19 tahun dapat berisiko
pada kematian, selain kehamilan di usia 35 tahun ke atas. Risiko
lain, lanjutnya, hamil di usia muda juga rentan terjadinya
pendarahan, keguguran, hamil anggur dan hamil prematur di masa
kehamilan. Selain itu, risiko meninggal dunia akibat keracunan
kehamilan juga banyak terjadi pada wanita yang melahirkan di usia
dini. Salah satunya penyebab keracunan kehamilan ini adalah
tekanan darah tinggi atau hipertensi.
Dokter spesialis kebidanan dan kandungan dari Rumah Sakit B
alikpapan Husada (RSBH) dr Ahmad Yasa, SPOG mengatakan, per
empuan yang menikah di usia dini kurang dari 15 tahun memiliki b
anyak risiko, sekalipun ia sudah mengalami menstruasi atau haid.
Ada dua dampak medis yang ditimbulkan oleh pernikahan usia dini
ini, yakni dampak pada kandungan dan kebidanannya. penyakit ka
ndungan yang banyak diderita wanita yang menikah usia dini, antar
a lain infeksi pada kandungan dan kanker mulut rahim. Hal ini terja
di karena terjadinya masa peralihan sel anak-anak ke sel dewasa ya
ng terlalu cepat. Padahal, pada umumnya pertumbuhan sel yang tu
mbuh pada anak-anak baru akan berakhir pada usia 19 tahun.
Berdasarkan beberapa penelitian yang pernah dilakukan, rata-ra
ta penderita infeksi kandungan dan kanker mulut rahim adalah wan
ita yang menikah di usia dini atau dibawah usia 19 atau 16 tahun.
Di sekitar kita ada banyak bukti empiris dan tidak perlu dipaparkan di sini
bahwa menikah di usia dini tidak menghambat studi, bahkan justru bisa menjadi
motivasi untuk meraih puncak prestasi yang lebih cemerlang. Selain itu, menurut
bukti-bukti (bukan hanya sekedar teori) psikologis, pernikahan dini juga sangat ba
ik untuk pertumbuhan emosi dan mental, sehingga kita akan lebih mungkin menca
pai kematangan yang puncak (Muhammad Fauzil Adhim, Indahnya Pernikahan D
ini, 2002). Pernikahan akan mematangkan seseorang sekaligus memenuhi separuh
dari kebutuhan-kebutuhan psikologis manusia, yang pada gilirannya akan menjad
ikan manusia mampu mencapai puncak pertumbuhan kepribadian yang mengesan
kan.
Dari kacamata psikologi, pernikahan dini lebih dari sekedar alternatif dari se
buah musibah yang sedang mengancam kaum remaja, tapi ia adalah motivator unt
uk melejitkan potensi diri dalam segala aspek positif.
Kesimpulan
Pada dasarnya, rumah tangga dibangun atas komitmen bersama dan merup
akan pertemuan dua pribadi berbeda. Namun, hal ini sulit dilakukan pada pernika
han usia remaja.. Hal tersebut memacu terjadinya konflik yang bisa berakibat pisa
h rumah, atau bahkan perceraian. Itu semua karena emosi remaja masih labil. Si re
maja bingung memikirkan tentang kehidupan keluarga. Ia tidak bisa membagi wa
ktu antara sekolah dan keluarga, sehingga menjadi depresi berat.
Saran
Apabila tidak bisa menahan nafsu, dan khawatir melakukan seks bebas, maka ia
diperbolehkan menikah walaupun itu pernikahan dini.
Pernikahan dini bisa menyebabkan kanker leher rahim. Untuk itu perempuan yang
aktif secara seksual dianjurkan melakukan tes Papsmear 2-3 tahun sekali.
Sebelum melakukan pernikahan dini, hendaknya kita memikirkan apa resiko yang
akan terjadi. Dan juga melakukan persiapan yang akan dibutuhkan dalam
pernikahan tersebut.
Pernikahan adalah sebuah hal yang sakral dan suci. Menikahlah karena
memang mampu dan bisa mempertanggung jawabkan semua hal yang ak
an terjadi kedepannya bukan hanya karena nafsu tanpa memikirkan risiko
nya.
Daftar Pustaka
http://nyna0626.blogspot.co.id/2008/10/pernikahan-dini-pada-kalangan-remaja-
15.html
www.academia.edu/6546241/Makalah-pernikahan-dini