2
Gambaran
Umum Wilayah
Kabupaten Bantaeng terletak dibagian selatan Provinsi Sulawesi Selatan dengan jarak kira-kira
120 km dari Kota Makassar ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan. Secara geografis Kabupaten
Bantaeng terletak pada 05-2115 LS sampai 05343 LS dan 1195107 BT sampai
1205107BT. Membentang antara Laut Flores dan Gunung Lompo Battang, dengan ketinggian
dari permukaan laut 0 sampai ketinggian lebih dari 100 m dengan panjang pantai 21,5 km. Secara
umum luas wilayah Kabupaten Bantaeng adalah 395,83 km2
Tabel 2.1
Posisi Geografis Kabupaten Bantaeng Menurut Kecamatan
Ketinggian
Kecamatan Bujur Lintang
(mdpl)
Bissappu 119o 5447 BT 05o 3254 LS 25 100 m
Uluere 119o 5447 BT 05o 2646 LS 500 1000 m
o o
Sinoa 119 5539 BT 05 3010 LS 100 500 m
Bantaeng 119o 5658 BT 05o 3237 LS 25 100 m
Eremerasa 119o 5845 BT 05o 3107 LS 500 1000 m
o o
Tompobulu 120 0226 BT 05 2708 LS 500 1000 m
Pajukukang 120o 0108 BT 05o 3330 LS 25 100 m
o o
Gantarangkeke 120 0219 BT 05 3001 LS 300 500 m
Sumber : Bantaeng Dalam Angka, 2012
Peta 2.1
PETA ORIENTASI KABUPATEN BANTAENG
Tabel 2.2
Tabel Administratif Kabupaten Bantaeng
Persentase
Jumlah
Ibu Kota Jumlah Luas Terhadap
No Kecamatan Penduduk
Kecamatan Desa/kel (km2) Luas
(Jiwa*)
Kabupaten
1 Bissappu Bonto Manai 11 31.242 32.84 8,30 %
2 Bantaeng Pallantikang 9 37.088 28.85 7,29 %
3 Tompobulu Banyorang 10 23.143 76.99 19,45 %
4 Ulu Ere Loka 6 10.923 67.29 17,00 %
5 PaJukukang Tanetea 10 29.309 48.90 12,35 %
6 Eremerasa Kampala 9 18.801 45.01 11,37 %
7 Sinoa Sinoa 6 11.946 43.00 10,86 %
8 Gantarangkeke Gantarangkeke 6 16.025 52.95 13,38 %
Total 67 178.477 395.83 100,00 %
*) Sumber : Bantaeng Dalam Angka, 2012
KAB.BANTAENG 3
Peta 2.2
PETA ADMINISTRASI KABUPATEN BANTAENG
Tabel 2.3
Kabupaten Bantaeng Menurut Kemiringan
Kemiringan Letak
Sepanjang pantai di Kecamatan Bissappu, Kecamatan Bantaeng
0 - 2%
dan Kecamatan Pajukukang
Kecamatan Bissappu, Kecamatan Bantaeng dan Kecamatan
2 - 15%
Gantarangkeke
Kecamatan Sinoa, Kecamatan Bantaeng, Kecamatan
15 40%
Eremerasa dan Kecamatan Tompobulu
Kecamatan Uluere, Kecamatan Eremerasa dan Kecamatan
> 40%
Tompobulu
Sumber : RTRW Kabupaten Bantaeng, 2011
Tabel 2.4
Kabupaten Bantaeng Menurut Ketinggian
Ketinggian Letak
Terletak pada bagian selatan sepanjang pesisir pantai dan
0 10 mdpl
memanjang dari timur ke barat
Di atas permukaan laut terletak di Kecamatan Bissappu,
10 25 mdpl
Kecamatan Bantaeng dan Kecamatan Pajukukang
Di atas permukaan laut terletak di Kecamatan Bissapu,
25 100 mdpl Kecamatan Bantaeng, Kecamatan Tompobulu, Kecamatan
Pajukukang dan G antarang Keke.
Terletak di Kecamatan Bissappu, Kecamatan Bantaeng,
100 200 mdpl
Kecamatan Tompobulu dan Pajukukang
Di atas permukaan laut terletak di Kecamatan Bissappu,
500 1.000 mdpl Kecamatan Uluere, Kecamatan Bantaeng Eremerasa,
Kecamatan Tompobulu dan Kecamatan Sinoa
Diatas permukaan laut terletak di Kecamatan Uluere,
> 1.000 mdpl Kecamatan Bantaeng, Kecamatan Eremerasa dan Kecamatan
Tompobulu
Sumber : RTRW Kabupaten Bantaeng, 2011
KAB.BANTAENG 5
Peta 2.3
PETA TOPOGRAFI KABUPATEN BANTAENG
Tabel 2.5
Persebaran Jenis Batuan di Kabupaten Bantaeng
Tabel 2.6
Persebaran Jenis Tanah di Kabupaten Bantaeng
KAB.BANTAENG 7
Peta 2.4
PETA GEOLOGI KABUPATEN BANTAENG
KAB.BANTAENG 8
Peta 2.5
PETA JENIS TANAH KABUPATEN BANTAENG
KAB.BANTAENG 9
2.1.3.3. Kondisi Klimatologi
Kabupaten Bantaeng tergolong iklim tropis basah dengan curah hujan tahunan rata-
rata setiap bulan 490,17 mm dengan jumlah hari hujan berkisar 426 hari per tahun.
