Anda di halaman 1dari 10

KISI-KISI SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER GANJIL

PS DIPLOMA III AKUNTANSI ALIH PROGRAM


POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA - STAN
TAHUN AKADEMIK 2016/2017

MATA KULIAH : HKN

1. Tataran Hukum Keuangan Negara dikaitkan dengan pembagian hukum


Dikaitkan dnegan pembagian hokum, HKN berada pada tataran hukum public karena
substansinya tertuju pada kepentingan negara
2. Salah satu kelemahan pengelolaan keuangan negara sehingga perlu dilakukan reformasi bidang
keuangan

a. Fungsi perencanaan yang belum tegas benang merahnya dengan penganggaran;


b. Institusi penganggaran yang terbelah antara anggaran rutin dan pembangunan;
c. Anggaran yang berorientasi pada input, bukan output atau outcomes;
d. Landasan pelaksanaan hak bujet legislatif yang belum tersedia.
e. Belum tersedia standar akuntansi bagi pelaporan keuangan pemerintah, dan belum jelas
otoritas pembuat standar dimaksud.
f. Laporan keuangan hanya meliputi realisasi anggaran dan penyajiannya sangat lambat.
g. Fungsi pemeriksaan yang kurang efektif dan tumpang tindih;
h. Fungsi financial management yang tidak terpadu, dan fungsi operasional yang belum
optimal (let the managers manage);
i. Dukungan pembiayaan alternatif yang belum tersedia setelah independensi BI;
j. Duplikasi dan akumulasi sehubungan dengan pemisahan anggaran rutin dan
pembangunan;
k. Penyelenggaraan fungsi treasury (kas, piutang, utang, investasi, aset lain) yang jauh dari
optimal.

3. Penjabaran urusan pemerintahan dan / atau prioritas pembangunan sesuai visi dan misi
Presiden yang rumusannya mencerminkan bidang urusan tertentu dalam pemerintahan yang
menjadi tanggung jawab kementerian negara/lembaga adalah rencana kerja pemerintah (RKP)

4. Hukum yang mengatur BUMN dan BUMD

Perusahaan Negara adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian modalnya dimiliki oleh
Pemerintah Pusat.

Perusahaan Daerah adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian modalnya dimiliki oleh
Pemerintah Daerah.

(Pasal 1 angka 5 dan 6 UU Nomor 17 Tahun 2003)

Perusahaan Negara/Daerah sebagai kekayaan negara/daerah yang dipisahkan adalah salah


satu ruang lingkup Keuangan Negara

1
5. Pola Pembinaan dan pengelolaan BUMN / BUMD

Didasarkan pada prinsip2 perusahaan yang sehat:

(a). Akuntabilitas (accountability)


Prinsip ini memuat kewenangan-kewenangan yang harus dimiliki oleh dewan komisaris dan direksi
beserta kewajiban-kewajibannya kepada pemegang saham dan stakeholders lainnya. Dewan direksi
bertanggung jawab atas keberhasilan pengelolaan perusahaan dalam rangka mencapai tujuan yang telah
ditetapkan oleh pemegang saham. Komisaris bertanggung jawab atas keberhasilan pengawasan dan wajib
memberikan nasehat kepada direksi atas pengelolaan perusahaan sehingga tujuan perusahaan dapat
tercapai. Pemegang saham bertanggung jawab atas keberhasilan pembinaan dalam rangka pengelolaan
perusahaan.

(b) Pertanggungan-jawab ( responsibility)


Prinsip ini menuntut perusahaan maupun pimpinan dan manajer perusahaan melakukan kegiatannya
secara bertanggung jawab. Sebagai pengelola perusahaan hendaknya dihindari segala biaya transaksi
yang berpotensi merugikan pihak ketiga maupun pihak lain di luar ketentuan yang telah disepakati,
seperti tersirat pada undang-undang, regulasi, kontrak maupun pedoman operasional bisnis perusahaan.

