Anda di halaman 1dari 16

Daftar Isi

KATA PENGANTARi
DAFTAR ISI..ii
Bab I Pendahuluan ......................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................................ 5
1.4 Manfaat Penulisan .......................................................................................................... 5
Bab II Pembahasan ......................................................................................................................... 6
2.1 Tinjauan Pustaka .................................................................................................................. 6
2.2 Pembahasan .......................................................................................................................... 8
2.2.1 Sejarah bentuk perkembangan terorisme di Indonesia .................................................. 8
2.2.2 Taktik yang dilakukan teroris dalam aksi-aksi teror di Indonesia ............................... 10
2.2.3 Jenis operasi teroris dan metode yang biasa digunakan di Indonesia.......................... 12
Bab III Kesimpulan dan Saran ..................................................................................................... 14
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................................ 14
3.2 Saran................................................................................................................................... 14
Daftar Pustaka .............................................................................................................................. 15

ii
Bab I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Masalah


Istilah Terorisme bukan meupakan hal baru pada dewasa ini. Terorisme sudah
muncul sejak berabad lalu ditandai dengan pembunuhan-pembunuhan yang diawali
oleh fanatisme aliran kepercayaan yang secara tidak langsung termasuk pada
Terorisme. Walaupun sebenanya istilah terorisme mulai dipakai sejak abad ke-18
pada masa Revolusi Perancis sedang bergejolak dengan istilah la terreur atau Rezim
teror. Rezim teror merupakan masa penuh kekerasan setalah terjadinya revolusi
perancis. Pada masa rezim tersebut pemerintah akan memberikan hukuman kepada
siapa saja yang tidak mengikuti atau mendukung revolusi itu sendiri.
Terorisme sendiri menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun
2003 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme menyebutkan bahwa
terorisme merupakan tindak pidana yang didefinisikan sebagai kekerasan atau
ancaman kekerasan yang menimbulkan teror atau rasa takut terhadap orang secara
meluas atau menimbulkan korban yang bersifat massal, dengan cara merampas
kemerdekaan atau hilangnya nyawa dan harta benda orang lain atau mengakibatkan
kerusakan atau kehancuran terhadap obyek vital yang strategis atau lingkungan hidup
atau fasilitas umum atau fasilitas internasional. Berdasarkan definisi tersebut Penulis
menyimpulkan bahwa Terorisme merupakan musuh bagi peradaban umat manusia
karena menimbulkan dampak yang bukan hanya merugikan dalam bentuk korban
jiwa atau psikologi korban, Terorisme juga bisa menghancurkan perekonomian
sebuah negara karena hilangnya kata keamanan sebuah negara jika aksi teror tersebut
selalu terjadi.

1
Terorisme di Indonesia sendiri sudah muncul sejak awal pembentukan negara itu
sendiri. diawali dengan kasus-kasus pemberontakan yang terjadi di sebagian wilayah
Indonesia karena faktor kecemburuan masyarakat diluar jawa yang menganggap

