BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
daya manusia yang sehat, terampil dan ahli, serta disusun dalam satu program kesehatan
dengan perencanaan terpadu yang didukung oleh data dan informasi epidemologi yang valid.
Pembangunan bidang kesehatan di indonesia saat ini mempunyai beban ganda (double
burden). Penyakit menular masih merupakan masalah, sementara penyakit degeneratif juga
muncul sebagai masalah. Penyakit menular tidak mengenal batas wilayah administrasi,
penyakit menular tertentu, maka tindakan pencegahan untuk mencegah berpindahnya penyakit
dari satu daerah atau negara ke negara lain dapat dilakukan dalam waktu relatif
singkat.(Anonim 2010)
1
Laporan UNICEF yang dikeluarkan terakhir menyebutkan bahwa 27 juta anak balita dan
40 juta ibu hamil di seluruh dunia masih belum mendapatkan layanan imunisasi rutin.
Akibatnya, penyakit yang dapat dicegah oleh vaksin ini diperkirakan menyebabkan lebih dari
dua juta kematian tiap tahun. Hampir seperempat dari 130 juta bayi yang lahir tiap tahun tidak
diimunisasi agar terhindar dari penyakit anak yang umum. Vaksin telah menyelamatkan jutaan
jiwa anak-anak dalam tiga dekade terakhir, namun maih ada jutaan anak lainnya yang tidak
terlindungi dengan imunisasi. Survei dilakukan WHO menunjukkan bahwa dibeberapa daerah
angka imunitas kurang dari 56%. Tiga tahun sebelumnya angka imunitas mencapai 70%. Hal ini
menunjukkan turunnya layanan kesehatan di beberapa daerah miskin. (Progress for Children
Di tingkat Association South East Asean Nation (ASEAN) tahun 2012, Indonesia
misalnya angka kematian bayinya 32/1.000 kelahiran hidup yaitu hampir 5 kali lipat
dibandingkan dengan angka kematian bayi di Malaysia, 2 kali dibandingkan dengan Thailand
dan 1,3 kali dibandingkan dengan Philipina sekitar 57% kematian bayi tersebut terjadi pada bayi
berumur dibawah satu bulan dan utamanya disebabkan oleh campak, selain itu adalah
gangguan perinatal, infeksi saluran pernapasan akut, diare, malaria dan Bayi Berat Lahir
Rendah (BBLR), 40% disebabkan oleh hipotermi, asfiksia karena prematuritas, trauma
The 3rd Vaccine Conference diselengarakan oleh ikatan Dokter anak Indonesia (IDAI).
Rata-rata imunisasi di Indonesia pada tahun 2005 hanya 72%. Artinya, angka
dibeberapa daerah sangat rendah. Ada sekitar 2.400 anak di Indonesia meninggal setiap hari
termasuk yang meninggal karena sebab-sebab yang seharusnya dapat dicegah, misalnya
tubercolosis, campak, pertussis, difteri dan tetanus. Ini merupakan tragedi yang mengejutkan
dan tidak seharusnya terjadi. Kata Dr. Gianfranco Rotigaliano, kepala perwakilan UNICEF di
Indonesia.
Dinas kesehatan kota Makassar tahun 2011 jumlah bayi yang ditargetkan mendapat
imunisasi sebanyak 29.338 anak. (Profil Dinas Kesehatan Kota Makassar tahun 2011)
jumlah bayi yang mendapatkan imunisasi periode Januari s.d April tahun 2013 yaitu sebanyak
306 bayi.
dan pemahaman ibu dalam program imunisasi bayinya tidak akan menjadi halangan yang besar
jika pengetahuan yang memadai tentang hal itu diberikan. Pengetahuan ibu tentang imunisasi
akan membentuk sikap positif terhadap kegiatan imunisasi. Hal ini juga merupakan
faktor dominan dalam keerhasilan imunisasi. Dengan pengetahuan baik yang ibu miliki maka
kesadaran untuk mengimunisasikan bayi akan meningkat yang mempengaruhi status imunisasi
(M.Ali,2008).
Ada beberapa hal yang berkaitan dengan penelitian ini yakni, Jenis-jenis imunisasi dan
jadwal pemberian imunisasi. Adapunjenis imunisasi yakni imunisasi aktif dan imunisasi pasif.
