Anda di halaman 1dari 51

SEMINAR KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN OKSIGEN HIPERBARIK PADA Ny. K


DENGAN DIAGNOSA MEDIS ULKUS DIABETES MELITUS
DI LAKESLA Drs. Med. R. RIJADI S., Phys.
SURABAYA

TANGGAL 13 s.d 18 NOVEMBER 2017

Disusun Oleh:
Kelompok 3

1. Sri Kurniawati, S.Kep. 131713143036


2. Indah Fatma Sari, S.Kep. 131713143054
3. Yunita Fauziah, S.Kep. 131713143068
4. Nina Widya Sabrina, S.Kep. 131713143084
5. Nurwinda Ramadhani, S.Kep. 131713143096
6. Ahmad An Naufal, S.Kep. 131713143115

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2017
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan asuhan keperawatan hiperbarik oksigen pada Ny, K dengan
diagnosa medis Ulkus Diabettes Mellitus di Lakesla Drs. Med. R. Rijadi S., Phys
Surabaya yang telah dilaksanakan mulai tanggal 13-18 November 2017 dalam
rangka pelaksanaan praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah di Lembaga
Kesehatan Kelautan TNI Angkatan Laut (LAKESLA) Drs. Med. R. Rijadi S.,
Phys Surabaya.
Telah disetujui untuk dilaksanakan Seminar Kasus di Lembaga Kesehatan
Kelautan TNI Angkatan Laut (LAKESLA) pada hari Kamis, 16 November 2017.

Disahkan, 15 November 2017

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Ika Nur Pratiwi, S,Kep. Ns., M.Kep. Taukhid, S. Pd


NIP.198711022015042003 Serka Rum NRP. 69686

Mengetahui
Kepala Ruangan

Maedi, S.Kep.
Mayor Laut (K) NRP. 14608/P
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkah, Rahmat, dan Ridha-Nya
alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan laporan dengan judul Asuhan
Keperawatan Hiperbarik Oksigen pada Ny. K dengan Diagnosa Medis Ulkus
Diabetes Mellitus di LAKESLA Drs. Med. R. Rijadi S., Phys Surabaya. Laporan
yang telah disusun oleh penulis ini merupakan salah satu syarat untuk memenuhi
tugas pada praktik profesi keperawatan Program Studi S1 Pendidikan Ners
Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga. Tidak lupa kami menyampaikan
terima kasih kepada:
1. Kolonel Laut (K) dr. Herjunianto, Sp.PD., MMRS. Selaku Kalakesla Drs.
Med R. Rijadi S., Phys Surabaya yang telah memberikan kesempatan serta
fasilitas kepada penulis untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik
2. Dr. Nursalam, M. nurs (Hons), selaku Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Airlangga Surabaya yang telah memberikan kesempatan, fasilitas
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
3. Dr. Kusnanto, S.Kp, M.Kes, selaku Wakil Dekan 1 Fakultas Keperawatan
Universitas Airlangga Surabaya yang telah memberikan kesempatan dan
dorongan kepada kami dalam menyelesaikan makalah ini.
4. Letkol Laut (K) drg. Agung Wijayadi,Sp. Ort., selaku Kabagditlitbang
Lembaga Kesehatan Kelautan TNI Angkatan Laut yang telah meluangkan
waktu dan tenaga dalam memberikan arahan dan bimbingan penyusunan dan
penyelesaian makalah ini
5. Mayor Laut (K) Maedi S.Kep Selaku kepala ruangan di Lembaga Kesehatan
Kelautan TNI Angkatan Laut yang telah meluangkan waktu dan tenaga dalam
memberikan arahan dan bimbingan penyusunan dan penyelesaian makalah ini.
6. Serka Taukhid, S.Pd Selaku pembimbing klinik di Lembaga Kesehatan
Kelautan TNI Angkatan Laut yang telah meluangkan waktu dan tenaga dalam
memberikan motivasi, dukungan, arahan dan bimbingan penyusunan dan
penyelesaian makalah ini.
7. Makhfudli, S.Kep., Ns., M.Ked.Trop. selaku Kepala Program Studi
Pendidikan Profesi Ners (P3N) Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga
yang telah memberikan kesempatan untuk mengikuti program Profesi Ners.
8. IkaNur Pratiwi, S,Kep., Ns., M.Kep. selaku Dosen Pembimbing Akademik
Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga. Terima kasih atas kesabaran
dalam memberikan bimbingan, masukan arahan dan saran kepada kami
sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini belum sempurna dan masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran
yang dapat membangun agar dalam penyusunan makalah selanjutnya menjadi
lebih baik.Akhirnya penyusun berharap semoga semoga makalah ini bermanfaat
bagi kami dan bagi yang membaca.

Surabaya, 15 November 2017

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ulkus diabetikum merupakan salah satu komplikasi yang umum bagi


pasien dengan diabetes melitus. Penyembuhan luka yang lambat dan
meningkatnya kerentanan terhadap infeksi cenderung terjadi, ganggren dapat
berkembang dan terdapat resiko tinggi perlu dilakukannya amputasi tungkai
bawah hal ini di akibatkan oleh gangguan neurologis (neuropati) dan vaskuler
pada tungkai (Morison, 2012).
Peningkatan populasi penderita diabetes mellitus (DM), berdampak
pada peningkatan kejadian ulkus kaki diabetik sebagai komplikasi kronis DM,
dimana sebanyak 15-25% penderita DM akan mengalami ulkus kaki diabetik
di dalam hidup mereka (Singh dkk., 2005). Di Indonesia, berdasarkan laporan
Riskesdas 2007 yang dikeluarkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Departemen Kesehatan, Republik Indonesia, prevalensi nasional
penyakit DM adalah 1,1% (Riskesdas, 2007). Berdasarkan data dari Badan
Pusat Statistik (BPS) jumlah penyadang diabetes pada tahun 2003 sebanyak
13,7 juta orang dan berdasarkan pola pertambahan penduduk diperkirakan
pada 2030 akan ada 20,1 juta penyandang DM dengan tingkat prevalensi 14,7
persen untuk daerah urban dan 7,2 persen di rural. (Pusat Data dan Informasi
PERSI, 2012).
Pasien diabetes melitus dengan komplikasi ulkus diabetik
kemungkinan dapat timbul perasaan tidak adekuat dan sikap bermusuhan. Dan
dapat mengalami permasalahan-permasalahan yang bersifat fisik, psikologis,
dan social yang di rasakan sebagai kondisi yang menekan. Permasalahan yang
di alami pasien ulkus diabetic juga dapat berlanjut menjadi suatu perasaan
depresi pada pasien (Watkins, 2003).
Risiko infeksi dan amputasi masih cukup tinggi, yaitu 40-80% ulkus
kaki diabetik mengalami infeksi (Bernard, 2007), 14-20% memerlukan
amputasi (Frykberg dkk., 2000), 66% mengalami kekambuhan dan 12%
memiliki risiko amputasi dalam 5 tahun setelah sembuh. Kebanyakan pasien
datang berobat dalam fase lanjut, terlihat dari proporsi ulkus kaki diabetik
Wagner III-V mencapai 74,6 % dibandingkan dengan Wagner I-II yang hanya
mencapai 25,4 % dari seluruh kasus ulkus kaki diabetik yang dirawat di RS
Sanglah, dengan kecendrungan semakin tinggi derajat ulkus semakin besar
risiko amputasi (Muliawan dkk., 2005). Keadaan ini sangat berkaitan dengan
keterlambatan diagnosis dan konsultasi, penanganan yang tidak adekuat, serta
luasnya kerusakan jaringan (Van Baal, 2004). Tanpa adanya perubahan
strategi penanganan, maka peningkatan populasi penderita DM, dan
peningkatan biaya pengobatan DM dan komplikasinya, akan menjadi beban
berat bagi sistem pelayanan kesehatan.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menghasilkan suatu alat
terapi yang disebut Hyperbaric Oxygen Therapy (HBOT) atau yang disebut
dengan terapi oksigen dalam tekanan tinggi. Hyperbaric Oxygen Therapy
(HBOT) atau terapi oksigen hiperbarik adalah terapi medis yang
menempatkan pasien dalam suatu ruangan udara bertekanan tinggi daripada
tekanan udara atmosfer (hingga mencapai 3 ATA). Terapi oksigen hiperbarik
dapat dipergunakan dalam suatu terapi. Peranan oksigen pada penyembuhan
luka telah lama dipelajari dan diterima. Oksigen molekuler berperan sebagai
nutrien untuk replikasi fibroblas, mobilitas makrofag, pertumbuhan jaringan
granulasi, neovaskulerisasi, dan fungsi-fungsi penting lainnya dalam
penyembuhan luka. Pemberian oksigen dengan bertambahnya tekanan
meningkatkan fagositosis dengan cara meningkatkan tegangan oksigen lokal,
sehingga setingkat dengan fungsi normal fagositik. Terapi ini menunjukkan
efek memperbaiki hipoksia jaringan, meningkatkan perfusi, mengurangi
edema, menurunkan sitokin inflamasi, meningkatkan proliferasi fibroblas,
produksi kolagen, dan angiogenesis. Terapi oksigen hiperbarik dapat
digunakan sebagai terapi kaki diabetik bersamaan dengan terapi lain seperti
debridemen luka, perawatan luka, mengurangi tekanan pada kaki, kontrol gula
yang baik, asupan nutrisi, dan penggunaan antibiotik.
Berdasarkan uraian tersebut, maka kami menyusun laporan seminar kasus
dengan judul Asuhan Keperawatan Hiperbarik Oksigen pada pasien dengan
Diagnosa Medis Ulkus Diabetes Melitus di LAKESLA Drs. Med. R Rijadi.
Phys Surabaya.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan oksigen hiperbarik pada pasien dengan
diagnosa medis Ulkus Diabetes Mellitus di Lakesla Drs. Med. R. Rijadi., Phys
Surabaya ?
1.3 Tujuan Penulisan
Mahasiswa dapat memahami dan mampu melaksanakan asuhan
keperawatan hiperbarik oksigen pada pasien dengan diagnosa medis Ulkus
Diabetes Mellitus di LAKESLA Drs. Med. R Rijadi., Phys Surabaya.
1.4 Manfaat Penulisan
1. Mahasiswa mampu memahami konsep Ulkus Diabetes Mellitus
2. Mahasiswa mampu memahami konsep dasar Terapi Hiperbarik Oksigen
(THBO)
3. Mahasiswa dapat memahami manfaat Terapi Hiperbarik Oksigen (THBO)
terhadap Ulkus Diabetes Mellitus
4. Mahasiswa mampu memahami dan melaksanakan asuhan keperawatan
hiperbarik oksigen pada pasien Ulkus Diabetes Mellitus mulai dari pre-
HBO, intra-HBO, dan Post-HBO.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Konsep Diabetes Mellitus
1.1.1 Definisi Diabetes Mellitus Ulkus
Diabetes Mellitus adalah suatu kelompok penyakit metabolic dengan
karakteristik hiperglikemi dan glukosuria yang terjadi karena kelainan sekresi
insulin atau kinerja insulin atau kedua-duanya (ADA 2010). Diabetes Melitus
menurut Perkeni (2011) yaitu penyakit gangguan metabolism yang bersifat
kronis dengan karakteristik hiperglikemia. Komplikasi akibat hiperglikemia
yaitu neuropati, hiperyensi, jantung coroner, retinopati, nefropati, da
ganggren.
Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lender.
Ulkus yaitu kematian jaringan yang meluas dan disertai invasive kuman
sapofit yang menyebabkan ulkus berbau (Andyagreini 2010). Ulkus
diabetikum adalah luka pada kaki yang merah kehitam-hitaman dan berbau
busuk akibat sumbatan yang terjadi dipembuluh darah sedang atau besar di
tungkai (Askandar 2001). Ulkus Diabetikum yaitu komplikasi kronik dari
diabetes mellitus yang disebabkan sumbatan penbuluh darah yang berakhir
dengan kematian syaraf (neuropati) atau jaringan serta diikuti kehilangan
persediaan vascular (nutrisi) serta invasi bakteri dan pembususkan.
1.1.2 Klasifikasi
Klasifikasi Diabetes Mellitus menurut American Diabetes Association
(ADA 2012) dibagi menjadi 4, diantaranya:
1. Diabetes Mellitus Tipe I (Insulin Dependent Diabetes Mellitus/IDDM)
atau tergantung Insulin
Diabetes tipe ini merupakan sel-sel Pankreas normalnya menghasilkan
insulin dihancurkan oleh proses autoimun, sehingga diperlukan insulin
untuk mengontrol kadar gula darah, jenis DM ini merupakan keturunan.
2. Diabetes Mellitus Tipe II (Non Insulin Dependent Diabetes
Mellitus/NIIDM) atau tidak tergantung Insulin
Penurunan sensitivitas terhadap insulin (resisten insulin) atau jumlah
produksi insulin menurun. DM tipe ini disebut Diabetes Mellitus akibat
pola makan yang kurang baik.
3. Diabetes Mellitus Tipe Lain
DM tipe ini merupakan akibat penyakit lainnya seperti gangguan pada
pankreas (traumatic pankreatik), obat, infeksi, antibody, sindrom
lainnya/penyakit gangguan endokrin
4. Diabetes Mellitus Gestasional
Diabetes mellitus yang terjadi pada wanita hamil yang sebelumnya tidak
mengidap diabetes.

