Anda di halaman 1dari 14

DASAR MEKANIKA dan KALOR

PENGUKURAN

Disusun oleh :

1. PRINCES THESALONIKA (4171111040)


2. NUR ANNISA HUSNA (4172111013)
3. MITHA YUSRIANTI (4171111033)
4. YULIA DAHLAN (4171111060)
5. ARDINSAH (4171111010)
6. SRIMEGA SIHOTANG (4171111052)
7. ISNA ZUHAIRA (4171111027)
8. GEMBIRA J VALENTINO (4172111007)

PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2017
A. PENGUKURAN
Pengukuran adalah penentuan besaran,dimensi,atau kapasitas, biasanya terhadap suatu
standar atau satuan pengukuran. Pengukuran tidak hanya terbatas pada kuantitas fisik, tetapi
juga dapat diperluas untuk mengukukr hampir semua benda yang bisa dibayangkan, seperti
tingkat ketidakpastian, atau kepercayaan konsumen. Pengukuran ada beberapa macam alat
yaitu : mistar,spirometer,neraca tiga lengan.
1. MISTAR
Mistar atau penggaris yang sering kita kenal memiliki skala terkecil 1 mm mempunyai
ketelitian 0,5 mm. Ketelitian pengukuran menggunakan mistar/penggaris adalah setengah
nilai skala terkecilnya.
Dalam setiap pengukuran dengan menggunakan mistar, usahakan kedudukan
pengamat(mata) tegak lurus dengan skala yang akan diukur. Hal ini untuk menghindari
kesalahan penglihatan (paralaks). Paralaks yaitu kesalahan yang terjadi saat membaca skala
suatu alat ukur karena kedudukan mata pengamat tidak tepat.
1.1 Pengukuran tunggal menggunakan mistar
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya,ketelitian pengukuran mistar adalah
0,5 mm. Setiap pengukuran selalu disertai dengan ketidakpastian sehingga nilai
ini selalu ikut sertakan dalam hasil pengukuran. Oleh karena itu ketidakpastian
memiliki nilai dua angka dibelakang koma,yakni 0,05 cm maka hasil
pengukuran ditulis pula dalam dua angka dibelakang koma sehingga menjadi
2,10 cm. Panjang pengukuran dapat dituliskan menjadi:

l = x0 x

l=2,10 cm + 0,05 cm

Variabel x adalah nilai hasil pengukuran, x nilai ketidakpastian, x0 adalah panjang


hasil pengukuran, dan l adalah nilai panjang pengukuran. Hasil pengukuran tersebut dapat
diartikan bahwa panjang hasil pengukuran berada diantara 2,05 cm dan 2,15 cm.

1.2 Pengukuran berulang menggunakan mistar

Agar mendapatkan hasil pengukuran yang akurat, kita dapat melakukan pengukuran secara
berulang. Lantas bagaimana cara melaporkan hasil pengukuran berulang? Pada pengukuran
berulang kita akan mendapatkan hasil pengukuran sebanyak N kali. Berdasarkan analisis
statistik, nilai terbaik untuk menggantikan nilai benar x0adalah nilai ratarata dari data yang
diperoleh (x0). Sedangkan untuk nilai ketidakpastiannya (x ) dapat digantikan oleh nilai
simpangan baku nilai rata-rata sampel. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut.

Keterangan:
x0 : hasil pengukuran yang mendekati nilai benar
x : ketidakpastian pengukuran
N : banyaknya pengkuran yang dilakukan

Pada pengukuran tunggal nilai ketidakpastiannya (x ) disebut ketidakpastian mutlak. Makin


kecil ketidakpastian mutlak yang dicapai pada pengukuran tunggal, maka hasil
pengukurannya pun makin mendekati kebenaran. Nilai ketidakpastian tersebut juga
menentukan banyaknya angka yang boleh disertakan pada laporan hasil pengukuran.
Bagaimana cara menentukan banyaknya angka pada pengukuran berulang?