Imunisasi aktif adalah imunisasi yang dibuat sendiri oleh tubuh untuk menolak terhadap suatu
penyakit tertentu dimana prosesnya lambat tetapi dapat bertahan lama. Sedangkan Imunisasi
pasif yaitu tubuh anak tidak membuat zat antibody sendiri tetapi kekebalan tersebut diperoleh
dari luar setelah memperoleh zat penolak, sehingga prosesnya cepat tetapi tidak bertahan
lama.
Adapun jadwal menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah pembagian waktu
berdasarkan rencana pengaturan urutan kerja daftar atau tabel kegiatan atau rencana kegiatan
Pada keadaan tertentu imunisasi tidak dapat dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang
sudah disepakati. Keadaan ini tidak merupakan hambatan untuk melanjutkan imunisasi. Vaksin
yang sudah diterima oleh anak tidak menjadi hilang manfaatnya tetapi tetap sudah
yang mengharuskan orang tua memberikan 5 imuniasi dasar lengkap yaitu hepatitis B, Polio,
Berdasarkan data diatas, maka penulis tertarik untuk memaparkan masalah ini melalui
karya tulis ilmiah dengan judul Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi di Rumah Sakit
B. Rumusan Masalah
3. Bagaimana gambaran pengetahuan ibu tentang jadwal imunisasi di Rumah Sakit Bhayangkara
1. Tujuan Umum
2. Tujuan khusus
imunisasi di Rumah Sakit Bhayangkara Mappaoudang Makassar periode Januari s.d April 2013.
b. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang imunisasi berdasarkan jadwal penelitian
di Rumah Sakit Bhayangkara mappaoudang Makassar periode Januari s.d April 2013.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
Untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan Diploma III
2. Manfaat Ilmiah
Karya Tulis Ilmiah ini dapat menjadi sumber informasi dan menambah ilmu pengetahuan
3. Manfaat Institusi
Diharapkan hasil penelitian ini dapat melengkapi informasi bagi institusi dalam
mengembangkan proses belajar mengajar untuk penulisan Karya Tulis sIlmiah berikutnya.
Bagi penulis sendiri merupakan pengalaman berharga guna memperluas wawasan dan
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Imunisasi
kata imun berasal dari bahasa latin immunitas yang berarti pembebasan (kekebalan)
yang diberikan kepada para senator romawi selama masa jabatan mereka terhadap kewajiban
sebagai warga negara biasa dan terhadap dakwaan. Dalam sejarah, istilah ini kemudian
Sistem imun adalah suatu sistem dalam tubuh yang terdiri atas sel-sel serta produk zat-
zat yang dihasilkanya yang bekerja sama secara kolektif dan terkoordinasi untuk melawan
bendah asing, seperti kuman-kuman penyakit atau racunnya yang masuk dalam tubuh.(Ronald
H.S, 2011)
8
Imunisasi adalah suatu usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak terhadap
penyakit tertentu. Sedangkan vaksin adalah satu kuman atau racun kuman yang dimasukan
kedalam tubuh bayi atau anak yang disebut antigen. Dalam tubuh, antigen akan
bereaksidengan anti body sehingga akan terjadi kekebalan. Juga ada vaksin yang dapat
langsung menjadi racun terhadap kuman yang disebut antitoksin.(Andi Maryam, dkk,2009)
Imunisasi adalah cara untuk meningkatkan kekebalan (imunitas), bila terpajang antigen
a. Bila ada antigen (kuman, bakteri, virus, parasit, racun) memasuki tubuh maka tubuh akan
berusaha menolaknya, tubuh membuat zat anti berupa anti bady atau anti toxin.
b. Reaksi tubuh pertama kali terhadap antigen berlangsung secara lambat dan lemah, sehingga
c. Pada reaksi atau respon yang kedua, ketiga dan seterusnya tubuh sudah mulai lebih mengenal
agar tetap kebal, perlu diberikan antigen atau suntikan imunisasi ulang.
e. Kadar antibody yang tinggi dalam tubuh menjamin anak akan sulit untuk terserang penyakit.