(c) Keterbukaan (transparancy)


Dalam prinsip ini, informasi harus diungkapkan secara tepat waktu dan akurat. Informasi yang
diungkapkan antara lain keadaan keuangan, kinerja keuangan, kepemilikan dan pengelolaan perusahaan.
Audit yang dilakukan atas informasi dilakukan secara independen. Keterbukaan dilakukan agar pemegang
saham dan orang lain mengetahui keadaan perusahaan sehingga nilai pemegang saham dapat
ditingkatkan.

(c) Kewajaran (fairness)


Seluruh pemangku kepentingan harus memiliki kesempatan untuk mendapatkan perlakuan yang adil dari
perusahaan. Pemberlakuan prinsip ini di perusahaan akan melarang praktek-praktek tercela yang
dilakukan oleh orang dalam yang merugikan pihak lain. Setiap anggota direksi harus melakukan
keterbukaan jika menemukan transaksi-transaksi yang mengandung benturan kepentingan.

(d) Kemandirian (independency)


Prinsip ini menuntut para pengelola perusahaan agar dapat bertindak secara mandiri sesuai peran dan
fungsi yang dimilikinya tanpa ada tekanan-tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan sistem
operasional perusahaan yang berlaku. Tersirat dengan prinsip ini bahwa pengelola perusahaan harus tetap
memberikan pengakuan terhadap hak-hak stakeholders yang ditentukan dalam undang-undang maupun
peraturan perusahaan.

6. Dokumen Perencanaan yang menjabarkan visi, misi dan program Presiden selama 5 tahun

Rencana pembangunan jangka menengah Nasional

7. Rencana Kerja Pemerintah (RKP) dijabarkan oleh Kementerian / Lembaga menjadi rencana kerja
K/L

2
8. Salah satu fungsi APBN yaitu anggaran harus diarahkan untuk mengurangi pengangguran dan
pemborosan sumber daya, serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas perekonomian fungsi
alokasi

9. Alur penyusunan RKA Kementerian Negara / Lembaga

- Dimulai dari proses berjenjang dari eselon terbawah sampai eselon I

- Berdasarkan penetapan pagu anggaran, satker mtnyusun RKA K/L untuk satker ybs

- Satker2 menyampaikan RKA K/L kepada eselon I melalui esolon II masing-masing untuk
dihimpun dan diharmonisasi sebagai RKA K/L eselon I

- Eselon I menerusakan RKA K/L masing2 kepada Biro Perencanaan Setjen untuk
diharmonisasikan melalui verifikasi sesuai kaidah2 penyusunan RKA K/L dan dihimpun
menjadi RKA tingkat K/L

- Selanjutnya sekjen menyampaikan RKA K/L tersebut kepada APIP untuk dilakukan reviu
sesuai kaidah-kaidah perencanaan penganggaran guna menghasilkan RKA K/L tingkt K/L
hasil reviu

10. Dalam alur penetapan APBN dan Rincian APBN, Komisi-komisi terkait di DPR membahas
dokumen anggaran dengan masing-masing Setjen Kementerian Negara / Lembaga

11. Dokumen yang dibahas Panja DPR dan Kemenkeu (Penyusun Nota Keuangan dan RUU APBN)

12. Penetapan pagu anggaran Kementerian Negara/Lembaga

Pagu anggaran K/L adalah pagu anggaran yang ditetapkan berdasarkan penilaian dan
penelitian kembali terhadap pagu indikatif K/L yang mempertimbangkan perubahan-
perubahan yang etrjadi karena adanya kebijakan2 prioritas atau inisiatif baru yang beum
diakomodir

13. Penandatanganan DIPA Induk Induk oleh Sekjen atau pejabat eselon I sebagai penanggung
jawab pada Bagian ANggaran K/L (BA K/L) atas nama menkeu, sekaligus pengesahan atas DIPA
petikan

14. Tujuan pendelegasian kekuasaan pengelolaan keuangan negara oleh Presiden kepada Menteri
Keuangan, Menteri / Ketua Lembaga dan Gubernur / Bupati / Walikota

Dalam rangka mewujudkan asas desentralisasi dalam penyelenggaraan Negara.

