Anda di halaman 1dari 31

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Kehamilan, Persalinan, Nifas, dan BBL

1. Teori Kehamilan

a. Pengertian Kehamilan

Kehamilan adalah masa ketika seorang wanita membawa embrio

atau fetus di dalam tubuhnya. Awal kehamilan terjadi pada saat sel telur

perempuan lepas dan masuk ke dalam saluran sel telur (Astuti, 2010).

Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra

uterin sejak konsepsi dan terakhir sampai permulaan persalinan. Maka

dapat disimpulkan bahwa kehamilan merupakan suatu kondisi dimana

terjadi proses pematangan fetus dalam rahim dampai lahir janin yang

biasanya selama 40 minggu atau 280 hari (Manuaba, 2010).

b. Tanda-tanda Kehamilan

1) Amenorhea

2) Tes kehamilan positif

3) pembesaran abdomen (12 minggu),

4) Kontraksi braxton hicks

5) Adanya denyut jantung janin

6) Adanya pergerakan janin

7) Teraba bagian tubuh janin saat di palpasi abdominal

8) Visualisasi fetus dalam USG (usia 5-6 minggu) (Hutahean, 2013).

7
8

c. Periode Kehamilan (Antepartum)

Periode antepartum dibagi menjadi tiga trimester yaitu:

1) Trimester I berlangsung pada 0 minggu hingga ke-12

2) Trimester II minggu ke-13 sampai dengan minggu ke-17

3) Trimester III minggu ke-28 sampai dengan minggu ke-40 (Asrinah

dkk, 2010).

d. Perubahan Fisik dan Psikologis pada Masa Kehamilan

1) Perubahan pada Ibu Hamil Trimester Ketiga

Pembesaran uterus semakin bertambah. Pada minggu ke 28,

fundus uteri berada pada 3 jari di atas pusat yaitu antara pusat dan

processus xyphoideus (PX). Pada minggu ke 32, fundus uteri berada

pada pertengahan pusat dan processus xyphoideus (PX). Payudara

terasa penuh dan lunak, serta sering kencing. Sekitar minggu ke 38,

janin mulai masuk kedalam rongga panggul. Sakit punggung dan

sering kencing meningkat akibat tekanan uterus terhadap kandung

kencing. Tidur mungkin menjadi sulit. Terasa kontraksi braxton

hicks (his palsu) yang meningkat (Depkes, 2007).

2) Perubahan pada Janin Trimester Ketiga

Akhir minggu ke-32, berat janin 1700-1800 gram dengan

panjang 40-43 cm, permukaan kulit merah dan keriput seperti orang

tua. Pada janin laki-laki, testis sudah turun kedalam skrotum. Pada

akhir minggu ke-36-40, apabila ibu mendapatkan gizi yang cukup


9

kebanyakan berat badan janin antara 3000-3500 gram dengan

panjang 46-50 cm (Depkes RI, 2007).

3) Perubahan Psikologis Ibu Hamil pada Trimester Ketiga

Trimester ketiga disebut periode menunggu dan waspada,

sebab pada masa ini ibu merasa tidak sabar menunggu kelahiran

janinnya. Gerakan janin dan membesarnya perut merupakan dua hal

yang mengingatkan ibu akan janinnya. Kadang-kadang ibu merasa

khawatir bahwa janinnya akan lahir sewaktu-waktu. Ini

menyebabkan ibu meningkatkan kewaspadaan terhadap timbulnya

tanda dan gejala persalinan. Ibu sering kali merasa khawatir dan

takut apabila janin yang dilahirkannya tidak normal. Kebanyakan

ibu, akan bersikap melindungi janinnya dan akan menghindari orang

atau benda apa saja yang dianggap membahayakan janinnya.

Seorang ibu mungkin mulai merasa takut akan rasa sakit dan bahaya

fisik yang akan timbul pada waktu melahirkan.

Rasa tidak nyaman akibat kehamilan timbul kembali,

disamping itu ibu mulai merasa sedih karena akan berpisah dari

janinnya, dan kehilangan perhatian khusus yang diterima selama

hamil. Pada trimester inilah ibu memerlukan keterangan dan

dukungan dari suami, keluarga dan bidan. Tugas dari pemberi

pelayanan antenatal bukan untuk menghilangkan rasa takut, tetapi

membantu ibu untuk mengatasinya. Dengarkan dengan sabar,

berikan perhatian, dan membantu ibu keluar dari masalahnya. Selain


10

itu, pengertian terhadap keadaan calon ibu dari keluarga terutama

suami sangat di perlukan (Depkes, 2007).

