Anda di halaman 1dari 18

SGD 1 Modul Kegawatdaruratan

Senin, 27 Oktober 2014

Step 1
AVPU
Sebuah pemeriksaan untuk kesadaran selain GCS
A: Allert and awake oreientasi tempat dan waktu
V : Verbal stimulationv bahasa dan bicara
P : Pain stimulation nyeri
U: Unresponsive tidak bereaksi

Triple Airway Manuever


1.Head Tilt angkat kepala (kontraindikasi fraktur cervical)
2.Chin Lift mengangkat dagu (kontraindikasi fraktur cervical)
3.Jaw Thrust membuka rahang bawah
Tiga cara untuk membuka jalan nafas

Oropharyngeal airway
Alat untuk membantu membuka jalan nafas pada bagian mulut dan faring, jika terdapat
sumbatan (lidah dll.)
Pulse oxymetri
Suatu alat yang digunakan untuk menentukan derajat saturasi oksigen didalam darah
Definitive airway
Alat seperti pipa dalam trakea dengan balon yang dikembangkan , dan alat akan di hubungjan
dengan alat bantu pernafasan.
Cara :
Surgical : memekai sayatan trakeotomi / cricotiroidectomi
Nonsurgical endotrakeal tube
Primary survey
Suatu tindakan assesment cepat terhadap ttd vital, untuk mengetahui kondisi yang
mengancam nyawa, mencakup pemeriksaan
Airway : Jalan nafas
Breathing : pernafasan
Circulation : perdarahan
Devibrilation (Disability) : gangguan neurologis
Exposure : membuka baju pasien, hindari dari hipotermi

STEP 2

1. Bagaimana pelaksanaan primary survey ?


2. Kenapa didapatkan rongga mulut berdarah serta suara seperti mengorok dan berkumur ?
3. Bagaimana penanganan pada pasien yang mengalami sumbatan jalan nafas ?
4. Apa hubungan fraktur impressi os.frontal dengan sianosis ?
5. Mengapa dr. Melakukan triple airway manuver dilanjut dengan pemasangan oropharingeal
airway ?
6. Mengapa dr. Memasang oxygen rebreathing mask 10 L/menit ?

1
7. Apa makna pemeriksaan pulse oxymetri tampak 92% dan RR = 30x/menit , GCS : 8 ,
mengapa bisa demikian ? bahaya atau tidak ?
8. Mengapa setelah dilakukan oxygen rebreathing mask 10 L/menit , tingkat saturasi malah
turun ?
9. Bagaimana cara mengatur dan memasang tingkat oksigen pada oxygen rebreathing mask ?
10. Derajat pulse oxymetri ?
11. Indikasi dilakukannya definitive airway?
12. Apa yang harus dipersiapkan dan dilakukan sebagai paramedis dalam menghadapi kasus
kegawat daruratan ?
13. Apa saja yang harus di lakukan paramedis untuk menentukan bahwa kasus pasien merupakan
kegawat daruratan atau tidak?

STEP 7
1. Bagaimana pelaksanaan primary survey ? Apa yang dimaksud ?
tujuan ?
Suatu tindakan melakukan pemeriksaan , evaluasi , dan resusitasi pada penderita yg sedang terancam
nyawanya akibat trauma, dilakukan secara sistematis sesuai prioritas. A = Airway (Jalan Nafas), B=
Breathing (Nafas) , C= Circulation (Sirkulasinya), D= Disability, E= Exposure . Primary survey
harus dilakukan dalam waktu tidak lebih dari 2-5 menit. Penanganan yang simultan terhadap trauma dapat
terjadi bila terdapat lebih dari satu keadaan yang mengancam jiwa(Wilkinson, 2000). Hal tersebut mencakup:
Airway
Nilai jalan napas. Dapatkah pasien berbicara dan bernapas dengan bebas? Bila ada sumbatan, langkah-
langkah yang harus dipertimbangkan adalah:
- Chin lift/jaw thrust (lidah melekat pada rahang)
- Suction (bila tersedia)
- Guedel airway/nasopharyngeal airway
- Intubasi. Pertahankan posisi leher dalam keadaan immobile pada posisi netral.
Breathing
Breathing dinilai sebagai bebasnya airway dan adekuatnya pernapasan diperiksa kembali. Bila tidak
adekuat, langkah-langkah yang perlu dipertimbangkan adalah:
- Dekompresi dan drainase dari tension pneumothorax/haemotrhorax
- Penutupan trauma dada terbuka
- Ventilasi artificial
- Berikan oksigen bila tersedia
Circulation
Nilai sirkulasi, sebagai supplai oksigen dan bebasnya airway, dan adekuatnya pernapasan diperiksa
kembali. Bila tidak adekuat, langkah-langkah yang perlu dipertimbangkan adalah:
- Hentikan perdarahan eksternal
- Pasang 2 IV line berkaliber besar (14 atau 16 G) bila memungkinkan
- Berikan cairan bila tersedia
Disability
Penilaian neurologis cepat (apakah pasien sadar, member respon suara terhadap rangsang nyeri, atau pasien
tidak sadar). Tidak ada waktu untuk melakukan pemeriksaan Glasgow Coma Scale, maka sistem AVPU
pada keadaan ini lebih jelas dan cepat:
- Awake (A)
- Verbal response (V)
- Painful response (P)
- Unresponsive (U)
Exposure
Tanggalkan pakaian pasien dan cari apakah ada luka. Bila pasien disangkakan mengalami trauma leher
maupun spinal, immobilisasi dalam suatu garis lurus sangat penting(Wilkinson, 2000)

