Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena limpahan Hal utama yang dihadapi oleh seorang klinisi setelah menegakkan diagnosis suatu
rahmat-Nya, penuntun Praktis Penatalaksanaan Kanker Ginekologi dapat penyakit kanker adalah menetapkan pengobatan yang paling efektif serta
dibukukan. memperhitungkan prognosis penderita tersebut.
Seperti kita ketahui bersama problema kanker masih belum diatasi secara tuntas. Untuk menatalaksana suatu keganasan dengan baik perlu pengetahuan tentang
Dalam beberapa hal penatalaksanaan penderita kanker masih bersifat individual sifat-sifat biologis serta luasnya penyakit tersebut
tergantung pada keadaan umum penderita, faktor lingkungan sosial kultural dan Luasnya penyakit kanker ditetapkan dengan stadium. Penentuan stadium suatu
kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) serta prasarana yang tersedia. kanker merupakan hal yang utama dalam penanganan suatu penyakit kanker secara
Tetapi penuntun praktis penatalaksanaan masih diperlukan untuk para praktisi modern.
dalam membuat keputusan penatalaksanaan penderita kanker dengan adekuat sesuai Kanker merupakan proses biologis yang berkelanjutan dan dinamis yang dalam
dengan keadaan spesifik penderita sistem penetapan stadium dapat dipilah-pilah menjadi fase-fase dan sub stadium
Penuntun Penatalaksanaan Praktis Kanker Ginekologi ini didasarkan pada sistem yang relevan secara klinis
penentuan stadium dari FIGO dan IGCS Dengan adanya sistem stadium secara Internasional maka informasi mengenai
Diharapkan buku ini dapat membantu para peserta PPDS Obsgin dan mahasiswa kemajuan pengobatan, fasilitas serta pendidikan dapat disebarluaskan diantara para
dalam memahami berbagai aspek penatalaksanaan kanker ginekologi provider kesehatan.
Penyusun menyadari bahwa buku ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu Buku ini merupakan suatu petunjuk praktis penanganan kanker ginekologis yang
sumbangsih berupa saran dan kritik sangat diharapkan untuk perbaikan. didasarkan pada penetapan stadium kanker ginekologi menurut FIGO.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih atas segala bantuan berupa saran dan Petunjuk praktis penanganan kanker disusun berdasarkan bukti klinis yang
masukan dari sejawat staff Departemen Obsgin RSMH/FK Unsri Palembang didapatkan dari penelitian-penelitian yang selanjutnya akan membentuk suatu
Selanjutnya juga ucapan terima kasih kepada dr. H. Komar A. Syamsuddin,SpOG konsensus diantara para praktisi kedokteran dalam melawan penyakit kanker.
(K) yang telah mengkoreksi penulisan buku ini Bukti-bukti klinis didapatkan dari penelitian-penelitian yang dikatagorikan sebagai
Serta kepada dr. Triadi dan dr. Ari A. Polim beserta seluruh peserta PPDS Obsgin tingkat pembuktian sebagai berikut :
yang telah membantu dalam penulisan buku ini Tingkat A / level of Evidence A
Semoga Tuhan YME selalu memberkati usaha kita dalam menambah ilmu - Penelitian kontrol acak
pengetahuan Tingkat B / Level of Evidence B
- penelitian kohort prospektif
Tingkat C / Level of Evidence C
Palembang, juni 2004 - Penelitian Retrospektif
Tingkat D / Level of Evidence D
- Penelitian potong lintang
Pada lesi yang dini dilakukan hemivulvektomi radikal dan diseksi KGB
Diagnosis inguinal ipsilateral. Pada tumor dengan laesi besar diberikan radiasi
Simptomatis, lesi makro (+), biopsi postoperasi
Pengobatan
5
2.5. Penapisan
2. Karsinoma Vagina - Pemeriksaan penapisan pada vagina secara rutin untuk pasien-pasien
- Ca vagina invasif dan preinvasif sangat jarang ditemui posthisterektomi oleh karena kelainan jinak tidak efektif
- Kira-kira hanya 1% dari seluruh neoplasma genetalia - wanita dengan riwayat ca cervix, CIN harus dilakukan Paps smear secara