Temperatur udara rata - rata 23C sampai 33'C Dengan dua musim dan perubahan
iklim setia tahunnya yang sangat spesifik karena merupakan daerah peralihan Iklim
Barat (Sektor Barat) dan Iklim Timur (Sektor Timur) dari wilayah Sulawesi Selatan :
Pada saat sektor barat musim hujan yaitu antara bulan Oktober s/d Maret, Kabupaten
Bantaeng juga mendapatkan hujan dan pada musim timur yang berlangsung antara
April s/d September, Kabupaten Bantaeng juga mendapat hujan. Akibat dari pengaruh
dua iklim ini, maka sebagian besar wilayah Bantaeng mendapat curah hujan merata
sepanjang tahun. Sifat hujan pada musim barat curah hujannya relatif rendah, tetapi
hari hujannya agak panjang, sedangkan sifat hujan sektor timur curah hujannya lebih
deras tetapi hari hujannya relatif pendek.
Tabel 2.7
Rata-rata Jumlah Hari Hujan dan Curah Hujan Setiap Bulan
Kabupaten Bantaeng Tahun 2011
Curah Hujan
Bulan Jumlah Hari Hujan
(mm)
Januari 5,33 9,67
Pebruari 2,33 14,17
Maret 7,33 18,33
April 8,33 12,13
Mei 9,67 30,47
Juni 3,67 30,33
Juli 1,67 12,67
Agustus 1 2,22
September 0,67 1,5
Oktober 4 13,46
Nopember 3,67 11,81
Desember 5,33 12,57
Sumber : Bantaeng Dalam Angka, 2012
KAB.BANTAENG 10
Peta 2.6
PETA CURAH HUJAN KABUPATEN BANTAENG
KAB.BANTAENG 11
2.1.3.4. Kondisi Hidrologi
Dengan wilayah yang bergunung dan berbukit, Kabupaten Bantaeng dilalui oleh 11
buah sungai sedang dan kecil yang kesemuanya berhulu dan bermuara di Kabupaten
Bantaeng dengan panjang sungai keseluruhan 187,05 km atau dengan rata-rata panjang
sungai 17 km.
Selain berfungsi sebagai pengendali banjir, irigasi dan drainase, Daerah Aliran Sungai
(DAS) ini penting karena merupakan kawasan budidaya sekaligus merupakan
Catchment Area dari mata air Eremerasa yang merupakan salah satu asset kebanggaan
masyarakat Bantaeng yang selama ini menjadi objek wisata permandian alam dan sudah
dilengkapi dengan kolam renang dan sarana lainnya. Sumber mata air ini juga menjadi
sumber air bersih PDAM untuk kebutuhan Kota Bantaeng dan perusahaan air mineral
merk Vita, Aquadaeng dan Air Qita.
Dari beberapa sungai yang ada, 3 (tiga) diantaranya mengalir melintasi kota Bantaeng
yaitu :
1. Sungai Biangloe mempunyai sumber mata air dari gunung Lompobattang mengalir
menyusuri Desa Kampala dan Desa Barua yang bermuara ke laut Flores. Debit air
sungai Biangloe pada kondisi musim kemarau berkisar antara 2,5-4 m3 per detik
dan pada saat kondisi normal biasanya mencapai 15-20 m3 per detik. Sungai
Biangloe telah dimanfaatkan sebagai irigasi dan sumber air baku dengan debit
sebesar 20 l/dtk.
2. Sungai Calendu mempunyai mata air dari gunung Lompobattang mengalir
melewati pusat kota dan bermuara di laut Flores. Kapasitas debit air pada kondisi
normal berkisar antara 1-3 m3 per detik dan pada saat musim hujan mencapai
7-10 m3 per detik. Pada saat ini sungai Celendu dimanfaatkan sebagai irigasi desa.
3. Sungai Garegea yang mempunyai mata air dari gunung Lompobattang mengalir
melewati pusat dan bermuara di laut Flores. Kapasitas debit air pada kondisi
normal berkisar antara 1-2 m3 per detik dan pada saat musim hujan bisa
mencapai 4-6 m3 per detik. Pada saat ini, sungai sungai Garegea belum
dimanfaatkan.
Tabel 2.7
Nama dan Panjang Sungai di Kabupaten Bantaeng
KAB.BANTAENG 12
Peta 2.7
PETA HIDROLOGI KABUPATEN BANTAENG
Sesuai penggunaannya, lahan di Kabupaten Bantaeng dapat dirinci yaitu lahan terluas
adalah tegalan/kebun (48,04%), sawah (17,64%), hutan negara (15,13%), perkebunan
rakyat (9,42%), hutan rakyat (3,73%), tanah tandus/lain-lain (3,12%), pemukiman
(2,51%) dan tambak (0,41%).
Tabel 2.8
Luas Lahan Kabupaten Bantaeng menurut Penggunaannya
KAB.BANTAENG 14
Peta 2.8
PETA TUTUPAN LAHAN KABUPATEN BANTAENG
KAB.BANTAENG 15
2.2. Demografis
2.2.1. Distribusi dan Kepadatan Penduduk
Bada Pusat Statistik dalam melakukan pendataan menggunakan konsep usual residence yaitu
penduduk dicatat sesuai dengan dimana biasanya dia tinggal, tanpa perlu memperhatikan apakah
orang tersebut mempunyai KTP atau tidak, dengan menerapkan batasan telah menetap di
wilayah tersebut selama 6 bulan atau lebih atau kurang dari 6 bulan namun berniat menetap
disitu, maka jika memenuhi persyaratan tersebut, maka akan dicatat sebagai penduduk disitu dan
tentunya ini akan menghindari terjadinya kejadian penduduk tercatat dua kali di tempat yang
berbeda.
Tabel 2.9
Tingkat Kepadatan Penduduk Kabupaten Bantaeng
menurut Kecamatan Tahun 2011
Kepadatan
Jumlah Kepadatan Banyaknya
Luas Penduduk
Kecamatan Penduduk Penduduk Rumah
(km2) per
(orang) (orang/km 2) Tangga
Rumahtangga
KAB.BANTAENG 16
Tabel 2.10
Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Bantaeng
5 Tahun Terakhir (2007-2011)
KAB.BANTAENG 17
Peta 2.9
PETA KEPADATAN PENDUDUK KABUPATEN BANTAENG
Sedangkan kepadatan yang terendah yaitu di Kecamatan Uluere (162 jiwa/km2). Beberapa
penyebab rendahnya kepadatan penduduk di kecamatan ini diantaranya adalah karena
topografinya yang berbukit bukit, lahan yang ada kurang cocok untuk dijadikan permukiman dan
sarana prasarana yang tersedia kurang lengkap. Walaupun Kecamatan ini memiliki lahan yang luas
(Kecamatan terluas ke-2 dengan luas lahan 67,29 km2) tetapi karena kurang cocok untuk
permukiman maka kurang penduduk yang memilih untuk tinggal di kecamatan tersebut.
