Step 1
AVPU
Sebuah pemeriksaan untuk kesadaran selain GCS
A: Allert and awake oreientasi tempat dan waktu
V : Verbal stimulationv bahasa dan bicara
P : Pain stimulation nyeri
U: Unresponsive tidak bereaksi
Oropharyngeal airway
Alat untuk membantu membuka jalan nafas pada bagian mulut dan faring, jika terdapat
sumbatan (lidah dll.)
Pulse oxymetri
Suatu alat yang digunakan untuk menentukan derajat saturasi oksigen didalam darah
Definitive airway
Alat seperti pipa dalam trakea dengan balon yang dikembangkan , dan alat akan di hubungjan
dengan alat bantu pernafasan.
Cara :
Surgical : memekai sayatan trakeotomi / cricotiroidectomi
Nonsurgical endotrakeal tube
Primary survey
Suatu tindakan assesment cepat terhadap ttd vital, untuk mengetahui kondisi yang
mengancam nyawa, mencakup pemeriksaan
Airway : Jalan nafas
Breathing : pernafasan
Circulation : perdarahan
Devibrilation (Disability) : gangguan neurologis
Exposure : membuka baju pasien, hindari dari hipotermi
STEP 2
1
7. Apa makna pemeriksaan pulse oxymetri tampak 92% dan RR = 30x/menit , GCS : 8 ,
mengapa bisa demikian ? bahaya atau tidak ?
8. Mengapa setelah dilakukan oxygen rebreathing mask 10 L/menit , tingkat saturasi malah
turun ?
9. Bagaimana cara mengatur dan memasang tingkat oksigen pada oxygen rebreathing mask ?
10. Derajat pulse oxymetri ?
11. Indikasi dilakukannya definitive airway?
12. Apa yang harus dipersiapkan dan dilakukan sebagai paramedis dalam menghadapi kasus
kegawat daruratan ?
13. Apa saja yang harus di lakukan paramedis untuk menentukan bahwa kasus pasien merupakan
kegawat daruratan atau tidak?
STEP 7
1. Bagaimana pelaksanaan primary survey ? Apa yang dimaksud ?
tujuan ?
Suatu tindakan melakukan pemeriksaan , evaluasi , dan resusitasi pada penderita yg sedang terancam
nyawanya akibat trauma, dilakukan secara sistematis sesuai prioritas. A = Airway (Jalan Nafas), B=
Breathing (Nafas) , C= Circulation (Sirkulasinya), D= Disability, E= Exposure . Primary survey
harus dilakukan dalam waktu tidak lebih dari 2-5 menit. Penanganan yang simultan terhadap trauma dapat
terjadi bila terdapat lebih dari satu keadaan yang mengancam jiwa(Wilkinson, 2000). Hal tersebut mencakup:
Airway
Nilai jalan napas. Dapatkah pasien berbicara dan bernapas dengan bebas? Bila ada sumbatan, langkah-
langkah yang harus dipertimbangkan adalah:
- Chin lift/jaw thrust (lidah melekat pada rahang)
- Suction (bila tersedia)
- Guedel airway/nasopharyngeal airway
- Intubasi. Pertahankan posisi leher dalam keadaan immobile pada posisi netral.
Breathing
Breathing dinilai sebagai bebasnya airway dan adekuatnya pernapasan diperiksa kembali. Bila tidak
adekuat, langkah-langkah yang perlu dipertimbangkan adalah:
- Dekompresi dan drainase dari tension pneumothorax/haemotrhorax
- Penutupan trauma dada terbuka
- Ventilasi artificial
- Berikan oksigen bila tersedia
Circulation
Nilai sirkulasi, sebagai supplai oksigen dan bebasnya airway, dan adekuatnya pernapasan diperiksa
kembali. Bila tidak adekuat, langkah-langkah yang perlu dipertimbangkan adalah:
- Hentikan perdarahan eksternal
- Pasang 2 IV line berkaliber besar (14 atau 16 G) bila memungkinkan
- Berikan cairan bila tersedia
Disability
Penilaian neurologis cepat (apakah pasien sadar, member respon suara terhadap rangsang nyeri, atau pasien
tidak sadar). Tidak ada waktu untuk melakukan pemeriksaan Glasgow Coma Scale, maka sistem AVPU
pada keadaan ini lebih jelas dan cepat:
- Awake (A)
- Verbal response (V)
- Painful response (P)
- Unresponsive (U)
Exposure
Tanggalkan pakaian pasien dan cari apakah ada luka. Bila pasien disangkakan mengalami trauma leher
maupun spinal, immobilisasi dalam suatu garis lurus sangat penting(Wilkinson, 2000)
AVPU
2
Cara menentukan kesadaran seseorang korban adalah dengan menilai respon korban terhadap sentuhan atau
panggilan dari penolong. Lakukan dengan metode AVPU, dimana pasien diperiksa apakah sadar baik (alert),
berespon dengan kata-kata (verbal), hanya berespon jika dirangsang nyeri (pain), atau pasien tidak sadar
sehingga tidak berespon baik verbal maupun diberi rangsang nyeri (unresponsiv) .
