KONSEP DASAR
A. Anatomi Fisiologi
B. Definisi
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah infeksi saluran pernafasan akut yang
menyerang tenggorokan, hidung dan paru-paru yang berlangsung kurang lebih 14 hari,
ISPA mengenai struktur saluran di atas laring, tetapi kebanyakan penyakit ini mengenai
bagian saluran atas dan bawah secara stimulan atau berurutan (Muttaqin, 2008).
ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernafasan Akut atau dikenal
sebagai Acute Respiratory Infections (ARI). Infeksi pernafasan akut adalah proses
inflamasi yang disebabkan oleh virus, bakteri, atipikal (mikro plasma) atau aspirasi
substansi asing, yang melibatkan suatu atau semua bagian saluran pernafasan
(Wong,D.L,2009).
Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran pernafasan, dan akut. Infeksi
adalah masuknya kuman atau mikroorganisme kedalam tubuh manusia dan berkembang
sehingga menimbulkan gejala penyakit. Saluran pernafasan adalah organ mulai dari
hidung hingga alveoli, beserta organ adneksa lainnya seperti sinus-sinus, rongga telinga
tengah, dan pleura. Sedangkan infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai
dengan 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut dari suatu penyakit,
(Donna L. 2009)
Berdasarkan dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa ISPA adalah proses
infeksi akut berlangsung selama 14 hari, yang disebabkan oleh mikroorganisme dan
menyerang salah satu bagian, dan atau lebih dari saluran napas, mulai dari hidung (saluran
atas) hingga alveoli (saluran bawah), termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus, rongga
telinga tengah dan pleura.
C. Etiologi
Menurut Vietha ( 2009 ), etiologi ISPA adalah lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan
jamur. Bakteri penyebabnya antara lain genus streptococus, Stafilococus, hemafilus,
bordetella, hokinebacterium. Virus penyebabnya antara lain golongan mikrovirus,
adnovirus, dan virus yang paling sering menjadi penyebab ISPA di influensa yang di
udara bebas akan masuk dan menempel pada saluran pernafasan bagian atas yaitu
tenggorokan dan hidung. Biasanya bakteri dan virus tersebut menyerang anak anak di
bawah usia 2 tahun yang kecepatan tubuhnya lemah atau belum sempurna. Peralihan
musim kemarau ke musim hujan juga menumbulkan resiko serangan ISPA. Beberapa
faktor lain yang diperkirakan berkontrubusi terhadap kejadian ISPA pada anak adalah
rendahnya asupan antioksidan, status gizi kurang, dan buruknya senetasi lingkungan.
Penyakit ISPA dapat disebabkan oleh berbagai penyebab seperti bakteri, virus,
mycoplasma, jamur dan lain-lain. ISPA bagian atas umumnya disebabkan oleh Virus,
sedangkan ISPA bagian bawah dapat disebabkan oleh bakteri , virus dan mycoplasma.
ISPA bagian bawah yang disebabkan oleh bakteri umumnya mempunyai manifestasi
klinis yang berat sehingga menimbulkan beberapa masalah dalam penanganannya.
Penyebab lainnya, yaitu :
1. Agent
Infeksi dapat berupa flu biasa hingga radang paru-paru. Kejadiannya bisa secara akut
atau kronis, yang paling sering adalah rinitis simpleks, faringitis, tonsilitis, dan
sinusitis. Rinitis simpleks atau yang lebih dikenal sebagai selesma/common
cold/koriza/flu/pilek, merupakan penyakit virus yang paling sering terjadi pada
manusia. Penyebabnya adalah virus Myxovirus, Coxsackie, dan Echo. Berdasarkan
hasil penelitian Isbagio (2009), mendapatkan bahwa bakteri Streptococcus
pneumonie adalah bakteri yang menyebabkan sebagian besar kematian 4 juta balita
setiap tahun di negara berkembang. Isbagio ini mengutip penelitian WHO dan
UNICEF tahun 2007, di Pakistan didapatkan bahwa 95% S.pneumococcus
kehilangan sensitivitas paling sedikit pada satu antibiotika, hampir 50% dari bakteri
yang diperiksa resisten terhadap kotrimoksasol yang merupakan pilihan untuk
mengobati infeksi pernafasan akut. Demikian pula di Arab Saudi dan Spanyol 60%
S. pneumonie ditemukan resisten terhadap antibiotika.
2. Suhu Ruangan
Salah satu syarat fisiologis rumah sehat adalah memiliki suhu optimum 18- 300C.