Klasifikasi Ulkus Diabetes Mellitus menurut Wegner-Meggit


Grade Penjelasan
Grade 0 Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan
kemumungkinan disertai dengan kelainan kaki Claw,
Callut
Grade 1 Ulkus superficial terbatas pada kulit
Grade 2 Ulkus lebih dalam, mengenai tendon, ligament, oto, sendi,
belum mengenai tulang, tanpa sellulitis atau abses
Grade 3 Ulkus lebih dalam mengenai tulang sering komplikasi
osteomyelitis, abses atau selulitis
Grade 4 Ulkus pada jari kaki atau bagian distal kaki atau tanpa
selulitis (ganggren jari kaki)
Grade 5 Ulkus pada seluruh kaki atau sebagian tungkai (ganggren
seluruh kaki)

1.1.3 Etiologi
a. Diabetes Mellitus Tipe 1
a) Faktor genetic
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi
mewarisi suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah
terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan genetic ini ditentukan pada
individu yang memililiki tipe antigen HLA (Human Leucocyte
Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung
jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun lainnya.
b) Faktor imunologi
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun.
Ini merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada
jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut
yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.
c) Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel pancreas,
sebagai contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin
tertentu dapat memicu proses autuimun yang dapat menimbulkan
destuksi sel pankreas.
b. Diabetes Melitus Tipe 2
Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, factor
genetic diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya
resistensi insulin. Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI)
penyakitnya mempunyai pola familiar yang kuat. DMTTI ditandai dengan
kelainan dalam sekresi insulin maupun dalam kerja insulin. Pada awalnya
tampak terdapat resistensi dari sel-sel sasaran terhadap kerja insulin.
Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada reseptor-reseptor permukaan
sel tertentu, kemudian terjadi reaksi intraselluler yang meningkatkan
transport glukosa menembus membran sel. Pada pasien dengan DMTTI
terdapat kelainan dalam pengikatan insulin dengan reseptor. Hal ini dapat
disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat reseptor yang responsif
insulin pada membran sel. Akibatnya terjadi penggabungan abnormal
antara komplek reseptor insulin dengan system transport glukosa. Kadar
glukosa normal dapat dipertahankan dalam waktu yang cukup lama dan
meningkatkan sekresi insulin, tetapi pada akhirnya sekresi insulin yang
beredar tidak lagi memadai untuk mempertahankan euglikemia. Diabetes
Melitus tipe II disebut juga Diabetes Melitus tidak tergantung insulin
(DMTTI) atau Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) yang
merupakan suatu kelompok heterogen bentuk-bentuk Diabetes yang lebih
ringan, terutama dijumpai pada orang dewasa, tetapi terkadang dapat
timbul pada masa kanak-kanak. Faktor risiko yang berhubungan dengan
proses terjadinya DM tipe II, diantaranya adalah usia ( resistensi insulin
cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun), obesitas, riwayat
keluarga, dan kelompok etnik
c. Diabetes Mellitus dengan Ulkus
a) Faktor endogen
(a) Neuropati
Terjadi kerusakan saraf sensorik yang dimanifestasikan dengan
penurunan sensori nyeri, panas, tak terasa, sehingga mudah terjadi
trauma dan otonom/simpatis yang dimanifestasikan dengan
peningkatan aliran darah, produksi keringat tidak ada dan
hilangnya tonus vaskuler
(b) Angiopati
Dapat disebabkan oleh faktor genetic, metabolic dan faktor resiko
lain.
(c) Iskemia
Adalah arterosklerosis (pengapuran dan penyempitan pembuluh
darah) pada pembuluh darah besar tungkai (makroangiopati)
menyebabkan penurunan aliran darah ke tungkai, bila terdapat
thrombus akan memperberat timbulnya gangrene yang luas.
b) Faktor eksogen
(a) Trauma
(b) Infeksi
1.1.4 Faktor Risiko
Faktor resiko terjadinya ulkus diabetes mellitus:
a. Lama penyakit DM lebih dari 10 tahun
b. Usia pasien lebih dai 40 tahun
c. Riwayat merokok
d. Penurunan denyut nadi perifer
e. Kontrol gula darah yang buruk
f. Peningkatan tekanan pada kaki
g. Deformitas anatomis
h. Riwayat ulkus atau amputasi sebelumnya

1.1.5 Manifestasi Klinis


a. Hiperglikemia
b. Trias Diabetes atau 3 P (Polidipsia, Poliuria, dan Polipagia)
c. Keletihan dan kelemahan fisik (malaise)
d. Luka pada kulit susah untuk sembuh
e. Kesemutasn
f. Impoten
g. Penglihatan menjadi kabur
h. Berat badan turun tanpa sebab
Ulkus Diabetikum akibat mikriangiopatik disebut juga ulkus panas
walaupun nekrosis, daerah akral itu tampak merah dan terasa hangat oleh
peradangan dan biasanya teraba pulsasi arteri dibagian distal . Proses
mikroangipati menyebabkan sumbatan pembuluh darah, sedangkan secara
akut emboli memberikan gejala klinis 5 P yaitu :
1. Pain (nyeri).
2. Paleness (kepucatan).
3. Paresthesia (kesemutan).
4. Pulselessness (denyut nadi hilang)
5. Paralysis (lumpuh).
Manifestasi kaki diabetes iskemia:
a) Kaki dingin
b) Nyeri nocturnal
c) Tidak terabanya denyut nadi
d) Adanya pemucatan ekstrimitas inferior
e) Kulit mengkilap
f) Hilangnya rambut dari jari kaki
g) Penebalan kuku
Gangrene kecil atau luas.
1.1.6 Patofisiologi
Penyakit Diabetes membuat gangguan/ komplikasi melalui kerusakan
pada pembuluh darah di seluruh tubuh, disebut angiopati diabetik. Penyakit ini
berjalan kronis dan terbagi dua yaitu gangguan pada pembuluh darah besar
(makrovaskular) disebut makroangiopati, dan pada pembuluh darah halus
(mikrovaskular) disebut mikroangiopati. Ulkus Diabetikum terdiri dari kavitas
sentral biasanya lebih besar dibanding pintu masuknya, dikelilingi kalus keras
dan tebal. Awalnya proses pembentukan ulkus berhubungan dengan
hiperglikemia yang berefek terhadap saraf perifer, kolagen, keratin dan suplai
vaskuler. Dengan adanya tekanan mekanik terbentuk keratin keras pada
daerah kaki yang mengalami beban terbesar. Neuropati sensoris perifer
memungkinkan terjadinya trauma berulang mengakibatkan terjadinya
kerusakan jaringan dibawah area kalus.
Selanjutnya terbentuk kavitas yang membesar dan akhirnya ruptur
sampai permukaan kulit menimbulkan ulkus. Adanya iskemia dan
penyembuhan luka abnormal manghalangi resolusi. Mikroorganisme yang
masuk mengadakan kolonisasi didaerah ini. Drainase yang inadekuat
menimbulkan closed space infection. Akhirnya sebagai konsekuensi sistem
imun yang abnormal, bakteria sulit dibersihkan dan infeksi menyebar ke
jaringan sekitarnya, (Anonim 2009).
1.1.7 Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Fisik
a) Pemeriksaan ulkus dan keadaan umum ekstremitas
Terjadi didaerahyang menjadi tumpuhan beban terbesar seperti tumit,
kaput metatarsal. Kelainan yang dapat ditemukan yaitu callus
hipertopik, kuku yang rapuh, hammer toes, fissure
b) Penilaian kemungkinan insufisiensi vascular
Adanya bising iliaka dan femoralis, atrofi kulit, hilang rambut kaki,
sianosis jari kaki, ulserasi dan nekrosis iskemia, kedua kaki pucat saat
diangkat. Pemeriksaan dengan pengukuran oksigen transkutan, Ankle
Brachial Index (ABI), tekanan sistolik dari kaki
c) Penilaian kemungkinan neuropati perifer
Sensasi rasa getar dan posisi, hilang reflek tendon, ulserasi tropic, foot
drop, atrofi otot, pembentukan kalus hipertropik
b. Pemeriksaan Laboratorium
a) Pemeriksaan darah : lekositosis adanya abss atau infeksi pada kaki,
anemia dapat menghamat penyembuhan luka dan nyeri saat istirahat.
b) Metabolic : kadar glukosa darah meningkat, glikohemoglobin dan
kreatinin. Kadar glukosa darah sewaktu yaitu lebih dari 200 mg/dL,
Gula Darah Puasa lebih dari sama dengan 126 gr/dL, Gula Darah 2
Jam PP lebih dari sama dengan 200 gr/dL.
c) Pulse Volume Recording (PVR)
d) Urin : terdapat glukosa dalam urin
e) Kultur pus
f) HBA1c meningkat, normal kurang dari 6
c. Pemeriksaan Radiologis
a) Pemeriksaan foto polos pada kaki diabetic dapat menunjukkan
demineralisasi sendi charcot serta osteomyelitis
b) Computed Tonographic (CT) Scan dan Magnetic Resonance Imaging
(MRI) membantu mendiagnosis abses apabila pemeriksaan fisik tidak
jelas
c) Bone Scaning sebagai penanda untuk mengetahui osteomyelitis
Arteriografi konvensional dilakukan apabila direncanakan
pembedahan vascular atau endovascular untuk memperlihatkan luas
atherosclerosis.
1.1.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada Diabetes Mellitus dengan Ulkus yaitu (Soegondo
2006):
a. Kolaboratif
a) Obat hipoglikemik Oral 9OHO) atau Obat Antid Diabetik
b) Insulin
c) Kombinasi antara OHO dam Insulin dimulai dengan dosis rendah.
b. Keperawatan Mandiri (Booker 2008)
Manajemen ulkus diabetikum/ganggren:
a) Perawatan luka aseptic rutin (debridement,woundcare)
b) Pencegahan amputasi akibat nekrosis jaringan
c) Diet dengan memperhatikan 3 J (Jadwal, Jenis, Jumlah) dan Kontrol
BB seperti rendah gula, rendah lemak/kolesterol.
d) Latihan jasmani atau olahraga secara teratur
(a) Frekuensi : 3-5 kali/minggu
(b) Intensitas : ringan sampai sedang
(c) Durasi : 30-60 menit per minggu
(d) Tipe : aerobi (jalan, jogging, atau bersepeda)
(e) Prinsip : continuous, Rytmis, Interval, Progressive, Endurance
e) Pendidikan Kesehatan
f) Kontrol Kadar Gula Darah
c. Tindakan Bedah
Tindakan pembedahan dilakukan berdasarkan grade, diantaranya
a) Grade 0 : perawatan local secraa khusus tidak ada
b) Grade 1 : debridemen jaringan nekrotik, pengurangan beban
c) Grade 2 : debridement antibiotic
d) Grade 3 : amputasi sebagian, imobilisasi ketat dan antibiotic
parenteral
e) Grade 4 : amputasi sebagian/ seluruh kaki
f) Grade 5 : amputasi seluruh kaki
d. Terapi Tekanan Negatif dan Terapi Oksigen Hiperbarik
Penggunaan tekanan negative berguna pada perawatan diabetic ulkus
karena dapat mengurangi edema, membuang produk bakteri dan
mendekatkan tepi luka sehingga mempercepat penutup luka. Terapi
oksigen hiperbarik dapat membunuh bakteri anaerob luka dan
neovaskularisasi untuk mempercepat reperfusi jaringan yang terganggu
pada ulkus.