- Kebanyakan di vagina merupakan ca metastase yang berasal dari ca serviks atau periodik
ca vulva 2.5.1. Neoplasia Intra Epitel Vagina/Vaginal Intraepitelial Neoplasia (VAIN)
- Kebanyakan ca vulva terjadi pada wanita postmenopause Pada wanita dengan smear abnormal tanpa adanya kelainan pada vagina
- 95% adalah karsinoma sel squamosa dilakukan kolposkopi dan eksisi pada daerah yang tampak abnormal untuk
2.1. Anatomi menentukan occult carcinoma pada puncak vagina
- vagina dimulai dari vulva ke kranial berhubungan dengan serviks - Pengobatan VAIN dilakukan secara individual tergantung :
- Suatu tumor digolongkan sebagai ca vagina bila lesi primer terdapat pada - Luas lesi
vagina, tumor sekunder pada vagina akibat perluasan dari organ genitalia lain - Keadaan umum pasien
atau ekstragenital tidak digolongkan sebagai ca vagina - Histologi
- Pertumbuhan yang meluas ke pelvis dan mencapai OUE digolongkan sebagai - Lokasi, kedekatan dengan rektum, uretra, dan vesika urinaria harus
ca serviks menjadi pertimbangan, terutama bila dilakukan terapi dengan destruksi
- Pertumbuhan yang terbatas pada uretra digolongkan sebagai ca uretra lokal atau eksisi karena dapat terjadi fistulasi
- Tumor yang mengenai vulva digolongkan sebagai dari vulva - Berbagai modalitas terapi a.l :
- 5 FU topikal
2.2. Nodus limfatikus - Eksisi : electrosurgical loop
- 2/3 proksimal vagina dialirkan ke saluran limfe menuju KGB pelvis - Scalpel
sepanjang a. uterina dan a. vaginalis ke KGB obturatoria, hipogastrika dan - Evaporasi laser
KGB iliaka eksterna
- 1/3 distal vagina dialirkan ke KGB inguinofemoralis Stadium Ca vagina (FIGO)
- Sebagian ke saluran limfe pararektal
Satdium
2.3. Metastasis O Ca insitu, Neoplasia intaepitelial
Metastasis jauh dapat ke paru-paru dan tulang I Terbatas pada dinding vagina
II Mengenai jaringan submukosa, belum mencapai dinding pelvis
2.4. Histopatologi
Terbanyak adalah karsinoma sel skuamosa. Tipe yang lain adalah karsinoma III Meluas kedinding pelvis
adenosquamosa IV Meluas keluar pelvis atau mengenai mukosa vedika urinaria atau
Grade histologi rektum
Gx: grade tidak dapat ditentukan Bullous edema tidak termasuk stadium IV
G1: diferensiasi baik IVA Menginvasi vesika urinaria dan / mukosa rektum dan / meluas keluar
G2: diferensiasi sedang pelvis
G3: diferensiasi buruk IVB Menyebar ke organ jauh
KGB regional :
Nx : kgb regional tidak dapat ditentukan 2.5.2. Karsinoma Invasif
N0 : tidak ada keterlibatan KGB regional - Terapi individual tergantung stadium dan lokasi
N1 : sudah metastasis ke KGB inguinal - Sedapat mungkin pertimbangkan untuk konservasi fungsi vagina
3.5. Pengobatan
3.5.1. Karsinoma serviks mikroinvasif
Diagnosis stadium IA1 atau IA2 ditegakkan dengan spesifikasi ;
Konisasi (margin harus (-)) atau trachelectomy atau histerektomi totalis
Bila batas konisasi (+) atau gambaran CIN III lakukan rekonisasi
Bila batas menunjukan gambaran karsinoma invasif diterapi sebagai
stadium IB1
Sebelum tindakan definitif harus dilakukan kolposkopi untuk mengeksklusi
kemungkinan VAIN (Vaginal Intra epitelial Neoplasma)
STADIUM I B1
STADIUM IB2 - IIA
Terapi :
PA:
-Radiasi eksterna 40- 50 gray/4- Radikal HT Pengamatan
Konkurens 5seri/5 mgg + intra caviter LDR (kelas II-III) dgn Faktor risiko (-)
kemoradiasi brakhiterapi 30-40 gray titik A limadenekdtomi
pelvis
-Kemoterapi konkurens sisplatin
40 mg/M2/mgg. Total 6-7 mgg PA:
Pemeriksaan : Radiasi pelvis
Pemeriksaaan: KGB (-) LSVI lapangan kecil
-EUA Terapi:
HT Radikal + -biopsi Invasi stroma 1/3
-CXR limadenektomi Radiasi primer
pelvis + adjuvan Pengamatan -Stadium klinis
-CT pelvis & abd.
radiasi -Cxr
-MRI (optional) Radiasi eksterna: PA:
-CT pelvis & abd.
