Anda di halaman 1dari 48

Bab.

2
Gambaran
Umum Wilayah

2.1. Geografis, Administratif Dan Kondisi Fisik


2.1.1. Geografis

Kabupaten Bantaeng terletak dibagian selatan Provinsi Sulawesi Selatan dengan jarak kira-kira
120 km dari Kota Makassar ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan. Secara geografis Kabupaten
Bantaeng terletak pada 05-2115 LS sampai 05343 LS dan 1195107 BT sampai
1205107BT. Membentang antara Laut Flores dan Gunung Lompo Battang, dengan ketinggian
dari permukaan laut 0 sampai ketinggian lebih dari 100 m dengan panjang pantai 21,5 km. Secara
umum luas wilayah Kabupaten Bantaeng adalah 395,83 km2

Kabupaten Bantaeng mempunyai batas-batas sebagai berikut :


a. Sebelah Utara berbatasan dengan Pegunungan Lompo Battang Kabupaten Gowa dan
Kabupaten Sinjai.
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bulukumba
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Flores
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Jeneponto

Tabel 2.1
Posisi Geografis Kabupaten Bantaeng Menurut Kecamatan

Ketinggian
Kecamatan Bujur Lintang
(mdpl)
Bissappu 119o 5447 BT 05o 3254 LS 25 100 m
Uluere 119o 5447 BT 05o 2646 LS 500 1000 m
o o
Sinoa 119 5539 BT 05 3010 LS 100 500 m
Bantaeng 119o 5658 BT 05o 3237 LS 25 100 m
Eremerasa 119o 5845 BT 05o 3107 LS 500 1000 m
o o
Tompobulu 120 0226 BT 05 2708 LS 500 1000 m
Pajukukang 120o 0108 BT 05o 3330 LS 25 100 m
o o
Gantarangkeke 120 0219 BT 05 3001 LS 300 500 m
Sumber : Bantaeng Dalam Angka, 2012
Peta 2.1
PETA ORIENTASI KABUPATEN BANTAENG

Sumber : RTRW K abupate n Bantaeng 2011 2


KAB.BANTAENG
2.1.2. Administratif

Secara administrasi, Kabupaten Bantaeng terdiri dari 8 kecamatan dengan 67 kelurahan/desa.


Secara geografis, Kabupaten Bantaeng terdiri dari 3 kecamatan tepi pantai (Kecamatan Bissappu,
Bantaeng dan Pajukukang), dan 5 kecamatan bukan pantai (Kecamatan Uluere, Sinoa,
Gantarangkeke, Tompobulu dan Eremerasa). Dengan perincian 17 desa/kelurahan pantai dan 50
desa/kelurahan bukan pantai.

Kecamatan di Kabupaten Bantaeng terlihat dalam tabel berikut :

Tabel 2.2
Tabel Administratif Kabupaten Bantaeng

Persentase
Jumlah
Ibu Kota Jumlah Luas Terhadap
No Kecamatan Penduduk
Kecamatan Desa/kel (km2) Luas
(Jiwa*)
Kabupaten
1 Bissappu Bonto Manai 11 31.242 32.84 8,30 %
2 Bantaeng Pallantikang 9 37.088 28.85 7,29 %
3 Tompobulu Banyorang 10 23.143 76.99 19,45 %
4 Ulu Ere Loka 6 10.923 67.29 17,00 %
5 PaJukukang Tanetea 10 29.309 48.90 12,35 %
6 Eremerasa Kampala 9 18.801 45.01 11,37 %
7 Sinoa Sinoa 6 11.946 43.00 10,86 %
8 Gantarangkeke Gantarangkeke 6 16.025 52.95 13,38 %
Total 67 178.477 395.83 100,00 %
*) Sumber : Bantaeng Dalam Angka, 2012

KAB.BANTAENG 3
Peta 2.2
PETA ADMINISTRASI KABUPATEN BANTAENG

Sumber : RTRW K abupate n Bantaeng 2011


4
KAB.BANTAENG
2.1.3. Kondisi Fisik Wilayah

2.1.3.1. Keadaan Topografi

Berdasarkan kemiringan lereng 2 - 15% merupakan kelerengan terluas yaitu 16.877 ha


(42,64%). Sedangkan wilayah dengan lereng 0 - 2% hanya seluas 5.932 ha atau 14,99%
dari luas wilayah kabupaten dengan wilayah kelerengan lebih dari 40% yang tidak
dimanfaatkan seluas 6.222 ha atau 21,69% dari luas wilayah kawasan hutan.

Tabel 2.3
Kabupaten Bantaeng Menurut Kemiringan

Kemiringan Letak
Sepanjang pantai di Kecamatan Bissappu, Kecamatan Bantaeng
0 - 2%
dan Kecamatan Pajukukang
Kecamatan Bissappu, Kecamatan Bantaeng dan Kecamatan
2 - 15%
Gantarangkeke
Kecamatan Sinoa, Kecamatan Bantaeng, Kecamatan
15 40%
Eremerasa dan Kecamatan Tompobulu
Kecamatan Uluere, Kecamatan Eremerasa dan Kecamatan
> 40%
Tompobulu
Sumber : RTRW Kabupaten Bantaeng, 2011

Tabel 2.4
Kabupaten Bantaeng Menurut Ketinggian

Ketinggian Letak
Terletak pada bagian selatan sepanjang pesisir pantai dan
0 10 mdpl
memanjang dari timur ke barat
Di atas permukaan laut terletak di Kecamatan Bissappu,
10 25 mdpl
Kecamatan Bantaeng dan Kecamatan Pajukukang
Di atas permukaan laut terletak di Kecamatan Bissapu,
25 100 mdpl Kecamatan Bantaeng, Kecamatan Tompobulu, Kecamatan
Pajukukang dan G antarang Keke.
Terletak di Kecamatan Bissappu, Kecamatan Bantaeng,
100 200 mdpl
Kecamatan Tompobulu dan Pajukukang
Di atas permukaan laut terletak di Kecamatan Bissappu,
500 1.000 mdpl Kecamatan Uluere, Kecamatan Bantaeng Eremerasa,
Kecamatan Tompobulu dan Kecamatan Sinoa
Diatas permukaan laut terletak di Kecamatan Uluere,
> 1.000 mdpl Kecamatan Bantaeng, Kecamatan Eremerasa dan Kecamatan
Tompobulu
Sumber : RTRW Kabupaten Bantaeng, 2011