Cara menentukan banyaknya angka yang boleh disertakan pada pengukuran berulang adalah
dengan mencari ketidakpastian relatif pengukuran berulang tersebut. Ketidakpastian relatif
dapat ditentukan dengan membagi ketidakpastian pengukuran dengan nilai rata-rata
pengukuran. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut.

ketidak pastian relatif =

Setelah mengetahui ketidakpastian relatifnya, kita dapat menggunakan aturan yang telah
disepakati para ilmuwan untuk mencari banyaknya angka yang boleh disertakan dalam
laporan hasil pengukuran berulang. Aturan banyaknya angka yang dapat dilaporkan dalam
pengukuran berulang adalah sebagai berikut.

ketidakpastian relatif 10% berhak atas dua angka


ketidakpastian relatif 1% berhak atas tiga angka
ketidakpastian relatif 0,1% berhak atas empat angka

2. SPIROMETER
Spirometri adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur aliran udara kedalam dan keluar
dari paru (Blonshine, 2000) .

Seseorang yang bernapas melalui mouthpiece spirometri perlu ditutup hidungnya.


Responden yang meniup diinstruksi mengenai cara bernapas sewaktu prosedur. Tiga
maneuver pernapasan dicoba dahulu sebelum menentukan data prosedur dan data yang
tertinggi dari tiga kali percobaan diambil untuk mengevaluasi pernapasan. Prosedur ini
mengukur aliran udara melalui prinsip-prinsip perpindahan elekronik atau mekanik dan
menggunakan mikropresessor dan perekam untuk menghitung serta memplot aliran udara
(Blonshine, 2000).

Tes ini menghasilkan rekaman ventilasi responden dalam kondisi yang melibatkan usaha
normal dan maksimal. Rekaman yang diperoleh disebut spirogram yang akan menunjukkan
volume udara serta tingkat aliran udara yang memasuki dan keluar dari paru. Spirometri dapat
menghitung beberapa kapasitas paru. Akurasi pengukuran tergantung pada betapa benar
responden melakukan maneuver ini. Tetapi biasanya akurasinya sekitar 0,05 liter

Pengukuran yang paling umum diukur melalui spirometri adalah :

1. Vital Capacity (VC)


Vital Capacity adalah jumlah udara (dalam liter) yang keluar dari paru sewaktu pernapasan
yang normal. Responden diinstruksi untuk menginhalasi dan mengekspirasi secara normal
untuk mendapat ekspirasi yang maksimal. Nilai normal biasanya 80% dari jumlah total paru.
Akibat dari elastisitas paru dan keadaan toraks, jumlah udara yang kecil akan tersisa didalam
paru selepas ekspirasi maksimal. Volume inidisebut residual volume (RV) (Guyton, 2006).

1. Forced vital capacity (FVC)

Setelah mengekspirasi secara maksimal, responden disuruh menginspirasi dengan usaha


maksimal dan mengekspirasi secara kuat dan cepat. FVC adalah volume udara yang
diekspirasi kedalam spirometri dengan usaha inhalasi yang maksimum (Ganong, 2005).

1. Forced expiratory volume (FEV)

Pada awalnya maneuver FVC diukur dengan volume udara keluar ke dalam spirometri dengan
interval 0.5, 1.0, 2.0, dan 3.0 detik. Jumlah dari semua nilai itu memberikan ukuran sebanyak
97% dari FVC. Secara umum, FEV-1 digunakan lebih banyak yaitu volume udara yang
diekspirasi kedalam spirometri pada 1 detik. Nilai normalnya adalah 70% dari FVC ( Ganong,
2005) .

1. Maximal voluntary ventilation (MVV)

Responden akan bernapas sedalam dan secepat mungkin selama 15 detik. Rerata volume
udara (dalam liter) menunjukkan kekuatan otot respiratori. (Guyton, 2006)

Semua nilai normal pengukuran yang dilakukan melalui spirometri sangat tergantung pada
umur, kelamin, berat badan, tinggi dan ras (Braunwald, 2001).