Komplit respon -MRI (optional) 45 gray/4-5 mgg KGB (+) Radiasi pelvis +
sisplatin
Parametrium (+)
-Neoadjuvan kemoterapi
Parsial respon -Adjuvan radioterapi Margin (+)
-HT radikal (kelas II -III)+ Intra caviter
limadenektomi pelvis -Kemoterapi konkurens brakhiterapi
Radiasi extended field
LDR 35-40 gray 45 gray/mg + sisplatin
Progresif HDR 7 gray/mgg x KGB iliaka (+) konkurens
Radioterapi paliatif + 4 KGB para aorta (+)/FNA
kemoterapi konkurens
15
4. Karsinoma Endometrium 4.2.5 Histopatologi tingkat diferensiasi
Kasus ca korpus harus dikelompokkan berdasarkan tingkat diferensiasi sel,
4.1. Pendahuluan sbb :
Di Negara sudah berkembang kematian akibat kanker serviks sudah menurun Gx. Grade tidak ditentukan
sampai dengan 50%, karena program penapisan sudah berjalan dengan sangat G1. Diferensiasi baik
G2. Diferensiasi sedang
baik, oleh karena itu saat ini kanker endometrium merupakam masalah utama G3. Diferensiasi buruk
di Negara-negara maju.
4.2.6. Ketentuan staging
Kejadian : 2/100.000 pada usia 40 tahun - Ca corpus saat ini menggunakan stadium berdasarkan pembedahan
40-50 : 100.000 wanita pada dekade usia 6,7, dan 8 (surgical staging)
- Pada kasus ini dilakukan pengobatan primer dengan radiasi. Stadium klinis
Penyebab kanker endometrium masih belum jelas FIGO 1971 masih dapat digunakan
- Jenis yang paling sering ditemui endometrioid adenokarsinoma. Ca ini sering - Sebaiknya ketebalan endometrium juga diukur bersama-sama dengan
kedalaman endometrium
dihubungkan dengan riwayat penggunaan estrogen yang tidak dikombinasi
dengan progesteron, obesitas, riwayat hiperplasia endometrium. Pada subtipe 4.3. Klasifikasi histologi :
- Endometrioid carsinoma
yang serous dan clear cell biasanya prognosisnya buruk, tidak responsif - Adenocarsinoma
terhadap terapi hormon, diduga berhubungan dengan mutasi gen P53. Sampai - Adenoacantoma (adeno ca dengan metaplasia skuamosa)
- Karsinoma Adenosquamos
saat ini belum ada metoda penapisan yang efektif pada wanita risiko tinggi, - Adenokarsinoma musinosum
pada Lynch syndrome tipe 2 dapat dilakukan pengawasan dan histeroskopi - Adenokarsinoma serosum papilaris
- Clear cell Adenocarsinoma
dan biopsi. - Karsinoma Adenoskuamosa
- Dapat juga dengan USG yang mempunyai nilai prediksi negatif cukup tinggi - Undifferentiated carsinoma
- Mixed carsinoma
pada ketebalan endometrium < 5 mm (96%)
4.2.Staging
Anatomi
Lesi primer pada 2/3 bagian atas uterus diatas dari batas OUI dengan bagian
atas yang terdiri dari jaringan otot yang terbesar disebut fundus
4.2.2. Nodus limfatik
Saluran limfatik utama adalah infundibulopelvikum, parametrium, presakral
mengalirkan cairan limfe ke KGB hipogastrika, iliaka eksterna, iliaka
komunis, parasakral dan paraaorta.