Itulah sebabnya pada beberapa jenis penyakit yang dianggap berbahaya dilakukan
tindakan imunisasi atau vaksinasi. Hal ini dimaksudkan sebagai tindakan pencegahan agar
tubuh tidak terjangkit penyakit tersebut atau seandainya terkenapun tidak akan menimbulkan
Banyak faktor penyebab ketidakberhasilan imunisasi. Dari faktor anak bisa disebabkan
umur bayi pada waktu diberiakn imunisasi, status gizi, masih adanya antibody maternal dari ibu
pada waktu imunisasi diberikan. Dari faktor lingkungan yang dipengaruhi adalah sanitasi
Sebaiknya, pemberian imunisasi pada anak mengikuti jadwal yang ada. Dengan
memberikan imunisasi sesui jadwal yang telah ditetapkan memberikan hasil pembentukan
kekebalan (antibody) yang optimal sehingga dapat melindungi anak dari paparan penyakit. Di
indonesia, jadwal imunisasi di keluarkan oleh kementrian kesehatan RI, yang mengharuskan
orang tua memberiakan 5 imunisasi dasar lengkap yaitu Hepatitis B, Polio, DPT, BCG, dan
2. Jenis-jenis Imunisasi
ada dua jenis imunisasi yang bekerja dalam tubuh bayi atau anak:
a. Imunisasi aktif
Imunisasi aktif adalah imunisasi yang di buat sendiri oleh tubuh untuk menolak terhadap suatu
1). Imunisasi aktif alamiah dimana tubuh anak membuat kekebalan sendiri setelah mengalami atau
sembuh dari suatu penyakit, misalnya anak yang telah menderita campak lagi karena tubuh
b. Imunisasi pasif
Imunisasi pasif yaitu tubuh anak tidak membuat zat antibody sendiri tetapi kekebalan tersebut
diperoleh dari luar setelah memperoleh zat penolak, seingga proses cepat tetapi tidak bertahan
lama.
1). Imunisasi pasif alami atau imunisasi pasif bawaan yaitukekebalan yang diperoleh bayi sejak lahir
dari ibunya. Kekebalan ini tidak berlangsung lama (kira-kira sekitar lima bulan). Misalnya difteri,
2). Imunisasi pasif buatan, dimana kekebaln ini diperoleh setelah mendapat suntikan zat penolak.
3. Pentingnya Imunisasi
Data statistik menunjukan bahwa makin banyak penyakit menular bermunculan dan
senantiasa mengancam kesehatan anda. Angan biarkan anak anda dan diri anda sendiri
terserang oleh infeksi yang dapat membahayakan hidup anda. Lindungi anda dan keluarga dari
infeksi dengan melalui vaksinasi terkontrol. Setiap tahun, diseluruh dunia ratusan ibu, anak-
anak, dan dewasa meninggal karena penyakit yang sebenarnya masih dapat dicegah. Hal ini
karena kurangnya informasi tentang pentingnya imunisasi. Bayi-bayi yang baru lahir, anak-anak
usia muda yang bersekolah, dan orang dewasa sama-sama memiliki resiko tinggi terserang
penyakit-penyakit menular yang mematikan, seperti difteri, tetanus, hepatitis B, influenza, tifus,
radang selaput otak, dan masih banyak penyakit lainnya yang sewaktu-waktu muncul dan
mematikan. Untuk itu, salah satu pencegahan terbaik dan sangat vatal agar bayi-bayi, anak-
anak muda, dan orang dewasa terlindungi hanya dengan melakukan imunisasi. (Ronald
H.S,2011)
kecacatan, dan kematian akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Sedangkan
tujuan khususnya adalah tercapainya target Universal ChildImmunization (UCI) diseluruh desa
a. Hepatitis B
Imunisasi hepatitis B. Diberikan untuk mencegah penyakit hepatitis. Diberikan pada bayi
baru lahir dengan dosis 0,5 ml diberikan intramuskuler dalam. (Robin Dompas:2010)
b. BCG
Tujuan dari pemberian vaksin BCG adalah untuk membuat kekebalan aktif terhadap
penyakit tubercolosis atau TBC. Vaksin BCG mengandung kuman bacilus calmete Guerin dari
bibit penyakit atau kuman hidup yang dilemakan. Diberikan pada bayi usia 0-2 bulan dengan
dosis 0,05 cc vaksinasi ulang pada umur anak 5 tahun. Sebelum penyuntikan vaksin ini harus
dilarutkan terlebi dahulu dengan 4 cc pelarut atau Nacl 0,9 %, vaksin yang sudah dilarutkan
harus digunakan dalam waktu 3 jam. Kekebalan yang diperoleh anak tidak mutlak 100 %, jadi
kemungkinan anak menderita TBC ringan, akan tetapi terhindar dari TBC barat, TBC Tulang,
dan TBC selaput atak. Efek sampingnya akan timbul setelah dua minggu seperti
pembengkakan kecil, merah, dan tempat penyuntikan akan terjadi abses kecil dengan garis
