Anda di halaman 1dari 10

TUGAS PENDAHULUAN ASP

1. Apa alasan dilakukan penyemenan? Sebutkan dan jelaskan

Pada umumnya operasi penyemenan bertujuan untuk melekatkan casing pada


dinding lubang sumur, melindungi casing dari masalah-masalah mekanis
sewaktu operasi pemboran (seperti getaran), melindungi casing dari fluida
formasi yang bersifat korosi dan untuk memisahkan zona yang satu terhadap
zona yang lain di belakang casing.

Menurut alasan dan tujuannya, penyemenan dapat dibagi dua, yaitu Primary
Cementing (Penyemenan Utama) dan Secondary atau Remedial Cementing
(Penyemenan Kedua atau Penyemenan perbaikan).

a. Primary Cementing
Jawab :
Adalah suatu penyemenan dimana langsung dilakukan setelah pemasangan
casing, kegunaan primary cementing diantaranya :
Melekatkan casing keformasi
Melindung pipa dari tekanan tekanan formasi
Menutup zona lost circulation
Membuat pemisah zona dibelakang casing
b. Secondary Cementing
Adalah suatu cara dimana cemen slurry ditekan masuk kesuatu formasi atau
tidak disumur, gunanya antara lain :
Memperbaiki Primary Cementing yang tidak sempurna.
Mengurangi gas oil, water oil atau water gas ratio.
Memperbaiki casing yang patah.
Menutup zona lost circulation.

Membantu pada primary cementing bila fill up ( pengisian kolom yang


harus disemen ) tidak cukup.

2. Sebutkan dan jelaskan


a. squeeze cementing
Squezze Cementing, bertujuan untuk :
Mengurangi WOR, WGR, GOR.
Menutup formasi yang tidak lagi produktif.
Menutup zona lost circulation.
Operasi squeeze dilakukan selama operasi pemboran berlangsung,
komplesi maupun pada saat workover.
Memperbaiki kebocoran pada casing

b. Re cementing
Dilakukan untuk menyempurnakan primary cementing yang gagal dan
untuk memperluas perlindungan casing diatas top Cement.

c. Plug back cementing


Menutup dan meninggalkan sumur.
Melakukan directional drilling sebagai landasan Whip Stock yang
dikarenakan adanya perbedaan Compressive Stregh antara semen
dan formasi maka akan mengakibtakan bit berubah arahnya.
Menutup zona air dibawah zona minyak agar WOR berkurang pada
open hole completion.

3. Apa fungsi dari semen? minimal 9.


4. Sebutkan dan jelaskan 4 mineral utama disemen Portland
a. TRICALCIUM SILICATE
Tricalcium silicate (3CaO.SiO2) dinotasikan sebagai C3S, yang
dihasilkan dari kombinasi CaO dan SiO2. Komponen ini merupakan
yang terbanyak dalam semen Portland, sekitar 40-45% untuk semen
yang lambat proses pengerasannya dan sekitar 60-65% untuk semen
yang cepat proses pengerasannya (high-early strength cement).
Komponen C3S pada semen memberikan strength yang terbesar pada
awal pengerasan.
b. DICALCIUM SILICATE
Dicalcium silicate (2CaO.SiO2) dinotasikan sebagai C2S, yang juga
dihasilkan dari kombinasi CaO dan SiO2. Komponen ini sangat penting
dalam memberikan final strength semen. Karena C2S ini
menghidrasinya lambat maka tidak berpengaruh dalam setting time
semen, akan tetapi sangat menentukan dalam kekuatan semen lanjut.
Kadar C2S dalam semen tidak lebih dari 20%.
c. TRICALCIUM ALUMINATE
Tricalcium aluminate (3CaO.Al2O3) dinotasikan sebagai C3A, yang
terbentuk dari reaksi antara CaO dengan Al2O3.Walaupun kadarnya
lebih kecil dari komponen silikat (sekitar 15% untuk high-early strength
cement dan sekitar 3% untuk semen yang tahan terhadap sulfat), namun
berpengaruh pada rheologi suspensi semen dan membantu proses
pengerasan awal pada semen.
d. TETRACALCIUM ALUMINOFERRITE