Hal ini berarti, jika suhu ruangan rumah dibawah 180C atau diatas 300C keadaan
rumah tersebut tidak memenuhi syarat. Suhu ruangan yang tidak memenuhi syarat
kesehatan menjadi faktor risiko terjadinya ISPA pada balita sebesar 4 kali.
3. Ventilasi
Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah menjaga agar
aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan O2
yang diperlukan oleh penghuni rumah tersebut tetap terjaga. Kurangnya ventilasi
akan menyebabkan kurangnya O2 di dalam rumah yang berarti kadar CO2 yang
bersifat racun bagi penghuninya menjadi meningkat.30 Sirkulasi udara dalam rumah
akan baik dan mendapatkan suhu yang optimum harus mempunyai ventilasi minimal
10% dari luas lantai.
4. Penggunaan Anti Nyamuk
Penggunaan Anti nyamuk sebagai alat untuk menghindari gigitan nyamuk dapat
menyebabkan gangguan saluran pernafasan karena menghasilkan asap dan bau tidak
sedap. Adanya pencemaran udara di lingkungan rumah akan merusak mekanisme
pertahanan paru-paru sehingga mempermudah timbulnya gangguan pernafasan.
5. Perokok
Rokok bukan hanya masalah perokok aktif tetapi juga perokok pasif. Asap rokok
terdiri dari 4.000 bahan kimia, 200 diantaranya merupakan racun antara lain Carbon
Monoksida (CO), Polycyclic Aromatic Hydrocarbons (PAHs) dan lain-lain (Depkes
R.I., 2008)
D. Manifestasi Klinis
Penyakit ini biasanya dimanifestasikan dalam bentuk adanya demam, adanya
obstruksi hisung dengan sekret yang encer sampai dengan membuntu saluran pernafasan,
bayi menjadi gelisah dan susah atau bahkan sama sekali tidak mau minum (Pincus Catzel
& Ian Roberts; 2007; 451).
Tanda dan gejala yang muncul :
a. Demam, pada neonatus mungkin jarang terjadi tetapi gejala demam muncul jika anak
sudah mencaapai usia 6 bulan sampai dengan 3 tahun. Seringkali demam muncul
sebagai tanda pertama terjadinya infeksi. Suhu tubuh bisa mencapai 39,5OC-40,5OC.
b. Meningismus, adalah tanda meningeal tanpa adanya infeksi pada meningens, biasanya
terjadi selama periodik bayi mengalami panas, gejalanya adalah nyeri kepala, kaku
dan nyeri pada punggung serta kuduk, terdapatnya tanda kernig dan brudzinski.
c. Anorexia, biasa terjadi pada semua bayi yang mengalami sakit. Bayi akan menjadi
susah minum dan bhkan tidak mau minum.
d. Vomiting, biasanya muncul dalam periode sesaat tetapi juga bisa selama bayi tersebut
mengalami sakit.
e. Diare (mild transient diare), seringkali terjadi mengiringi infeksi saluran pernafasan
akibat infeksi virus.
f. Abdominal pain, nyeri pada abdomen mungkin disebabkan karena adanya
lymphadenitis mesenteric.
g. Sumbatan pada jalan nafas/ Nasal, pada saluran nafas yang sempit akan lebih mudah
tersumbat oleh karena banyaknya sekret.
h. Batuk, merupakan tanda umum dari tejadinya infeksi saluran pernafasan, mungkin
tanda ini merupakan tanda akut dari terjadinya infeksi saluran pernafasan.
i. Suara nafas, biasa terdapat wheezing, stridor, crackles (ronchi), dan tidak terdapatnya
suara pernafasan (Whaley and Wong; 2008).
