Anda di halaman 1dari 8

Sebagian besar spesies Porifera hidup di laut dan hanya 159 spesies hidup

di air tawar, semuanya termasuk famili Spongillidae. Umumnya terdapat di perairan

jernih, dangkal dan menempel di substrat (Suwignyo, 2002).

Ukuran tubuh porifera sangat bervariasi, dari sebesar kacang polong sampai

setinggi 9 cm dan lebar 1 m. Bentuk tubuh sponge juga bermacam-macam, beberapa

simetri radial, tetapi kebanyakan berbentuk tidak beraturan dengan pola bervariasi

Gambar 1. Filum Porifera kelas Calcarea

Genus Leucosolenia adalah salah satu jenis sponge yang bentuknya sangat

sederhana, seperti kumpulan jambanagan kecil yang berhubungan satu sama lain
pada bagian pangkalnya, hidup dilaut menempel pada batu karang dibawah batas

air surut terendah.

Gambar 2. Struktur sponge yang sederhana, A. Koloni kecil


kulit Leucosolenia, B. Potongan tubuh, C. Schypa.

Di dalam setiap individu yang berbentuk seperti jambangan tersebut

terdapat rongga yang disebut spongocoel atau atrium. Pada permukaan tubuh

terdapat lubang-lubang atau pori-pori (asal nama porifra), yang merupakan lubang

air masuk ke spongocoel, untuk akhirnya keluar melalui osculum.

Pada dasarnya tubuh porifera terdiri atas tiga lapisan, yaitu :

a) Pinacocyte atau Pinacoderm, seperti epidermis berfungsi untuk melindungi

tubuh bagian dalam.

b) Mesohyl atau Mesoglea, terdiri dari zat semacam agar, mengandung bahan

tulang dan sel amebocyte. Mesohyl ini mempunyai banyak fungsi antara lain

untuk pengangkut dan cadangan makanan, membuang partikel sisa

metabolisme, membuat spikul, serat sponge dan membuat sel reproduktif.

c) Choanocyte, yang melapisi rongga atrium atau spongocoel. Bentuk choanocyte

agak lonjong, ujung yang satu melekat pada mesohyl dan ujung
yang lain berada di spongocoel serta dilengkapi sebuah flagelum yang dikelilingi

kelepak dari fibril.

Gambar 3. Tipe morfologi sponge, A. Asconoid, B. Syconoid,


C. Leuconoid, D. Sponge tipe Asconoid.

Berdasarkan sistem aliran air (bukan secara taksonomi), bentuk tubuh

porifera dibagi menjadi tiga tipe, yaitu :

1. Asconoid

Diantara ketiga bentuk tersebut diatas, asconoid merupakan bentuk yang

paling primitif, meneyerupai vas bunga atau jambangan kecil. Pori-pori atau lubang

merupakan saluran pada sel porocyte yang berbentuk tabung, memanjang dari

permukan tubuh sampai spongocoel. Air masuk membawa oksigen dan makanan

dan keluar membuang sampah. Tipe ini tidak ada yang besar karena getaran flagela

tidak mampu mendorong air dari spongocoel keluar melalui osculum.


2. Syconoid

Sponge memperlihatkan lipatan-lipatan dinding tubuh dalam tahap pertama

termasuk tipe syconoid, misalnya Scypha. Dinding tubuh melipat secara horisontal,

sehingga potongan melintangnya seperti jari-jari, hingga masih tetap simetri radial.

3. Leuconoid

Tingkat pelipatan dinding spongocoel paling tinggi terdapat pada leuconoid.

Flagellatedcanal melipat-lipat membentuk rongga kecil berflagella, disebut

flagellated chamber. Spongocoel menghilang dan digantikan oleh saluran- saluran

kecil menuju osculum (Suwignyo, 2002).

2.1 Fisiologi

Proses fisiologi yang terjadi pada porifera sangat tergantung pada aliran air.

Air masuk membawa oksigen dan makanan serta mengangkut sisa metabolisme

keluar melalui osculum. Makanannya terdiri dari pertikel yang sangat kecil; 80%

berukuran kurang dari 5 mikron dan 20% terdiri atas bakteri, dinoflagelata, dan

nanoplankton. Partikel makanan ditangkap oleh fibril kelepak pada choanocyte.

Partikel yang berukuran antara 5 sampai 50 mikron dimakan dan dibawa oleh

amebocyte. Pertukaran gas terjadi secara difusi antara air dan sel sepanjang aliran

air. Sistem saraf pada porifera belum ditemukan, segala reaksi yang terjadi bersifat

lokal dan bebas (Suwignyo, 2002).

2.1.4. Reproduksi dan Regenerasi

Porifera mempunyai kemampuan melakukan regenerasi yang tinggi. Bagian

tubuh sponge yang terpotong atu rusak, akan menglami regenerasi menjadi
utuh kembali. Kemampuan melakukan regenerasi ada batasnya, misalnya potongan

sponge leuconoid harus lebih besar dari 0,4 mm dan mempunyai beberapa sel

choanocyte supaya mampu melakukan regenerasi menjadi sponge baru yang kecil.

