Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB I
TUJUAN PRAKTIKUM
A. Tujuan kegiatan :
1. Mengetahui kecepatan hemolisis dan krenasi eritrosit pada berbagai konsentrasi larutan.
2. Mengetahui persentase hemolisis eritrosit pada berbagai konsentrasi larutan
B. Kompetensi khusus :
1. Mahasiswa dapat melakukan cara penentuab kecepatan hemolisis dan krenasi eritrosit
pada berbagai konsentrasi larutan
2. Mahasiswa dapat menerangkan faktor-faktor yang mempengaruhi persentase hemolysis
eritrosit pada berbagai konsentrasi larutan
BAB II
LANDASAN TEORI
Larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat. Larutan
yang mempunyai tekanan osmotik yang sama yaitu larutan isotonik. Larutan yang
mempunyai tekanan osmotik lebih besar dari pada larutan lain disebut larutan hipertonik,
sedangkan larutan yang mempunyai tekanan osmotik lebih rendah dari pada larutan lain
disebut larutan hipotonik. Membran sel hidup merupakan selaput semipermiabel. Bila sel
ditempatkan dalam larutan yang tekanan osmotiknya lebih tinggi (hipertonik), air dalam sel
akan keluar sehingga sel berkeriput dan proses ini disebut plasmolisis. Sebaliknya apabila sel
ditempatkan dalam larutan yang tekanan osmotiknya lebih rendah (hipotonik), air dari luar
akan masuk ke dalam sel dan menyebabkan sel membengkan dan proses ini disebut
plasmotipse (Sumardjo, 2009).
Tonisitas merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menjelaskan pengaruh
larutan terhadap bentuk sel menurut hukum osmosis. Larutan disebut isotonik terhadap
cairan sitoplasma sel jika memiliki konsentrasi yang sama dengan konsentrasi partikel yang
tidak dapat berdifusi. Air tidak akan berosmosis ke dalam atau ke luar sel. Larutan disebut
hipotonik terhadap sel jika larutan lebih encer dibandingkan isi sel. Gerakan air ke dalam sel
dapat menyebabkan sel membengkak hingga akhirnya pecah. Larutan disebut hipertonik
terhadap sel jika larutan tersebut lebih kental dibandingkan dengan isi sel. Pergerakan air
keluar sel menyebabkan sel berkerut atau biasa disebut dengan krenasi (Sloane, 2004).
Darah merupakan medium transport dalam tubuh. Darah tersusun atas dua
komponen, yaitu plasma darah dan sel darah. Plasma darah merupakan bagian yang cair
dan terdiri atas air, elektrolit dan protein darah. Sel darah terdiri dari eritrosit, leukosit dan
trombosit. Sel darah merah (erotrosit) merupakan cairan bikonkaf dengan diameter sekitar
7 mikron. Eritrosit dapat mengalami lisis. Proses penghancuran eritrosit terjadi karena
proeses patologis atau penambahan larutan yang tidak sesuai dengan konsentrasi dan
tekanan osmotik darah (hemolisis). Hemolisis yang terjadi pada eritrosit akan
mengakibatkan terurainya komponen hemoglobin menjadi dua, yaitu komponen protein
dan heme. Komponen protein yaitu globin yang akan dikembalikan ke pool protein dan
dapat digunakan kembali. Komponen heme akan dipecah menjadi dua, yaitu besi yang
masih bisa digunakan dan bilirubin yang kan diekskresikan (Handayani dan Haribowo, 2008).
Cairan tubuh hakekatnya merupakan pelarut zat-zat yang terdapat dalam tubuh,
dengan demikian mengandung berbagai macam zat yang diperlukan oleh sel dan sisa-sisa
metabolism yang dibuahi oleh sel. Selain itu, cairan tubuh juga pemberi suasana pada sel,
sebagai contoh kehangatan (suhu), dan keasaman (pH) yang dipengaruhi oleh faktor-faktor
fisik maupun kimiawi dari dalam dan luar tubuh.