KAB.BANTAENG 5
Peta 2.3
PETA TOPOGRAFI KABUPATEN BANTAENG

Sumber : RTRW K abupate n Bantaeng 2011


KAB.BANTAENG 6
2.1.3.2. Kondisi Geologi dan Tanah

Karakteristik batuan dan tanah di Kabupaten Bantaeng di kelompok dalam 6 satuan


batuan dengan urutan pembentukan dari tua ke muda, yaitu :
Satuan Tufa
Satuan Breksi Lahar
Satuan Lava Basal
Satuan Agglomerat
Satuan Intrusi Andesit
Endapan Alluvial

Tabel 2.5
Persebaran Jenis Batuan di Kabupaten Bantaeng

Jenis Batuan Lokasi


Alluvial Kec. Bissappu, Kec. Bantaeng dan Kec. Pajukukang
Breksi Laharik Kec. Bissappu, Kec. Bantaeng, Kec. Eremerasa, Kec.
Tompobulu, Kec. Pajukukang Dan Kec. Gantarang Keke
Kelompok Basal Kec. Bissappu, Kec. Bantaeng, Kec. Sinoa, Kec.
Eremerasa, dan Kec. Tompobulu
Piroklastik Kec. Sinoa dan Kec. Tompobulu
Sumber : RTRW Kabupaten Bantaeng, 2011

Tabel 2.6
Persebaran Jenis Tanah di Kabupaten Bantaeng

Jenis Tanah Lokasi


Andosol Coklat Kec. Ulu Ere, Kec. Tompobulu
Latosol Colat-Kuning Kec. Sinoa, Kec. Bantaeng, Kec. Eremerasa dan Kec.
Tompobulu
Mediteran Kec. Bissappu, Kec. Bantaeng, Kec. Sinoa, Kec.
Eremerasa, Kec. Tompobulu, Kec. Pajukukang Dan Kec.
Gantarang Keke
Regosol Coklat-Kelabu Kec. Bissappu, Kec. Bantaeng, dan Kec. Pajukukang
Sumber : RTRW Kabupaten Bantaeng, 2011

KAB.BANTAENG 7
Peta 2.4
PETA GEOLOGI KABUPATEN BANTAENG

Sumber : RTRW K abupate n Bantaeng 2011

KAB.BANTAENG 8
Peta 2.5
PETA JENIS TANAH KABUPATEN BANTAENG

Sumber : RTRW K abupate n Bantaeng 2011

KAB.BANTAENG 9
2.1.3.3. Kondisi Klimatologi

Kabupaten Bantaeng tergolong iklim tropis basah dengan curah hujan tahunan rata-
rata setiap bulan 490,17 mm dengan jumlah hari hujan berkisar 426 hari per tahun.
Temperatur udara rata - rata 23C sampai 33'C Dengan dua musim dan perubahan
iklim setia tahunnya yang sangat spesifik karena merupakan daerah peralihan Iklim
Barat (Sektor Barat) dan Iklim Timur (Sektor Timur) dari wilayah Sulawesi Selatan :

Oktober Maret, intensitas hujan rendah tetapi merata.


April Juli, intensitas hujan tinggi terutama Juni Juli.
Kemarau yang ekstrim hanya periode Agustus September.

Pada saat sektor barat musim hujan yaitu antara bulan Oktober s/d Maret, Kabupaten
Bantaeng juga mendapatkan hujan dan pada musim timur yang berlangsung antara
April s/d September, Kabupaten Bantaeng juga mendapat hujan. Akibat dari pengaruh
dua iklim ini, maka sebagian besar wilayah Bantaeng mendapat curah hujan merata
sepanjang tahun. Sifat hujan pada musim barat curah hujannya relatif rendah, tetapi
hari hujannya agak panjang, sedangkan sifat hujan sektor timur curah hujannya lebih
deras tetapi hari hujannya relatif pendek.

Tabel 2.7
Rata-rata Jumlah Hari Hujan dan Curah Hujan Setiap Bulan
Kabupaten Bantaeng Tahun 2011

Curah Hujan
Bulan Jumlah Hari Hujan
(mm)
Januari 5,33 9,67
Pebruari 2,33 14,17
Maret 7,33 18,33
April 8,33 12,13
Mei 9,67 30,47
Juni 3,67 30,33
Juli 1,67 12,67
Agustus 1 2,22
September 0,67 1,5
Oktober 4 13,46
Nopember 3,67 11,81
Desember 5,33 12,57
Sumber : Bantaeng Dalam Angka, 2012

KAB.BANTAENG 10
Peta 2.6
PETA CURAH HUJAN KABUPATEN BANTAENG

Sumber : RTRW K abupate n Bantaeng 2011

KAB.BANTAENG 11
2.1.3.4. Kondisi Hidrologi

Dengan wilayah yang bergunung dan berbukit, Kabupaten Bantaeng dilalui oleh 11
buah sungai sedang dan kecil yang kesemuanya berhulu dan bermuara di Kabupaten
Bantaeng dengan panjang sungai keseluruhan 187,05 km atau dengan rata-rata panjang
sungai 17 km.

Selain berfungsi sebagai pengendali banjir, irigasi dan drainase, Daerah Aliran Sungai
(DAS) ini penting karena merupakan kawasan budidaya sekaligus merupakan
Catchment Area dari mata air Eremerasa yang merupakan salah satu asset kebanggaan
masyarakat Bantaeng yang selama ini menjadi objek wisata permandian alam dan sudah
dilengkapi dengan kolam renang dan sarana lainnya. Sumber mata air ini juga menjadi
sumber air bersih PDAM untuk kebutuhan Kota Bantaeng dan perusahaan air mineral
merk Vita, Aquadaeng dan Air Qita.