Tujuan Spirometri

Spirometri dapat membantuk untuk mendeteksi berbagai penyakit yang menggangu fungsi
paru. Antaranya adalah asma, chronic obstructive pulmonary disease (COPD), emfisema, dan
kelainan kronik paru yang lain. Jika nilai spirometri menunjukkan nilai dibawah batas normal,
maka dapat dipastikan adanya kelainan fungsional paru. Prosedur spirometri dapat dilakukan
dengan cepat tanpa menyebabkan nyeri (Blonshine, 2000).

Indikasi Spirometri

Ada beberapa indikasi-indikasi dari pemeriksaan spirometri seperti:

Diagnostik
o Untuk mengevaluasi gejala dan tanda
o Untuk mengukur efek penyakit pada fungsi paru
o Untuk menilai resiko pra-operasi
o Untuk menilai prognosis
o Untuk menilai status kesehatan sebelum memulai aktivitas fisik berat program
Monitoring
o Untuk menilai intervensi terapeutik
o Untuk menggambarkan perjalanan peyakit yang mempengaruhi fungsi paru-
paru
o Untuk memantau efek samping obat dengan toksisitas paru diketahui
o Untuk memantau orang terkena agen merugikan
Penurunan Nilai Evaluasi
o Untuk menilai pasien sebagai bagian dari program rehabilitasi
o Untuk menilai resiko seb agai bagian dari evaluasi asuransi

Kontraindikasi Spirometri

Spirometri dikontraindikasi pada responden yang :

1. Hemoptisis
2. Pneumotoraks
3. Sakit jantung
4. Angina Pektoris
5. Aneurisme pada toraks, abdominal, cranial
6. Kondisi trombotik
7. Pembedahan toraks atau abdominal
8. Nausea dan muntah (Blonshine, 2000)

MANUVER SPIROMETRI
Hasil spirometri berupa spirogram yaitu kurva volume paru terhadap waktu akibat manuver
yang dilakukan subjek. Usaha subjek diobservasi di layar monitor untuk meyakinkan bahwa
usaha yang dilakukan subjek benar dan maksimal.

HASIL SPIROMETRI

Minimal terdapat 3 hasil acceptable

Inspirasi penuh sebelum pemeriksaan dimulai


Memenuhi syarat awal ekspirasi yaitu dengan usaha maksimal dan tidak ragu-ragu
Tidak batuk atau glottis menutup selama detik pertama
Memenuhi lama pemeriksaan yaitu minimal 6 detik atau sampai 15 detik pada
subjek dengan kelainan obstruksi
Tidak terjadi kebocoran
Tidak terjadi obstruksi pada mouthpiece

Hasil yang reproducible

Nilai KVP dan VEP1, diambil dua nilai terbesar dengan perbedaan diantaranya
kurang dari 5% atau 0,1 liter
Jika tidak memenuhi kriteria ulangi pemeriksaan
Jika tidak didapat setelah 8 kali pemeriksaan maka pemeriksaan dihentikan dan
interpretasi hasil yang didapat dengan menggunakan 3 hasil terbaik yang
acceptable

Seleksi nilai untuk interpretasi

Pilih hasil yang acceptable dan reproducible


Pilih nilai KVP dan VEP1 yang terbesar tanpa memperhatikan pemeriksaan yang
digunakan
Untuk indeks rerata kecepatan aliran menggunakan nilai pemeriksaan dengan nilai
terbesar kombinasi KVP dan VEP1
3. NERACA TIGA LENGAN
Neraca ini berguna untuk mengukur massa benda atau logam dalam praktek laboratorium.
Kapasitas beban yang ditimbang dengan menggunakan neraca ini adalah 310 gram. Batas ketelitian
neraca Ohauss yaitu 0,1 gram.

Prinsip kerja neraca

adalah sekedar membanding massa benda yang akan dikur dengan anak timbangan. Anak
timbangan neraca Ohaus berada pada neraca itu sendiri. Kemampuan pengukuran neraca ini
dapat diubah dengan menggeser posisi anak timbangan sepanjang lengan. Anak timbangan
dapat digeser menjauh atau mendekati poros neraca . Massa benda dapat diketahui dari
penjumlahan masing-masing posisi anak timbangan sepanjang lengan setelah neraca dalam
keadaan setimbang. Ada juga yang mengatakan prinsip kerja massa seperti prinsip kerja tuas.