Zat-zat yang diperlukan sel antara lain:
1. Oksigen untuk pembakaran dan menghasilkan energi ensimatis
2. Makanan dalam bntuk sari-sari makanan untuk membentuk energi, dinding sel dan sintesa
protein
3. Vitamin
4. Mineral sibagai katalisator proses ensimatis
5. Air untuk pelarut dan media proses kimiawi dalam sel
Plasmolisis
Transportasi materi sel adalah suatu proses yang secara riil bisa menunjukkan
bahwa sel sebagai unit terkecil kehidupan ternyata terjadi sirkulasi keluar masuk suatu zat,
artinya suatu zat /materi bisa keluar dari sel, dan bisa masuk melalui membrannya. Adanya
sirkulasi ini bisa menjelaskan bahwa sel tidak diam, ternyata sungguh dinamis dengan
lingkungannya, jika memerlukan materi dari luar maka ia harus ambil materi itu dengan
segala cara, yaitu mengatur tekanan agar terjadi perbedaan tekanan sehingga materi dari
luar itu bisa masuk. Dilingkungan kondisi sel tidak selalu berada pada keadaan yang normal
yang dengan mudah ia mengaturnya ia bisa mencapai homeostatis/seimbang. Terkadang sel
juga bisa berada di lingkungan yang ekstrem menyebabkan semua isi sel dapaksakan keluar
karena diluar tekanan lebih besar, jika terjadi demikian maka terjadilah lisis/plasmolisis yang
membawa sel itu mati. Misal kulit kita berada di deterjen sabun cuci yang pekat ketika dulu
belum ada mesin cuci mengucek ucek baju, maka tangan jadi kulitnya mengkerut terlihat
kelupasan sel yang mati. Plasmolisis adalah contoh kasus transportasi sel secara osmosis
dimana terjadi perpindahan larutan dari kepekatan yang rendah ke larutan yang pekat
melalui membran semi permeable, yang akan dibahas drngan contoh pada darah.
Osmosis
Osmosis memainkan peranan yang sangat penting pada tubuh makhluk hidup,
misalnya, pada membrane sel darah merah. Jika kamu meletakan sel darah merah dalam
suatu larutan hipertonik (lebih pekat), air yang terdapat dalam sel darah akan ditarik keluar
dari sel sehingga sel mengerut dan rusak. Peristiwa ini disebut krenasi. Sebaliknya, jika kamu
meletakan sel darah merah dalam suatu larutan yang bersifat hipotonik (lebih encer), air
dari larutan tersebut akan ditarik masuk kedalam sel darah sehingga sel mengembang dan
pecah.Proses ini disebut hemolisis. Orang yang mengonsumsi terlalu banyak makanan
berkadar garam tinggi, jaringan sel dan jaringan antar selnya akan mengandung banyak air.
Hal ini dapat menyebabkan terjadinya pembengkakan tubuh yang disebut OEDEMA.
= M x R x T di mana
PA = PO + PT
Dari rumus tersebut terlihat,apabila tidak ada tekanan maka rumusnya menjadi :
PA = PO
Keterangan :
PA = Potensial air
PO = Potensial osmotik
PT = Potensial tekanan
Pengertian osmosis
Peristiwa osmosis merupakan suatu proses perpindahan zat pelarut melalui membran
semipermiabel dari larutan berkonsentrasi rendah (hipotonis) menuju larutan dengan konsentrasi
yang lebih tinggi (hipertonis) hingga larutan tersebut mencapai konsentrasi seimbang.
Pada proses osmosis suatu partikel molekul zat pelarut bergerak dari larutan encer (konsentrasi
rendah) menuju larutan yang lebih pekat (konsentrasi tinggi).
Peristiwa osmosis merupakan salahsatu peristiwa yang berlangsung secara alami. Peristiwa osmosis
dapat dikurangi atau dihambat dengan cara meningkatkan tekanan pada bagian yang lebih pekat
(konsentrasi tinggi) melebihi konsentrasi yang lebih encer. Tekanan yang diaplikasikan untuk
menghambat atau menghentikan proses osmosis dari pelarut murni atau larutan encer ke dalam
larutan yang lebih pekat disebut tekanan osmotik buatan.
Ada 3 kemungkinan yang akan dialami oleh sel akibat peristiwa osmosisi, yaitu :
a. Plasmolisis
Plasmolisis adalah peristiwa lepasnya membran sel dari dinding sel tumbuhan. Plasmolisis terjadi
apabila sel tumbuhan dimasukkan ke dalam suatu larutan hipertonis.
b. Krenasi
Krenasi adalah peristiwa mengkerut sel. Krenasi terjadi apabila sel berada pada larutan hipertonis.
c. Lisis
Lisis adalah peristiwa robeknya membran plasma sel. Lisis terjadi apabila sel terjsebut berada pada
larutan hipotonis.
Pengertian osmosis
Peristiwa osmosis merupakan suatu proses perpindahan zat pelarut melalui membran
semipermiabel dari larutan berkonsentrasi rendah (hipotonis) menuju larutan dengan konsentrasi
yang lebih tinggi (hipertonis) hingga larutan tersebut mencapai konsentrasi seimbang.
Pada proses osmosis suatu partikel molekul zat pelarut bergerak dari larutan encer (konsentrasi
rendah) menuju larutan yang lebih pekat (konsentrasi tinggi).