Dari beberapa sungai yang ada, 3 (tiga) diantaranya mengalir melintasi kota Bantaeng
yaitu :
1. Sungai Biangloe mempunyai sumber mata air dari gunung Lompobattang mengalir
menyusuri Desa Kampala dan Desa Barua yang bermuara ke laut Flores. Debit air
sungai Biangloe pada kondisi musim kemarau berkisar antara 2,5-4 m3 per detik
dan pada saat kondisi normal biasanya mencapai 15-20 m3 per detik. Sungai
Biangloe telah dimanfaatkan sebagai irigasi dan sumber air baku dengan debit
sebesar 20 l/dtk.
2. Sungai Calendu mempunyai mata air dari gunung Lompobattang mengalir
melewati pusat kota dan bermuara di laut Flores. Kapasitas debit air pada kondisi
normal berkisar antara 1-3 m3 per detik dan pada saat musim hujan mencapai
7-10 m3 per detik. Pada saat ini sungai Celendu dimanfaatkan sebagai irigasi desa.
3. Sungai Garegea yang mempunyai mata air dari gunung Lompobattang mengalir
melewati pusat dan bermuara di laut Flores. Kapasitas debit air pada kondisi
normal berkisar antara 1-2 m3 per detik dan pada saat musim hujan bisa
mencapai 4-6 m3 per detik. Pada saat ini, sungai sungai Garegea belum
dimanfaatkan.

Tabel 2.7
Nama dan Panjang Sungai di Kabupaten Bantaeng

Sungai Panjang (km) Kecamatan yang dilintasi


Pamosa 1,75 Pajukukang
Turung Asu 7,40 Tompobulu, Gantarangkeke, Pajukukang
Balang Sikuyu 10,80 Uluere, Sinoa, Bissappu
Panaikang 11,75 Uluere, Sinoa, Bissappu
Kalamassang 14,20 Tompobulu, Gantarangkeke, Pajukukang
Lemoa 14,45 Uluere, Bissappu
Kaloling 17,10 Tompobulu, Gantarangkeke, Pajukukang
Biangkeke 20,45 Tompobulu, Gantarangkeke, Pajukukang
Calendu 20,70 Uluere, Bantaeng
Bialo 43,30 Uluere, Tompobulu
Nipa-Nipa 25,15 Tompobulu, Gantarangkeke, Pajukukang
Pamosa 1,75 Pajukukang
Sumber : RTRW Kabupaten Bantaeng, 2011

KAB.BANTAENG 12
Peta 2.7
PETA HIDROLOGI KABUPATEN BANTAENG

Sumber : RTRW K abupate n Bantaeng 2011


KAB.BANTAENG 13
2.1.3.5. Luas Potensi Lahan

Sesuai penggunaannya, lahan di Kabupaten Bantaeng dapat dirinci yaitu lahan terluas
adalah tegalan/kebun (48,04%), sawah (17,64%), hutan negara (15,13%), perkebunan
rakyat (9,42%), hutan rakyat (3,73%), tanah tandus/lain-lain (3,12%), pemukiman
(2,51%) dan tambak (0,41%).

Tabel 2.8
Luas Lahan Kabupaten Bantaeng menurut Penggunaannya

Penggunaan Lahan Luas (Ha) Presentase (%)

Tegalan/Kebun 19.016 48,04


Sawah 6.982 17,64
Hutan Negara 5.989 15,13
Perkebunan Rakyat 3.729 9,42
Hutan Rakyat 1.476 3,73
Tanah Tandus 1.235 3,12
Pemukiman 995 2,51
Tambak 162 0,41

Jumlah 39.583 100,00


Sumber : RTRW Kabupaten Bantaeng, 2011

KAB.BANTAENG 14
Peta 2.8
PETA TUTUPAN LAHAN KABUPATEN BANTAENG

Sumber : RTRW K abupate n Bantaeng 2011

KAB.BANTAENG 15
2.2. Demografis
2.2.1. Distribusi dan Kepadatan Penduduk

Bada Pusat Statistik dalam melakukan pendataan menggunakan konsep usual residence yaitu
penduduk dicatat sesuai dengan dimana biasanya dia tinggal, tanpa perlu memperhatikan apakah
orang tersebut mempunyai KTP atau tidak, dengan menerapkan batasan telah menetap di
wilayah tersebut selama 6 bulan atau lebih atau kurang dari 6 bulan namun berniat menetap
disitu, maka jika memenuhi persyaratan tersebut, maka akan dicatat sebagai penduduk disitu dan
tentunya ini akan menghindari terjadinya kejadian penduduk tercatat dua kali di tempat yang
berbeda.

Tabel 2.9
Tingkat Kepadatan Penduduk Kabupaten Bantaeng
menurut Kecamatan Tahun 2011

Kepadatan
Jumlah Kepadatan Banyaknya
Luas Penduduk
Kecamatan Penduduk Penduduk Rumah
(km2) per
(orang) (orang/km 2) Tangga
Rumahtangga

Bissappu 32,84 31.242 951,34 7.931 4

Uluere 67,29 10.923 162,33 2.504 4

Sinoa 43,00 11.946 277,81 3.158 4

Bantaeng 28,85 37.088 1285,55 8.795 4

Eremerasa 45,01 18.801 417,71 4.506 4

Tompobulu 76,99 23.143 300,60 5.822 4

Pajukukang 48,90 29.309 599,37 7.187 4

Gantarangkeke 52,95 16.025 302,64 4.224 4

Jumlah 395,83 178.477 450,89 44.127 4

Sumber : Bantaeng Dalam Angka, 2012

KAB.BANTAENG 16
Tabel 2.10
Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Bantaeng
5 Tahun Terakhir (2007-2011)

