Anda di halaman 1dari 29

BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah): Anak Terlindung dari Penyakit Campak, Difteri dan

Tetanus
oleh: Dr. Julitasari Sundoro, dr., MScPH
Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) bertujuan untuk memberikan perlindungan bagi anak-anak
usia sekolah dasar terhadap penyakit campak, difteri dan tetanus.

Kesehatan merupakan salah satu unsur kesejahteraan bagi masyarakat melalui pembangunan
kesehatan dengan perencanaan terpadu. Pembangunan kesehatan di Indonesia memiliki beban
ganda (double burden), dimana penyakit menular masih masalah karena tidak mengenal batas
wilayah administrasi sehingga tidaklah mudah untuk memberantasnya. Dengan tersedianya vaksin
mampu mencegah penyakit menular sebagai salah satu tindakan pencegahan yang efektif dan
efisien. Pemberian vaksin melalui program imunisasi merupakan salah satu strategi pembangunan
kesehatan nasional dalam rangka mewujudkan Indonesia sehat. Program imunisasi mengacu
kepada konsep Paradigma Sehat, dimana prioritas utama dalam pembangunan kesehatan yaitu
upaya pelayanan peningkatan kesehatan (promotif) dan pencegahan penyakit (preventif) secara
menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Menurut Undang-Undang Nomor 23 tahun 1992
tentang kesehatan bahwa program imunisasi sebagai salah satu upaya pemberantasan penyakit
menular. Upaya imunisasi telah diselenggarakan di Indonesia sejak tahun 1956. Upaya ini
merupakan upaya kesehatan yang terbukti paling cost effective. Mulai tahun 1977, upaya
imunisasi dikembangkan menjadi Program Pengembangan Imunisasi dalam rangka pencegahan
penularan terhadap Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I), yaitu tuberculosis,
difteri, pertusis, campak, polio, tetanus dan hepatitis B. Beberapa bulan yang lalu pada beberapa
daerah di Indonesia terserang kembali wabah penyakit difteri dan campak. Seperti kasus
peningkatan kasus infeksi difteri di Jawa Timur berdasarkan laporan sampai dengan tanggal 8
Desember 2011 terjadi 560 kasus klinis difteri dengan 13 kematian. Kasus difteri ini sudah
menyebar ke beberapa daerah lain di Indonesia. Penyakit-penyakit yang kembali mewabah ini
(emerging diseases) merupakan penyakit yang angka kejadiannya memiliki kecenderungan untuk
meningkat dalam waktu dekat dan area geografis penyebarannya meluas. Selain itu, termasuk juga
penyakit yang mencuat kembali (reemerging diseases), yaitu penyakit meningkat kembali setelah
sebelumnya mengalami penurunan angka kejadian yang signifikan. Untuk mengatasi hal tersebut,
pemerintah melalui Kementerian Kesehatan Republik Indonesia sejak tahun 1984 telah mulai
melaksanakan program imunisasi pada anak sekolah. Program ini kemudian dikenal dengan istilah
Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) yang diresmikan pada 14 November 1987 melalui Surat
Keputusan bersama dari Menteri Kesehatan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri
Agama, dan Menteri Dalam Negeri. Mengapa pemerintah menyelenggarakan BIAS? Imunisasi
yang telah diperoleh pada waktu bayi belum cukup untuk melindungi terhadap penyakit PD3I
(Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi) sampai usia anak sekolah. Hal ini disebabkan
karena sejak anak mulai memasuki usia sekolah dasar terjadi penurunan terhadap tingkat
kekebalan yang diperoleh saat imunisasi ketika bayi. Oleh sebab itu, pemerintah
menyelenggarakan imunisasi ulangan pada anak usia sekolah dasar atau sederajat (MI/SDLB)
yang pelaksanaannya serentak di Indonesia dengan nama Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS).
Penyelenggaraan BIAS ini berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor
1059/Menkes/SK/IX/2004 dan mengacu pada himbauan UNICEF, WHO dan UNFPA tahun 1999
untuk mencapai target Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal (MNTE) pada tahun 2005 di
negara berkembang (insiden dibawah 1 per 1.000 kelahiran hidup dalam satu tahun). BIAS adalah
salah satu bentuk kegiatan operasional dari imunisasi lanjutan pada anak sekolah yang
dilaksanakan pada bulan tertentu setiap tahunnya dengan sasaran seluruh anak-anak usia Sekolah
Dasar (SD) atau sederajat (MI/SDLB) kelas 1, 2, dan 3 di seluruh Indonesia. Imunisasi lanjutan
sendiri adalah imunisasi ulangan yang ditujukan untuk mempertahankan tingkat kekebalan diatas
ambang perlindungan atau memperpanjang masa perlindungan. Imunisasi yang diberikan berupa
vaksin Difteri Tetanus (DT) dan Vaksin Campak untuk anak kelas 1 SD atau sederajat (MI/SDLB)
serta vaksin Tetanus Toksoid (TT) pada anak kelas 2 atau 3 SD atau sederajat (MI/SDLB). Pada
tahun 2011, secara nasional imunisasi vaksin TT untuk kelas 2 dan kelas 3 SD atau sederajat
(MI/SDLB) ditambah dengan Antigen difteri (vaksin Td). Pemberian imunisasi ini sebagai booster
untuk mengantisipasi terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) Difteri. Perubahan pemberian
imunisasi dari vaksin TT ditambah dengan vaksin Td ini sejalan dengan rekomendasi dari Komite
Ahli Penasehat Imunisasi Nasional atau Indonesia Technical Advisory Group on Immunization.
Hal ini disebabkan adanya perubahan trend kasus infeksi difteri pada usia anak sekolah dan remaja.
Pemberian imunisasi bagi para anak usia SD atau sederajat (MI/SDLB) ini merupakan komitmen
pemerintah khususnya Kementerian Kesehatan dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya
manusia melalui Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Selain itu, berdasarkan Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1059/MENKES/SK/IX/2004 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Imunisasi bahwa imunisasi sebagai salah satu upaya preventif untuk mencegah
penyakit melalui pemberian kekebalan tubuh harus dilaksanakan secara terus menerus,
menyeluruh, dan dilaksanakan sesuai standar sehingga mampu memberikan perlindungan
kesehatan dan memutus mata rantai penularan. Penyakit difteri Difteri adalah salah suatu
penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diptheriae. Penyakit ini
diperkenalkan pertama kali oleh Hipokrates pada abad ke 5 SM dan epidemi pertama dikenal pada
abad ke-6 oleh Aetius. Bakteri tersebut pertama kali diisolasi dari pseudomembran pasien
penderita difteria pada tahun 1883 oleh Klebs, sedangkan anti-toksin ditemukan pertama kali
dibuat pada akhir abad ke-19 sedangkan toksoid difteria mulai dibuat sekitar tahun 1920. Cara
penularan terjadi apabila terdapat kontak langsung dengan penderita difteri atau dengan pasien
carrier difteri. Kontak langsung melalui percikan ludah (saat batuk, bersin dan berbicara), eksudat
dari kulit yang terinfeksi atau kontak tidak langsung melalui debu, baju, buku maupun mainan
yang terkontaminasi. Gambaran klinis, masa inkubasi difteri umumnya 2-5 hari pada difteri kulit
masa inkubasi adalah 7 hari setelah infeksi primer pada kulit. Pasien akan mengalami gejala seperti
demam dan terkadang menggigil, kerongkongan sakit dan suara parau, perasaan tidak enak, mual,
muntah, sakit kepala, hidung berlendir kadang-kadang bercampur darah, serta dapat teraba adanya
benjolan dan bengkak pada daerah leher (bullneck). Vaksin difteri Anti-toksin difteria pertama
kali digunakan pada tahun 1891 dan mulai dibuat secara massal tahun 1892. Anti-toksin difteria
ini terutama digunakan sebagai pengobatan dan efektifitasnya sebagai pencegahan diragukan.
Pemberian anti-toksin dini sangat mempengaruhi angka kematian akibat difteria. Kemudian
dikembangkanlah toksoid difteria yang ternyata efektif dalam pencegahan timbulnya difteria.
Untuk imunisasi primer terhadap difteria digunakan toksoid difteria yang kemudian digabung
dengan toksoid tetanus dan vaksin pertusis dalam bentuk vaksin DTP. Untuk imunisasi rutin anak
dianjurkan pemberian 5 dosis pada usia 2, 4, 6, 15-18 bulan dan saat masuk sekolah. Beberapa
penelitian serologis membuktikan adanya penurunan kekebalan sesudah kurun waktu tertentu dan
perlunya penguatan (booster) pada masa anak. Penyakit Tetanus Tetanus (lockjaw/kejang otot
pada rahang dan wajah) adalah salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh tetanospasmin
sejenis neurotoksin yang diproduksi oleh bakteri Clostridium tetani. Penyakit ini sudah mulai
dikenal sejak abad ke-5 SM tetapi baru pada tahun 1884 dibuktikan secara eksperimental melalui
penyuntikan pus pasien tetanus pada seekor kucing oleh Carle dan Rattone. Clostridium tetani
adalah bakteri yang sensitif terhadap suhu panas dan tidak bisa hidup dalam lingkungan
beroksigen. Sebaliknya, spora tetanus sangat tahan panas dan kebal terhadap beberapa antiseptik.
Bakteri ini banyak terdapat pada kotoran, debu jalan, usus dan tinja kuda, domba, anjing serta
kucing. Bakteri masuk ke dalam tubuh manusia melalui luka sehingga mampu menginfeksi sistem
urat saraf dan otot menjadi kaku (rigid). Gejala utama penyakit ini timbul kontraksi dan spastisitas
otot yang tidak terkontrol, kejang, gangguan saraf otonom, dan rigid paralysis (kehilangan
kemampuan untuk bergerak). Perawatan luka merupakan pencegahan utama terjadinya tetanus di
samping imunisasi pasif dan aktif. Vaksin Tetanus Pembuktian bahwa toksin tetanus dapat
dinetralkan oleh suatu zat dilakukan oleh Kitasatol (1889) dan Nocard (1897) yang menunjukkan
efek dari transfer pasif suatu anti-toksin yang kemudian diikuti oleh imunisasi pasif selama perang
dunia I. Toksoid tetanus kemudian ditemukan oleh Descombey pada tahun 1924 dan efektifitas
imunisasi aktif didemonstrasikan pada perang dunia II. Toksoid tetanus yang dibutuhkan untuk
imunisasi adalah sebesar 40 IU dalam setiap dosis tunggal dan 60 IU bersama dengan toksoid
difteria dan vaksin pertusis. Pemberian toksoid tetanus memerlukan pemberian berkesinambungan
untuk menimbulkan dan mempertahankan imunitas. Tidak diperlukan pengulangan dosis bila
jadwal pemberian ternyata terlambat. Efektifitas vaksin ini cukup baik, ibu yang mendapatkan
toksoid tetanus 2 atau 3 dosis memberikan proteksi bagi bayi baru lahir terhadap tetanus
neonatal. Vaksin DT (Difteri Tetanus) dan Td (Tetanus difteri) Vaksin DT diberikan kepada
anak kelas satu SD atau sederajat (MI/SDLB) dan vaksin Td diberikan pada anak kelas dua dan
tiga SD atau sederajat (MI/SDLB). Pemberian imunisasi ini akan melengkapi status TT 5 (TT
lima dosis) yang dapat melindungi dirinya selama 25 tahun terhadap infeksi tetanus. Apabila kelak
seorang anak perempuan hamil maka bayi yang akan dilahirkan akan terlindungi dari infeksi
tetanus neonatorum (tetanus pada bayi baru lahir) . Penyakit Campak Penyakit Campak
(measles) adalah salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh virus paramiksovirus Gejala
dari penyakit ini ditandai dengan demam, batuk, konjungtivitis (peradangan selaput ikat
mata/konjungtiva) dan ruam kulit. Penyakit ini penularan infeksi karena menghirup percikan ludah
penderita campak. Penderita bisa menularkan infeksi ini dalam waktu 2-4 hari sebelum rimbulnya
ruam kulit dan 4 hari setelah ruam kulit ada. Vaksin campak Vaksin Campak diberikan pada anak
kelas satu SD atau sederajat (MI/SDLB), pemberian vaksin ini merupakan imunisasi ulang atau
booster untuk meningkatkan kekebalan tubuh sehingga dapat memutuskan mata rantai penularan
terhadap penyakit campak. Pelaksanaan BIAS Setiap tahun BIAS dilaksanakan pada bulan
Agustus untuk Campak dan pada bulan November untuk DT (kelas I) dan Td (kelas II dan III).
Pelayanan imunisasi di sekolah dikoordinir oleh tim pembina UKS. Peran guru menjadi sangat
strategis dalam memotivasi murid dan orangtuanya. Ketidak hadiran murid pada saat pelayanan
imunisasi akan merugikan murid itu sendiri dan lingkungannya karena peluang untuk memperoleh
kekebalan melalui imunisasi tidak dimanfaatkan. Pemberian imunisasi pada anak sekolah
bertujuan sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif,
meningkatkan kemampuan hidup sehat bagi peserta didik dalam lingkungan hidup sehat sehingga
peserta didik dapat belajar, tumbuh dan berkembang secara harmonis dan optimal menjadi sumber
daya manusia yang lebih berkualitas. Pelaksanaan BIAS merupakan keterpaduan lintas program
dan lintas sektor terkait sebagai salah satu upaya mengurangi angka morbiditas dan mortalitas.
Diselenggarakan melalui wadah yang sudah ada yaitu Tim Pembina Usaha Kesehatan Sekolah (TP
UKS), dimana imunisasi merupakan salah satu komponen kegiatan UKS. Upaya imunisasi perlu
terus ditingkatkan untuk mencapai tingkat population immunity (kekebalan masyarakat) yang
tinggi sehingga dapat memutuskan rantai penularan PD3I. Dengan berbagai kemajuan pada bidang
ilmu pengetahuan dan teknologi, upaya imunisasi menjadi semakin efektif dan efisien dengan
harapan dapat memberikan langkah nyata bagi kesejahteraan anak, ibu, serta masyarakat secara
umum.