Tetracalcium aluminoferrite (4CaO.Al2O3.Fe2O3) dinotasikan sebagai


C4AF, yang terbentuk dari reaksi CaO, Al2O3, dan Fe2O3. Komponen
ini hanya sedikit pengaruhnya pada strength semen. API menjelaskan
bahwa kadar C4AF ditambah dengan dua kali kadar C3A tidak boleh
lebih dari 24% untuk semen yang tahan terhadap kandungan sulfat yang
tinggi. Penambahan oksida besi yang berlebihan akan menaikan kadar
C4AF dan menurunkan kadar C3A, dan berfungsi menurunkan panas
hasil reaksi/hidrasi C3S dan C2S.
5. Sebutkan dan jelaskan tahap-tahap pembuatan semen Portland
a. Proses Peleburan
Proses Peleburan
Dalam bagian ini ada dua cara yang umum digunakan, yaitu :
a. Dry Process
Pada awal proses ini, mineral clay dan limestone sama- sama dihancurkan,
lalu dikeringkan di rotary dries. Hasilnya dibawa ke tempat penggilingan
untuk dileburkan. Kemudian hasil leburan ini masuk ke tempat
penyaringan, dan partikel-partikel yang kasar dibuang dengan sistem
sentrifugal
b. Wet Process
Material-material mentah dicampur dengan air, lalu dimasukkan ke tempat
penggilingan (Grinding Mill). Campuran ini kemudian dipompa melalui
'vibrating screen'. Material-material yang kasar dikembalikan ke
penggilingan, sementara campuran yang lolos yang berupa suspensi ini
ditampung pada suatu tempat berbentuk kolom-kolom. Di tempat ini,
suspensi mengalami proses rotasi dan pemampatan sehingga didapat
campuran yang homogen. Di tempat ini pula, komposisi kimia suspensi
diubah-ubah untuk didapatkan komposisi yang diinginkan sebelum dibawa
ke Kiln.

b. Proses Pembakaran
Setelah melalui salah satu proses peleburan di atas, campuran tersebut
dimasukkan ke tempat pembakaran (Kiln). Di Kiln, campuran ini berputar-
putar kemudian berubah menjadi clinker (Gambar 8.4). Ada 6 tahap
temperatur yang harus dilalui campuran di Kiln, yaitu :
Tahap 1 (sampai 200oC)Di tahap ini mengalami proses penguapan air
bebas.
Tahap 2 (200 800 oC)Pada tahap ini mengalami proses pra-pemanasan,
dimana partikel-partikel clay mengalami dehidroksidasi
(pembebasan unsur-unsur hidroksida).
Tahap 3 (800 1100 oC) dan Tahap 4 (1100 1300 oC) Pada tahap ini
mengalami proses pembebasan unsur karbon (dekarbonisasi).
Dehidroksidasi mineral-mineral clay disempurnakan dan didapat
hasil yang berbentuk kristal. Kalsium karbonat membebaskan
sejumlah besar karbondioksida. Produk bermacam-macam kalsium
aluminat dan ferit mulai terjadi.
Tahap 5 (1300 - 1500 1300 oC).Pada tahap ini, sebagian campuran reaksi
mencair. Dan suhu 1500oC (Clinkering temperature), C2S dan C3S
terbentuk. Sementara itu lime, alumina dan oksida besi tetap dalam
fasa cair.
Tahap 6 (1300 1000 oC)Pada tahap ini, C3A dan C4AF berubah dari fasa
liquid menjadi padat dan berbentuk kristal.

c. Proses Pendinginan
Proses pendinginan sebenarnya telah dimulai dari sebagian tahap 5, ketika
temperatur mulai menurun dari 'clinkering temperature'.
Kualitas clinker dan selesainya pembuatan semen sangat tergantung dari
laju pendinginan perlahan-lahan sekitar 4 5 oC (7 8 oF) sampai suhu
1250 oC, kemudian pendinginan cepat sekitar 18 20 oC (32 36 oF) per
menit.

