Anda di halaman 1dari 4

APA ITU LONG EXPOSURE DAN BAGAIMANA CARA

MENERAPKANNYA
M. HAJAR A.K 5:05:00 PM EXPOSURE , PEMULA
Long exposure bila diterjemahkan adalah pencahayaan yang panjang. Maksudnya yaitu kondisi
dimana kamera dapat mengambil pencahayaan dalam jumlah yang sangat besar. Ini kondisi
eksposur yang jauh di atas normal, yang digunakan untuk memotret pada situasi yang sangat
minim cahaya seperti di malam hari. Tapi fungsi-guna long exposure tidak hanya sampai di situ
saja, ada banyak pengembangan terhadap long exposure ini, dan kita akan membahasnya mulai
dari yang paling mendasar.

Teori Dasar

Sebenarnya ini kembali lagi pada kosep kerja dasar eksposur (silahkan baca di
sini pembahasannya). Eksposur atau pencahayaan dibentuk oleh tiga elemen / pengaturan
yaitu shutter speed, aperture (diafragma) dan ISO. Tiga elemen ini bekerja sama untuk
membentuk sekaligus mengatur atau mengontrol eksposur yang diterima oleh kamera, dan tiga
elemen inilah yang dinamakan sebagai "Segitiga Eksposur (Exposure Triangle)".

Jadi, rahasia untuk bagaimana cara membentuk long exposure maka tidak lain adalah dengan
mengatur segitiga eksposur pada "tingkat maksimal". Karena targetnya untuk mendapatkan
eksposur atau pencahayaan dalam jumlah yang besar, maka segita eksposur harus diset
maksimal jika perku sampai batas kemampuan masing-masing shutter speed, aperture dan ISO.
Kalau di komunitas saya ini diistilahkan sebagai "siksa kamera". Karena penerapan long
expsure memang mengharuskan tiga elemen ini bekerja full power.

HOME / EXPOSURE / PEMULA / APA ITU LONG EXPOSURE DAN BAGAIMANA CARA MENERAPKANNYA

APA ITU LONG EXPOSURE DAN BAGAIMANA CARA


MENERAPKANNYA
M. HAJAR A.K 5:05:00 PM EXPOSURE , PEMULA
Long exposure bila diterjemahkan adalah pencahayaan yang panjang. Maksudnya yaitu kondisi
dimana kamera dapat mengambil pencahayaan dalam jumlah yang sangat besar. Ini kondisi
eksposur yang jauh di atas normal, yang digunakan untuk memotret pada situasi yang sangat
minim cahaya seperti di malam hari. Tapi fungsi-guna long exposure tidak hanya sampai di situ
saja, ada banyak pengembangan terhadap long exposure ini, dan kita akan membahasnya mulai
dari yang paling mendasar.

Teori Dasar
Sebenarnya ini kembali lagi pada kosep kerja dasar eksposur (silahkan baca di
sini pembahasannya). Eksposur atau pencahayaan dibentuk oleh tiga elemen / pengaturan
yaitu shutter speed, aperture (diafragma) dan ISO. Tiga elemen ini bekerja sama untuk
membentuk sekaligus mengatur atau mengontrol eksposur yang diterima oleh kamera, dan tiga
elemen inilah yang dinamakan sebagai "Segitiga Eksposur (Exposure Triangle)".

Jadi, rahasia untuk bagaimana cara membentuk long exposure maka tidak lain adalah dengan
mengatur segitiga eksposur pada "tingkat maksimal". Karena targetnya untuk mendapatkan
eksposur atau pencahayaan dalam jumlah yang besar, maka segita eksposur harus diset
maksimal jika perku sampai batas kemampuan masing-masing shutter speed, aperture dan ISO.
Kalau di komunitas saya ini diistilahkan sebagai "siksa kamera". Karena penerapan long
expsure memang mengharuskan tiga elemen ini bekerja full power.

Setiap elemen baik itu shutter speed, aperture dan ISO, sebenarnya masing-masing dapat
membentuk long exposure. Pertama dan yang paling maksimal adalah shutter speed, kemudian
ISO, lalu aperture. Tapi untuk mendapatkan hasil yang benar-benar "full" maka Anda harus
menggabungkan ketiga elemen tersebut.

Long Exposure Dengan Shutter Speed

Long exposure menggunakan shutter speed caranya yaitu mengatur nilai shutter speed pada
kecepatan yang "sangat lambat" bahkan jika diperlu melampaui batas (umumnya 30sec).
Semakin lambat shutter speed, maka semakin lama pula tirai rana membuka dan menyebabkan
semakin banyaknya cahaya yang masuk ke sensor. Karena memang yang kita butuhkan adalah
cahaya dalam jumlah yang besar maka inilah caranya bila menggunakan shutter speed. Namun
jika Anda menginginkan kecepatan yang lebih lambat lagi maka silahkan masuk ke mode "Bulb"
(baca di sini panduan bulb).