Definisi, Tujuan, dan Sasaran Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)


Usaha kesehatan sekolah atau UKS merupakan usaha yang dilakukan sekolah untuk menolong
murid dan juga warga sekolah yang sakit di kawasan lingkungan sekolah. UKS biasanya dilakukan
di ruang kesehatan suatu sekolah.

Menurut Notoatmojo (2007), pendidikan kesehatan dapat menghasilkan perubahan atau


peningkatan dan akan berpengaruh pada sikap dan perilaku. Perubahan pengetahuan, sikap dan
perilaku kesehatan dapat meningkatkan ketrampilan dalam melaksanakan hidup sehat. Sementara
menurut Depkes RI (2006), Usaha Kesehatan Sekolah adalah wahana belajar mengajar untuk
meningkatkan kemampuan hidup sehat, sehingga meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan
peserta didik yang harmonis dan optimal, agar menjadi sumber daya manusia yang
berkualitas. Pendidikan kesehatan juga diarahkan untuk membiasakan hidup sehat agar memiliki
pengetahuan, sikap, ketrampilan untuk melaksanakan prinsip hidup sehat, serta aktif berpartisipasi
dalam usaha kesehatan baik lingkungan sekolah, di lingkungan rumah tangga maupun lingkungan
masyarakat.
Ruang lingkup program Usaha Kesehatan sekolah tercermin dalam Tri Program Usaha Kesehatan
Sekolah (TRIAS UKS) yaitu penyelenggaraan pendidikan kesehatan, penyelenggaraan pelayanan
kesehatan dan pembinaan lingkungan kehidupan sekolah sehat.
Berikut beberapa hal terkait program UKS yang perlu kita ketahui:
Berdasarkan aspek definisi, Pengertian Usaha Kesehatan Sekolah antara sebagai berikut :

1. Menurut Departemen Pendidikan & Kebudayaan, UKS adalah upaya membina dan
mengembangkan kebiasaan hidup sehat yang dilakukan secara terpadu melalui program
pendidikan dan yankes di sekolah, perguruan agama serta usaha-usaha yang dilakukan dalam
rangka pembinaan dan pemeliharaan kesehatan dilin program Lingkungan sekolah
2. Menurut Depkes RI: UKS adalah usaha kesehatan masyarakat yang dijalankan di sekolah-
sekolah dengan anak didik beserta lingkungan hidupnya sebagai sasaran utama.UKS
merupakan wahana untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan selanjutnya membentuk
perilaku hidup sehat, yang pada gilirannya menghasilkan derajat kesehatan yang optimal
3. Menurut Azrul Azwar: UKS adalah bagian dari usaha kesehatan pokok yang menjadi beban
tugas puskesmas yang ditujukan kepada sekolah-sekolah dengan anak beserta lingkungan
hidupnya, dalam rangka mencapai keadaan kesehatan anak sebaik-baiknya dan sekaligus
meningkatkan prestasi belajar anak sekolah setinggi-tingginya
Tujuan diselenggarakannya program UKS, secara umum untuk meningkatkan kemampuan hidup
sehat dan derajat kesehatan peserta didik serta menciptakan lingkungan sehat sehingga
memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan anak yang harmonis dan optimal dalam rangka
pembentukan manusia Indonesia seutuhnya. Sedangkan tujuan khusus untuk memupuk kebiasaan
hidup sehat dan meningkatkan derajat kesehatan peserta didik yang mencakup :

1. Penurunan angka kesakitan anak sekolah.


2. Peningkatan kesehatan peserta didik (fisik, mental, sosial)
3. Agar peserta didik memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk melaksanakan
prinsip-prinsip hidup sehat serta berpartisipasi aktif dalam usaha peningkatan kesehatan di
sekolah.
4. Meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan terhadap anak sekolah.
5. Meningkatkan daya tangkal dan daya hayat terhadap pengaruh buruk narkotika, rokok, alkohol
dan obat-obatan berbahaya lainnya.
Sedangkan sasaran program UKS meliputi seluruh peserta baik pada tingkat sekolah taman kanak-
kanak, pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan agama, pendidikan kejuruan, maupun
pendidikan khusus (sekolah luar biasa). Sementara pada tingkat Sekolah Dasar program UKS lebih
diprioritaskan pada kelas 1, 3, 6, antara lain dengan pertimbangan, pada kelas 1, merupakan fase
penyesuaian pada lingkungan sekolah baru, juga terkait imunisasi ulangan. dan lepas dari
pengawasan orang tua, kemungkinan kontak dengan berbagai penyebab penyakit lebih besar, saat
yang baik untuk diimunisasi ulangan. Pada kelas 3, dengan tujuan evaluasi hasil pelaksanaan UKS
pada kelas, sementara pada kelas 6 sebagai persiapan kesehatan pada peserta didik ke jenjang
pendidikan selanjutnya.

Pembina UKS
Pembinaan program UKS, pada tingkat Kabupaten dan Kecamatan dibentuk dengan membentuk
tim pembina usaha kesehatan sekolah (TPUKS). Beberapa kegiatan TPUKS tersebut antara lain
meliputi:
1. Pembinaan sarana keteladanan gizi, seperti kantin sekolah.
2. Pembinaan sarana keteladanan lingkungan, seperti pemeliharaan dan pengawasan pengelolaan
sampah, SPAL, WC dan kamar mandi, kebersihan kantin sekolah, ruang UKS dan ruang
kelas, usaha mencegah pengendalian vektor penyakit.
3. Pembinaan personal higiene peserta didik dengan pemeriksaan rutin kebersihan kuku, telinga,
rambut, gigi, serta dengan mengajarkan cara gosok gigi yang benar.
4. Pengembangan kemampuan peserta didik untuk berperan aktif dalam pelayanan kesehatan
antara lain dalam bentuk kader kesehatan sekolah dan dokter kecil
5. Penjaringan kesehatan peserta didik baru
6. Pemeriksaan kesehatan secara periodik
7. Imunisasi, pengawasan sanitasi air, usaha P3K di sekolah
8. Rujukan medik, penanganan kasus anemia
9. Forum komunikasi terpadu dan pencatatan dan pelaporan
Pelaksana program UKS antara lain meliputi guru UKS, peserta didik, Tim UKS Puskesmas, serta
masyarakat sekolah (komite sekolah). Pada tingkat Puskesmas, dengan seorang koordinator
pelaksana terdiri dari dokter, perawat, petugas imunisasi, pelaksana gizi, serta sanitarian.