Peristiwa osmosis merupakan salahsatu peristiwa yang berlangsung secara alami. Peristiwa osmosis
dapat dikurangi atau dihambat dengan cara meningkatkan tekanan pada bagian yang lebih pekat
(konsentrasi tinggi) melebihi konsentrasi yang lebih encer. Tekanan yang diaplikasikan untuk
menghambat atau menghentikan proses osmosis dari pelarut murni atau larutan encer ke dalam
larutan yang lebih pekat disebut tekanan osmotik buatan.
Ada 3 kemungkinan yang akan dialami oleh sel akibat peristiwa osmosisi, yaitu :
a. Plasmolisis
Plasmolisis adalah peristiwa lepasnya membran sel dari dinding sel tumbuhan. Plasmolisis terjadi
apabila sel tumbuhan dimasukkan ke dalam suatu larutan hipertonis.
b. Krenasi
Krenasi adalah peristiwa mengkerut sel. Krenasi terjadi apabila sel berada pada larutan hipertonis.
c. Lisis
Lisis adalah peristiwa robeknya membran plasma sel. Lisis terjadi apabila sel terjsebut berada pada
larutan hipotonis.
a. Ukuran molekul
Molekul yang berukuran lebih kecil dari ukuran diameter membran sel akan lebih mudah meresap
atau melewati membran sel tersebut.
b. Keterlarutan lipid
Molekul yang memiliki kelarutan tinggi akan lebih cepat meresap atau melewati membran sel
Permukaan membran yang luas menyebabkan proses penyerapan oleh membran semakin besar.
d. Ketebalan membran
Membran yang tipis menyebabkan proses penyerapan di dalam membran menjadi lebih cepat.
e. Suhu
Suhu yang tinggi menyebabkan proses penyerapan oleh membran sel berlangsung lebih cepat
dibandingkan dengan suhu yang rendah.
1. Mengalirnya air dan larutan lain dari dalam tanah ke pucuk pepohonan yang tinggi, karena di
dalam sel tumbuh-tumbuhan terjadi tekanan osmotic sebesar 40-50 atm.
2. Larutan infus di buat isotonis (bertekanan sama) dengan sel darah sebelum di masukan kedalam
tubuh melalui pembuluh darah. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi krenasi yaitu keluarnya air dari
sel darah yang dapat menyebabkan sel darah rusak/mengkerutnya sel darah jika larutan infus
bersifat hipertonis (bertekanan osmotik lebih tinggi). Sebaliknya jika larutan infus bersifat hipotonis
(tekanan osmotik rendah) dapat menyebabkan terjadinya hemolisis atau masuknya air ke sel darah
sehingga dapat menyebabkan penggelembungan dan pecahnya sel darah.
3. Tekanan osmotik dalam sel darah merah, sel darah merah manusia memiliki tekanan osmotik
yang sama dengan larutan NaCl 0,9% atau dapat pula dikatakan sel darah merah bersifat isotonik
terhadap NaCl 0,9%. Jika darah di larutkan kedalam cairan NaCl yang konsentrasinya lebih pekat lagi
atau >0,9% maka akan terjadi perpindahan air dari sel darah ke dalam larutan NaCl tersebut yang
menyebabkan sel darah merah kehilangan air dan mengkerut ( larutan NaCl tersebut dikatakan
bersifat hipertonis). Namun sebaliknya jika sel darah merah di larutkan kedalam larutan NaCl yang
lebih encer yaitu kurang dari 0,9% maka aliran air akan menuju kedalam sel darah merah yang
menyebabkan terjadinya penggelembungan pada sel darah merah ( dalam hal ini larutan NaCl
disebut hipotonis).
Jika seseorang memerlukan nutrisi dan injeksi cairan infus, maka tekanan osmotik cairan
infus yang digumakan harus sesuai dengan tekanan osmotik darah (isotonik/isoosmotik).
pada bab sifat koligatif larutan, osmolaritas adalah jumlah total milimol elektrolit dalam
cairan infus. Hal ini berhubungan dengan tekanan osmotiknya. Pada pemberian infus, tekanan
osmotik infus harus sesuai dengan tekanan osmotik darah. Sesuai dengan tingkat
osmolaritasnya, infus dapat dibedakan menjadi tiga macam.