KAB.BANTAENG 17
Peta 2.9
PETA KEPADATAN PENDUDUK KABUPATEN BANTAENG

Sumber : RTRW K abupate n Bantaeng 2011


KAB.BANTAENG 18
Berdasarkan tabel 2.10 diatas, rata-rata kepadatan penduduk Kabupaten Bantaeng selama kurun
waktu 5 tahun (2007-2011) adalah 441 jiwa/km2. Kepadatan penduduk yang tertinggi berada di
Kecamatan Bantaeng, Kecamatan Bissapu dan Kecamatan Pajukukang. Pada tahun 2011
kepadatan di Kecamatan Bantaeng sebesar 1.286 jiwa/km2, Kecamatan Bissappu sebesar 951
jiwa/km2 dan Kecamatan Pajukukang sebesar 599 jiwa/km2. Tingginya kepadatan penduduk di 3
kecamatan tersebut dikarenakan 3 kecamatan tersebut merupakan daerah perkotaan sekaligus
daerah pesisir yang merupakan wilayah yang dilalui oleh jalan nasional penghubung antar
Kabupaten dan desa-desa sekitarnya, yang menyediakan berbagai macam pusat kegiatan, seperti
pusat kegiatan ekonomi dan pusat kegiatan pemerintahan, dan juga tersedianya berbagai macam
sarana prasarana yang lebih baik dan lebih lengkap.

Sedangkan kepadatan yang terendah yaitu di Kecamatan Uluere (162 jiwa/km2). Beberapa
penyebab rendahnya kepadatan penduduk di kecamatan ini diantaranya adalah karena
topografinya yang berbukit bukit, lahan yang ada kurang cocok untuk dijadikan permukiman dan
sarana prasarana yang tersedia kurang lengkap. Walaupun Kecamatan ini memiliki lahan yang luas
(Kecamatan terluas ke-2 dengan luas lahan 67,29 km2) tetapi karena kurang cocok untuk
permukiman maka kurang penduduk yang memilih untuk tinggal di kecamatan tersebut.

Kecamatan-kecamatan di Kabupaten Bantaeng mempunyai kepadatan penduduk yang berbeda-


beda. Tidak meratanya distribusi penduduk disebabkan karena beberapa hal, diantaranya adalah
karena faktor geografis, sosial dan ekonomi. Dari faktor geografis, penduduk akan lebih
terkosentrasi ke daerah dataran rendah (dengan topografi datar) daripada daerah dataran tinggi
(topografi yang bergelombang). Faktor sosial ekonomi juga memiliki pengaruh, penduduk akan
lebih terkosentrasi ke daerah yang berkembang. Seperti di Kecamatan Bantaeng, Kecamatan
Bissapu, Kecamatan Pajukukang dan Ere Merasa. Jadi tingginya angka kepadatan selain karena
daerahnya yang datar adalah karena daerah tersebut mengalami banyak perkembangan baik dari
sisi ekonomi maupun sisi yang lain.

KAB.BANTAENG 19
2.2.2. Struktur Penduduk menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur

Jumlah penduduk menurut jenis kelamin di Kabupaten Bantaeng berdasarkan data tahun 2011
didominasi oleh penduduk dengan jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 92.025 jiwa (51,6%)
dan laki-laki sebanyak 86.452 jiwa (48,4%) dari total jumlah penduduk kabupaten Bantaeng
sebanyak 178.477 jiwa yang tersebar di delapan kecamatan. Jumlah penduduk terbesar terdapat
di Kecamatan Bantaeng yaitu sebanyak 37.088 jiwa dan yang terkecil terdapat di Kecamatan Ulu
Ere yaitu sebanyak 10.923 jiwa.

Secara keseluruhan jumlah penduduk yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak dari
penduduk berjenis kelamin laki-laki. Hal ini dapat tercermin dari angka perbandingan antara jenis
kelamin atau yang biasa disebut rasio jenis kelamin. Sementara rasio jenis kelamin yang tertinggi
terletak pada Kecamatan Ulu Ere, sedangkan rasio jenis kelamin terendah terdapat di Kecamatan
Tompobulu dan Gantarangkeke.

Tabel 2.11
Jumlah Penduduk Kabupaten Bantaeng
menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Tahun 2011

Penduduk (Jiwa) Sex


Kecamatan
Laki-laki Perempuan Jumlah Ratio

Bissappu 15.214 16.028 31.242 95

Uluere 5.384 5.539 10.923 97

Sinoa 5.817 6.129 11.946 95

Bantaeng 18.130 18.958 37.088 96

Eremerasa 8.962 9.839 18.801 91

Tompobulu 10.960 12.183 23.143 90

Pajukukang 14.383 14.926 29.309 96

Gantarangkeke 7.602 8.423 16.025 90

Jumlah 86.452 92.025 178.477 94

Sumber : Bantaeng Dalam Angka, 2012

KAB.BANTAENG 20
Penggambaran penduduk menurut kelompok umur berguna untuk mengetahui jumlah penduduk
produktif dan penduduk non produktif, hal ini akan berpengaruh pada angkatan kerja di suatu
wilayah serta tingkat ketergantungan penduduk non produktif pada penduduk produktif. Selain
itu, penggambaran penduduk menurut struktur umur juga diperlukan untuk perhitungan
penyediaan fasilitas sosial dan ekonomi.

Dilihat dari struktur umur penduduk, suatu wilayah dapat dikatagorikan kedalam 3 klasifikasi :
Penduduk tua (old population), jika penduduk yang berumur antara 0 - 14 tahun < 30% dan
penduduk yang berumur +65 tahun >10%
Penduduk muda (young population), jika penduduk yang berumur antara 0 - 14 tahun > 0%
dan penduduk yang berumur +65 tahun <5%
Penduduk produktif (productive population), jika penduduk yang berumur antara 0 - 14
tahun berkisar 30% sampai 40% dan penduduk yang berumur +65 tahun berkisar antara 5%
sampai 10%

Struktur penduduk Kabupaten Bantaeng menurut kelompok umur memperlihatkan struktur


umur muda. Kelompok usia sekolah relatif lebih banyak dibandingkan dengan kelompok usia
lainnya. Ini menunjukan bahwa struktur penduduk Kabupaten Bantaeng sedang dalam masa
perkembangan dan dimungkinkan laju pertumbuhan penduduk ditahun mendatang tinggi. Jumlah
penduduk usia produktif Kabupaten Bantaeng adalah 115.640 jiwa dan jumlah penduduk usia
tidak produktif adalah 62.837 jiwa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.12
Jumlah Penduduk Kabupaten Bantaeng
menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2011