Prinsip-prinsip pengelolaan UKS :


1. Mengikutsertakan peran serta masyarakat sekolah, yang antara lain meliputi guru, peserta
didik, karyawan sekolah, Komite Sekolah (orang tua murid).
2. Kegiatan yang terintegrasi, dengan pelayanan kesehatan menyeluruh yang menyangkut segala
upaya kesehatan pokok puskesmas sebagai satu kesatuan yang utuh dalam rangka
meningkatkan derajat kesehatan peserta didik.
3. Melaksanakan rujukan, dengan mengatasi masalah kesehatan yang tak dapat diatasi di sekolah
ke fasilitas kesehatan seperti Puskesmas atau rumah sakit.
4. Kolaborasi tim, dengan melibatkan kerja sama lintas sektoral dengan pembagian tugas pokok
dan fungsi yang jelas
Kegiatan-kegiatan UKS
Kegiatan UKS meliputi antara lain : a). Pemeriksaan kesehatan (kehatan gigi dan mulut, mata
telinga dan tenggerokan, kulit dan rambut), b). Pemeriksaan perkembangan kecerdasan, c).
Pemberian imunisasi, d). Penemuan kasus-kasus dini, e). Pengobatan sederhana, f). Pertolongan
pertama. g). Rujukan
Reff, antara lain: Notoatmojo, Soekijo, 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan seni. Rineka Cipta
Pengertian Posyandu adalah kegiatan kesehatan dasar yang diselenggarakan dari, oleh dan untuk
masyarakat yang dibantu oleh petugas kesehatan. (Cessnasari. 2005) judul artikel (Pengertian
Posyandu, Kegiatan, Definisi, Tujuan, Fungsi, Manfaat dan Pelaksanaan Posyandu. KMS)
Definisi Posyandu adalah wadah pemeliharaan kesehatan yang dilakukan dari, oleh dan untuk
masyarakat yang dibimbing petugas terkait. (Departemen Kesehatan RI. 2006).
Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dan keluarga
berencana (Effendi, Nasrul. 1998: 267)
Tujuan Posyandu
Tujuan posyandu antara lain:

Menurunkan angka kematian bayi (AKB), angka kematian ibu (ibu hamil), melahirkan dan
nifas.
Membudayakan NKBS
Meningkatkan peran serta masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dan KB
serta kegiatan lainnya yang menunjang untuk tercapainya masyarakat sehat sejahtera.
Berfungsi sebagai wahana gerakan reproduksi keluarga sejahtera, gerakan ketahanan
keluarga dan gerakan ekonomi keluarga sejahtera. (Bagian Kependudukan dan Biostatistik
FKM USU. 2007)

Kegiatan Pokok Posyandu

KIA
KB
Imunisasi
Gizi
Penanggulangan diare (Bagian Kependudukan dan Biostatistik FKM USU. 2007)

Pelaksanaan Layanan Posyandu


Pada hari buka posyandu dilakukan pelayanan masyarakat dengan sistem 5 meja yaitu:
Meja I : Pendaftaran
Meja II : Penimbangan
Meja III : Pengisian KMS
Meja IV : Penyuluhan perorangan berdasarkan KMS
Meja V : Pelayanan kesehatan berupa:

Imunisasi
Pemberian vitamin A dosis tinggi.
Pembagian pil KB atau kondom.
Pengobatan ringan.
Konsultasi KB.
Petugas pada meja I dan IV dilaksanakan oleh kader PKK sedangkan meja V merupakan meja
pelayanan medis. (Bagian Kependudukan dan Biostatistik FKM USU. 2007)

Keberhasilan Posyandu
Keberhasilan posyandu tergambar melalui cakupan SKDN.
S : Semua balita di wilayah kerja posyandu.
K : Semua balita yang memiliki KMS.
D : Balita yang ditimbang.
N : Balita yang Berat Badannya naik
Keberhasilan Posyandu berdasarkan:

1. D Baik/ kurangnya peran serta masyarakat.


2. N Berhasil tidaknya program posyandu. (Bagian Kependudukan dan Biostatistik FKM
USU. 2007)

Kegiatan Posyandu
1. Jenis Pelayanan Minimal Kepada Anak
Penimbangan untuk memantau pertumbuhan anak, perhatian harus diberikan khusus
terhadap anak yang selama ini 3 kali tidak melakukan penimbangan, pertumbuhannya
tidak cukup baik sesuai umurnya dan anak yang pertumbuhannya berada di bawah garis
merah KMS.
Pemberian makanan pendamping ASI dan Vitamin A.
Pemberian PMT untuk anak yang tidak cukup pertumbuhannya (kurang dari 200 gram/
bulan) dan anak yang berat badannya berada di bawah garis merah KMS.
Memantau atau melakukan pelayanan imunisasi dan tanda-tanda lumpuh layu.
Memantau kejadian ISPA dan diare, serta melakukan rujukan bila perlu.

2. Pelayanan Tambahan yang Diberikan

Pelayanan bumil dan menyusui.


Program Pengembangan Anak Dini Usia (PADU) yang diintegenerasikan dengan program
Bina Keluarga Balita (BKB) dan kelompok bermain lainnya.
Program dana sehat atau JPKM dan sejenisnya, seperti tabulin, tabunus dan sebagainya.
Program penyuluhan dan penyakit endemis setempat.
Penyediaan air bersih dan penyehatan lingkungan pemukiman.
Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat Desa (UKGMD).
Program diversifikasi pertanian tanaman pangan.
Program sarana air minum dan jamban keluarga (SAMIJAGA) dan perbaikan lingkungan
pemukiman.
pemanfaatan pekarangan.
Kegiatan ekonomis produktif, seperti usaha simpan pinjam dan lain-lain.
Dan kegiatan lainnya seperti: TPA, pengajian, taman bermain. (Bagian Kependudukan dan
Biostatik FKM USU. 2007)

Manfaat Posyandu

Posyandu memberikan layanan kesehatan ibu dan anak, KB, imunisasi, gizi, penanggulangan
diare.

1. Kesehatan ibu dan anak

Ibu: Pemeliharaan kesehatan ibu di posyandu, Pemeriksaan kehamilandan nifas,


Pelayanan peningkatan gizi melalui pemberian vitamin dan pil penambah darah, Imunisasi
TT untuk ibu hamil.

Pemberian Vitamin A: Pemberian vitanin A dosis tinggi pada bulan Februari dan Agustus
(Bagian Kependudukan dan Biostatistik FKM USU. 2007). Akibat dari kurangnya vitamin
A adalah menurunnya daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit. (Dinas Kesehatan RI.
2006: 95)
Penimbangan Balita: Penimbangan balita dilakukan tiap bulan di posyandu (Dinas
Kesehatan RI. 2006: 95). Penimbangan secara rutin di posyandu untuk pemantauan
pertumbuhan dan mendeteksi sedini mungkin penyimpangan pertumbuhan balita. Dari
penimbangan yang kemudian dicatat di KMS, dari data tersebut dapat diketahui status
pertumbuhan balita (Dinas Kesehatan RI. 2006: 54), apabila penyelenggaraan posyandu
baik maka upaya untuk pemenuhan dasar pertumbuhan anak akan baik pula.

KMS adalah kartu untuk mencatat dan memantau pekembangan balita dengan melihat garis
pertumbuhan berat badan anak dari bulan ke bulan pada KMS dapat diketahui status pertumbuhan
anaknya.
Kriteria Berat Badan balita di KMS:
Berat badan naik : Berat badan bertambah mengikuti salah satu pita warna, berat badan bertamabah
ke pita warna diatasnya.

Berat badan tidak naik : Berat badanya berkurang atau turun, berat badan tetap, berat badan
bertambah atau naik tapi pindah ke pita warna di bawahnya.
Berat badan dibawah garis merah. Merupakan awal tanda balita gizi buruk Pemberian makanan
tambahan atau PMT, PMT diberikan kepada semua balita yang menimbang ke posyandu.
(Departemen Kesehatan RI. 2006: 104)

2 Keluarga Berencana
Pelayanan Keluarga Berencana berupa pelayanan kontrasepsi kondom, pil KB, dan suntik KB.

3 Imunisasi
Di posyandu balita akan mendapatkan layanan imunisasi.
Macam imunisasi yang diberikan di posyandu adalah

BCG untuk mencegah penyakit TBC.


DPT untuk mencegah penyakit difteri, pertusis (batuk rejan), tetanus.
Polio untuk mencegah penyakit kelumpuhan.
Hepatitis B untuk mencegah penyakit hepatitis B (penyakit kuning).

4 Peningkatan Gizi
Dengan adanya posyandu yang sasaran utamanya bayi dan balita, sangat tepat untuk meningkatkan
gizi balita (Notoadmodjo, Soekidjo. 2003: 205). Peningkatan gizi balita di posyandu yang
dilakukan oleh kader berupa memberikan penyuluhan tentang ASI, status gizi balita, MPASI,
Imunisasi, Vitamin A, stimulasi tumbuh kembang anak, diare pada balita (Dinas Kesehatan RI.
2006: 24).