Skala dalam Neraca Ohaus

Ketelitian neraca merupakan skala terkecil yang terdapat dalam neraca yang digunakan disaat
pengukuran. Pada neraca Ohauss dengan tiga lengan dan batas pengukuran 310 gram
mempunyai ketelitian 0,01 gram. Hal ini erat kaitannya ketika hendak menentukan besarnya
ketidakpastian dalam pengukuran. Berdasarkan referensi bahwa ketidakpastian adalah dari
ketelitian alat. Secara matematis dapat ditulis:
Ketidakpastian = x skala terkecil
Misalnya untuk neraca dengan tiga lengan dan batas ukur 310 gram mempunyai skala terkecil
0,1 gram, sehingga diperoleh ketidakpaastian 0,1

2. Neraca Ohaus tiga lengan

Adalah nilai skalanya dari yang besar sampai ketelitian 0.01 g yang di geser.
Neraca ini memiliki tiga lengan, yakni sebagai berikut:

Lengan depan memiliki anting logam yang dapat digeser dengan skala 0, 1, 2, 3, 4,..,
10gr. Di mana masing-masing terdiri 10 skala tiap skala 1 gr.jadi skala terkecil 0,1 gram

Lengan tengah, dengan anting lengan dapat digeser, tiap skala 100 gr, dengan skala dari
0,100, 200, , 500gr.

Lengan belakang, anting lengan dapat digeser dengan tiap skala 10 gram, dari skala 0, 10, 20,
, 100 gr.

Bagian-bagian Neraca Ohauss:

Tempat beban yang digunakan untuk menempatkan benda yang akan diukur.
Tombol kalibrasi yang digunakan untuk mengkalibrasi neraca ketika neraca tidak
dapat digunakan untuk mengukur.
Lengan neraca untuk neraca 3 lengan berarti terdapat tiga lengan dan untuk neraca
ohauss 4 lengan terdapat empat lengan.
Pemberat (anting) yang diletakkan pada masing-masing lengan yang dapat digeser-
geser dan sebagai penunjuk hasil pengukuran.
Titik 0 atau garis kesetimbangan, yang digunakan untuk menentukan titik
kesetimbangan.
Kalibrasi

Kalibrasi merupakan proses verifikasi bahwa suatu akurasi alat ukur sesuai dengan
rancangannya. Kalibrasi biasa dilakukan dengan membandingkan suatu standar yang
terhubung dengan standar nasional maupun internasional dan bahan-bahan acuan
tersertifikasi.
Sistem manajemen kualitas memerlukan sistem pengukuran yang efektif, termasuk di
dalamnya kalibrasi formal, periodik dan terdokumentasi, untuk semua perangkat pengukuran.
ISO 9000 dan ISO 17025 memerlukan sistem kalibrasi yang efektif.

Cara pengukuran massa benda dengan neraca Ohaus

Dalam mengukur massa benda dengan neraca Ohaus dua lengan atau tiga lengan sama. Ada
beberapa langkah di dalam melakukan pengukuran dengan menggunakan neraca ohaus, antara
lain:

Melakukan kalibrasi terhadap neraca yang akan digunakan untuk menimbang, dengan
cara memutar sekrup yang berada disamping atas piringan neraca ke kiri atau ke kanan
posisi dua garis pada neraca sejajar;
Meletakkan benda yang akan diukur massanya;
Menggeser skalanya dimulai dari yang skala besar baru gunakan skala yang kecil. Jika
panahnya sudah berada di titik setimbang 0; dan
Jika dua garis sejajar sudah seimbang maka baru memulai membaca hasil
pengukurannya.

Cara membaca hasil pengukuran pada neraca ohaus

Pembacaan dan penulisan hasil pengukuran dari neraca Ohaus.