d. Proses Penggilingan
Pada tabung penggiling ada bola-bola baja, yang dapat
mengakibatkan sekitar 97-99% energi yang masuk diubah menjadi
panas. Oleh karena itu diperlukan pendinginan, karena bila terlalu panas
akan banyak gipsum yang menghidrasi menjadi kalsium sulfat
hemihidrat (CSH1/2) atau larutan anhidrit (CS).
Akhirnya dari proses penggilingan (Gambar 8.5) didapat bubuk
semen yang diinginkan, yang dihasilkan dari penggilingan clinker
dengan gipsum (CSH2).

6. Sebutkan dan jelaskan klasifikasi semen menurut API?


API telah melakukan pengklasifikasian semen kedalam beberapa kelas
guna mempermudah pemilihan dan penggolongan semen yang akan digunakan.
Pengklasifikasian ini didasarkan atas kondisi sumur dan sifat-sifat semen yang
disesuaikan dengan kondisi sumur tersebut. Kondisi sumur tersebut meliputi
kedalaman sumur, temperatur, tekanan dan kandungan yang terdapat pada
fluida formasi (seperti sulfat dan sebagainya).
Kelas A
Semen kelas A ini digunakan dari kedalaman 0 (permukaan) sampai 6000
ft. Semen ini terdapat dalam tipe biasa (ordinary type) saja.
Kelas B
Semen kelas B digunakan dari kedalaman 0 sampai 6000 ft dan tersedia
dalam jenis yang tahan terhadap kandungan sulfat menengah dan tinggi
(moderate and high sulfat resistant).
Kelas C
Semen kelas C digunakan dari kedalaman 0 sampai 6000 ft dan
mempunyai sifat high-early strength (proses pengerasan cepat). Semen ini
tersedia dalam jenis moderate dan high sulfat resistant.
Kelas D
Semen kelas D digunakan untuk kedalaman dari 6000 ft sampai 12000 ft
dan untuk kondisi sumur yang memiliki tekanan dan temperatur tinggi. Semen
ini tersedia juga dalam jenis moderate and high sulfat resistant.
Kelas E
Semen kelas E digunakan untuk kedalaman dari 6000 ft sampai 14000 ft
dan untuk kondisi sumur yang memiliki tekanan dan temperatur tinggi. Semen
ini tersedia juga dalam jenis moderate and high sulfat resistant.

Kelas F
Semen kelas F digunakan untuk kedalaman dari 10000 ft sampai 16000
ft dan untuk kondisi sumur yang memiliki tekanan dan temperatur tinggi.
Semen ini tersedia juga dalam jenis high sulfat resistant.
Kelas G

Semen kelas G digunakan untuk kedalaman 0 sampai 8000 ft dan


merupakan semen dasar. Bila ditambahkan retarder, semen ini dapat dipakai
untuk sumur yang dalam dan range temperatur yang cukup besar. Semen ini
tersedia dalam jenis moderate and high sulfat resistant.

Kelas H
Semen kelas H digunakan dari kedalaman 0 sampai 8000 ft dan
merupakan semen dasar pula. Dengan penambahan acclerator dan retarder,
semen ini dapat digunakan pada range temperatur dan kedalaman yang besar.
Semen ini hanya tersedia dalam jenis moderate sulfate resistant.