A Alert : Korban sadar jika tidak sadar lanjut ke poin V
V Verbal : Cobalah memanggil-manggil korban dengan berbicara keras di telinga
korban ( pada tahap ini jangan sertakan dengan menggoyang atau menyentuh
pasien ), jika tidak merespon lanjut ke P.
P Pain : Cobalah beri rangsang nyeri pada pasien, yang paling mudah adalah
menekan bagian putih dari kuku tangan (di pangkal kuku), selain itu dapat juga
dengan menekan bagian tengah tulang dada (sternum) dan juga areal diatas mata
(supra orbital).
U Unresponsive : Setelah diberi rangsang nyeri tapi pasien masih tidak bereaksi
maka pasien berada dalam keadaan unresponsive
3
Head Tilt maneuver (tindakan menekan dahi)
Gambar 2. Pemeriksaan sumbatan jalan nafas di daerah mulut dengan menggunakan teknik cross
finger
Chin Lift
Dilakukan dengan maksud mengangkat otot pangkal lidah ke depan. Caranya : gunakan jari
tengah dan telunjuk untuk memegang tulang dagu pasien kemudian angkat.
Head Tilt
Dilakukan bila jalan nafas tertutup oleh lidah pasien, Ingat! Tidak boleh dilakukan pada pasien
dugaan fraktur servikal. Caranya : letakkan satu telapak tangan di dahi pasien dan tekan ke
bawah sehingga kepala menjadi tengadah dan penyangga leher tegang dan lidahpun terangkat
ke depan.
5
Gambar 5. tangan kanan melakukan Chin lift ( dagu diangkat). dan tangan kiri melakukan
head tilt. Pangkal lidah tidak lagi menutupi jalan nafas.
Jaw thrust
Caranya : dorong sudut rahang kiri dan kanan ke arah depan sehingga barisan gigi bawah
berada di depan barisan gigi atas
Gambar 6 dan 7. manuver Jaw thrust dikerjakan oleh orang yang terlatih
Abdominal Thrust (Manuver Heimlich)
Dapat dilakukan dalam posisi berdiri dan terlentang. Caranya berikan hentakan mendadak pada
ulu hati (daerah subdiafragma abdomen).
Abdominal Thrust (Manuver Heimlich) pada posisi berdiri atau duduk
Caranya : penolong harus berdiri di belakang korban, lingkari pinggang korban dengan kedua
lengan penolong, kemudian kepalkan satu tangan dan letakkan sisi jempol tangan kepalan pada
perut korban, sedikit di atas pusar dan di bawah ujung tulang sternum. Pegang erat kepalan
tangan dengan tangan lainnya. Tekan kepalan tangan ke perut dengan hentakan yang cepat ke
atas. Setiap hentakan harus terpisah dan gerakan yang jelas.
Abdominal Thrust (Manuver Heimlich) pada posisi tergeletak (tidak sadar)
Caranya : korban harus diletakkan pada posisi terlentang dengan muka ke atas. Penolong
berlutut di sisi paha korban. Letakkan salah satu tangan pada perut korban di garis tengah
sedikit di atas pusar dan jauh di bawah ujung tulang sternum, tangan kedua diletakkan di atas
tangan pertama. Penolong menekan ke arah perut dengan hentakan yang cepat ke arah atas.
6
Berdasarkan ILCOR yang terbaru, cara abdominal thrust pada posisi terbaring tidak dianjurkan,
yang dianjurkan adalah langsung melakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP).
Abdominal Thrust (Manuver Heimlich) pada yang dilakukan sendiri
Pertolongan terhadap diri sendiri jika mengalami obstruksi jalan napas.