AVPU

2
Cara menentukan kesadaran seseorang korban adalah dengan menilai respon korban terhadap sentuhan atau
panggilan dari penolong. Lakukan dengan metode AVPU, dimana pasien diperiksa apakah sadar baik (alert),
berespon dengan kata-kata (verbal), hanya berespon jika dirangsang nyeri (pain), atau pasien tidak sadar
sehingga tidak berespon baik verbal maupun diberi rangsang nyeri (unresponsiv) .
A Alert : Korban sadar jika tidak sadar lanjut ke poin V
V Verbal : Cobalah memanggil-manggil korban dengan berbicara keras di telinga
korban ( pada tahap ini jangan sertakan dengan menggoyang atau menyentuh
pasien ), jika tidak merespon lanjut ke P.
P Pain : Cobalah beri rangsang nyeri pada pasien, yang paling mudah adalah
menekan bagian putih dari kuku tangan (di pangkal kuku), selain itu dapat juga
dengan menekan bagian tengah tulang dada (sternum) dan juga areal diatas mata
(supra orbital).
U Unresponsive : Setelah diberi rangsang nyeri tapi pasien masih tidak bereaksi
maka pasien berada dalam keadaan unresponsive

2. Kenapa didapatkan rongga mulut berdarah serta suara seperti


mengorok dan berkumur ?

a. Karena adanya kebuntuan yang disebabkan oleh darah,


b. Tdk ada kontraksi di lidah, menutup rongga pernapasan turbulensi udara terganggu suara
berkumur
Sumbatan parsial : ada suara berisik dan retraksi ; ngorok ( snoring chin lift), gurgling (cairan,
berkumur finger swab, suction), crowing (nada tinggi, karena edem di trakea jaw thrust).
Sumbatan total : dada tidak mengembang saat inspirasi tidak ada suara dari mulut atau hidung,
retraksi supra clavicula.
Tanda-tanda adanya sumbatan (ditandai adanya suara nafas tambahan) :
Mendengkur(snoring), berasal dari sumbatan pangkal lidah. Cara mengatasi : chin lift, jaw thrust,
pemasangan pipa orofaring/nasofaring, pemasangan pipa endotrakeal.
Berkumur (gargling), penyebab : ada cairan di daerah hipofaring. Cara mengatasi : finger sweep,
pengisapan/suction.
Stridor (crowing), sumbatan di plika vokalis. Cara mengatasi : cricotirotomi, trakeostomi.

Jenis-jenis suara nafas tambahan karena hambatan sebagian jalan nafas :


a. Snoring : suara seperti ngorok, kondisi ini menandakan adanya kebuntuan jalan napas bagian atas
oleh benda padat, jika terdengar suara ini maka lakukanlah pengecekan langsung dengan cara cross-
finger untuk membuka mulut (menggunakan 2 jari, yaitu ibu jari dan jari telunjuk tangan yang
digunakan untuk chin lift tadi, ibu jari mendorong rahang atas ke atas, telunjuk menekan rahang
bawah ke bawah). Lihatlah apakah ada benda yang menyangkut di tenggorokan korban (eg: gigi
palsu dll). Pindahkan benda tersebut
b. Gargling : suara seperti berkumur, kondisi ini terjadi karena ada kebuntuan yang disebabkan oleh
cairan (eg: darah), maka lakukanlah cross-finger(seperti di atas), lalu lakukanlah finger-sweep
(sesuai namanya, menggunakan 2 jari yang sudah dibalut dengan kain untuk menyapu rongga
mulut dari cairan-cairan).
c. Crowing : suara dengan nada tinggi, biasanya disebakan karena pembengkakan (edema) pada
trakea, untuk pertolongan pertama tetap lakukan maneuver head tilt and chin lift atau jaw thrust saja

3. Bagaimana penanganan pada pasien yang mengalami sumbatan


jalan nafas ?
PENGELOLAAN
Membuka jalan nafas dengan proteksi cervikal
Chin Lift maneuver (tindakan mengangkat dagu)
Jaw thrust maneuver (tindakan mengangkat sudut rahang bawah)

3
Head Tilt maneuver (tindakan menekan dahi)

Gambar dan penjelasan lihat dibawah.