E. Patofisiologi
ISPA terjadi dapat karena masuknya virus kedalam saluran pernafasan atas, kemudian
virus bereplika (membelah) pada sel epitel kolumner bersilia (hidung, sinus, faring)
menyebabkan radang pada tempat tersebut. Peradangan itu merangsang pelepasan
mediator histamin dalam sekresi hidung sehingga permeabilitas vaskuler naik dan
akibatnya terjadi odema pada mukosa dan hidung menjadi tersumbat akibat akumulasi
mukus, dari kejadian itu menimbulkan masalah keperawatan bersihan jalan nafas tidak
efektif.
Peradangan hidung, sinus dan faring ditambah dengan adanya bakteri menyebabkan
perluasan sampai tonsil dan adenoid ikut meradang, dengan pemejanan alergen juga
menyebabkan laring dan faring mengalami peradangan. Pada proses peradangan terjadi
pembengkakan dan pelepasan sel epitel yang mengalami infeksi sehingga menyebabkan
iritasi jalan nafas yang menimbulkan peningkatan pita suara sehingga terjadi kesulitan
bicara (disfasia).
Proses infeksi pada jalan nafas juga menyebabkan demam sehingga terjadi diaforesis
yang berlebihan sehingga dapat menimbulkan masalah keperawatan defisit volume cairan.
Pada tonsilitis dan adenoiditis apabila sudah terjadi hipertropi dan abses serta tonbsilitis
berulang maka harus dilakukan tindakan toksilotomi dan adenoidoktomi.
Tersumbatnya saluran pernafasan oleh sekret akan menurunkan suplai O2 ke paru-paru,
menyebabkan pasien mengalami hipoventilasi(penurunan ventilasi), menyebabkan pasien
sesak nafas, menggunakan otot bantu tambahan untuk bernafas dapat menimbulkan
masalah keperawatan pola nafas tidak efektif. Terkadang pasien juga mengalami sianosis.
Reaksi sistemik dari peradangan atau inflamsi yang terjadi menimbulkan manifestasi
anoreksia, mual, penurunan BB, dan kelemahan, yang menyebabkan terjadi peningkatan
laju metabolisme umum, intake nutrisi yang tidak adekuat, tubuh makin kurus,
ketergantungan aktivitas sehari-hari, kecemasan karena terjadi perubahan status
kesehatan, dan kurang mengertahui informasi tentang penyakit yang sedang diderita
(Smeltzer, Suzanne C, 2008).
F. Pathway
Terlampir
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang lazim dilakukan adalah pemeriksaan kultur/ biakan kuman
(swab); hasil yang didapatkan adalah biakan kuman (+) sesuai dengan jenis kuman,
pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah meningkat disertai dengan
adanya leukositosis dan bisa juga disertai dengan adanya thrombositopenia dan
pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan (Smeltzer, Suzanne C, 2008).
H. Penatalaksanaan
Tujuan utama dilakukan terapi adalah menghilangkan adanya obstruksi dan adanya
kongesti hidung pergunakanlah selang dalam melakukan penghisaapan lendir baik melalui
hidung maupun melalui mulut. Terapi pilihan adalah dekongestan dengan pseudoefedrin
hidroklorida tetes pada lobang hidung, serta obat yang lain seperti analgesik serta
antipiretik. Antibiotik tidak dianjurkan kecuali ada komplikasi purulenta pada sekret.