7. Sebutkan dan jelaskan sifat-sifat semen, minimal 9


a. Densitas
Densitas suspensi semen didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah
berat bubuk semen, air pencampur dan aditif terhadap jumlah volume bubuk
semen, air pencampur dan aditif.
b. Viskositas
Dalam penyemenan, sebenarnya yang dimaksud dengan konsistensi adalah
viskositas, cuma dalam pengukurannya ada sedikit perbedaan prinsip.
Sehingga penggunaan konsistensi ini dapat dipakai untuk membedakan
viskositas pada operasi penyemenan dengan viskositas pada operasi
pemboran (lumpur pemboran).
c. Filtration loss adalah peristiwa hilangnya cairan dari suspensi semen ke
dalam formasi permeabel yang dilaluinya. Cairan ini sering disebut dengan
filtrat. Filtrat yang hilang tidak boleh terlalu banyak, karena akan
menyebabkan suspensi semen kekurangan air. Kejadian ini disebut dengan
flash set.
d. Water Cement Ratio (WCR)
Water cement ratio adalah perbandingan air yang dicampur terhadap bubuk
semen sewaktu suspensi semen dibuat. Jumlah air yang dicampur tidak
boleh lebih atau kurang, karena akan mempengaruhi baik-buruknya ikatan
semen nantinya.
e. Waiting on cement atau waktu menunggu pengerasan suspensi semen
adalah waktu yang dihitung saat wiper plug diturunkan sampai kemudian
plug dibor kembali untuk operasi selanjutnya
f. Permeabilitas diukur pada semen yang mengeras, dan bermakna sama
dengan permeabilitas pada batuan formasi yang berarti kemampuan untuk
mengalirkan fluida. Semakin besar permeabilitas semen maka semakin
banyak fluida yang dapat melalui semen tersebut, dan begitu pula untuk
keadaan yang sebaliknya.
g. Compressive Strength Compressive strength didefinisikan sebagai
kekuatan semen dalam menahan tekanan-tekanan yang berasal dari
formasi maupun dari casing
h. shear strength didefinisikan sebagai kekuatan semen dalam menahan
berat casing. Jadi compressive strength menahan tekanan-tekanan dalam
arah horizontal dan shear strength semen menahan tekanan- tekanan dari
arah vertikal.
i. Thickening time didefinisikan sebagai waktu yang diperlukan suspensi
semen untuk mencapai konsistensi sebesar 100 UC (Unit of Consistency).
Konsistensi sebesar 100 UC merupakan batasan bagi suspensi semen masih
dapat dipompa lagi.

8. Sebutkan dan jelaskan aditif-aditifyang ada pada penyemenan, minimal 8?


a. Accelerator
Accelerator adalah aditif yang dapat mempercepat proses pengerasan
suspensi semen. Selain itu dapat juga mempercepat naiknya strength semen
dan mengimbangi aditif lain (seperti dispersant dan fluida loss control
agent), agar tidak tertunda proses pengerasan suspensi semennya.

b. Retarder
Retarder adalah aditif yang dapat memperlambat proses pengerasan
suspensi semen, sehingga suspensi semen mempunyai waktu yang cukup
untuk mencapai kedalaman target yang diinginkan.

c. Extender
Extender adalah aditif yang berfungsi untuk menaikkan volume suspensi
semen, yang berhubungan dengan mengurangi densitas suspensi semen
tersebut
d. Weighting Agent
Weighting agents adalah aditif-aditif yang berfungsi menaikkan densitas
suspensi semen.

e. Dispersant
Dispersant adalah aditif yang dapat mengurangi viskositas suspensi
semen.

f. Fluid-loss Control Agent


Fluid-loss control agent adalah aditif-aditif yang berfungsi mencegah
hilangnya fasa liquid semen ke dalam formasi, sehingga terjaga
kandungan cairan pada suspensi semen.

g. Lost Circulation Agent


Lost circulation control agents merupakan aditif-aditif yang mengontrol
hilangnya suspensi semen ke dalam formasi yang lemah atau bergoa.

h. Specially Additives
Ada bermacam-macam aditif lainnya yang dikelompokkan sebagai special
additives, diantaranya silika, mud kill, radioactive tracers, fibers, antifoam
agents dan lainnya