5 Penanggulangan diare
Penyediaan oralit di posyandu (Dinas Kesehatan RI. 2006: 127). Melakukan rujukan pada
penderita diare yang menunjukan tanda bahaya di Puskesmas. (Departemen Kesehatan RI. 2006:
129). Memberikan penyuluhan penggulangan diare oleh kader posyandu. (Departemen Kesehatan
RI. 2006: 132)

Kartu Menuju Sehat (KMS) sudah digunakan di Indonesia sejak tahun 1970-an sebagai alat untuk
memantau tumbuh kembang anak, semenjak baru lahir hingga menginjak usia lima tahun. Kartu
ini biasanya diisi oleh dokter anak Anda. Tapi penting bagi orangtua untuk memahami bagaimana
cara membaca KMS agar Anda dapat mengawasi dan menindaklanjuti pertumbuhan si kecil
seiring waktu.

Apa itu Kartu Menuju Sehat (KMS)?

Kartu Menuju Sehat (KMS) adalah catatan grafik perkembangan anak yang diukur berdasarkan
umur, berat badan, dan jenis kelamin. Dari situlah bisa diketahui status gizi bayi dan balita Anda.
KMS juga menyuguhkan informasi kelengkapan imunisasi anak dan memantau pemberian ASI
eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan. Selain itu, dalam KMS terdapat tips dasar perawatan anak,
seperti pemberian makanan anak, dan perawatan anak bila mengalami diare.

Anda dianjurkan untuk memperbarui data di kartu tersebut setiap bulan dengan membawa balita
Anda ke posyandu untuk ditimbang. Dengan memantau pertumbuhan anak melalui kartu ini,
dokter dapat menentukan apakah seorang anak tumbuh normal, atau mengalami gangguan
pertumbuhan sehingga dapat didagnosis dan ditangani lebih dini.

KMS terdiri dari 1 lembar (2 halaman bolak-balik) dengan 5 bagian di dalamnya. Cara mengisi
dan membaca Kartu Menuju Sehat dibedakan antara anak laki-laki dengan anak perempuan. KMS
anak laki-laki berwarna biru dan punya anak perempuan berwarna merah muda.

Kartu Menuju Sehat (KMS) tersedia dalam bentuk fisik yang diberikan oleh dokter setelah
kelahiran anak. Namun kini KMS juga tersedia secara online yang bisa Anda unduh di Google
Play Store (khusus untuk pengguna Android).

Bagaimana cara membaca KMS?

Setelah anak ditimbang beratnya, dokter atau tenaga medis akan memberikan titik sesuai bulan
waktu anak diperiksa. Tugas Anda selanjutnya adalah memperhatikan lokasi titik tersebut. Jika
titik tersebut berada:

Grafik tumbuh kembang anak dalam KMS


Dibawah garis merah menunjukkan anak Anda mengalami kurang gizi sedang hingga berat.
Jika anak Anda berada di zona ini, maka segera bawa anak Anda ke dokter spesialis anak untuk
mendapatkan pemeriksaan kesehatan lebih lanjut.
Terletak di daerah dua pita warna kuning (di atas garis merah), hal ini menunjukkan anak
tersebut mengalami kurang gizi ringan. Anda tidak perlu panik. Yang perlu Anda lakukan adalah
mengevaluasi pemberian makanan pada anak Anda.
Dua pita warna hijau muda dan dua warna hijau tua di atas pita kuning, menunjukkan anak
Anda memiliki berat badan cukup atau status gizi baik atau normal. Meski begitu, berat badan
anak tetap perlu ditimbang dan diawasi agar senantiasa sesuai dengan umurnya.
Empat pita di atas pita warna hijau tua (2 pita warna hijau muda ditambah 2 pita warna
kuning),menunjukkan anak Anda memiliki berat badan yang lebih di atas normal. Jika anak Anda
mengalami hal ini, segera konsultasikan ke dokter untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang
lebih tepat. Perlu diingat, bahwa anak yang kelebihan berat badan mudah terkena berbagai
penyakit, seperti obesitas atau serangan jantung.

Di samping itu, anda juga perlu melihat perkembangan titiknya setiap bulan, apakah naik-turun,
semakin menanjak, atau malah menurun. Masing-masing perkembangan ini ada artinya.

Bila titik pada grafik lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya, tandanya berat badan anak
Anda naik.
Bila titik pada grafik sejajar dengan bulan sebelumnya, maka berat badan anak Anda sama dengan
bulan sebelumnya. Anda harus meningkatkan pemberian makan, baik mutu dan waktu
pemberiannya.
Bila titik pada grafik lebih rendah dari bulan sebelumnya, maka berat badan anak Anda mengalami
penurunan. Hal ini dapat terjadi terutama bila anak mulai memasuki usia 6 bulan di mana gigi
sudah mulai tumbuh. Biasanya bila gigi akan tumbuh, anak akan mengalami demam ringan dan
nafsu makan akan sedikit menurun. Jika anak tidak mengalami sakit, tetapi berat badannya tetap
berkurang, maka ibu harus segera membawanya ke bidan atau dokter.
Bila titik berat badan pada grafik KMS terputus-putus, ini artinya Anda kurang rajin menimbang
anak. Alangkah baiknya jika penimbangan dilakukan setiap bulan.

Penjelasan istilah naik atau tidak naik pada berat badan anak dilambangkan dengan huruf N untuk
berat badan naik dan T untuk berat badan tidak naik. Berat badan naik (N) artinya grafik berat
badan mengikuti garis pertumbuhan atau kenaikan berat badan sama dengan kenaikan berat badan
minimal (KBM) atau lebih. Berat badan tidak naik (T) artinya grafik berat badan mendatar atau
menurun memotong garis pertumbuhan dibawahnya atau kenaikan berat badan kurang dari KBM.
KEGIATAN UPAYA KESEHATAN OLAHRAGA DI PUSKESMAS

1. DEFINISI

Kesehatan olahraga adalah ilmu yang mengolah segala aspek medis dari kegiatan olahraga
yang merupakanaplikasi dari pelbagai cabang ilmu kedokteran terutama fisiologi, kardiologi,
orthopedi, ilmu gizi dan psikologi. Jadi kesehatan olahraga adalah semua bentuk kegiatan yang
menerapkan ilmu/pengetahuan fisik pada umumnya yang bertujuan meningkatkan derajat
kesehatan dan kesegaran jasmani olahragawan untuk mencapai prestasi maksimal pada khususnya.

2. TUJUAN

1. Umum
Menunjang upaya peningkatan derajat kesehatan dan kualitas hidup, melalui latihan fisik.
2. Khusus

a. Mengembangkankan upaya peningkatan derajat kesehatan melalui latihan fisik.


b. Membantu upaya peningkatan kesegaran jasmani yang mempunyai pengaruh langsung
terhadap produktifitas kerja.
c. Membantu peningkatan upaya olahraga produktifitas, olahraga prestasi, olahraga
masyarakat dan olahraga tradisional.

3. PERAN

a. Peningkatan (Promotif)

Upaya kesehatan olahraga merupakan salah satu cara memadukan latihan, gizi yang baik,
perhatian terhadap aspek faal, psikologis, dan lain-lain yang dapat memastikan keberhasilan
peningkatan kesegaran jasmani. Dengan latihan yang benar, didapat peningkatan derajat kesehatna
tubuh perorangan, maupun kesehatna masyarakat.
b. Pencegahan (Preventif)

Seperti kita ketahui struktur dan kapasitas organ tubuh tergantung kepada besarnya rangsangan
yang diterima. Proses penuan diandai dengan perubahan fisik secara organik maupun fungsional
tubuh. Dari penelitian-penelitian ternyata fungsi alat tubuh meningkat, mencapai puncaknya, pada
beberapa saat menetap dan kemudian akan menurun sedikit demi sedikit dengan bertambahnya
umur. Latihan fisik ternyata dapat menghambat kemunduran-kemunduran yang diakibatkan
bertambahnya umur. Hal ini berarti bahwa umur harapan hidup dapat lebih tinggi bila upaya
kesehatan olahraga juga mencakup golongan usia dewasa.

Kehamilan, persalinan dan nifas suatu proses normal yang terjadi dalam siklus kehidupan wanita.
Latihan fisik secara teratur sejak sebelum hamil, dalam masa kehamilan akan memperbaiki sistem
pernafasan, peningkatan kerja jantung, otot-otot menjadi lebih kuat dan persendian menjadi lebih
stabil. Latihan fisik dalam masa kehamilan akan memperbaiki pula kesehatan janin karena
oksigenisasi dalam tubuh ibu lebih lancar. Latihan fisik setelah kehamilan akan bermanfaat kerena
mengurangi jaringan lemak, memperbaki kelemahan otot pinggul dan dinding perut,
menghilangkan kerutan-kerutan kulit dan menurunkan berat badan. Latihan-latihan ini harus
disertai dengan gizi yang baik, dengan demikian upaya kesehatan olahraga bagi golongan wanita
hamil akan mengurangi angka kematian ibu dalam masa kehamilan dan masa nifas serta
menurunkan angka kematian bayi karena bayi telah dipersiapkan semenjak janin. Hal ini berarti
bahwa derajat kesehatan masyarakat dapat ditingkatkan melalui upaya kesehatan olahraga. Atas
dasar inilah kesehatan olahraga dapat berperan sebagai pencegahan, untuk itu perlu penyebaran
megenai manfaat upaya kesehatan olahraga melalui penyuluhan atau pendidikan pada kesempatan
lokakarya, ceramah langsung pada masyarakat umum maupun melalui organisasi yang ada dalam
masyarakat.
c. Pengobatan (Kuratif)
Penyakit-penyakit yang dapat disembuhkan atau dikurangi dengan olahraga adalah kelemahan
/kelainan sirkulasi darah, infusiensi koroner, keadaan setelah infark jantung, kelainan pembuluh
darah tepi, diabetes melitus, phlebitis, thrombophlebitis dan osteoporosis.
d. Rehabilitatif (Pemulihan)

Untuk membantu para penderita cacat tubuh dengan memberikan latihan fisik (fisioterapi) yang
biasanya berbentuk latihan penguatan otot dan memperkuat organ-organ lain. Disini penting sekali
peranan para ahli fisioterapi karena pengobatan berlangsung lama dan tidak boleh dilupakan
peraan alat-alat bantu, misalnya : tongkat, penyangga dan lain-lain.
e. Menunjang peningkatan prestasi keolahragaan

Tiap kegiatan fisik akan memberikan perubahan fisiologis sesuai dengan beban yang diberikan
pada tubuh, terutama perubahan pada sistem kardivaskuler-respirasi. Latihan fisik yang dilakukan
sedini mungkin akan merangsang koordinasi gerak motorik bagi anak, sehingga pada usia remaja
koordinasi anggota gerak tubuh lebih baik.