KAB.BANTAENG 19
2.2.2. Struktur Penduduk menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur
Jumlah penduduk menurut jenis kelamin di Kabupaten Bantaeng berdasarkan data tahun 2011
didominasi oleh penduduk dengan jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 92.025 jiwa (51,6%)
dan laki-laki sebanyak 86.452 jiwa (48,4%) dari total jumlah penduduk kabupaten Bantaeng
sebanyak 178.477 jiwa yang tersebar di delapan kecamatan. Jumlah penduduk terbesar terdapat
di Kecamatan Bantaeng yaitu sebanyak 37.088 jiwa dan yang terkecil terdapat di Kecamatan Ulu
Ere yaitu sebanyak 10.923 jiwa.
Secara keseluruhan jumlah penduduk yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak dari
penduduk berjenis kelamin laki-laki. Hal ini dapat tercermin dari angka perbandingan antara jenis
kelamin atau yang biasa disebut rasio jenis kelamin. Sementara rasio jenis kelamin yang tertinggi
terletak pada Kecamatan Ulu Ere, sedangkan rasio jenis kelamin terendah terdapat di Kecamatan
Tompobulu dan Gantarangkeke.
Tabel 2.11
Jumlah Penduduk Kabupaten Bantaeng
menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Tahun 2011
KAB.BANTAENG 20
Penggambaran penduduk menurut kelompok umur berguna untuk mengetahui jumlah penduduk
produktif dan penduduk non produktif, hal ini akan berpengaruh pada angkatan kerja di suatu
wilayah serta tingkat ketergantungan penduduk non produktif pada penduduk produktif. Selain
itu, penggambaran penduduk menurut struktur umur juga diperlukan untuk perhitungan
penyediaan fasilitas sosial dan ekonomi.
Dilihat dari struktur umur penduduk, suatu wilayah dapat dikatagorikan kedalam 3 klasifikasi :
Penduduk tua (old population), jika penduduk yang berumur antara 0 - 14 tahun < 30% dan
penduduk yang berumur +65 tahun >10%
Penduduk muda (young population), jika penduduk yang berumur antara 0 - 14 tahun > 0%
dan penduduk yang berumur +65 tahun <5%
Penduduk produktif (productive population), jika penduduk yang berumur antara 0 - 14
tahun berkisar 30% sampai 40% dan penduduk yang berumur +65 tahun berkisar antara 5%
sampai 10%
Tabel 2.12
Jumlah Penduduk Kabupaten Bantaeng
menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2011
KAB.BANTAENG 21
2.2.3. Laju Pertumbuhan Penduduk
Jumlah penduduk Kabupaten Bantaeng dari tahun ke tahun terus meningkat. Pada tahun 2007
jumlah penduduk Kabupaten Bantaeng sebanyak 171.468 jiwa dan pada tahun 2011 jumlah
mencapai 178.477 jiwa. Data tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan penduduk selama
kurun waktu lima tahun terakhir yaitu 7.009 jiwa atau rata-rata pertumbuhan 1,01% setiap tahun.
Pertambahan jumlah penduduk terbanyak terjadi pada tahun 2009-2010 sebanyak 2.523 jiwa dan
pertambahan jumlah penduduk terkecil terjadi pada tahun 2008-2009 sebanyak 1.327 jiwa.
Laju pertumbuhan terbesar terjadi pada Kecamatan Uluere sebesar 1,0115% kemudian disusul
oleh Kecamatan Pajukukang sebesar 1,0111%. Laju pertumbuhan terkecil terjadi pada Kecamatan
Tompobulu yaitu 0,9977%.
Tabel 2.13
Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Bantaeng
menurut Kecamatan Tahun 2007-2011
Grafik 2.1
Grafik Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Bantaeng
Tahun 2007-2011
180000
178.477
177500
176.699
175000 174.176
172.849
172500 171.468
170000
2007 2008 2009 2010 2011
KAB.BANTAENG 22
2.2.4. Proyeksi Laju Pertumbuhan Penduduk
Proyeksi secara umum adalah untuk mengetahui perkembangan di masa yang akan datang
berdasarkan data yang telah ada. Proyeksi pada dasarnya merupakan suatu perkiraan atau
taksiran mengenai terjadinya suatu kejadian (nilai dari suatu variabel) untuk waktu yang akan
datang. Hasil proyeksi menggambarkan tingkat kemampuan untuk masa yang akan datang. Untuk
menghindari atau mengurangi tingkatan resiko dari kesalahan, maka diperlukan asumsi-asumsi
yang dibuat oleh pihak pengambil keputusan, yang didukung oleh proyeksi tentang tingkat
kemampuan populasi peternakan di masa depan secara objektif. Proyeksi penduduk bukan
merupakan ramalan jumlah penduduk tetapi suatu perhitungan ilmiah yang didasarkan pada
asumsi dari komponen-komponen laju pertumbuhan penduduk, yaitu kelahiran, kematian, dan
perpindahan (migrasi).