2. Teori Persalinan

a. Pengertian Persalinan

Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada

kehamilan cukup bulan (37-42 minggu) lahir spontan dengan presentasi

belakang kepala tanpa komplikasi baik ibu maupun janin (Prawirohardjo,

2010).

b. Tahapan Persalinan

1) Kala I

Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara

pembukaan nol sampai pembukaan lengkap. Lama kala I untuk

primigravida berlangsung 12 jam sedangkan multigravida 8 jam.

(Manuaba, 2010).

Kala satu persalian terdiri dari dua fase yaitu fase laten dan fase

aktif (JNPK-KR, 2008):

a) Fase laten

Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan

dan pembukaan serviks secara bertahap, berlangsung hingga

serviks membuka kurang dari 4 cm. Pada umumnya,

berlangsung hampir atau hingga 8 jam.


11

b) Fase aktif

(1) Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara

bertahap (kontraksi diangap adekuat/memadai jika terjadi

tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit, dan berlangsung

selama 40 detik atau lebih).

(2) Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap

10 cm, akan terjadi dengan kecepatan rata rata 1 cm per

jam (nulipara atau primigravida) atau lebih dari 1 sampai 2

cm (multipara).

(3) Terjadi penurunan bagian terbawah janin (JNPK-KR,

2008).

Hal yang perlu dilakukan dalam kala I yaitu:

(a) Memperhatikan kesabaran parturien.

(b) Melakukan pemeriksaan tekanan darah, nadi temperatur

pernafasan berkala sekitar 2 sampai 3 jam.

(c) Pemeriksaan denyut jantung janin setiap jam sampai

1 jam.

(d) Memperhatikan keadaan kandung kemih agar selalu

kosong.

(e) Memperhatikan keadaan patologis (meningkatnya

lingkaran Bandle, ketuban pecah sebelum waktu atau

disertai bagian janin yang menumbung, perubahan

denyut jantung janin, pengeluaran mekoneum pada


12

letak kepala, keadaan his yang bersifat patologis,

perubahan posisi atau penurunan bagian terendah

janin).

(f) Parturien tidak diperkenankan mengejan (Manuaba,

2010).

2) Kala II

Persalinan kala dua dimulai ketika pembukaan serviks sudah

lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala dua

disebut juga kala pengeluaran bayi (JNPK-KR, 2008).

Lengkapnya dilatasi serviks pada fase aktif persalinan

dihasilkan oleh retraksi serviks disekeliling bagian terbawah janin.

Setelah dilatasi serviks lengkap, kala dua persalinan dimulai dan

hanya progresivitas turunnya bagian terbawah janin yang

merupakan satu-satunya alat ukur untuk menilai kemajuan

persalinan (Saifuddin, 2010).

Proses ini biasanya berlangsung selama 2 jam pada primipara

dan 1 jam pada multipara (Nurasiah, dkk, 2012). Adapun tanda dan

gejala kala dua persalinan (JNPK-KR, 2008), yaitu:

a) Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya

kontraksi.

b) Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum

dan/atau vaginanya.

c) Perineum menonjol.
13

d) Vulva vagina dan sfingter ani membuka.

e) Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.

Tanda pasti kala dua ditentukan melalui periksa dalam yang

hasilnya adalah pembukaan serviks telah lengkap atau terlihatnya

bagian kepala bayi melalui introitus vagina.

Setelah kepala bayi lahir periksa lilitan tali pusat dan

mengambil tindakan yang sesuai, jika tali pusat melilit leher bayi

dengan longgar lepaskan lewat bagian atas kepala bayi (Saifuddin,

2010).

3) Kala III

Kala III persalinan dimulai setelah kelahiran janin dan

melibatkan pelepasan dan ekspulsi plasenta. Karena bayi sudah

lahir, uterus secara spontan berkontraksi keras dengan isi yang

sudah kosong dan fundus uteri terletak dibawah batas ketinggian

umbilikus (Saifuddin, 2010).

Tanda-tanda pelepasan plasenta mencakup beberapa atau

semua hal berikut ini: Perubahan bentuk dan tinggi fundus, tali

pusat memanjang, semburan darah mendadak dan singkat (JNPK-

KR, 2008).

Manajemen aktif kala tiga bertujuan untuk menghasilkan

kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga dapat mempersingkat

waktu, mencegah perdarahan dan mengurangi kehilangan darah kala


14

tiga persalinan jika dibandingkan dengan penatalaksaan fisiologis

(JNPK-KR, 2008).

Pemberian suntik oksitosin yang diberikan segera satu menit

setelah bayi lahir dan dipastikan tidak ada janin kedua (JNPK-KR,

2008).

