Anda di halaman 1dari 29

Tekanan Osmotik

PENGARUH TEKANAN OSMOTIK TERHADAP MEMBRAN ERITROSIT

BAB I
TUJUAN PRAKTIKUM

A. Tujuan kegiatan :
1. Mengetahui kecepatan hemolisis dan krenasi eritrosit pada berbagai konsentrasi larutan.
2. Mengetahui persentase hemolisis eritrosit pada berbagai konsentrasi larutan
B. Kompetensi khusus :
1. Mahasiswa dapat melakukan cara penentuab kecepatan hemolisis dan krenasi eritrosit
pada berbagai konsentrasi larutan
2. Mahasiswa dapat menerangkan faktor-faktor yang mempengaruhi persentase hemolysis
eritrosit pada berbagai konsentrasi larutan

BAB II
LANDASAN TEORI

Larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat. Larutan
yang mempunyai tekanan osmotik yang sama yaitu larutan isotonik. Larutan yang
mempunyai tekanan osmotik lebih besar dari pada larutan lain disebut larutan hipertonik,
sedangkan larutan yang mempunyai tekanan osmotik lebih rendah dari pada larutan lain
disebut larutan hipotonik. Membran sel hidup merupakan selaput semipermiabel. Bila sel
ditempatkan dalam larutan yang tekanan osmotiknya lebih tinggi (hipertonik), air dalam sel
akan keluar sehingga sel berkeriput dan proses ini disebut plasmolisis. Sebaliknya apabila sel
ditempatkan dalam larutan yang tekanan osmotiknya lebih rendah (hipotonik), air dari luar
akan masuk ke dalam sel dan menyebabkan sel membengkan dan proses ini disebut
plasmotipse (Sumardjo, 2009).
Tonisitas merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menjelaskan pengaruh
larutan terhadap bentuk sel menurut hukum osmosis. Larutan disebut isotonik terhadap
cairan sitoplasma sel jika memiliki konsentrasi yang sama dengan konsentrasi partikel yang
tidak dapat berdifusi. Air tidak akan berosmosis ke dalam atau ke luar sel. Larutan disebut
hipotonik terhadap sel jika larutan lebih encer dibandingkan isi sel. Gerakan air ke dalam sel
dapat menyebabkan sel membengkak hingga akhirnya pecah. Larutan disebut hipertonik
terhadap sel jika larutan tersebut lebih kental dibandingkan dengan isi sel. Pergerakan air
keluar sel menyebabkan sel berkerut atau biasa disebut dengan krenasi (Sloane, 2004).
Darah merupakan medium transport dalam tubuh. Darah tersusun atas dua
komponen, yaitu plasma darah dan sel darah. Plasma darah merupakan bagian yang cair
dan terdiri atas air, elektrolit dan protein darah. Sel darah terdiri dari eritrosit, leukosit dan
trombosit. Sel darah merah (erotrosit) merupakan cairan bikonkaf dengan diameter sekitar
7 mikron. Eritrosit dapat mengalami lisis. Proses penghancuran eritrosit terjadi karena
proeses patologis atau penambahan larutan yang tidak sesuai dengan konsentrasi dan
tekanan osmotik darah (hemolisis). Hemolisis yang terjadi pada eritrosit akan
mengakibatkan terurainya komponen hemoglobin menjadi dua, yaitu komponen protein
dan heme. Komponen protein yaitu globin yang akan dikembalikan ke pool protein dan
dapat digunakan kembali. Komponen heme akan dipecah menjadi dua, yaitu besi yang
masih bisa digunakan dan bilirubin yang kan diekskresikan (Handayani dan Haribowo, 2008).
Cairan tubuh hakekatnya merupakan pelarut zat-zat yang terdapat dalam tubuh,
dengan demikian mengandung berbagai macam zat yang diperlukan oleh sel dan sisa-sisa
metabolism yang dibuahi oleh sel. Selain itu, cairan tubuh juga pemberi suasana pada sel,
sebagai contoh kehangatan (suhu), dan keasaman (pH) yang dipengaruhi oleh faktor-faktor
fisik maupun kimiawi dari dalam dan luar tubuh.
Zat-zat yang diperlukan sel antara lain:
1. Oksigen untuk pembakaran dan menghasilkan energi ensimatis
2. Makanan dalam bntuk sari-sari makanan untuk membentuk energi, dinding sel dan sintesa
protein
3. Vitamin
4. Mineral sibagai katalisator proses ensimatis
5. Air untuk pelarut dan media proses kimiawi dalam sel

Zat-zat yang dihasilkan oleh sel antara lain:


1. Karbondioksida dari pembakaran
2. Protein dari sintesis di ribosoma
Faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi cairan interseluler antara lain:
1. Suhu
2. Derajat keasaman (pH)
3. Kekentalan (viskositas) cairan
Sel darah merah dibatasi oleh membran plasma yang bersifat semipermeable dan
berfungsi untuk mencegah agar koloid yang dikandungnya tetap di dalam. Tekanan osmosis
di luar sel darah merah haruslah sama dengan tekanan di dalam sel darah merah agar
terdapat keseimbangan. Apabila sel darah merah dimasukkan ke dalam larutan hipertonis
maka air dalam sel darah merah akan mengalir ke luar yang akan berakibat bentuk sel darah
merah menjadi berkerut seperti berduri (sel burr), peristiwa ini disebut krenasi Sebaliknya,
apabila sel darah merah dimasukkan dalam larutan hipotonis, maka air akan masuk ke
dalam sel darah merah sehingga sel darah merah menggembung sampai dapat pecah.
Peristiwa tersebut dinamakan hemolisis yang ditandai dengan merahnya larutan oleh karena
keluarnya hemoglobin (Subowo, 2002).
Membran plasma pada sel darah merah dapat mengalami kerusakan, sehingga
tidak dapat melakukan fungsi yang diembannya. Jenis kerusakan dapat beraneka ragam,
dapat karena tusukan, robek, putus, terkena senyawa kimia, dan sebagainya. Membran
plasma berfungsi untuk menyelubungi sebuah sel dan membatasi keberadaan sebuah sel,
juga memelihara perbedaan-perbedaan pokok antara isi sel dengan lingkungannya serta
sebagai filter untuk memilih dan memilah-milah bahan-bahan yang melintasinya dengan
tetap memelihara perbedaan kadar ion di luar dan di dalam sel (Subowo, 2002).