Akan tetapi penggunaan shutter speed lambat ini memiliki resiko yaitu kamera akan sangat
sensitif terhadap getaran sekecil apapun itu, yang dapat menyebabkan terjadinya motion
blur (gambar berbayang). Oleh sebab itu penerapan teknik ini juga termasuk bulb harus
menggunakan bantuan "tripod". Nah, yang pertama harus Anda kuasai adalah penggunaan
shutter speed, silahkan baca di sini panduannya.

Long Exposure Dengan ISO

Long exposure dengan menggunakan ISO tidak seribet saat menggunakan shutter speed di
atas. Untuk ISO, Anda hanya perlu mengaturnya pada nilai tertingi atau bahkan maksimal.
Semakin tinggi nilai ISO, maka semakin banyak cahaya yang dihasilkan. Hanya saja perlu Anda
ketahui bahwa tidak semua kamera memiliki batas maksimal ISO yang sama. Ada kamera
dengan nilai maksimal ISO 3200 dan ada pula yang sampai ISO 6400 bahkan mungkin lebih.
Sedangkan bagaimana cara mengatur ISO pada kamera silahkan baca di sinipanduannya.

Akan tetapi, cara ini juga memiliki resiko yaitu dapat menimbulkan noise (bintik-bintik seperti
pasir pada gambar). Semakin tinggi nilai ISO yang digunakan, maka semakin banyak / tebal
noise yang muncul pada gambar. Itulah mengapa long exposure dengan ISO ini saya tempatkan
pada posisi kedua setelah shutter speed. Karena noise adalah penyakit yang dihindari oleh
semua fotografer, kecuali pada kondisi yang memang tidak terhindarkan. Sedangkan masalah
motion blur pada shutter speed dapat mudah diselesaikan dengan menggunakan tripod.

Umumnya, penggunaan nilai ISO maksimal yang aman direkomendasikan agar terhindar dari
noise adalah ISO 800. Dan tips membersihkan noise pada gambar silahkan baca di
sini tutorialnya.

Long Exposure Dengan Aperture

Long exposure menggunakan aperture atau diafragma yaitu dengan mengatur aperture pada
bukaan terlebar (open wide / fully open). Sedangkan bukaan aperture yang saya maksud di sini
tidak lain adalah bukaan pada lensa yang disetting melalui kamera. Jadi, cara mengatur bukaan
lensa itu bukannya membuka apalagi sampai membongkar lensa (jangan salah paham) akan
tetapi dengan cara mengatur nilai aperture di kamera Anda. Semakin lebar lensa membuka,
maka semakin banyak peluang cahaya yang masuk ke sensor.Sedangkan bagaimana cara
mengatur aperture silahkan baca di sini panduannya.

Cara ini sebenarnya tidak terlalu signifikan (kecil pengaruhnya) sehingga saya menempatkannya
di urutan terakhir. Bahkan pembahasan soal besar-kecilnya bukaan lensa ini lebih tepat bila
dikaitkan pada pembahasan Ruang Ketajaman atau Depth of Field (baca di
sini pembahasannya).

Dari ketiga elemen di atas, kita sudah bisa melihat bahwa yang paling maksimal membentuk
long exposure adalah shutter speed. Oleh sebab itu pada kondisi yang ringan, fotografer lebih
keseringan hanya memaksimalkan shutter speed (atau menggunakan bulb) dan mengatur ISO
pada nilai aman, sedangkan aperture terkadang bahkan di persempit untuk mengimbangi
pengaruh shutter speed lambat dan menghindari vignette. Mungkin dari kebiasaan itu sehingga
lahir pemahaman yang keliru bahwa "bulb adalah long exposure". Ini bisa membuat orang
awam berfikir seolah long exposure itu hanya bisa dibentuk oleh bulb saja. Saya tidak
mengatakan bahwa bulb berbeda dengan long exposure, tapi ingat, ISO dan aperture juga bisa
membentuk long exposure hanya saja tidak semaksimal shutter speed dengan mode bulb.
Paham? Berikut contoh foto saya untuk long exposure yang hanya memaksimalkan shutter
speed:
Focal Length: 18mm, Shutter Speed: 30s, Aperture: f/3.5, ISO: 400

Pada foto di atas, aperture memang pada bukaan terlebar di lensa saya yaitu f/3.5, dan itu tidak
terlalu mempengaruhi seperti yang saya katakan sebelumnya. Sedangkan untuk ISO saya
menggunakan nilai aman ISO 400, dan hasilnya membuat gambar sedikit gelap. Ini bukti bahwa
long exposure itu akan lebih maksimal jika tiga elemen juga dimaksimalkan. Sekarang mari kita
lanjut ke tahap pengembangan.

Anda mungkin juga menyukai