1. Lautan Hipertonik
Jika tekanan dalam sel darah merah lebih besar daripada tekanan
cairan infus (hipertonik), maka air dalam sel darah merah akan keluar, sehingga sel akan
mengkerut. Cairan hipertonik adalah cairan infus yang osmolaritasnya lebih tinggi
dibandingkan serum, sehingga menarik cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel-sel ke
dalam pembuluh darah yang mampu menstabilkan tekanan darah, meningkatkan produksi
urin, dan mengurangi oedema (bengkak). Penggunaan kontradiktif dengan cairan hipotonik
misalnya pada cairan Dextrose 5%, NaCl 45% hipertonik, Dextrose 5%+Ringer-laktat,
Dextroe 5%+NaCl 0,9%, produk darah dan albumin.
2. Larutan Hipotonik
Prinsip tekanan osmotik dalam penggunaan infus ini merupakan contoh penerapan sifat
larutan koligatif di bidang kesehatan. Prinsip tekanan osmotik sebagai salah satu sifat
koligatif larutan ditemukan oleh Jacobus Henricus vant Hoff seorang pemenang nobel kimia
tahun 1901 atas penelitiannya pada kinetic kimia tentang kesetimbangan kimia, tekanan
osmotik, dan kristalografi.
Penelitiannya mengenai tekanan osmotik menunjukkan bahwa tekanan osmotik suatu larutan
sebanding dengan konsentrasi dan suhu larutan tersebut. Rumus untuk membuktikan hal
tersebut dilambangkan dengan i, yang olehnya didapatkan dengan berbagai cara
perhitungan matematis. Temuan vant Hoff mengenai tekanan osmotik ini disebut sebut
sebagai penelitian yang terlengkap dan terpenting dalam dunia ilmu pengetahuan alam.
Prinsip tekanan osmotik tidak hanya digunakan pada cairan infus. Minuman minuman
pengganti ion tubuh yang kini marak di kalangan masyarakat juga menggunakan prinsip ini
sebagai dasar pembuatannya.
http://kimiaunsps2.wordpress.com/2009/02/09/cairan-infus-intravena-intravenous-fluids/
http://id.wikipedia.org/wiki/Jacobus_Henricus_van_%27t_Hoff
BAB V
KESIMPULAN
LAMPIRAN
A. DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Neil A, Jane B. Reece & Lawrence G. Mitchell. 2002. Biologi (ed 5 jilid 3 terjemahan).
Jakarta: Erlangga
Djukri dan Heru Nurcahyo. 2011. Petunjuk Praktikum Biologi Lanjut. Yogyakarta: Program
Pascasarjana UNY.
Handayani,W. dan Haribowo, A. S. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Hematologi. Jakarta: Salemba Medika
Sloane, E. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Transportasi materi sel adalah suatu proses yang secara riil bisa menunjukkan bahwa
sel sebagai unit terkecil kehidupan ternyata terjadi sirkulasi keluar masuk suatu zat ,
artinya suatu zat /materi bisa keluar dari sel , dan bisa masuk melalui membrannya .
Adanya sirkulasi ini bisa menjelaskan bahwa sel tidak diam , ternyata sungguh
dinamis dengan lingkungannya , jika memerlukan materi dari luar maka ia harus
ambil materi itu dengan segala cara, yaitu mengatur tekanan agar terjadi perbedaan
tekanan sehingga materi dari luar itu bisa masuk.
Dilingkungan kondisi sel tidak selalu berada pada keadaan yang normal yang dengan
mudah ia mengaturnya ia bisa mencapai homeostatis / seimbang .
Terkadang sel juga bisa berada di lingkungan yang ekstrem menyebabkan semua isi
sel dapaksakan keluar karena diluar tekanan lebih besar , jika terjadi demikian maka
terjadilah lisis / plasmolisis yang membawa sel itu mati . misal kulit kita berada di
deterjen sabun cuci yang pekat ketika dulu belum ada mesin cuci mengucek ucek baju
, maka tangan jadi kulitnya mengkerut terlihat kelupasan sel yang mati OK
Semua peristiwa Transportasi di sel itu bisa terjadi akibat Adanya Cairan sel yang kita
sebut Sitoplasma atau sitosol
Cairan sel ini bersifat Koloid ( tidak kental / pekat , Juga tidak encer ) Tidak pekatnya
karena kandungan airnya dan Tidak encernya karena adanya bahan organik dan an
organik di sel yang terlarut
Jika diukur ukuran partikelnya antara 0, 01 s/d 0,1 mikron zat yang terlarut dalam
cairannya
Cairan yang terdapat partikel ukuran itu yang membuat suasana sitoplasma tidak
kental tidak cair itu disebut dengan nama : Koloid
Sifat Koloid itulah maka sitoplasma bisa bersifat Gel ( Pekat ) dan Sol ( encer) ,
Kondisi Sol terjadi jika Sel menyerap air dari luar secara osmosis , sehingga
kandungan airnya meningkat , konsentrasi kepekatannya berkurang sehingga menjadi
Sol , jika air yang dimasukkan itu digunakan maka Cairan akan bersifat Gel Lagi
sehingga terjadi Transportasi OK
Plasmolisis adalah contoh kasus transportasi sel secara osmosis dimana terjadi
perpindahan larutan dari kepekatan yang rendah ke larutan yang pekat melalui
membran semi permeable , yang akan dibahas drngan contoh pada darah .