(1/t)
r = {(Pt /P0 ) -1} x 100
dimana:
r = laju pertumbuhan penduduk
Pt = Jumlah penduduk pada tahun ke t
P0 = Jumlah penduduk pada tahun dasar
t = selisih tahun Pt dengan P0
Sedangkan untuk menghitung proyeksi laju pertumbuhan penduduk menggunakan asumsi pada
Pertumbuhan Geometri, karena laju pertumbuhan ini bersifat berskala atau bertahap dalam
selang waktu tertentu. Adapun Rumus yang digunakan sebagai berikut:
n
Pn = P 0 ( 1 + r )
dengan :
P n = Jumlah penduduk pada n tahun
P 0 = Jumlah penduduk pada awal tahun
r = Tingkat pertumbuhan penduduk
n = Periode waktu dalam tahun
Adapun jumlah dan kepadatan penduduk 3-5 tahun terakhir serta hasil proyeksi laju
pertumbuhan penduduk di Kabupaten Bantaeng selama 5 tahun kedepan, dapat dilihat pada tabel
berikut :
KAB.BANTAENG 23
Tabel 2.14
Proyeksi Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Bantaeng
5 Tahun Mendatang (2012-2016)
2. Bantaeng 28,85 37.385 37.684 37.985 38.289 38.595 1.296 1.306 1.317 1.327 1.338
3. Tompobulu 76,99 23.328 23.515 23.703 23.893 24.084 303 305 308 310 313
4. Uluere 67,29 11.010 11.098 11.187 11.277 11.367 164 165 166 168 169
5. Pa'jukukang 48,90 29.543 29.780 30.018 30.258 30.500 604 609 614 619 624
6. Eremerasa 45,01 18.951 19.103 19.256 19.410 19.565 421 424 428 431 435
7. Sinoa 43,00 12.042 12.138 12.235 12.333 12.432 280 282 285 287 289
8. Gantarangkeke 52,95 16.153 16.282 16.413 16.544 16.676 305 308 310 312 315
Jumlah 395,83 179.905 181.344 182.795 184.257 185.731 455 458 462 465 469
KAB.BANTAENG 24
2.3. Keuangan dan Perekonomian Daerah
2.3.1. Pendapatan dan Belanja Daerah
Dalam rangka peningkatan pelayanan riil kepada masyarakat, maka pemerintah pusat melalui
pemberlakuan otonomi daerah telah memberikan kewenangan lebih besar kepada pemerintah
kabupaten/kota untuk melaksanakan fungsi pelayanan kepada masyarakat. Aplikasi dari
kewenangan tersebut akan tercermin dalam kebijakan penyusunan anggaran pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD), dengan mengacu kepada undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang
pemerintahan daerah dan undang-undang nomor 25 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan
antara pusat dan daerah.
Kondisi ini diharapkan dapat mendorong peningkatan peran serta masyarakat sekaligus
menumbuhkan prakarsa dan kreatifitasnya dalam pembangunan daerah. Dalam hal ini kedepan
pemerintah hanya berperan sebagai fasilitator dan mediator dalam proses pembangunan, baik
dalam perencanaan, pelaksanaan maupun pengawasan pembangunan di setiap bidang dan aspek.
Dengan demikian, masyarakat tidak lagi menjadi obyek pembangunan, tetapi sebaliknya
diharapkan dapat menjadi subyek atau pelaku pembangunan.
KAB.BANTAENG 25
Tabel 2.15
Rincian Penerimaan dan Pengeluaran APBD Kabupaten Bantaeng
Tahun 2007-2011
(Juta Rupiah)
Tahun Rata2 per-
No Realisasi Anggaran
2007 2008 2009 2010 2011 tumbuhan
A Pendapatan (a.1 + a.2 + a.3) 301 949 330 337 367 619 371 535 468 513
a.1 Pendapatan Asli Daerah (PAD) 12 030 14 680 11 816 16 406 19 468
a.1.1 Pajak daerah 1 167 1 387 2 034 2 291 2 826
a.1.2 Retribusi daerah 2 632 3 162 2 730 3 817 8 414
a.1.3 Hasil pengolahan kekayaan daerah yang dipisahkan 1 773 2 559 3 232 3 232 3 865
a.1.4 Lain-lain pendapatan daerah yang sah 6 456 7 570 3 819 7 064 4 362
a.2 Dana Perimbangan (Transfer) 275 525 298 745 298 693 299 933 329 581
a.2.1 Dana bagi hasil pajak 4 990 27 829 5 624 5 625 25 849
a.2.2 Dana bagi hasil bukan pajak 23 923 - 20 153 27 982 1 700
a.2.3 Dana alokasi umum 206 737 224 668 227 500 235 865 263 138
a.2.4 Dana alokasi khusus 39 875 46 248 45 415 30 458 38 894
a.3 Lain-lain Pendapatan yang Sah 14 393 16 911 57 110 55 196 119 463
a.3.1 Hibah 6 080 4 301 899 - -
a.3.2 Dana darurat - - - - -
a.3.3 Dana bagi hasil pajak dari provinsi kepada kab./kota 6 135 6 250 5 999 6 850 10 263
a.3.4 Dana penyesuaian dan dana otonomi khusus 1 061 1 005 45 115 41 997 99 746
a.3.5 Bantuan keuangan dari provinsi/pemerintah daerah lainnya 1 116 5 354 5 096 6 349 9 453
B Belanja (b1 + b.2) 311 254 343 428 190 972 382 244 468 847
b.1 Belanja Operasi 184 080 232 780 156 726 293 449 333 684
b.1.1 Belanja Pegawai 112 873 140 788 109 188 168 650 226 332
b.1.2 Belanja Barang dan Jasa 56 804 60 331 36 423 84 700 84 606
b.1.3 Belanja Bunga 225 201 84 589 220 138
b.1.4 Belanja Subsidi - - - - -
b.1.5 Belanja Hibah - 10 204 4 223 23 132 7 094
b.1.6 Belanja Bantuan Sosial 11 139 9 577 3 327 6 120 4 222
b.1.7 Belanja Bantuan Keuangan 3 037 11 676 3 510 10 627 11 290
b.2 Belanja Modal 126 926 109 756 34 246 87 789 134 225
b.2.1 Belanja Tanah 769 733 4 663 5 434 4 379
b.2.2 Belanja Peralatan dan Mesin 21 781 21 259 14 214 24 110,5 36 925
b.2.3 Belanja Gedung dan Bangunan 27 959 23 146 4 849 21 563 25 388