Untuk membaca hasil pengukuran menggunakan Neraca dapat dilakukan dengan langkah
sebagai berikut :

Bacalah Skala yang ditunjukkan oleh anting (pemberat) pada masing-masing lengan
neraca.
Hasil pengukuran dinyatakan dengan persamaan :

Hasil Pengukuran (xo) = Penjumlahan dari masing-masing Lengan

Misalnya pada neraca Ohauss III lengan berarti hasilnya= LenganI + Lengan II +Lengan III.

Seperti halnya pada alat ukur panjang, hasil pengukuran menggunakan neraca dapat anda
laporkan sebagai :

Massa M = xo ketidakpastian
4. MIKROMETER SKRUP
4.1 Pengukuran tunggal menggunakan mikrometer skrup

4.2
Gambar mikrometer ulir
Pada Gambar mikrometer ulir diatas terlihat nilai skala utama yang terbaca dari hasil
pengukuran panjang dari benda adalah 5 mm. Nilai skala utama yang terbaca tersebut
diperoleh dari nilai yang berhimpit dengan selubung bagian luar. Skala nonius yang berhimpit
dengan sumbu utama pada skala utama menunjukkan nilai nonius yang terbaca, yakni bagian
skala ke-45.

Oleh karena nilai terkecil yang dimiliki mikrometer ulir pada skala nonius adalah 0,01 mm,
nilai yang terbaca pada skala nonius menjadi 0,45 mm dan panjang benda menjadi 5 mm +
0,45 mm = 5,45 mm. Nilai ketelitian yang dimiliki mikrometer ulir (sekrup) adalah 0,005
mm, yakni setengah dari skala terkecil yang dimiliki skala nonius pada mikrometer ulir. Nilai
ketelitian mikrometer ulir memiliki tiga nilai di belakang koma sehingga nilai pengukurannya
harus ditulis 5,450 mm dan panjang pengukuran adalah

l = (5,450 mm + 0,005 mm)

dan secara matematis, dapat ditulis

5,345 mm < lo < 5,455 mm

Masih banyak lagi cara yang dapat digunakan untuk menghitung pengukuran tunggal.
tergantung dari alat yang di gunakan.

4.3 Pengukuran berulang menggunakan mikrometer skrup

Hasil pengukuran panjang suatu benda dapat berbeda-beda jika dilakukan berulang-ulang.
Laporan hasil pengukurannya berupa rata-rata nilai hasil pengukuran dengan ketidakpastian
yang sama dengan simpangan bakunya. Sebagai contoh, hasil pengukuran panjang sebuah
benda sebanyak n kali adalah X1, X2, X3, Xn.

Ketidakpastian berulang sering dinyatakan dalam persen atau disebut ketidakpastian relatif.
Secara matematis dituliskan sebagai berikut :

Ketidakpastian relatif = x 100%

Dalam melaporkan hasil pengukuran juga harus menggunakan aturan-aturan angka penting
dan aturan pembulatan. Angka penting merupakan bilangan yang diperoleh dari hasil
pengukuran yang terdiri dari angka pasti dan angka taksiran. Adapun ketentuan-ketentuan
angka penting adalah sebagai berikut :
1. Angka yang bukan nol adalah angka penting. Misalnya 14569 = 5 angka penting.
2. Angka nol disebelah kanan tanda desimal dan tidak diapit bukan angka nol. Misalnya
25,00= 2 angka penting, 2500 = 4 angka penting (mengapa? Sebab tidak ada tanda
desimalnya.)
3. Angka nol yang terletak disebelah kiri angka bukan nol atau setelah tanda desimal
bukan angka penting. Misalnya 0,00556 = 3 angka penting, 0,035005= 5 angka
penting (karena angka nol diapit oleh angka bukan nol), 0,00006500 = 4 angka
penting.
4. Angka nol yang berada di antara angka bukan nol termasuk angka penting. Misal :
0,005006 = 4 angka penting
5. Dalam penjumlahan dan pengurangan angka penting, hasil dinyatakan memiliki 1
angka perkiraan dan 1 angka yang meragukan.