1.1.9 Komplikasi
Menurut Mansjoer et.al. (2007), komplikasi pada Diabetes Mellitus:
a. Komplikasi Akut
a) Hipoglikemia (Kadar Gula darah kurang dari 60 gr/dL)
b) Sindroma Hiperglikeia Hiperosmolar Non Ketoasidosis (HHNK)
b. Komplikasi Kronik
Komplikasi kronik terjadi pada 10 sampai 15 tahun.
a) Makrovaskular
Sirkulasi darah coroner atau vascular perifer terganggu
b) Mikrovaskular
Terjadi retinopati dan nefropati
c) Neuropati
Mengenai syaraf sensorik mototrik dan otonom biasanya terjadi
impoten dan ulkus pedis
d) Rentan infeksi arteri
Seperti Tuberkulosis Paru dan Infeksi Saluran Kemih
1.1.10
1.2 Konsep Terapi Oksigen Hiperbarik (TOHB)
1.2.1 Definisi Hiperbarik Oksigen
Terapi oksigen hiperbarik atau Hyperbaric Oxygen Therapy (HBOT)
adalah terapi dimana pasien berada dalam suatu ruangan udara bertekanan
tinggi (hyperbaric chamber) dan menghirup 100% oksigen yang mana
tekanan oksigen tersebut lebih tinggi daripada tekanan udara atmosfir (hingga
mencapai 2,4 ATA) (Oktaria, 2009). Terapi HBO (Hyperbaric Oxygen)
merupakan cara untuk meningkatkan kadar oksigen jaringan, dengan jalan
mengurangi pembengkakan akibat vasokonstriksi pembuluh darah. Pada saat
yang bersamaan, TOHB juga meningkatkan kadar oksigen dalam darah
(Neubauer, 1998). Oksigen tersebut diharapkan mampu menembus sampai ke
jaringan perifer yang kekurangan oksigen, sehingga suplai nutrisi dan oksigen
terpenuhi, sehingga jaringan luka dapat melakukan metabolisme dan
fungsinya (Smeltzer, 2002).
1.2.2 Manfaat Terapi Oksigen Hiperbarik
Terapi hiperbarik memiliki beberapa manfaat, diantaranya:
1. Kelainan atau penyakit penyelaman
Terapi HBO digunakan untuk kelainan atau penyakit penyelaman seperti
dekompresi, emboli gas dan keracunan gas.
2. Luka penderita Diabetes Mellitus
Luka pada penderita diabetes merupakan salah satu komplikasi yang
paling ditakuti karena sulit disembuhkan. Paling sering terjadi pada kaki
dan disebabkan oleh bakteri anaerob. Pemberian terapi HBO dapat
membunuh bakteri tersebut dan mempercepat penyembuhan luka.
3. Sudden Deafness
Sudden Deafness adalah penyakit tuli atau tidak mendengar yang terjadi
secara tiba-tiba, hal ini bisa terjadi karena infeksi (panas terlebih dahulu),
bunyi-bunyian yang keras atau penyebab lain yang tidak diketahui.
Dengan melakukan terapi hiperbarik oksigen dapat segera sembuh atau
terhindar dari tuli permanen.
4. Manfaat Lain dari Terapi Hiperbarik Oksigen
a. Keracunan gas CO2.
b. Cangkokan kulit.
c. Osteomyelitis.
d. Ujung amputasi yang tidak sembuh.
e. Rehabilitasi paska stroke.
f. Alergi.
1.2.3 Indikasi Terapi Oksigen Hiperbarik
Terapi HBO diberikan pada pasien dengan penyakit klinis yang
berhubungan dengan asupan oksigen dalam darah seperti diabetes dengan
gangrene atau ulkus diabetikum dan luka bakar. Selain itu, terapi HBO dapat
diberikan pada pasien dengan penyakit klinis:
1. Emboli paru
2. Arthritis, osteomyelitis, fraktur tulang, varises, arthralgia
3. Penyakit jantung coroner, hipertensi
4. Penyakit vaskuler perifer, anemia, insufisiensi arteri perifer
5. Migraine, nyeri kepaka, vertigo, dan paresthesia
6. Oto-rhyno-laryngologi (Sudden Deafness, Tinitus, OMA/OMK, Rhinitis
alergi)
7. Asfiksia
8. Stroke
9. Dermatitis alergi
1.2.4 Kontraindikasi Terapi Oksigen Hiperbarik
Pada keadaan tertentu, terapi HBO tidak dapat diberikan, seperti pada kasus:
1. ISPA, sinusitis kronis, influenza
2. Demam tinggi
3. Epilepsi
4. Emfisema disertai retensi CO2
5. Kerusakan paru asimptomatik
6. Infeksi virus
1.2.5 Komplikasi Terapi Oksigen Hiperbarik
Komplikasi dapat terjadi saat dilakukan terapi oksigen hiperbarik jika
terdapat kesalahan dalam valsavah maupun kesalahan dalam
melakukan terapi oksigen hiperbarik, seperti barotrauma pada telinga,
sinus, paru, gigi mengalami trauma yang diakibatkan terapi, keracunan
oksigen, gangguan neurologis terjadi akibat tingginya kadar ksigen dan
dapat pula mengakibatkan katarak.
1.3 Pengaruh Terapi Oksigen Hiperbarik terhadap Ulkus Diabetes Mellitus

Peranan oksigen pada penyembuhan luka telah lama dipelajari dan


diterima. Oksigen molekuler berperan sebagai nutrien untuk replikasi
fibroblas, mobilitas makrofag, pertumbuhan jaringan granulasi,
neovaskulerisasi, dan fungsi-fungsi penting lainnya dalam penyembuhan luka
(Flood, 2007). Pemberian oksigen dengan bertambahnya tekanan
meningkatkan fagositosis dengan cara meningkatkan tegangan oksigen lokal,
sehingga setingkat dengan fungsi normal fagositik (Chidiac et al, 2007).

Peranan terapi oksigen hiperbarik sebagai tatalaksana kaki diabetik telah


banyak diteliti. Terapi ini menunjukkan efek memperbaiki hipoksia jaringan,
meningkatkan perfusi, mengurangi edema, menurunkan sitokin inflamasi,
meningkatkan proliferasi fibroblas, produksi kolagen, dan angiogenesis
(Flood, 2007). Keadaan hipoksia akan menstimulasi angiogenesis, tetapi
pembentukan jaringan kapiler yang baik memerlukan konsentrasi oksigen
yang cukup. Terapi oksigen hiperbarik akan meningkatkan gradien
konsentrasi oksigen perifer dan sentral luka yang akan menstimulasi kuat
angiogenesis dengan meningkatkan growth factor, terutama vascular
endothelial growth factor (VEGF) (Bhutani et al, 2012).