b.2.4 Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 68 948 57 038 9 515 31 365 63 049
b.2.5 Belanja Aset Tetap Lainnya 39 32 - 4 319 4 482
b.2.6 Belanja Aset Lainnya 7 428 7 545 1 002 - -
b.3 Belanja Bagi Hasil 230 - - 306 566
b.3.1 Bagi Hasil Pajak 46 - - 155 316
b.3.2 Bagi Hasil Retribusi 184 - - 151 249
b.3.3 Bagi Hasil Pendapatan Lainnya - - - - -
b.4 Belanja Tidak Terduga 18 891 - 700 371
Surplus/Defisit Anggaran -9 305 -13 091 176 647 -10 709 -334
Sumber : Bantaeng Dalam Angka, 2012
KAB.BANTAENG 26
2.3.2. Belanja Sanitasi Daerah
Berikut gambaran pendanaan sanitasi tingkat SKPD per-Sub Sektor dan perbandingannya
terhadap jumlah total belanja APBD serta hasil perhitungan belanja sanitasi per kapita penduduk
Kabupaten Bantaeng :
Tabel 2.16
Rekapitulasi Realisasi Pendanaan Sanitasi per-Sub Sektor
Kabupaten Bantaeng Tahun 2009-2013
KAB.BANTAENG 27
2.3.3. Peta Perekonomian Daerah
Kondisi perekonomian suatu daerah/wilayah sangat tergantung pada potensi dan sumberdaya
alam yang tersedia serta bagaimana tingkat kemampuan daerah/wilayah tersebut untuk
memanfaatkan dan mengembangkannya. Dalam mengembangkan potensi dan sumberdaya alam
yang ada, berbagai langkah, upaya dan kebijakan yang telah dilakukan oleh pemerintah serta pihak
yang berkepentingan (stake holders) dalam pengelolaannya. Hal ini dinilai telah memberikan hasil,
dimana dapat dilihat dari laju pertumbuhan ekonomi di kabupaten Bantaeng dari tahun ke tahun
terus mengalami peningkatan, pada tahun 2010 pertumbuhan ekonomi sebesar 7,90% dan pada
tahun 2011 meningkat menjadi 8,43%.
Kabupaten Bantaeng jika dilihat dari struktur perekonomiannya yang telah mengalami
peningkatan, dipengaruhi oleh adanya sektor-sektor andalan yang memberikan konstribusi yang
cukup besar dari tahun ke tahun. Adapun sektor-sektor yang dimaksud dengan melihat PDRB
atas dasar harga berlaku (tahun 2011) antara lain; pertama sektor pertanian sebesar 1.070.533,36
(49,1%), kedua sektor jasa-jasa sebesar 430.724,47 (19,8%) dan ketiga sektor perdagangan, hotel
dan restoran sebesar 270.772,13 (12,4%). Keberhasilan yang telah dicapai di bidang pertanian,
peternakan, perkebunan, perikanan dan kehutanan menyebabkan sektor pertanian memberikan
kontribusi terbesar pada PDRB Kabupaten Bantaeng.
Demikian halnya apabila dilihat dari konstribusi PDRB Bantaeng terhadap PDRB Sulawesi Selatan
yang semakin meningkat, yaitu dari 1,61% di tahun 2010 menjadi 1,63% pada tahun 2011.
Tabel 2.17
Peta Perekonomian Umum Kabupaten Bantaeng
Tahun 2007 - 2011
Tahun
No Deskripsi
2007 2008 2009 2010 2011
PDRB Kab.Bantaeng
1 602.739.010 643.308.240 692.237.350 746.908.740 809.863.380
(konstan)
Pendapatan Perkapita
2 6.007.558 7.140.044 8.728.415 10.366.630 12.209.399
Kabupaten
Pertumbuhan
3 5,37% 6,73% 7,61% 7,90% 8,43%
Ekonomi (%)
Sumber : Bantaeng Dalam Angka, 2012
KAB.BANTAENG 28
2.4. Tata Ruang Wilayah
Tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Bantaeng berdasarkan visi dan misi pengembangan Kabupaten
Bantaeng dalam pelaksanaan pembangunan untuk mencapai kondisi ideal tata ruang wilayah Kabupaten
Bantaeng yang ingin dicapai pada masa yang akan datang (20 tahun) adalah Mewujudkan Kabupaten
Bantaeng yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan melalui pengembangan agrobisnis, minapolitan yang
berbasis mitigasi bencana
Ibukota-ibukota kabupaten yang tidak termasuk sebagai PKW atau dalam PKN
Mamminasata menjadi PKL yang berfungsi sebagai pusat pengolahan dan atau
pengumpulan barang yang melayani kabupaten dan beberapa kecamatan
kabupaten tetangga, sebagai simpul transportasi yang melayani kabupaten dan
beberapa kecamatan kabupaten tetangga, sebagai jasa pemerintahan kabupaten;
serta sebagai pusat pelayanan publik lainnya untuk kabupaten dan beberapa
kecamatan kabupaten tetangga.
KAB.BANTAENG 29
Peta 2.10
PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN BANTAENG
KAB.BANTAENG 30
2.4.2.2. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Utama
Rencana Tata Ruang pada sistem ini meliputi; Rencana Pengembangan Sistem Jaringan
Prasarana Transportasi, Energi, Sumber Daya Air, Telekomunikasi, Prasarana Lainnya
(meliputi pengelolaan TPA, Sanitasi, Ruang Terbuka Hijau), Drainase dan Air Limbah,
serta Rencana Jalur Evakuasi.
a. Sumber-Sumber Air Baku Untuk Kegiatan Pemukiman Perkotaan Dan Jaringan Air
Baku Wilayah
Terpenuhinya penyediaan air bersih dari segi kuantitas dan kualitas adalah
sangat penting untuk memungkinkan tingkat kesehatan masyarakat yang lebih
baik. Tersedianya air dalam jumlah yang cukup untuk fasilitas sanitasi dan
untuk keperluan sehari-hari lainnya yang layak, memungkinkan
dilaksanakannya cara-cara hidup yang hygienis sehingga akan meningkatkan
taraf kesehatan masyarakat pada umumnya.