Plasmolisis merupakan dampak dari peristiwa osmosis.
Jika sel tumbuhan diletakkan di larutan garam terkonsentrasi (hipertonik), sel
tumbuhan akan kehilangan air dan juga tekanan turgor, menyebabkan sel tumbuhan
lemah.
Tumbuhan dengan sel dalam kondisi seperti ini layu.
Kehilangan air lebih banyak akan menyebabkan terjadinya plasmolisis
Dampak plasmolisis yang meneyebabkan tekanan terus berkurang sampai di suatu
titik di mana protoplasma sel terkelupas dari dinding sel, menyebabkan adanya jarak
antara dinding sel dan membran.
Akhirnya cytorrhysis runtuhnya seluruh dinding sel dapat terjadi.
Tidak ada mekanisme di dalam sel tumbuhan untuk mencegah kehilangan air secara
berlebihan, juga mendapatkan air secara berlebihan, tetapi plasmolisis dapat
dibalikkan jika sel diletakkan di larutan hipotonik.
Proses sama pada sel hewan disebut krenasi.
Sel hewan (darah) dalam kondisi lingkungan berbeda
Plasmolisis hanya terjadi pada kondisi ekstrem, dan jarang terjadi di alam.
Biasanya terjadi secara sengaja di laboratorium dengan meletakkan sel pada larutan
bersalinitas tinggi atau larutan gula untuk menyebabkan ekosmosis,
seringkali menggunakan tanaman Elodea atau sel epidermal bawang yang memiliki
pigmen warna sehingga proses dapat diamati dengan jelas.
Bila sel tumbuhan dimasukkan kedalam cairan hipotonik,turgor sel akan meningkat.
Bila berada dalam keadaan isotonik (larutan yang konsentrasinya sama dengan
konsentrasi isi sel,maka sebagian sel yang ada mengalami plasmolisis,sebagian sel
tidak.
Keadaan ini dapat dipakai untuk menentukan tekanan osmosis sel dengan meletakkan
pada larutan yang ditentukan molaritas larutan atau tekanan osmotiknya dan melihat
berapa banyak sel yang terplasmolisis.
Jika konsentrasi larutan yang menyebabkan 50% sel terplasmolisis diketahui ,maka
nilai tekanan osmosis sel dapat ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :
phi = M x R x T di mana
Dalam proses osmosis terdapat tekanan osmosis yang merupakan tekanan hidrostatik
yang terdapat suatu larutan pada keseimbangan osmosis.
Tekanan yang diberikan pada suatu larutan akan meningkatkan energi bebas ,sehingga
PA meningkat dan juga meningkatkan kemampuan difusi dalam larutan.
Tekanan yang diberikan atau sering disebut PT yang disebut juga tekanan turgor.Dari
ketiga potensial tersebut dapat dilihat adanya hubungan yang dapat dituliskan rumus
sebagai berikut :
PA = PO + PT
Dari rumus tersebut terlihat,apabila tidak ada tekanan maka rumusnya menjadi :
PA = PO
KETERANGAN :
PA = Potensial air
PO = Potensial osmotik
PT = Potensial tekanan
Tekanan osmotik
Ketika air bergerak ke dalam sel melalui osmosis, tekanan osmosis dapat terbentuk dalam sel.
Jika sel memiliki dinding sel, dinding membantu menjaga keseimbangan air sel. Tekanan
osmotik merupakan penyebab utama dari dukungan dalam banyak tanaman. Ketika sel
tumbuhan dalam lingkungan hipotonik, masuknya osmotik air menimbulkan tekanan turgor
yang diberikan terhadap dinding sel sampai tekanan mencegah lebih banyak air tidak datang
ke dalam sel. Pada titik ini sel tanaman turgid (Gambar di bawah). Efek dari tekanan osmotik
pada sel tanaman ditunjukkan pada Gambar di bawah ini.
Vakuola sentral dari sel
tumbuhan dalam gambar ini penuh dengan air, sehingga sel-sel akan turgid (bengkak).
Tindakan osmosis bisa sangat berbahaya bagi organisme, terutama yang tanpa dinding sel.
