Menurut alasan dan tujuannya, penyemenan dapat dibagi dua, yaitu Primary
Cementing (Penyemenan Utama) dan Secondary atau Remedial Cementing
(Penyemenan Kedua atau Penyemenan perbaikan).
a. Primary Cementing
Jawab :
Adalah suatu penyemenan dimana langsung dilakukan setelah pemasangan
casing, kegunaan primary cementing diantaranya :
Melekatkan casing keformasi
Melindung pipa dari tekanan tekanan formasi
Menutup zona lost circulation
Membuat pemisah zona dibelakang casing
b. Secondary Cementing
Adalah suatu cara dimana cemen slurry ditekan masuk kesuatu formasi atau
tidak disumur, gunanya antara lain :
Memperbaiki Primary Cementing yang tidak sempurna.
Mengurangi gas oil, water oil atau water gas ratio.
Memperbaiki casing yang patah.
Menutup zona lost circulation.
b. Re cementing
Dilakukan untuk menyempurnakan primary cementing yang gagal dan
untuk memperluas perlindungan casing diatas top Cement.
b. Proses Pembakaran
Setelah melalui salah satu proses peleburan di atas, campuran tersebut
dimasukkan ke tempat pembakaran (Kiln). Di Kiln, campuran ini berputar-
putar kemudian berubah menjadi clinker (Gambar 8.4). Ada 6 tahap
temperatur yang harus dilalui campuran di Kiln, yaitu :
Tahap 1 (sampai 200oC)Di tahap ini mengalami proses penguapan air
bebas.
Tahap 2 (200 800 oC)Pada tahap ini mengalami proses pra-pemanasan,
dimana partikel-partikel clay mengalami dehidroksidasi
(pembebasan unsur-unsur hidroksida).
Tahap 3 (800 1100 oC) dan Tahap 4 (1100 1300 oC) Pada tahap ini
mengalami proses pembebasan unsur karbon (dekarbonisasi).
Dehidroksidasi mineral-mineral clay disempurnakan dan didapat
hasil yang berbentuk kristal. Kalsium karbonat membebaskan
sejumlah besar karbondioksida. Produk bermacam-macam kalsium
aluminat dan ferit mulai terjadi.
Tahap 5 (1300 - 1500 1300 oC).Pada tahap ini, sebagian campuran reaksi
mencair. Dan suhu 1500oC (Clinkering temperature), C2S dan C3S
terbentuk. Sementara itu lime, alumina dan oksida besi tetap dalam
fasa cair.
Tahap 6 (1300 1000 oC)Pada tahap ini, C3A dan C4AF berubah dari fasa
liquid menjadi padat dan berbentuk kristal.
c. Proses Pendinginan
Proses pendinginan sebenarnya telah dimulai dari sebagian tahap 5, ketika
temperatur mulai menurun dari 'clinkering temperature'.
Kualitas clinker dan selesainya pembuatan semen sangat tergantung dari
laju pendinginan perlahan-lahan sekitar 4 5 oC (7 8 oF) sampai suhu
1250 oC, kemudian pendinginan cepat sekitar 18 20 oC (32 36 oF) per
menit.
d. Proses Penggilingan
Pada tabung penggiling ada bola-bola baja, yang dapat
mengakibatkan sekitar 97-99% energi yang masuk diubah menjadi
panas. Oleh karena itu diperlukan pendinginan, karena bila terlalu panas
akan banyak gipsum yang menghidrasi menjadi kalsium sulfat
hemihidrat (CSH1/2) atau larutan anhidrit (CS).
Akhirnya dari proses penggilingan (Gambar 8.5) didapat bubuk
semen yang diinginkan, yang dihasilkan dari penggilingan clinker
dengan gipsum (CSH2).
Kelas F
Semen kelas F digunakan untuk kedalaman dari 10000 ft sampai 16000
ft dan untuk kondisi sumur yang memiliki tekanan dan temperatur tinggi.
Semen ini tersedia juga dalam jenis high sulfat resistant.
Kelas G
Kelas H
Semen kelas H digunakan dari kedalaman 0 sampai 8000 ft dan
merupakan semen dasar pula. Dengan penambahan acclerator dan retarder,
semen ini dapat digunakan pada range temperatur dan kedalaman yang besar.
Semen ini hanya tersedia dalam jenis moderate sulfate resistant.
b. Retarder
Retarder adalah aditif yang dapat memperlambat proses pengerasan
suspensi semen, sehingga suspensi semen mempunyai waktu yang cukup
untuk mencapai kedalaman target yang diinginkan.
c. Extender
Extender adalah aditif yang berfungsi untuk menaikkan volume suspensi
semen, yang berhubungan dengan mengurangi densitas suspensi semen
tersebut
d. Weighting Agent
Weighting agents adalah aditif-aditif yang berfungsi menaikkan densitas
suspensi semen.
e. Dispersant
Dispersant adalah aditif yang dapat mengurangi viskositas suspensi
semen.
h. Specially Additives
Ada bermacam-macam aditif lainnya yang dikelompokkan sebagai special
additives, diantaranya silika, mud kill, radioactive tracers, fibers, antifoam
agents dan lainnya
e. Casing shoe Fungsi dari casing shoe adalah untuk menuntut casing diwaktu
penurunannya agar tidak tersangkut. Casing shoe yang berfungsi hanya
sebagai penuntut casing diwaktu penurunannya disebut guide shoe.
f. Shoe track : Shoe track adalah satu atau dua batang casing yang ditempatkan
diatas casing shoe. Shoe track berfungsi untuk menampung bubur semen
yang terkontaminasi oleh Lumpur pendorong.
g. Casing collar : Salah satu alat downhole yang digunakan untuk
mengkonfirmasi atau mengkorelasi kedalaman menggunakan titik referensi
yang diketahui pada casing string.
Selain dari itu cementing head jenis dilengkapi dengan 3 buah saluran
yaitu :
h.
12. Sebutkan, jelaskan dan gambarkan cementing unit?
13. Jelaskan tentang CBL dan VDL
Setelah operasi khusus semen dilakukan, seperti Cement Bond Logging (CBL)
: Dua informasi utama yang diperoleh dari CBL adalah amplitudo yang datang
dari sinyal pipa dan penampilan rangkaian gelombang akustik secara lengkap.
Sebagai tambahan ditampilkan pula transit time gelombang pipa yang datang
pertama kali. dan Variable Density Logging (VDL), : Variable Density Log
dibuat dengan memberikan bayangan gelap untuk sinyal positif yang kuat dan
bayangan putih terang untuk sinyal negatif. Intensitas gelap atau terang pada
log tergantung pada harga amplitudonya. Interpretasi gelombang ini
selanjutnya direkam secara kontinyu terhadap kedalaman. Sebagaimana
terlukis pada gambar 8.94 VDL kemudian didapati kurang sempurnanya atau
ada kerusakan pada primary cementing, maka dilakukanlah secondary
cementing. Secondary cementing dilakukan juga apabila pengeboran gagal
mendapatkan minyak dan menutup kembali zona produksi yang diperforasi.