4.2.3. Metastase vagina, paru-paru merupakan tempat metastasis terbanyak
4.2.4. Klasifikasi
- Stadium berdasarkan pembedahan (surgical staging)
- Harus ditetapkan grade histologi dan luasnya penyakit pada uterus
- Ketebalan dan invasi kedalam miometrium harus diukur
16
4.11. Rekurensi
- Pada kasus dengan rekurensi dapat dilakukan pembedahan, radiasi atau
Stadium I Stadium I Stadium II Stadium III Stadium IV
gabungan keduanya. Risiko rendah Invasi > 50% Radiasi pelvis Post op residu (-) Radiasi paliatif
- Pada kasus dengan lesi yang besar sedapat mungkin dilakukan eksisi pada Invasi < 50% Grade 3 TAHBSO + radiasi Kemoterapi
kasus-kasus yang rekuren yang terjadi lebih dari 1-2 tahun setelah terapi Grade 1-2 LVS Lympadenektomi Residu (+) Hormonal terapi
Follow Up Radiasi pelvis sampling (Taxol + radiasi)
awal. Hasil cukup baik. 1000-5000 Stadium lanjut
- Bila penderita sebelumnya mendapat radiasi, dapat dilakukan : Cgy (post Kemoterapi atau
operasi) radiasi
1. Histerektomi radikal atau histerektomi extended
2. Pada kasus rekuren dengan metastasis jauh dapat diberikan
medroxyprogesteron acetat dengan dosis 50-100 mg 3 x/ hari
3. Pemberian diteruskan bila penyakitnya statis atau remisi. Respon klinis 9post operasi
yang maksimal biasanya tampak 3 bulan setelah terapi dimulai.
4. Dapat juga diberikan kemoterapi dengan cisplatin, Taxol, dan
adriamycin.
19
5. Karsinoma Tuba Fallopi
- Sangat jarang ditemui hanya 0,1-1,8% dari seluruh keganasan ginekologis Stadium Ca Tuba (FIGO)
- Insidens pertahun di USA 3,6/ 1 juta wanita Stadium TNM
- 60% terjadi pada wanita postmenopause Tumor tidak dapat dievaluasi Tx
- Faktor predisposisi belum diketahui dengan jelas, diduga sama dengan etiologi ca Tidak ada tumor primer di tuba T0
ovarium 0 Ca insitu Tis
- Diduga adanya abnormallitas genetik yang mirip dengan ca ovarium yaitu aanya I Tumor terbatas pada tuba fallopi
mutasi pada C-erb,pss,K-rm dan BRCA 1 dan BRCA 2 Ia Terbatas pada 1 tuba tanpa infiltrasi membran T1a
serosa, ascites (-)
5.1 Staging Ib Terbatas 2 tuba, infiltrasi serosa (-), ascites (-) T1b
5.1.1. Anatomi Ic Tumor terbatas pada 1-2 tuba meluas ke tunika T1c
Tuba memanjang dari aspektus superior posterior fundus uteri kearah lateral serosa atau sel ganas (+) dalam cairan asites /
dan anterior, ukuran panjang 10 cm ujung lateral bermuara ke rongga bilasan peritoneum
peritoneum II Tumor mengenai satu atau kedua tuba meluas ke
pelvis
5.1.2. Metastasis IIa Meluas/metastasis ke uterus dan atau ovarium T2a
Metastasis ca tuba dapat terjadi dengan 3 cara : IIb Meluas ke organ pelvis lain T2b
1. Implantasi intraperitoneal IIc IIb dengan sel ganas (+) dalam cairan ascites T2c
2. Lympogen atau bilasan peritoneum
3. Percontinuitatum III Tumor mengenai satu atau kedua tuba dengan T3
pertumbuhan di peritoneum diluar pelvis atau
5.1.3. Penentuan Stadium KGB inguinal (+)
Penentuan stadium Ca tuba dengan pembedahan. Berdasarkan hasil IIIa Metastasis peritoneum ekstra pelvis yang T3a
pemeriksaan jaringan yang didapat dari pembeahan mikrokapsul
IIIb Metastasis peritoneum ekstra pelvis yang T3b
5.2. Histopatologi : makrokapsul
90% adalah adenocarcinoma serosa papiliferum IIIc Metastase peritoneum ukuran > 2 cm KGB (+) T3c
Jenis yang lain relatif jarang adalah : IV Metastasis jauh
- Clear cell ca
- Endometrioid ca Grade Histologi
- Germ cell Gx : grade tidak apat ditentukan
- Lymphoma G1 : diferensiasi baik (papiler)
- Sarcoma G2 : diferensiasi sedang (papiler/alveolar)
Kriteria diagnostik ca tuba primer secara histologi G3 : diferensiasi jelek (alveolar noduler)
1. Tumor berawal dari endosalping
2. Gambaran histologi mirip dengan struktur epitel mukosa tuba
3. Adanya transisi gambaran epitel yang jinak ke epitel maligna
4. Ovarium dan endometrium normal atau terdapat tumor dengan ukuran lebih
kecil dari tumor pada tuba
20
5.3. Penapisan 5.6.2. Ca tuba stadium III
Karena kasus ca tuba sangat jarang ditemui, maka sampai saat ini belum ada - Pada kasus yang dilakukan debulking diberikan kemoterapi adjuvan
metode penapisan yang dapat direkomendasikan berbasis platinum
- Pada kasus yang tidak dapat dilakukan pembedahan debulking optimal
5.4.Diagnosis
diberikan kemoterapi berbasis platinum dan dilakukan reevaluasi
5.4.1. Diagnosis preoperatif
- Kemoterapi diberikan sebagai adjuvan sebanyak 3 seri lalu dilanjutkan
- Gejala yang terbanyak adalah perdarahan pervaginam yang abnormal
dengan laparotomi sekunder untuk sitoreduksi sekunder.
