JUMP 7
DERMATITIS ATOPIK :
a. Definisi :
Dermatitis Atopik (DA) merupakan dermatitis yang bersifat kronik, residif, distribusi
simetris biasanya terjadi pada individu dengan riwayat gangguan alergi pada keluarga
atau gangguan alergi pada individu tersebut dikenal masyarakat sebagai eksim susu,
merupakan penyakit kulit tersering pada bayi dan anak. Dermatitis atopik adalah radang
kulit berulang yang disertai gatal pada bayi dan dan anak. Kelainan kulit berupa bintil-
bintil kemerahan, gatal, yang kemudian bila berlangsung lama (kronik), kulit menjadi
kering, bersisik, luka-luka atau menebal dan menjadi kehitaman.
b. Diagnosis :
Kriteria diagnostik DA pada mulanya didasarkan atas fenomena klinis yang menonjol,
yaitu gejala gatal. George Rajka menyatakan bahwa diagnosis DA tidak dapat dibuat
tanpa adanya riwayat gatal. Kemudian pada tahun 1980 Hanifin dan Rajka membuat
kriteria diagnostik DA yang masih sering digunakan hingga saat ini ( Kariosentono,
2006).
Kriteria Diagnostik DA menurut Hanifin dan Rajka, 1980 (cit. Kariosentono, 2006) :
A. Kriteria Mayor :
Pruritus ( gatal ).
Morfologi sesuai umur dan distribusi lesi yang khas.
Bersifat kronik eksaserbasi.
Ada riwayat atopi individu atau keluarga.
B. Kriteria Minor :
Hiperpigmentasi daerah periorbita
Tanda Dennie-Morgan
Keratokonus
Konjungtivitis rekuren
Katarak subkapsuler anterior
Cheilitis pada bibir
White dermatographisme
Pitiriasis Alba
Fissura pre aurikular
Dermatitis di lipatan leher anterior
Facial pallor
Hiperliniar palmaris
Keratosis palmaris
Papul perifokular hiperkeratosis
Xerotic
Iktiosis pada kaki
Eczema of the nipple
Gatal bila berkeringat
Awitan dini
Peningkatan Ig E serum
Reaktivitas kulit tipe cepat (tipe 2)
Kemudahan mendapat infeksi Stafilokokus dan Herpes Simpleks
Intoleransi makanan tertentu
Intoleransi beberapa jenis bulu binatang
Perjalanan penyakit dipengaruhi faktor lingkungan dan emosi
Tanda Hertoghe ( kerontokan pada alis bagian lateral).
Untuk membuat diagnosis DA berdasarkan kriteria menurut Hanifin dan
Rajka diatas dibutuhkan sedikitnya 3 kriteria mayor ditambah 3 atau lebih kriteria
minor.
c. Tatalaksana :
1) Mandi memakai sabun dengan pH netral dan yang mengandung pelembab; hindari
pembersih antibacterial.
2) Mandi air hangat 1-2 kali sehari dan tidak lebih dari 10 menit setiap kalinya.
3) Menghindari bahan iritan : bahan seperti sabun, detergen, bahan kimiawi karena
penderita DA mempunyai nilai ambang rendah dalam merespon berbagai iritan.
4) Mengeliminasi alergen yang telah terbukti : pemicu kekambuhan yang telah terbukti
misal makanan, debu rumah, bulu binatang dan sebagainya harus disingkirkan.
5) Mengurangi stress : stress pada penderita DA merupakan pemicu kekambuhan, bukan
sebagai penyebab.
6) Mengoleskan krim steroid diberikan sesuai resep dokter dan bila sudah sembuh kulit
harus dijaga kelembabannya dengan mengoleskan krim pelembab segera setelah
mandi.
d. Pencegahan :
1) Pakaian baru sebaiknya dicuci terlebih dahulu sebelum dipakai untuk membersihkan
formaldehid atau bahan kimia tambahan.
2) Mencuci pakaian dengan deterjen harus dibilas dengan baik.
3) Selesai berenang harus segera mandi untuk membilas sisa klorin.
4) Bayi dan anak jangan terlalu sering dimandikan, cukup dua kali sehari, jangan
menggosok terlalu kuat.
5) Jangan memakai pakian terlalu tebal, ketat, atau kotor, atau yang bersifat iritan (wol
atau sintetik); bahan katun kebih baik.
6) Pada bayi penting diperhatikan kebersihan daerah popok.
7) Hindari makanan yang dicurigai menyebabkan kekambuhan dan lakukan diet sesuai
petunjuk dokter.
i. Prognosis :
Tujuh puluh lima persen DA tipe infantil dan anak akan sembuh spontan pada
umur 10-14 tahun menurut Gigli dan Baer tahun 1979 (cit. Soedarmadi, 1986).
Sebagian akan berkesinambungan dengan kulit yang sensitif dan cenderung terjadi
DA akibat iritan primer yang mudah terkontrol menurut Emerson tahun 1979 (cit.
Soedarmadi, 1986).
Sumber : Munasir Z , Komala K. (2014). Pentingnya Perawatan Kulit pada Anak dengan
Dermatitis Atopik retrieved from http://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-
anak/pentingnya-perawatan-kulit-pada-anak-dengan-dermatitis-atopik. [ Diakses pada 1
November 2017 ]