Sebagai contoh, jika ikan air asin (dengan sel yang isotonik dengan air laut), ditempatkan di
air tawar, sel-sel yang akan mengambil kelebihan air, melisiskan, dan ikan akan mati. Contoh
lain dari efek osmotik berbahaya adalah penggunaan garam meja untuk membunuh siput dan
bekicot.
Osmosis
Osmosis adalah perpindahan molekul air melalui selaput semipermiabel selektif dari bagian
yang lebih encer(zat) ke bagian yang lebih pekat(zat) atau dari bagian yang konsentrasi air
tinggi ke konsentrasi air rendah. Membran semipermeabel harus dapat ditembus oleh pelarut,
tetapi tidak oleh zat terlarut, yang mengakibatkan gradien tekanan sepanjang membran.
Osmosis merupakan suatu fenomena alami, tetapi dapat dihambat secara buatan dengan
meningkatkan tekanan pada bagian dengan konsentrasi pekat menjadi melebihi bagian
dengan konsentrasi yang lebih encer. Gaya per unit luas yang dibutuhkan untuk mencegah
mengalirnya pelarut melalui membran permeabel selektif dan masuk ke larutan dengan
konsentrasi yang lebih pekat sebanding dengan tekanan turgor.
Tekanan osmotik merupakan sifat koligatif, yang berarti bahwa sifat ini bergantung pada
konsentrasi zat terlarut, dan bukan pada sifat zat terlarut itu sendiri.
Osmosis adalah suatu topik yang penting dalam biologi karena fenomena ini dapat
menjelaskan mengapa air dapat ditransportasikan ke dalam dan ke luar sel
Diagram yang menggambarkan peristiwa osmosis
Sel
tumbuhan dalam beberapa lingkungan berbeda
Efek dari larutan yang berbeda pada sel-sel darah
Tonisitas
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Tonisitas merupakan ukuran efektif gradien tekanan osmosis, seperti yang didefinisikan oleh
potensi air dari dua larutan yang dipisahkan oleh membran semipermeabel. Dengan kata lain,
tonisitas adalah konsentrasi relatif dari zat terlarut yang dilarutkan dalam larutan yang
menentukan arah dan tingkat difusi. Hal ini umumnya digunakan ketika menggambarkan
respon dari sel-sel yag direndam dalam larutan eksternal.
Tidak seperti tekanan osmotik, tonisitas hanya dipengaruhi oleh zat terlarut yang tidak dapat
melewati membran, karena hanya ini yang mengerahkan efektif tekanan osmotik. Zat terlarut
yang dapat bebas melintasi membran tidak mempengaruhi tonisitas karena mereka akan
selalu berada dalam konsentrasi yang sama pada kedua sisi membran. Hal ini juga merupakan
faktor yang mempengaruhi imbibisi.
Ada tiga klasifikasi tonisitas yang dimiliki satu larutan relatif terhadap yang lain: hipertonik,
hipotonik, isotonik.[1]
Hipertonisitas
Larutan hipertonik memiliki konsentrasi zat terlarut lebih besar daripada larutan yang lain.
Dalam biologi, tonisitas larutan biasanya mengacu pada konsentrasi zat terlarut relatif
terhadap larutan yang lain pada sisi membran sel yang berlawanan; larutan di luar sel disebut
hipertonik jika memiliki konsentrasi zat terlarut yang lebih besar daripada sitosol di dalam
sel. Ketika sel direndam dalam larutan hipertonik, tekanan osmotik cenderung mendorong air
mengalir keluar dari dalam sel untuk menyeimbangkan konsentrasi zat terlarut pada kedua
sisi membran sel. Sitosol sebaliknya dikategorikan sebagai hipotonik, kebalikan dari larutan
luar.
Bila sel tumbuhan berada dalam larutan hipertonik, membran sel yang fleksibel menarik diri
dari dinding sel yang kaku, tetapi tetap bergabung ke dinding sel pada titik-titik yang disebut
plasmodesmata. Sel-sel yang sering mengambil pada penampilan dari sebuah bantalan, dan
plasmodesmata hampir berhenti berfungsi karena mereka menjadi terbatas, kondisi yang
dikenal sebagai plasmolysis. Dalam sel-sel tanaman persyaratan isotonik, hipotonik dan
hipertonik tidak benar-benar dapat digunakan secara akurat karena tekanan yang diberikan
oleh dinding sel secara signifikan mempengaruhi titik keseimbangan osmotik.
Beberapa organisme telah berevolusi dengan metode rumit untuk menghindari hipertonisitas.