9. Sebutkan dan jelaskan teknik penyemenan, primary cementing, minimal 5?


a. Pendahuluan
Keberhasilah suatu pekerjaan penyemenan merupakan fungsi dari
kemampuan suatu team dalam pendesaian peralatan penyemenan,
persiapan-persiapan yang harus dilakukan sebelum penyemenan
b. Peralatan Penyemenan
- Material semen
- Peralatan Permukaan
- Peralatan bawah permukaan
c. Persiapan penyemenan
- Analisa masalah
- Seleksi suspense semen
- Cara penempatan suspense semen
- Kontrol dan keamanan sumur
- Simulator
d. Teknik penyemenan awal
- Klasifikasi casing
- Prosedur penempatan semen
- Liner
e. Teknik penyemenan di offshore
10. Jelaskan bagaimana proses penyemenan dalam industry migas.
11. Sebutkan fungsi dari :
a. Duplex float shoe :
b. Tubing :
c. Centralizer : Centralizer berfungsi membuat casing berada ditengah
tengah lobang, kalau casing tidak berada ditengah tengah lobang bor,
maka semen tidak rata tebalnya di sekeliling casing malahan ada annulus
casing yang tidak tersemen, kalau hal ini terjadi maka casing tidak akan ada
yang menahan dari serangan cairan korosif
d. Scratcher : Scratcher bertugas untuk mengikis mud cake. Bila mud cake
tidak terkikis maka ikatan semen dengan dinding lobang tidak baik, ini akan
membentuk channeling pada semen.

Stracher terdiri dari 2 macam, yaitu:

a) Rotating scratcher yang berfungsi untuk mengikis mud cake


dengan jalan memutar casing.

b) Reciprocating scratcher yang berfunfsi untuk mengikis mud cake


dengan jalan menaik turunkan rangkaian casing.

e. Casing shoe Fungsi dari casing shoe adalah untuk menuntut casing diwaktu
penurunannya agar tidak tersangkut. Casing shoe yang berfungsi hanya
sebagai penuntut casing diwaktu penurunannya disebut guide shoe.
f. Shoe track : Shoe track adalah satu atau dua batang casing yang ditempatkan
diatas casing shoe. Shoe track berfungsi untuk menampung bubur semen
yang terkontaminasi oleh Lumpur pendorong.
g. Casing collar : Salah satu alat downhole yang digunakan untuk
mengkonfirmasi atau mengkorelasi kedalaman menggunakan titik referensi
yang diketahui pada casing string.

Cementing head : Cementing head adalah peralatan penyemenan yang


dipasang diujung casing teratas. Cementing head yang modern sekarang
adalah plug container dimana didalam plug container bisa dipasang
langsung bottom plug dan top plug, masing masng plug akan ditahan
oleh pin penahan.

Selain dari itu cementing head jenis dilengkapi dengan 3 buah saluran
yaitu :

a) Saluran Lumpur, saluran ini untuk sirculasi Lumpur untuk


membersikkan lubang bor

b) Saluran bubur semen, saluran ini dipakai diwaktu memompakan


bubur semen kedalam casing.

c) Saluran Lumpur pendorong, saluran ini digunakan mendorong sampai


top plug berimpit dengan bottom plug di casing collar.

h.
12. Sebutkan, jelaskan dan gambarkan cementing unit?
13. Jelaskan tentang CBL dan VDL
Setelah operasi khusus semen dilakukan, seperti Cement Bond Logging (CBL)
: Dua informasi utama yang diperoleh dari CBL adalah amplitudo yang datang
dari sinyal pipa dan penampilan rangkaian gelombang akustik secara lengkap.
Sebagai tambahan ditampilkan pula transit time gelombang pipa yang datang
pertama kali. dan Variable Density Logging (VDL), : Variable Density Log
dibuat dengan memberikan bayangan gelap untuk sinyal positif yang kuat dan
bayangan putih terang untuk sinyal negatif. Intensitas gelap atau terang pada
log tergantung pada harga amplitudonya. Interpretasi gelombang ini
selanjutnya direkam secara kontinyu terhadap kedalaman. Sebagaimana
terlukis pada gambar 8.94 VDL kemudian didapati kurang sempurnanya atau
ada kerusakan pada primary cementing, maka dilakukanlah secondary
cementing. Secondary cementing dilakukan juga apabila pengeboran gagal
mendapatkan minyak dan menutup kembali zona produksi yang diperforasi.

14. Sebutkan komponen-komponen bubur semen?

15. Sebutkan dan jelaskan problem-problem dalam proses penyemenan?

Anda mungkin juga menyukai