Ingat! Pada pasien dengan dugaan cedera leher dan kepala, hanya dilakukan maneuver jaw
thrust dengan hati-hati dan mencegah gerakan leher.
Untuk memeriksa jalan nafas terutama di daerah mulut, dapat dilakukan teknik Cross Finger
yaitu dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk yang disilangkan dan menekan gigi atas
dan bawah.
Bila jalan nafas tersumbat karena adanya benda asing dalam rongga mulut dilakukan
pembersihan manual dengan sapuan jari.
Kegagalan membuka nafas dengan cara ini perlu dipikirkan hal lain yaitu adanya sumbatan
jalan nafas di daerah faring atau adanya henti nafas (apnea)
Bila hal ini terjadi pada penderita tidak sadar, lakukan peniupan udara melalui mulut, bila dada
tidak mengembang, maka kemungkinan ada sumbatan pada jalan nafas dan dilakukan maneuver
Heimlich.

Gambar 2. Pemeriksaan sumbatan jalan nafas di daerah mulut dengan menggunakan teknik cross
finger

Tanda-tanda adanya sumbatan (ditandai adanya suara nafas tambahan) :


Mendengkur(snoring), berasal dari sumbatan pangkal lidah. Cara mengatasi : chin lift, jaw
thrust, pemasangan pipa orofaring/nasofaring, pemasangan pipa endotrakeal.
Berkumur (gargling), penyebab : ada cairan di daerah hipofaring. Cara mengatasi : finger
sweep, pengisapan/suction.
Stridor (crowing), sumbatan di plika vokalis. Cara mengatasi : cricotirotomi, trakeostomi.

Membersihkan jalan nafas


Sapuan jari (finger sweep)
Dilakukan bila jalan nafas tersumbat karena adanya benda asing pada rongga mulut belakang
atau hipofaring seperti gumpalan darah, muntahan, benda asing lainnya sehingga hembusan
nafas hilang. Cara melakukannya :
Miringkan kepala pasien (kecuali pada dugaan fraktur tulang leher) kemudian buka mulut
dengan jaw thrust dan tekan dagu ke bawah bila otot rahang lemas (maneuver emaresi).
Gunakan 2 jari (jari telunjuk dan jari tengah) yang bersih atau dibungkus dengan sarung
tangan/kassa/kain untuk membersihkan rongga mulut dengan gerakan menyapu.

Mengatasi sumbatan nafas parsial


Dapat digunakan teknik manual thrust
Abdominal thrust
Chest thrust
Back blow
Gambar dan penjelasan lihat di bawah! Jika sumbatan tidak teratasi, maka penderita akan :
Gelisah oleh karena hipoksia
Gerak otot nafas tambahan (retraksi sela iga, tracheal tug)
Gerak dada dan perut paradoksal
Sianosis
Kelelahan dan meninggal
Prioritas utama dalam manajemen jalan nafas adalah JALAN NAFAS BEBAS!
Pasien sadar, ajak bicara. Bicara jelas dan lancar berarti jalan nafas bebas
Beri oksigen bila ada 6 liter/menit
Jaga tulang leher : baringkan penderita di tempat datar, wajah ke depan, posisi leher netral
Nilai apakah ada suara nafas tambahan.

Chin Lift
Dilakukan dengan maksud mengangkat otot pangkal lidah ke depan. Caranya : gunakan jari
tengah dan telunjuk untuk memegang tulang dagu pasien kemudian angkat.

Head Tilt
Dilakukan bila jalan nafas tertutup oleh lidah pasien, Ingat! Tidak boleh dilakukan pada pasien
dugaan fraktur servikal. Caranya : letakkan satu telapak tangan di dahi pasien dan tekan ke
bawah sehingga kepala menjadi tengadah dan penyangga leher tegang dan lidahpun terangkat
ke depan.

5
Gambar 5. tangan kanan melakukan Chin lift ( dagu diangkat). dan tangan kiri melakukan
head tilt. Pangkal lidah tidak lagi menutupi jalan nafas.
Jaw thrust
Caranya : dorong sudut rahang kiri dan kanan ke arah depan sehingga barisan gigi bawah
berada di depan barisan gigi atas

Gambar 6 dan 7. manuver Jaw thrust dikerjakan oleh orang yang terlatih

Mengatasi sumbatan parsial/sebagian. Digunakan untuk membebaskan sumbatan dari


benda padat:


Abdominal Thrust (Manuver Heimlich)
Dapat dilakukan dalam posisi berdiri dan terlentang. Caranya berikan hentakan mendadak pada
ulu hati (daerah subdiafragma abdomen).
Abdominal Thrust (Manuver Heimlich) pada posisi berdiri atau duduk
Caranya : penolong harus berdiri di belakang korban, lingkari pinggang korban dengan kedua
lengan penolong, kemudian kepalkan satu tangan dan letakkan sisi jempol tangan kepalan pada
perut korban, sedikit di atas pusar dan di bawah ujung tulang sternum. Pegang erat kepalan
tangan dengan tangan lainnya. Tekan kepalan tangan ke perut dengan hentakan yang cepat ke
atas. Setiap hentakan harus terpisah dan gerakan yang jelas.
Abdominal Thrust (Manuver Heimlich) pada posisi tergeletak (tidak sadar)
Caranya : korban harus diletakkan pada posisi terlentang dengan muka ke atas. Penolong
berlutut di sisi paha korban. Letakkan salah satu tangan pada perut korban di garis tengah
sedikit di atas pusar dan jauh di bawah ujung tulang sternum, tangan kedua diletakkan di atas
tangan pertama. Penolong menekan ke arah perut dengan hentakan yang cepat ke arah atas.