Misalnya, air asin adalah hipertonik untuk ikan yang hidup di dalamnya. Karena ikan
membutuhkan luas permukaan yang besar dalam insang untuk berhubungan dengan air laut
dalam pertukaran gas, mereka kehilangan air ke laut secara osmosis dari sel-sel insang.
Mereka merespon kehilangannya dengan minum sejumlah besar air asin, dan secara aktif
mengeluarkan kelebihan garam. Proses ini disebut osmoregulasi.
Sebuah sel darah merah dalam larutan hipertonik, sehingga
menyebabkan air keluar dari sel.
Hipotonisitas
larutan hipotonik memiliki konsentrasi zat terlarut yang lebih daripada larutan lainnya. Dalam
biologi, larutan di luar sel disebut hipotonik jika memiliki konsentrasi zat terlarut lebih rendah relatif
terhadap sitosol. Karena tekanan osmotik, air berdifusi ke dalam sel, dan sel sering muncul
bombastis, atau kembung. Untuk sel-sel tanpa dinding sel, seperti sel-sel hewan, jika gradien cukup
besar, penyerapan kelebihan air dapat menghasilkan tekanan yang cukup untuk menyebabkan
sitolisis, atau pecahnya sel. Bila sel tumbuhan berada dalam larutan yang hipotonik, sentral vakuola
mengambil air tambahan dan mendorong membran sel ke dinding sel. Karena kekakuan dari dinding
sel, ia mendorong kembali, mencegah sel agar tidak meledak. Ini disebut tekanan turgor.[
Sebuah sel darah merah dalam
larutan yang hipotonik, menyebabkan air bergerak ke dalam sel.
Isotonisitas
Larutan dikatakan isotonik ketika konsentrasi osmol efektif sama seperti larutan yang lain.
Dalam biologi, larutan di kedua sisi membran sel adalah isotonik jika konsentrasi zat terlarut
di luar sel sama dengan konsentrasi zat terlarut di dalam sel. Dalam hal ini sel tidak
membengkak atau menyusut karena tidak ada gradien konsentrasi untuk mendorong difusi air
melintasi membran sel. Molekul air bebas berdifusi melalui membran plasma di kedua arah,
dan karena laju difusi air adalah sama di setiap arah, sel tidak akan mendapatkan atau
kehilangan air.
Laruta iso-osmolar dapat menjadi hipotonik jika zat terlarut dapat menembus membran sel.
Misalnya, iso-osmolar urea larutan hipotonik ke sel-sel darah merah, menyebabkan lisis. Hal
ini disebabkan urea memasuki sel menuruni gradien konsentrasi, diikuti oleh air. Dengan
osmolaritas normal saline, 9 gram NaCl dilarutkan dalam air untuk total volume satu liter,
merupakan perkiraan dekat ke osmolaritas NaCl dalam darah (sekitar 290 mOsm/L). Dengan
demikian, normal saline hampir isotonik dengan plasma darah. Baik natrium atau ion klorida
dapat dengan bebas melewati membran plasma, tidak seperti urea.
Sesudah plasmolisis
Jika sel tumbuhan diletakkan di larutan garam terkonsentrasi (hipertonik), sel tumbuhan akan
kehilangan air dan juga tekanan turgor, menyebabkan sel tumbuhan lemah. Tumbuhan
dengan sel dalam kondisi seperti ini layu. Kehilangan air lebih banyak akan menyebabkan
terjadinya plasmolisis: tekanan terus berkurang sampai di suatu titik di mana protoplasma sel
terkelupas dari dinding sel, menyebabkan adanya jarak antara dinding sel dan membran.
Akhirnya cytorrhysis - runtuhnya seluruh dinding sel - dapat terjadi. Ada beberapa
mekanisme di dalam sel tumbuhan untuk mencegah kehilangan air secara berlebihan, juga
mendapatkan air secara berlebihan, tetapi plasmolisis dapat dibalikkan jika sel diletakkan di
larutan hipotonik. Proses sama pada sel hewan disebut krenasi. Cairan di dalam sel hewan
keluar karena peristiwa difusi.
Plasmolisis hanya terjadi pada kondisi ekstrem, dan jarang terjadi di alam. Biasanya terjadi
secara sengaja di laboratorium dengan meletakkan sel pada larutan bersalinitas tinggi atau
larutan gula untuk menyebabkan ekosmosis, seringkali menggunakan tanaman Elodea atau
sel epidermal bawang yang memiliki pigmen warna sehingga proses dapat diamati dengan
jelas.
Peristiwa Osmosis Pada Sel
1. Krenasi adalah kontraksi atau pembentukan nokta tidak normal di sekitar pinggir sel setelah
dimasukkan ke dalam larutan hipertonik, karena kehilangan air melalui osmosis. Secara etimologi,
krenasi berasal dari bahasa Latin crenatus.