Pada masa pertumbuhan terjadi penambahan besar dan massa daipada jaringan tubuh dan
perrtumbuhan akan berjalan terus sampai usia 20 tahun. Kemampuan tubuh untuk meningkatkan
kesegaran jasmani dengan latihan olahraga dimulai usia 5-20 tahun dan akan menurun setelah usia
20 tahun. Upaya meningkatkan kesehatan jasmani bagi golongan usia prasekolah sampai purbetas
sangat tepat bila dilakukan sedini mungkin sehingga pada masa produktif telah dicapai tingkat
kesegaran jasmani yang lebih tinggi.
4. KEGIATAN

A. Pelayanan Kesehatan Olahraga


Sasaran pelayanan kesehatan olahraga dapat dibagi dalam 2 golongan, yaitu:
Masyarakat umum peserta olaraga
Atlet
Bentuk pelayanan antara lain:
1. Pemerikasaan berkala yang terjadi dari:
a. Pemeriksaan keadaan fisik secara teliti
b. Pemeriksaan kemampuan fisik umum
c. Pemeriksaan laboratorium (darah,urine dan faeces)
d. Pemeriksaan EKG,EMG, atau pemeriksaan pembantu.
e. Analisis fungsional organ-organ yang menunjang metabolisme
f. Pemeriksaan doping
g. Pemiksaan (Femininity test)
2. Penentuan takaran latihan (dosis)
3. Pengobatan dengan latihan dan rehabilitasi
4. Pengobatan akibat cedera latihan
5. Pengawasan selama pemusatan latihan, dalam hubungan ini pemusatan latihan dapat
diartikan sebagai:
a. Pemusatan latihan untuk olahraga prestasi, menjelang suatu pesta olahraga/kompetensi.
b. Program latihan bersama untuk umum dalam olahraga masyarakat
c. Program jantung pada keadaan istirahat.

Dari hasil pemeriksaan ini dapat dilihat apakah jantung normal atau tidak. Bila jantung normal,
maka orang tersebut tidak boleh menjalani suatu test kesegaran jasmani.

Setelah pemeiksaan-pemeriksaan ini maka akan diukur pula beberapa komponen-komponen


penting lain, yaitu kekuatan otot, anthropometry, faal paru-paru, waktu reaksi dan kesanggupan
kardiovaskuler ( jantung dan paru-paru) dengan cara test pembebanan.
B. Latihan Fisik
1. Hal-Hal Yang Perlu Diketahui Sebelum Berlatih
Kesegaran jasmani dapat diukur anatara lain dengan jumlah nadi per menit. Karena memang ada
hubungan antara jumlah nadi dengan kesegaran jasmani seseorang. Denyut nadi merupakan hasil
kontraksi jantung yang memompakan darah keseluruh tubuh. Denyut jantung dapat diraba atau
dirasakan pada daerah tubuh dimana arteri yang besar berada pada permukaan misalnya pada
pelipis, lehe, pergelangan tangan. Lipat paha.
Ada empat hal yang harus diperhatikan:
a. Kekuatan atau desakannya
b. Volume denyutan atau besarnya pengembangan arteri
c. Ritme atau keteraturan denyut.
d. Frekwensi atau jumlah denyutan persatu satuan waktu.
denyut jantung tersebut berkisar antara sebagai berikut:
Laki-laki dewasa :72-76 denyut per menit
Anak laki-laki :80-84 denyut per menit
Wanita dewasa : 75-80 denyut per menit
Anak perempuan : 82-89 denyut per menit
Normal :50-100 denyut per menit

Denyut jantung sejumlah 50-100 per menit masih berada pada daerah normal. Namun
demikian makin rendah jumlah denyut jantung pada waktu istirahat, makin sehat kondisi fisik
adanya penyakit atau menurunnya tingkat kesehatan.
Indikator Keberhasilan puskesmas
Adalah pengelolaan Puskesmas melalui pelaksanaan fungsi manajemen Puskesmas, yaitu fungsi
Perencanaan (P1), fungsi Penggerakkan dan Pelaksanaan (P2) dan fungsi Pengawasan,
Pengendalian dan Penilaian (P3) sehingga tujuan Pembangunan Kesehatan tercapai. Indikator
keberhasilan Manajemen Puskesmas, meliputi :
a. Terbentuknya Tim Manajemen Puskesmas
Adanya Tim Manajemen Puskesmas, merupakan bukti bahwa Puskesmas sudah melaksanakan
fungsi manajemen Puskesmas yang ke-2, yaitu fungsi Penggerakkan dan Pelaksanaan (P2). Tim
Manajemen Puskesmas dilegalisasi dengan Surat Keputusan (SK) Kepala Puskesmas
b. Berfungsinya Tim Manajemen Puskesmas
Terbentuknya Tim Manajemen Puskesmas saja belum cukup. Oleh karena itu Tm Manajemen
Puskesmas harus berjalan sesuai dengan tugas dan fungsinya
4. Mutu Puskesmas
Adalah kesesuaian antara SDM, pelayanan dan sarana yang dilaksanakan oleh Puskesmas.
Indikator mutu Puskesmas, meliputi :
a. Sumber Daya Manusia / SDM (Tenaga)
Seluruh tenaga yang ada di Puskesmas sudah mengikuti pelatihan teknis dan mendapat sertifikat
(misalnya, APN, PPGDON, BTCLS, ATCLS, GELS, MTBS, QA)
b. Pelayanan
Pelayanan yang diberikan di Puskesmas hendaknya sudah sesuai atau mengikuti Prosedur
Ketetapan (Protap) atau Standar Operasional Prosedur (SOP). Selain itu ada Indeks Kepuasan
Masyarakat (IKM) atau tersedia Kotak Saran untuk mengevaluasi pelayanan yang telah diberikan
kepada masyarakat serta ada analisis hasil evaluasi kepuasan masyarakat.
c. Sarana
Sarana yang ada di Puskesmas hedaknya harus sesuai dengan standar pelayanan kesehatan
(misalnya, sarana ANC, sarana pelayanan Imunisasi)
5. Program Kreatif dan Inovatif
Adalah program/kegiatan atau pelayanan yang menjadi unggulan Puskesmas serta lebih menonjol
dibandingkan pelayanan di Puskesmas lain, seperti : Klinik Terpadu Graha Semesta, Klinik IMS,
Kader UKGMD, Puskesmas Santun Lansia. Puskesmas hendaknya minimal mempunya satu
program kreatif dan inovatif yang menjadi unggulan Puskesmas tersebut.
6. Pemberdayaan Masyarakat
Adalah upaya dan peran serta masyarakat di bidang kesehatan agar mandiri untuk mewujudkan
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Indikator pemberdayaan masyarakat, yaitu :
a. Terbentuknya Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM)
Meliputi : Pos Yandu, Pos Bindu, Pos UKK, Poskestren, Poskesdes, Desa Siaga, SBH, TOGA,
Kader Pos Yandu, Kader Kesling, PMO
b. Berfungsinya UKBM
Tidak hanya terbentuk UKBM saja, akan tetapi UKBM tersebut harus berfungsi
7. Kerjasama Lintas Sektor
Kegiatan Puskesmas akan berjalan dengan lancar, bila didukung oleh peran Lintas Sektor
(Kecamatan, UPT Pendidikan,UPT KB, KUA), terutama bila kegiatan Puskesmas yang
melibatkan masa (masyarakat banyak), misalnya Pekan Imunisasi Nasional (PIN) bekerjasama
dengan Kecamatan, Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) bekerjasama dengan UPT Pendidikan.
Oleh karena itu dalam melaksanakan kegiatannya Puskesmas harus bekerjasama dengan lintas
sektor agar tujuan Pembangunan Kesehatan dapat tercapai.

Semua kegiatan pokok baik didalam maupun diluar gedung puskesmas, puskesmas pembantu, dan
bidan di desa harus dicatat. Untuk memudahkan dapat menggunakan formulir standar yang telah
ditetapkan dalam SP2TP. Jenis formulir standar yang digunakan dalam pencatatan adalah sebagai
berikut 2 :
Rekam kesehatan keluarga (RKK)
Rekam kesehatan keluarga atau yang disebut family folder adalah himpunan kartu-kartu
individu suatu keluarga yang memperoleh pelayanan kesehatan dipuskesmas.Kegunaan dari RKK
adalah untuk mengikuti keadaan kesehatan dan gambaran penyakit di suatu keluarga.Pengguna
RKK diutamakan pada anggota keluarga yang mengidap salah satu penyakit atau kondisi, misalnya
penderita TBC paru, kusta, keluarga resiko tinggi yaitu ibu hamil resiko tinggi, neonatus resiko
tinggi (BBLR), balita kurang energi kronis (KEK).Dalam pelaksanaannya keluarga yang
menggunakan RKK diberi alat bantu kartu tanda pengenal keluarga (KTPK) untuk memudahkan
pencarian berkas pada saat melakukan kunjungan ulang.
Kartu rawat jalan
kartu rawat jalan atau lebih dikenal dengan kartu rekam medik pasien merupakan alat untuk
mencatat identitas dan status pasien rawat jalan yang berkunjung ke puskesmas.
Kartu indeks penyakit
Kartu indeks penyakit merupakan alat bantu untuk mencatat identitas pasien, riwayat, dan
perkembangan penyakit. Kartu indeks penyakit diperuntukan khusus penderita penyakit TBC paru
dan kusta.
Kartu ibu
Kartu ibu merupakan alat bantu untuk mengetahui identitas, status kesehatan, dan riwayat
kehamilan sampai kelahiran.
Kartu anak
Kartu anak adalah alat bantu untuk mencatat identitas, status kesehatan, pelayanan preventif-
promotif-kuratif-rehabilitatif yang diberikan kepada balita dan anak prasekolah.