Sumber air untuk kebutuhan air bersih bersumber dari mata air pegunungan
dan air permukaan. Kebutuhan akan air bersih masyarakat baik domestik
maupun non domestik yang dilayani oleh PDAM berasal dari sumber mata
air yang ada, seperti:
KAB.BANTAENG 31
Adapun wilayah sungai di wilayah Kabupaten Bantaeng terdapat beberapa
aliran sungai besar dan kecil yang berfungsi sebagai pengendali banjir dan
berfungsi sebagai drainase.
(1). Rencana TPS di Kabupaten Bantaeng meliputi TPS yang tersebar merata
pada seluruh Kecamatan di Kabupaten Bantaeng
(2). Rencana pengembangan tempat pengolahan sampah akhir (TPA)
Kabupaten Bantaeng dilengkapi dengan industry daur ulang berlokasi di
Kecamatan Bissappu dengan luas lahan 4 Ha;
(3). Rencana pengolahan sampah Kabupaten Bantaeng adalah rencana
pengolahan organis menjadi kompos skala kecil yang tersebar di
lingkungan permukiman.
(4). Rencana Pengembangan Alat Pengangkutan Sampah/Dump Truck di
Kabupaten Bantaeng disesuaikan dengan besarnya timbulan sampah;
KAB.BANTAENG 32
b. Prasarana Sistem Sanitasi
Rencana sarana ruang terbuka hijau (RTH) untuk kawasan perkotaan adalah
Sarana Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan Bantaeng yang terdiri dari:
KAB.BANTAENG 33
Rencana pengembangan diprioritaskan pada kawasan genangan dengan
memperhatikan faktor kuantitatif genangan, seperti luas genangan, tinggi genangan,
lama genangan. Demikian pula faktor kerusakan yang ditimbulkan akibat
banjir/genangan, gangguan ekonomi, seperti daerah pasar dan perdagangan,
gangguan sosial, seperti rumah sakit dan fasilitas umum, gangguan kelancaran arus
lalu lintas, seperti terganggunya lalu lintas jalan/kemacetan lalu lintas serta
gangguan pemukiman penduduk dan kepadatannya.
KAB.BANTAENG 34
2.4.2. Rencana Pola Ruang Kabupaten Bantaeng
Luas kawasan hutan yang terdapat di Kabupaten Bantaeng seluas 6.222 ha, dimana
terbagi atas 3 jenis fungsi hutan yaitu hutan lindung dengan persentase luas terbesar
dengan luas hutan seluas 2.773 ha, hutan produksi terbatas dengan luas 1.262 ha dan
hutan produksi dengan luas 2.187 ha. Kawasan hutan di Kabupaten bantaeng yang
memiliki luas hutan terbesar terdapat pada Kecamatan Ulu Ere dari jumlah kawasan
hutan sebesar 3.658 ha dari jumlah luas hutan di Kabupaten Bantaeng seluas 6.222 ha.
Untuk kawasan hutan lindung yang terdapat di Kabupaten Bantaeng terdapat pada 3
kecamatan dari 8 kecamatan yang memiliki kawasan hutan. Kecamatan tersebut adalah
Kecamatan Ulu ere, Kecamatan Tompobbulu dan Kecamatan Eremerasa. Luas hutan
lindung terbanyak terdapat pada Kecamatan Ulu Ere dengan luas hutan seluas 2.057 ha ,
kemudian Kecamatan Tompobulu dengan luas hutan seluas 704 ha dan luas terkecil pada
Kecamatan EreMerasa dengan luas hanya 14 ha
KAB.BANTAENG 35
3) Kawasan Sempadan Laut Khusus Untuk Pelabuhan
Kawasan sempadan laut khusus pelabuhan di Kabupaten Bantaeng terdapat pada 2
pelabuhan yang masing-masing berada di Kecamatan Bissappu dan Kecamatan
Pajukukang dengan garis sempadan laut 150 - 300 meter dari pelabuhan sesuai
dengan standar lebar sempadan pantai direktorat jendral penataan ruang.
5) Sempadan Sungai
Penentuan garis sempadan sungai tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan sesuai
rancangan peraturan pemerintah dibedakan atas sungai besar dan sungai kecil. Garis
sempadan sungai besar tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan, memanjang
sungai sekurang-kurangnya berjarak 100 (seratus) meter dari tepi palung sungai.
Garis sempadan sungai kecil tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan, memanjang
sungai sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) meter dari tepi palung sungai pada waktu
ditentukan.
KAB.BANTAENG 36
Peta 2.11
PETA RAWAN BENCANA KABUPATEN BANTAENG
KAB.BANTAENG 37
2. Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya
a. Kawasan Hutan
Luas kawasan hutan menurut fungsinya di Kabupaten Bantaeng yaitu pada tahun 1999
luas kawasan hutan produksi biasa/tetap mencapai 2.187 ha, menurun pada tahun 2000
menjadi 2.057 ha. Kemudian kembali lagi pada luas semula 2.187 ha pada tahun 2001,
2002.dan 2003. Kemudian luas kawasan hutan produksi terbatas pada tahun 1999
adalah 1.262 Ha, naik pada tahun selanjutnya menjadi 1.392 ha. Dan tiga tahun
selanjutnya kembali menjadi 1.262 ha. Luas Hutan lindung cukup konstan dari tahun
1999-2003 luasnya tetap 2.773 ha.
Tabel 2.18.