Kelompok Penduduk (Jiwa) Persentase


Umur Laki-laki Perempuan Jumlah (%)
04 8 170 7 998 16 168 9,06
59 9 696 9 124 18 820 10,54
10 14 9 676 9 417 19 093 10,70
15 19 7 393 7 604 14 997 8,40
20 24 6 755 7 671 14 426 8,08
25 29 7 802 8 879 16 681 9,35
30 34 7 261 7 896 15 157 8,49
35 39 6 986 7 541 14 527 8,14
40 44 5 777 6 526 12 303 6,89
45 49 4 750 5 132 9 882 5,54
50 54 3 820 3 899 7 719 4,32
55 59 2 586 2 810 5 396 3,02
60 64 2 086 2 466 4 552 2,55
65 + 3 694 5 062 8 756 4,91
Jumlah 86.452 92.025 178.477 100,00
Sumber : Bantaeng Dalam Angka, 2012

KAB.BANTAENG 21
2.2.3. Laju Pertumbuhan Penduduk

Jumlah penduduk Kabupaten Bantaeng dari tahun ke tahun terus meningkat. Pada tahun 2007
jumlah penduduk Kabupaten Bantaeng sebanyak 171.468 jiwa dan pada tahun 2011 jumlah
mencapai 178.477 jiwa. Data tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan penduduk selama
kurun waktu lima tahun terakhir yaitu 7.009 jiwa atau rata-rata pertumbuhan 1,01% setiap tahun.
Pertambahan jumlah penduduk terbanyak terjadi pada tahun 2009-2010 sebanyak 2.523 jiwa dan
pertambahan jumlah penduduk terkecil terjadi pada tahun 2008-2009 sebanyak 1.327 jiwa.

Laju pertumbuhan terbesar terjadi pada Kecamatan Uluere sebesar 1,0115% kemudian disusul
oleh Kecamatan Pajukukang sebesar 1,0111%. Laju pertumbuhan terkecil terjadi pada Kecamatan
Tompobulu yaitu 0,9977%.

Tabel 2.13
Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Bantaeng
menurut Kecamatan Tahun 2007-2011

Jumlah Penduduk (Jiwa) Laju


Kecamatan Pertumbuhan
2007 2008 2009 2010 2011 Penduduk (%)
1. Bissappu 30.013 30.254 30.487 30.931 31.242 1,0084
2. Bantaeng 35.626 35.913 36.191 36.718 37.088 1,0105
3. Tompobulu 22.242 22.422 22.591 22.913 23.143 0,9977
4. Ulu ere 10.492 10.576 10.657 10.814 10.923 1,0115
5. Pa'jukukang 28.153 28.379 28.599 29.017 29.309 1,0111
6. Ere Merasa 18.067 18.213 18.351 18.614 18.801 1,0005
7. Sinoa 11.475 11.568 11.658 11.827 11.946 1,0107
8. Gantarang keke 15.400 15.524 15.642 15.865 16.025 0,9995
Jumlah 171.468 172.849 174.176 176.699 178.477 1,01
Sumber : Badan Pusat Statistik Bantaeng

Grafik 2.1
Grafik Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Bantaeng
Tahun 2007-2011
180000
178.477
177500
176.699

175000 174.176
172.849
172500 171.468

170000
2007 2008 2009 2010 2011

KAB.BANTAENG 22
2.2.4. Proyeksi Laju Pertumbuhan Penduduk

Proyeksi secara umum adalah untuk mengetahui perkembangan di masa yang akan datang
berdasarkan data yang telah ada. Proyeksi pada dasarnya merupakan suatu perkiraan atau
taksiran mengenai terjadinya suatu kejadian (nilai dari suatu variabel) untuk waktu yang akan
datang. Hasil proyeksi menggambarkan tingkat kemampuan untuk masa yang akan datang. Untuk
menghindari atau mengurangi tingkatan resiko dari kesalahan, maka diperlukan asumsi-asumsi
yang dibuat oleh pihak pengambil keputusan, yang didukung oleh proyeksi tentang tingkat
kemampuan populasi peternakan di masa depan secara objektif. Proyeksi penduduk bukan
merupakan ramalan jumlah penduduk tetapi suatu perhitungan ilmiah yang didasarkan pada
asumsi dari komponen-komponen laju pertumbuhan penduduk, yaitu kelahiran, kematian, dan
perpindahan (migrasi).

Untuk menghitung laju pertumbuhan penduduk, digunakan rumus yaitu :

(1/t)
r = {(Pt /P0 ) -1} x 100
dimana:
r = laju pertumbuhan penduduk
Pt = Jumlah penduduk pada tahun ke t
P0 = Jumlah penduduk pada tahun dasar
t = selisih tahun Pt dengan P0

Sedangkan untuk menghitung proyeksi laju pertumbuhan penduduk menggunakan asumsi pada
Pertumbuhan Geometri, karena laju pertumbuhan ini bersifat berskala atau bertahap dalam
selang waktu tertentu. Adapun Rumus yang digunakan sebagai berikut:

n
Pn = P 0 ( 1 + r )
dengan :
P n = Jumlah penduduk pada n tahun
P 0 = Jumlah penduduk pada awal tahun
r = Tingkat pertumbuhan penduduk
n = Periode waktu dalam tahun

Adapun jumlah dan kepadatan penduduk 3-5 tahun terakhir serta hasil proyeksi laju
pertumbuhan penduduk di Kabupaten Bantaeng selama 5 tahun kedepan, dapat dilihat pada tabel
berikut :

KAB.BANTAENG 23
Tabel 2.14
Proyeksi Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Bantaeng
5 Tahun Mendatang (2012-2016)

Luas Jumlah Penduduk (Jiwa) Kepadatan (Jiwa/Km2)


Kecamatan
(Km2) 2012 2013 2014 2015 2016 2012 2013 2014 2015 2016
1. Bissappu 32,84 31.492 31.744 31.998 32.254 32.512 959 967 974 982 990