Melalui siklus Krebs akan terjadi peningkatan nikotinamid adenin


dinukleotida hidrogen (NADH) yang memicu peningkatan fibroblas. Fibroblas
diperlukan untuk sintesis proteoglikan dan bersama VEGF akan meningkatkan
sintesis kolagen untuk penyembuhan luka dan meningkatkan neovaskulerisasi
jaringan (Wibowo, 2015). Oksigen berperan penting untuk hidroksilasi lisin
dan prolin selama sintesis dan maturasi kolagen dalam proses penyembuhan
luka. Kolagen digunakan sebagai matriks dasar angiogenesis. Kekurangan
oksigen akan mengganggu sintesis kolagen (Bhutani et al, 2012). Selain itu,
terapi oksigen hiperbarik meningkatkan derivat oksigen seperti reactive
oxygen species (ROS) yang akan meningkatkan regulasi aktivitas enzim
antioksidan jaringan sebagai mekanisme respons adaptif. ROS dalam jaringan
memiliki peran dalam respons fisiologis dan patofisiologis. Pada konsentrasi
rendah, ROS berperan dalam cellular messengers yang meregulasi
penyembuhan luka, seperti growth factor, proliferasi dan migrasi sel,
angiogenesis, dan sintesis matriks ekstraseluler (Flood, 2007). Kondisi luka
pada kaki diabetik sering disertai edema jaringan. Edema jaringan
menyebabkan terjadinya hipoksia karena hipoperfusi jaringan (Wibowo,
2015). Terapi oksigen hiperbarik menyebabkan kondisi jaringan hiperoksia,
sehingga terjadi vasokonstriksi yang dapat mengurangi edema jaringan
(Bhutani et al, 2012).

Terapi oksigen hiperbarik efektif membunuh bakteri anaerob melalui


proses oksidasi protein dan lipid membran, merusak DNA, dan menghambat
fungsi metabolik bakteri (Bhutani et al, 2012). Produksi toksin dan
pertumbuhan bakteri akan dihambat jika kadar oksigen jaringan tinggi
(Mathieu,2006). Keadaan hiperbarik dengan tekanan parsial oksigen jaringan
lebih dari 30 mmHg akan meningkatkan aktivitas makrofag (Faglia et al,
1996). Keadaan hiperoksia juga meningkatkan potensi antibiotik seperti
fluorokuinolon, amfoterisin B, dan aminoglikosida yang menggunakan
oksigen untuk transpor melewati membran sel (Bhutani et al, 2012).

1.4 Konsep Asuhan Keperawatan Terapi Oksigen Hiperbarik

1. Pengkajian
a. Pre HBO
1) Observasi TTV
2) Ambang demam
3) Evaluasi tanda tanda flu
4) Auskultasi paru
5) Uji GDA pada pasien dengan IDDM
6) Observasi cedera ortopedik dalam luka trauma
7) Tes pada toksiskasi karbondioksida/oksigen
8) Uji ketajaman penglihatan
9) Mengkaji tingkat nyeri
10) Penilaian status nutrisi
Zat dan benda yang dilarang dibawa masuk saat terapi HBO berjalan:
1. Semua zat yang mengandung minyak dan alkohol (parfum, hairspray,
deodorant, dsb)
2. Pasien harus melepas semua perhiasan cincin, kalung dan jam tangan
3. Lensa kontak harus dilepas karena berpotensi membentuk gelembung antara
kornea dengan lensa
4. Alat bantu dengar juga harus dilepas karena memicu percikan listrik dalam
chamber
5. Menggunakan pakaian berbahan katun 100% untuk meminimalkan
terjadinya proses luka bakar apbila terjadi kebakaran didalam chamber.
6. Menggunakan obat pre medikasi pada pasien dengan klaustrofobia
(diberikan paling tidak 30 menit sebelum mulai terapi HBO)
b. Intra HBO
1) Mengamati tanda dan gejala barotrauma, keracunan oksigen dan
komplikasi/efek samping yang ditemukan saat terapi HBO
2) Mendorong pasien untuk menggunakan kombinasi teknik valsavah
manuver yang paling efektif dan aman
3) Pasien perlu diingatkan bahwa valsavah manuver hanya untuk
digunakan selama dekompresi dan mereka perlu bernafas secara normal
selama terapi
4) Jika pasien mengalami nyeri ringan hingga sedang, hentikan
dekompresi hingga nyeri reda. Jika nyeri tidak kunjung reda, pasien
harus diukeluarkan dari chamber dan diperiksa oleh dokter THT
5) Untuk mencegah barotrauma GI, ajarkan pasien bernafas normal
(jangan menelan uadara) dan menghindari makanan yang memproduksi
gas
6) Pantau adanya klaustrofobia, ajak ngobrol agar pasien terdistraksi
7) Monitor pasien selama dekompresi darurat untuk tanda-tanda
pneumonia
8) Segera cek gula darah jika terdapat tanda hipoglikemia
c. Post HBO
1) Untuk pasien dengan tanda barotrauma, uji ontologis harus dilakukan
2) Tes gula darah pada pasien dengan IDDM
3) Pasien dengan iskemia trauma kaut, sindrom kompartemen, nekrosis
dan paska implan harus dilakukan penilaian status neurovaskular dan
luka
4) Pasien dengan keracunan CO mungkin memerluka tes psikometri atau
tingkat karboxi hemoglobin
5) Pasien dengan insufisisensi arteri akut retina memerlukan hasil
pemeriksaan pandangan yang luas
6) Pasien dirawat karena dekompresi sickness, emboli gas asteri atau
edema cerebral harus dilakukan penilaian neurologis
7) Pasien yang mengonsumsi obat anti ansietas dilarang menggunakan
kendaraan
2. Diagnosa keperawatan pada pasien dengan terapi HBO
1) Kecemasan b/d defisit pengetahuan tentang terapi oksiegn hiperbarik
dan prosedur keperawatan
2) Resti cidera b/d transfer pasien (in/out) dari ruangan, ledakan peralatan,
kebakaran atau peralatan dukungan medis
3) Resti barotrauma ke telinga, sinus, gigi dan paru paru atau gas embolik
cerebral b/d perubahan tekanan udara di dalam ruang HBO
4) Resti toksisitas oksigen b/d pemberian oksigen 100% pada tekanan
atmosfer yang meningkat
5) Resti untuk pengiriman gas yang tidak memadai b/d sistem pengiriman
dan kebutuhan pasien/ keterbatasan
6) Kecemasan dan ketakutan b/d ruang HBO yang tertutup
7) Rasa sakit terkait dengan masalah medis klinis
8) Ketidaknyamanan b/d perubahan suhu dan kelembaban di ruang HBO
9) Koping individu inefektif b/d stress mengatasi penyakit atau
kurangnya dukungan psikososial
10) Resti disritmia b/d patologi penyakit
11) Defisist volume cairan b/d dehidrasi
12) Perubahan perfusi jaringan cerebral b/d keracunan oksigen,
dekompresi, infeksi akut, gas emboli, dll
13) Resti perubahan dalam kenyamanan, cairan dan elektrolit
b/d mual, muntah
14) Defisit pemeliharaan kesehatan b/d defisit pengetahuan
untuk manajemen luka kronis, pembatasan penyakit dekompresi
lebih lanjut, melaporkan gejala setelah keracunan CO.
3. Intervensi Keperawatan
Tujuan dan
No Diagnosa Intervensi
Kriteria Hasil
1 Kecemasan Pasien dan/atau 1. Dokumentasikan pemahaman
b/d defisit keluarga akan pasien/keluarga tentang pemikiran dan
pengetahuan menyatakan: tujuan terapi HBO, prosedur yang
tentang terapi 1. Alasan untuk terlibat dan potensi bahaya terapi HBO
oksigen terapi oksigen 2. Mengidentifikasi hambatan
hiperbarik hiperbarik pembelajaran
dan prosedur 2. Tujuan terapi 3. Mengidentifikasi kebutuhan belajar
keperawatan 3. Prosedur yang termasuk informasi mengenai hal-hal
terlibat dengan berikut
terapi oksigen 4. Memberikan kesempatan terus untuk
hiperbarik diskusi dan intruksi
4. Potensi bahaya 5. Menyediakan pasien dan atau keluarga
dari terapi oksigen dengan brosur informasi mengenai
hiperbarik terapi HBO
6. Menjaga pasien /keluarga diberitahu
tentang semua prosedur.
7. Dokumentasikan pasien/keluarga
terhadap lingkungan serta terapi HBO
2 Potensi Pasien tidak 1. Membantu transportasi pasien dari
cedera yang mengalami cidera ruangan chamber
berkaitan tambahan 2. Mengamankan peralatan di dalam
dengan chamber sesuai protap
pasien 3. Memantau peralatan saat terjadi
transfer perubahan tekanan dan volume
in/out dari 4. Mengikuti prosedur pencegahan
ruangan; pemadam kebakaran sesuai protap
ledakan; 5. Memonitor adanya udara di IV dan
peralatan; tekanan tubing line invasif (udara harus
dikeluarkan dari tabung)
6. Dokumentasikan saat mengoperasikan
HBO chamber pra-intra-post

3 Potensi Tanda tanda yang 1. Kolaborasi: Pemberian dekongestan ssi


barotrauma terjadi dari advis dokter sebelum perawatan terapi
ke telinga, barotrauma akan oksigen hiperbarik
sinus, gigi segera ditangani dan 2. Saat persiapan terapi,instruksikan
dan paru segera dilaporkan pasien untuk melakukan valsavah
paru atau gas manuver; menelan; mengunyah;
emboli menguap; atau memiringkan kepala
serebral b/d 3. Menilai kemampuan pasien dalam
perubahan beradaptasi terhadap perubahan tekanan
tekanan udara yang cepat
didalam 4. Mengingatkan pasien untuk bernafas
ruang secara relaks saat terapi HBO (terdapat
oksigen perubahan tekanan)
hiperbarik 5. Konfirmasi pengisian NS pada
ET/manset trach sebelum diberikan
tekanan
6. Memberitahukan operator bila pasien
tidak dapat beradaptasi terhadap
perubahan tekanan
7. Dokumen penilaian

8. Observasi ketidakmampuan dalam


beradaptasi terhadap tekanan
(pre,intra,post)
9. Peningkatan kedalaman nafas
10. Observasi tanda pneumothorax (nyeri
dada yang tajam, kesulitan bernafas,
gerakan abnormal pada dinding dada,
takikardi)
11. Kolaborasi dengan dokter
4 Potensi Tanda dan gejala 1. Penilaian hasil laporan pasien ke dokter
toksisitas keracunan akan hiperbarik mengenai TTV, riwayat
oksigen b/d segera ditangani penggunaan steroid, aspirin, dosis tinggi
pemberian vit C
oksigen 2. Memantau pasien selama terapi HBO
100% pada apakah terdapat gejala toksisitas
tekanan yg oksigen pada SSP spt: numbness,
meningkat tingling, dengung di telinga, pusing,
penglihatan kabur, gelisah, mual, kejang

