Anda di halaman 1dari 19

BAB III

PERANCANGAN SCREW CONVEYOR

Kerja praktek di PT. Mustika Agung Teknik selama 30 hari. Penulis


melaksanakan tugas-tugas di Perusahaan Engineering, bagian poroduksi
perancangan Screw Conveyor, Tujuannya agar penulis dapat mengetahui secara
khusus tugas-tugas yang bergerak dibidang produksi mesin dan proses permesinan
khususnya di bagian perancangan. Sebelumnya oleh instruktur, para mekanik dan
operator mesin PT.Mustika agung teknik memberikan arahan dan bimbingan
kepada penulis, sehingga penulis dapat mengerti tentang bagai mana cara
merancang screw conveyor serta tindakan-tindakan yang diambil jika terjadi
masalah pada mesin.

3.1 Sejarah Screw Conveyor.


Perkembangan jaman yang semakin canggih membuat alat alat yang di
ciptakannya juga semakin bagus, dan canggih, seperti belt conveyor ini.
Sejarah belt conveyor atau ban berjalan dimulai pada paruh kedua abad ke-17.
Sejak itu, ban berjalan telah menjadi bagian tak terelakkan dari transportasi
material. Tapi itu pada tahun 1795 bahwa ban berjalan atau belt conveyor
menjadi alat populer untuk menyampaikan bahan massal. Pada awalnya, belt
conveyor ban berjalan yang digunakan hanya untuk memindahkan karung biji-
bijian untuk jarak pendek.
Sabuk belt conveyor sistem dan kerja yang cukup sederhana di hari-hari
awal. Sistem belt conveyor memiliki tempat tidur kayu datar dan sebuah sabuk
yang melakukan perjalanan di atas tempat tidur kayu. Sebelumnya, belt
conveyor ban berjalan terbuat dari kulit, kanvas atau karet. Sistem conveyor
belt primitif sangat populer untuk menyampaikan barang berukuran besar dari
satu tempat ke tempat lain. Pada awal abad ke-20, aplikasi belt conveyor atau
ban berjalan menjadi lebih luas.
Hymle Goddard Logan Perusahaan adalah orang pertama yang menerima
paten untuk belt conveyor rol pada tahun 1908. Bisnis conveyor rol tidak

14

http://digilib.mercubuana.ac.id/
makmur. Beberapa tahun kemudian, pada tahun 1919, conveyor bertenaga dan
bebas digunakan dalam produksi otomotif. Dengan demikian, ban berjalan
menjadi alat populer untuk menyampaikan barang berat dan besar dalam
pabrik.
Selama tahun 1920-an, ban berjalan yang umum, dan juga mengalami
perubahan yang luar biasa. Ban berjalan atau belt conveyor yang digunakan di
tambang batubara untuk menangani berjalan batubara selama lebih dari 8kms,
dan dibuat dengan menggunakan lapisan kapas dan penutup karet. Ban
terpanjang atau belt conveyor sekarang digunakan adalah 60 mil panjang, di
tambang fosfat Sahara Barat.
Salah satu titik balik dalam sejarah belt conveyor atau ban berjalan adalah
pengenalan ban berjalan sintetis. Itu diperkenalkan selama Perang Dunia
Kedua, terutama karena kelangkaan bahan alami seperti katun, karet dan
kanvas. Sejak itu, belt conveyor atau ban berjalan sintetik telah menjadi
populer di berbagai bidang.
Dengan meningkatnya permintaan di pasar, polimer sintetis banyak dan
kain mulai digunakan dalam pembuatan belt conveyor atau ban berjalan. Hari
ini, katun, kanvas, EPDM, kulit, neoprene, nilon, poliester, poliuretan,
urethane, PVC, karet, silikon dan baja yang umum digunakan dalam belt
conveyor atau ban berjalan. Saat ini, bahan yang digunakan untuk membuat
ban ditentukan oleh aplikasinya.

3.2 Pengertian Screw Conveyor.


Screw conveyor merupakan salah satu perlengkapan produksi pada suatu
pabrik/persahaan, alat ini memiliki ulir dan arah putaran searah jarum jam.
Dimana masing-masing ulir antara satu dengan yang lainnya mempunyai jarak
yang sama dimana fungsinya adalah untuk memindahkan atau mentransfer
Bahan baku di dalamnya dll.
Alat ini pada dasarnya terbuat dari pisau yang berpilin mengelilingi suatu
sumbu sehingga bentuknya mirip sekrup. Pisau berpilin ini disebut flight.
Macam-macam flight adalah Sectional flight, helicoid flight, dan special flight,
ketiga itu terbagi atas cast iron flight, ribbon flight, dan cut flight.