Plasmolisis
Transportasi materi sel adalah suatu proses yang secara riil bisa menunjukkan
bahwa sel sebagai unit terkecil kehidupan ternyata terjadi sirkulasi keluar masuk suatu zat,
artinya suatu zat /materi bisa keluar dari sel, dan bisa masuk melalui membrannya. Adanya
sirkulasi ini bisa menjelaskan bahwa sel tidak diam, ternyata sungguh dinamis dengan
lingkungannya, jika memerlukan materi dari luar maka ia harus ambil materi itu dengan
segala cara, yaitu mengatur tekanan agar terjadi perbedaan tekanan sehingga materi dari
luar itu bisa masuk. Dilingkungan kondisi sel tidak selalu berada pada keadaan yang normal
yang dengan mudah ia mengaturnya ia bisa mencapai homeostatis/seimbang. Terkadang sel
juga bisa berada di lingkungan yang ekstrem menyebabkan semua isi sel dapaksakan keluar
karena diluar tekanan lebih besar, jika terjadi demikian maka terjadilah lisis/plasmolisis yang
membawa sel itu mati. Misal kulit kita berada di deterjen sabun cuci yang pekat ketika dulu
belum ada mesin cuci mengucek ucek baju, maka tangan jadi kulitnya mengkerut terlihat
kelupasan sel yang mati. Plasmolisis adalah contoh kasus transportasi sel secara osmosis
dimana terjadi perpindahan larutan dari kepekatan yang rendah ke larutan yang pekat
melalui membran semi permeable, yang akan dibahas drngan contoh pada darah.

Osmosis
Osmosis memainkan peranan yang sangat penting pada tubuh makhluk hidup,
misalnya, pada membrane sel darah merah. Jika kamu meletakan sel darah merah dalam
suatu larutan hipertonik (lebih pekat), air yang terdapat dalam sel darah akan ditarik keluar
dari sel sehingga sel mengerut dan rusak. Peristiwa ini disebut krenasi. Sebaliknya, jika kamu
meletakan sel darah merah dalam suatu larutan yang bersifat hipotonik (lebih encer), air
dari larutan tersebut akan ditarik masuk kedalam sel darah sehingga sel mengembang dan
pecah.Proses ini disebut hemolisis. Orang yang mengonsumsi terlalu banyak makanan
berkadar garam tinggi, jaringan sel dan jaringan antar selnya akan mengandung banyak air.
Hal ini dapat menyebabkan terjadinya pembengkakan tubuh yang disebut OEDEMA.

Pemahaman mengenai proses osmosis ini sangat diperlukan dalam bidang


kedokteran. Misalnya, dalam pemberian nutrisi bagi pasien melalui infus. Pada infus, larutan
nutrisi dimasukan langsung kedalam pembuluh darah. Larutan ini harus memilik tekanan
osmotik yang sama dengan tekanan osmotik darah agar sel darah tidak mengalami krenasi
atau hemolisis karena sangat membahayakan jiwa pasien. Tekanan osmotik darah pada
suhu 25 C adalah 7,7 atm oleh karena itu, jika pasien akan diberi larutan glukosa melalui
infus,konsentrasi glukosa yang digunakan harus memiliki persen masa 5,3%. Osmosis yang
terjadi juga bisa kita amati pada peristiwa alam lainnya ,dalam banyak contoh yang menarik.
misalnya pada pengawetan selai dan jeli yang dilakukan di rumah merupakan contoh lain
dari penerapan tekanan osmotik.
Gula dalam jumlah yang banyak ternyata penting dalam proses pengawetan karena
gula membantu membunuh bakteri yang bisa mengakibatkan botulisme. Bila sel bakteri
berada dalam larutan gula hipertonik (konsentrasi tinggi), air intrasel cenderung untuk
bergerak keluar dari sel bakteri ke larutan yang lebih pekat lewat osmosis. Proses ini yang
disebut krenasi (crenation), menyebabkan sel mengerut dan akhirnya tidak berfungsi lagi.
Keasaman alami buah-buahan juga menghambat pertumbuhan bakteri. Tekanan osmotik
juga merupakan mekanisme utama dalam pengangkutan air ke bagian atas tumbuhan.
Karena daun terus-menerus kehilangan air ke udara, dalam proses yang disebut transpirasi,
konsentrasi zat terlarut dalam cairan daun meningkat. Air didorong ke atas lewat batang,
cabang dan ranting-ranting pohon oleh tekanan osmotik. Diperlukan tekanan sebesar 10-15
atm untuk mengangkut air ke daun di pucuk pohon redwood di California, yang tingginya
mencapai sekitar 120 m. Teknik mengeluarkan bisul pada tubuh dengan mekanisme osmosis
dengan menerapkan gelli berupa balsam/salep yang hipertonik juga memudahkan bisul
segera kempes, Pembuatan telur asin, ikan asin dan tentu contoh yang lain yang prinsipnya
disitu ada perbedaan tekanan dipastikan proses osmosis akan berlangsung. Proses ini juga
bisa terlihat pada tanaman yang dipupuk urea sangat pekat tanaman bisa diharapkan
tumbuh dengan baik tetapi malah mati.
Jadi Plasmolisis merupakan dampak dari peristiwa osmosis. Jika sel tumbuhan
diletakkan di larutan garam terkonsentrasi (hipertonik), sel tumbuhan akan kehilangan air
dan juga tekanan turgor, menyebabkan sel tumbuhan lemah. Tumbuhan dengan sel dalam
kondisi seperti ini layu. Kehilangan air lebih banyak akan menyebabkan terjadinya
plasmolisis Dampak plasmolisis yang meneyebabkan tekanan terus berkurang sampai di
suatu titik di mana protoplasma sel terkelupas dari dinding sel, menyebabkan adanya jarak
antara dinding sel dan membran. Akhirnya cytorrhysis runtuhnya seluruh dinding sel dapat
terjadi. Tidak ada mekanisme di dalam sel tumbuhan untuk mencegah kehilangan air secara
berlebihan, juga mendapatkan air secara berlebihan, tetapi plasmolisis dapat dibalikkan jika
sel diletakkan di larutan hipotonik. Proses sama pada sel hewan disebut krenasi.
Sel hewan (darah) dalam kondisi lingkungan berbeda