a. membuat kejelasan dan kepastian dalam pembagian wewenang dan tanggung jawab

b. Menegaskan terlaksananya mekanisme checks and balances

c. dapat meningkatkan profesionalisme di dalam penyelenggaraan tugas-tugas pemerintah

3
15. Pengertian Belanja Negara

Kewajiban pemerintah pusat yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih yang terdiri
atas belanja pemerintah pusat dan transfer ke daerah dan dana desa

16. Belanja pemerintah pusat menurut organisasi adalah mencerminkan semua pengeluaran negara
yang dialokasikan kepada kementrian negara/lembaga, sesuai dengan program-program yang
akan dijalankan.
a. 1. Belanja Pegawai (gaji, pensiun)
b. 2. Belanja Barang (belanja operasional)
c. 3. Belanja Modal (gedung, kendaraan)
d. 4. Bunga Utang
e. 5. Subsidi (program KUR)
f. 6. Hibah
g. 7. Bantuan Sosial (bantuan tunai, SJSN)
h. 8. Belanja Lainnya
17. Para pejabat Pengguna Anggaran
a. Menteri K/L
b. Gub/Bup/Wal
c. Kepala Satker
18. Salah satu unsur Pembiayaan Anggaran
a. Pembiayaan dalam negeri
b. Pembiayaan luar negeri
19. Pelaksanaan pengeluaran negara dilakukan secara giral
Semua pengeluaran negara dilakukan secara giral atas beban rekening kas Negara/kas umum negara haru
melalui transfer dana atau pemindahbukuan dana antar rekening bank, termasuk membayar tagihan piha
ketiga yang dilakukan oleh kantor/satuan kerja kementrian Negara/lembaga.

20. Pengertian Celah Fiskal selisih antara kapasitas fiskal (kemampuan untuk mengelola pendapatan da
belanja) dan kebutuhan fiskal (kebutuhan mendanai anggaran belanja)
21. Isi DIPA adalah dokumen pelaksanaan anggaran yang disusun oleh Pengguna Anggaran / Kuasa Penggun
Anggaran dan disahkan Menteri Keuangan selaku Bendaharawan Umum Negara (BUN)
a. DIPA INDUK : akumulasi DIPA per satker
b. DIPA PETIKAN : DIPA per satker ; isinya informasi kinerja, rincian pengeluaran, rencana penarika
dana, dan perkiraan penerimaan, dan catatan, yang berfungsi sebagai dasar pelaksanaan kegiata
satker dan merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan dari DIPA Induk.
22. Faktor2 yang mempengaruhi Postur APBN
a. Perpajakan
b. PNBP
c. Hibah
23. Salah satu kebijakan yang harus dilakukan sesuai Reformasi Keuangan Negara guna
menjamin kesinambungan pembangunan
RPJP, RPJMN, RPJ

4
24. Salah satu kebijakan pembiayaan utang yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan investasi
Dana Investasi Pemerintah
25. Salah satu sumber pembiayaan yang berasal dari utang
a. SBN
i. SUN
- Obligasi Negara
a. Wholesale
b. Obligasi Ritel
- SPN (12 bln, diskonto)
ii. SBSN/SUKUK
- SBSN Reg
- Suku Ritel
- Islamic Treasury Bill
- SDHI
b. Pinjaman
i. DN
ii. LN
26. Pejabat Pengelola Barang
a. Presiden (kekuasaan) Menkeu (pengelola barang) K/L (pengguna barang) Satker (kuasa
pengguna barang)
b. Gub/Bup/Wal (kekuasaan) Sekda (pengelola barang) SKPD (pengguna barang)
27. Pengertian Barang Milik Negara/Daerah (BMN/D) sesuai dengan pasal 1 angka 10 dan 11
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004
a. Barang Milik Negara adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban

APBN atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.


b. Barang Milik Daerah adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban

APBD atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.