Keuntungan manajemen aktif kala tiga adalah persalinan kala

tiga lebih singkat, mengurangi jumlah kehilangan darah, me-

ngurangi kejadian retensio plasenta. Tiga langkah utama dalam

manajemen aktif kala tiga adalah pemberian suntikan oksitosin

dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir, melakukan penegangan

tali pusat terkendali, measase fundus uteri.

4) Kala IV

Kala IV dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam

pertama postpartum (Nurasiah dkk, 2012). Kala IV dimaksudkan

untuk melakukan observasi karena perdarahan postpartum paling

sering terjadi pada 2 jam pertama (Manuaba, 2010).

c. Tanda-Tanda Persalinan

1) Terjadinya his persalinan

2) Bloody show (pengeluaran lendir disertai darah melalui vagina)

Pengeluaran cairan (Asrinah, 2010).

3. Teori Nifas

a. Pengertian Nifas
15

Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi,

plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ

kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu

(Saleha, 2009).

Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya placenta

sampai alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara

normal masa nifas berlangsung 6 minggu atau 40 hari (Ambarwati,

2010).

Masa nifas atau puerperium adalah masa setelah partus selesai

sampai pulihnya kembali alat-alat kandungan seperti sebelum hamil.

Lamanya masa nifas ini yaitu kira-kira 6-8 minggu (Abidin, 2011).

b. Tahapan Masa Nifas

1) Puerperium dini: masa kepulihan, yakni saat-saat ibu diperbolehkan

berdiri dan berjalan.

2) Puerperium intermedial: masa kepulihan menyeluruh dari organ-

organ genital, kira-kira antara 6-8 minggu.

3) Remote puerperium: waktu yang dibutuhkan untuk pulih dan sehat

sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu melahirkan

mengalami komplikasi (Walyani, 2015).

c. Perubahan Fisiologis pada Masa Post-Partum

1) Perubahan Tanda Vital

Dalam 24 jam postpartum, suhu badan akan naik sedikit (37,50

380 C) sebagai akibat kerja keras sewaktu melahirkan, kehilangan


16

cairan dan kelelahan. Denyut nadi sehabis melahirkan biasanya akan

lebih cepat (nadi normal orang dewasa adalah 60-80 kali per menit).

Denyut nadi yang melebihi 100 kali per menit adalah abnormal dan

hal ini menunjukkan adanya kemungkinan infeksi (Purwanti, 2011).

Tekanan darah biasanya tidak berubah. Kemungkinan tekanan

darah akan lebih rendah setelah ibu melahirkan karena ada

perdarahan. Tekanan darah tinggi pada saat postpartum menandakan

terjadinya preekalmpsia postpartum (Purwanti, 2011).

Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan suhu dan

denyut nadi. Bila suhu dan nadi tidak normal maka pernapasan juga

akan mengikutinya, kecuali bila ada gangguan khusus pada saluran

pencernaan (Purwanti, 2011).

2) Pengerutan Rahim (involusi)

Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus pada

kondisi sebelum hamil. Dengan involusi uterus ini, lapisan luar dari

desidua yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi neucrotic

(layu/mati) (Purwanti, 2011).

Perubahan ini diketahui melalui pemeriksaan palpasi untuk

meraba tinggifundus uteri (TFU). Sesaat setelah bayi lahir, fundus

uteri setinggi pusat dengan berat 1000 gram. Pada akhir kala III,

TFU teraba 2 jari dibawah pusat. Pada 1 minggu postpartum, TFU

teraba pertengahan pusat simpisis dengan berat 500 gram. Pada 2

minggu postpartum, TFU teraba diatas simpisis dengan berat 350


17

gram. Pada 6 minggu postpartum, fundus uteri mengecil (tak teraba)

dengan berat 50 gram (Purwanti, 2011).

3) Lochea

Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan

vagina dalam masa nifas (Elisabeth & Endang Purwoastuti, 2015).

Lochea mempunyai reaksi basa/alkalis yang dapat membuat

organisme berkembang lebih cepat daripada kondisi asam yang ada

pada vagina normal. Lochea berbau amis/anyir dengan volume yang

berbeda-beda pada setiap wanita. Lochea yang berbau tidak sedap

menandakan adanya infeksi. Lochea mengalami perubahan warna

dan volume karena adanya proses involusi (Purwanti, 2011).

Macam-macam lochea:

a) Lochea rubra: lochea ini keluar pada hari pertama sampai hari

ke-4 post-partum. Cairan yang keluar berwarna merah karena

terisi darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta, lemak bayi,

dinding rahim lanugo (rambut bayi), dan mekonium.

b) Lochea sanguinolenta: lochea ini berwarna merah kecokelatan

dan berlendir, serta berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7

post-partum.

c) Lochea serosa: lochea ini berwarna kuning kecokelatan karena

mengandung serum, leukosit, dan robekan atau laserasi

plasenta. Keluar pada hari ke-7 sampai hari ke-14.