3. Merubah ukuran oksigen jika terjadi


tanda dan gejala toksisitas oksigen dan
beritahukan pada dokter hiperbarik
4. Observasi tanda toksisitas pada pasien
spt: sesak, batuk kering,sulit bernafas
5 Kecemasan Pasien 1. Menilai pasien dengan riwayat
dan ketakutan dapatberadaptasi klaustrofobia
b/d perasaan terhadap terapi HBO 2. Observasi kecemasan pasien selama
terhadap dalam ruang perawatan terapi oksigen seperti gelisah
ruangan chamber dan merasa terjebak
tertutup 3. Menjalin kontak mata dengan pasien
chamber
4. Meyakinkan keamanan pasien
5. Dokumentasi hasil
6 Rasa sakit yg Pasien merasa nyeri 1. Observasi rasa sakit yg dirasakan pasien
berkaitan berkurang selama terapi HBO
dengan 2. Kolaborasi pemberian analgesik serta
masalah keefektifannya dan dokumentasikan
medis 3. Bantu reposisi pasien untuk
kenyamanan
7 Ketidaknyam Pasien akan 1. Menilai kenyamanan pasien dengan
anan b/d mentolerir suhu pada kelembapan dan suhu
perubahan ruangan 2. Menawarkan tindakan kenyamanan
suhu pada pasien misalnya selimut
chamber
HBO

8 Potensi Pasien memenuhi 1. Memberikan dukungan dan dorongan


individu prosedur terapi HBO
inefektif b/d
stres
menghadapi 2. Membahas kemampuan pasien untuk
penyakit dan mengatasi masalah, beri reinforcement
sistem positif dan bantu dalam memberi
dukungan problem solving yang sesuai
psikososial 3. Memfasilitasi komunikasi antara pasien
dengan anggota staf terapi HBO lainnya
4. Mendorong pasien mnegungkapkan
perasaannya
5. Dokumentasikan mengenai penilaian
dan diskusi
9 Potensi Tanda gejala 1. Monitor dan dokumentasikan TTV
disritmia b/d disritmia segera pasien
patologi mendapat
penyakit penanganan

2. Memonitor dan dokumentasi tanda


tanda hipokalemia
3. Mempertahankan iv line jika tersedia
4. Melaporkan dokter hiperbarik jika
diperlukan
10 Potensi Tanda dan gejala 1. Menilai keseimbangan cairan dan
defisit cairan defisit cairan segera elektrolit dan hidrasi
b/d dehidrasi mendapat 2. Monitor tanda vital
penanganan
11 Perubahan Tanda dan gejala 1. Lakukan pengkajian neurologis sebelum
perfusi penurunan fungsi perawatan
jaringan neurologis segera
serebral b/d mendapatkan
keracunan penanganan 2. Memantau dan mendokumentasikan
CO, fungsi motorik dan sensorik pasien
dekompresi,g 3. Berikan dukungan emosional
as emboli 4. Kolaborasi dengan dokter hiperbarik
bila terdapat perubahan yang signifikan
12 Potensi Perasaan mual dan 1. Menilai keluhan mual
perubahan muntah pasien dapat 2. Menjaga jalan nafas untuk mencegah
kenyamanan berkurang aspirasi
cairan dan
elektrolit b/d 3. Beritahu dokter jika pasien mual
mual muntah 4. Kolaborasi pemasangan NGT bila ada
indikasi
13 Pemeliharaan Pasien/keluarga 1. Menilai untuk defisit pengetahuan yang
kesehatan b/d melaporkan gejala berkaitan dengan patologi yang
defisit post terapi HBO mendasari
pengetahuan 2. Diskusikan dengan pasien tentang
untuk kebutuhan keluarga termasuk biaya
manajemen 3. Mendiskusikan tentang cara
luka kronis, pemeliharaan penyembuhan luka
pembatasan
penyakit
dekompresi
lebih lanjut 4. Mendiskusikan tentang cara
pemeliharaan dekompresi,
BAB 3

TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian
Tanggal Pengkajian : 13 November 2017
Jam Pengkajian : 09.20 WIB
No. RM : 0x.xx
Diagnosa Masuk : Diabetes Melitus dan Gangren
Hari terapi ke : 21
Nama Pasien : Ny.K
Usia : 65 tahun
Suku/ Bangsa : Jawa/ Indonesia
Agama : Kristen
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pedagang
Alamat : Surabaya
Keluhan Utama
Pasien mengeluhkan nyeri di daerah luka pada kaki bagian kanan.

Riwayat Penyakit Sekarang


Senin, 13 November 2017 Ny.K datang bersama anaknya untuk menjalani Terapi
Hiperbarik Oksigen pada pukul 10.00 WIB dengan diagnosa Ulkus Diabetes Melitus sejak
bulan Juli 2017 dengan Riwayat Diabetes mellitus sejak tahun 2008. Pasien mendapat terapi
HBO yang pertama adalah pada 19 Oktober 2017. Ny.K sudah mendapatkan 20 sesi terapi
HBO kemudian pada hari Senin tanggal 13 November merupakan terapi HBO sesi ke 21.
Setelah mendapatkan terapi klien mengatakan jika badan terasa lebih segar tetapi tidak ada
perkembangan dengan luka ganggren pada kaki kanan.

Riwayat Penyakit Dahulu


1. Pernah dirawat : ya tidak kapan : 2013, 2014, 2017 bulan Juli
diagnosa: Diabetes Melitus

2. Riwayat penyakit kronik dan menular ya tidak

Riwayat kontrol : Diabetes melitus, Ulkus dan terapi hiperbarik di Lakesla

Riwayat penggunaan obat : Insulin dan Asam Mefenamat


3. Riwayat alergi :

Obat ya tidak jenis :

Makanan ya tidak jenis :

Lain-lain ya tidak jenis :

4. Riwayat operasi ya tidak

Kapan :Juli 2017

Jenis operasi : Amputasi Jari yang kedua pada kaki kanan

5. Lain-lain :-

Riwayat Penyakit Keluarga

ya tidak

Jenis : Hipertensi (Ayah)

Riwayat Yang Mempengaruhi Kesehatan


Perilaku sebelum sakit yang mempengaruhi kesehatan :

Alkohol ya tidak keterangan :


Masalah Keperawatan :
Merokok ya tidak keterangan :
Tidak ditemukan masalah
Obat : ya tidak keperawatan

Olahraga : ya tidak

Observasi Dan Pemeriksaan Fisik


1. Tanda-tanda Vital
S : 36, 7 oC N : 94 x/menit T :130/90 mmHg RR:22 x/menit
Kesadaran Compos Mentis Apatis Somnolen Sopor Koma

2. Sistem Pernafasan
a. RR : 22 x/menit
b. Keluhan : sesak nyeri waktu nafas orthopnea
Batuk : produktif tidak produktif
Sekret : - Konsistensi : -
Warna : - Bau : -
c. Penggunaan otot bantu nafas :
d. PCH ya tidak
e. Irama nafas teratur tidak teratur
f. Friction rub : -
g. Pola nafas Dispnoe Kusmaul Cheyne Stokes Biot
h. Suara nafas Vesikuler Bronko vesikuler
Tracheal Bronkhial
Ronkhi Wheezing
Crackles
i. Alat bantu nafas ya tidak
Jenis : - Flow : -
j. Penggunaan WSD
Masalah Keperawatan :
- Jenis :-
Tidak ditemukan masalah
- Jumlah caira : -
keperawatan
- Undulasi :-
- Tekanan :-
k. Tracheostomy ya tidak
l. Lain-lain : pergerakan dada simetris, dan suara perkusi sonor

3. Sistem Kardiovaskuler
a. TD : 130/90 mmHg
b. N : 94 x/menit
c. Keluhan nyeri dada : ya tidak
d. Irama jantung : regular ireguler
e. Suara jantung : normal (S1/S2 tunggal) murmur
gallop lain-lain
f. Ictus cordis : -
g. CRT : <2 detik
h. Akral : hangat kering merah basah pucat
panas dingin Masalah Keperawatan :
i. Sirkulasi perifer normal
Tidak ditemukan masalah
keperawatan
j. JVP : -
k. CVP : -
l. CTR : -
m. ECG & Interpretasi: -

4. Sistem Persyarafan
a. S : 36, 97 oC
b. GCS : E4V5M6
c. Refleks fisiologis : patella triceps biceps
d. Refleks patologis : babinsky brudzinsky kernig
e. Keluhan pusing : ya tidak
f. Pemeriksaan saraf kranial : tidak dikaji
g. Pupil anisokor isokor Diameter :3mm/3mm
h. Sclera anikterus ikterus
i. Konjungtiva ananemis anemis
j. Istirahat/Tidur : 6-7 Jam/Hari Gangguan tidur : -
k. IVD : -
l. EVD : - Masalah Keperawatan :

m. ICP : - Tidak ditemukan MK


n. Lain-lain : -

5. Sistem Perkemihan
a. Kebersihan genitalia : tidak dikaji
b. Sekret : tidak dikaji
c. Kebersihan meatus uretra :tidak dikaji
d. Keluhan kencing : ada tidak
Bila ada,jelaskan :
e. Kemampuan berkemih
Spontan Alat bantu
Jenis :-
Masalah Keperawatan :
Ukuran:-
Hari ke :- Tidak ditemukan MK
f. Produksi urine : 1.700 cc/hari
Warna : kuning
Bau : khas urin
g. Kandung kemih : Membesar ya tidak
h. Nyeri tekan : ya tidak
i. Intake cairan oral : 1.700 liter /hari
j. Lain-lain : -