28. Prinsip umum pemanfaatan barang milik negara (BMN)
a. sepanjang tidak mengganggu pelaksanaan tugas dan fungsi penyelenggaraan pemerintahan
negara.
b. memperhatikan kepentingan negara dan kepentingan umum.
c. tidak mengubah status kepemilikan BMN
d. BMN harus ditetapkan status penggunaannya oleh Pengelola Barang/Pengguna Barang.
e. Biaya pemeliharaan dan pengamanan BMN serta biaya pelaksanaan yang berkaitan dengan
Pemanfaatan BMN dibebankan pada mitra Pemanfaatan.
f. Penerimaan negara dari Pemanfaatan BMN merupakan penerimaan negara yang wajib
disetorkan seluruhnya ke rekening Kas Umum Negara.
g. BMN yang menjadi objek Pemanfaatan dilarang dijaminkan atau digadaikan.
29. Penetapan Penyertaan modal pemerintah pusat pada perusahaan negara/daerah/swasta dana
APBN yang dialokasikan menjadi kekayaan negara yang dipisahkan atau penetapan cadangan
perusahaan atau sumber lain untuk dijadikan modal BUMN dan /atau perseroan terbatas
lainnya dan dikelola secara korporasi
30. Dokumen yang berfungsi sebagai dasar bagi PA/KPA untuk melakukan tindakan yang
mengakibatkan pengeluaran negara dan pencairan dana atas beban APBN SPM
31. Sanksi bagi Satuan kerja yang tidak melakukan rekonsiliasi dengan KPPN
5
Satuan kerja yang tidak/terlambat melakukan rekonsiliasi maka akan dikenakan sanksi
administrative berupa pengembalian SPM yang telah diajukan oleh satuan kerja.
Pengembalian SPM tersebut dikecualikan terhadap SPM-LS Belanja Pegawai, SPM-LS kepada
pihak ketiga, dan SPM Pengembalian. Pengenaan sanksi tidak membebaskan Satuan Kerja
untuk melakukan rekonsiliasi dengan KPPN. Pengenaan sanksi dilaksanakan oleh KPPN
dengan menerbitkan Surat Pemberitahuan Pengenaan Sanksi (SP2S). Dalam hal Satuan Kerja
telah melaksanakan rekonsiliasi dengan KPPN setelah dikenakan sanksi, maka KPPN
menerbitkan Surat Pemberitahuan Pencabutan Pengenaan Sanksi (SP3S) bersamaan dengan
penerbitan BAR.
32. Rekening tempat penyimpanan uang daerah yang ditentukan oleh gubernur/bupati/walikota
untuk menampung seluruh penerimaan daerah dan membayar seluruh pengeluaran daerah pada
bank yang ditetapkan... Rekening Kas Umum Daerah
33. Pertanggungjawaban Pengguna Anggaran (PA) secara formal dan material atas pelaksanaan
kebijakan anggaran yang berada dalam penguasaannya pertanggungjawaban berada pada
menteri kepada presiden, Tanggung jawab formal : tanggung jawab atas pengelolaan keuangan
k/l; tanggung jawab materil : tanggung jawab atas penggunaan anggaran
34. Bentuk tanggungjawab penggunaan anggaran dari Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) kepada
Penggunaan Anggaran tanggung jawab materiil
35. Pertanggungjawaban Bendahara Penerimaan / Bendahara Pengeluaran secara fungsional atas
pengelolaan uang yang menjadi tanggung jawabnya kepada Kuasa BUN
36. Pejabat Perbendaharaan
a. Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran
b. Pejabat Pembuat Komitmen
c. Pejabat Penandatangan SPM
d. Bendahara Umum Negara
e. Bendahara Penerimaan
f. Bendahara Pengeluaran

37. Laporan keuangan yang disusun oleh Kementerian / Lembaga yang merupakan konsolidasian
Laporan Keuangan seluruh UAPPA-E1 K/L yang bersangkutan disebut Laporan Keuangan
Pemerintah Pusat yg terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan
CaLK
38. Input data Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) Laporan Realisasi Anggaran, Neraca,
Laporan Arus Kas, dan CaLK