18

d) Lochea Alba: lochea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel

epitel, selaput lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati.

Lochea Alba ini dapat berlangsung selama 2-6 minggu post

patum (Purwanti, 2011).

4) Perineum

Perineum menjadi kendur karena teregang oleh tekanan kepala

bayi yang bergerak maju. Pulihnya tonus otot perineum terjadi

sekitar 5-6 minggu postpartum. Luka episiotomi akan sembuh dalam

7 hari postpartum (Jannah, 2011).

4. Teori BBL

a. Pengertian Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37

minggu sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2500 gram sampai

dengan 4000 gram (Kristiyanasari, 2011).

Bayi baru lahir merupakan individu yang sedang bertumbuh dan

baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat melakukan

penyesuaian diri dari kehidupan kehidupan intrauterin ke kehidupan

ekstrauterin (Dewi, 2011).

b. Ciri-ciri Bayi Baru Lahir

1) Berat badan 2500 gram-4000 gram.

2) Panjang badan 48-52 cm.

3) Lingkar dada 30-38 cm.

4) Lingkar kepala 32-35 cm.


19

5) Frekuensi jantung 120-160 kali/menit.

6) Pernafasan kurang lebih 40-60 kali/menit.

7) Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup.

8) Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah

sempurna.

9) Kuku agak panjang dan lemas.

10) Genitalia perempuan labia mayora sudah mnutupi labia minor, dan

laki-laki testis sudah turun, skrotum sudah ada.

11) Refleks isap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.

12) Refleks morrow atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik.

13) Refleks graps atau menggenggam sudah baik.

14) Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama, dan

mekonium berwarna hitam kecokelatan.

B. Asuhan Kebidanan Kehamilan, Persalinan, Nifas, BBL dan KB

1. Asuhan Kebidanan Kehamilan

a. Definisi Asuhan Kehamilan

Antenatal Care (ANC) adalah suatu program terencana berupa

observasi, edukasi, dan penanganan medik pada ibu hamil, untuk

memperoleh suatu proses kehamilan dan persalinan yang aman dan

memuaskan (Depkes RI, 2009).

b. Tujuan Asuhan Kehamilan


20

Menurut Dewi, 2012 tujuan utama ANC adalah

menurunkan/mencegah kesakitan serta kematian maternal dan perinatal.

Adapun tujuan khususnya adalah sebagai berikut:

1) Memonitor kemajuan kehamilan guna memastikan kesehatan ibu dan

perkembangan bayi.

2) Mengenali secara dini penyimpangan dari normal dan memberikan

penatalaksanaan yang diperlukan.

3) Membina hubungan saling percaya antara ibu dan bidan dalam

rangka mempersiapkan ibu dan keluarga secara fisik, emosional,

serta logis untuk menghadapi kelahiran dan kemungkinan adanya

komplikasi.

c. Standar Asuhan Kehamilan

1) Standar 1: Identifikasi Ibu Hamil

2) Standar 2: Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal

3) Standar 3: Palpasi Abdominal

4) Standar 4: Pengelolaan Anemia dalam Kehamilan

5) Standar 5: Pengelolaan Dini Hipertensi pada Kehamilan

6) Standar 6: Persiapan Persalinan (Dewi, 2012)

d. Kunjungan Antenatal

Standar pelayanan antenatal dianjurkan untuk menjamin

perlindungan kepada ibu hamil berupa deteksi dini faktor risiko,

pencegahan dan penanganan komplikasi. Frekuensi pelayanan antenatal


21

diberikan minimal 4 kali selama kehamilan, dengan ketentuan waktu

pemberian:

1) Satu kali pada trimester pertama: K1.

2) Satu kali pada trimester kedua: K2.

3) Dua kali pada trimester ketiga: K3 (Saifuddin, 2010).

e. Standar Minimal Asuhan Kehamilan

Pelayanan antenatal sesuai dengan standar meliputi anamnesis,

pemeriksaan fisik (umum dan kebidanan), pemeriksaan laboratorium

rutin dan khusus (sesuai resiko yang ditemukan dalam pemeriksaan).

Sedangkan dalam penerapannya terdiri dari 10 T yaitu (Depkes RI,

2010):

1) Timbang berat badan

2) Ukur tekanan darah

3) Ukur status gizi (LILA)

4) Ukur tinggi fundus uteri

5) Tentukan presentasi dan denyut jantung janin

6) Pemberian tablet Fe

7) Pemberian imunisasi TT

8) Test laboratorium

9) Tatalaksana kasus

10) Temu wicara


22

f. Kegiatan Asuhan Kebidanan pada Kehamilan

1) Subjektif

a) Data umum pribadi

b) Keluhan utama atau apa yang diderita seperti; diare, bengkak

kaki, gatal-gatal, haemorroid, konstipasi, keputihan, sesak nafas,

perut kembung, pusing.

c) Riwayat haid

(1) Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT).