Caranya : kepalkan sebuah tangan, letakkan sisi ibu jari pada perut di atas pusar dan di bawah
ujung tulang sternum, genggam kepala itu dengan kuat, beri tekanan ke atas kea rah diafragma
dengan gerakan yang cepat, jika tidk berhasil dapat dilakukan tindakan dengan menekan perut
pada tepi meja atau belakang kursi
Chest Thrust (untuk bayi, anak yang gemuk dan wanita hamil)
Bila penderita sadar, lakukan chest thrust 5 kali (tekan tulang dada dengan jari telunjuk atau jari
tengah kira-kira satu jari di bawah garis imajinasi antara kedua putting susu pasien). Bila
penderita sadar, tidurkan terlentang, lakukan chest thrust, tarik lidah apakah ada benda asing,
beri nafas buatan
SUNATRIO, S., JOENOERHAM, J. RESUSITASI JANTUNG PARU. JAKARTA: BAGIAN
ANESTESIOLOG DAN TERAPI INTENSIF FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
INDONESIA.
7
5. Mengapa dokter melakukan triple airway manuver dilanjut dengan
pemasangan oropharingeal airway ?
TRIPLE AIRWAY : Sebagai tindakan untuk memperbaiki jalan napas, yang ditakutkan dapat
menghambat jalannya oksigen ke paru-paru
OROPHARINGEAL AIRWAY : Bertujuan menahan lidah dari menutupi hipofaring. Sebagai
fasilitas suction dan mencegah tergigitnya lidah dan ETT.
8. Mengapa setelah dilakukan oxygen rebreathing mask 10 L/menit , tingkat saturasi malah
turun ?
- Pemasangan tidak pas
- Jalan nafas masih terdapat benda asing , belum di sucktion
8
Indikasi :
Flow rate: 1-6 L/menit
Konsentrasi O2 : 20-45%
Keuntungan :
- Pasien dapat makan dan bicara tanpa melepas canula
- Nyaman untuk semua usia
Kerugian :
- Mudah terlepas / salah posisi
- Flow rate > 6L/menit tidak dapat diberikan, karena dapat menimbulkan rasa tidak nyaman
Perbedaan antara rebreathing dan non-rebreathing mask terletak pada adanya vulve yang
mencegah udara ekspirasi terinhalasi kembali. (Aryani, 2009:54)
Macam Bentuk Masker :
Simple face mask
Mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen 40-60% dengan kecepatan aliran 5-8 liter/menit.
Rebreathing mask
Mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen 60-80% dengan kecepatan aliran 8-12 liter/menit.
Memiliki kantong yang terus mengembang baik, saat inspirasi maupun ekspirasi. Pada saat
inspirasi, oksigen masuk dari sungkup melalui lubang antara sungkup dan kantung reservoir,
ditambah oksigen dari kamar yang masuk dalam lubang ekspirasi pada kantong. Udara
inspirasi sebagian tercampur dengan udara ekspirasi sehingga konsentrasi CO2 lebih tinggi
daripada simple face mask. (Tarwoto&Wartonah, 2010:37)
Non rebreathing mask
Mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen sampai 80-100% dengan kecepatan aliran 10-12
liter/menit. Pada prinsipnya, udara inspirasi tidak bercampur dengan udara ekspirasi karena
mempunyai 2 katup, 1 katup terbuka pada saat inspirasi dan tertutup saat pada saat ekspirasi, dan
1 katup yang fungsinya mencegah udara kamar masuk pada saat inspirasi dan akan membuka
pada saat ekspirasi. (Tarwoto&Wartonah, 2010:37)
12. Apa yang harus dipersiapkan dan dilakukan sebagai paramedis dalam menghadapi kasus
kegawat daruratan ?
13. Apa saja yang harus di lakukan paramedis untuk menentukan bahwa kasus pasien merupakan
kegawat daruratan atau tidak?
11
1. Trauma
Trauma dapat disebabkan oleh karena kecelakaan, gantung diri, atau kasus percobaan
pembunuhan. Lokasi obstruksi biasanya terjadi di tulang rawan sekitar, misalnya aritenoid, pita
suara dll.