tangan 10 mm. Luka ini akan sembuh sendiri dan meninggalkan jaringan parut (scar) bergaris
tengah 3-7 mm. Kontra indikasinya yaitu anak yang sakit kulit atau infeksi kulit pada tempat
penyuntikan anak yang telah terjangkit dengan penyakit denagan penyakit TBC. (Andi Mariam
ddk.2011)
c. DPT
Tujuan pemberian vaksin ini adalah untuk memberikan kekebalan aktif yang bersamaan
terhadap penyakit difteri, pertusis, dan tetanus. Vaksin pertusis terbuat dari kuman bordetella
partusis yang telah dimatikan, dikemas dengan vaksin difteri dan tetanus. Diberikan pada bayi
usia antara 2-11 bulan sebanyak 3 kali suntikan dengan selang waktu 4 minggu. Diberikan
dengan dosis 0,5 cc dengan cara intramusculer. Reaksi yang mungkin terjadi setelah
pemberian imunisasi adalah demam ringan, pembengkakan dan rasa nyeri pada tempat
penyuntikan selama 1-2 hari. Kontra indikasi anak yang sedang sakit, panas tinggi, dan
Tujuan pemberian vaksin polio adalah untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit
poliomeletis. Vaksin polio tedapat dalam dua kemasan: Vaksin yang mengandung virus polio
yang masih hidup yang telah dilemakan (virus sabin) cara pemberiannya melalui oral. Diberikan
pada bayi usia 2-11 bulan diberikan sebanyak 4 kali pemberian dengan dosis dua tetes dengan
interval 4 minggu. Kontraindikasinya yaitu anak yang diare berat, anak sakit parah, anak
e. Campak
penyakit campak. Vaksin campak mengandung virus campak hidup yang sudah dilemahkan.
Vaksin campak yang digunakan di Indonesia dapat diperoleh dalam kemasan kering tunggal
atau dikombinasikan dengan vaksin gondongan mumps dan rubella. Jadwal pemberian vaksin
campak adalah pada umur 9-11 bulan dengan 1 kali pemberian dengan dosis 0.5 cc dengan
suntikan sub kutan. Apabila pemberian vaksin campak kurang dari 9 bulan harus diulangi pada
umur 15 bulan. Efek sampingnya tidak ada, mungkin hanya demam ringan dan nampak sedikit
bercak merah pada pipi, dibawah telinga pada hari ke 7-8 setenga penyuntikan. Efek
sampingnya anak yang sakit parah, menderita TBC tanpa pengobatan, defisiensi gizi dalam
derajat berat, defisiensi kekebalan, demem yang lebih 38 derjat celcius. (Andi mariam
dkk:2011)
Imunisasi merupakan salah satu cara yang efektif dan efisien dalam mencegah penyakit
dan merupakan bagian kedokteran prefentif yang mendapatkan prioritas. Sampai saat ini ada
tujuh penyakit infeksi pada anak yang dapat menyebabkan kematian dan cacat. Ketujuh
penyakit tersebut dimasukan pada program imunisasi yaitu penyakit tuberkolosis, difteri,
a. Tuberkulosis
Tuberkulosis (TBC) adalah suatu penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman TB (Mycobacterium tubercolosis). Penyakit TBC ini dapat menyerang semua golongan
umur dan diperkirakan terdapat 8 juta penduduk dunia diserang Tb dengan kematian 3 juta
oarang per tahaun. Di negara-negara berkembang kematian ini merupakan 25% dari kematian
penyakit yang sebenarnya dapat diadakan pencegahan. Diperkirakan 95% penderita TBC
b. Difteri
mempunyai kasus kefatalan yang tinggi. Pada penduduk yang belum divaksinasi ternyata anak
yang berumur 1-5 tahun paling banyak diserang karena kekebalan (antibodi) yang dipeoleh dari
c. Pertusis
Pertusis atau batuk rejan adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh Bordotella
pertusispada saluran pernafasan. Penyakit ini merupakan penyakit yang cukup serius pada bayi
usia dini dan tidak jarang menimbulkan kematian. Seperti halnya penyakit infeksi saluran
pernafasan akut lainnya, pertusis sangat mudah dan cepat penularannya. Penyakit ini dapat
merupakan salah satu sebab tingginya angka kesakitan terutama di daerah yang padat
d. Tetanus
bakteri Clostridium tetani. Kejaian tetanus jarang dijumpai di negara yang telah berkembang
tetapi masi banyak terdapat di negara yang sedang berkembang, terutama dengan masih
seringnya kejadian tetanus pada bayi baru lahir (tetanus neonetorium). Penyakit terjadi karena
kuman Clostridiumtetani memasuki tubuh bayi lahir melalui tali pusat yang kurang terawat.