KMS balita dan anak sekolah


Merupakan alat bantu untuk mencatat identitas, pelayanan, dan pertumbuhan yang telah
diperoleh balita dan anak sekolah.
KMS ibu hamil
Merupakan alat untuk mengetahui identitas dan mencatat perkembangan kesehatan ibu hamil
dan pelayanan kesehatan yang diterima ibu hamil.
KMS usia lanjut
KMS usia lanjut merupakan alat untuk mencatat kesehatan usia lanjut secara pribadi baik fisik
maupun psikososial, dan digunakan untuk memantau kesehatan, deteksin dini penyakit, dan
evaluasi kemajuan kesehatan usia lanjut.
Register
Register merupakan formulir untuk mencatat atau merekap data kegiatan didalam dan di luar
gedung puskesmas, yang telah dicatat di kartu dan catatan lainnya.
Ada beberapa jenis register sebagai berikut :
Nomor indeks pengunjung puskesmas
Rawat jalan
Register kunjungan
Register rawat inap
Register KIA dan KB
Register kohort ibu dan balita
Register deteksi dini tumbuh kembang dan gizi
Register penimbangan batita
Register imunisasi
Register gizi
Register kapsul beryodium
Register anak sekolah
Sensus harian: kunjungan, kegiatan KIA, imunisasi, dan penyakit.

Pencatatan puskesmas
Bentuk Pencatatan
Bentuk Pencatatan Meliputi :
Catatan Tradisional : berisi hal-hal yang didengar dan dilakukan oleh pencatat secara tidak
sistematis, tidak lengkap, dan biasanya berupa catatan harian.
Catatan Sistematis: menggambarkan pola keadaan, masalah, dan langkah pemecahan masalah.2

Bentuk Pencatatan Berdasarkan Pada Sasaran, Yaitu :


1. Catatan Individu (Catatan Ibu, Bayi, Dan Balita);
2. Catatan Keluarga (Kesehatan Keluarga Tertentu);
3. Catatan Masyarakat (biasanya pada kegiatan survei komunitas apabila ditemukan masalah
komunitas yang lebih diarahkan pada ibu dan anak balita).
Bentuk Catatan Berdasarkan Kegiatan, Yaitu :
1. Catatan Pelayanan Kesehatan Anak;
2. Catatan Pelayanan Kesehatan KB;
3. Catatan Pelayanan Kesehatan Ibu;
4. Catatan Imunisasi;
5. Catatan Kunjungan Rumah;
6. Catatan Persalinan;
7. Catatan Kelainan;
8. Catatan Kematian Ibu Dan Bayi; Dan
9. Catatan Rujukan.
Sementara Bentuk Catatan Berdasarkan Proses Pelayanan, Yaitu :
1. Catatan Awal/Masuk;
2. Catatan Pengembangan Berisi Kemajuan/Perkembangan Pelayanan;
3. Catatan Pindah; Dan Catatan Keluar.

2.8 Mekanisme Pencatatan


Pencatatan kegiatan harian program puskesmas dapat dilakukan di dalam dan di luar gedung
1. Pencatatan yang dibuat di dalam gedung puskesmas
Pencatatan yang dibuat di dalam gedung puskesmas adalah semua data yang di peroleh dari
pencatatan kegiatan harian program yang dilakukan dalam gedung puskesmas seperti tekanan
darah, laboratorium, KB dan lain-lain. Pencatatan dan pelaporan ini menggunakan family folder,
kartu indeks penyakit, buku register dan sensus harian.
2. Pencatatan yang dibuat di luar gedung puskesmas
Pencatatan yang dibuat di luar gedung Puskesmas adalah data yang dibuat berdasarkan
catatan harian yang dilaksanakan diluar gedung Puskesmas seperti Kegiatan progam yandu,
kesehatan lingkungan, UKS, dan lain-lain. Pencatatan dan Pelaporan ini menggunakan kartu
register dan kartu murid.
Pencatatan harian masing-masing progam Puskesmas dikombinasi menjadi laporan terpadu
puskesmas atau yang disebut dengan system pencatatan dan pelaporan terpadu Puskesmas
(SP2TP). SP2TP ini dikirim ke dinas kesehatan Kabupaten atau kota setiap awal bulan, kemudian
ke Dinas Kesehatan kabupaten atau kota mengolahnya dan mengirimkan umpan baliknya ke Dinas
Kesehatan Provinsi dan Departemen Kesehatan Pusat. Umpan balik tersebut harus
dikirimkankembali secara rutin ke Puskesmas untuk dapat dijadikan evaluasi keberhasilan
progam. Namun sejak otonomi daerah dilaksanakan puskesmas tidak punya kewajiban lagi
mengirimkan laporan ke Departemen Kesehatan Pusat tetapi dinkes kabupaten/kota lah yang
berkewajiban menyampaikan laporan rutinnya ke Departemen Kesehatan Pusat.7
2.9 Pelaporan
Sesuai dengan Keputusan Direktur Jendral Pembinaan Kesehatan masyarakat
No.590/BM/DJ/Info/Info/96, pelaporan puskesmas menggunakan tahun kalender yaitu dari bulan
Januari sampai dengan Desember dalam tahun yang sama. Formulir pelaporan dikembangkan
sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan/beban kerja di puskesmas.2
Formulir Laporan dari Puskesmas ke kabupaten
1. Laporan Bulanan
Data Kesakitan (LB 1)
Data obat-obatan (LB 2)
Data kegiatan gizi, KIA/KB,imunisasi termasuk pengamatan penyakit menular (LB 3)

2. Laporan Sentinel
Berikut adalah bentuk laporan sentinel.
Laporan bulan sentinel (LB 1S)
Laporan yang memuat data penderita penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD31),
penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA). Dan diare, menurut umur dan status imunisasi.
Puskesmas yang memuat LB 1S adalah puskesmas yang ditunjukyaitu satu puskesmas dari setiap
kab/kota dengan periode laporan bulan serta dilaporkan ke dinas kesehatan kab/kota, Dinas
kesehatan provinsi dan pusat (Ditjen PPM dan PLP).
Laporan bulanan sentinel (LB 2S)
Dalam laporan ini memuat data KIA, gizi, tetanus neonatorum, dan penyakit akibat kerja.
Laporan bulanan sentinel hanya diperuntukkan bagi puskesmas rawat inap. Laporan ini dilaporkan
ke dinas kesehatan

3. Laporan Tahunan
Laporan tahunan meliputi :
Data dasar puskesmas (LT-1)
Data kepegawaian (LT-2)
Data peralatan (LT-3)

2.10 Alur Pelaporan


Laporan dari Dati II dikirimkan ke Dinas Kesehatan Dati I dan Kanwil Depkes Propinsi serta
Pusat (Ditjen Pembinaan Kesehatan Masyarakat) dalam bentuk rekapitulasi dari laporan SP2TP.2
Laporan tersebut meliputi sebagai berikut :
1. Laporan Triwulan :
Hasil entri data/rekapitulasi laporan LB 1
Hasil entri data/rekapitulasi laporan LB 2
Hasil entri data/rekapitulasi laporan LB 3
Hasil entri data/rekapitulasi laporan LB 4
2. Laporan Tahunan :
Hasil entri data/rekapitulasi laporan LT 1
Hasil entri data/rekapitulasi laporan LT 2
Hasil entri data/rekapitulasi laporan LT 3

2.11 Frekuensi Laporan


1. Laporan Triwulan
Laporan triwulan dikirim paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya dari triwulan yang
dimaksud (contoh : laporan triwulan pertama tanggal 20 April 2009, maka laporan triwulan
berikutnya adalah tanggal 20 Mei 2009). Laporan ini diberikan kepada dinas-dinas terkait di bawah
ini :
Kepala Dinas Kesehatan Dati I
Kepala Kantor Wilayah Depkes Provins
Depkes RI Cq Ditjen Binkesmas
2. Laporan Tahunan
Laporan tahunan dikirim paling lambat akhir bulan Februari di tahun berikutnya dan
diberikan kepada dinas-dinas terkait berikut ini 4 :
Kepala Dinas Kesehatan Dati I
Kepala Kantor Wilayah Depkes Provinsi
Depkes RI Cq Ditjen Binkesmas

2.12 Mekanisme Pelaporan


1. Tingkat Puskesmas
a. Laporan dari puskesmas pembantu dan bidan di desa disampaikan ke pelaksana kegiatan di
puskesmas.
b. Pelaksana kegiatan merekapitulasi data yang dicatat baik di dalam maupun di luar gedung
serta laporan yang di terima dari puskesmas pembantu dan bidan di desa.
c. Hasil rekapitulasi pelaksanaan kegiatan dimasukkan ke formulir laporan sebanyak 2
rangkap, untuk disampaikan kepada koordinator SP2TP.
d. Hasil rekapitulasi pelaksanaan kegiatan diolah dan dimamfaatkan untuk tindak lanjut yang
diperlukan untuk meningkatkan kinerja kegiatan.
2. Tingkat Dati II
a. Pengolahan data SP2TP di Dati II menggunakan perangkat lunak yang ditetapkan oleh
Depkes.
b. Laporan SP2TP dari puskesmas yang diterima Dinas Kesehatan Dati II disampaikan kepada
pelaksana SP2TP untuk direkapitulasi/entri data.
c. Hasil rekapitulasi dikoreksi, diolah serta dimamfaatkan sebagai bahan untuk umpan balik,
bimbingan teknis ke puskesmas dan tindak lanjut untuk meningkatkan kinerja program.
d. Hasil rekapitulasi data setiap 3 bulan dibuat dalam rangkap 3 ( dalam bentuksoft file) untuk
dikirimkan ke Dinas Kesehatan Dati I, Kanwil Depkes Provinsi, dan Departemen Kesehatan.
3. Tingkat Dati I
a. Pengolahan dan pemamfaatan data SP2TP di Dati I mempergunakan perangkat lunak sama
dengan Dati II.
b. Laporan dari Dinkes Dati II, diterima oleh Dinkes Dati I dan Kanwil Depkes dalam bentuk
soft file diteruskan ke pelaksana untuk dikompilasi/direkapitulasi.
c. Hasil rekapitulasi disampaikan ke pengelola program Dati I untuk diolah dan dimamfaatkan
serta dilakukan tindak lanjut, bimbingan dan pengendalian.
4. Tingkat Pusat
Hasil olahan yang dilaksanakan Ditjen Binkesmas paling lambat 2 bulan setelah
berakhirnya triwulan tersebut disampaikan kepada pengelola program terkait dan Pusat Data
Kesehatan untuk dianalisis dan dimamfaatkan sebagai umpan balik, kemudian dikirimkan ke
Kanwil Depkes Provinsi.5

Sistem Pencatatan dan Pelaporan

Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas (SP3) merupakan instrumen vital dalam sistem
kesehatan. Informasi tentang kesakitan, penggunaan pelayanan kesehatan di puskesmas, kematian,
dan berbagai informasi kesehatan lainnya berguna untuk pengambilan keputusan dan pembuatan
kebijakan di tingkat kabupaten atau kota maupun kecamatan (Santoso, 2008).