Mengatasi panas (demam) dengan memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi
dibawah 2 bulan dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6
jam untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya,
kemudian digerus dan diminumkan. Memberikan kompres, dengan menggunakan kain
bersih, celupkan pada air (tidak perlu air es). Mengatasi batuk dianjurkan memberi obat
batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu jeruk nipis sendok teh dicampur dengan
kecap atau madu sendok teh , diberikan tiga kali sehari.
Diet yang diberikan adalah diet Energi Tinggi Protein Tinggi (ETPT). Diet ini
mengandung Energi dan Protein diatas kebutuhan normal.
BAB II
KONSEP TUMBUH KEMBANG & HOSPITALISASI
2. Ciri-ciri Pertumbuhan
Hidayat (2008) menyatakan bahwa seseorang dikatakan mengalami pertumbuhan bila
terjadi perubahan ukuran dalam hal bertambahnya ukuran fisik, seperti berat badan, tinggi
badan/panjang badan, lingkar kepala, lingkar lengan, lingkar dada, perubahan proporsi
yang terlihat pada proporsi fisik atau organ manusia yang muncul mulai dari masa
konsepsi sampai dewasa, terdapat ciri baru yang secara perlahan mengikuti proses
kematangan seperti adanya rambut pada daerah aksila, pubis atau dada, hilangnya ciri-ciri
lama yang ada selama masa pertumbuhan seperti hilangnya kelenjar timus, lepasnya gigi
susu, atau hilangnya refleks tertentu.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
Supariasa (2011) mengatakan pertumbuhan dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu:
a. Faktor Internal (Genetik)
Faktor internal (genetik) antara lain termasuk berbagai faktor bawaan yang normal
dan patologis, jenis kelamin, obstetrik dan ras atau suku bangsa. Apabila potensi
genetik ini dapat berinteraksi dengan baik dalam lingkungan maka pertumbuhan
optimal akan tercapai (Supariasa, 2011).
b. Faktor Eksternal
Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan antara lain keluarga,
kelompok teman sebaya, pengalaman hidup, kesehatan lingkungan, kesehatan prenatal,
nutrisi, istirahat, tidur dan olah raga, status kesehatan, serta lingkungan tempat tinggal.
2. Prinsip Perkembangan
Ada beberapa prinsip dalam perkembangan yaitu :
a. Perkembangan merupakan suatu kesatuan.
Perkembangan diidentifikasi dalam beberapa aspek. Semua aspek saling berkaitan.
Misalnya, anak belajar membaca berkaitan dengan kesiapan aspek kognitif (berpikir).
b. Perkembangan dapat diprediksi.
Anak sudah dapat berdiri dapat diperkirakan ia akan segera berjalan. Dari sisi umur
pun dapat diperkirakan perkembangan anak. Anak usia satu tahun diperkirakan sudah
dapat berkomunikasi menggunakan satu kata. Misalnya, mam untuk menyatakan mau
makan.
c. Rentang perkembangan anak bervariasi.
Ada anak usia 12 bulan sudah dapat berjalan tapi anak yang lainnya baru bisa
berjalan setelah berusia 18 bulan.
d. Perkembangan dipengaruhi oleh kematangan (maturation) dan pengalaman
(experience).
Kematangan (maturation) merupakan proses alami. Kapan masa kematangan
untuk satu kemampuan muncul ditentukan oleh diri anak sendiri. Faktor gizi dan
kesehatan turut menentukan terjadi proses kematangan. Faktor kematangan untuk setiap
aspek kemampuan bervariasi. Tetapi, guru atau pendidik perlu mengetahui kapan kira-
kira kematangan untuk setiap kemampuan muncul. Hal itu penting karena sangat erat
dengan kesiapan belajar. Oleh Montessori dikenal dengan masa siap. Anak yang
belajar kemampuan di saat masa matang itu muncul akan memudahkan anak
melakukan dan membentuk kemampuanya. Anak yang kondisi fisiknya (kaki) belum
matang atau belum siap berdiri tidak akan bisa berdiri walau sering dilatih. Bahkan,
kalau dilatih terus bisa merusak kaki. Kaki anak bisa menjadi bengkok (bentuk X atau
O). Pada saat anak siap anak perlu dilatih sehingga anak memperoleh pengalaman.