Porifera berkembang biak secara aseksual maupun seksual. Reproduksi

aseksual terjadi dengan cara pembentukan tunas (budding) atau pembentukan

sekelompok sel esensial, terutama amebocyte, kemudian dilepaskan. Beeberapa

jenis sponge laut mambentuk gemmule, yaitu tunas internal. Gemmule terbentuk

dari sekumpulan archeocyte berisi cadangan makanan dikelilingi amebocyte yang

membentuk lapisan luar yang keras. Di daerah tropis, gemmule terbentuk sepanjang

tahun terutam menjelang musim kemarau. Di daerah bermusim empat,

pembentukan gemmule terutama pada musim gugur untuk mempertahankan diri

menghadapi musim dingin, ketika tubuh sponge induk hancur. Bila musim semi

tiba, sel archeocyte mengalir keluar dari gemmule, membungkus sebagian

cangkang dan melakukan diferensiasi manjadi berbagai tipe yang diperlukan untuk

tumbuh menjadi sponge kecil.

Reproduksi seksual terjadi baik pada sponge yang hermaprodit maupun

diocious. Kebanyakan porifera adalah hermaprodit, namun sel telur dan sperma

diproduksi pada waktu yang berbeda. Sperma dan sel telur dihasilakan oleh

amebocyte, sumber lain mengatakan bahwa sperma juga dapat terbentuk dari

choanocyte. Sperma keluar dari tubuh induk melalui osculum bersama dengan

aliran air. Dalam spongocoel, sperma akan masuk ke choanocyte atau amebocyte.

Sel amebocyte berfungsi sebagai pembawa sperma menuju sel telur dalam
mesohyl. Kemudian amebocyte beserta sperma melebur dengan sel telur, terjadilah

pembuahan (Suwignyo, 2002).

2.1.5 Klasifikasi

Filum porifera terdiridari empat kelas, yaitu:

1. Kelas Calcarea atau Calcispongiae

Spikul kapur, monaxon, triaxon atau tetraxon; permukaan tubuh berbulu; warna

suram; tinggi kurang dari 15 cm. Kelas Calcareae terdiri dari 2 ordo, yaitu:

1) Ordo Homocoela, tipe asconoid, dinding tubuh tipis; contohnya

Leusosolenia dan Clathrina.

2) Ordo Heterocoela, tipe syconoid atau leuconoid, dinding tubuh tebal; contohnya

Scypha

2. Hexactinellida atau Hyalospongiae

Sponge kaca, spikul silikat, hexactinal, tipe syconoid; bentuk tubuh silindris, datar

atau bertangkai; tinggi 90 cm; di laut pada kedalaman 90 cm samapai 5.000 m.

1) Ordo Hexasterophora, spikul kecil hexactinal.

2) Ordo Amphidiscophora, spikul kecil dengan kait-kait pada kedua ujungnya.

3. Kelas Demospongiae

Spikul silikat, serat sponge atau keduanya atau tidak ada; bila ada spikulnya

monaxon atau tetraxon; tipe leuconoid.

a. Subkelas Tetractinellida, spikul tetraxon atau tidak ada, bentuk tubuh bulat atau

datar tanpa percabangan; diperairan dangkal.


1) Ordo Myxospongia atau Dendroceratisa, tidak mempunyai spikul; bentuk tubuh

sederhana, tanpa kerangka.

2) Ordo Carnosac atau Microsclerophora, spikl tetraxon, ukuran hampir sama.

3) Ordo Choristida, spikul tetraxon, dua macam ukuran besar dan kecil ada semua.

b. Subkelas Monaxonida, spikul monaxon; ada yang berserat; bentuk tubuh bervariasi;

ditepi pantai sampai kedalaman 45 m; melimpah dan umum.

1) Ordo Hadromerida atau Astromonaxonellida, spikul besar

terpisah.

2) Ordo Halichondrida, spikul besar dan mempunyai serat sponge

3) Ordo Poeciloclerida, spikul berukuran besar diikat oleh sponge seperti jala.

4) Ordo haplosclerida, spikul besar .

c. Subkelas Keratosa, terdiri dari Dictyoceratida. Rangka dari serat sponge yang

mengandung zat tanduk, tidak ada spikul; bentuk tubuh bulat, adakalanya besar

sekali, warna gelap terutama hitam.

4. Kelas Sclerospongiae

Sponge karang (Corraline sponge). Berbeda dari sponge kelas lainnya, spons karang

menghasilkan rangka CaCO3 yang terjalin dalam serat-serat sponge. Spikul silikat,

monaxon; jaringan yang hidup berupa lapisan tipis menyelubungi rangka kapur,

dapat mencapai diameter 1 m; banyak ditemukan di daerah terumbu karang

(Suwignyo, 2002)

Anda mungkin juga menyukai