6
Berdasarkan ILCOR yang terbaru, cara abdominal thrust pada posisi terbaring tidak dianjurkan,
yang dianjurkan adalah langsung melakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP).
Abdominal Thrust (Manuver Heimlich) pada yang dilakukan sendiri
Pertolongan terhadap diri sendiri jika mengalami obstruksi jalan napas.
Caranya : kepalkan sebuah tangan, letakkan sisi ibu jari pada perut di atas pusar dan di bawah
ujung tulang sternum, genggam kepala itu dengan kuat, beri tekanan ke atas kea rah diafragma
dengan gerakan yang cepat, jika tidk berhasil dapat dilakukan tindakan dengan menekan perut
pada tepi meja atau belakang kursi

Gambar 9. Abdominal Thrust dalam posisi berdiri

Back Blow (untuk bayi)


Bila penderita sadar dapat batuk keras, observasi ketat. Bila nafas tidak efektif atau berhenti,
lakukan back blow 5 kali (hentakan keras pada punggung korban di titik silang garis antar
belikat dengan tulang punggung/vertebrae)

Gambar 10. Back blow pada bayi

Chest Thrust (untuk bayi, anak yang gemuk dan wanita hamil)
Bila penderita sadar, lakukan chest thrust 5 kali (tekan tulang dada dengan jari telunjuk atau jari
tengah kira-kira satu jari di bawah garis imajinasi antara kedua putting susu pasien). Bila
penderita sadar, tidurkan terlentang, lakukan chest thrust, tarik lidah apakah ada benda asing,
beri nafas buatan
SUNATRIO, S., JOENOERHAM, J. RESUSITASI JANTUNG PARU. JAKARTA: BAGIAN
ANESTESIOLOG DAN TERAPI INTENSIF FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
INDONESIA.

4. Apa hubungan fraktur impressi os.frontal dengan sianosis ?

7
5. Mengapa dokter melakukan triple airway manuver dilanjut dengan
pemasangan oropharingeal airway ?
TRIPLE AIRWAY : Sebagai tindakan untuk memperbaiki jalan napas, yang ditakutkan dapat
menghambat jalannya oksigen ke paru-paru
OROPHARINGEAL AIRWAY : Bertujuan menahan lidah dari menutupi hipofaring. Sebagai
fasilitas suction dan mencegah tergigitnya lidah dan ETT.

6. Mengapa dr. Memasang oxygen rebreathing mask 10 L/menit ?


7. Apa makna pemeriksaan pulse oxymetri tampak 92% dan RR =
30x/menit , GCS : 8 , mengapa bisa demikian ? bahaya atau tidak ?

Obstruksi jalan nafas Berkurangnya oksigen di dalam darah (hipoksemia) Hipoksia ( di


jaringan otot otot pernafasan,otak,jantung,dll) tubuh mengkompensasi dengan dua cara
yaitu,meningkatkan Frekuensi napas menjadi lebih cepat daripada keadaan normal yang
tujuannya untuk mempertahankan perfusi oksigen dan meningkatkan frekuensi nadi untuk
mempertahankan suplai darah ke jaringan yang membawa O2 jika keadaan ini berlangsung
lama ( tidak di tangani dengan cepat) selama 3 4 menit menyebabkan kelelahan pada otot-
otot pernapasan mengakibatkan terjadinya penumpukan sisa-sisa pembakaran berupa gas CO2
darah dan jaringan Gas CO2 yang tinggi akan mempengaruhi susunan saraf pusat ( medulla
oblongata ), dengan menekan pusat napas henti napas (respiratory arrest).
Otot jantung juga membutuhkan oksigen untuk berkontraksi agar darah dapat dipompa keluar dari
jantung ke seluruh tubuh. Dengan Berhentinya napas maka oksigen tidak ada sama sekali di
dalam tubuh jantung tidak dapat berkontraksi akibatnya terjadi keadaan yang disebut henti
jantung (cardiac arrest).
(Sumber: Agenda gawat darurat jilid 2, Rab,T)

8. Mengapa setelah dilakukan oxygen rebreathing mask 10 L/menit , tingkat saturasi malah
turun ?
- Pemasangan tidak pas
- Jalan nafas masih terdapat benda asing , belum di sucktion