FUNGSI MIKROMETER SKRUP

Fungsi Mikrometer Sekrup: untuk mengukur panjang suatu benda dan mengukur tebal
sebuah benda serta mengukur diameter luar sebuah benda dengan tingkat ketelitian mencapai
0.01mm.
Caranya:
1. Untuk melakukan pengukuran menggunakan mikrometer sekrup, salah satu hal yang harus
diperhatikan ialah cara memegang mikrometer sekrup serta memegang alat yang ingin di
ukur agar hasil pengukurannya tepat dan benar. Ambillah mikrometer sekrup kemudian
peganglah mikrometer sekrup dengan menggunakan tangan kanan Anda lalu usahakan
supaya tidak menutupi skala pada posisi pengukuran agar hasil pengukuran dapat terlihat
jelas. Kemudian tahan bingkai mikrometer sekrup menggunakan telapak tangan serta jari
kelingking tangan kanan lalu gunakan jari tengah untuk menahan bingkai pada bagian
bawah selubung pengukur, untuk telunjuk dan juga Ibu jari gunakan untuk memutar
selubung pengukur dan juga gigi geser. Kalau tangan kanan kita digunakan untuk
memegang mikrometer sekrupnya, tangan kiri kita gunakan untuk memegang atau
menggenggam benda yang yang ingin diukur.
2. Setelah mengetahui dengan benar cara memegang mikrometer sekrup tersebut selanjutnya
ialah perhatikan penggunaannya, Pada saat melakukan putaran pada selubung, perhatikan
lah pada pengukur kunci, pastikan pengukuran kunci dalam keadaan terbuka. kemudian
telunjuk dan Ibu jari tangan kanan memutar selubung pengukur yaitu dengan cara memutar
gigi geser. Pada saat melakukan pemutaran lakukan secara perlahan dan harus dihentikan
putarannya pada saat terdengar suara klik. Hal tersebut perlu diperhatikan agar
mikrometer sekrup tidak terjadi kerusakan.

Bagian-Bagian Mikrometer Sekrup

1. Frame (bingkai)
Frame ini menyerupai bentuk huruf C atau U. frame ini terbuat dari bahan logam tahan panas
dengan desain yang cukup tebal dan kuat bertujuan untuk meminimalisir terjadinya pemuaian
panjang yang bisa mengganggu proses pengukuran.
Selain itu, frame ini juga dilapisi dengan lapisan plastik guna menghindari terjadinya transfer
panas dari tangan pengukur terhadap logam saat pengukuran
2. Anvil (poros tetap)
Poros tetap berfungsi sebagai penahan saat sebuah benda akan diukur.
3. Spindle (poros gerak)
Poros gerak merupakan sebuah silinder logam yang dapat digerakkan maju-mundur, menjau
atau mendekati poros tetap.
4. Lock Nut (pengunci)
Pengunci berfungsi untuk menahan poros gerak agar tidak bergerak saat proses pengukuran
suatu benda.
5. Sleeve
Merupakan batang logam tempat terletaknya skala utama (dalam satuan mm)
6. Thimble
Merupakan batang logam yang dapat diputar, berukuran lebih besar dari sleeve dan
merupakan tempat terletaknya skala nonius atau skala putar (dalam satuan mm)
7. Ratchet
Berfungsi untuk mengencangkan poros gerak jika sudah menyentuh benda dengan cara
diputar searah jarum jam sampai terdengar suatu bunyi ketukan logam (tik). Untuk memastika
ujung poros gerak telah menempel sempurna dengan benda maka ratchet dapat diputar
sebanyak 2-3 putaran.

5. JANGKA SORONG

5.1 Pengukuran tunggal menggunakan jangka sorong

5.2
Gambar Jangka Sorong

Anda telah mempelajari pengukuran tunggal menggunakan mistar. Sekarang, Anda akan
belajar bagaimana melakukan pengukuran tunggal menggunakan jangka sorong.