Kejadian seperti ini sering kali ditemukan pada persalinan yang dilakukan oleh dukun kampung
akibat memotong tali pusat memakai pisau atau sebilah bambu yang tidak steril. Tali pusat
mungkin pula dirawat dengan berbagai ramuan, abu, daun-daunan, dan sebagainya. Oleh
kaerena itu, untuk mencegah kejadian tetanus neonatorium ini adalah dengan pemberian
e. Poliomieletis
Polio adalah penyakit yang disebabkan oleh virus polio. Berdasarkan hasil surveilans AFP
(Acute Flaccide Paraisis) dan pemeriksaan laboratorium, penyakit ini sejak tahun 1995 tidak
ditemukan di Indonesia. Namun kasus AFP ini dalam beberapa tahun terakhir kembali
f. Campak
Penyakit campak (Measles) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus campak, dan
termasuk penyakit akut dan sangat menular, menyerang hampir semua anak kecil.
Penyebabnya virus dan menular melalui saluran pernafasan yang keluar saat penderita
bernafas, batuk dan bersin (droplet). Penyakit ini pada umumnya sangat dikenal oleh
masyarakat terutama para ibu rumah tangga. Dibeberapada daerah penyakit ini dikaitkan
dengan nasib yang harus dialami oleh sumua anak, sedangkan di daerah lain dikaitkan dengan
g. Hepatitis B
Penyakit hepatitis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus hepatitis B.
Penyakit ini masih merupakan satu masalah kesehatan di indonesia karena prevelensinya
cukup tinggi. Prioritas pencegahan terhadap penyakit ini yaitu melalui pemberian imunisasi
hepatitis pada bayi dan anak-anak. Hal ini dimaksudkan agar mereka terlindungi dari penularan
hepatitis B sedini mungkin dalam hidupnya. Dengan demiian integrasi imunisasi hepatitis B ke
dalam imunisasi dasar pada kelompok bayi dan anak-anak merupakan langkah yang sangat
1. Pengertian
Menurut Notoatmodjo (2010) yang dikutip dari Wibowo A (2010) bahwa pengetahuan
adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap
suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan sebelum seorang mengadopsi perilaku baru, dan dalam dirinya terjadi
proses yaitu :
a. Awarenes (kesadaran), dimana seorang menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu
e. Adaption (adaptasi), dimana seorang telah berprilaku baru sesuai dengan pengetahuan
2. Tingkat pengetahuan
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, contohnya
b. Memahami (comprehension)
Dikatakan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui
dan dapat mengintepretasikan materi tersebut secara benar, misalnya dapat menjelaskan
c. Aplikasi (aplication)
Diartikan sebagai kemampuan untuk menguraikn materi yang telah di pelajari pada situasi dan
kondisi sebenarnya. Di sini dapat diartikan sebagai aplikasi dalam penggunaan metode, prinsip
dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain, misalnya mengaplikasikan imunisasi
d. Analisis (analysis)
tetapi masih dalam struktur organisasi dan ada kaitan satu sama lain.
e. Sintesis (syntesis)
f. Evaluasi (evaluatian)
Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi yang
berdasarkan kriteria yang ditentukan sendiri atau yang telah ada. Pengukuran pengetahuan
dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang
Ada beberapa syarat yang harus dimiliki oleh ilmu pengetahuan yaitu:
1. Objektif, artinya pengetahuan itu sesuai dengan objeknya, objek ilmu pengetahuan dibagi
menjadi objek material dan objek atau sudut penyelidikan. Objek materialnya adalah manusia
dan alam, sedangkan objek formalnya objek material yang disoroti oleh suatu ilmu tertentu yaitu
masalah khusus yang timbul dari pada objek material tadi (Notoatmojo,2007)
2. Metodik, artinya pengetahuan ilmiah itu diperoleh dengan menggunakan cara-cara tertentu dan
terkontrol. Cara-cara atau metode-metode pengetahuan antara lain metode observasi, metode
induksi, metode perkembangan, metode situasi kasus merode intropeksi, metode kuesioner,
3. Sistematik, artinya pengetahuan ilmiah tersusun dalam suatu system. Tidak berdiri sendiri, satu
dengan yang lain saling berkaitan, saling menjelaskan sehingga merupakan satu kesatuan