9. Bagaimana cara mengatur , prinsip2 dan macam2 alat suplementasi


oksigen dan memasang tingkat oksigen pada oxygen rebreathing mask ?
Pemberian oksigen dengan menggunakan masker yang dialiri oksigen dengan posisi menutupi hidung dan mulut klien. Masker oksigen
umumnya berwarna bening dan mempunyai tali sehingga dapat mengikat kuat mengelilingi wajah. Bentuk dari face mask bermacam-
macam. Perbedaan antara rebreathing dan non-rebreathing mask terletak pada adanya vulve yang mencegah udara ekspirasi terinhalasi
kembali. Macam Bentuk Masker :
Simple face mask mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen 40-60% dengan kecepatan aliran 5-8 liter/menit.
Rebreathing mask mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen 60-80% dengan kecepatan aliran 8-12 liter/menit. Memiliki kantong
yang terus mengembang baik, saat inspirasi maupun ekspirasi. Pada saat inspirasi, oksigen masuk dari sungkup melalui lubang antara
sungkup dan kantung reservoir, ditambah oksigen dari kamar yang masuk dalam lubang ekspirasi pada kantong. Udara inspirasi
sebagian tercampur dengan udara ekspirasi sehingga konsentrasi CO2 lebih tinggi daripada simple face mask. Indikasi : kadar tekanan
CO2 yang rendah.
Non rebreathing mask mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen sampai 80-100% dengan kecepatan aliran 10-12 liter/menit. Pada
prinsipnya, udara inspirasi tidak bercampur dengan udara ekspirasi karena mempunyai 2 katup, 1 katup terbuka pada saat inspirasi dan
tertutup saat pada saat ekspirasi, dan 1 katup yang fungsinya mencegah udara kamar masuk pada saat inspirasi dan akan membuka
pada saat ekspirasi. Indikasi : klien dengan kadar tekanan CO2 yang tinggi.
Tujuan
Memberikan tambahan oksigen dengan kadar sedang dengan konsentrasi dan kelembaban yang lebih tinggi dibandingkan dengan kanul.
Prinsip
Mengalirkan oksigen tingkat sedang dari hidung ke mulut, dengan aliran 5-6 liter/menit dengan konsentrasi 40 - 60%.

8
Indikasi :
Flow rate: 1-6 L/menit
Konsentrasi O2 : 20-45%
Keuntungan :
- Pasien dapat makan dan bicara tanpa melepas canula
- Nyaman untuk semua usia
Kerugian :
- Mudah terlepas / salah posisi
- Flow rate > 6L/menit tidak dapat diberikan, karena dapat menimbulkan rasa tidak nyaman

Perbedaan antara rebreathing dan non-rebreathing mask terletak pada adanya vulve yang
mencegah udara ekspirasi terinhalasi kembali. (Aryani, 2009:54)
Macam Bentuk Masker :
Simple face mask
Mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen 40-60% dengan kecepatan aliran 5-8 liter/menit.

Rebreathing mask
Mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen 60-80% dengan kecepatan aliran 8-12 liter/menit.
Memiliki kantong yang terus mengembang baik, saat inspirasi maupun ekspirasi. Pada saat
inspirasi, oksigen masuk dari sungkup melalui lubang antara sungkup dan kantung reservoir,
ditambah oksigen dari kamar yang masuk dalam lubang ekspirasi pada kantong. Udara
inspirasi sebagian tercampur dengan udara ekspirasi sehingga konsentrasi CO2 lebih tinggi
daripada simple face mask. (Tarwoto&Wartonah, 2010:37)


Non rebreathing mask
Mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen sampai 80-100% dengan kecepatan aliran 10-12
liter/menit. Pada prinsipnya, udara inspirasi tidak bercampur dengan udara ekspirasi karena
mempunyai 2 katup, 1 katup terbuka pada saat inspirasi dan tertutup saat pada saat ekspirasi, dan
1 katup yang fungsinya mencegah udara kamar masuk pada saat inspirasi dan akan membuka
pada saat ekspirasi. (Tarwoto&Wartonah, 2010:37)

10. Derajat pulse oxymetri ?


95-100% : dalam batas normal, menggunakan canul di nasal
90-94% : hipoksia ringan, sungkup muka sederhana
85-89% : hipoksia ringan-berat, dibantu O2 pada sungkup
<85% : hipoksia berat yang dapat mengancam jiwa, memakai ventilator

11. Indikasi dilakukannya definitive airway?


10
- Henti jantung, bila ventilasi kantong napas tidak memungkinkan atau tidak efektif
- Pasien sadar dengan gangguan pernafasan dan pemberian O2 yang tidak adek kuat dengan
alat-alatventilasi yang tidak invasif
- Asieen yang tidak bisa mempertahankan jalan nafas

12. Apa yang harus dipersiapkan dan dilakukan sebagai paramedis dalam menghadapi kasus
kegawat daruratan ?
13. Apa saja yang harus di lakukan paramedis untuk menentukan bahwa kasus pasien merupakan
kegawat daruratan atau tidak?