6. Sistem Pencernaan
a. TB : 153 cm BB : 59 kg
b. IMT : 25,2 Interpretasi : Normal (18,5-25,5)
c. Mulut : bersih kotor berbau
d. Membran mukosa : lembab kering stomatitis
e. Tenggorokan :tidak ada masalah pada tenggorokan, tidak ada nyeri telan
sakit menelan kesulitan menelan
pembesaran tonsil nyeri tekan
f. Abdomen : tegang kembung ascites Supel
g. Nyeri tekan : ya tidak
h. Luka operasi : ada tidak
Tanggal operasi : -
Jenis operasi :-
Lokasi :-
Keadaan :-
Drain ada tidak
- Jumlah :-
- Warna :-
- Kondisi area sekitar insersi :-
i. Peristaltik : 7 x/menit
j. BAB : 1 x/ hari
k. Konsistensi : keras lunak cair lender/darah
l. Diet : padat lunak cair
m. diet khusus : rendah gula
Masalah Keperawatan :
n. Nafsu makan : baik menurun
Tidak ditemukan MK
o. Porsi makan : habis tidak
p. lain : klien makan sesuai dengan Jenis, Jumlah dan Jadwal (3x dalam 1 hari)
7. Sistem Penglihatan
a. Pengkajian segmen anterior dan posterior :
OD OS
Dapat melihat dengan jelas Visus Dapat melihat dengan jelas
tetapi menggunakan kaca mata tetapi menggunakan kaca mata
Dapat membuka dan menutup Palpebra Dapat membuka dan menutup
mata serta tidak ada edema mata serta tidak ada edema
Normal, ananemis Konjungtiva Normal, ananemis
Jernih, trasnparan, mult Kornea Jernih, trasnparan, mult
Tidak terkaji BMD Tidak terkaji
Reflek pupil baik dan diameter Pupil Reflek pupil baik dan diameter 3
3 mm mm
Bewarna coklat kehitaman Iris Bewarna coklat kehitaman
Jernih Lensa Jernih
Tidak terkaji TIO Tidak terkaji

b. Keluhan nyeri : ya tidak


P:-
Q:-
R:-
S:-
T:-
c. Luka operasi : ada tidak
Tanggal operasi : -
Jenis operasi :-
Lokasi :- Masalah Keperawatan :
Keadaan :-
d. Pemeriksaan penunjang lain : - Tidak ditemukan MK

e. Lain-lain : -
8. Sisitem Muskuloskeletal
a. Pergerakan sendi : bebas terbatas
b. Kekuatan otot : 5 5
4 4
c. Kelainan ekstremitas : ya tidak
d. Kelainan tulang belakang : ya tidak
Frankel :
e. Fraktur : ya tidak
- Jenis :
f. Traksi : ya tidak
Jenis :
Beban :
Lama pemasangan :
g. Penggunaan spalk/gips : ya tidak
h. Keluhan nyeri : ya tidak
i. Sirkulasi perifer : baik (normal)
j. Kompartemen syndrome : ya tidak
k. Kulit : ikterik sianosis kemerahan hiperpigmentasi
l. Turgor : baik kurang jelek
m. Luka operasi : ada tidak
Tanggal operasi : -
Jenis operasi :-
Lokasi :-
Keadaan :-
Drain :- ada tidak
- Jumlah :-
- Warna :-
- Kondisi area sekitar insersi: -
n. ROM : menggunakan kursi roda
Masalah Keperawatan :
o. POD : -
Gangguan mobilitas fisik
p. Cardinal sign : -
9. Sistem Integumen
a. Penilaian risiko decubitus :
Aspek yang Kriteria penilaian
dinilai 1 2 3 4 Nilai
Persepsi Terbatas Sangat terbatas Keterbatasan Tidak ada 3
sensori sepenuhnya ringan gangguan
Terus Sangat lembab Kadang2 Jarang basah 4
Kelembaban menerus basah
basah
Bedfast Chairfast Kadang2 Lebih sering 2
Aktivitas
jalan jalan
Mobilisasi Immobile Sangat terbatas Keterbatasan Tidak ada 3
Aspek yang Kriteria penilaian
dinilai 1 2 3 4 Nilai
sepenuhnya ringan keterbatasan
Sangat buruk Kemungkinan Adekuat Sangat baik 4
Nutrisi
tidak adekuat
Bermasalah Potensial Tidak 3
Gesekan &
bermasalah menimbulka
pergesekan
n masalah
Note: pasien dengan nilai total <16 maka dapat dikatakan 19
bahwa pasien berisiko mengalami decubitus (pressure ulcers) Total nilai
(15 or 16 = low risk; 13 or 14 = moderate risk; 12 or less =
high risk)

b. Warna : -
c. Pitting edema : +/- grade :
d. Ekskoriasis : ya tidak
e. Psoriasis : ya tidak Masalah Keperawatan :
f. Pruritus : ya tidak Tidak ditemukan MK
g. Urtikaria : ya tidak
h. Lain-lain : -

10. Sistem Endokrin


a. Pembesaran tyroid : ya tidak
b. Pembesaran kelenjar getah bening : ya tidak
c. Hipoglikemia : ya tidak
d. Hiperglikemia : ya tidak
e. Kondisi kaki DM :
- Luka gangrene ya tidak
Jenis : Ulkus Diabetikum grade 4
- Lama luka : 5 Bulan
- Warna : Putih, merah
- Luas luka : 7cm x5 cm
- Kedalaman : sampai terlihat tulang
- Kulit kaki : ada yang menghitam
- Kuku kaki : terdapat yang rapuh
- Telapak kaki : luka hampir seluruh bagian
- Jari kaki : diamputasi 2 jari yaitu jari yang kedua dan kelima
- Infeksi ya tidak
- Riwayat luka sebelumnya ya tidak
Jika ya :
- Tahun :-
- Jenis luka :-
- Lokasi :-
- Riwayat amputasi sebelumnya ya tidak
Jika ya :
- Tahun : Masalah Keperawatan :
- Lokasi : Nyeri
f. ABI :
g. Nyeri
- P : luka gangren
- Q : nyeri tajam seperti tertusuk
- R : di kaki bagian kanan
- S : 6 (1-10)
- T : bergerak dan malam hari sangat terasa

Pengkajian Psikososial
a. Persepsi klien terhadap penyakitnya : klien mengatakan jika sakit yang klien alami saat ini
merupakan cobaan dari Tuhan.
b. Ekspresi klien terhadap penyakitnya : menerima dan siap untuk apapun kondisi yang
terjadi
murung/diam gelisah tegang marah/menangis

c. Reaksi saat interaksi : kooperatif tidak kooperatif curiga


d. Gangguan konsep diri : tidak ada gangguan konsep diri
e. Lain-lain : Klien bercerita jika klien siap menerima jika kaki klien harus diamputasi dan
siap untuk dijemput oleh Tuhan Yang Maha Esa
Masalah Keperawatan :
Personal Hygiene & Kebiasaan
Tidak ditemukan MK
a. Kebersihan diri : tidak dikaji
b. Kemampuan klien dalam pemenuhan kebetuhan :
- Mandi : di bantu seluruhnya dibantu sebagian mandiri
- Ganti pakaian :
di bantu seluruhnya dibantu sebagian mandiri
- Keramas : bantu seluruhnya dibantu sebagian mandiri
- Sikat gigi : bantu seluruhnya dibantu sebagian mandiri
- Memotong kuku :
di bantu seluruhnya dibantu sebagian mandiri

- Berhias bantu seluruhnya dibantu sebagian mandiri


- Makan bantu seluruhnya dibantu sebagian mandiri

Masalah Keperawatan :
Pengkajian Spiritual Tidak ditemukan MK

a. Kebiasaan beribadah :
- Sebelum sakit : sering kadang-kadang tidak pernah
- Selama sakit : sering kadang-kadang tidak pernah
b. Bantuan yang diperlukan klien untuk memenuhi kebutuhan beribadah : -

Terapi HBOT (TABEL KINDWALL)


Pemeriksaan Penunjang (Laboratorium) : -

3.2 Analisa Data

TANGGAL DATA ETIOLOGI MASALAH

13 November DS : Terapi HBO Resiko


- pasien
2017 cedera
mengatakan terapi Keterbatasan gerak
HBO ke 21
DO :
-Skala kekuatan otot Pintu masuk ruangan
5 5 (chamber) kecil

4 4
Pasien transfer in/out
-Pasien perlu
bantuan ketika
masuk kedalam
Resiko cedera
ruangan (chamber)
-Bagian pintu masuk
dan dalam chamber
kecil memiliki ruang
gerak terbatas
13 November DS : Terapi HBO Resiko
2017 -pasien mengatakan keracunan
menghirup oksigen oksigen
murni 100% saat
Peningkatan tekanan
dalam chamber
-pasien mengatakan diatas 1 ATA
lama terapi HBO
sekitar 2 jam
DO : Pemberian oksigen
Terapi HBO sesi ke murni 100%
21 tanggal 13
November 2017
Resiko keracunan
oksigen

13 November DS : Ruangan udara Resiko


2017 - Pasien dengan tekanan barotrauma
mengatakan telah tinggi (2,4 ATA)
TANGGAL DATA ETIOLOGI MASALAH

mengerti cara
valsava manuver
yang benar
DO : Perubahan tekanan
-pasien udara di dalam
memperagakan ruangan
valsava manuver
dengan meniup
Penekanan pada
sambil menutu membran tympani
hidung (internal
chamber)
Resiko barotrauma

13 November 2017 DS : Diabetes Mellitus Nyeri


P : luka gangren
Q : nyeri tajam Hipergikemia
seperti tertusuk
R : di kaki bagian
kanan Suplai Oksigen dan
S : 6 (1-10) nutrisi ke jaringan
T : bergerak dan perifer menurun
malam hari
sangat terasa
Iskemik jaringan
DO: perifer
- Terdapat Luka
Diabetes
Melitus Grade Ulkus di kaki
4dikaki kanan
Kerusakan jaringan

Respon nyeri

nyeri

3.3 Diagnosa Keperawatan

Tanggal : Senin, 13 November 2017

1. Resiko cidera b/d pasien transfer in/out dari ruang chamber, ledakan peralatan, kebakaran,
dan/atau peralatan dukungan medis.
2. Resiko keracunan oksigen b/d pemberian oksigen 100% selama tekanan atmosfir
meningkatkan.
3. Resiko barotrauma ke telinga, sinus, gigi dan paru-paru b/d perubahan tekanan udara di
dalam ruang oksigen hiperbarik.
4. Nyeri b/d ulkus diabetes mellitus
3.4 Intervensi Keperawatan

DIAGNOSA
NO KEPERAWATAN INTERVENSI
(Tujuan. Kriteria Hasil)
1 Risiko cidera yang b/d pasien Pre HBO
transfer in/out dari ruang 1. Bina Hubungan Saling Percaya antara
chamber, ledakan peralatan, petugas dan Pasien
kebakaran, dan/atau peralatan 2. Periksa Vital Sign pasien, dan kondisi klinis.
dukungan medis 3. Bantu pasien masuk ke ruang Chamber
dengan tepat dan hati hati.
Tujuan: Setelah dilakukan
asuhan keperawatan dengan 4. Ingatkan barang-barang yang tidak boleh
dibawa
terapi HBO selama 2 jam,
5. Ikuti prosedur pencegahan kebakaran sesuai
diharapkan tidak terjadi cidera
kebijakan yang ditentukan dan prosedur
Kriteria Hasil: pelaksanaan terapi HBO.
1) Pasien keluar chamber dengan
Intra HBO
kondisi aman
1. Amankan peralatan di dalam ruang sesuai
2) Tidak terjadi kebakaran
dengan kebijakan dan prosedur pelaksanaan
3) Tidak ditemukan cidera pada
terapi HBO.
tubuh pasien
2. Observasi kondisi pasien selama pemberian
4) Tidak ada barang-barang
terapi HBO di dalam Chamber
kontraindikasi TOHB yang
3. Bantu pasien memenuhi kebutuhan selama
terbawa masuk chamber
di dalam chamber dan posisikan pasien
dengan nyaman di kursi.