Perhatikan Gambar Jangka Sorong ditas. Hasil pengukuran panjang sebuah logam yang
terbaca pada skala utama, yakni berada di antara 2,3 cm dan 2,4 cm. Nilai ini didapat dari
pembacaan posisi nilai nol pada skala nonius yang berada di antara nilai 2,3 cm dan 2,4 cm
pada skala utama. Perhatikan skala nonius pada Gambar Jangka Sorong ditas. Skala atau garis
ke-12 pada skala nonius berhimpit dengan skala atau garis pada skala utama, yakni pada nilai
4,7 cm. Oleh karena nilai terkecil dari skala nonius adalah 0,05 mm atau 0,005 cm, penulisan
panjang logam menjadi 2,3 cm + (12 0,005 cm) = 2,36 cm.

Seperti yang Anda ketahui bahwa setiap alat ukur memiliki nilai tingkat ketelitian atau
ketidakpastian. Nilai ketelitian yang dimiliki oleh jangka sorong adalah setengah dari nilai
skala terkecil, yakni 0,025 mm atau 0,0025 cm. Seperti halnya pengukuran tunggal
menggunakan mistar, nilai di belakang koma pada nilai ketelitian harus sama dengan nilai di
belakang koma pada nilai hasil pengukuran. Oleh karena itu, panjang logam dapat ditulis
kembali menjadi 2,3600 cm. Panjang hasil pengukuran secara matematis dapat ditulis:
FUNGSI JANGKA SORONG

Fungsi Jangka Sorong: untuk mengukur suatu panjang benda, mengukur diameter benda, kedalaman
benda dan mengukur ketebalan suatu benda dengan tingkat keakuratan dan ketelitian mencapai
seperseratus milimeter sehingga jika kalian ingin mengukur nilai Panjang, Diameter, Ketebalan dan
Kedalaman Benda seperti Pipa, Cincin dan Benda yang bisa diukur oleh Alat Ukur Jangka Sorong
dengan tingkat ketelitian mencapai 0.1 maka kalian bisa menggunakan Alat Ukur Jangka Sorong
untuk mengukurnya.

Caranya:
Tentukan angka yang ditunjukkan skala utama yang tepat terbaca sebelum angka nol
skala nonius pada jangka sorong.
Tentukan angka dari skala nonius yang berimpit/segaris dengan skala utama,
kemudian kalikan dengan angka ketelitian alatnya.
Jumlahkan angka yang diperoleh dari skala utama dan skala nonius.

1. Rahang Dalam
Rahang dalam terdiri atas 2 rahang, yaitu rahang geser dan rahang tetap. Rahang dalam
berfungsi untuk mengukur diameter luar atau ketebalan suatu benda.

2. Rahang Luar
Rahang luar terdiri atas 2 rahang, yaitu rahang geser dan rahang tetap. Rahang luar berfungsi
untuk mengukur diameter dalam suatu benda
3. Depth probe atau pengukur kedalaman
Bagian ini berfungsi untuk mengukur kedalaman suatu benda
4. Skala utama (dalam cm)
Skala utama dalam bentuk satuan cm memiliki fungsi untuk menyatakan hasil pengukuran
utama dalam bentuk centimeter (cm).
5. Skala utama (dalam inchi)
Skala utama dalam bentuk satuan cm memiliki fungsi untuk menyatakan hasil pengukuran
utama dalam bentuk inchi.
6. Skala nonius (dalam mm)
Skala nonius dalam bentuk satuan mm memiliki fungsi sebagai skala pengukuran fraksi dalam
bentuk milimeter (mm).
7. Skala nonius (dalam inchi)
Skala nonius dalam bentuk satuan inchi memiliki fungsi sebagai skala pengukuran fraksi
dalam bentuk inchi.
8. Pengunci
Mempunyai fungsi untuk menahan bagian-bagian yang bergerak saat berlangsungnya proses
pengukuran misal rahang dan Depth probe.
DAFTAR PUSTAKA

Abu, Hamid. (2011). Pembelajaran Fisika di Sekolah. Yogyakarta: UNY.

Azwar, S.1997. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya.Edisi Kedua.Penerbit Pustaka


Pelajar.Yogyakarta.

Blonshine.2000. Spirometry: Asthma and COPD Guidelines Creating Opportunities for RTs.
AARC Times.43-47.

Anda mungkin juga menyukai