14. Macam2 etiologi gangguan nafas, patofisiologi sumbatan nafas


Apa saja yang dapat menyebabkan jalan napas tersumbat ?
Penyebab sumbatan jalan nafas yangsering dijumpai adalah dasar lidah, palatum mole, darah atau
benda asing yang lain.
Dasar lidah sering menyumbat jalan nafas pada penderita koma, karena pada penderita koma otot
lidah dan leher lemas sehingga tidak mampu mengangkat dasar lidah dari dinding belakang
farings. Hal ini sering terjadi bila kepala penderita dalam posisi fleksi.
Benda asing seperti tumpahan atau darah di jalan nafas atas yang tidak dapat ditelan atau
dibatukkan oleh penderita yang tidak sadar dapat menyumbat jalan nafas. Penderita yang
mendapat anestesi atau atidak. Dapat terjadi laringospasme dan ini biasanya terjadi oleh karena
rangsangan jalan nafas pada penderita stupor atau koma yang dangkal.
Sumbatan jalan nafas dapat juga terjadi pada jalan nafas bagian bawah, dan ini terjadi sebagai
bronkospasme, sembab mukosa, sekresi bronkus, masuknya isi lambung atau benda asing ke
dalam paru
PENANGANAN PENDERITA GAWAT DARURAT. PROF.DR.DR.I.RIWANTO,SPBD.FKUI

Sebab Terjadinya obstruksi

11
1. Trauma

Trauma dapat disebabkan oleh karena kecelakaan, gantung diri, atau kasus percobaan
pembunuhan. Lokasi obstruksi biasanya terjadi di tulang rawan sekitar, misalnya aritenoid, pita
suara dll.

2. Benda Asing

Benda Asing tersebut dapat tersangkut pada :

a. Laring
Terjadinya obstruksi pada laring dapat diketahui melalui tanda-tanda sebagai berikut, yakni
secara progresif terjadi stridor, dispneu, apneu, digagia, hemopsitis, pernafasan dgn otot-otot
nafas tambahan, atau dapat pula terjadi sianosis. Gangguan oleh benda-benda asing ini
biasanya terjadi pada anak-anak yang disebabkan oleh berbagai biji-bijian dan tulang ikan tg
tidak teratur bentuknya.
b. Saluran nafas
Berdasarkan lokasi benda-benda yang tersangkut dalam saluran nafas maka dibagi atas :
Pada Trakhea
Benda asing pada trakhea jauh lebih berbahaya dari pada di dalam bronkhus, karena dapat
menimbulkan asfiksia. Benda asing didalam trakea tidak dapat dikeluarkan, karena
tersangkut di dalam rima glotis dan akhirnya tersangkut dilaring dan menimbulkan gejala
obstruksi laring

Pada Bronkhus
Biasanya akan tersangkut pada bronkhus kanan, oleh karena diameternya lebih besar dan
formasinya dilapisi oleh sekresi bronkhus sehingga menjadi besar

BUKU AGENDA GAWAT DARURAT, JILID 2, PROF. DR.. H. TABRANI RAB

Derajat/ stadium sumbatan jalan napas

Jackson
1. Sesak nafas, stridor inspirator, retraksi suprasternal ; KU masih baik
2. Gejala stadium I + retraksi epigastrium ; penderita mulai gelisah
3. Gejala stadium II+retraksi supra/infraklavikular; penderita sangat gelisah dan sianotik
4. Gejala umum stadium III+retraksi interkostal; penderita berusaha sekuat tenaga untuk
menghirup udara; lama-kelamaan terjadi paralisis pusat pernapasan, penderita menjadi apatik
dan ahirnya meninggal.
KEDARURATAN MEDIK. AGUS PURWADIANTO. EDISI REVISI TAHUN 2000

Klasifikasi
a. Sumbatan totaltidak dikoreksi dalam 5-10 menit dapat mengakibatkan asfiksi (kombinasi
hipoksemi dan hipokarbia), henti nafas dan henti jantung, tidak terdengar suara nafas dan tidak
terasa adanya aliran udara lewat hidung dan mulut, retrak si pada supraklavikula, sela iga jika
masih dapat bernafas secara spontan dan dada tidak mengembang saat inspirasi atau inflasi
paru gagal walaupun cara sudah benar. Bisa terjadi atelektasis

12
b. Parsialkerusakan otak, sembab otak, sembab paru, terdengar aliran udara berisik dan
kadang2 disertai retraksi, bunyi melengking (stridor)menandakan laringospasme, bunyi kumur
menandakan sumbatan benda asing
c. Obstruksi yang hanya mengganggu ventilasiwheezing tanpa gangguan parenkim paru

Menurut Tempat terjadinya

a. Dalam RS aspirasi, akibat penderita tidak puasa sebelum pembedahan


b. Luar RStersedak benda asing
PENANGANAN PENDERITA GAWAT DARURAT, PROF.DR.DR.I RIWANTO, SPBD DAN DR.
SOENARJO, SPAN, KIC
a. Obstruksi supra glotikinfeksi, edem l;arynx, aspirasi benda asing
b. Obstruksi intra glotikbenda saing, maligna, benigna
c. Obstruksi infra glotikasma. PPOK
BUKU AJAR IPD JILID II
a. Obstruksi Total
Sama seperti tenggelam/ obstruksi karena bekuan darah pd hemoptisisasfiksia, dapat terjadi
hipoksemia dan akan menyebabkan respiratory failure scr cepat, selanjutnya akan memicu
cardiovascular failure. Dimana akan diikuti kegagalan SSP (kehilangan kesadaran dengan
cepat, kelamahan motorik diikuti renjatan). Kega2lan fungsi ginjal mengikuti kegagalan fungsi
darah (hipoksemia, hiperkapnia sehingga terjadi asidosis respiratorik dan metabolik)
b. Fenomena Check Valveudara dapat masuk, namun tidak dapat keluarempisema paru,
mediastinum dan subkutan