Pencatatan dan pelaporan adalah indikator keberhasilan suatu kegiatan. Tanpa ada pencatatan dan
pelaporan, kegiatan atau program apapun yang dilaksanakan tidak akan terlihat wujudnya. Output
dari pencatatan dan pelaporan ini adalah sebuah data dan informasi yang berharga dan bernilai bila
menggunakan metode yang tepat dan benar. Jadi, data dan informasi merupakan sebuah unsur
terpenting dalam sebuah organisasi, karena data dan informasilah yang berbicara tentang
keberhasilan atau perkembangan organisasi tersebut (Tiara, 2011).

Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas mencakup 3 hal: (1) pencatatan, pelaporan, dan
pengolahan; (2) analisis; dan (3) pemanfaatan. Pencatatan hasil kegiatan oleh pelaksana dicatat
dalam buku-buku register yang berlaku untuk masing-masing program. Data tersebut kemudian
direkapitulasikan ke dalam format laporan SP3 yang sudah dibukukan. Koordinator SP3 di
puskesmas menerima laporan-laporan dalam format buku tadi dalam 2 rangkap, yaitu satu untuk
arsip dan yang lainnya untuk dikirim ke koordinator SP3 di Dinas Kesehatan Kabupaten.
Koordinator SP3 di Dinas Kesehatan Kabupaten meneruskan ke masing-masing pengelola
program di Dinas Kesehatan Kabupaten. Dari Dinas Kesehatan Kabupaten, setelah diolah dan
dianalisis dikirim ke koordinator SP3 di Dinas Kesehatan Provinsi dan seterusnya dilanjutkan
proses untuk pemanfaatannya. Frekuensi pelaporan sebagai berikut: (1) bulanan; (2) tribulan; (3)
tahunan. Laporan bulanan mencakup data kesakitan, gizi, KIA, imunisasi, KB, dan penggunaan
obat-obat. Laporan tribulanan meliputi kegiatan puskesmas antara lain kunjungan puskesmas,
rawat tinggal, kegiatan rujukan puskesmas pelayanan medik kesehatan gigi. Laporan tahunan
terdiri dari data dasar yang meliputi fasilitas pendidikan, kesehatan lingkungan, peran serta
masyarakat dan lingkungan kedinasan, data ketenagaan puskesmas dan puskesmas pembantu.
Pengambilan keputusan di tingkat kabupaten dan kecamatan memerlukan data yang dilaporkan
dalam SP3 yang bernilai, yaitu data atau informasi harus lengkap dan data tersebut harus diterima
tepat waktu oleh Dinas Kesehatan Kabupaten, sehingga dapat dianalisis dan diinformasikan
(Santoso, 2008).

Puskesmas merupakan ujung tombak sumber data kesehatan khususnya bagi dinas kesehatan kota
dan Sitem Pencatatan dan Pelaporan Terpadi Puskesmas juga merupakan fondasi dari data
kesehatan. Sehingga diharapakan terciptanya sebuah informasi yang akurat, representatif dan
reliable yang dapat dijadikan pedoman dalam penyusunan perencanaan kesehatan. Setiap program
akan menghasilkan data. Data yang dihasilkan perlu dicatat, dianalisis dan dibuat laporan. Data
yang disajikan adalah informasi tentang pelaksanaan progam dan perkembangan masalah
kesehatan masyarakat. Informasi yang ada perlu dibahas, dikoordinasikan, diintegrasikan agar
menjadi pengetahuan bagi semua staf puskesmas. Pencatatan harian masing-masing progam
Puskesmas dikombinasi menjadi laporan terpadu puskesmas atau yang disbut dengan system
pencatatan dan pelaporan terpadu Puskesmas (SP2TP) (Tiara, 2011).

Muninjaya (2004) berpendapat bahwa untuk pengembangan efektifitas Sistem Informasi


Manajemen Puskesmas, standar mutu (Input, Proses, Lingkungan dan Output) perlu dikaji dan
dirumuskan kembali, masing-masing komponen terutama proses pencatatan dan pelaporannya
perlu ditingkatkan.

Pengertian SP2TP

SP2TP adalah kegiatan pencatatan dan pelaporan data umum, sarana, tenaga dan upaya pelayanan
kesehatan di Puskesmas yang bertujuan agar didapatnya semua data hasil kegiatan Puskesmas
(termasuk Puskesmas dengan tempat tidur, Puskesmas Pembantu, Puskesmas keliling, bidan di
Desa dan Posyandu) dan data yang berkaitan, serta dilaporkannya data tersebut kepada jenjang
administrasi diatasnya sesuai kebutuhan secara benar, berkala dan teratur, guna menunjang
pengelolaan upaya kesehatan masyarakat (Ahmad, 2005).

Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas adalah kegiatan pencatatan dan pelaporan
data umum, sarana, tenaga dan upaya pelayanan kesehatan di Puskesmas yang ditetapkan melalui
SK MENKES/SK/II/1981. Data SP2PT berupa Umum dan demografi, Ketenagaan, Sarana,
Kegiatan pokok Puskesmas. Menurut Yusran (2008) Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu
Puskesmas (SP2TP) merupakan kegiatan pencatatan dan pelaporan puskesmas secara menyeluruh
(terpadu) dengan konsep wilayah kerja puskesmas. Sistem pelaporan ini ini diharapkan mampu
memberikan informasi baik bagi puskesmas maupun untuk jenjang administrasi yang lebih tinggi,
guna mendukung manajemen kesehatan (Tiara, 2011).
Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas merupakan sumber pengumpulan data dan
informasi ditingkat puskesmas. Segala data dan informasi baik faktor utama dan tenaga pendukung
lain yang menyangkut puskesmas untuk dikirim ke pusat serta sebagai bahan laporan untuk
kebutuhan. Menurut Bukhari Lapau (1989) data yang dikumpul oleh puskesmas dan dirangkum
kelengkapan dan kebenaranya. Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP)
ialah laporan yang dibuat semua puskesmas pembantu, posyandu, puskesmas keliling bidan-bidan
desa dan lain-lain yang termasuk dalam wilayah kerja puskesmas. Pencatatan dan pelaporan
mencangkup: b.1: Data umum dan demografi wilayah kerja puskesmas, b.2: Data ketenagaan
puskesmas, dan b.3: Data sarana yang dimiliki puskesmas (Syaer, 2011).

Tujuan SP2TP

Tujuan Sistem Informasi Manajemen di Puskesmas adalah untuk meningkatkan kualitas


manajemen Puskesmas secara lebih berhasil guna dan berdaya guna, melalui pemanfaatan secara
optimal data SP2TP dan informasi lain yang menunjang. Tujuan dimaksud dapat terwujud apabila:
(Ahmad, 2005).

1) Data SP2TP dan data lainnya diolah disajikan dan diinterprestasikan sesuai dengan petunjuk
Pengolahan dan Pemanfaatan data SP2TP.

2) Pengolahan, analisis, interprestasi dan penyajian dilakukan oleh para penanggung jawab
masing-masing kegiatan di Puskesmas dan mengelola program disemua jenjang administrasi.

3) Informasi yang diperoleh dari pengolahan dan interprestasi data SP2TP dan sumber lainnya
dapat bersifat kualitatif (seperti meningkat, menurun, dan tidak ada perubahan) dan bersifat
kuantitatif dalam bentuk angka seperti jumlah, persentase dan sebagainya.

Tujuan umum dari Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) ini ialah data
dan informasi yang akurat tepat waktu dan mutakhir secara periodik dan teratur pengolahan
program kesehatan masyarakat melalui puskesmas di berbagai tingkat administrasi. Adapun tujuan
khususnya ialah: (Syaer, 2011).