2. Benda Asing
a. Laring
Terjadinya obstruksi pada laring dapat diketahui melalui tanda-tanda sebagai berikut, yakni
secara progresif terjadi stridor, dispneu, apneu, digagia, hemopsitis, pernafasan dgn otot-otot
nafas tambahan, atau dapat pula terjadi sianosis. Gangguan oleh benda-benda asing ini
biasanya terjadi pada anak-anak yang disebabkan oleh berbagai biji-bijian dan tulang ikan tg
tidak teratur bentuknya.
b. Saluran nafas
Berdasarkan lokasi benda-benda yang tersangkut dalam saluran nafas maka dibagi atas :
Pada Trakhea
Benda asing pada trakhea jauh lebih berbahaya dari pada di dalam bronkhus, karena dapat
menimbulkan asfiksia. Benda asing didalam trakea tidak dapat dikeluarkan, karena
tersangkut di dalam rima glotis dan akhirnya tersangkut dilaring dan menimbulkan gejala
obstruksi laring
Pada Bronkhus
Biasanya akan tersangkut pada bronkhus kanan, oleh karena diameternya lebih besar dan
formasinya dilapisi oleh sekresi bronkhus sehingga menjadi besar
Jackson
1. Sesak nafas, stridor inspirator, retraksi suprasternal ; KU masih baik
2. Gejala stadium I + retraksi epigastrium ; penderita mulai gelisah
3. Gejala stadium II+retraksi supra/infraklavikular; penderita sangat gelisah dan sianotik
4. Gejala umum stadium III+retraksi interkostal; penderita berusaha sekuat tenaga untuk
menghirup udara; lama-kelamaan terjadi paralisis pusat pernapasan, penderita menjadi apatik
dan ahirnya meninggal.
KEDARURATAN MEDIK. AGUS PURWADIANTO. EDISI REVISI TAHUN 2000
Klasifikasi
a. Sumbatan totaltidak dikoreksi dalam 5-10 menit dapat mengakibatkan asfiksi (kombinasi
hipoksemi dan hipokarbia), henti nafas dan henti jantung, tidak terdengar suara nafas dan tidak
terasa adanya aliran udara lewat hidung dan mulut, retrak si pada supraklavikula, sela iga jika
masih dapat bernafas secara spontan dan dada tidak mengembang saat inspirasi atau inflasi
paru gagal walaupun cara sudah benar. Bisa terjadi atelektasis
12
b. Parsialkerusakan otak, sembab otak, sembab paru, terdengar aliran udara berisik dan
kadang2 disertai retraksi, bunyi melengking (stridor)menandakan laringospasme, bunyi kumur
menandakan sumbatan benda asing
c. Obstruksi yang hanya mengganggu ventilasiwheezing tanpa gangguan parenkim paru
a. Eksogen : padat, cair & gas, seperti kacang, rambutan, jarum, dsb
Stridor, dispneu, apneu, digagia, hemopsitis, pernafasan dengan otot-otot tambahan, dapat pula
terjadi sianosis
Lebih berbahaya daripada didalam bronkhus karena dapat menimbulkan asfiksia. terdengar stridor
dan akhirnya trjdi sianosis yang disertai dgn edema
13
Benda Asing di Bronkhus
Biasanya akan tersangkut pada bronkhus kanan, oleh karena diameternya lebih besar dan
formasinya dilapisi oleh sekresi bronkhus sehingga menjadi besar
Pasien mengalami batuk yang hebat dan bersin-bersin selama beberapa menit. Batuk ini diikuti
wheezing (mengi) dan ila tidak terdapat riwayat asma, maka hal ini harus dicurigai sbg benda
asing, terutama bila wheezing (mengi) terdapat di unilateral.
Berdasarkan tingkat obstruksi yang trjdi pda saluran nafas dibagi mnjdi 3 bagian, yaitu :
a. Dimana obstruksi yang tjd dapat menganggu ventilasi, maka hanya ditemukan wheezing tanpa
ditemukan gangguan pada parenkim paru
b. Bila terjadi obstruksi parsial, maka dapat terjadi check valve phenomen atau empisema paru
c. Bila terjadi obstuksi total, maka akan terjadi atelektasis
BUKU AGENDA GAWAT DARURAT, JILID 2, PROF. DR.. H. TABRANI RAB
Akibat
BAGIAN ATAS
Dasar lidah
Sering menyumbat jalan nafas pd penderita koma krn pd penderita koma otot lidah dan leher
lemas sehingga tidak mampu mengangkat dasar lidah dari dinding belakang farings. Hal ni
sering terjadi bila kepala penderita dalam posisi fleksi.
Benda asing
Seperti tumpahan atau darah di jalan nafas bagian atas yang tidak dapat ditelan atau dibatukkan
oleh penderita yang tidak sadar dapat menyumbat jalan nafas. Benda-benda tersebut bisa
tersangkut pada :
a. Laring Secara progresif akan terjadi stridor, dispneu, apneu, penggunaan otot bantu
nafas, sianois
b. Saluran nafas
1. Trachea tidak dapat dikeluarkan karena tersangkut didalam rimaglotis dan akhirnya
tersangkut dilarink dan akhirnya dapat menimbulkan gejala obstruksi larink
2. Bronkus Biasanya tersangkut pada bronkus kanan, benda asing ini kemudian dilapisi
sekresi bronkus sehingga menjadi besar.