39. Data Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) yang disusun oleh Kementerian Keuangan
diperoleh dari penggabungan (konsolidasian)
40. Penyampaian RUU tentang Pertanggungjawaban atas Pelaksanaan APBN tersebut disampaikan oleh
Presiden kepada DPR. Setelah LKPP diperiksa oleh BPK
41. Sifat-sifat hukum Undang-undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (UU-APBN).
1. Proses Pembentukannya
Pembentukan Undang-Undang Anggaran Pendapatan Belanja Negara berbeda dengan
pembentukan undang-undang lain sesuai amanat Pasal 23 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945
menegaskan rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara diajukan oleh Presiden untuk
dibahas bersama dewan Perwakilan Rakyat dengan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah.
Presiden mendapat kewenangan atribusi untuk mengajukan rancangan Anggaran Pendapatan
Belanja Negara sedangkan Dewan Perwakilan Rakyat dilarang mengajukan rancangan
6
Anggaran Pendapatan Belanja Negara dan DPR hanya dapat membahas Rancangan Anggaran
Pendapatan Belanja Negara, hal ini dilatarelakangi bahwa Presiden dianggap lebih banyak
mengetahui kebutuhan negara.
2. Keberlakuannya
Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara setelah diundangkan menjadi Undang-
Undang Anggaran Pendapatan Belanja Negara hanya berlaku selama masa waktu satu tahun
yang berbeda masa berlakunya dari undang-undang lainnya.
3. Kemampuan Mengikatnya
Undang-Undang Anggaran Pendapatan Belanja Negara (het rechtskarakter de begrotingwet)
tidak digolongkan dalam undang-undang dalam arti materiil (wet in meteriele zin) melainkan
hanya dipandang sebagai undang-undang dalam arti formal (wet in formelen zin), karena
Undang-Undang Anggaran Pendapatan Belanja Negara tidak mengikat umum hanya mengikat
pemerintah dan aparat bagiannya sebagai penerima otorisasi anggara DPR, sehingga Undang-
Undang Anggaran Pendapatan Belanja Negara tidak dapat dijadikan dasar gugatan atau
keberatan karena dalam undang-undang tersebut tidak mempunyai kekuatan hukum. Undang-
Undang Anggaran Pendapatan Belanja Negara tidak mengandung materi muatan yang bersifat
mengatur dan hanya mengikat pemerintah berupa otorisasi anggaran pedapatan dan belanja
negara

42. Fungsi Anggaran Negara berdasarkan kajian Hukum Tata Negara.


Fungsi Anggaran Negara berdasarkan kajian Hukum Tata Negara adalah Perpaduan kedaulatan
rakyat yang dilaksanakan oleh Presiden bersama DPR.
a. Presiden merupakan pelaksa- na kedaulatan rak- yat di bidang peme- rintahan sehingga
berwenang mengaju kan rancangan anggaran negara
b. DPR merupakan pelaksana kedaulatan rakyat dibidang legislasi, khususnya di bidang
anggaran negara

43. Kedudukan hukum Presiden selaku Kepala Pemerintahan atas Pengelolaan Keuangan Negara.
Presiden selaku Kepala Pemerintahan memegang kekuasaan pengelolaan keuangan negara
sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan pasal 6 ayat (1) UU No. 17 Th 2003
Kekuasaan atas pengelolaan keuangan negara digunakan untuk mencapai tujuan bernegara (pasal
7 UU KN).
Tujuan Negara (tujuan bernegara) yang tercermin dalam pembukaan UUD 1945 tersebut yakni
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa diperlukan adanya biaya
atau dana yang memadai, karena wujud perlindungan bangsa tersebut bisa berupa peningkatan
anggaran Hankam maupun Kepolisian; begitu juga wujud mencerdaskan kehidupan bangsa
dapat berupa peningkatan anggaran pendidikan dsb. perlu dikelola dalam suatu sistem
pengelolaan keuangan negara.
Dalam rangka penyelenggaraan fungsi pemerintahan untuk mencapai tujuan bernegara dimaksud
setiap tahun disusun dalam anggaran negara (APBN) dan daerah (APBD).