(2) Usia Kehamilan dan Taksiran Persalinan (Saifuddin, 2010).

d) Riwayat kehamilan dan persalinan

(1) Asuhan antenatal, persalinan, dan nifas kehamilan

sebelumnya.

(2) Cara persalinan.

(3) Jumlah dan jenis kelamin anak hidup.

(4) Berat badan lahir.

(5) Cara pemberian asupan bagi bayi yang dilahirkan.

(6) Informasi dan saat persalinan atau keguguran terakhir

(Saifuddin, 2010).

e) Riwayat kehamilan saat ini

(1) Identifikasi kehamilan.

(2) Identifikasi penyulit (preeklamsia atau hipertensi dalam

kehamilan).

(3) Penyakit lain yang diderita.


23

(4) Gerakan bayi dalam kandungan (Saifuddin, 2010).

f) Riwayat penyakit dalam keluarga

(1) Diabetes mellitus, hipertensi, atau hamil kembar.

(2) Kelainan bawaan.

g) Riwayat penyakit ibu

(1) Penyakit yang pernah diderita.

(2) Diabetes mellitus, hipertensi dalam kehamilan, infeksi

saluran kemih.

(3) Penyakit jantung.

(4) Infeksi virus berbahaya.

(5) Alergi obat atau makanan tertentu.

(6) Pernah mendapat transfusi darah dan indikasi tindakan

tersebut.

h) Riwayat mengikuti program keluarga berencana

i) Riwayat imunisasi

j) Riwayat menyusui.

2) Objektif

a) Keadaan Umum

(1) Tanda-tanda vital.

(2) Pemeriksaan jantung dan paru.

(3) Pemeriksaan payudara.

(4) Kelainan otot dan rangka serta neurologik.

(5) Pemeriksaan Abdomen.


24

b) Inspeksi

(2) Bentuk dan ukuran abdomen.

(3) Luka parut bekas operasi.

(4) Tanda-tanda kehamilan.

(5) Gerakan janin.

(6) Varises atau pelebaran vena.

(7) Hernia.

(8) Oedema.

c) Palpasi

(2) Tinggi fundus.

(3) Punggung bayi.

(4) Presentasi.

(5) Sejauh mana bagian terbawah bayi masuk pintu atas

panggul.

d) Auskultasi

(1) 10 minggu dengan Doppler.

(2) 20 minggu dengan fetoskop Pinard.

e) Laboratorium

(1) Analisis urin rutin.

(2) Analisis tinja rutin.

(3) Hb, MCV.

(4) Golongan darah.

(5) Hitung jenis sel darah.


25

(6) Gula darah.

(7) Antigen Hepatitis B Virus.

(8) HIV/VDRL (Saifuddin, 2010).

2. Asuhan Kebidanan Persalinan

a. Pengertian Asuhan Persalinan

Asuhan persalinan adalah asuhan yang bersih dan aman selama

persalinan dan setelah bayi lahir, serta upaya pencegahan komplikasi

terutama perdarahan pasca persalinan, hipotermi, dan asfiksia bayi baru

lahir (Saifuddin, 2010).

b. Tujuan Asuhan Persalinan

Tujuan asuhan persalinan normal adalah menjaga kelangsungan

hidup dan memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan

bayinya, melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap tetapi

dengan intervensi yang seminimal mungkin agar prinsip keamanan dan

kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang optimal (Depkes RI,

2008).

c. Kebijakan Asuhan Persalinan

1) Kepmenkes No. 369/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar Profesi

Bidan. Asuhan selama persalinan dan kelahiran, kompetensi ke-4 :

Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, tanggap terhadap

kebudayaan setempat selama persalinan, memimpin selama persalinan

yang bersih dan aman, menangani situasi kegawatdaruratan tertentu

untuk mengoptimalkan wanita dan bayinya yang baru lahir.


26

2) Standar Pelayanan Kebidanan

Diantara 25 standar pelayanan kebidanan yang terkait dengan standar

pertolongan persalinan kala I, kala II, dan kala III yaitu standar ke 9,

10, 11, dan 12.

a) Standar 9: Asuhan persalinan kala I.