Berdasar Letak sumbatan (jika besar di faring /larynx), jika keciltrakea/bronkus


a. Larynxstridor progesif, dispnea, apnea, disfagia, hemoptisis, sianosis, pernafasan dgn otot2
tambahan, biasa terjadi pada anak2 akibat biji2an atau tulang ikan
b. Trakealebih bahaya daripada di bronkus, jika dapat keluar dari rima glotis maka dapat
tersangkut di larynxobstruksi larynx
c. Bronkusbenda asing akan dilapisi oleh sekresi bronkus sehingga mjd lebih besar

Berdasarkan jenis benda

a. Eksogen : padat, cair & gas, seperti kacang, rambutan, jarum, dsb

b. Endogen : sekret, darah, cairan amnion, dsb

AGENDA GAWAT DARURAT (CRITICAL CARE), PROF DR. H TABRANI RAB

Tanda dan gejala

Benda Asing di Laring

Stridor, dispneu, apneu, digagia, hemopsitis, pernafasan dengan otot-otot tambahan, dapat pula
terjadi sianosis

Benda Asing di Trakhea

Lebih berbahaya daripada didalam bronkhus karena dapat menimbulkan asfiksia. terdengar stridor
dan akhirnya trjdi sianosis yang disertai dgn edema

13
Benda Asing di Bronkhus

Biasanya akan tersangkut pada bronkhus kanan, oleh karena diameternya lebih besar dan
formasinya dilapisi oleh sekresi bronkhus sehingga menjadi besar

Benda Asing di Trankeobronkial

Pasien mengalami batuk yang hebat dan bersin-bersin selama beberapa menit. Batuk ini diikuti
wheezing (mengi) dan ila tidak terdapat riwayat asma, maka hal ini harus dicurigai sbg benda
asing, terutama bila wheezing (mengi) terdapat di unilateral.

Berdasarkan tingkat obstruksi yang trjdi pda saluran nafas dibagi mnjdi 3 bagian, yaitu :

a. Dimana obstruksi yang tjd dapat menganggu ventilasi, maka hanya ditemukan wheezing tanpa
ditemukan gangguan pada parenkim paru
b. Bila terjadi obstruksi parsial, maka dapat terjadi check valve phenomen atau empisema paru
c. Bila terjadi obstuksi total, maka akan terjadi atelektasis
BUKU AGENDA GAWAT DARURAT, JILID 2, PROF. DR.. H. TABRANI RAB

Akibat

BAGIAN ATAS

Dasar lidah
Sering menyumbat jalan nafas pd penderita koma krn pd penderita koma otot lidah dan leher
lemas sehingga tidak mampu mengangkat dasar lidah dari dinding belakang farings. Hal ni
sering terjadi bila kepala penderita dalam posisi fleksi.
Benda asing
Seperti tumpahan atau darah di jalan nafas bagian atas yang tidak dapat ditelan atau dibatukkan
oleh penderita yang tidak sadar dapat menyumbat jalan nafas. Benda-benda tersebut bisa
tersangkut pada :
a. Laring Secara progresif akan terjadi stridor, dispneu, apneu, penggunaan otot bantu
nafas, sianois
b. Saluran nafas
1. Trachea tidak dapat dikeluarkan karena tersangkut didalam rimaglotis dan akhirnya
tersangkut dilarink dan akhirnya dapat menimbulkan gejala obstruksi larink
2. Bronkus Biasanya tersangkut pada bronkus kanan, benda asing ini kemudian dilapisi
sekresi bronkus sehingga menjadi besar.
Edema jalan nafas : dapat disebabkan infeksi(difteri), reaksi alergi atau akibat instrumentasi
(pemasangan pipa endotrakeal,bronkoskopi) dan trauma tumpul.
Tumor : kista larings, papiloma larings, karsinoma larings biasa sumbatan terjadi perlahan-
lahan.
Trauma daerah larings
Spasme otot larings : tetanus, reaksi emosi
Kelumpuhan otot abduktor pita suara (abduktor paralysis) terutama bila bilateral.
Kelainan kongenital : laryngeal web, fistula trakeoesofagus yang menimbulkan
laringotrakeomalasia.
BUKU KEDARURATAN MEDIK, PEDOMAN PENATALAKSANAAN PRAKTIS EDISI REVISI
BAGIAN BAWAH
Bronkospasne

14
Sembab mukosa
Sekresi bronkus
Masuknya isi lambung atau benda asing ke dlm paru.
DR. SOENARJO SP.AN,KIC., BUKU PENANGANAN PENDERITA GAWAT DARURAT