Sel tumbuhan sebelum plasmolisis Sesudah plasmolisis


Plasmolisis hanya terjadi pada kondisi ekstrem, dan jarang terjadi di alam. Biasanya
terjadi secara sengaja di laboratorium dengan meletakkan sel pada larutan bersalinitas
tinggi atau larutan gula untuk menyebabkan ekosmosis, seringkali menggunakan tanaman
Elodea atau sel epidermal bawang yang memiliki pigmen warna sehingga proses dapat
diamati dengan jelas. Bila sel tumbuhan dimasukkan kedalam cairan hipotonik, turgor sel
akan meningkat. Bila berada dalam keadaan isotonik (larutan yang konsentrasinya sama
dengan konsentrasi isi sel,maka sebagian sel yang ada mengalami plasmolisis,sebagian sel
tidak. Keadaan ini dapat dipakai untuk menentukan tekanan osmosis sel dengan meletakkan
pada larutan yang ditentukan molaritas larutan atau tekanan osmotiknya dan melihat
berapa banyak sel yang terplasmolisis. Jika konsentrasi larutan yang menyebabkan 50% sel
terplasmolisis diketahui ,maka nilai tekanan osmosis sel dapat ditentukan dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :

= M x R x T di mana

= tekanan osmotik (atm) = Tekanan Osmotik sel

M = Molaritas, Konsentrasi larutan yang menyebabkan 50% sel terplasmolisis

R = tetapan gas (0.082 )

T = suhu (Kelvin ) = Temperatur mutlak (273+t 0C)

Dalam proses osmosis terdapat tekanan osmosis yang merupakan tekanan


hidrostatik yang terdapat suatu larutan pada keseimbangan osmosis. Tekanan yang
diberikan pada suatu larutan akan meningkatkan energi bebas, sehingga PA meningkat dan
juga meningkatkan kemampuan difusi dalam larutan. Tekanan yang diberikan atau sering
disebut PT yang disebut juga tekanan turgor. Dari ketiga potensial tersebut dapat dilihat
adanya hubungan yang dapat dituliskan rumus sebagai berikut :

PA = PO + PT

Dari rumus tersebut terlihat,apabila tidak ada tekanan maka rumusnya menjadi :
PA = PO
Keterangan :
PA = Potensial air
PO = Potensial osmotik
PT = Potensial tekanan
Pengertian osmosis

Peristiwa osmosis merupakan suatu proses perpindahan zat pelarut melalui membran
semipermiabel dari larutan berkonsentrasi rendah (hipotonis) menuju larutan dengan konsentrasi
yang lebih tinggi (hipertonis) hingga larutan tersebut mencapai konsentrasi seimbang.

Pada proses osmosis suatu partikel molekul zat pelarut bergerak dari larutan encer (konsentrasi
rendah) menuju larutan yang lebih pekat (konsentrasi tinggi).

Peristiwa osmosis merupakan salahsatu peristiwa yang berlangsung secara alami. Peristiwa osmosis
dapat dikurangi atau dihambat dengan cara meningkatkan tekanan pada bagian yang lebih pekat
(konsentrasi tinggi) melebihi konsentrasi yang lebih encer. Tekanan yang diaplikasikan untuk
menghambat atau menghentikan proses osmosis dari pelarut murni atau larutan encer ke dalam
larutan yang lebih pekat disebut tekanan osmotik buatan.

Ada 3 kemungkinan yang akan dialami oleh sel akibat peristiwa osmosisi, yaitu :
a. Plasmolisis
Plasmolisis adalah peristiwa lepasnya membran sel dari dinding sel tumbuhan. Plasmolisis terjadi
apabila sel tumbuhan dimasukkan ke dalam suatu larutan hipertonis.
b. Krenasi
Krenasi adalah peristiwa mengkerut sel. Krenasi terjadi apabila sel berada pada larutan hipertonis.
c. Lisis
Lisis adalah peristiwa robeknya membran plasma sel. Lisis terjadi apabila sel terjsebut berada pada
larutan hipotonis.

Pengertian osmosis

Peristiwa osmosis merupakan suatu proses perpindahan zat pelarut melalui membran
semipermiabel dari larutan berkonsentrasi rendah (hipotonis) menuju larutan dengan konsentrasi
yang lebih tinggi (hipertonis) hingga larutan tersebut mencapai konsentrasi seimbang.
Pada proses osmosis suatu partikel molekul zat pelarut bergerak dari larutan encer (konsentrasi
rendah) menuju larutan yang lebih pekat (konsentrasi tinggi).

Peristiwa osmosis merupakan salahsatu peristiwa yang berlangsung secara alami. Peristiwa osmosis
dapat dikurangi atau dihambat dengan cara meningkatkan tekanan pada bagian yang lebih pekat
(konsentrasi tinggi) melebihi konsentrasi yang lebih encer. Tekanan yang diaplikasikan untuk
menghambat atau menghentikan proses osmosis dari pelarut murni atau larutan encer ke dalam
larutan yang lebih pekat disebut tekanan osmotik buatan.

Ada 3 kemungkinan yang akan dialami oleh sel akibat peristiwa osmosisi, yaitu :

a. Plasmolisis

Plasmolisis adalah peristiwa lepasnya membran sel dari dinding sel tumbuhan. Plasmolisis terjadi
apabila sel tumbuhan dimasukkan ke dalam suatu larutan hipertonis.

b. Krenasi

Krenasi adalah peristiwa mengkerut sel. Krenasi terjadi apabila sel berada pada larutan hipertonis.

c. Lisis

Lisis adalah peristiwa robeknya membran plasma sel. Lisis terjadi apabila sel terjsebut berada pada
larutan hipotonis.

Ada beberapa faktor yang

mempengaruhi peristiwa osmosis, diantaranya :

a. Ukuran molekul

Molekul yang berukuran lebih kecil dari ukuran diameter membran sel akan lebih mudah meresap
atau melewati membran sel tersebut.

b. Keterlarutan lipid

Molekul yang memiliki kelarutan tinggi akan lebih cepat meresap atau melewati membran sel

c. Luas permukaan membran

Permukaan membran yang luas menyebabkan proses penyerapan oleh membran semakin besar.

d. Ketebalan membran

Membran yang tipis menyebabkan proses penyerapan di dalam membran menjadi lebih cepat.

e. Suhu
Suhu yang tinggi menyebabkan proses penyerapan oleh membran sel berlangsung lebih cepat
dibandingkan dengan suhu yang rendah.