4. Universal, artinya pengetahuan ilmiah itu harus dapat diterima secara umum.
(Notoatmodjo,2007)
Imunisasi adalah sesuatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif
terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang serupa tidak terjadi
1. Jenis-jenis Imunisasi
a. Imunisasi aktif
Merupakan pemberian suatu bibit penyakit yang telah ditemukan (vaksin) agar nantinya sistem
imun tubuh berespon spesifik dan memberikan suatu ingatan terhadap antigen ini, sehingga
terpapar lagi tubuh dapat mengenali dan meresponnya. Contoh imunisasi aktif adalah imunisai
b. Imunisasi pasif
Merupakan suatu proses peningkatan kekebalan tubuh dengan cara pemberian zat
imunoglobulin, yaitu zat yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari
plasma manusia (kekebalan yang didapat bayi dari ibu melalui placenta). Contoh imunisasi
pasif adalah penyuntikan ATS (Anti Tetanus Serum) pada orang yang mengalami kecelakaan.
(Atikah Proverawati,2010).
Dengan pengetahuan yang ibu miliki, ibu dapat mengetahui jenis-jenis pemberian imunisasi
terhadap bayinya sehingga bayinya dapat memperoleh kekebalan tubuh dan terhindar dari
penyakit. Apabila seorang ibu tidak mengetahui jenis-jenis imunisasi apa yang diberikan pada
bayinya, maka bayinya tidak mendapatkan imunisasi lengkap dan bayinya tersebut mudah
terserang penyakit.
2. Jadwal
rencana pengaturan urutan kerja daftar atau tabel kegiatan atau rencana kegiatan dengan
pembagian waktu pelaksanaan yang terperinci. Sedangkan pengertian penjadwal adalah cara
Pada keadaan tertentu imunisasi tidak dapat dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang
sudah disepakati. Keadaan initidak merupakan hambatan untuk melanjutkan imunisasi. Vaksin
yang sudah diterima oleh anak tidak menjadi hilang manfaatnya tetapi tetap sudah
Di Indonesia, jadwal pemberian imunisasi dikeluarkan oleh kementrian kesehatan RI, yang
mengharuskan orang tua memberikan 5 imuniasi dasar lengkap yaitu hepatitis B, Polio, DPT,
KERANGKA KONSEP
Pada penelitian terdapat dua variabel yaitu dependen dan independen. Variabel
dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat dari variabel independen, yang
menjadi variabel dependen pada penelitian ini adalah pengetahuan ibu tentang imunisasi.
Sedangkan variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel dependen, yang
termasuk variabel independen pada penelitian ini adalah jenis-jenis imunisasi dan jadwal
pemberian imunisasi. Setelah mempelajari berbagai literature yang menjadi bahan rujukan
tulisan ini atas variabel-variabel penelitian, maka untuk mempermudah pemahaman dalam
menerapkan keterkaitanantara variabel tersebut untuk dibuat sesuai tingkat sebagai berikut:
1. Jenis-jenis imunisasi
a. Imunisasi aktif
26
Merupakan pemberian suatu bibit penyakit yang telah ditemukan (vaksin) agar nantinya sistem
imun tubuh berespon spesifik dan memberikan suatu ingatan terhadap antigen ini, contoh
b. Imunisasi pasif
Merupakan suatu proses peningkatan kekebalan tubuh dengan cara pemberian zat
imunoglobulin, yaitu zat yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari
plasma manusia (kekebalan yang didapat bayi dari ibu melalui placenta). Contoh imunisasi
pasif adalah penyuntikan ATS (Anti Tetanus Serum) pada orang yang mengalami kecelakaan.