2. Bantaeng 28,85 37.385 37.684 37.985 38.289 38.595 1.296 1.306 1.317 1.327 1.338

3. Tompobulu 76,99 23.328 23.515 23.703 23.893 24.084 303 305 308 310 313

4. Uluere 67,29 11.010 11.098 11.187 11.277 11.367 164 165 166 168 169

5. Pa'jukukang 48,90 29.543 29.780 30.018 30.258 30.500 604 609 614 619 624

6. Eremerasa 45,01 18.951 19.103 19.256 19.410 19.565 421 424 428 431 435

7. Sinoa 43,00 12.042 12.138 12.235 12.333 12.432 280 282 285 287 289

8. Gantarangkeke 52,95 16.153 16.282 16.413 16.544 16.676 305 308 310 312 315

Jumlah 395,83 179.905 181.344 182.795 184.257 185.731 455 458 462 465 469

Sumber : Bappeda Bantaeng (diolah Pokja)

KAB.BANTAENG 24
2.3. Keuangan dan Perekonomian Daerah
2.3.1. Pendapatan dan Belanja Daerah

Dalam rangka peningkatan pelayanan riil kepada masyarakat, maka pemerintah pusat melalui
pemberlakuan otonomi daerah telah memberikan kewenangan lebih besar kepada pemerintah
kabupaten/kota untuk melaksanakan fungsi pelayanan kepada masyarakat. Aplikasi dari
kewenangan tersebut akan tercermin dalam kebijakan penyusunan anggaran pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD), dengan mengacu kepada undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang
pemerintahan daerah dan undang-undang nomor 25 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan
antara pusat dan daerah.

Kondisi ini diharapkan dapat mendorong peningkatan peran serta masyarakat sekaligus
menumbuhkan prakarsa dan kreatifitasnya dalam pembangunan daerah. Dalam hal ini kedepan
pemerintah hanya berperan sebagai fasilitator dan mediator dalam proses pembangunan, baik
dalam perencanaan, pelaksanaan maupun pengawasan pembangunan di setiap bidang dan aspek.
Dengan demikian, masyarakat tidak lagi menjadi obyek pembangunan, tetapi sebaliknya
diharapkan dapat menjadi subyek atau pelaku pembangunan.

Untuk memperoleh gambaran mengenai perkembangan realisasi pendapatan dan belanja


Kabupaten Bantaeng selama 5 (Lima) Tahun terakhir, dapat dilihat pada tabel berikut :

KAB.BANTAENG 25
Tabel 2.15
Rincian Penerimaan dan Pengeluaran APBD Kabupaten Bantaeng
Tahun 2007-2011
(Juta Rupiah)
Tahun Rata2 per-
No Realisasi Anggaran
2007 2008 2009 2010 2011 tumbuhan
A Pendapatan (a.1 + a.2 + a.3) 301 949 330 337 367 619 371 535 468 513
a.1 Pendapatan Asli Daerah (PAD) 12 030 14 680 11 816 16 406 19 468
a.1.1 Pajak daerah 1 167 1 387 2 034 2 291 2 826
a.1.2 Retribusi daerah 2 632 3 162 2 730 3 817 8 414
a.1.3 Hasil pengolahan kekayaan daerah yang dipisahkan 1 773 2 559 3 232 3 232 3 865
a.1.4 Lain-lain pendapatan daerah yang sah 6 456 7 570 3 819 7 064 4 362
a.2 Dana Perimbangan (Transfer) 275 525 298 745 298 693 299 933 329 581
a.2.1 Dana bagi hasil pajak 4 990 27 829 5 624 5 625 25 849
a.2.2 Dana bagi hasil bukan pajak 23 923 - 20 153 27 982 1 700
a.2.3 Dana alokasi umum 206 737 224 668 227 500 235 865 263 138
a.2.4 Dana alokasi khusus 39 875 46 248 45 415 30 458 38 894
a.3 Lain-lain Pendapatan yang Sah 14 393 16 911 57 110 55 196 119 463
a.3.1 Hibah 6 080 4 301 899 - -
a.3.2 Dana darurat - - - - -
a.3.3 Dana bagi hasil pajak dari provinsi kepada kab./kota 6 135 6 250 5 999 6 850 10 263
a.3.4 Dana penyesuaian dan dana otonomi khusus 1 061 1 005 45 115 41 997 99 746
a.3.5 Bantuan keuangan dari provinsi/pemerintah daerah lainnya 1 116 5 354 5 096 6 349 9 453
B Belanja (b1 + b.2) 311 254 343 428 190 972 382 244 468 847
b.1 Belanja Operasi 184 080 232 780 156 726 293 449 333 684
b.1.1 Belanja Pegawai 112 873 140 788 109 188 168 650 226 332
b.1.2 Belanja Barang dan Jasa 56 804 60 331 36 423 84 700 84 606
b.1.3 Belanja Bunga 225 201 84 589 220 138
b.1.4 Belanja Subsidi - - - - -
b.1.5 Belanja Hibah - 10 204 4 223 23 132 7 094
b.1.6 Belanja Bantuan Sosial 11 139 9 577 3 327 6 120 4 222
b.1.7 Belanja Bantuan Keuangan 3 037 11 676 3 510 10 627 11 290
b.2 Belanja Modal 126 926 109 756 34 246 87 789 134 225
b.2.1 Belanja Tanah 769 733 4 663 5 434 4 379
b.2.2 Belanja Peralatan dan Mesin 21 781 21 259 14 214 24 110,5 36 925
b.2.3 Belanja Gedung dan Bangunan 27 959 23 146 4 849 21 563 25 388
b.2.4 Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 68 948 57 038 9 515 31 365 63 049
b.2.5 Belanja Aset Tetap Lainnya 39 32 - 4 319 4 482
b.2.6 Belanja Aset Lainnya 7 428 7 545 1 002 - -
b.3 Belanja Bagi Hasil 230 - - 306 566
b.3.1 Bagi Hasil Pajak 46 - - 155 316
b.3.2 Bagi Hasil Retribusi 184 - - 151 249
b.3.3 Bagi Hasil Pendapatan Lainnya - - - - -
b.4 Belanja Tidak Terduga 18 891 - 700 371
Surplus/Defisit Anggaran -9 305 -13 091 176 647 -10 709 -334
Sumber : Bantaeng Dalam Angka, 2012