Sabtu, 09 Maret 2013

Tekanan Osmotik dan Contohnya


Osmosis adalah proses berpindahnya pelarut dari larutan yang lebih encer ke larutan yang lebih
pekat melalui membran semi permeable (hanya dapat dilalui oleh pelarut). Osmosis akan berhenti
jika kedua larutan telah mencapai konsentrasi yang sama atau dihentikan dengan member tekanan
kepada larutan yang lebih pekat. Tekanan yang diperlukan untuk menghentikan aliran dari pelarut
murni kedalam larutan disebut tekanan osmotik. Tekanan osmotik dapat di ukur menggunakan alat
yang disebut osmometer.

Contoh tekanan osmotik dalam kehidupan sehari-hari

Contoh tekanan osmotik dalam kehidupan sehari-hari

1. Mengalirnya air dan larutan lain dari dalam tanah ke pucuk pepohonan yang tinggi, karena di
dalam sel tumbuh-tumbuhan terjadi tekanan osmotic sebesar 40-50 atm.

2. Larutan infus di buat isotonis (bertekanan sama) dengan sel darah sebelum di masukan kedalam
tubuh melalui pembuluh darah. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi krenasi yaitu keluarnya air dari
sel darah yang dapat menyebabkan sel darah rusak/mengkerutnya sel darah jika larutan infus
bersifat hipertonis (bertekanan osmotik lebih tinggi). Sebaliknya jika larutan infus bersifat hipotonis
(tekanan osmotik rendah) dapat menyebabkan terjadinya hemolisis atau masuknya air ke sel darah
sehingga dapat menyebabkan penggelembungan dan pecahnya sel darah.

3. Tekanan osmotik dalam sel darah merah, sel darah merah manusia memiliki tekanan osmotik
yang sama dengan larutan NaCl 0,9% atau dapat pula dikatakan sel darah merah bersifat isotonik
terhadap NaCl 0,9%. Jika darah di larutkan kedalam cairan NaCl yang konsentrasinya lebih pekat lagi
atau >0,9% maka akan terjadi perpindahan air dari sel darah ke dalam larutan NaCl tersebut yang
menyebabkan sel darah merah kehilangan air dan mengkerut ( larutan NaCl tersebut dikatakan
bersifat hipertonis). Namun sebaliknya jika sel darah merah di larutkan kedalam larutan NaCl yang
lebih encer yaitu kurang dari 0,9% maka aliran air akan menuju kedalam sel darah merah yang
menyebabkan terjadinya penggelembungan pada sel darah merah ( dalam hal ini larutan NaCl
disebut hipotonis).

PENGAPLIKASIAN TEKANAN OSMOTIK PADA INFUS

Jika seseorang memerlukan nutrisi dan injeksi cairan infus, maka tekanan osmotik cairan
infus yang digumakan harus sesuai dengan tekanan osmotik darah (isotonik/isoosmotik).
pada bab sifat koligatif larutan, osmolaritas adalah jumlah total milimol elektrolit dalam
cairan infus. Hal ini berhubungan dengan tekanan osmotiknya. Pada pemberian infus, tekanan
osmotik infus harus sesuai dengan tekanan osmotik darah. Sesuai dengan tingkat
osmolaritasnya, infus dapat dibedakan menjadi tiga macam.

1. Lautan Hipertonik

Jika tekanan dalam sel darah merah lebih besar daripada tekanan
cairan infus (hipertonik), maka air dalam sel darah merah akan keluar, sehingga sel akan
mengkerut. Cairan hipertonik adalah cairan infus yang osmolaritasnya lebih tinggi
dibandingkan serum, sehingga menarik cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel-sel ke
dalam pembuluh darah yang mampu menstabilkan tekanan darah, meningkatkan produksi
urin, dan mengurangi oedema (bengkak). Penggunaan kontradiktif dengan cairan hipotonik
misalnya pada cairan Dextrose 5%, NaCl 45% hipertonik, Dextrose 5%+Ringer-laktat,
Dextroe 5%+NaCl 0,9%, produk darah dan albumin.

2. Larutan Hipotonik

Jika sebaliknya tekanan dalam sel darah merah lebih kecil


daripada tekanan cairan infus, maka sel darah merah akan menyerap air sehingga dinding sel
akan mengembang dan pecah. Cairan hipotonik adalah cairan infus yang osmolaritasnya lebih
rendah dibandingkan serum (konsentrasi Na lebih rendah dibandingkan serum),sehingga larut
dalam serum dan menurunkan osmolaritas serum itu sendiri. Maka menyebabkan cairan
ditarik dari dalam pembuluh darah keluar ke jaringan sekitarnya sampai akhirnya mengisi
sel-sel yang dituju. caira infus yang hipotonik digunakan pada keadaan sel yang mengalami
dehidrasi, misalnya pada pasien cuci darah dalam terapi diuretik, juga pada pasien
hiperglikemia (kadar gula darah tinggi) dengan ketoasidosis diabetik. Komplikasi yang
membahayakan adalah perpindahan yang tiba-tiba cairan dari dalam pembuluh darah ke
sel,menyebabkan kolaps kardiovaskuler dan peningkatan tekanan intrakranial (dalam otak)
pada beberapa orang. Contoh cairan yang hipotonik adalah NaCl45% dan Dekstrosa 2,5%.
3. Cairan Isotonik

cairan infuse yang osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati


serum (bagian cair dari komponen darah), sehingga terus berada di dalam pembuluh darah.
Bermanfaat pada pasien yang mengalami hipovolemi (kekurangan cairan tubuh, sehingga
tekanan darah terus menurun). Memiliki risiko terjadinya overload (kelebihan cairan),
khususnya pada penyakit gagal jantung kongestif dan hipertensi. Contohnya adalah cairan
Ringer-Laktat (RL), dan normal saline/larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%). Cairan sel darah
merah mempunyai tekanan osmotik yang sama dengan larutan NaCl 0,9%. Dengan kata lain
cairan sel darah merah isotonik dengan NaCl 0,9%. Jika sel darah merah dimasukkan
kedalam larutan NaCl 0,9%, air yang masuk keluar dinding sel akan setimbang
(kesetimbangan dinamis). Prinsip caiaran berpindah dari osmolatitas tinggi ke osmolaritas
rendah.