Untuk memberikan perawatan yang memadai dalam mendukung

pertolongan persalinan yang aman. Bidan menilai secara tepat

bahwa persalinan sudah mulai, kemudian memberikan asuhan dan

pemantauan yang memadai dengan memperhatikan kebutuhan

klien selama proses persalinan berlangsung.

b) Standar 10: Persalinan kala II yang aman.

Memastikan persalinan yang aman untuk ibu dan bayi. Bidan

mela-kukan pertolongan persalinan yang aman dengan sikap

sopan dan penghargaan terhadap klien serta memperhatikan

tradisi setempat.

c) Standar 11: Penatalaksanaan Aktif Persalinan Kala III.

Bidan melakukan penegangan tali pusat dengan benar untuk

mem-bantu pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara

lengkap

d) Standar 12: Penanganan kala II dengan gawat janin melalui

episiotomi.

Mempercepat persalinan dengan melakukan episiotomi pada

keadaan gawat janin. Bidan mengenali secara tepat tanda-tanda


27

gawat janin pada kala II yang lama, dan segera melakukan

episiotomi dengan aman untuk memperlancar persalinan, diikuti

dengan penjahitan perineum.

3) Kepmenkes No 1464/Menkes/Per/X/2010

Bab III pasal 10 ayat 3:

Bidan dalam memberikan pelayanan pada persalinan normal

berwenang untuk melakukan episiotomi, penjahitan luka jalan lahir

tingkat I dan II, dan penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan

dengan prarujukan.

3. Asuhan Kebidanan Nifas

a. Pengertian Asuhan Nifas

Asuhan kebidanan masa nifas adalah pentalaksanaan asuhan yang

diberikan pada pasien mulai dari saat setelah lahirnya bayi sampai

dengan kembalinya tubuh dalam keadaan seperti sebelum hamil atau

mendekati keadaan sebelum hamil (Saleha, 2009).

b. Tujuan Asuhan Masa Nifas

Menurut Walyani, 2015 asuhan yang diberikan kepada ibu nifas

bertujuan untuk:

1) Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologis

2) Melaksanakan skrining yang komprehensif


28

3) Mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi

pada ibu dan bayinya

4) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan

dini, nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi dan perawatan bayi

sehat.

5) Memberikan pelayanan keluarga berencana

6) Kebijakan Program Nasional Masa Nifas

Tabel 2.1

Kunjungan Nifas

Kunjungan Waktu Tujuan

1 6-8 jam setelah 1. Mencegah perdarahan masa nifas karena

persalinan atonia uteri.

2. Mendeteksi dan merawat penyebab lain

perdarahan; rujuk jika perdarahan

berlanjut.

3. Memberikan konseling pada ibu atau

salah satu anggota keluarga mengenai

bagaimana cara mencegah perdarahan

masa nifas karena atonia uteri.

4. Pemberian ASI awal.

5. Melakukan hubungan antara ibu dengan

bayi yang baru lahir.

6. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara


29

mencegah hypotermi.

7. Jika petugas kesehatan menolong

persalinan, ia harus tinggal dengan ibu

dan bayi yang baru lahir selama 2 jam

pertama setelah kelahiran atau sampai

ibu dan bayinya dalam keadaan stabil.

2 6 hari setelah 1. Memastikan involusi uterus berjalan

persalinan normal : uterus berkontraksi, fundus di

bawah umbilicus, tidak ada perdarahan

abnormal, tidak ada bau.

2. Menilai adanya tanda-tanda demam,

infeksi, atau perdarahan abnormal.

3. Memastikan ibu mendapatkan cukup

makanan, cairan, dan istirahat.

4. Memastikan ibu menyusui dengan baik

dan tidak memperhatikan tanda-tanda

penyulit.

5. Memberikan konseling pada ibu

mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,

menjaga bayi tetap hangat, dan merawat

bayi sehari-hari.

3 2 minggu setelah Asuhan yang diberikan pada saat 2 minggu

persalinan postpartum sama dengan asuhan yang


30

diberikan pada saat 2-6 hari setelah

persalinan

4 6 minggu setelah 1. Menanyakan pada ibu tentang kesulitan-

persalinan kesulitan yang ia atau bayinya alami.

2. Memberikan konseling KB secara dini.

Sumber: Asuhan Kebidanan Masa Nifas Sulistyawati, 2009.

c. Proses Adaptasi Psikologis Masa Nifas

Setelah melahirkan, ibu mengalami perubahan fisik dan fisiologis

yang mengakibatkan adanya beberapa perubahan dari psikisnya.