1. Tersedianya data secara akurat yang meliputi segala aspek.


2. Terlaksananya pelaporan yang secara teratur diberbagai jenjang administrasi sesuai dengan
prosedur yang berlaku.
3. Digunakan data tersebut sebagai alat pengambilan keputusan dalam rangka pengelolaan rencana
dalam bidang program kesehatan.
Pelaporan SP2TP

Pelaporan terpadu Puskesmas menggunakan tahun kalender yaitu dari bulan Januari sampai
dengan Desember dalam tahun yang sama. Adapun formulir Laporan yang digunakan untuk
kegiatan SP2TP adalah: 1) Laporan bulanan, yang mencakup: Data Kedakitan (LB.1), Data Obat-
Obatan (LB.2), Gizi, KIA, Imunisasi dan Pengamatan Penyakit menular (LB.3) serta Data
Kegiatan Puskesmas (LB.4); 2) laporan Sentinel, yang mencakup: Laporan Bulanan Sentinel
(LB1S) dan, Laporan Bulanan Sentinel (LB2S); 3) Laporan Tahunan, yang mencakup: Data dasar
Puskesmas (LT-1), Data Kepegawaian (LT-2) dan, Data Peralatan (LT-3). Laporan Bulanan (LB)
dilakukan setiap bulan dan baling lambat tanggal 10 bulan berikutnya dikirim ke Dinas Kesehatan
Dati II. Laporan bulanan sentinel LB1S dan LB2S setiap tanggal 10 bulan berikutnya dikirim ke
Dinas Kesehatan Dati II, Dati I dan Pusat (untuk LB1S ke Ditjen PPM dan LB2S ke Ditjen
Binkesmas), sedangkan Laporan Tahunan (LT) dikirim selambat-lambatnya tanggal 31 januari
tahun berikutnya. Khusus untuk laporan LT-2 (data Kepegawaian) hanya di isi bagi pegawai yang
baru/belum mengisi formulir data Kepegawaian (Ahmad, 2005).

Ada juga jenis laporan lain seperti laporan triwulan, laporan semester dan laporan tahunan yang
mencakup data kegiatan progam yang sifatnya lebih komprehensif disertai penjelasan secara
naratif. Yang terpenting adalah bagaimana memanfaatkan semua jenis data yang telah dibuat
dalam laporan sebagai masukan atau input untuk menyusun perencanaan puskesmas ( micro
planning) dan lokakarya mini puskesmas (LKMP). Analisis data hasil kegiatan progam puskesmas
akan diolah dengan menggunakan statistic sederhana dan distribusi masalah dianalisis
menggunakan pendekatan epidemiologis deskriptif. Data tersebut akan disusun dalam bentuk table
dan grafik informasi kesehatan dan digunakan sebagai masukkan untuk perencanaan
pengembangan progam puskesmas. Data yang digunakan dapat bersumber dari pencatatan
masing-masing kegiatan progam kemudian data dari pimpinan puskesmas yang merupakan hasil
supervisi lapangan (Tiara, 2011).

Dinas kesehatan kabupaten/kota mengolah kembali laporan puskesmas dan mengirimkan umpan
baliknya ke Dinkes Provinsi dan Depkes Pusat. Feed back terhadap laporan puskesmas harus
dikirimkan kembali secara rutin ke puskesmas untuk dapat dijadikan evaluasi keberhasilan
program. Sejak otonomi daerah mulai dilaksanakan, puskesmas tidak wajib lagi mengirimkan
laporan ke Depkes Pusat. Dinkes kabupaten/kotalah yang mempunyai kewajiban menyampaikan
laporan rutinnya ke Depkes Pusat (Muninjaya, 2004).

Pengorganisasian Puskesmas

Pengorganisasian tingkat Puskesmas didefinisikan sebagai proses penetapan pekerjaan-pekerjaan


pokok untuk dikerjakan, pengelompokan pekerjaan, pendistribusian otoritas/wewenang dan
pengintegrasian semua tugastugas dan sumber-sumber daya untuk mencapai tujuan Puskesmas
secara efektif dan efisien. Secara aplikatif pengorganisasian tingkat Puskesmas menurut penulis
adalah pengaturan pegawai Puskesmas dengan mengisi struktur organisasi dan tata kerja (SOTK)
Puskesmas yang ditetapkan oleh Peraturan Daerah Kabupaten/Kota disertai dengan pembagian
tugas dan tanggung jawab serta uraian tugas pokok dan fungsi (Tupoksi), serta pengaturan dan
pengintegrasian tugas dan sumber daya Puskesmas untuk melaksanakan kegiatan dan program
Puskesmas dalam rangka mencapai tujuan Puskesmas. Berdasarkan definisi tersebut, fungsi
pengorganisasian Puskesmas merupakan alat untuk memadukan (sinkronisasi) dan mengatur
semua kegiatan yang dihubungkan dengan personil/pegawai, finansial, material, dan metode
Puskesmas untuk mencapai tujuan Puskesmas yang telah disepakati bersama antara pimpinan dan
pegawai Puskesmas. Pengorganisasian Puskesmas meliputi hal-hal berikut (Sulaeman, 2009):

1) Cara manajemen Puskesmas merancang struktur formal Puskesmas untuk penggunaan


sumber daya Puskesmas secara efisien,

2) Bagaimana Puskesmas mengelompokkan kegiatannya, dimana setiap pengelompokkan


diikuti penugasan seorang penanggung jawab program yang diberi wewenang mengawasi stafnya.

3) Hubungan antara fungsi, jabatan, tugas, dan pegawai Puskesmas.

4) Cara pimpinan Puskesmas membagi tugas yang harus dilaksanakan dalam unit kerja dan
mendelegasikan wewenang untuk mengerjakan tugas tersebut.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 128/Menkes/SK/II/2004, bahwa untuk dapat


terlaksananya rencana kegiatan Puskesmas, perlu dilakukan pengorganisasian. Ada dua macam
pengorganisasian yang harus dilakukan. Pertama, pengorganisasian berupa penentuan para
penanggungjawab dan para pelaksana untuk setiap kegiatan serta untuk setiap satuan wilayah
kerja. Dengan perkataan lain, dilakukan pembagian habis seluruh program kerja dan seluruh
wilayah kerja kepada seluruh petugas puskesmas dengan mempertimbangkan kemampuan yang
dimilikinya. Penentuan para penanggungjawab ini dilakukan melalui pertemuan penggalangan tim
pada awal tahun kegiatan. Kedua, pengorganisasian berupa penggalangan kerjasama tim secara
lintas sektoral. Ada dua bentuk penggalangan kerjasama yang dapat dilakukan:

1. Penggalangan kerjasama dalam bentuk dua pihak, yakni antara dua sektor terkait, misalnya
antara puskesmas dengan sektor tenaga kerja pada waktu menyelenggarakan upaya kesehatan
kerja.
2. Penggalangan kerjasama dalam bentuk banyak pihak, yakni antar berbagai sektor terkait,
misalnya antara puskesmas dengan sektor pendidikan, sektor agama, sektor kecamatan pada
waktu menyelenggarakan upaya kesehatan sekolah.
Penggalangan kerjasama lintas sektor ini dapat dilakukan:
1. Secara langsung yakni antar sektor-sektor terkait.
2. Secara tidak langsung yakni dengan memanfaatkan pertemuan koordinasi kecamatan (Keputusan
Menteri Kesehatan, 2004).
Ada 2 (dua) hal yang perlu pengorganisasian tingkat Puskesmas, yakni: (1) Pengaturan berbagai
kegiatan yang ada di dalam RO (Rancangan Operasional) Puskesmas, sehingga membentuk satu
kesatuan program yang terpadu dan sinergi untuk mencapai tujuan Puskesmas, dan (2)
Pengorganisasian pegawai Puskesmas, yaitu pengaturan tugas dan tanggung jawab setiap pegawai
Puskesmas, sehingga setiap kegiatan dan program mempunyai penanggung jawabnya. Dengan
memahami fungsi pengorganisasian Puskesmas akan lebih memudahkan mempelajari fungsi
penggerakan dan pelaksanaan (actuating/aktuasi) dan akan diketahui gambaran pembimbingan
dan pengarahan yang diperlukan oleh pegawai Puskesmas sesuai dengan pembagian tugas dan
tanggung jawab (Sulaeman, 2009).

Untuk kelancaran kegiatan SP2TP di Puskesmas, maka dibentuk pengorganisasian yang terdiri
dari: (Ahmad, 2005).

Penanggung Jawab (Kepala Puskesmas)

Tugas penanggung jawab adalah memberikan bimbingan kepada koordinator SP2TP dan para
pelaksana kegiatan di Puskesmas.

Koordinator (Petugas yang ditunjuk Kepala Puskesmas)

Koordinator SP2TP bertugas:

1) Mengumpulkan laporan dari masing-masing pelaksana kegiatan.

2) Bersama dengan para pelaksana kegiatan membuat laporan bulanan SP2TP dan
mengirimkan laporan tersebut ke DInas Kesehatan Dati II paling lambat tanggal 10 bulan
berikutnya.

3) Bersama dengan para pelaksana kegiatan membuat laporan tahunan SP2TP dan
mengirimkan laporan tersebut ke Dinas Dati II paling lambat 31 Januari tahun berikutnya.

4) Menyimpan arsip laporan SP2TP dari masing-masing pelaksana kegiatan.

5) Bertanggung jawab atas kelancaran pelaksanaan SP2TP kepada Kepala Puskesmas.

6) Mempersiapkan pertemuan berkala setiap 3 bulan yang dipimpin oleh Kepala Puskesmas
dengan pelaksanaan kegiatan untuk menilai pelksanaan kegiatan SP2TP.

Anggota (Pelaksana Kegiatan di Puskesmas)


Pelaksana kegiatan SP2TP bertugas:

1) Mencatat setiap kegiatan pada kartu individu dan register yang ada.

2) Mengadakan bimbingan terhadap Puskesmas Pembantu dan Bidan di Desa.

3) Melakukan rekapitulasi data dari hasil pencatatan dan laporan Puskesmas Pembantu serta
Bidan di Desa menjadi laporan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya. Hasil dari rekapitulasi
ini merupakan bahan untuk mengisi/membuat laporan SP2TP.

4) Setiap tanggal 5 mengisi/membuat laporan SP2TP dari hasil kegiatan masing-masing


dalam 2 rangkap dan disampaikan kepada coordinator SP2TP Puskesmas. Dengan rincian satu
rangkap untuk arsip coordinator SP2TP Puskesmas dan satu rangkap oleh Koordinator SP2TP
Puskesmas disampaikan ke Dinas Kesehatan Dati II.

5) Mengolah dan memanfaatkan data hasil rekapitulasi untuk tindak lanjut yang diperlukan
dalam rangka meningkatkan kinerja kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya.

6) Bertanggung jawab atas kebenaran isi laporan kegiatannya.

Anda mungkin juga menyukai