(Atikah Proverawati,2010)
Dengan pengetahuan yang ibu miliki, ibu dapat mengetahui jenis-jenis pemberian imunisasi
terhadap bayinya sehingga bayinya dapat memperoleh kekebalan tubuh dan terhindar dari
penyakit.
mengharuskan orang tua memberikan 5 imuniasi dasar lengkap yaitu hepatitis B, Polio, DPT,
B. Kerangka Konsep
Jenis-jenis Imunisasi
Jadwal Pemberian Imunisasi
Pengetahuan Ibu tentang Imunisasi
Keterangan Gambar :
Variabel independen :
Variabel dependen :
tentang imunisasi sesuai dengan pernyataan responden pada kuisioner di Rumah Sakit
Bhayangkara Mappaoudang Makassar pada bulan Januari s.d April 2013 dengan kriteria
a. Tahu : jika jawaban yang benar dari responden 50% dari seluruh pertanyaan yang diberikan
b. Tidak tahu : jika jawaban yang benar dari responden 50% dari seluruh pertanyaan yang
2. Jenis-jenis Imunisasi
Adapun jenis imunisasi yakni imunisasi aktif dan imunisasi pasif. Imunisasi aktif adalah
imunisasi yang dibuat sendiri oleh tubuh untuk menolak terhadap suatu penyakit tertentu
dimana prosesnya lambat tetapi dapat bertahan lama. Sedangkan Imunisasi pasif yaitu tubuh
anak tidak membuat zat antibody sendiri tetapi kekebalan tersebut diperoleh dari luar, sehingga
prosesnya cepat tetapi tidak bertahan lama yang sesuai dengan pernyataan responden pada
kuisioner di Rumah Sakit Bhayangkara Mappaoudang Makassar pada bulan Januari s.d April
a. Tahu: jika jawaban Ibu tahu tentang jenis-jenis pemberian imunisasi dari koesioner yang
diberikan.
b. Tidak tahu:jika jawaban ibu tidak tahu tentan jenis-jenis pemberian imunisasi dari koesiner yang
diberikan.
3. Jadwal
Jadwal menurut kamus besar bahasa indonesia adalah pembagian waktu berdasarkan rencana
pengaturan urutan kerja daftar atau tabel kegiatan atau rencana kegiatan dengan pembagian
waktu pelaksanaan yang terperinci, sesuai dengan pernyataan responden pada kuisioner di
Rumah Sakit Bhayangkara Mappaoudang Makassar pada bulan Januari s.d April 2013 dengan
a. Tahu: jika jawaban Ibu tahu tentang jadwal pemberian imunisasi dari koesioner yang diberikan.
b. Tidak tahu: jika jawaban ibu tidak tahu tentang jadwal pemberian imunisasi dari koesioner yang
diberikan
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis penelitian
tujuan untuk memperoleh gambaran mengenai pengetahuan ibu tantang Imunisasi di Rumah
2. Waktu Penelitian
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu-ibu yang berkunjung mempunyai bayi yang
2. Sampel
31
Sampel dalam penelitian ini adalah semua ibu yang datang berkunjung yang mempunyai bayi
berumur 0-11 bulan yang mendapatkan imunisasi di Rumah Sakit Bhayangkara Mappaoudang
sampel dengan pertimbangan tertentu didasarkan kepentingan dan tujuan tertentu yakni semua
ibu yang datang berkunjung dan mempunyai bayi berumur 0-11 bulan yang di imunisasi di
Rumah Sakit Bhayangkara Mappaoudang Makassar pada bulan Januari s.d April 2013.
Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah data primer dengan menggunakan daftar
pertanyaan (kuisioner) yang diberikan kepada ibu yang bersedia menjadi responden.
Data diolah secara manual dengan menggunakan kalkulator dan ditampilkan dalam
G. Analisa Data
Keterangan :
f= Frekuensi
n= Jumlah sampel
BAB V
A. Hasil Penelitian
Mei 2013 dari 306 populasidiambilsampel sebanyak 30 orang, kemudian dibagi menurut
karakteristik dan dianalisis secara deskriptif, selanjutnya dimasukkan kedalam tabel distribusi
Tingkat Pengetahuan f %
Tahu 15 50%
Tidak tahu 15 50%
Total 30 100%
Sumber : data primer periode Januari s.d April 2013
34
Berdasarkan tabel 1 diatas menujukan bahwa dari 30 responden, tingkat pengetahuan
ibu tentang pemberian imunisasi adalah yang tahu yaitu 15 orang (50%) dan tidak tahu yaitu 15
orang (50%).