Prinsip tekanan osmotik dalam penggunaan infus ini merupakan contoh penerapan sifat
larutan koligatif di bidang kesehatan. Prinsip tekanan osmotik sebagai salah satu sifat
koligatif larutan ditemukan oleh Jacobus Henricus vant Hoff seorang pemenang nobel kimia
tahun 1901 atas penelitiannya pada kinetic kimia tentang kesetimbangan kimia, tekanan
osmotik, dan kristalografi.
Penelitiannya mengenai tekanan osmotik menunjukkan bahwa tekanan osmotik suatu larutan
sebanding dengan konsentrasi dan suhu larutan tersebut. Rumus untuk membuktikan hal
tersebut dilambangkan dengan i, yang olehnya didapatkan dengan berbagai cara
perhitungan matematis. Temuan vant Hoff mengenai tekanan osmotik ini disebut sebut
sebagai penelitian yang terlengkap dan terpenting dalam dunia ilmu pengetahuan alam.
Prinsip tekanan osmotik tidak hanya digunakan pada cairan infus. Minuman minuman
pengganti ion tubuh yang kini marak di kalangan masyarakat juga menggunakan prinsip ini
sebagai dasar pembuatannya.
http://kimiaunsps2.wordpress.com/2009/02/09/cairan-infus-intravena-intravenous-fluids/
http://id.wikipedia.org/wiki/Jacobus_Henricus_van_%27t_Hoff

BAB V
KESIMPULAN

Kesimpulan pada praktikum pengaruh tekanan osmotik terhadap membran eritrosit


adalah peristiwa hemolisis ditandai dengan membengkaknya eristrosit dikarenakan
penambahan larutan yang bersifat hipotonik yaitu pada larutan NaCl dengan konsentrasi
larutan 0,5% dan 0,7% dan 0,9%. Sedangkan peristiwa krenasi ditandai dengan
mengkerutnya eritrosit karena penambahan larutan yang bersifat hipertonik yaitu pada
larutan NaCl dengan konsentrasi larutan 1,0% dan 3,0%. Jadi kecepatan hemolisis dan
krenasi dipengaruhi oleh kepekatan cairan di luar eristrosit.
Persentase hemolisis pada kepekatan larutan NaCl 0,5% adalah 83,33%. Persentase
hemolisis pada kepekatan larutan NaCl 0,7% adalah 83,33%. Persentase hemolisis pada
kepekatan larutan NaCl 0,9% adalah 66,66%. Sedangkan untuk persentase krenasi pada
kepekatan larutan NaCl 1,0% adalah 100%. Dan untuk persentase krenasi pada kepekatan
larutan NaCl 3,0% adalah 100%.

LAMPIRAN

A. DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Neil A, Jane B. Reece & Lawrence G. Mitchell. 2002. Biologi (ed 5 jilid 3 terjemahan).
Jakarta: Erlangga

Djukri dan Heru Nurcahyo. 2011. Petunjuk Praktikum Biologi Lanjut. Yogyakarta: Program
Pascasarjana UNY.

Gabriel. 1996. Fisika Kedokteran. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Handayani,W. dan Haribowo, A. S. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Hematologi. Jakarta: Salemba Medika

Sloane, E. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Subowo.1995.Biologi Sel.Bandung : Angkasa


Sumardjo, D. 2009. Pengantar Kimia. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Transportasi materi sel adalah suatu proses yang secara riil bisa menunjukkan bahwa
sel sebagai unit terkecil kehidupan ternyata terjadi sirkulasi keluar masuk suatu zat ,
artinya suatu zat /materi bisa keluar dari sel , dan bisa masuk melalui membrannya .
Adanya sirkulasi ini bisa menjelaskan bahwa sel tidak diam , ternyata sungguh
dinamis dengan lingkungannya , jika memerlukan materi dari luar maka ia harus
ambil materi itu dengan segala cara, yaitu mengatur tekanan agar terjadi perbedaan
tekanan sehingga materi dari luar itu bisa masuk.
Dilingkungan kondisi sel tidak selalu berada pada keadaan yang normal yang dengan
mudah ia mengaturnya ia bisa mencapai homeostatis / seimbang .
Terkadang sel juga bisa berada di lingkungan yang ekstrem menyebabkan semua isi
sel dapaksakan keluar karena diluar tekanan lebih besar , jika terjadi demikian maka
terjadilah lisis / plasmolisis yang membawa sel itu mati . misal kulit kita berada di
deterjen sabun cuci yang pekat ketika dulu belum ada mesin cuci mengucek ucek baju
, maka tangan jadi kulitnya mengkerut terlihat kelupasan sel yang mati OK
Semua peristiwa Transportasi di sel itu bisa terjadi akibat Adanya Cairan sel yang kita
sebut Sitoplasma atau sitosol
Cairan sel ini bersifat Koloid ( tidak kental / pekat , Juga tidak encer ) Tidak pekatnya
karena kandungan airnya dan Tidak encernya karena adanya bahan organik dan an
organik di sel yang terlarut
Jika diukur ukuran partikelnya antara 0, 01 s/d 0,1 mikron zat yang terlarut dalam
cairannya
Cairan yang terdapat partikel ukuran itu yang membuat suasana sitoplasma tidak
kental tidak cair itu disebut dengan nama : Koloid
Sifat Koloid itulah maka sitoplasma bisa bersifat Gel ( Pekat ) dan Sol ( encer) ,
Kondisi Sol terjadi jika Sel menyerap air dari luar secara osmosis , sehingga
kandungan airnya meningkat , konsentrasi kepekatannya berkurang sehingga menjadi
Sol , jika air yang dimasukkan itu digunakan maka Cairan akan bersifat Gel Lagi
sehingga terjadi Transportasi OK
Plasmolisis adalah contoh kasus transportasi sel secara osmosis dimana terjadi
perpindahan larutan dari kepekatan yang rendah ke larutan yang pekat melalui
membran semi permeable , yang akan dibahas drngan contoh pada darah .
Plasmolisis merupakan dampak dari peristiwa osmosis.
Jika sel tumbuhan diletakkan di larutan garam terkonsentrasi (hipertonik), sel
tumbuhan akan kehilangan air dan juga tekanan turgor, menyebabkan sel tumbuhan
lemah.
Tumbuhan dengan sel dalam kondisi seperti ini layu.
Kehilangan air lebih banyak akan menyebabkan terjadinya plasmolisis
Dampak plasmolisis yang meneyebabkan tekanan terus berkurang sampai di suatu
titik di mana protoplasma sel terkelupas dari dinding sel, menyebabkan adanya jarak
antara dinding sel dan membran.
Akhirnya cytorrhysis runtuhnya seluruh dinding sel dapat terjadi.
Tidak ada mekanisme di dalam sel tumbuhan untuk mencegah kehilangan air secara
berlebihan, juga mendapatkan air secara berlebihan, tetapi plasmolisis dapat
dibalikkan jika sel diletakkan di larutan hipotonik.
Proses sama pada sel hewan disebut krenasi.
Sel hewan (darah) dalam kondisi lingkungan berbeda