2
pemerintah pusat tidak memberikan perhatian lebih tidak seperti perhatian
pemerintah terhadap masayarakat dijawa. Lalu faktor perbedaan ideologi antara
nasionalis yang mengarah komunis diprakarsai oleh sukarno dengan ideologi
keislaman yang diprakarsai oleh Kartosuwiryo. Perbedaan pendapat tersebut
menghasilkan sebuah pemberontakan yang disebabkan karena ideologi nasionalis
yang berhasil menguasai Indonesia dan ideologi keislaman tetap memperjuangkan
ideologinya. Dari aksi tersebut terorisme di Indonesia terus berkembang dengan tema
yang sama tetapi dengan judul yang berbeda yaitu Ideologi Radikal Ekstrimis yang
diperkuat oleh munculnya organisasi ekstrimis radikal diwilayah Semenanjung Arab
dengan menggunakan islam sebagai kuda pacuan untuk mempengaruhi kelompok-
kelompok kecil di wilayah Asia Tenggara kususnya Indonesia untuk berafiliasi
dengan mereka. Keberadaan organisasi tersebut menjadikan wilayah kawasan asia
tenggara sebagai sasaran.karena banyak kelompok-kelompok ekstrimis radikal kecil
yang berada di kawasan asia tenggara khusunya Indonesia dan Filipina. Banyak sekali
korban yang tertarik dn bergabung namun pada saat sampai diwilayah teroris tersebut
mereka mendapatkan fakta yang tidak sesuai dengan apa yang sudah dijanjikan.
Banyak korban yang menyesal dan ingin keluar dari daerah tersebut namun sangat
sulit karena negara asal mereka sudah memberi cap/label teroris dan akhirnya terjebak
didaerah konflik tersebut.
Kawasan asia tenggara dan indonesia sendiri sangat terancam atas eksistensi
kelompok ekstrmis radikal. karena letak dari asia tenggara sendiri sangat strategis dan
penting dalam jalur pelayaran di dunia karena merupakan jalur yang dilewati kapal-
kapal dari berbagai negara dan juga wilayah asia tenggara yang memiliki kekayaan
alam yang melimpah. Hal itu dapat berdampak hancurnya perekonomian negara
kawasan asia tenggara khususnya Indonesia yang sebagian besar penerimaan
Indonesia berasal dari sektor alam dan perdagangan luar negeri jika keberadaan
kelompok ekstrimis terus berkembang di kawasan.
Keseriusan Pemerintah sendiri dalam menangani terorisme sudah terlihat sejak
awal kemerdekaan tetapi hal tersebut tidak jauh dari kepentingan politik dari

3
setiapenguasa setiap Rezim. Namun, setelah terjadinya reformasi dan aksi teror besar-
besaran yang dilakukan di bali dan diberbagai tempat dijakarta setelahnya arah
penanggulangan teroris di Indonesia terlihat jelas dengan didirikannya Badan
Nasional Penanggulangan Teroris atau biasa dikenal BNPT yang dibentuk oleh
menteri Koordinator politik dan keamanan t. Badan itu sendiri berfungsi sebagai
Koordinator dan penyusn strategi untuk penanggulangan teror di Indonesia. Tetapi,
Aksi-aksi teror tetap terjadii walaupun sudah dibentuknya badan tersebut.
Seharusnya Pemerintah dengan BNPT melakukan koordinasi yang lebih erat
dengan Negara-negara dikawasan asia tenggara untuk mengatasi masalah terorisme
di kawasan atau membuat sebuah tim gabungan yang berisi perwakilan Negara di asia
tenggara agar permasalahan tersebut diatasi secara cepat. Seharusnya juga Negara di
kawasan bukan hanya mementingkan ego sektoral yang hanya mengakibatkan
keaadan semakin memburuk. oleh sebab itu penulis akan mengangkat permasalahan-
permasalahan diatas kedalam sebuah tulisan berjudul Perkembangan Jaringan
Teroris di Indonesia

1.2 Rumusan Masalah


Setelah mengkaji dan mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang
menyangkut terorisme di Indonesia, dapat dirumuskan masalah yang akan dibahas
dalam tulisan ini.dalam beberapa pertanyaan sebagai berikut
1.2.1 Bagaimana bentuk terorisme yang berkembang di indonesia ?
1.2.2 Seperti apa saja taktik yang dilakukan oleh teroris untuk meneror Indonesia ?
1.2.3 Bagaimanakah jenis operasi dan metode terorisme yang biasa terjadi di
Indonesia ?

4
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari tulisan ini adalah :
1.3.1 untuk mengetahui bagaimana latar belakang bentuk terorisme yang
berkembang di Indonesia.
1.3.2 untuk mengetahui taktik-taktik yang dilakukan terorisme untuk meneror
Indonesia.
1.3.3 untuk mengetahui jenis operasi dan metode terorisme di Indonesia.

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat penulisan ini adalah :
1.4.1 Untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentang sejarah
berkembangnya terorisme di Indonesia.
1.4.2 Penulis berharap dengan tulisan ini masyarakat dapat mengidentifikasi
terorisme dan membedakannya keagamaan.