Krenasi terjadi karena lingkungan hipertonik, (sel memiliki larutan dengan konsentrasi yang lebih
rendah dibandingkan larutan di sekitar luar sel), sehingga pergerakan air keluar dari sel,
menyebabkan sitoplasma berkurang volumenya. Sebagai akibatnya, sel mengecil.
2. Plasmolisis adalah lepasnya membran plasma dari dinding sel pada sel tumbuhan. Plasmolisis
terjadi jika sel tumbuhan diletakkan di larutan garam terkonsentrasi (hipertonik), sel tumbuhan akan
kehilangan air dan juga tekanan turgor, menyebabkan sel tumbuhan lemah. Tumbuhan dengan sel
dalam kondisi seperti ini layu. Kehilangan air lebih banyak akan menyebabkan terjadinya plasmolisis:
tekanan terus berkurang sampai di suatu titik di mana protoplasma sel terkelupas dari dinding sel,
menyebabkan adanya jarak antara dinding sel dan membran. Plasmolisis hanya terjadi pada kondisi
ekstrem, dan jarang terjadi di alam. Biasanya terjadi secara sengaja di laboratorium dengan
meletakkan sel pada larutan bersalinitas tinggi atau larutan gula untuk menyebabkan ekosmosis,
seringkali menggunakan tanaman Elodea atau sel epidermal bawang yang memiliki pigmen warna
sehingga proses dapat diamati dengan jelas.
3. Deplasmolisis merupakan kebalikan dari plasmolisis, yaitu menyatunya kembali membran plasma
yang telah lepas dari dinding sel. Deplasmolisis terjadi jika sel tumbuhan diletakkan di larutan
hipotonik, sel tumbuhan akan menyerap air dan juga tekanan turgor meningkat. Banyaknya air yang
masuk ke dalam sel akan menyebabkan terjadinya deplasmolisis. Membran plasma akan
mengembang sehingga akan melekat kembali pada dinding sel
4. Hemolisis
Lisis artinya hancurnya sel karena robeknya membran plasma. Peristiwa ini terjadi karena proses
osmosis. Sel yang mempunyai sitoplasma pekat bila berada dalam kondisi hipotonik akan kemasukan
air hingga tekanan osmosis dalam sel akan menjadi tinggi. Keadaan demikian akan memecah sel
tersebut.
JENIS LARUTAN
HIPOTONIK
Larutan hipotonik adalah suatu larutan dengan konsentrasi zat terlarut lebih rendah (tekanan
osmotik lebih rendah) dari pada yang lain sehingga air bergerak ke dalam sel. Dengan menempatkan
sel dalam lingkungan hipotonik, tekanan osmotik menyebabkan jaringan mengalirkan air ke dalam
sel, sehingga menyebabkan sel pecah dan tidak berfungsi.
HIPERTONIK
Larutan hipertonik adalah suatu larutan dengan konsentrasi zat terlarut lebih tinggi (tekanan
osmotik yang lebih tinggi) dari pada yang lain sehingga air bergerak ke luar sel.
Dalam lingkungan hipertonik, tekanan osmotik menyebabkan air mengalir keluar sel. Jika cukup air
dipindahkan dengan cara ini, sitoplasma akan mempunyai konsentrasi air yang sedikit sehingga sel
tidak berfungsi lagi.
Larutan isotonik adalah suatu larutan yang mempunyai konsentrasi zat terlarut yang sama (tekanan
osmotik yang sama) seperti larutan yang lain, sehingga tidak ada pergerakan air. Larutan isotonik
dengan larutan pada sel tidak melibatkan pergerakan jaringan molekul yang melewati membran
biologis tidak sempurna. Larutan larutan yang tersisa dalam kesetimbangan osmotik yang
berhubungan dengan membran biologis tertentu disebut isotonik. Ini berbeda dengan larutan
larutan iso-osmotik yang tidak melibatkan pergerakan jaringan molekul ketika dipisahkan oleh
membran semipermeabel. Sebuah larutan yang mempunyai konsentrasi garam yang sama
contohnya sel-sel tubuh yang normal dan darah. Hal ini juga berbeda dengan larutan hipertonik
ataupun larutan hipotonik. Minuman isotonik dapat di minum untuk menggantikan fluida dan
mineral yang digunakan tubuh selama aktifitas fisik.
Memiliki tekanan osmotic sama dengan tekanan osmotik sel darah merah.
5.0% glukosa atau 0.90% NaCl biasa digunakan untuk keperluan medis karena memberikan
tekanan osmotik sama dengan yang dimiliki sel darah merah