pengelolaan darah yang dilakukan PMI untuk mendapatkan darah yang betul-betul aman bagi
pengguna darah atau penerima darah. Bahkan, untuk menghindari tercemarnya darah dari HIV,
pemerintah mengeluarkan surat keputusan Menkes RI No.622/Menkes/SK/VII/1992 tentang
kewajiban pemeriksaan HIV pada darah yang disumbangkan donor.
Untuk menjaga keamanan darah terhadap resiko penularan infeksi dari donor kepada
pasien penerima darah, setiap kantong darah harus diuji saring terhadap infeksi, antara lain
terhadap Sifilis, Hepatitis B, Hepatitis C dan HIV. Uji saring Sifilis menggunakan reagensia
TPHA. Uji saring Hepatitis B ditujukan terhadap HBsAg, Hepatitis C terhadap anti-HCV dan
HIV terhadap anti-HIV. Metoda uji saring yang digunakan adalah ELISA dan Rapid Test.
1. ELISA
ELISA merupakan metode skrining yang paling kompleks dan tersedia dalam berbagai
bentuk. Bentuk pengujian yang paling sederhana dan yang paling umum digunakan
adalah dengan memanfaatkan antigen virus yang menangkap antibody spesifik yang
berada dalam sampel test. Metode ELISA ini menggunakan suatu sistem enzim.
Adapun bahan-bahan yang terdapat dalam pemeriksaan menggunakan metode ELISA
adalah :
- Pewarna
- Cairan wash (Pencuci)
- 1 kit (plate) terdapat 96 test, dimana harus memakai control sebanyak 5
- Ag / Ab
- Konjugat
- Substrat
- Larutan kontrolnya
Langkah pertama dalam metode ELISA adalah dengan mengisi plate dengan serum
50 mikro, setelah itu diberikan pewarna dengan perbandingan 1:1. Selanjutnya plate
tersebut diinkubasi selama 1 jam pada incubator didalam suhu 37 derajat celcius.
Kemudian, di cuci dengan larutan washnya dan ditambahkan enzim. Jika warna
didalam plate tersebut berwarna biru, berarti hasilnya positif namun, jika tidak
berwarna maka hasilnya negative.
2. Rapid Test
Rapid test merupakan suatu metode yang hampir sama dengan ELISA. Namun, terdapat
kekurangan dan kelebihan masing-masing dari test tersebut. Jika menggunakan rapid test
saat melakukan uji screening IMLTD (Infeksi Menular Lewat Transfusi Darah), maka
hasil yang didapatkan lebih cepat. Tetapi, jika dilihat dal validitasnya, ELISA memiliki
tingkat validitas yang lebih tinggi.
Pada pemeriksaan HIV, rapid test yang digunakan berupa anti HIV cassette. Dimana
langkah penggunaannya adalah :
- Temperatur cassette dengan serum/plasma harus disesuaikan terlebih dahulu dengan
suhu ruangan sebelum digunakan.
- Robek pembungkusnya, lalu ambil cassette
- Ambil 5mikro sampel lalu letakkan pada lubang yang terdapat di cassette tersebut.
- Teteskan 3 tetes buffer pada lubang buffer cassette.
- Hasil dapat dibaca dalam waktu 10-15 menit.
- Di dalam cassette terdapat garis control dan garis test. Jika terdapat dua garis yaitu
ada garis control dan garis test, maka hasilnya adalah positif. Tetapi, jika hanya ada
satu garis yaitu hanya garis control saja, maka interpretasinya adalah negative.