15

http://digilib.mercubuana.ac.id/
Conveyor berflight section dibuat dari pisau-pisau pendek yang disatukan
tiap pisau berpilin satu putaran penuh dengan cara disambung tepat pada tiap
ujung sebuah pisau dengan dilas sehingga akhirnya akan membentuk sebuah
pilinan yang panjang.
Sebuah helicoid flight, bentuknya seperti pita panjang yang berpilin
mengelilingi suatu poros. Untuk membentuk suatu conveyor, flight- flight itu
disatukan dengan cara dilas tepat pada poros yang bersesuaian dengan pilinan
berikutnya, flight khusus digunakan dimana suhu dan tingkat kerusakan tinggi
adalah flight cast iron. Flight-flight ini disusun sehingga membentuk sebuah
conveyor, Untuk bahan yang lengket, digunakan ribbon flight Untuk
mengaduk digunakan cut flight. Flight pengaduk ini dibuat dari flight biasa,
yaitu dengan cara memotong-motong flight biasa lalu membelokkan
potongannya ke berbagai arah.
Adapun gambar dari jenis-jenis flight (daun screw) adalah sebagai berikut:
a. Sectional.
.

b. Helicoid

16

http://digilib.mercubuana.ac.id/
c. Cast Iron.

d. Ribbon

e. Cut Flight.

Gambar 3.2 Jenis Screw Conveyor


Sumber Gambar : Google.com

17

http://digilib.mercubuana.ac.id/
3.3 Prinsip kerja
Prinsip kerja menurut suryadi dari sumber tertera.
Pada dasarnya alat ini terdiri dari baja yang memiliki spiral atau helical fin
yang tertancap pada shaft dan berputar dalam suatu saluran berebentuk U
(through) tanpa menyentuhnya sehingga helical fin mendorong material ke
trough. Shaft digerakkan oleh motor gear.
Namun screw coneyor Pada perancangan ini dibuat dalam bentuk O
(Circle), karena screw conveyor ini di buat/dirancang untuk Mengolah bahan
adonan makanan di dalamnya, lebih tepatnya lagi untuk mentransfer olahan
tepung menuju proses selanjutnya, sebab jika di buat dalam bentuk U
(throught) olahan tepung di dalamnya nantinya akan tersangkut dan
menggumpal di sudut-sudut casing dan akan mengakibatkan tumbuhnya jamur
dan bakteri di dalamnya, karena bentuk casing yang tidak mengikuti bentuk
alur screw yang berbentuk circle, maksud dari hal ini adalah untuk
mengantisipasi timbulnya bakteri dan jamur di dalamnya, karena alat ini di
buat khusus untuk produksi makanan.
Elemen screw conveyor disebut flight (daun screw) . Bentuknya spiral
(lilitan seperti ulir) atau dengan modifikasi tertentu yang menempel pada
poros.

Gambar 3.3. Proses kerja screw conveyor


Sumber Gambar : Google.com

Screw conveyor memerlukan sedikit ruangan dan tidak membutuhkan


mekanik serta membutuhkan biaya yang sedikit. Material bercampur saat
melewati conveyor. Pada umumnya screw conveyor dipakai untuk
mengangkut bahan secara horizontal.

18

http://digilib.mercubuana.ac.id/
3.4 Komponen-Komponen Screw Conveyor.
1. Screw 10inch x 40002set
2. Casing 10inch
3. Flange plat t.6mm
4. End flange plat t.8mm
5. Outlate Chute
6. Flap
7. End shaft
8. Peneumatic
9. Motor