2. Jenis-jenis Imunisasi
Tabel 2: Gambaran Pengetahuan Ibu tentang jenis-jenis imunisasi di Rumah Sakit Bhayangkara
Mappaoudang Makassar Periode Januari s.d April 2013
Pengetahuan Tentang
Frekwensi (n) Persentase (%)
Jenis-jenis Imunisasi
Tahu 20 66,7%
Tidak Tahu 10 33,3%
Jumlah 30 100
Sumber : data primerperiode Januari s.d April 2013
Berdasarkan data pada tabel 2 terlihat bahwa dari 30 responden yang diteliti menunjukan
20 orang (66,7%) yang tahu tentang jenis-jenis imunisasi dan yang tidak tahu sebanyak 10
Pengetahuan Tentang
Frekwensi (n) Persentase (%)
Jadwal Imunisasi
Tahu 8 26,7 %
Tidak Tahu 22 73,3 %
Jumlah 30 100
Sumber :Data primer periode Januari s.d April 2013
Berdasarkan data pada tabel 3 terlihat bahwa dari 30 responden yang diteliti menunjukan 8
orang (26,7 %) yang tahu tentang jadwal imunisasi dan yang tidak tahu sebanyak 22
B. Pembahasan
Dari hasil koesioner yang disebarkan pada 30 responden terdapat 15 orang (50%) yang
tahu tentang pengetahuan imunisasi dan 15 orang (50%) yang tidak tahu tentang pengetahuan
imunisasi.
Hal ini menunjukkan bahwa Frekuensipengetahuan ibu tentang imunisasi sama banyak
dari ibu yang tahu dan ibu yang tidak tahu tentang imunisasi di Rumah sakit Bhayangkara
Masalah pegertian dan pemahaman ibu dalam program imunisasi bayinya tidak akan menjadi
halangan yang besar jika pengetahuan yang memadai tentang hal itu diberikan. Pengetahuan
ibu tentang imunisasi akan membentuk sikap positif terhadap kegiatan imunisasi. Hal ini juga
merupakan faktor dominan dalam keerhasilan imunisasi. Dengan pengetahuan baik yang ibu
miliki maka kesadaran untuk mengimunisasikan bayi akan meningkat yang mempengaruhi
2. Jenis-jenis Imunisasi
Dari hasil koesioner yang disebarkan pada 30 responden terdapat 20 orang (66,7%) yang
tahu tentang jenis-jenis imunisasi dan 10 orang (33,3%) yang tidak tahu tentang jenis-jenis
imunisasi.
Hal ini tidak sesuai dengan konsep dasar bahwa faktor predisposisi lain yang
menyebabkan pengetahuan ibu tentang imunisasi yaitu ibu yang mengetahui jenis-jenis
imunisasi lebih banyak daripada ibu yang tidak tahu tentang jenis-jenis imunsasi.
3. Jadwal Imunisasi
Dari hasil koesioner yang disebarkan pada 30 responden terdapat 8 orang (26,7%) yang
tahu tentang jadwal pemberian imunisasi dan 22 orang (73,3%) yang tidak tahu tentang jadwal
pemberian imunisasi.
Hal ini sesuai dengan teori bahwa faktor predisposisi yang mempengaruhi pengetahuan
ibu tentang imunisasi yaitu ibu yang tidak tahu tentang jadwal pemberian imunisasi lebih banyak
Karena pada keadaan tertentu imunisasi tidak dapat dilaksanakan sesuai dengan jadwal
yang sudah disepakati. Keadaan ini tidak merupakan hambatan untuk melanjutkan imunisasi.
Vaksin yang sudah diterima oleh anak tidak menjadi hilang manfaatnya tetapi tetap sudah
BAB VI
A. Kesimpulan
Imunisasi adalah suatu usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak terhadap
penyakit tertentu.
Mappaodang Makassar tanggal 16 s.d 20mei 2013 maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Dari 30 responden yang dibagikan koisioner maka diketahui pengetahuan ibu yang tahu tentang
pemberian imunisasi yaitu 15orang (50%) dan yang tidak tahu sebanyak 15 orang (50%).
2. Ibu yang tahu tentang jenis-jenisimunisasi yaitu 20 orang (66,7%) dan yang tidak tahu yaitu 10
orang (33,7%).
3. Ibu yang tahu tentang jadwal imunisasi yaitu 8 orang (26,7%) dan yang tidak tahu yaitu 22
orang (73,3%).
39
B. Saran
2. Diharapkan kepada petugas kesehatan khususnya petugas di ruangan KIA agar lebih
meningkatkan penyuluhan dan nasihat yang lebih optimal pada setiap ibu mengenai imunisasi.
3. Kepada peneliti selanjutnya semoga karya tulis ini dapat menjadi bahan acuan untuk penelitian
selanjutnya