Anda di halaman 1dari 6

1.

Macam-Macam Tingkatan Akreditasi

Rumah sakit adalah Institusi Pelayanan Kesehatan yang menyelenggarakan


pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Dasar hukum pelaksanaan akreditasi di
rumah sakit adalah UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan, UU No. 44 tahun
2009 tentang rumah sakit dan Permenkes 1144/ Menkes/ Per/ VIII/ 2010 tentang
organisasi dan tata kerja kementerian kesehatan. Akreditasi mengandung arti suatu
pengakuan terhadap rumah sakit yang diberikan oleh lembaga independen
penyelenggara akreditasi yang ditetapkan Menteri.( Permenkes No 12,2012).
Rumah sakit yang telah terakreditasi, mendapat pengakuan dari pemerintah bahwa
semua hal yang ada di dalamnya sudah sesuai dengan standar.

Peniliaian Akreditasi yang telah ditetapkan oleh SK Menkes No


428/Menkes/SK/XII/2012 dilakukan oleh Komite Akreditase Rumah Sakit (KARS)
yaitu lembaga pelaksana aakreditasi dalam negeri dengan standar akreditasi versi
2012 yang disesuaikan dengan standar internasional yang dikeluarkan oleh lembaga
akrediatasi luar negeri yakni Joint Commission International (JCI). 15 kriteria
Penilian Akreditasi Rumah Sakit dikelurkan oleh KARS 2012 adalah :
I. Kelompok Standar Pelayanan Berfokus pada Pasien
1. Akses pelayanan & Kontinuitas pelayanan (APK)
2. Hak Pasien & Keluarga (HPK)
3. Asesmen Pasien (AP)
4. Pelayanan Pasien (PP)
5. Pelayanan Anastesi & Bedah (PAB)
6. Manajemen Penggunaan Obat (MPO)
7. Pendidikan Pasien & Keluarga (PPK)
II. Kelompok Standar Manajemen Rumah Sakit
1. Peningkatan mutu & Keselamatan Pasien (PMKP)
2. Pencegahan & Pengendalian Infeksi (PPI)
3. Tata kelola, Kepemimpinan & Pengarahan (TKP)
4. Manajemen Fasilitas & Keselamatan (MFK)
5. Kualifikaasi & Pendidikan Staff (KPS)
6. Manajemen Komunikasi & Informasi (MKI)
III. Melinium Development Goals (MDGS)
IV. Sasaran keselamatan Pasien

Proses Akreditasi terdiri dari kegiatan survei oleh Tim Suveior & Proses
pengambilan keputusan pada Pengurus KARS(Komisi Akreditasi Rumah sakit),
sehingga didapatkan hasil kelulusan sebagai berikut:
1. Tingkat Dasar

Penilaian didasarkan empat bab digolongkan Major yakni : Sasaran


Keselamatan Pasien Rumah Sakit, HPK, PPK, dan PMKP, dengan nilai
kelulusan minimal 80%,. Selanjutnya dengan Peniliaian 11 bab yang
digolongkan minor meliputi MDGS, APK, AP, PP, PAB, Manajemen MPO,
MKI, KPS, PPI, TKP, dan MFK dengan Nilai Minimum 20%.

2. Tingkat Madya
Penilaian didasarkan 8 bab digolongkan major, yakni Sasaran
Keselamatan Pasien rumah sakit, HPK, PPK, PMKP, MDGs, APK, AP, dan PP
dengan nilai meninmum setiap bab 80 %. Selanjutnya 7 bab digolongkan minor
dengan nilai minimum bab 20 % meliputi PAB, MPO, MKI, KPS, PPI, TKP,dan
MFK.
3. Tingkat Utama
Penilaian 12 bab mayor dengan nilai minimal 80 %, meliputi Sasaran
keselamatan Pasien Rumah Sakit,HPK, PPK, PMKP, MDGs, APK, AP, PP,
PAB, MPO, MKI, dan KPS, yang selanjutnya 3 bab digolongkan minor dengan
nilai minimum 20% meliputi PPI,TKP, dan MFK.
4. Tingkat Paripurna
Penilaian dengan 15 bab diatas dengan nilai setiap bab minimal 80 %.