3.5 Jenis Matrial Pembuatan Screw Conveyor


Stainlees Steel Food Grade 304
Austenitic type 300 yaitu 304, pada dasarnya material umum yang di
gunakan untuk mengolah bahan makanan adalah :
Plat stainlees steel food grade 304, adalah standar 18/8 stainless steel
yang mengandung 18% chromium, 8% nickel dengan maximum 0.08% carbon.
18/10 SS yang mengandung 18 chromium & 10% nickel juga dikenal sebagai
grade 304.
Grade 304 memiliki karakteristik pembentukan dan pengelasan yang
sangat baik dan daya tahan karat yang baik terhadap berbagai asam di dalam
buah, sayuran, susu, daging dan sebagainya. SS-304 adalah stainless steel
yang paling umum digunakan, misalnya pada bak cuci piring (sinks), teko
kopi (coffe pot), dispenser, thermos, panci (pans), perlengkapan makan
(flatware, dishware), alat-alat masak, perabot rumah tangga (utensil).
Penomoran sistem seri 300 (mis: grade 304 stainless steel), 400 dan buku
pedoman produk stainless steel yang berisi penandaan, analisa kimia, sifat
mekanik dan fisik pada masing-masing grade dilakukan oleh AISI (American
Iron & Steel Institute) dan The Iron & Steel Society.

19

http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 3.5 Pipa (Casing) Stainlees Steel SUS304.
Sumber Gambar : Lokasi Kerja Praktek.

3.6 Tahap-tahap prososes perancangan


Untuk menerangkan proses perancangan lebih lanjut, maka diperlukan
beberapa proses untuk mencapai tujuan dengan mengikuti langkah-langkah
berikut ini :
1. Mengetahui kebutuhan
2. Mendefenisikan masalah
3. Mengumpulkan informasi
4. Membuat konsep
5. Evaluasi
6. Mennyampikan hasil rancangan

3.7 Proses pembuatan bagian - bagian screw conveyor.


Proses dalam pembuatan screw conveyor di PT.Mustika agung teknik ini
Di lakukan secara manual dengan bantuan alat alat perkakas seperti :
1. Mesin bubut.
2. Milling.
3. Mesin gerinda.
4. Mesin welding.
5. Takel.

Berikut ini adalah proses pembuatan bagian-bagian screw conveyor sebelum


memasuki proses perancangan :

20

http://digilib.mercubuana.ac.id/
3.7.1 Proses vibral
Adalah roses penghalusan/pengkilatan casing, casing ini memiliki
panjang 4000mm, panjang keseluruhan 8000mm, dan diameter
lingkaran 273mm, proses vibral bisa di samakan dengan proses
"Buffing" adalah Nama pekerjaan untuk menghaluskan/membersihkan
benda logam/besi plat dan bisa juga alumunium langkah awal untuk
membuffing adalah pertama tama mempersiapkan alat alatnya dahulu
adapun alat alat yg musti di persiapkan adalah :
1. Mesin gerinda tangan
2. Hampelas Roll no 60,80,120,180,200 dan Hampelas 240 secukupnya
(semakin halus hampelas akan semakin bagus atau kinclong
hasilnya).
3. Kain poles.
4. Kacamata pelindung.
5. Sarung tangan.
6. Masker.

Fungsi Dari Casing ini adalah sebagai pelindung screw di


dalamnya pada saat proses produksi berlangsung, dan fungsi itu sendiri
adalah sebagai poros untuk pemasangan Screw sebagai material utama
untuk memindahkan/mendorong bahan yang berada di dalamnya, karena
cara kerja screw itu sendiri berputar mengikuti arah putaran pipa poros.

Gambar 3.7.1. Proses Vibral,Casing dan pipa Poros.


Sumber Gambar : Lokasi Kerja Praktek

21

http://digilib.mercubuana.ac.id/
3.7.2 Proses Pembuatan Inlet Outlet Hole
Adalah proses pembuatan inlet outlet ini dengan ukuran dimensi
300 x 500mm, diameter lubang baut 13, Proses pembuatan Inlet Outlet
ini menggunakan Besi Plat Stainlees 304 kemudian di bagi menjadi 4
sesuai ukuranya, kemudian di las menggunakan wiremest.
Fungsi Inlet Outlet ini adalah sebagai penyambung antara kedua
screw, untuk menyambungkan screw IN dan OUT dan untuk
menyambungkan Outlate Chute.

Gambar 3.7.2. Inlet Outlet.


Sumber Gambar : Lokasi Tempat Praktek.

3.7.3 Proses pembuatan flange (flange casing)


Proses pembuatan flange pipa pada dasarnya terbilang cukup
mudah, yaitu dengan cara proses pembubutan yang di sesuaikan
dengan diameter casing, lalu proses pelubangan untuk pemasangan
baut dengan ukuran yang sudah tertera di gambar berikut, dan material
yang digunakan umunya semua sama dengan menggunakan material
Satainlees steel SUS304.
Fungsi dari flange ini adalah untuk sebgai bantalan flange motor,
agar pada saat motor bergerak flange ini berfungsi seebagai penahan
dari getaran yang di hasilkan dari motor penggerak screw.