Sel tumbuhan sebelum


plasmolisis Sesudah plasmolisis

Plasmolisis hanya terjadi pada kondisi ekstrem, dan jarang terjadi di alam.
Biasanya terjadi secara sengaja di laboratorium dengan meletakkan sel pada larutan
bersalinitas tinggi atau larutan gula untuk menyebabkan ekosmosis,
seringkali menggunakan tanaman Elodea atau sel epidermal bawang yang memiliki
pigmen warna sehingga proses dapat diamati dengan jelas.

Bila sel tumbuhan dimasukkan kedalam cairan hipotonik,turgor sel akan meningkat.
Bila berada dalam keadaan isotonik (larutan yang konsentrasinya sama dengan
konsentrasi isi sel,maka sebagian sel yang ada mengalami plasmolisis,sebagian sel
tidak.
Keadaan ini dapat dipakai untuk menentukan tekanan osmosis sel dengan meletakkan
pada larutan yang ditentukan molaritas larutan atau tekanan osmotiknya dan melihat
berapa banyak sel yang terplasmolisis.
Jika konsentrasi larutan yang menyebabkan 50% sel terplasmolisis diketahui ,maka
nilai tekanan osmosis sel dapat ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :

phi = M x R x T di mana

phi = tekanan osmotik (atm)=Tekanan Osmotik sel


M = Molaritas , Konsentrasi larutan yang menyebabkan 50% sel terplasmolisis
R = tetapan gas (0.082 )
T = suhu (Kelvin ) =Temperatur mutlak (273+t 0C)

Dalam proses osmosis terdapat tekanan osmosis yang merupakan tekanan hidrostatik
yang terdapat suatu larutan pada keseimbangan osmosis.
Tekanan yang diberikan pada suatu larutan akan meningkatkan energi bebas ,sehingga
PA meningkat dan juga meningkatkan kemampuan difusi dalam larutan.
Tekanan yang diberikan atau sering disebut PT yang disebut juga tekanan turgor.Dari
ketiga potensial tersebut dapat dilihat adanya hubungan yang dapat dituliskan rumus
sebagai berikut :

PA = PO + PT
Dari rumus tersebut terlihat,apabila tidak ada tekanan maka rumusnya menjadi :
PA = PO

KETERANGAN :

PA = Potensial air
PO = Potensial osmotik
PT = Potensial tekanan

Tekanan osmotik

Ketika air bergerak ke dalam sel melalui osmosis, tekanan osmosis dapat terbentuk dalam sel.
Jika sel memiliki dinding sel, dinding membantu menjaga keseimbangan air sel. Tekanan
osmotik merupakan penyebab utama dari dukungan dalam banyak tanaman. Ketika sel
tumbuhan dalam lingkungan hipotonik, masuknya osmotik air menimbulkan tekanan turgor
yang diberikan terhadap dinding sel sampai tekanan mencegah lebih banyak air tidak datang
ke dalam sel. Pada titik ini sel tanaman turgid (Gambar di bawah). Efek dari tekanan osmotik
pada sel tanaman ditunjukkan pada Gambar di bawah ini.
Vakuola sentral dari sel
tumbuhan dalam gambar ini penuh dengan air, sehingga sel-sel akan turgid (bengkak).

Tindakan osmosis bisa sangat berbahaya bagi organisme, terutama yang tanpa dinding sel.
Sebagai contoh, jika ikan air asin (dengan sel yang isotonik dengan air laut), ditempatkan di
air tawar, sel-sel yang akan mengambil kelebihan air, melisiskan, dan ikan akan mati. Contoh
lain dari efek osmotik berbahaya adalah penggunaan garam meja untuk membunuh siput dan
bekicot.

Osmosis
Osmosis adalah perpindahan molekul air melalui selaput semipermiabel selektif dari bagian
yang lebih encer(zat) ke bagian yang lebih pekat(zat) atau dari bagian yang konsentrasi air
tinggi ke konsentrasi air rendah. Membran semipermeabel harus dapat ditembus oleh pelarut,
tetapi tidak oleh zat terlarut, yang mengakibatkan gradien tekanan sepanjang membran.

Osmosis merupakan suatu fenomena alami, tetapi dapat dihambat secara buatan dengan
meningkatkan tekanan pada bagian dengan konsentrasi pekat menjadi melebihi bagian
dengan konsentrasi yang lebih encer. Gaya per unit luas yang dibutuhkan untuk mencegah
mengalirnya pelarut melalui membran permeabel selektif dan masuk ke larutan dengan
konsentrasi yang lebih pekat sebanding dengan tekanan turgor.

Tekanan osmotik merupakan sifat koligatif, yang berarti bahwa sifat ini bergantung pada
konsentrasi zat terlarut, dan bukan pada sifat zat terlarut itu sendiri.

Osmosis adalah suatu topik yang penting dalam biologi karena fenomena ini dapat
menjelaskan mengapa air dapat ditransportasikan ke dalam dan ke luar sel
Diagram yang menggambarkan peristiwa osmosis

Proses terjadinya osmosis, melalui simulasi computer

Sel
tumbuhan dalam beberapa lingkungan berbeda
Efek dari larutan yang berbeda pada sel-sel darah

Faktor yang mempengaruhi Osmosis :

Tonisitas
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

(Dialihkan dari Hipertonik)


Mikrograf dari tekanan osmotik pada sel-sel darah merah

Tonisitas merupakan ukuran efektif gradien tekanan osmosis, seperti yang didefinisikan oleh
potensi air dari dua larutan yang dipisahkan oleh membran semipermeabel. Dengan kata lain,
tonisitas adalah konsentrasi relatif dari zat terlarut yang dilarutkan dalam larutan yang
menentukan arah dan tingkat difusi. Hal ini umumnya digunakan ketika menggambarkan
respon dari sel-sel yag direndam dalam larutan eksternal.