Perubahan psikis, oleh Reva Rubin dibagi ke dalam 3 periode, yaitu:

1) Periode Taking-In

Periode ini terjadi pada hari pertama dan kedua setelah

melahirkan. Ibu akan bersikap pasif dan tergantung, perhatiannya

hanya tertuju pada diri sendiri. Ibu akan mengulang-ulang untuk

menceritakan pengalamannya pada saat melahirkan. Dibutuhkan

waktu untuk banyak beristirahat untuk mengurangi gangguan

kesehatan. Dan juga peningkatan nutrisi dibutuhkan untuk

mempercepat pemulihan dan penyembuhan luka, serta persiapan

proses menyusui.

2) Periode Taking Hold

Periode ini berlangsung pada hari kedua sampai hari keempat

postpartum. Pada periode ini, ibu menjadi percaya diri pada

kemampuannya untuk menjadi orang tua yang sukses dan


31

meningkatkan tanggungjawab terhadap bayi. Ibu berusaha keras

untuk menguasai keterampilan dalam perawatan bayi, misalnya

menggendong, memandikan, dan memasang popok. Tetapi, biasanya

ibu agak sensitif dan merasa tidak mahir dalam melakukan hal-hal

tersebut.

3) Periode Letting Go

Periode ini biasanya terjadi setelah ibu pulang ke rumah.

Pada saat tahap ini, sangat berpengaruh terhadap waktu dan

perhatian yang diberikan oleh keluarga. Ibu mengambil

tanggungjawab terhadap perawatan bayi dan harus beradaptasi

dengan segala kebutuhan bayi. Hal ini, menyebabkan berkurangnya

hak dan kebebasan, serta hubungan sosial ibu. Depresi postpartum,

biasanya terjadi pada periode letting go ini (Sulistyawati, 2009).

4. Asuhan Kebidanan BBL

a. Pengertian Asuhan Bayi Baru Lahir

Asuhan bayi baru lahir merupakan asuhan yang diberikan selama

jam pertama setelah kelahiran (Depkes RI, 2007).

b. Tujuan Asuhan pada Bayi Baru Lahir

Tujuan utama asuhan kebidanan pada bayi baru lahir, yaitu:

1) Membersihkan jalan nafas.

2) Memotong tali pusat.

3) Mempertahankan suhu tubuh bayi.

4) Identifikasi.
32

5) Pencegahan infeksi (Saifuddin, 2010).

Tujuan asuhan pada bayi baru lahir adalah untuk meningkatkan

akses bayi baru lahir terhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui

sedini mungkin apabila terdapat kelainan atau masalah kesehatan pada

bayi baru lahir.

c. Standar Asuhan pada Bayi Baru Lahir

Kunjungan neonatus bertujuan untuk meningkatkan akses neonatus

terhadap pelayanan kebutuhan dasar dan mengetahui sedini mungkin

apabila terdapat kelainan pada bayi atau bayi mengalami masalah

kesehatan. Risiko terbesar kematian bayi baru lahir terjadi pada 24 jam

pertama kehidupan, minggu pertama, dan bulan pertama kehidupan.

Setiap neonatus harus diberikan pelayanan kesehatan sedikitnya dua kali

pada minggu pertama dan satu kali pada minggu kedua setelah lahir.

Pelaksanaan pelayanan kesehatan tersebut diantaranya:

4) Kunjungan neonatus hari ke-1 (KN 1)

a) Untuk bayi yang lahir di fasilitas pelayanan kesehatan, dapat

dilakukan sebelum bayi pulang dari fasilitas pelayanan (sebelum

24 jam).

b) Untuk bayi yang lahir di rumah, bila bidan meninggalkan bayi

sebelum 24 jam, maka pelayanan dilaksanakan pada 6 sampai

24 jam setelah lahir.

5) Kunjungan neonatus hari ke-3 (KN 2)


33

Dilakukan pada hari ketiga sampai hari ketujuh. Keluarga

biasanya mengadakan tradisi peringatan. Pada kesempatan ini,

sangat baik apabila petugas melakukan kunjungan, memberikan

penyuluhan, dan melakukan pemeriksaan ibu dan bayi sehingga,

mendukung penyelamatan ibu dan bayi.

6) Kunjungan neonatus minggu ke-2 (KN 3)

Dilakukan pada minggu kedua (hari ke-8 smpai hari ke-28)

untuk melihat tumbuh kembang bayi, memeriksa keadaan ibu dan

bayi, mengenal tanda bahaya, melakukan konseling KB, ASI, asuhan

BBL lainnya, memberikan imunisasi atau menganjurkan ibu

membawa bayinya ke posyandu untuk imunisasi BCG dan Polio,

serta membantu ibu dan keluarga dalam mengatasi masalah ibu dan

bayi (Ambarwati dkk, 2011).

5. Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana

a. Pengertian Asuhan Keluarga Berencana

Pelayanan KB berkualitas adalah pelayanan KB sesuai standar

dengan menghormati hak individu dalam merencanakan kehamilan,

sehingga diharapkan dapat berkontribusi dalam menurunkan angka

kematian ibu dan menurunkan tingkat fertilitas (kesuburan) bagi

pasangan yang telah cukup memiliki anak (2 anak lebih baik) serta

meningkatkan fertilitas bgai pasangan yang ingin mempunyai anak

(Depkes RI, 2010)

b. Tujuan Asuhan Keluarga Berencana


34

Pelayanan KB bertujuan untuk menunda (merencanakan)

kehamilan, menjarangkan, dan atau menghentikan kehamilan dengan

menggunakan metode kontrasepsi.

Tujuan umum diadakannya program keluarga berencana adalah

membentuk keluarga kecil yang sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi

suatu keluarga dengan cara pengaturan kelahiran anak, agar diperoleh

suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan

hidupnya. Tujuan lainnya yaitu meliputi kelahiran, pendewasaan usia

perkawainan, peningkatan ketahanan dan kesejahteraan keluarga

(Sulistyawati, 2011).

c. Kontrasepsi Pascapersalinan

1) Metode Amenorea laktasi (MAL).

2) Kontrasepsi Kombinasi.

3) Kontrasepsi Progestin.

4) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR).

5) Kondom/Spermisida.

6) Diafragma.

7) KB alamiah.

8) Koitus interuptus atau abstinensia.

9) Kontrasepsi Mantap: Tubektomi, Vasektomi (Manuaba, 2010).

C. Manajemen Asuhan Kebidanan

Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam

menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis mulai dari pengkajian,


35

analisa data, diagnosa kebidanan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi (Ikatan

Bidan Indonesia, 2007).

Menurut Helen Varney (2007), manajemen kebidanan adalah proses

pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan

pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan

dalam rangkaian atau tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan

berfokus pada klien. Untuk pendokumentasian asuhan dapat menggunakan catatan

SOAP. Catatan SOAP adalah catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis dan

tertulis. Pendokumentasian dalam bentuk SOAP, yaitu:

S : Subjektif

a. Menggambarkan pendokumentasian yang diperoleh dari klien melalui

anamnesa baik secara langsung maupun tidak langsung.

b. Tanda gejala subjektif yang diperoleh dari hasil bertanya dari pasien,

suami atau keluarga (identitas umum, keluhan, riwayat menarche, riwayat

perkawinan, riwayat kehamilan, riwayat persalinan, riwayat KB, penyakit,

riwayat penyakit keluarga, riwayat penyakit keturunan, riwayat

psikososial, pola hidup).

c. Catatan ini berhubungan dengan masalah dari sudut pandang pasien.

Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya dicatat sebagai

kutipan langsung atau ringkasan yang berhubungan dengan diagnosa. Pada

orang yang bisu, dibagian data dibelakang S diberi tanda 0 atau X

ini menandakan orang itu bisu. Data subjektif menguatkan diagnosa yang

akan dibuat.
36

O : Objektif

a. Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan klien, baik

pemeriksaan fisik umum maupun khusus kebidanan dan pemeriksaan

penunjang yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung

diagnosa.

b. Data ini memberi bukti gejala klinis pasien dan fakta yang berhubungan

dengan diagnosa. Data fisiologis, hasil observasi yang jujur, informasi

kajian teknologi (hasil Laboratorium, sinar X, rekaman CTG, dan lain-

lain) dan informasi dari keluarga atau orang lain dapat dapat dimasukkan

dalam kategori ini. Apa yang diobservasi oleh bidan akan menjadi

komponen yang berarti dari diagnosa yang akan ditegakkan.

A: Analisa Data

a. Masalah atau diagnosa yang ditegakkan berdasarkan data atau informasi

subjektif maupun objektif yang dikumpulkan atau disimpulkan. Karena

keadaan pasien terus berubah dan selalu ada informasi baru baik subjektif

maupun objektif dan sering diungkapkan secara terpisah-pisah, maka

proses pengkajian adalah suatu proses yang dinamik. Sering menganalisa

adalah sesuatu yang penting dalam mengikuti perkembangan pasien dan

menjamin suatu perubahan baru cepat diketahui dan dapat diikuti

sehingga dapat diambil tindakan yang tepat.


37

b. Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data

subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi :

1) Diagnosa atau masalah.

2) Antisipasi masalah lain atau diagnosa potensial.

3) Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, asuhan secara

mandiri, kolaborasi maupun rujukan.

P: Perencanaan

Merupakan gambaran pendokumentasian dari tindakan (implementasi) dan

evaluasi rencana.

Anda mungkin juga menyukai