50% kasus
- Keluhan discharge vagina yang encer
5.6.3. Ca tuba stadium IV
- Nyeri perut
- Penderita dengan metstasis jauh dilakukan konfirmasi diagnosis tumor
- Hydrops tuba proluens (adanya masa yang menghilang pada saat
primer secara histologi
dilakukan palpasi disertai pengeluaran discharge vagina)
- Sedapat mungkin lakukan reseksi tumor secara optimal pada saat
- Kadang-kadang ditemui kelainan pada pemeriksaan Paps smear dan Ca
laparotomi
125, tetapi Paps smear dan pemeriksaan Ca 125 tidak dianjurkan
- Bila terdapat efusi pleura harus dievakuasi preoperatif
sebagai pemeriksaan penapisan
5.5. Laparotomi 5.7. Pengamatan lanjut
- Diagnosa kebanyakan ditegakkan pada waktu laparotomi - Pada tahun I pasca pembedahan evaluasi setiap 3 bulan
- Bila diagnosis ditegakkan selanjutnya dilakukan penetapan stadium - Lalu setiap 6 bulan
berdasarkan pembedahan (staging laparotomi), meliputi : - Setiap tahun sampai tahun ke-5
1. Evaluasi seluruh rongga abdomen - Pemeriksaan meliputi :
2. TAH +BSO - Pemeriksaan fisik
3. Sampling KGB pelvis dan paraaorta - Serum Ca 125
4. Omentektomi infrakolika - USG, CT Scan , masuk rumah sakit dilakukan atas indikasi
5. Bilasan peritoneum
6. Biopsi peritoneum rongga pelvis dan abdomen yang dicurigai
7. Apendektomi
5.6. Penatalaksanaan
- Prognosis dan faktor risiko ca tuba hampir sama denga ca ovarium tetapi
bila dibandingkan dengan ca ovarium pada stadium yang sama maka
prognosis ca tuba akan lebih jelek
- Pada dasarnya penatalaksanaan ca tuba sama dengan ca ovarium
7.1. Definisi :
Istilah penyakit trofoblas gestasional ( Gestational Trofoblast Disease, GTD )
merupakan spektrum penyakit akibat proliferasi trofoblas yang abnormal.
PTG (Penyakit Trofoblas Gestational / GTD) meliputi spektrum kelompok
penyakit seperti diajukan oleh WHO sbb :
1. Mola Hidatidosa
- komplit
- partial
2. Mola Hidatidosa invasif
3. Chorio Carcinoma
4. Placentalsite trofoblast tumor
5. Tumor trofoblas lain (miscellaneous)
- exaggerated placentalsite
- placental site nodul atau plaque.
6. Lesi trophoblast yang tidak dapat diklasifikasikan (Unclasified Trofoblastic
disease)
7.2.3.3. Pemeriksaan: Pada penderita dengan skor 6, pengobatan dengan kemoterapi tunggal. Sedangkan
Pemeriksaan klinis, perhatian pada vagina kemungkinan adanya penderita dengan skor 7 atau lebih, perlu diberikan kemoterapi kombinasi. Skor
metastasis ini pertama kali dikemukakan oleh Prof. Kenenth Bagshaoe, lalu diadopsi oleh
Pengukuran hCG serial setiap minggu WHO dengan beberapa perubahan.
32
Pada sistem skoring FIGO terdapat beberapa perubahan lagi antara lain nilai Actinomycin D 1,2
skor adalah 0,1,2, dan 4 Vincristin 8
Golongan darah tidak termasuk faktor risiko yang dinilai EMA-Co berisiko untuk menimbulkan leukemia bila lebih dari 6
Nilai ambang tingkat risiko adalah nilai 6 atau kurang untuk risiko rendah, nilai seri.