Tidak seperti tekanan osmotik, tonisitas hanya dipengaruhi oleh zat terlarut yang tidak dapat
melewati membran, karena hanya ini yang mengerahkan efektif tekanan osmotik. Zat terlarut
yang dapat bebas melintasi membran tidak mempengaruhi tonisitas karena mereka akan
selalu berada dalam konsentrasi yang sama pada kedua sisi membran. Hal ini juga merupakan
faktor yang mempengaruhi imbibisi.

Ada tiga klasifikasi tonisitas yang dimiliki satu larutan relatif terhadap yang lain: hipertonik,
hipotonik, isotonik.[1]

Hipertonisitas

Larutan hipertonik memiliki konsentrasi zat terlarut lebih besar daripada larutan yang lain.
Dalam biologi, tonisitas larutan biasanya mengacu pada konsentrasi zat terlarut relatif
terhadap larutan yang lain pada sisi membran sel yang berlawanan; larutan di luar sel disebut
hipertonik jika memiliki konsentrasi zat terlarut yang lebih besar daripada sitosol di dalam
sel. Ketika sel direndam dalam larutan hipertonik, tekanan osmotik cenderung mendorong air
mengalir keluar dari dalam sel untuk menyeimbangkan konsentrasi zat terlarut pada kedua
sisi membran sel. Sitosol sebaliknya dikategorikan sebagai hipotonik, kebalikan dari larutan
luar.

Bila sel tumbuhan berada dalam larutan hipertonik, membran sel yang fleksibel menarik diri
dari dinding sel yang kaku, tetapi tetap bergabung ke dinding sel pada titik-titik yang disebut
plasmodesmata. Sel-sel yang sering mengambil pada penampilan dari sebuah bantalan, dan
plasmodesmata hampir berhenti berfungsi karena mereka menjadi terbatas, kondisi yang
dikenal sebagai plasmolysis. Dalam sel-sel tanaman persyaratan isotonik, hipotonik dan
hipertonik tidak benar-benar dapat digunakan secara akurat karena tekanan yang diberikan
oleh dinding sel secara signifikan mempengaruhi titik keseimbangan osmotik.

Beberapa organisme telah berevolusi dengan metode rumit untuk menghindari hipertonisitas.
Misalnya, air asin adalah hipertonik untuk ikan yang hidup di dalamnya. Karena ikan
membutuhkan luas permukaan yang besar dalam insang untuk berhubungan dengan air laut
dalam pertukaran gas, mereka kehilangan air ke laut secara osmosis dari sel-sel insang.
Mereka merespon kehilangannya dengan minum sejumlah besar air asin, dan secara aktif
mengeluarkan kelebihan garam. Proses ini disebut osmoregulasi.
Sebuah sel darah merah dalam larutan hipertonik, sehingga
menyebabkan air keluar dari sel.

Hipotonisitas

larutan hipotonik memiliki konsentrasi zat terlarut yang lebih daripada larutan lainnya. Dalam
biologi, larutan di luar sel disebut hipotonik jika memiliki konsentrasi zat terlarut lebih rendah relatif
terhadap sitosol. Karena tekanan osmotik, air berdifusi ke dalam sel, dan sel sering muncul
bombastis, atau kembung. Untuk sel-sel tanpa dinding sel, seperti sel-sel hewan, jika gradien cukup
besar, penyerapan kelebihan air dapat menghasilkan tekanan yang cukup untuk menyebabkan
sitolisis, atau pecahnya sel. Bila sel tumbuhan berada dalam larutan yang hipotonik, sentral vakuola
mengambil air tambahan dan mendorong membran sel ke dinding sel. Karena kekakuan dari dinding
sel, ia mendorong kembali, mencegah sel agar tidak meledak. Ini disebut tekanan turgor.[
Sebuah sel darah merah dalam
larutan yang hipotonik, menyebabkan air bergerak ke dalam sel.

Isotonisitas

Larutan dikatakan isotonik ketika konsentrasi osmol efektif sama seperti larutan yang lain.
Dalam biologi, larutan di kedua sisi membran sel adalah isotonik jika konsentrasi zat terlarut
di luar sel sama dengan konsentrasi zat terlarut di dalam sel. Dalam hal ini sel tidak
membengkak atau menyusut karena tidak ada gradien konsentrasi untuk mendorong difusi air
melintasi membran sel. Molekul air bebas berdifusi melalui membran plasma di kedua arah,
dan karena laju difusi air adalah sama di setiap arah, sel tidak akan mendapatkan atau
kehilangan air.

Laruta iso-osmolar dapat menjadi hipotonik jika zat terlarut dapat menembus membran sel.
Misalnya, iso-osmolar urea larutan hipotonik ke sel-sel darah merah, menyebabkan lisis. Hal
ini disebabkan urea memasuki sel menuruni gradien konsentrasi, diikuti oleh air. Dengan
osmolaritas normal saline, 9 gram NaCl dilarutkan dalam air untuk total volume satu liter,
merupakan perkiraan dekat ke osmolaritas NaCl dalam darah (sekitar 290 mOsm/L). Dengan
demikian, normal saline hampir isotonik dengan plasma darah. Baik natrium atau ion klorida
dapat dengan bebas melewati membran plasma, tidak seperti urea.

Penggambaran sel darah merah dalam suatu


larutan isotonik.

Plasmolisis merupakan dampak dari peristiwa osmosis.

Sel tumbuhan dalam kondisi lingkungan berbeda


Sebelum plasmolisis

Sesudah plasmolisis

Jika sel tumbuhan diletakkan di larutan garam terkonsentrasi (hipertonik), sel tumbuhan akan
kehilangan air dan juga tekanan turgor, menyebabkan sel tumbuhan lemah. Tumbuhan
dengan sel dalam kondisi seperti ini layu. Kehilangan air lebih banyak akan menyebabkan
terjadinya plasmolisis: tekanan terus berkurang sampai di suatu titik di mana protoplasma sel
terkelupas dari dinding sel, menyebabkan adanya jarak antara dinding sel dan membran.
Akhirnya cytorrhysis - runtuhnya seluruh dinding sel - dapat terjadi. Ada beberapa
mekanisme di dalam sel tumbuhan untuk mencegah kehilangan air secara berlebihan, juga
mendapatkan air secara berlebihan, tetapi plasmolisis dapat dibalikkan jika sel diletakkan di
larutan hipotonik. Proses sama pada sel hewan disebut krenasi. Cairan di dalam sel hewan
keluar karena peristiwa difusi.