Post HBO
1. Bantu pasien keluar ruangan/ chamber
2. Periksa kondisi pasien dan pastikan tidak
ada cedera pada pasien.

2 Risiko keracunan oksigen b.d. Pre HBO


pemberian oksigen 100% 1. Catat hasil pengkajian pasien dari dokter
selama tekanan atmosfir hiperbarik :
meningkat. a. Peningkatan Suhu tubuh
b. Riwayat kejang
Tujuan: Setelah dilakukan
asuhan keperawatan dengan c. Hasil tekanan darah
terapi HBO selama 2 jam, d. Status perfusi Jaringan Perifer
diharapkan tidak terjadi e. Faktor risiko tinggi lainnya
keracunan oksigen
Intra HBO
Kriteria Hasil:
1. Monitor kondisi pasien saat terapi
1. Pasien tidak mengeluh pusing. berlangsung dan dokumentasikan tanda dan
2. Tidak ditemukan tanda-tanda gejala dari keracunan oksigen pada sistem
keracunan oksigen berupa: saraf pusat :
a. Mati rasa dan berkedut a. mati rasa dan berkedut
b. Vertigo b. Telinga berdenging atau halusinasi
c. Penglihatan kabur pendengaran
d. Mual c. Vertigo
d. penglihatan kabur
e. gelisah dan mudah tersinggung
f. mual
(Catatan: Toksisitas oksigen pada SSP
dapat mengakibatkan kejang)
2. Laporkan pada operator untuk mengubah
sumber oksigen 100% untuk pasien jika
tanda-tanda dan gejala muncul, dan
beritahukan kepada dokter hiperbarik.

3. Monitor pasien selama terapi oksigen


hiperbarik dan dokumentasikan tanda dan
gejala keracunan oksigen paru, termasuk:
a. Nyeri dan rasa terbakar di dada
b. sesak di dada
c. batuk kering (terhenti-henti)
d. kesulitan menghirup napas penuh, dan
e. Dispneu saat bergerak

Post HBO
1. Kaji kondisi klinis pasien dan pastikan tidak
ada tandatanda keracunan oksigen.
2. Beritahukan dokter hiperbarik jika tanda-
tanda dan gejala keracunan oksigen paru
muncul.

3 Risiko barotrauma ke telinga, Pre HBO


sinus, gigi, dan paru-paru, atau 1. Periksa Vital sign dan kondisi kesehatan
gas emboli serebral b.d. pasien
kurang pengetahuan tentang 2. Sebelum perawatan instruksikan pada
teknik valsava dan perubahan pasien tentang teknik pengosongan telinga,
tekanan udara didalam ruangan dengan cara menelan, mengunyah, menguap
oksigen hiperbarik modifikasi manuver valsava.
Tujuan: Setelah dilakukan
asuhan keperawatan dengan Intra HBO
terapi HBO selama 2 jam,
diharapkan tidak terjadi 1. Kaji kemampuan pasien melakukan teknik
barotrauma telinga, sinus gigi, pengosongan telinga saat tekanan dilakukan
dan paru-paru, atau gas emboli dengan valsava.
serebral dengan 2. Lakukan tindakan keperawatan :
a. Ingatkan pasien untuk bernapas dengan
normal selama perubahan tekanan,
Kriteria Hasil: b. Beritahukan operator ruang multiplace jika
pasien tidak dapat menyesuaikan
1. Pasien tidak mengeluh nyeri persamaan tekanan.
pada telinga, sinus gigi dan 3. Monitor secara berkelanjutan untuk
paru-paru mengetahui tanda-tanda dan gejala
2. Tidak ditemukan tanda-tanda barotrauma termasuk:
barotrauma berupa: a. Ketidakmampuan untuk menyamakan
a. Ketidakmampuan untuk telinga, atau sakit di telinga dan / atau
menyamakan telinga, sinus (terutama setelah pengobatan awal,
nyeri telinga, dan telinga dan setelah perawatan berikutnya)
berdarah b. Peningkatan kecepatan dan / atau
b. Kecepatan dan kedalaman kedalaman pernafasan
napas meningkat c. Tanda dan gejala dari pneumotoraks,
c. Nyeri dada yang tajam, termasuk:
napas cepat dan 1) Tiba-tiba nyeri dada tajam
abnormalitas gerak dada. 2) Kesulitan, bernafas cepat
3) Gerakan dada abnormal pada sisi yang
terkena, dan
4) Takikardi dan / atau kecemasan

Post HBO
1. Kaji kondisi pasien dan pastikan tidak ada
tanda tanda Barotrauma.
2. Dokumentasi kegiatan

4 Nyeri b/d Ulkus


Diabetes Pre HBO
Mellitus 1. Periksa Vital sign dan kondisi kesehatan
pasien
Tujuan: Setelah dilakukan
2. Mengkaji nyeri klien dengan PQRST
asuhan keperawatan dengan
terapi HBO selama 2 jam,
diharapkan Nyeri klien dapat Intra HBO
teratasi 1. Mengkaji kenyamanan dan nyeri klien
dengan respon non verbal
2. Menginstruksikan klien untuk mengatur
Kriteria Hasil: posisi senyaman mungkin
1. Nyeri dapat berkurang
menjadi skala 0-2 (1-10) Post HBO
2. Klien dapat mengontrol 1. Mengkaji nyeri klien melalui PQRST dan
nyeri respon non verbal setelah terapi
3. Tanda-tanda vital dalam 2. Mengajarkan klien teknik relaksasi dan
batas normal distraksi
4. Tidak mengalami gangguan 3. Kolaborasi pemberian Analgesik
tidur 4. Dokumentasi kegiatan

3.5 Implementasi Keperawatan

Hari / Tanggal/ No. Jam Implementasi


Terapi ke Dx

Senin, 13 09.30 Pre HBO


1,2,3,4 1. Membina hubungan saling percaya dengan
November 2017
pasien
/ ke-21 1,2,3,4 2. Melakukan pengkajian pada pasien
1,2,3,4 3. Melakukan observasi TTV, Tekanan Darah:
130/90 mmHg, Nadi: 97x/menit, RR:
22x/menit.
3 4. Mengkaji kemampuan klien melakukan teknik
valsava dengan benar
1 5. Mengingatkan kembali pada pasien tentang
barang-barang yang tidak boleh dibawa
kedalam chamber
1 6. Membantu klien memasuki ruang chamber dan
mengantarkan ke kursi yang telah disediakan

10.00 Intra HBO


1,4 1. Mengatur dan menginstruksikan klien posisi
yang paling nyaman
1 2. Mengecek kembali barang-barang yang tak
boleh dibawa masuk ke dalam chamber
3 3. Mengingatkan kembali untuk melaksanakan
valsava manuver ketika tekanan chamber
dinaikkan
2,4 4. Membantu memasangkan oksigen masker pada
klien
2,3 5. Memonitor kondisi pasien saat terapi
berlangsung, cek adanya tanda-tanda
barotrauma dan keracunan oksigen
4 6. Mengkaji nyeri klien dengan melihat respon
non verbal

12.20 Post HBO


1 1. Membantu pasien keluar chamber
2,3,4 2. Mengevaluasi keluhan pasien setelah
melakukan terapi HBO
3 3. Mengevaluasi tanda-tanda barotrauma:
Tidak ditemukan adanya nyeri telinga,
perdarahan pada telinga,mimisan
3 4. Tidak ditemukan peningkatan kecepatan dan
kedalaman napas maupun nyeri ketika
bernapas
2 5. Mengevaluasi gejala dari keracunan oksigen
pada sistem saraf pusat :
a. Mati rasa dan berkedut
b. Telinga berdenging
c. Vertigo
d. Penglihatan kabur
e. Gelisah dan mudah tersinggung
f. Mual
1,2,3 6. Menganjurkan untuk sering berlatih
menggerak gerakkan sisi yang lemah.
4 7. Mengajarkan klien teknik distraksi dan
relaksasi ketika nyeri muncul serta kompres
di bagian paha atau tungkai atas
1,2,3 8. Merapikan dan membersihkan chamber
4 9. Melakukan asistensi perawatan luka dengan
menggunakan teksik steril pada kaki kanan
1,2,3,4 10. Mendokumentasikan tindakan keperawatan
yang telah dilakukan pada catatan
keperawatan hiperbarik

Selasa, 14 09.30 Pre HBO


1,2,3,4 1. Melakukan observasi TTV, Tekanan Darah:
November 2017
140/90 mmHg, Nadi: 95x/menit, RR:
/ ke-22 20x/menit
3 2. Mengkaji kemampuan klien melakukan
teknik valsava dengan benar
1 3. Mengingatkan kembali pada pasien tentang
barang-barang yang tidak boleh dibawa
kedalam chamber
1 4. Membantu klien memasuki ruang chamber
dan mengantarkan ke kursi yang telah
disediakan
10.00 Intra HBO
1,4 1. Mengatur dan menginstruksikan klien posisi
yang paling nyaman
1 2. Mengecek kembali barang-barang yang tak
boleh dibawa masuk ke dalam chamber
3 3. Mengingatkan kembali untuk melaksanakan
valsava manuver ketika tekanan chamber
dinaikkan
2,4 4. Membantu memasangkan oksigen masker
pada klien
2,3 5. Memonitor kondisi pasien saat terapi
berlangsung, cek adanya tanda-tanda
barotrauma dan keracunan oksigen
4 6. Mengkaji nyeri klien dengan melihat respon
non verbal

12.20 Post HBO


1 1. Membantu pasien keluar chamber
2,3,4 2. Mengevaluasi keluhan pasien setelah
melakukan terapi HBO
3 3. Mengevaluasi tanda-tanda barotrauma:
Tidak ditemukan adanya nyeri telinga,
perdarahan pada telinga,mimisan
3 4. Tidak ditemukan peningkatan kecepatan dan
kedalaman napas maupun nyeri ketika
bernapas
2 5. Mengevaluasi gejala dari keracunan oksigen
pada sistem saraf pusat :
a) Mati rasa dan berkedut
b) Telinga berdenging
c) Vertigo
d) Penglihatan kabur
e) Gelisah dan mudah tersinggung
f) Mual
1,2,3 6. Menganjurkan untuk sering berlatih
menggerak gerakkan sisi yang lemah.
4 7. Mengevaluasi kemampuan klien mengontrol
nyeri dengan teknik distraksi dan relaksasi
1,2,3 8. Merapikan dan membersihkan chamber
4 9. Melakukan asistensi perawatan luka pada
1,2,3,4 kaki kanan dengan teknik steril
10. Mendokumentasikan tindakan keperawatan
yang telah dilakukan pada catatan
keperawatan hiperbarik
3.1 Evaluasi Keperawatan