5
Bab II

Pembahasan

2.1 Tinjauan Pustaka


Secara umum istilah terorisme sering diartikan dengan aksi yang menggunakan
kekerasan terhadap penduduk sipil maupun non sipil yang menimbulkan dampak sosial
maupun ekonomi. Menurut Konverensi PBB tahun 1937 (Manullang, 2006:100)
Terorisme adalah segala bentuk tindakan kejahatan yang ditujukan langsung kepada
negara dengan maksud menciptakan bentuk teror terhadap orang-orang tertentu atau
kelompok orang atau masyarakat luas. Sedangkan menurut Manullang (2006:98),
Terorisme ialah tindakan Menakut-nakuti, mengancam, memberi kejutan kekerasan
atau membunuh dengan maksud menyebarkan rasa takut Menurut Muladi dalam
Manullang (2006:98), pidana terorisme dikategorikan mala perse atau mala in se
bukan mala prohibita . Mala per se adalah kejahatan atas nurani. Yang dimaksud
adalah menjadi jahat bukan karena diatur atau dilarang undang-undang tapi memang
berasal dari jiwa orang yang melakukan tindakan tersebut. Siapapun pelaku tindakan
terorisme dan apapun motifnya tidak bisa dibenarkan atas dasar apapun Karena
terorisme termasuk kedalam kejahatan luar biasa. Aksi teror pada ruang publik
dipandang sebagai kejahatan, bukan semata-mata pada tindakannya, namun juga pada
dampak lanjutan yang diakibatkannya,(Manullang, 2006:98).

Terorisme sendiri termasuk kedalam kekerasan politik (political violence), seperti:


kerusuhan, hura-hura, pemberontakan, revolusi, perang saudara, gerilya, dan
pembantaian, (Manullang, 2006:99). Namun terorisme tidak sepenuhnya merupakan
perbuatam politis, misalnya, penyanderaan yang dilakukan orang psikopat, perbuatan
sadistis kepada sesorang ataupun orang yang iseng. Aliran keras kelompok teroris
merupakan fanatikus yang siap mati, menurut Manullang (2006:99) tampaknya teroris
adalah seorang pribadi narsistis, dingin secara emosional, asketis, kaku, fanatic dan

6
sebagainya. Tipe personalitas teroris ini cocok bila dibandingkan gerakan-gerakan
totaliter, sistem tertutup dan sebuah sekte.

Menurut Manullang (2006:54), motivasi teroris didasarkan pada sikap radikalis


agama, yaitu membangun komunitas eklusif sebagai modal dan idenitas kelompok.
Biasanya dengan ideologi tersebut mereka menganggap dirinya paling benar dan paling
dekat dengan pintu ke surga, dan menurut pelaku teror berperang melawan kafir adalah
kewajiban, sedangkan kematian adalah cara tercepat untuk kehidupan yang kekal di
akhirat. Sikap-sikap tersebut lah yang mendasari terjadinya berbagai aksi kekerasan
yang mereka sebut jihad dalam aksi-aksinya. Sedangkan kata radikalis yang menuju
faham radikalisme menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) dalam
(Manullang, 2006:40) mempunyai arti faham atau aliran yang radikal dalam politik
yang menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial politik dengan cara kekerasan
atau drastis, biasanya kata tersebut di samakan dengan kata anarki atau anarkisme.
Menurut M Kallen dalam Manullang (2006:41) radikalisme ditandai dengan tiga
kecenderungan umum.

Pertama, Radikalisme merupakan respons terhadap kondisi yang sedang


berlangsung. Rsepon tersebut muncul dalam bentuk evaluasi, penolakan,
atau bahkan perlawanan terhadap asumsi, ide, lembaga, atau nilai-nilai
Kedua, Radikalisme tidak berhenti pada upaya penolakan, melainkan terus
berupaya mengganti tatanan lain. Pendapat tersebeut menunjukkan bahwa
radikalisme memiliki pandangan dunia tersendiri. Kaum radikalis
berupaya kuat untuk menjadikan tatanan tersebut sebagai ganti dari tatanan
yang sudah ada.
Ketiga, kaum radikalis memiliki keyakinan yang kuat akan kebenaran
ideologi yang mereka bawa. Kaum radikalis memperjuangkan keyakinan
yang mereka anggap benar dan sikap emosional yang menjurus pada aksi-
aksi kekerasan.

7
Jika dicermati teori tersebut sedikit banyak ada benarnya disaat ada konflik atas
nama agama dan aksi terorisme besar-besaran terjadi dimana-mana.