Luas Kawasan Hutan dan Persentase Hutan
terhadap Luas Kabupaten Bantaeng Tahun 2011
(luas dalam ha)
Hutan Hutan
Hutan Hutan Hutan
No Kecamatan Produksi Prod. Jumlah
Lindung Rakyat Kota
Terbatas Biasa
1 Bantaeng - - 364 800 5 1.169
2 Ulu Ere 2.057 843 758 1.200 2 4.860
3 Sinoa - - 710 750 2 1.462
4 Bissappu - - - 350 2 352
5 EreMerasa 14 419 355 800 2 1.590
6 Pa' Jukukang - - - 200 2 202
7 Gatarang Keke - - - 300 2 302
8 Tompobulu 702 - - 2.500 2 3.204
Jumlah 2.773 1.262 2.187 6.900 19 13.141
% dari Luas
Wilayah 7,01 3,19 5,53 17,43 0,05 33,20
(39.583 ha)
Sumber : RTRW K abupate n Bantaeng 2011
a. Kawasan Pertanian
1) Lahan Sawah/Basah
Rencana pengembangan kawasan pesisir atau pertanian dataran rendah (low land)
dikembangkan melalui pola agro minapolitan yang terdapat di Kecamatan Bissappu,
Bantaeng dan Pajukukkang.
KAB.BANTAENG 38
2) Lahan Kering dan Hortikultura
3) Perkebunan
4) Perikanan
Budidaya perikanan di Kabupaten Bantaeng yang terdiri dari budidaya laut, tambak
dan kolam. untuk luas daerah peruntukan perikanan budidaya laut sebanyak 2.458
ha, luas wilayah daerah peruntukan budidaya tambak seluas 80 ha dan luas daerah
peruntukan budidaya perikanan berupa kolam seluas 132 ha dengan jumlah produksi
dari budidaya laut sebanyak 7.677,55 ton, tambak 132,9 ton dan kolam 3,3 ton.
Wilayah yang agak jauh dari daerah pantai dikembangkan budidaya perikanan dan
pengolahan ikan yang terdiri atas :
Budidaya Tambak terdapat di Kecamatan Bissappu, Bantaeng, dan Pajukukang.
Budidaya Kolam terdapat di Kecamatan Bissappu, Bantaeng, Tompobulu, Ulu
Ere dan Eremerasa.
Pengolahan ikan merupakan kegiatan industri pengolahan ikan yang
dikembangkan disepanjang kawasan pesisir terutama di Kampung Bakara
Kecamatan Pajukukkang.
Selain perikanan laut dan darat ada pula yang dapat dikembangkan yaitu Rumput
Laut. Rumput laut yang dikembangkan di Sulawesi Selatan terdiri dari 2 jenis
komoditas yaitu Gracillaria sp yang dikembangkan di lokasi tambak-tambak
marginal, dan E.Cottoni yang dikembangkan di perairan pesisir. Lokasi rumput laut
di kabupaten Bantaeng berada di sepanjang wilayah pesisir dengan luasan sekitar 13
ha. Produksi rumput laut dapat dikembangkan disepanjang pantai pada Kecamatan
Pajukukang sebesar 1.144 ton pertahun.
KAB.BANTAENG 39
5) Pertambangan
6) Kawasan Industri
7) Kawasan Pariwisata
KAB.BANTAENG 40
Wisata Bahari;
o Pantai Marina, di Desa Baruga Kec.Pajukukang
o Pantai Seruni, di Kel. Tappanjeng Kec.Bantaeng
o Pantai Lamalaka, di Kel.Lembang Kec.Bantaeng
Wisata Agro;
o Perkebunan Kopi di Desa Labbo, Pattaneteang dan Ereng-Ereng
Kec.Tompobulu.
o Perkebunan Hortikultura (Apel dan Strowbery) di Desa Bonto Marannu,
Bonto Lojong Kec.Uluere
o Perkebunan Bunga di Desa Bonto Marannu dan sekitarnya di Kec.Uluere.
o Perkebunan Jeruk di Kec. Bissappu dan Kec. Pajukukang
8) Kawasan Permukiman
KAB.BANTAENG 41
Peta 2.12
PETA POLA RUANG KABUPATEN BANTAENG
KAB.BANTAENG 42
2.4.3. Arahan Pemanfaatan Ruang Kawasan Perbatasan
Arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten merupakan perwujudan rencana tata ruang yang
dijabarkan ke dalam indikasi program utama penataan/pengembangan wilayah kabupaten dalam
jangka waktu perencanaan 5 (lima) tahunan sampai akhir tahun perencanaan (20 tahun).
Kabupaten Bantaeng terdapat 4 (Empat) Wilayah yang berbatasan langsung dengan kabupaten
tetangga, sehingga perencanaan pada wilayah tersebut dituangkan dalam Arahan Pemanfaatan
Ruang Kawasan Perbatasan, yaitu :
KAB.BANTAENG 43
2.5. Sosial dan Budaya
2.5.1. Pendidikan
Potensi sumberdaya manusia (SDM) suatu daerah antara lain dapat dilihat dari jenjang pendidikan
tertinggi yang ditamatkan. Meningkatnya tingkat pendidikan yang ditamatkan penduduk berarti
semakin meningkat pula kualitas sumberdaya manusia yang selanjutnya dapat dijadikan ukuran
keberhasilan baik ditinjau dari sosial maupun ekonomi.
Berdasarkan perolehan data (Kabupaten Bantaeng Dalam Angka 2011) dengan melihat tingkat
pendidikan dengan usia 10 tahun ke atas dari total jumlah penduduk 178.477 jiwa/orang,
didominasi oleh penduduk yang tidak bersekolah lagi yaitu sebanyak 45.849 orang (33,59%),
penduduk yang tidak/belum pernah sekolah sebanyak 18.489 orang (13,54%), tingkat pendidikan
SD/MI yaitu sebanyak 34.124 orang (25,00%), tingkat pendidikan SLTP sebanyak 15.708 orang
(11,51%), SLTA sebanyak 14.399 orang (10,55%) dan tingkat perguruan tinggi sebanyak 7.945
orang (5,82%).