KAB.BANTAENG 26
2.3.2. Belanja Sanitasi Daerah

Berikut gambaran pendanaan sanitasi tingkat SKPD per-Sub Sektor dan perbandingannya
terhadap jumlah total belanja APBD serta hasil perhitungan belanja sanitasi per kapita penduduk
Kabupaten Bantaeng :

Tabel 2.16
Rekapitulasi Realisasi Pendanaan Sanitasi per-Sub Sektor
Kabupaten Bantaeng Tahun 2009-2013

Belanja (Rp) Rata-


No Subsektor
2008 2009 2010 2011 2012 rata
1 Air Limbah (1a+1b) 8.517.797 631.321 637.757 920.448 898.532 2.321.171
1.a Dinas PU dan Kimpraswil 8.517.797 631.321 637.757 920.448 898.532 2.321.171
1.b Bappedalda - - - - - -
1.c Dinas Kesehatan - - - - - -
1.d Bappeda - - - - - -
2 Sampah (2a+2b) 1.451.812 1.323.084 1.584.224 1.693.521 2.511.241 1.712.776
2.a Dinas PU dan Kimpraswil - - - - - -
2.b Bappedalda 1.451.812 1.323.084 1.584.224 1.693.521 2.511.241 1.712.776
2.c Dinas Kesehatan - - - - - -
2.d Bappeda - - - - - -
3 Drainase (3a+3b) 1.983.771 841.112 39.624 1.525.957 3.716.939 1.621.481
3.a Dinas PU dan Kimpraswil 1.983.771 841.112 39.624 1.525.957 3.716.939 1.621.481
3.b Bappedalda - - - - - -
3.c Bappeda - - - - - -
4 Aspek PHBS 484.512 331.623 343.620 400.840 478.427 407.804
4.a Dinas Kesehatan 484.512 331.623 343.620 400.840 478.427 407.804
4.b RSUD Anwar Makktutu - - - - - -
Total Belanja Sanitasi
5 12.437.892 3.127.140 2.605.225 4.540.766 7.605.139 6.063.232
(1+2+3+4)
6 Total Belanja APBD 343.428.000 190.972.000 382.244.000 468.847.000 468.460.000 370.790.200
Proporsi Belanja Sanitasi 370.790.200
7 4% 2% 1% 1% 2% 2%
Total Belanja APBD 5/6)
8 Proporsi Belanja Air
Limbah- Belanja Sanitasi 68% 20% 24% 20% 12% 29%
(1/5)
9 Proporsi Belanja
Sampah - Belanja 12% 42% 61% 37% 33% 37%
Sanitasi (2/5)
10 Proporsi Belanja 16%
Drainase - Belanja 16% 27% 2% 34% 49% 25%
Sanitasi (3/5)
11 Proporsi Belanja PHBS - 4%
4% 11% 13% 9% 6% 9%
Belanja Sanitasi (4/5)
12 Jumlah Penduduk 172.849 174.176 176.699 178.477 179.905
13 Belanja Sanitasi per
71.958 17.954 14.744 25.442 42.273 34.474
Kapita (5/12)
Sumber : LKPJ Tahun 2008-2012

KAB.BANTAENG 27
2.3.3. Peta Perekonomian Daerah

Kondisi perekonomian suatu daerah/wilayah sangat tergantung pada potensi dan sumberdaya
alam yang tersedia serta bagaimana tingkat kemampuan daerah/wilayah tersebut untuk
memanfaatkan dan mengembangkannya. Dalam mengembangkan potensi dan sumberdaya alam
yang ada, berbagai langkah, upaya dan kebijakan yang telah dilakukan oleh pemerintah serta pihak
yang berkepentingan (stake holders) dalam pengelolaannya. Hal ini dinilai telah memberikan hasil,
dimana dapat dilihat dari laju pertumbuhan ekonomi di kabupaten Bantaeng dari tahun ke tahun
terus mengalami peningkatan, pada tahun 2010 pertumbuhan ekonomi sebesar 7,90% dan pada
tahun 2011 meningkat menjadi 8,43%.

Kabupaten Bantaeng jika dilihat dari struktur perekonomiannya yang telah mengalami
peningkatan, dipengaruhi oleh adanya sektor-sektor andalan yang memberikan konstribusi yang
cukup besar dari tahun ke tahun. Adapun sektor-sektor yang dimaksud dengan melihat PDRB
atas dasar harga berlaku (tahun 2011) antara lain; pertama sektor pertanian sebesar 1.070.533,36
(49,1%), kedua sektor jasa-jasa sebesar 430.724,47 (19,8%) dan ketiga sektor perdagangan, hotel
dan restoran sebesar 270.772,13 (12,4%). Keberhasilan yang telah dicapai di bidang pertanian,
peternakan, perkebunan, perikanan dan kehutanan menyebabkan sektor pertanian memberikan
kontribusi terbesar pada PDRB Kabupaten Bantaeng.

Demikian halnya apabila dilihat dari konstribusi PDRB Bantaeng terhadap PDRB Sulawesi Selatan
yang semakin meningkat, yaitu dari 1,61% di tahun 2010 menjadi 1,63% pada tahun 2011.

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bantaeng pada kurun waktu 2007-2008 mengalami


pertumbuhan yang masih di bawah 7%. Pada kurun waktu tahun 2009-2011 pertumbuhan
ekonomi mengalami kenaikan yang cukup tinggi, diatas 7%, bahkan pada Tahun 2011 sebesar
8.43 persen, lebih tinggi bila dibandingkan rata-rata pertumbuhan ekonomi secara nasional.