Pengalaman ini akan menentukan kemampuan itu terbentuk
e. Proses perkembangan terjadi dari atas ke bawah (Cepalocaudal) dan dari dalam ke luar
(proximodistal).
Capaian perkembangan sebagai suatu urutan yang saling berangkai dan merupakan
tangga hirarki. Untuk Telungkup, duduk, berdiri dan kemudian berjalan. Itu merupakan
satu rangkaian perkembangan. Hal tersebut yang menjadikan perkembangan dapat
diprediksi.
f. Perkembangan dipengaruhi aspek budaya.
Anak yang hidup di sekitar orang yang biasa berbicara dengan suara tinggi, kuat
dan keras akan membuat anak juga memiliki cara bicara yang seperti itu juga. Misal,
orang Batak Toba memiliki kebiasaan berbicara dengan suara tinggi dan cepat.
Kebiasaan ini juga akan muncul dalam perilaku anak berbicara. Bila berbicara dengan
temannya anak cenderung berbicara dengan suara tinggi, kuat dan keras juga (Wong,
2009).
3. Tahap-Tahap Perkembangan
Perkembangan manusia berjalan secara bertahap melalui berbagai fase
perkembangan. Dalam setiap fase perkembangan ditandai dengan bentuk kehidupan
tertentu yang berbeda dengan fase sebelumnya.Sekalipun perkembangan itu dibagi-bagi
ke dalam masa-masa perkembangan, hal ini dapat dipahami dalam hubungan
keseluruhannya. Secara garis besar seorang anak mengalami tiga tahap perkembangan
penting, yaitu kemampuan motorik, perkembangan fisik dan perkembangan
mental.Kemampuan motorik melibatkan keahlian motorik kasar, seperti menunjang berat
tubuh di atas kaki, dan keahlian motorik halus seperti gerakan halus yang dilakukan oleh
tangan dan jari. Pertumbuhan dan perkembangan fisik mengacu pada perkembangan alat-
atal indra. Perkembangan mental menyangkut pembelajaran bahasa, ingatan, kesadaran
umum, dan perkembagan kecerdasan (Wong. 2009).
a. Anak usia 0-7 tahun
Pada tahun pertama perkembangannya bayi masih sangat tergantung pada
lingkungannya,kemampuan yang dimiliki masih terbatas pada gerak-gerak, menangis.
Usia setahun secara berangsur dapat mengucapkan kalimat satu kata, 300 kata dalam
usia 2 tahun, sekitar usia 4-5 tahun dapat menguasai bahasa ibu serta memiliki sifat
egosentris, dan usia 5 tahun baru tumbuh rasa sosialnya kemudian usia 7 tahun anak
mulai tumbuh dorongan untuk belajar. Dalam membentuk diri anak pada usia ini
belajar sambil bermain karena dinilai sejalan dengan tingakt perkembangan usia ini.
b. Anak usia 7-14 tahun
Pada tahap ini perkembangan yang tampak adalah pada perkembangan intelektual,
perasaan, bahasa, minat, sosial, dan lainnya sehingga rasullullah menyatakan bahwa
bimbingan dititik beratkan pada pembentukan disiplin dan moral.
c. Anak usia 14-21 tahun
Pada usia ini anak mulai menginjak usia remaja yang memiliki rentang masa dari usia
14/15 tahun hingga usia 21/22 tahun. Pada usia ini anak berada pada masa transisi
sehingga menyebabkan anak menjadi bengal, perkataan-perkataan kasar menjadi
perkataan harian sehingga dengan sikap emosional ini mendorong anak untuk
bersikap keras dan mereka dihadapkan pada masa krisis kedua yaitu masa pancaroba
yaitu masa peralihan dari kanak-kanak ke masa pubertas. Dalam kaitannya dengan
kehidupan beragama, gejolak batin seperti itu akan menimbulkan konflik.