22

http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 3.7.3. Flange Pipa
Sumber Gambar : Lokasi Tempat Praktek.

3.7.4 Proses pembuatan end flange.


Proses pembuatan end flange ini masih sama dengan proses
pembuatan flange casing hanya saja flange motor ini di tambahkan
bantalan berbentuk persegi 4 dan di beri lubang di tengahnya, fungsinya
untuk meletakan motor penggerak dan AS poros sebagai penggerak
screw.
Fungsi dari Flange Motor ini sebagai bantalan untuk meredam
getaran pada saat flange motor di sambungkan ke flange casing, dan inti
fungsi dari kedua flange ini adalah sebagai peredam.

23

http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 3.8. Flange Motor Front dan end cover
Sumber Gambar : Lokasi Kerja Praktek.

3.7.5 Proses pembuatan end shaft dan drive shaft


Pada dasarnya pembuatan end shaft dan drive shaft ini hanya besi
yang berbentuk circle, dan kemudian besi ini di bentuk sesuai ukuran
radius yang di sesuaikan dengan dambar kerja, lalu proses selanjutnya
besi ini di masukan ke dalam proses pembubutan dengan menggunakan
mesin bubut, dan kemudian di bubut sesuai ukuran gambar kerja
shaft/poros.

End Shaft.

24

http://digilib.mercubuana.ac.id/
Drive shaft.
Gambar 3.9. End shaft drive shaft.
Sumber Gambar : Lokasi Kerja Praktek.

3.7.6 Proses pembuatan plat screw.


Pada proses pembuatan screw ini hal yang pertama dilakukan
adalah proses pemotongan plat, plat ini berdiameter 254,00mm, proses
pemotogan di lakukan dari titik center flat lalu di berikan ukuran radius
66 dan kemudian di potong menggunakan mesin gerinda tangan, fungsi
pemotongan plat ini untuk menyambungkan plat yang selanjutnya dan
untuk memudahkan proses penarikan pada saat plat di tarik mengikuti
pola pipa, setelah plat terpotong maka selanjutnya plat di sambung
menggunakan las wiremest dengan plat yang lainya, dan ditarik dengan
menggunakan alat bantu bernama takel, takel ini lah yang berperan besar
dalam pembuatan screw.
Fungsi dari screw ini sebagai alat untuk menransfer/memindahkan
bahan yang berada di dalamnya untuk memasiki proses yang
selanjutnya.

25

http://digilib.mercubuana.ac.id/
Plat screw sebelum dan sesudah pemotongan

Penarkan flat dengan takel.

Proses setelah sambungan dan penarikan.


Gambar 3.10. Proses pembuatan Screw.
Sumber Gambar : Lokasi Kerja Praktek.
3.7.7 Proses pembuatan outlate chute.
Pada proses Pembuatan Outlate Chute ini bahan utamanya ada plat,
lalu plat tersebut di bentuk berdasarkan pola gambar, setelah pola
terbentuk sesuai ukuran maka masuk proses pemotongan dengan mesin
gerinda, dan setelah proses pemotonga bagian-bagian bahan selesai,

26

http://digilib.mercubuana.ac.id/
maka proses selanjutnya adalah menyambung bagian-bagian plat
tersebut menjadi satu bagian utuh berbentuk Outlate Chute, lalu
didalamnya ditambahkan Flap. Setelah semua bagian menjadi satu atau
sudah berbentuk sesuai dengan gamar kerja, maka selanjutnya outlate
chute ini di pasangkan peneumatic.
Fungsi outlate chute sebagai penampang atau celana pada saat
proses di dalam screw berlangsung, dan outlate chute inilah sebagai
proses akhir dari screw untuk memasuki proses selanjutnya, dan fungsi
dari peneumatic ini sebagai penampang, maksud dari penampang ini
adalah ketika bahan baku yang berjalan atau di olah di dalam screw
ketika bahan baku itu keluar memasuki outlate chute maka peneumatic
ini bertugas untuk mengatur kapasitaas yang masuk ke dalam proses
selanjutnya agar tidak kelebihan bahan/Overload.

27

http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bagian-bagian potongan pembuatan outlate chute beserta ukuranya.

Flap.