2. Perbedaan ISO dan Akreditasi


3. Tipe-Tipe Rumah Sakit
4. Indikator Kinerja Rumah Sakit

Indikator Kinerja Rumah sakit pada dasarnya disusun menjadi 2 jenis


indikator yakni indikator untuk mutu pelayanan klinik (clinical indicator) dan
Indikator untuk mengukur kinerja rumah sakit/ indikator kinerja kunci (key
performance indicators)(Depkes RI 2005):

1. Indikator mutu pelayanan medik


a. BOR ( Bed Occupancy Ratio/ Angka penggunaan tempat tidur)
Menurut Depkes RI (2005), BOR adalah prosentase pemakaian
tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan
gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit.
Periode penghitungan BOR ditentukan berdasarkan kebijakan internal RS,
bisa bulanan, tribulan, semester, atau bahkan tahunan. Lingkup
penghitungan BOR juga ditentukan berdasarkan kebijakan internal rumah
sakit, misalnya BOR per bangsal atau BOR untuk lingkup rumah sakit
(seluruh bangsal) Standar BOR yang ideal menurut Depkes RI (2005)
adalah antara 60-85%. BOR = (O/A) x 100% , dengan keteraangan ,O :
tempat tidur yang terpakai ,A : tempat tidur yang tersedia .

b. ALOS (Average Length of Stay = Rata-rata lamanya pasien dirawat)


ALOS menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata lama rawat seorang
pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi,
juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada
diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih
lanjut. Secara umum nilai ALOS yang ideal antara 6-9 hari (Depkes, 2005).

c. TOI (Turn Over Interval = Tenggang perputaran)


TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana tempat
tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini
memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya
tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari.

d. BTO (Bed Turn Over = Angka perputaran tempat tidur)


BTO menurut Depkes RI (2005) adalah frekuensi pemakaian
tempat tidur pada satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu
satuan waktu tertentu. Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-
rata dipakai 40-50 kali.

e. NDR (Net Death Rate)


NDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian 48 jam
setelah dirawat untuk tiap-tiap 1000 penderita keluar. Indikator ini
memberikan gambaran mutu pelayanan di rumah sakit

f. GDR (Gross Death Rate)


GDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian umum untuk
setiap 1000 penderita keluar rumah sakit
2. 12 Indikator kinerja rumah sakit
a. Rerata jam pelatihan per karyawan pertahun
b. Persentase tenaga terlatih di unit khusus
c. Kecepatan penanganan penderita gawat darurat
d. Waktu tunggu sebelum operasi elektif
e. Angka kematian ibu karena persalinan (Perdarahan,
preeklamsia/eklampsia dan sepsis, khusus untuk kasus non rujukan)
f. Angka Infeksi noskomial
g. Kelengkapan pengisian Rekam Medis
h. Prosentase Kepuasan Pasie (survei)
i. Prosentase Kepuasan karyawan (survei)
j. Baku Mutu Limbah Cair
k. Status Keuangan rumah sakit
l. Prosentase Penggunaan Obat Generik Rumah Sakit.

5. SIM-RS
Sistem Informasi Rumah Sakit menurut Permenkes RI Nomor 82 Tahun 2013
adalah suatu sistem teknologi informasi komunikasi yang memproses dan
mengintegrasikan seluruh alur proses peelayanan rumah sakit dalam bentuk
jaringan koordinasi, pelaporan dan prosedur administrasi untuk memperoleh
informasi secara tepat dan akurat, dan merupakan bagian dari sistem informasi
kesehatan. SIRS merupakan aplikasi sistem yang harus mampu meningkatkan dan
mendukung proses pelayanan kesehatan di Rumah Sakit yang meliputi:
a. kecepatan, akurasi, integrasi, peningkatan pelayanan, peningkatan efisiensi,
kemudahan pelaporan dalam pelaksanaan operasional;
b. kecepatan mengambil keputusan, akurasi dan kecepatan identifikasi masalah dan
kemudahan dalam penyusunan strategi dalam pelaksanaan manajerial; dan
c. budaya kerja, transparansi, koordinasi antar unit, pemahaman sistem dan
pengurangan biaya administrasi dalam pelaksanaan organisasi. Pelaporan SIRS
terdiri dari

SIMRS harus memiliki kemampuan komunikasi data (interoperabilitas) dengan:


Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK
BMN);
Pelaporan Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS);
Indonesia Case Base Groups (INACBGs);
aplikasi lain yang dikembangkan oleh Pemerintah; dan
sistem informasi manajemen fasilitas pelayanan kesehatan lainnya

Pelaporan dari Sistem Informasi Rumah Sakit Nomer


1171/MENKES/PER/VI/2011 dibagi menjadi dua , yakni

a. Pelaporan yang bersifat terbarukan setiap saat (update)


Ditetapkan waktunyan berdsarkan Kebutuhan informasi untuk
pengembangan program dan kebijakan dalam bidang kerumahsakitan
b. Pelaporan bersifat periodik
Waktu pelaporan periodik dari SIM RS adalah 2 kali dalam setahun
6. Macam Laporan SP2TP Puskesmas

Sistem Informasi Manajemen Puskesmas(SIMPUS) merupakan sistem yang


dikembangkan di jajaran dinas kesehatan kabupaten di Indonesia sebagai perangkat
lunak sistem informasi yang digunakan oleh puskesmas dalam satu kabupaten. Ssalah
satu sumber SIMPUS pada Puskesmas adalah Sistem Pencatatan dan pelaporan Terpadu
Puskesmas (SP2TP). Secara Nasional SP2TP Puskesmas diatur oleh Surat Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomer 63/Menkes/SK/II/1981 dan
disederhanakan melalui Surat Keputusan Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan
Masyarakat Nomer 590/BM/DJ/INFO/V/1996, SP2TP adalah tata cara pencatatan dan
pelaporan yang lengkap untuk pengelolaan Puskesmas, meliputi keadaan fisik, tenaga,
saran, dan kegiatan pokok yang dilakukan serta hasil yang dicapai oleh Puskesmas.
SP2TP pad Puskesmas nantinya akan dikirim ke Dinkes yang terbagi menjadi jenis dan
periodenya menjadi 3, yakni Bulanan, Tahunan, dan Sentinel, yang dijelaskan sebagai
berikut (Sholikhah,2013):

a. Laporan Bulanan
Laporan bulanan harus dikirim paling lambat tanggal 10 ke Dinas Kesehatan pada
bulan berikutnya, sedangkan laporan yang dilaporan dari masing-masing program
puskesmas seperti Pustu, BP, KIA adalah sebelum tanggal tersebut, dan dilakukan
dalam tanggal yang sama di bulan berikutnya. Berikut adalah formulir laporan yang
dilaporkan setiap bulannya, berupa:
LB 1 : Laporan bulanan data kesakitan
LB 2 : Laporan bulanan pemakaian dan lembar permintaan obat
LB 3 : Laporan bulanan gizi, KIA, Imunisasi, dan Pemberantasan penyakit
menular (P2M)
LB 4 : laporan Bulanan Kegiatan Puskesmas
b. Laporan Tahunan
Laporan tahunan dilaporan paling lambat pada tanggal yang sama tahun berikutnya.
Laporan ini dibuat setiap satu kali dalam setahun. Formulir laporan tahunan berupa:
LT-1 : Laporan tahunan data dasar Puskesmas
LT-2 : Laporan tahunan data kepegawaian Puskesmas termasuk bidan di desa
LT-3 : Laporan tahunan data peralatan Puskesmas, Pustu, dan Pusling
c. Laporan Sentinel
Laporan sentinel dilaporkan setiap bulan ke Dinkes Laporan Sentinel terdiri dari
LB 1S dan LB 2S. LB 1S diperuntukan Puskesmas yang ditunjuk oleh Dinkes
setiap bulannya untuk melaporkan ke Dinkes, sedangkan LB 2S diperuntukkan
pada Puskesmas yang memiliki rawat inap, bentuk laporan sentinel adalah sebagai
berikut :
LB-1S : Laporan Bulanan Sentinel memuat data penderita penyakit yang dapat
dicegah dengan Imunisasi (PD31), Penyakit Infeksi Pernafasan Akut (ISPA), dan
Diare menurut umur dan status imunisasi.
LB-2S : Laporan Bulanan Sentinel memuat data KIA, Gizi, Tetanus
neonatorum, dan penyakit akibat kerja.

7. Pengertian BTA
8. Pengertian UPGK
9. Rujukan Kesehatan

Anda mungkin juga menyukai