Persetujuan Tindakan Medis (Informed Consent)
Persetujuan Tindakan Medis (Informed Consent)
dengan bebas, rasional, tanpa paksaan (voluntary) tentang tindakan kedokteran yang akan dilakukan terhadapnya sesudah
mendapatkan informasi yang cukup tentang tindakan kedokteran yang dimaksud. Persetujuan ini bisa dalam bentuk lisan maupun
tertulis. Pada hakikatnya informed consent adalah suatu proses komunikasi antara dokter dan pasien tentang kesepakatan tindakan
medis yang akan dilakukan dokter terhadap pasien (ada kegiatan penjelasan rinci oleh dokter), sehingga kesepakatan lisan pun
sesungguhnya sudah cukup. Penandatanganan formulir Informed Consent secara tertulis hanya merupakan pengukuhan atas apa
yang telah disepakati sebelumnya. Formulir ini juga merupakan suatu tanda bukti yang akan disimpan di dalam arsip rekam medis
pasien (Guwandi J, 2004).
Informed Consent berakar dalam nilai-nilai otonomi di dalam masyarakat yang diyakini sebagai hak-hak mereka dalam menentukan
nasibnya sendiri apabila akan dilakukan tindakan medis. Informed Consent sebagai mana bentuknya telah mengalami suatu proses
panjang, sumber dasar dari filsafah moral, sosial-budaya dan politik.
Di Indonesia masalah Informed Consent sudah diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
290/MENKES/PER/III/2008. namun dalam pelaksanaannya belum sebagaimana mestinya, masih ditemui kendala-kendala yang
menyangkut bidang sosial-budaya dan kebiasaan. Selain itu karena menyangkut hak asasi manusia, Informed Consent sebenarnya
telah diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 29 Tahun 2004 tentang praktik kedokteran, pada Pasal 45 tentang
Persetujuan Tindakan Kedokteran atau Kedokteran Gigi.
Pernyataan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tentang Informed Consent dalam lampiran SKB IDI No. 319 /P/BA/88 butir 33 berbunyi
Setiap tindakan medis yang mengandung resiko cukup besar mengharuskan adanya persetujuan tertulis yang ditandatangani oleh
pasien, setelah sebelumnya pasien itu memperoleh informasi yang cukup kuat tentang perlunya tindakan medis yang bersangkutan
serta resiko yang bersangkutan dengannya (Departemen Kesehatan RI, 1997).
Tindakan dokter dalam pelayanan medis merupakan suatu upaya yang hasilnya belum pasti, akan tetapi akibat yang timbul dari
tindakan itu dapat diketahui berdasarkan pengetahuan dan pengalaman dokter yang bersangkutan. Karenanya kemungkinan
terjadinya kesalahan dalam tindakan merupakan tanggung jawab dokter, sedangkan suatu pembebasan terhadap kesalahan
(kelalaian) kurang berhati-hati dianggap bertentangan dengan kesusilaan.
Informed Consent untuk pasien yang telah setuju mendapat pelaksanaan tindakan medik dari dokter terhadap dirinya dengan
menyadari sepenuhnya atas segala resiko tindakan medik yang akan dilakukan oleh dokter. Pernyataan tersebut juga dicantumkan
bahwa dokter telah menjelaskan sifat, tujuan serta kemungkinan (resiko) akibat yang timbul dari tindakan tersebut kepada pasien
atau keluarganya. Dokter yang bersangkutan juga harus menandatangani formulir Persetujuan Tindakan Medik.
Pengertian tentang resiko medik (Malpraktek dan Resiko Medik Dalam Kajian Hukum Pidana (Guwandi J, 1994) sebagai berikut :
1. Bahwa dalam tindakan medik ada kemungkinan (resiko) yang dapat terjadi yang mungkin tidak sesuai harapan pasien. Ketidak
mengertian pasien terhadap resiko yang dihadapinya dapat mengakibatkan diajukannya tuntutan ke pengadilan oleh pasien
tersebut.
2. Bahwa di dalam tindakan medis ada tindakan yang mengandung resiko tinggi.
3. Bahwa resiko tinggi tersebut berkaitan dengan keselamatan jiwa pasien.