Keberhasilan pembangunan dibidang pendidikan antar lain dapat dilihat dengan meningkatnya
Angka Partisipasai Sekolah (APS). APS ini adalah prosentase penduduk yang masih sekolah
terhadap seluruh penduduk usia tersebut. Adapun APS di Kabupaten Bantaeng pada Tahun 2011
masih dodominasi pada jenjang pendidikan SD/MI yaitu 90,91%, kemudian SMP/MTs 57,91% dan
SMA/SMK/MA 45,87%.
Berdasarkan data tersebut diatas, salah satu faktor penunjang pendidikan di Kabupaten Bantaeng
adalah tersedianya dan terpenuhinya fasilitas pendidikan yang cukup serta memadai. Untuk lebih
jelasnya dapat digambarkan pada tabel berikut :
Tabel 2.19
Jumlah Fasilitas Pendidikan di Kabupaten Bantaeng Tahun 2011
KAB.BANTAENG 44
2.5.2. Pelayanan Kesehatan
Dalam rangka pemerataan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat disamping telah tersedianya
Rumah Sakit Umum (RSU) yang terdapat di Ibukota kabupaten, juga terdapat 12
Puskesmas/Pustu/PusKel yang tersebar di 8 (delapan) wilayah kecamatan (data tahun 2011).
Disisi lain untuk menjangkau semua penduduk dalam wilayah kerja masing-masing yang agak sulit
dilakukan Puskesmas, apalagi mengingat beberapa daerah memiliki kondisi geografis yang cukup
sulit, maka tetap disiapkan fasilitas kesehatan lainnya yang setingkat dibawahnya yaitu Puskesmas
Pembantu (Pustu) dan Puskesmas keliling (PusKel). Jumlah Dokter Spesialis 8 Orang, Dokter
Umum sebanyak 26 orang, Dokter Gigi 13 Orang, Apoteker 4 Orang, Bidan 55 orang, Perawat
51 Orang dan Apotik 8 buah.
Tabel 2.20
Jumlah Fasilitas Pelayanan Kesehatan di Kabupaten Bantaeng Tahun 2011
Bissappu - - 2 32 1 21 3
Uluere - - 1 20 - 7 -
Sinoa - - 1 18 - 2 -
Bantaeng 1 - 2 47 2 32 5
Eremerasa - - 1 28 - 6 -
Tompobulu - - 1 20 - 7 -
Pajukukang - - 3 48 - 12 -
Gantarangkeke - - 1 17 - 5 -
Jumlah 1 - 12 230 3 92 8
Sumber : Bantaeng Dalam Angka, 2011
Mengenai status gizi dimana pada tahun 2010 menunjukkan bahwa balita yang berstatus gizi
buruk di kabupaten Bantaeng sekitar 0,52% kemudian pada tahun 2011 kondisi balita gizi buruk
sudah tidak ada (0,00%). Begitu juga balita yang berstatus gizi kurang yang mengalami penurunan
dari 6,25% menjadi 4,84% (penurunan sebesar 1,41%). Sementara itu balita yang berstatus gizi
normal mengalami kenaikan dari 93,49% menjadi 95,12% (peningkatan sebesar 1,63%).
KAB.BANTAENG 45
2.5.3. Kesejahteraan Sosial
Dilihat dari tingkat kesejahteraan masyarakat di kabupaten Bantaeng, keluarga yang masih perlu
menjadi perhatian yaitu keluarga pra sejahtera dimana pada tahun 2011 dengan jumlah yang
cukup signifikan yaitu mencapai hingga 15.329 KK dari 47.861 KK atau sekitar 32%. Untuk lebih
jelasnya mengenai hal ini dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.21
Perkembangan Tingkat Kesejahteraan Masyarakat
Kabupaten Bantaeng Tahun 2011
Rumah tangga miskin di Kabupaten Bantaeng masih cukup besar jumlah/prosinya. Mereka
tersebar di desa/kelurahan, dengan sumber nafkah dominan dari pertanian. Masalah strategis
terkait isu kemiskinan ini adalah penguasaan lahan rumah tangga tani yang semakin sempit dari
waktu ke waktu, disebabkan oleh system pewarisan yang sifatnya membagi unit-unit lahan antar
pewaris serta terjadinya alih fungsi sejumlah lahan usahatani produktif. Kondisi ini menjadi kan
fenomena kemiskinan struktur semakin signifikan dari waktu ke waktu.
Tabel 2.22
Jumlah Rumah dan Penduduk Miskin
Kabupaten Bantaeng Tahun 2011
KAB.BANTAENG 46
2.6. Kelembagaan Pemerintah Daerah
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bantaeng Nomor 7 Tahun 2009 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bantaeng Tahun 2008-2013, Visi
Pembangunan Kabupaten Bantaeng yaitu Wilayah Terkemuka Berbasis Desa Mandiri
Berdasarkan Nilai-Nilai Keagamaan dan Budaya Lokal.
Dalam melaksanakan visi misi tersebut diatas, Pemerintah Kabupaten Bantaeng membagi tugas-tugas
tingkat Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) sesuai tugas pokok dan fungsinya, berdasarkan :
1) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah antara
Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
2) Peraturan Daerah Kabupaten Bantaeng Nomor 25 Tahun 2007 tentang Pembentukan Organisasi,
Kedudukan, Tugas dan Fungsi Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupaten Bantaeng.
3) Peraturan Daerah Kabupaten Bantaeng Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pembentukan Organisasi,
Kedudukan, Tugas dan Fungsi Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Bantaeng.
KAB.BANTAENG 47
Bagan 2.1
STRUKTUR ORGANISASI PEMERINTAH KABUPATEN BANTAENG
BUPATI
DPRD
WAKIL BUPATI
KAB.BANTAENG 48