2.2 Pembahasan
2.2.1 Sejarah bentuk perkembangan terorisme di Indonesia
Pada awalnya Terorisme di Indonesia merupakan perkembangan ideologi
dari organisasi Darul Islam/Tentara Islam Indonesia yang dipimpin oleh
Kartosuwiryo. Kartosuwiryo yang mempunyai ideologi non sekuler sangat
menentang pemerintahan sukarno yang berideologi nasionalisme, komunisme,
dan islam sebagai basis pemerintahannya. Organisasi tersebut melakukan aksi-
aksi pemberontakan untuk menentang pemrintahan sekuler. Pada bulan
Agustus tahun 1949 Kartosuwiryo memproklamirkan dirinya sebagai Kepala
Negara NII (Negara Islam Indonesia). Namun setalah tertangkapnya
kartosuwiryo pada 14 juni 1962 perjuangan NII untuk membuat Indonesia
menjadi negara isla m pun berakhir.

Beberapa tahun kemudian muncul dua tokoh penting dalam lahirnya


sebuah gerakan baru. Pada tahun 1963, Abdullah Sungkar bertemu dengan Abu
Bakar Baasyir mereka mempunyai ideologi yang sama. Pada tahun 1976
mereka menyewa pondok sederhana di solo untuk berdakwah melalui saluran
radio Radis (Radio Dakwah Islamiya Surakarta) yang isinya merupakan
dakwah jalur keras. Pada tahun 1971-1972 mereka mendirikan pesanteren al-
mukmin setingkat SMP yang kurikulumnya cenderung mengarah ke
pemberotakan karena sesuai dengan pendirinya. awalnya berada di selatan solo
setelah berkembang besar pindah ke daerah yang lebih luas di Ngruki, dusun
kecil didaerah pinggiran timur Solo, (conboy, 2008:29-30).

Pada 1975 Radis ditutup oleh pemerintah karna kontra dengan


pemerintahan orde baru. Namun sungkar tidak gentar dia tetap melakukan
khotbahnya dengan menyerukan agar tidak mencoblos pemilu 1977. Pada tahun
sebelumnya 1976 Sungkar mengundang Baasyir dan Hispran (wakil komandan

8
Komando Jihad) ke rumahnya untuk berdiskusi tentang pembuatan Jamaah
Islamiyah. suatu istilah yang tidak menakutkan karena artinya komunitas
islam , (Conboy, 2008:31). Kelompok tersebut terus berusaha meluaskan
pengaruhnya pada 1985, Sungkar mengirim duabelas calon ke kamp Sadda di
Pakistan yang akan dilatih untuk menjadi instruktur untuk regu berikutnya.

Pada bulan Juni 1993, Sungkar mulai mengelompokkan pengikutnya yang


semakin berkembang. Menggunakan terminologi Arab, ia membagi mereka
menjadi mantiqi atau cabang regional. Mantiqi 1 mencakup Malaysia dan
Singapura dibawah pimpinan Abu Bakar Baasyir. Mantiqi 2 mencakup
Indonesia, diberikan kepada Abu Fatih, anggota komunitas pengasingan
Sungkar 1986. Setiap mantiqi mengendalikan maksimal empat cabang wakalah
(sub-regional) dan setiap cabang mengendalikan satu fiah (golongan) atau
lebih. Sungkar menamakan dirinya sebagai emir, (Conboy, 2008:67). Pada
tahun 1995 Sungkar tidak lagi bertujuan untuk menerapkan hokum Islam di
Indonesia namun ia mulai merencanakan Daulah Islamiyah Raya (Kawasan
Islam Super) yang meliputi hamper semua negara di kawasan Asia Tenggara.

Dengan meluasnya tujuan yang Sungkar canangkan, ia berniat menyusun


kembali apa yang telah dia canangkan pada awal 80-an, pada 1995 ia
menghidupkan kembali Jemaah Islamiyah sebagai nama baru kelompok nya
agar lepas dari baying-bayang Darul Islam. Kelompok ini menyatakan
bertujuan membangun supremasi Islam dengan cara berdakwah, pengelakan
strategis dan Jihad (Conboy, 2008:68). Namun dalam kesempatan lain sungkar
mamaparkan visi kawasannya yaitu kewajiban untuk berjihad dalam rangka
membangun Negara Islam di Thailand Selatan, Malaysia, Indonesia dan
Filipina Selatan. Conboy (2008:68) ia menambahkan gerakan damai seperti
partai politik Islam tidak akan mencapai tujuannya, namun gerakan anti-
damai dapat memperoleh kemenangan. Ia menyimpulkannya dengan
Quwwatul Musallaha atau kekuatan militer sangat penting.