7 atau lebih untuk risiko tinggi. Nilai untuk risiko menengah tidak ada Perlu dilakukan observasi ketat adanya kemungkinan terjadi
leukopeni
7.2.3.4.5. Pengobatan GTT skor 6/FIGO stage I,II,III Untuk mencegah penurunan leukosit diberikan Neupogen
1. Kemoterapi tunggal
Metotreksat 0,4 mg/kgBB selama 5 hari, diulangi tiap 2 minggu Regimen lain adalah MAC:
2. Metotreksat dengan Rescue Leucovorin MTX
3. MTX 50 mg/kgBB/minggu i.m., atau Actinomycin D
4. Actinomycin D 12 ncg/kgBB/hari selama 5 hari, atau Cytoxan
5. ACT D1 25 mg/m2 tiap 2 minggu, atau
6. MTX 250 mg infus selama 12 jam 7.2.3.4.7. Pembedahan pada GTT
Indikasi untuk melakukan pembedahan
1. Perdarahan per vaginam atau intraperitoneal yang tidak dapat diatasi
Skema terapi MTX dengan Leukovorin Rescue dengan medikamentosa
2. kasus yang resisten terhadap kemoterapi tetapi masih terbatas pada
Hari Terapi
1 Pemeriksaan darah lengkap SGOT
uterus
MTX 1 mg/kgBB i.m. 3. Metastase paru-paru yang terisolir
2 CF 0,1 mg/kgBB i.m. 4. Craniotomi pada kasus dengan peningkatan tekanan intracranial
3 MTX 1 mg/kgbb i.m. akibat metastasis otak atau pendarahan
4 CF 0,1 mg/kgBB i.m. 7.2.3.4.8. Kehamilan pasca kemoterapi
5 MTX 1 mg/kgbb i.m.
Penderita diperkenankan hamil setelah 12 bulan pasca pemberian
6 CF 0,1 mg/kgBB i.m.
7 MTX 1 mg/kgbb i.m. kemoterapi yang terakhir
8 CF 0,1 mg/kgBB i.m.
7.2.4. Plasental Site Trophoblas Tumor (PSTT)
MTX = methotrexat PSTT dipisahkan dari GTT. Tumor ini ditandai dengan peningkatan hCG
CF = citrovorum factor (folinic acid) dan HPL. Pengobatan dapat dengan kemoterapi atau dengan pembedahan.
Skema terapi no.1, angka kegagalan 10% sedangkan terapi dengan skor 2-6
kegagalan bervariasi 20-30%.
Pemberian kemoterapi sampai terjadi remisi komplit, kadar hCG negatif, lalu
diteruskan sampai dengan 3 seri tambahan.
Kegagalan pengobatan dengan cara intermiten lebih besar daripada pemberian
dengan 5 hari terjadi karena sel trofoblas yang dalam fase S tidak terpapar secara
cukup adekuat dengan obat kemoterapi yang diberikan secara intermiten.
Setiap akan dilakukan pengobatan kemoterapi, selalu dilakukan pemeriksaan
darah lengkap, trombosit, SGOT/SGPT, BUN, creatinine
Mola hidatidosa
Penatalaksanaan GTN (bagan 2)
Kemoterapi tunggal
Tidak ada respon Bagan 3
remisi
Tukar cara pemberian atau Tidak respon
Follow up hCG 12 bulan obat MTX ACTD
34
Post Mola hidatidosa,Stadium IV, Skor >7 GTN non mola, Metastasis (+)
PSTT
33. joyce M, Jasko RN. Nursing management of symptoms associated with chemotherapy. 3 rd ed
published by menisco health care comunication. Philadelphia 1993 Kata pengantar ii
Pendahuluan ....iii
34. Hossfeld DK, Sherman CD, Loneper, Bosch FK. Manual of clinical oncology 5th ed. Sping-verly. Klasifikasi dan petunjuk penatalaksanaan praktis kanker ginekologi berdasarkan
Newyork. Berlin. Hickbery. London. Paris. Tokyo. Hongkong. Barcelona. Budapest 1990
FIGO dan ICSS1
Karsinoma Vulva ............................................................................................1
- Screening ....................................................................................1
- Staging .......................................................................................1
- Anatomi ...................................................................................1
- Aliran getah bening ....................................................................1
-
DAFTAR ISI