44. Kegiatan yang dilakukan pada tahap siklus Perencanaan dalam siklus APBN dan instansinya.
1. Penyusunan Arah Kebijakan & Prioritas Pembangunan (Bappenas)
2. Menyusun inisiatif baru & indikasi kebutuhan anggaran (K/L)
3. Evaluasi usul inisiatif & analisis kebutuhan anggaran (Bappenas bersama Kemenkeu)
4. Pagu Indikatif dan rancangan awal RKP (Bappenas)
5. Menyempurnaan Rancangan RKP (K/L, Bappenas, Kemenkeu)
7
6. Pembahasan dan Penetapan RKP (Pemerintah dan DPR)

45. Pengertian pagu anggaran dan pedoman yang menjadi acuan penetapan pagu anggaran tersebut.
Pagu Anggaran K/L adalah pagu anggaran yang ditetapkan berdasarkan penilaian dan
penelitian kembali terhadap pagu indikatif K/L yang mempertimbangkan perubahan-perubahan
yang terjadi karena adanya kebijakan-kebijakan perioritas atau inisiatif baru yang belum
diakomodir.
Pedoman Menteri Keuangan dalam penetapan pagu Anggaran K/L dalam rangka
menyusun RKA K/L adalah:
- Renja K/L.
- Besaran pagu indikatif.
- Kapasitas fiskal.
- Hasil evaluasi kinerja K/L.

46. Proses penyusunan anggaran yang dilakukan secara berjenjang hingga menghasilkan RKA K/L.
- Dimulai dari proses berjenjang dari eselon terbawah sampai eselon I

- Berdasarkan penetapan pagu anggaran, satker mtnyusun RKA K/L untuk satker ybs

- Satker2 menyampaikan RKA K/L kepada eselon I melalui esolon II masing-masing untuk
dihimpun dan diharmonisasi sebagai RKA K/L eselon I

- Eselon I menerusakan RKA K/L masing2 kepada Biro Perencanaan Setjen untuk
diharmonisasikan melalui verifikasi sesuai kaidah2 penyusunan RKA K/L dan dihimpun
menjadi RKA tingkat K/L

- Selanjutnya sekjen menyampaikan RKA K/L tersebut kepada APIP untuk dilakukan reviu
sesuai kaidah-kaidah perencanaan penganggaran guna menghasilkan RKA K/L tingkt K/L
hasil reviu

47. Peristiwa yang dapat menimbulkan piutang negara.


a. Pungutan Pendapatan Negara / Daerah
Piutang Pajak
Pungutan pajak menurut ketentuan perundang-undang an bersifat memaksa untuk membiayai
pengeluaran publik. Piutang pajak terjadi pada saat hak negara / daerah untuk menagih timbul.
Piutang PNBP
Satker yang mempunyai tugas melakukan pemungutan PNBP berkewajiban menyelenggarakan
administrasi penagihan pendapatan. Piutang baru diproses dalam system akuntansi apabila
telah diketahui jumlahnya, yang ditandai surat penagihan.
b. Perikatan
Pemberian Pinjaman
Pemerintah dapat memberikan pinjaman atau hibah kepada
Pemerintah lainnya
Perorangan
BUMN / BUMD
Perusahaan Swasta

8
Organisasi lainnya
Jual Beli
Pemerintah melakukan pemindahtangan barang milik negara dilakukan secara kredit. Jumlah
yang belum dibayar diakui sebagai piutang penjualan angsuran.
Kemitraan
Kemitraan misalnya dalam hal Bangun Guna Serah
Piutang timbul jika terdapat hak pemerintah sampai akhir Desember belum dilunasi
oleh mitra kerja, diakui sebagai piutang negara
Pemberian Fasilitas / Jasa
Piutang negara timbul sehubungan dengan adanya pemberian fasilitas kepada fihak lain,
misalnya konsesi untuk eksplorasi SDA. Hak negara atas imbalan konsesi belum dibayar sampai
akhir tahun anggaran diakui sebagai piutang negara.