Edema jalan nafas : dapat disebabkan infeksi(difteri), reaksi alergi atau akibat instrumentasi
(pemasangan pipa endotrakeal,bronkoskopi) dan trauma tumpul.
Tumor : kista larings, papiloma larings, karsinoma larings biasa sumbatan terjadi perlahan-
lahan.
Trauma daerah larings
Spasme otot larings : tetanus, reaksi emosi
Kelumpuhan otot abduktor pita suara (abduktor paralysis) terutama bila bilateral.
Kelainan kongenital : laryngeal web, fistula trakeoesofagus yang menimbulkan
laringotrakeomalasia.
BUKU KEDARURATAN MEDIK, PEDOMAN PENATALAKSANAAN PRAKTIS EDISI REVISI
BAGIAN BAWAH
Bronkospasne
14
Sembab mukosa
Sekresi bronkus
Masuknya isi lambung atau benda asing ke dlm paru.
DR. SOENARJO SP.AN,KIC., BUKU PENANGANAN PENDERITA GAWAT DARURAT
15
3. Tumor
4. Trauma daerah laring
5. Spasme otot larings: tetanus, reaksi emosi
6. Kelumpuhan otot abductor pita suara : terutama bila bilateral
7. Kelainan congenital: laryngeal web, fistula trakeoesofagus yang menimbulkan
laringotrakeamalasia
1) BAGIAN ATAS
Dasar lidah
Sering menyumbat jln nafas pd penderita koma krn pd penderita koma otot lidah dan
leher lemas sehingga tdk mampu mengangkat dasar lidah dari dinding belakang farings.
Hal ni sering terjadi bila kepala penderita dalam posisi fleksi.
Benda asing
Seperti tumpahan atau darah di jln nafas bagian atas yg tdk dpt ditelan atau dibatukkan
oleh penderita yg tdk sadar dpt menyumbat jln nafas.Benda-benda tersebut bisa
tersangkut pada :
c. Laring Secara progresif akan terjadi stridor, dispneu, apneu, penggunaan otot
bantu nafas, sianois
d. Saluran nafas
3. Trachea tidak dapat dikeluarkan karena tersangkut didalam rimaglotis dan
akhirnya tersangkut dilarink dan akhirnya dapat menimbulkan gejala obstruksi
larink
4. Bronkus Biasanya tersangkut pada bronkus kanan, benda asing ini
kemudian dilapisi sekresi bronkus sehingga menjadi besar.
Edema jln nafas : dpt disebabkan infeksi(difteri), reaksi alergi atau akibat instrumentasi
(pemasangan pipa endotrakeal,bronkoskopi) dan trauma tumpul.
Tumor : kista larings, papiloma larings, karsinoma larings biasa sumbatan terjadi
perlahan-lahan.
Trauma daerah larings
Spasme otot larings : tetanus, reaksi emosi
Kelumpuhan otot abduktor pita suara (abduktor paralysis) terutama bila bilateral.
Kelainan kongenital : laryngeal web, fistula trakeoesofagus yg menimbulkan
laringotrakeomalasia.
Buku Kedaruratan Medik, Pedoman Penatalaksanaan Praktis Edisi Revisi
2) BAGIAN BAWAH
16
Bronkospasne
Sembab mukosa
Sekresi bronkus
Masuknya isi lambung atau benda asing ke dlm paru.
Dr. Soenarjo Sp.An,KIC., Buku Penanganan Penderita Gawat Darurat
PATOFISIOLOGI
Pathophysiology
Respiratory
CNS efferens Peripheral nerves muscles, chest wall Airways
Afferens Alveoli
integration in
CNS
Alveolar Minute
Chemoreceptors PaO2, PaCO2 ventilation ventilation
(VA) (VE)
Abnormalities in any of the effector components can result in respiratory failure. The
central and peripheral nervous systems, respiratory muscles and chest wall, and
airways constitute the respiratory pump.
Hypercapnia is the hallmark of respiratory pump failure, while hypoxemia constitutes
the primary disturbance in alveolar disorders producing respiratory failure.
17
4. Diseases that increase the diffusion limitation for oxygen from the alveolar
space to pulmonary capillary impair oxygen transport across the alveolar-
capillary membrane.
18