Plasmolisis hanya terjadi pada kondisi ekstrem, dan jarang terjadi di alam. Biasanya terjadi
secara sengaja di laboratorium dengan meletakkan sel pada larutan bersalinitas tinggi atau
larutan gula untuk menyebabkan ekosmosis, seringkali menggunakan tanaman Elodea atau
sel epidermal bawang yang memiliki pigmen warna sehingga proses dapat diamati dengan
jelas.
Peristiwa Osmosis Pada Sel

1. Krenasi adalah kontraksi atau pembentukan nokta tidak normal di sekitar pinggir sel setelah
dimasukkan ke dalam larutan hipertonik, karena kehilangan air melalui osmosis. Secara etimologi,
krenasi berasal dari bahasa Latin crenatus.

Krenasi terjadi karena lingkungan hipertonik, (sel memiliki larutan dengan konsentrasi yang lebih
rendah dibandingkan larutan di sekitar luar sel), sehingga pergerakan air keluar dari sel,
menyebabkan sitoplasma berkurang volumenya. Sebagai akibatnya, sel mengecil.

2. Plasmolisis adalah lepasnya membran plasma dari dinding sel pada sel tumbuhan. Plasmolisis
terjadi jika sel tumbuhan diletakkan di larutan garam terkonsentrasi (hipertonik), sel tumbuhan akan
kehilangan air dan juga tekanan turgor, menyebabkan sel tumbuhan lemah. Tumbuhan dengan sel
dalam kondisi seperti ini layu. Kehilangan air lebih banyak akan menyebabkan terjadinya plasmolisis:
tekanan terus berkurang sampai di suatu titik di mana protoplasma sel terkelupas dari dinding sel,
menyebabkan adanya jarak antara dinding sel dan membran. Plasmolisis hanya terjadi pada kondisi
ekstrem, dan jarang terjadi di alam. Biasanya terjadi secara sengaja di laboratorium dengan
meletakkan sel pada larutan bersalinitas tinggi atau larutan gula untuk menyebabkan ekosmosis,
seringkali menggunakan tanaman Elodea atau sel epidermal bawang yang memiliki pigmen warna
sehingga proses dapat diamati dengan jelas.

3. Deplasmolisis merupakan kebalikan dari plasmolisis, yaitu menyatunya kembali membran plasma
yang telah lepas dari dinding sel. Deplasmolisis terjadi jika sel tumbuhan diletakkan di larutan
hipotonik, sel tumbuhan akan menyerap air dan juga tekanan turgor meningkat. Banyaknya air yang
masuk ke dalam sel akan menyebabkan terjadinya deplasmolisis. Membran plasma akan
mengembang sehingga akan melekat kembali pada dinding sel

4. Hemolisis
Lisis artinya hancurnya sel karena robeknya membran plasma. Peristiwa ini terjadi karena proses
osmosis. Sel yang mempunyai sitoplasma pekat bila berada dalam kondisi hipotonik akan kemasukan
air hingga tekanan osmosis dalam sel akan menjadi tinggi. Keadaan demikian akan memecah sel
tersebut.

JENIS LARUTAN

HIPOTONIK

Larutan hipotonik adalah suatu larutan dengan konsentrasi zat terlarut lebih rendah (tekanan
osmotik lebih rendah) dari pada yang lain sehingga air bergerak ke dalam sel. Dengan menempatkan
sel dalam lingkungan hipotonik, tekanan osmotik menyebabkan jaringan mengalirkan air ke dalam
sel, sehingga menyebabkan sel pecah dan tidak berfungsi.

Adapun karekteristik dari larutan hipotonik adalah sebagai berikut :

Memiliki tekanan osmotic lebih rendah dari sel darah merah


Menyebabkan air mengalirke dalam sel darah merah
Menyebabkan hemolisis: sel darah mengembang dan dapat pecah
Peristiwa hemolisa atau hemolisis terjadi pada larutan NaCl berkosentrasi diatas 0,9% yaitu pada
NaCl 3 %. Hal ini menyebabkan warna atau keadaan campuran larutan NaCl dan tetesan darah ikan
nila homogen, disebabkan bercampurnya larutan NaCl dan hemoglobin.

HIPERTONIK

Larutan hipertonik adalah suatu larutan dengan konsentrasi zat terlarut lebih tinggi (tekanan
osmotik yang lebih tinggi) dari pada yang lain sehingga air bergerak ke luar sel.

Dalam lingkungan hipertonik, tekanan osmotik menyebabkan air mengalir keluar sel. Jika cukup air
dipindahkan dengan cara ini, sitoplasma akan mempunyai konsentrasi air yang sedikit sehingga sel
tidak berfungsi lagi.

karekteristik dari larutan hipertonik adalah sebagai berikut :

Memiliki tekanan osmotic lebih besar dari sel darah merah.


Menyebabkan air mengalir keluar sel darah merah
Menyebabkan krenasi:penyusutan sel darah merah
ISOTONIK

Larutan isotonik adalah suatu larutan yang mempunyai konsentrasi zat terlarut yang sama (tekanan
osmotik yang sama) seperti larutan yang lain, sehingga tidak ada pergerakan air. Larutan isotonik
dengan larutan pada sel tidak melibatkan pergerakan jaringan molekul yang melewati membran
biologis tidak sempurna. Larutan larutan yang tersisa dalam kesetimbangan osmotik yang
berhubungan dengan membran biologis tertentu disebut isotonik. Ini berbeda dengan larutan
larutan iso-osmotik yang tidak melibatkan pergerakan jaringan molekul ketika dipisahkan oleh
membran semipermeabel. Sebuah larutan yang mempunyai konsentrasi garam yang sama
contohnya sel-sel tubuh yang normal dan darah. Hal ini juga berbeda dengan larutan hipertonik
ataupun larutan hipotonik. Minuman isotonik dapat di minum untuk menggantikan fluida dan
mineral yang digunakan tubuh selama aktifitas fisik.

Karekteristik larutan isotonic adalah sebagai berikut :

Memiliki tekanan osmotic sama dengan tekanan osmotik sel darah merah.
5.0% glukosa atau 0.90% NaCl biasa digunakan untuk keperluan medis karena memberikan
tekanan osmotik sama dengan yang dimiliki sel darah merah

Anda mungkin juga menyukai