c. Transfer Antar Pemerintahan


Dana Alokasi Umum (DAU)
Dalam kondisi normal tdk terdapat piutang karena disalurkan tepat waktu
Dalam kondisi tertentu estimasi pendapatan APBN tidak tercapai timbul piutang bagi
daerah karena DAU belum dibayar pemerintah pusat
Dana Bagi Hasil (DBH)
Timbulnya piutang daerah jika telah ditetapkan DBH oleh pemerintah pusat namun sampai
akhir tahun anggaran belum dibayarkan kepada Pemda kecuali belum ada ketetapan tentang
DBH tersebut.
Dana Alokasi Khusus (DAK)
Hanya dapat ditarik Pemda berdasarkan realisasi kegiatan di lapangan. Dalam kondisi
normal tdk terdapat piutang karena disalurkan tepat waktu
Dalam kondisi tertentu estimasi pendapatan APBN tidak tercapai timbul piutang bagi
daerah karena DAK belum dibayar pemerintah pusat
d. Kerugian Negara
i. Piutang atas kerugian negara sering disebut Piutang TGR atau Tuntutan Perbendaharaan.
ii. TGR dikenakan oleh atasan langsung kepada orang, pegawai negeri atau bukan pegawai
negeri, yang bukan bendahara karena lalai mengakibatkan kerugian bagi negara.
iii. Pengakuan sebagai piutang negara setelah terdapat surat penetapan jumlah TGR dan telah
diterbitkan surat penagihan.

48. Tujuan penerbitan Surat Beharga Negara (SBN).


(1)membiayaidefisitAPBN,
(2)menutupkekurangankasjangkapendek,dan(3)mengelolaportofolioutangnegara.Pemerintahpusat
berwenangmenerbitkanSUNsetelahmendapatpersetujuanDPRyangdisahkandalamkerangkapengesa
hanAPBNdansetelahberkonsultasidenganBankIndonesia.Ataspenerbitantersebut,Pemerintahberke
wajibanmembayarbungadanpokokpadasaatjatuhtempo.DanauntukpembayaranbungadanpokokSU
N
49. Realisasi Hibah umumnya berbeda jauh dengan yang dianggarkan dalam APBN.
Realisasi penerimaan hibah umumnya berbeda jauh dengan yang dianggarkan dalam APBN. Hal
ini karena penerimaan hibah yang dicatat dalam APBN merupakan hibah yg terencana, dalam

9
bentuk uang yg disetorkan ke Rekening Kas Umum Negara (RKUN) , untuk membiayai suatu
kegiatan/program/proyek yang pencairan dananya dilakukan melalui KPPN.
Hibah yang diberikan langsung oleh donor kepada excuting agency (K/L yang menerima hibah
tanpa melalui kas umum negara) dapat langsung diterima tanpa harus melalui proses revisi DIPA,
sehingga terdapat perbedaan yang jauh antara hibah yang dianggarkan dengan realisasinya.

50. Prinsip-prinsip umum pemanfaatan Barang Milik Negara.


a. Pemanfaatan BMN dapat dilakukan sepanjang tidak mengganggu pelaksanaan tugas dan
fungsi penyelenggaraan pemerintahan negara.
b. Pemanfaatan BMN dilakukan dengan memperhatikan kepentingan negara dan kepentingan
umum.
c. Pemanfaatan BMN dilakukan dengan tidak mengubah status kepemilikan BMN
d. BMN yang menjadi objek Pemanfaatan harus ditetapkan status penggunaannya oleh
Pengelola Barang/Pengguna Barang.
e. Biaya pemeliharaan dan pengamanan BMN serta biaya pelaksanaan yang berkaitan dengan
Pemanfaatan BMN dibebankan pada mitra Pemanfaatan.
f. Penerimaan negara dari Pemanfaatan BMN merupakan penerimaan negara yang wajib
disetorkan seluruhnya ke rekening Kas Umum Negara.
g. BMN yang menjadi objek Pemanfaatan dilarang dijaminkan atau digadaikan.

***SEMOGA SUKSES***

10

Anda mungkin juga menyukai