Senin, 13 November 2017 Pukul 12.20 WIB

Diagnosa keperawatan Evaluasi

Risiko cidera yang b/d S: Klien mengatakan baik baik saja dan tidak
pasien transfer in/out dari mengalami cidera saat masuk, di dalam, dan
ruang (chamber), ledakan keluar dari chamber
peralatan, kebakaran, O: Pasien masuk dan keluar chamber dengan
dan/atau peralatan dukungan menggunakan kursi roda. Kegiatan HBOT
medis berjalan lancar dan sesuai prosedur, tidak
terjadi kebakaran maupun ledakkan.
Keluarga tampak memahami cara
melakukan rom pasif kepada klien.
A: Masalah cidera tidak terjadi

P: Lanjutkan terapi HBO ke 22

Risiko barotrauma ke S: Klien mengatakan tidak mengalami keluhan


telinga, sinus, gigi, dan nyeri pada telinga dan kepala dan tidak
paru-paru, atau gas emboli terdapat pengeluaran darah dari hidung atau
serebral b.d. kurang telinga
pengetahuan tentang teknik O: Klien mampu melakukan valsava manuver
valsava dan perubahan dengan menutup hidung dan dibantu dengan
tekanan udara didalam mengunyah permen serta minum, tidak ada
ruangan oksigen hiperbarik tanda barotrauma seperti nyeri telinga, sakit
kepala, tuli ringan, bercak darah di hidung
A: Masalah barotrauma tidak terjadi
P: Lanjutkan terapi HBO ke 22

Risiko keracunan oksigen S: Klien mengatakan tidak mengeluh,


b.d. pemberian oksigen sesak, vertigo, mual, maupun penglihatan
100% selama tekanan kabur. Klien merasa lebih segar
atmosfir meningkat O:RR : 19x/menit, klien tampak tenang,
tidak muncul tanda keracunan. Seperti:
a. Mati rasa dan berkedut
b. Telinga berdenging
c. Vertigo
d. Penglihatan kabur
e. Gelisah dan mudah tersinggung
f. Mual
A: Masalah keracunan oksigen tidak
terjadi
P: Lanjutkan terapi HBO ke 22
Nyeri b/d Ulkus Diabetes S: klien mengatakan jika nyeri lumayan
Mellitus berkurang dan tidak nyeri ketika didalam
tabung, skala menjadi 3.
O : tanda-tanda vital Nadi 87 x/menit,
klien terlihat tidak meringis
A : Masalah Nyeri teratasi sebagian
P; Lanjutkan terapi HBI ke 22 dan teknik
relaksasi serta kolaborasi analgesic dan
perawatan luka.

Selasa, 14 November 2017 Pukul 12.20 WIB

Diagnosa keperawatan Evaluasi

Risiko cidera yang b/d S: Klien mengatakan baik baik saja dan tidak
pasien transfer in/out dari mengalami cidera saat masuk, di dalam, dan
ruang (chamber), ledakan keluar dari chamber
peralatan, kebakaran, O: Pasien masuk dan keluar chamber dengan
dan/atau peralatan dukungan menggunakan kursi roda. Kegiatan HBOT
medis berjalan lancar dan sesuai prosedur, tidak
terjadi kebakaran maupun ledakkan.
Keluarga tampak memahami cara
melakukan rom pasif kepada klien.
A: Masalah cidera tidak terjadi

P: Lanjutkan terapi HBO ke 23

Risiko barotrauma ke S: Klien mengatakan tidak mengalami keluhan


telinga, sinus, gigi, dan nyeri pada telinga dan kepala dan tidak
paru-paru, atau gas emboli terdapat pengeluaran darah dari hidung atau
serebral b.d. kurang telinga
pengetahuan tentang teknik O: Klien mampu melakukan valsava manuver
valsava dan perubahan dengan menutup hidung dan dibantu dengan
tekanan udara didalam mengunyah permen serta minum, tidak ada
ruangan oksigen hiperbarik tanda barotrauma seperti nyeri telinga, sakit
kepala, tuli ringan, bercak darah di hidung
A: Masalah barotrauma tidak terjadi
P: Lanjutkan terapi HBO ke 23

Risiko keracunan oksigen S: Klien mengatakan tidak mengeluh,


b.d. pemberian oksigen sesak, vertigo, mual, maupun penglihatan
100% selama tekanan kabur. Klien merasa lebih segar
atmosfir meningkat O:RR : 18x/menit, klien tampak tenang,
tidak muncul tanda keracunan. Seperti:
g. Mati rasa dan berkedut
h. Telinga berdenging
i. Vertigo
j. Penglihatan kabur
k. Gelisah dan mudah tersinggung
l. Mual
A: Masalah keracunan oksigen tidak
terjadi
P: Lanjutkan terapi HBO ke 23
Nyeri b/d Ulkus Diabetes S: klien mengatakan jika nyeri berkurang
Mellitus dan tidak nyeri ketika didalam tabung,
skala 3.
O : tanda-tanda vital Nadi 86 x/menit,
klien terlihat tidak meringis
A : Masalah Nyeri teratasi sebagian
P: Lanjutkan terapi HBI ke 23 dan teknik
relaksasi serta kolaborasi analgesic dan
perawatan luka.
BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Hasil pengkajian menunjukkan pasien Ny. K dengan diagnosa medis ulkus diabetes melitus
telah menjalani terapi oksigen hiperbarik sejak 20 Oktober 2017. Ny.K sudah mendapatkan 20
sesi terapi HBO kemudian pada hari Senin tanggal 13 November merupakan terapi HBO sesi ke
21. Setelah mendapatkan terapi ke 11 kalian merasa jika luka pada kaki mengalami pengeringan
dan badan terasa lebih bugar.
Berdasarkan hasil pengkajian yang ditemukan pada Ny. K, maka ditemukan masalah
keperawatan yaitu Resiko keracunan oksigen dan resiko barotrauma. Intervensi dan
implementasi dilakukan pada Ny. K dilakukan untuk memonitor agar resiko tidak terjadi pada
pasien. Untuk intervensi dan implementasi resiko keracunan oksigen meliputi, meonitor kondisi
pasien saat terapi berlangsung dan dokumentasikan tanda dan gejala dari keracunan oksigen pada
sistem saraf pusat, meonitor pasien selama terapi oksigen hiperbarik dan dokumentasikan tanda
dan gejala keracunan oksigen paru, melaporkan pada petugas atau dokter jika terjadi tanda-tanda
keracunan, dan mengevaluasi hasil dari terapi yang dilakukan pasien. Sedangkan pada diagnosa
resiko barotrauma dilakukan intervensi dan implementasi yaitu, mengatur posisi yang nyaman
untuk klien, mengecek kembali barang-barang yang tak boleh dibawa masuk ke dalam chamber,
mengingatkan kembali untuk melaksanakan valsava manuver ketika tekanan chamber dinaikkan,
membantu memasangkan oksigen masker pada klien, dan memonitor kondisi pasien saat terapi
berlangsung, cek adanya tanda-tanda barotrauma.
Setelah mengikuti terapi HBO ke 11 hingga terakhir yaitu ke 21 kondisi luka pasien
mengalami perbaikan yaitu luka mulai mengering dan pasien merasa tubuh menjadi lebih bugar
sehingga dapat tidur dengan nyenyak di malam hari. Terapi oksigen hiperbarik efektif untuk
pasien ulkus diabetes mellitus dengan hasil perbaikan pada luka yang dialami pasien karena
terapi HBO meningkatkan suplai oksigen ke jaringan sehingga mempercepat proses regenerasi
jaringan.

4.2 Saran

Berdasarkan pengamatan selama praktek di Lakesla Drs. Med. Rijadi. S., Phys Surabaya,
saran yang dapat diberikan penulis untuk perbaikan pelayanan di Lakesla meliputi:
1. Bagi Lakesla Drs. Med. Rijadi. S., Phys Surabaya
a. Diharapkan dapat memulai terapi HBO tepat waktu sehingga pasien mendapatkan terapi
sesuai dengan jadwal dan tidak harus menunggu lama untuk sesi terapi.
b. Sebaiknya terdapat petugas kesehatan yang mengevaluasi hasil dari pre dan post terapi
HBO kepada pasien sehingga respon pasien sebelum dan sesudah terapi dapat diketahui.
2. Bagi Mahasiswa Praktek Profesi Universitas Airlangga
Diharapkan mahasiswa dapat meningkatkan wawasan seputar terapi oksigen hiperbarik
sebelum profesi di Lakesla sehingga memudahkan dalam praktik profesi di tempat tersebut
dan mendaptkan ilmu yang lebih banyak lagi.
DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association 2010, Diagnosis and Classification of Diabetes mellitus,


Diabetes Care, No.35, hal 564-571.

American Diabetes Association, 2012, Standard of Medical Care in Diabetes, Diabetes Care,
No.34, hal.511-561.

Amstrong, DG and Lavery, LA 2008, Diabetic Foot Ulser: Prevention, Diagnosis and
Classification, AMfam Physician.

Bhutani S, Vishwanath G. Hyperbaric oxygen and wound healing. Indian J Plast Surg.
2012;45:316-24.

Chidiac C, Bru JP, Choutet P, et al. Clinical practice guidelines: Management of diabetic foot
infections. Medicine et maladies infectieuses. 2007;37:14-25

Faglia E, Favales F, Aldeghi A, Calia P, Quarantiello A, Oriani G, et al. Adjunctive systemic


hyperbaric oxygen therapy in treatment of severe prevalently ischemic diabetic foot
ulcer. Diabetes Care. 1996;19:1338-43

Flood MS. Hyperbaric oxygen therapy for diabetic foot ulcers. The Journal of Lancaster General
Hospital 2007;2:140-5.

Hariana, P.K. 2010, Perawatan Ulser Diabetes, Skripsi, Universitas Airlangga, Surabaya.

Kruse, and Edelman, 2006, Evaluation and Tretment of Diabetic Foot Ulser:Clinical Diabetes,
Vol 24,No.2, Page 91-93.

Lakesla,2009,Ilmu Kesehatan Penyelamatan dan Hiperbarik, Surabaya:Lembaga Kesehatan dan


Kelautan TNI AL.

Mathieu D. Handbook on hyperbaric medicine. Netherlands: Springer; 2006.

Wibowo A. Oksigen hiperbarik: Terapi percepatan penyembuhan luka. Juke Unila. 2015;5:124-
8.

Anda mungkin juga menyukai