9
Organisasi inilah yang menjadi akar dari aksi-aksi teror yang dilakukan
baik di Indonesia maupun di kawasan Asia Tenggara salah satu nya yang
terbesar dan yang paling banyak memakan korban adalah Bom Bali I dan II
yang di dalangi oleh Hambali, pemimpin mantiqi 1 pada saat keamiran Abu
Bakar Baasyir.

Namun, setelah penangkapan besar-besar atas jaringan Jamaah Islamiyah


dan atas seiring berjalannya waktu bentuk Jaringan terorisme di Indonesia pun
berubah berdasarkan perubahaan ideologi para pelaku tindakan teror yang
sekarang mengubah sasaran aksi teror mereka yang semula tempat-tempat
orang barat berkumpul tetapi sekarang yang menjadi sasaran adalah pihak
aparat keamanan. Perubahan tersebut dikarenakan munculnya organisasi
radikal internasional yaitu ISIS (Negara Islam Irak dan Suriah) sebagai pemicu
jaringan-jaringan teroris di Indonesia untuk berafilisiasi dengan mereka.

2.2.2 Taktik yang dilakukan teroris dalam aksi-aksi teror di Indonesia


Dalam melakukan aksi-aksi teror teroris memiliki beberapa taktik untuk
mencapai tujuan yang telah direncanakan. Berikut adalah taktik yang dijalan
kan terorisme menurut Manullang (2006:101-102)

Bom
Aksi ini sering dipakai teroris untuk meledakkan tempat-tempat
strategis dan vital karena efeknya yang bisa langung menghancurkan
tempat besar dan memakan banyak korban. Dalam decade ini
setidaknya 70% aksi teror berhubungan dengan peledakan bom.
Pembajakan
Pembajakan pada umumnya dilakukan kelompok teroris selama periode
1960-1970 namun pada masa tersebut pembajakan hanya bermotif
materi saja atau hanya faktor individu saja contohnya pada awal
September 1977 triyudo membajak pesawat garuda karena motif

10
frustasi. Sedangkan perkembangan saat ini target teroris adalah pesawat
komersil.
Pembunuhan
Merupakan kejahatan tertua di muka bumi. Biasanya sasaran
pembunuhan sudah ditetapkan sebelumnya biasanya pejabat
pemerintah, pengusaha, polisi, tokoh masyarakat dan aparat keamanan.
Seperti pada kasus pemboman Duta Besar Filipina pada awal agustus
tahun 2000 yang rencananya ingin membunuh Duta Besar Leonides
Caday tapi tidak terbunuh dan hanya mengalami empat patah tulang dan
terhantam pecahan kaca namun tetap dikatakan berhasil karna Jemaah
Islamiyah berhasil melakukan operasi terorisme penting, (conboy,
2008:125-126)
Penghadangan
Salah satu cara kelompok teroris untuk menunjukan eksistensinya.
Operasi ini biasanya diawali survey dan perencanaan. Lalu menetapkan
waktu dan biasanya pelaku teror memilih medan yang tepat untuk
melakukan penghadangan.
Penculikan/penyandraan
Penculikan target dilakukan untuk tujuan tertentu. Contohnya kasus
kelomppok separatis Abu Sayaf Group di Flipina yang melakukan
penculikan dan menuntu tebusan uang serta tuntunan politik.
Perampokan
Biasanya terorisme melakukan tindakan perampokan untuk membiayai
operasionalnya. Biasanya juga aksi ini mengikutsertakan personil baru
sebagai uji coba.

11
Ancaman/Intimidasi
Menakut-nakuti dan mengancam seseorang atau kelompok terrentu
umumnya didaerah rawan dan sarat konfilk sehingga sasaaran menuruti
kehendak teroris.