A. PENGKAJIAN :
1. Data subjektif
Keluhan Utama: Klien mengeluh demam, batuk, pilek, sakit tenggorokan
Riwayat penyakit sekarang: 2 hari sebelumnya klien mengalami demam mendadak, sakit
kepala, badan lemah, nyeri otot dan sendi, nafsu makan menurun, batuk,pilek dan sakit
tenggorokan.
Riwayat penyakit dahulu: Kilen sebelumnya sudah pernah mengalami penyakit sekarang
Riwayat social: Klien mengatakan bahwa klien tinggal di lingkungan yang berdebu dan
padat penduduknya
2. Data objektif
a. Inspeksi :
1) Membran mucosa hidung faring tampak kemerahan
2) Tonsil tanpak kemerahan dan edema
3) Tampak batuk tidak produktif
4) Tidak ada jaringan parut pada leher
5) Tampak atau tidak penggunaan otot- otot pernapasan tambahan,pernapasan
cuping hidung, tachypnea, dispnea, dan hipoventilasi
b. Palpasi
1) Adanya demam
2) Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher / nyeri tekan pada
nodus limfe servikalis
3) Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid
c. Perkusi
1) Suara paru normal (resonance)
d. Auskultasi
1) Suara napas, biasa terdapat wheezing, stridor, crackless, dan tidak terdapatnya
suara pernafasan
Fokus utama pada pengkajian pernafasan ini adalah pola, kedalaman, usaha serta irama
dari pernafasan.
1) Pola, cepat (tachynea) atau normal.
2) Kedalaman, nafas normal, dangkal atau terlalu dalam yang biasanya dapat kita amati
melalui pergerakan rongga dada dan pergerakan abdomen.
3) Usaha, kontinyu, terputus-putus, atau tiba-tiba berhenti disertai dengan adanya bersin.
4) Irama pernafasan, bervariasi tergantung pada pola dan kedalaman pernafasan.
5) Observasi lainya adalah terjadinya infeksi yang biasanya ditandai dengan peningkatan
suhu tubuh, adanya batuk, suara nafas wheezing. Bisa juga didapati adanya cyanosis,
nyeri pada rongga dada dan peningkatan produksi dari sputum (Whaley and Wong,
2008).
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan produksi akumulasi
sekret yang berlebihan (sekresi mukus yang kental) dan upaya batuk buruk.
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hipoventilasi
3. Hipertermi berhubungan dengan reaksi sistemik : bacteria / viremia , peningkatan laju
metabolisme umum
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik, metabolism umum sekunder
dari kerusakan pertukaran gas.
5. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
6. Risiko infeksi berhubungan dengan kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan
pathogen, malnutrisi, obesitas, penyakit kronis (mis., diabetes mellitus), prosedur
invasive
(Nanda NIC NOC, 2015).
C. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Hidayat, Aziz A. Alimul . (2008). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak. Penerbit Salemba.
Medika. Jakarta.
Catzel, Pincus & Ian robets. (2007). Kapita Seleta Pediatri Edisi II. alih bahasa oleh Dr.
yohanes gunawan. Jakarta: EGC.
Depkes RI. (2008). Pedoman program pemberantasan penyakit infeksi saluran pernafasan
akut untuk penanggulangan premonia pada balita. Jakarta :Departemen Kesehatan RI.
Nelson, Waldo E. (2013). Ilmu Kesehatan Anak (Ed 15). Jakarta : EGC
Nurarif, Amin. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA. Yogyakarta : Mediaction
Nursalam. (2011). Asuhan Keperawatan Bayi & Anak. Jakarta : Salemba Medika
Rudolf. (2012). Buku Ajar Pediatrik. Jakarta : EGC
Wong. (2009). Buku ajaran keperawatan pediatric. Alih bahasa sumanarno, agus dkk.
Edisi 6 volume 1. Jakarta : ECG