Obstruksi jalan napas bagian atas


Kongenital Atresia koane
Stenosis supraglotis, glottis dan infraglotis
Kista duktus tireglosus
Kista brankiogen yang besar
Laringokel yang besar
Radang Laringottrakeitis
Epiglotitis
Hipertrofi adenotonsiler
Angina Ludwig (ABSES)
Abses parafaring atau retrofaring
Traumatic Ingesti kaustik
Patah tulang wajah atau mandibula
Cedera laringotrakeal
Intubasi lama: udem/stenosis
Dislokasi krikoaritenoid
Paralisis n.laringeus rekurens bilateral
Tumor Hemangioma
Higroma kistik
Papiloma laring rekurens
Limfoma
Tumor ganas tiroid
Karsinoma sel skuamosa laring, faring, atau
esofagus
Lain-lain Benda asing
Udem anginoeurotik
(sumber: Buku Ajar Ilmu Bedah, Wim de Jong, EGC)
1. Edema jalan napas: dapat disebabkan infeksi (difteri), reaksi alergi atau akibat instrumentasi
(pemasangan pipa endotrakeal,bronkoskopi) dan trauma tumpul
2. Benda asing

15
3. Tumor
4. Trauma daerah laring
5. Spasme otot larings: tetanus, reaksi emosi
6. Kelumpuhan otot abductor pita suara : terutama bila bilateral
7. Kelainan congenital: laryngeal web, fistula trakeoesofagus yang menimbulkan
laringotrakeamalasia
1) BAGIAN ATAS
Dasar lidah
Sering menyumbat jln nafas pd penderita koma krn pd penderita koma otot lidah dan
leher lemas sehingga tdk mampu mengangkat dasar lidah dari dinding belakang farings.
Hal ni sering terjadi bila kepala penderita dalam posisi fleksi.
Benda asing
Seperti tumpahan atau darah di jln nafas bagian atas yg tdk dpt ditelan atau dibatukkan
oleh penderita yg tdk sadar dpt menyumbat jln nafas.Benda-benda tersebut bisa
tersangkut pada :
c. Laring Secara progresif akan terjadi stridor, dispneu, apneu, penggunaan otot
bantu nafas, sianois
d. Saluran nafas
3. Trachea tidak dapat dikeluarkan karena tersangkut didalam rimaglotis dan
akhirnya tersangkut dilarink dan akhirnya dapat menimbulkan gejala obstruksi
larink
4. Bronkus Biasanya tersangkut pada bronkus kanan, benda asing ini
kemudian dilapisi sekresi bronkus sehingga menjadi besar.
Edema jln nafas : dpt disebabkan infeksi(difteri), reaksi alergi atau akibat instrumentasi
(pemasangan pipa endotrakeal,bronkoskopi) dan trauma tumpul.
Tumor : kista larings, papiloma larings, karsinoma larings biasa sumbatan terjadi
perlahan-lahan.
Trauma daerah larings
Spasme otot larings : tetanus, reaksi emosi
Kelumpuhan otot abduktor pita suara (abduktor paralysis) terutama bila bilateral.
Kelainan kongenital : laryngeal web, fistula trakeoesofagus yg menimbulkan
laringotrakeomalasia.
Buku Kedaruratan Medik, Pedoman Penatalaksanaan Praktis Edisi Revisi

2) BAGIAN BAWAH

16
Bronkospasne
Sembab mukosa
Sekresi bronkus
Masuknya isi lambung atau benda asing ke dlm paru.
Dr. Soenarjo Sp.An,KIC., Buku Penanganan Penderita Gawat Darurat

PATOFISIOLOGI

Pathophysiology
Respiratory
CNS efferens Peripheral nerves muscles, chest wall Airways

Afferens Alveoli
integration in
CNS

Alveolar Minute
Chemoreceptors PaO2, PaCO2 ventilation ventilation
(VA) (VE)

Abnormalities in any of the effector components can result in respiratory failure. The
central and peripheral nervous systems, respiratory muscles and chest wall, and
airways constitute the respiratory pump.
Hypercapnia is the hallmark of respiratory pump failure, while hypoxemia constitutes
the primary disturbance in alveolar disorders producing respiratory failure.

Hypoxemic respiratory failure


Four pathophysiological mechanisms account for the hypoxemia seen in a wide
variety of diseases
1. Alveolar hypoventilation occurs in neuromuscular disorders that affect the
respiratory system. The hypoxemia accompanying alveolar hypoventilation is
characterized by a normal alveolar-arterial oxygen gradient [PAO2 PaO2 = (PIO2
- PaCO2/R) PaO2] which is normally less than 20 mmHg.
2. Ventilation-perfusion mismatching, areas of low ventilation relative to
perfusion contribute to the hypoxemia.
3. Shunt (intrapulmonary or intracardiac), deoxygenated mixed venous blood
bypasses ventilated alveoli, resulting in venous admixture.

17
4. Diseases that increase the diffusion limitation for oxygen from the alveolar
space to pulmonary capillary impair oxygen transport across the alveolar-
capillary membrane.

15. Penanganan sumbatan nafas


16. Derajat hipoksia
17. Koplikasi akibat sumbatan jalan nafas

18

Anda mungkin juga menyukai