28

http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bentuk outlate chute setelah perakitan dan pemasangan peneumatic.
Gambar 3.7.7. Proses bagian dan pembuatan outlate chute.
Sumber Gambar : Lokasi Kerja Praktek.

3.8 Motor.
Motovario (motor) adalah Motor/mesin sebagai otak penggerak screw
conveyor.
Berikut adalah spesifikasi motor dan gear box pada motovario.

P1 N2 M2 f.s. I D
kw 1/min Nm

4
560.0 67 1,3 2,50 72-73

Gear box. Motor.


Gambar 3.12. Gear box dan Motor.
Sumber Gambar : Lokasi Kerja Praktek.

29

http://digilib.mercubuana.ac.id/
Ket Gambar : Gear box ini menggunakan jenis MRC/PRC 061 dan
motor menggunakan motor 112a4, dan ber dimensi 72-73cm, daya dari
motor sebesar 4kw dan memiliki n2 sebesar 560.0 1x putaran
permenit.

3.9 Proses perancangan.


Definisi Perancangan Menurut PAHL dan BEITZ.
Dalam proses perancangan banyak sekali model perancangan yang
diajukan oleh para perancang, tetapi kebanyakan model yang lebih rumit
sering mengaburkan tujuan utama dari perancangan dengan mencampurkan
antara ditail dari berbagai masalah dan aktivitas dalam melakukan pekerjaan
rancangan. Salah satu model yang telah disempurnakan dikemukakan oleh
Pahl dan Beitz.
Model Pahl dan Beitz bedasarkan pada tahap-tahap perhitungan sebagai
berikut :
Klarifikasi dari masalah, mengumpulkan informasi tentang kebutuhan
untuk diujudkan dalam produk akhir dan juga mengumpulkan informasi
tentang batasan masalah.
Mambuat konsep perancangan, menetapkan fungsi struktur, penelitian
untuk pemecahan masalah yang sesuai, penggabungan kedalam beberapa
konsep..
Pengujutan rancangan, dimulai dari konsep, para perancang membuat
kaluaran dan bentuk serta membuat produ atau sistem dengan
pertimbangan teknik dan ekonomi
Rincian rancangan, penyususnan bentuk, dimensi dan sifat-sifat umum
dari setiap komponen akhir yang berisi spesifikasi material, kelayakan
teknik dan ekonomi. Pemeriksaan kembali semua gambar dan dokumen
produksi yang telah dihasilkan.

Berikut ini adalah diagram alir dari model proses perancangan menurut
pahl dan beitz :

30

http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 3.13. Proses Perancangan diagram alir menurut PAHL AND BEITZ
Sumber Gambar : Google.com

3.9.1 Proses perancangan screw conveyor.


Setelah melalui proses tahapan pembuatan bagian-bagian dari
screw conveor, barulah proses selanjutnya kita memasuki proses
perancangan/perakitan dari bagian - bagian benda tersebut.

31

http://digilib.mercubuana.ac.id/
Proses pertama perancangan adalah :
1. Proses pelubangan pada casing di setiap bagian ujung casing untuk
menempatkan Inlet outlet hole, Setelah di lubangi barulah inlet outlet
tersebut di sambungkan ke casing menggunakan las argon dengan
bantuan wiremest untuk pancinganya dan sebagai pengganti las listrik
(elektroda).
2. Setelah casing dan inlet outlet telah menyatu baruah langkah
selanjutnya menyatukan antara screw dan pipa poros dengan cara
penarikan menggunakan takel dan kemudian di las menggunakan
wiremest, setelah itu barulah di pasangkan end shaft dan drive shaft
untuk penyangga flange dan motovario.
3. Proses selanjutnya adalah memasang screw yang telah terpasang
dengan pipa poros ke dalam casing, setelah itu barulah flange dan
end flange di pasangkan.
4. Kemudian setelah proses screw, casing, dan flange terpasang maka
proses selanjutnya adalah proses memasang inlet outlet hole dengan
cara menyambungkannya dengan menggunakan baut dan mur,
kemudian pada dalam inlet outlet di pasangkan flap, lalu sisi samping
inlet outlet juga di pasangkan peneumatic.
5. Lalu setelah Semua proses terangkai menjadi satu barulah di
pasangkan motovario sebagai otak penggerak rangkaiann screw
conveyor.

Proses di atas adalah adalah langkah langkah untuk merancang screw


conveyor.

32

http://digilib.mercubuana.ac.id/

Anda mungkin juga menyukai