2.2.3 Jenis operasi teroris dan metode yang biasa digunakan di Indonesia
2.2.3.1 Jenis operasi teroris

Operasi teroris dilaksanakan oleh elemen clandestine (jaringan


bawah tanah) yang teroganisir dan terlatih secara khusus. Tindakan
pengamanan dilakukan kepada anggota tim sebelum melakukan aksi
teror, biasanya mereka dibuat sistem sel sebelum pelaksanaan
penghancuran target. Lalu pengintaian dilakukan oleh personel sebagai
intel khusus.

Biasanya sebelum dilaksanakan sebuah operasi berbagai simulasi


serangan diperagakan untuk memastikan keberhasilan sebuah operasi
teror. Biasanya teroris mencari dan eksploitasi titik lemah sasaran yang
tidak dilindungi atau kurang pengamanannya, (Manullang,2006:100-
101).

2.2.3.2 Metode yang biasa digunakan di Indonesia

Dalam melakukan operasi teror biasanya teroris hanya beroperasi


pada unit keci. Biasanya terdiri dari personel terlatih menggunakan
senapan otomatis ringan, granat tangan, bahkan peledak amunisi, radio
transistor serta peralatan yang akan mendukung jalannya operasi tersebut.
sebelum pelaksanaan operasi, kelompok teroris berbaur dengan
masyarakat setempat agar penampilannya tidak mencolok dan sulit
dipantau aparat keamanan. Seperti pada pemboman Kedubes Filpina para
pelaku menyewa rumah aman dikawasan masyarakat biasa di daerah

12
kelurahan Duren Sawit, (Conboy, 2008:121). Setelah operasi berhasil,
mereka kembali berbaur dengan masyarakat, sehingga sulit untuk
dideteksi apaarat kepolisian.

13
Bab III

Kesimpulan dan Saran


3.1 Kesimpulan
Jadi, melalui penjelasan diatas dapat di simpulkan bahwa perkembangan terorisme
di Indonesia pada awalnya berasal dari bangsa Indonesia itu sendiri yang awalnya
hanya sebuah ideologi yang mereka pakai untuk memperjuangkan kemerdekaan
namun setalah kemerdekaan malah ideologi tersebut menentang pemerintahan yang
berkuasa karna berbeda pandanganan mengenai bentuk Negara Indonesia dan
ideologi tersebut berkembang menjadi sebuah organisasi-organisasi mulai dari skala
yang kecil hingga skala besar yang mencakup satu regional. Yang mana orhanisasi-
organisasi tersebut melaksanakan aksi-aksi yang hanya untuk memenuhi kepentingan
mereka saja.

3.2 Saran
Sebaiknya kita sebagai manusia mendalami ilmu agama yang benar karna
sejatinya setiap agama mengajarkan untuk tidak mengujarkan kebencian dan
melakukan hal baik ke sesama umat manusia. Sebagai manusia juga kita seharusnya
memperhatikan hak manusia lain yaitu hak untuk hidup karena terorisme merenggut
hak-hak hidup korbannya. Sebagai Warga Negara Indonesia, kita juga seharusnya
memperkuat ideologi bangsa kita yang di wariskan oleh pendiri bangsa ini agar kita
tidak mudah terpengaruh oleh ideologi-ideologi radikal yang hanya akan merusak
kesatuan bangsa ini.

14
Daftar Pustaka

Manullang, A.C. (2006). Terorisme & Perang Intelijen Behaupting Ohne


Beweis. Jakarta: Manna Zaitun

Conboy, Ken (2008). Medan Tempur Kedua: Kisah Panjang yang Berujung pada
Peristiwa Bom Bali II. Jakarta: Pustaka Primatama

Alkaf, Y. (2010) Antara Jamaah Islamiyah dan DI/TII. [Online]. Tersedia:


https://yasiralkaf.wordpress.com/2010/04/28/antara-jamaah-islamiyah-dan-ditii/.
[07 Oktober 2017]

Rahmatika, Q. (2015, 22, Juni) Paham Ajaran Islamic State of Iraq and Al-
Sham (ISIS) Mulai Meracuni Ideologi Warga Negara Indonesia Lewat Media
Sosial. Okezone [online]. Tersedia: http://rubik.okezone.com/read/16813/paham-
ajaran-islamic-state-of-iraq-and-al-sham-isis-mulai-meracuni-ideologi-warga-
negara-indonesia-lewat-media-sosial. [07 Oktober 2017].

15

Anda mungkin juga menyukai