Tabel 2.17
Peta Perekonomian Umum Kabupaten Bantaeng
Tahun 2007 - 2011

Tahun
No Deskripsi
2007 2008 2009 2010 2011
PDRB Kab.Bantaeng
1 602.739.010 643.308.240 692.237.350 746.908.740 809.863.380
(konstan)
Pendapatan Perkapita
2 6.007.558 7.140.044 8.728.415 10.366.630 12.209.399
Kabupaten
Pertumbuhan
3 5,37% 6,73% 7,61% 7,90% 8,43%
Ekonomi (%)
Sumber : Bantaeng Dalam Angka, 2012

KAB.BANTAENG 28
2.4. Tata Ruang Wilayah

Tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Bantaeng berdasarkan visi dan misi pengembangan Kabupaten
Bantaeng dalam pelaksanaan pembangunan untuk mencapai kondisi ideal tata ruang wilayah Kabupaten
Bantaeng yang ingin dicapai pada masa yang akan datang (20 tahun) adalah Mewujudkan Kabupaten
Bantaeng yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan melalui pengembangan agrobisnis, minapolitan yang
berbasis mitigasi bencana

2.4.1. Rencana Pusat Layanan Kabupaten Bantaeng

2.4.2.1. Rencana Pengembangan Sistem Perkotaan

a) Pusat Kegiatan Lokal (PKL)

Ibukota-ibukota kabupaten yang tidak termasuk sebagai PKW atau dalam PKN
Mamminasata menjadi PKL yang berfungsi sebagai pusat pengolahan dan atau
pengumpulan barang yang melayani kabupaten dan beberapa kecamatan
kabupaten tetangga, sebagai simpul transportasi yang melayani kabupaten dan
beberapa kecamatan kabupaten tetangga, sebagai jasa pemerintahan kabupaten;
serta sebagai pusat pelayanan publik lainnya untuk kabupaten dan beberapa
kecamatan kabupaten tetangga.

PKL di wilayah Sulsel adalah Malili, Masamba, Ratepao, Makale, Enrekang,


Pangkajene, Sengkang, Soppeng, Sinjai, Sungguminasa, dan Bantaeng. Rencana
pengembangan sistem perkotaan di Kabupaten Bantaeng yang menjadi PKL adalah
kawasan pusat kota Bantaeng yang terletak di Kecamatan Bantaeng.

b) Pusat Pelayananan Kawasan (PPK)

Pusat-pusat lain di dalam wilayah kabupaten yang wewenang penentuannya ada


pada pemerintah daerah kabupaten, yaitu: Pusat Pelayanan Kawasan (PPK)
merupakan kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala
kecamatan atau beberapa desa di Kabupaten Bantaeng.

Rencana pengembangan sistem perkotaan yang ditetapkan sebagai PPK di


Kabupaten Bantaeng adalah Desa Bonto Manai Kecamatan Bissappu dan Kelurahan
Banyorang Kecamatan Tompobulu.

c) Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL)

Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) merupakan pusat permukiman yang berfungsi


untuk melayani kegiatan skala antar desa. Rencana pengembangan sistem
perkotaan yang ditetapkan sebagai PPL di Kabupaten Bantaeng adalah :

Dusun Sinoa Desa Bonto XXXXX (Kecamatan Sinoa);


Dusun Loka Desa Bonto Marannu (Kecamatan Ulu Ere);
Dusun Dampang Kel.Gantarang Keke (Kecamatan Gantarang Keke);
Dusun Tanetea Desa Nipa-Nipa (Kecamatan Pajukukang);
Desa Ulugalung (Kecamatan Eremerasa);

KAB.BANTAENG 29
Peta 2.10
PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN BANTAENG

Sumber : RTRW K abupate n Bantaeng 2011

KAB.BANTAENG 30
2.4.2.2. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Utama

Rencana Tata Ruang pada sistem ini meliputi; Rencana Pengembangan Sistem Jaringan
Prasarana Transportasi, Energi, Sumber Daya Air, Telekomunikasi, Prasarana Lainnya
(meliputi pengelolaan TPA, Sanitasi, Ruang Terbuka Hijau), Drainase dan Air Limbah,
serta Rencana Jalur Evakuasi.

1. Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Sumber Daya Air

a. Sumber-Sumber Air Baku Untuk Kegiatan Pemukiman Perkotaan Dan Jaringan Air
Baku Wilayah

Terpenuhinya penyediaan air bersih dari segi kuantitas dan kualitas adalah
sangat penting untuk memungkinkan tingkat kesehatan masyarakat yang lebih
baik. Tersedianya air dalam jumlah yang cukup untuk fasilitas sanitasi dan
untuk keperluan sehari-hari lainnya yang layak, memungkinkan
dilaksanakannya cara-cara hidup yang hygienis sehingga akan meningkatkan
taraf kesehatan masyarakat pada umumnya.

Sumber air untuk kebutuhan air bersih bersumber dari mata air pegunungan
dan air permukaan. Kebutuhan akan air bersih masyarakat baik domestik
maupun non domestik yang dilayani oleh PDAM berasal dari sumber mata
air yang ada, seperti:

Mata air Eremerasa I


Mata air Eremerasa II
IPA Bonto-Bonto
Mata air Puccili di Desa Onto
Mata air Alluloe di Desa Pabentengan
Mata air Bungloe di Desa Bonto Tallasa

Rencana pengembangan/pembangunan/penambahan kapasitas air bersih oleh


PDAM di kabupaten Bantaeng antara lain :

Mata air Sinoa kapasitas 40 l/dt


Mata air Eremerasa kapasitas 50 l/dt
Mata air Campaga kapasitas 40 l/dt

b. Sistem Jaringan Irigasi, Sungai, DAS/Wilayah Sungai

Sungai/DAS/Satuan Wilayah Sungai (SWS) di Kabupaten Bantaeng sangat


potensial karena dapat dikembangkan/dimanfaatkan untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari, rumah tangga, proses industri, pertanian, dan
sebagainya. Pola pengelolaan SDA adalah kerangka dasar dalam
merencanakan, melaksanakan, memantau dan mengevaluasi kegiatan
konservasi SDA, pendayagunaan SDA dan pengendalian daya rusak air.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 11A/PRT/M2006


tentang Kriteria dan Penetapan Wilayah Sungai. Pengelolaan sumber daya air
dilaksanakan oleh pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan
wewenang dan tanggung jawabnya berdasarkan penetapan wilayah sungai.

KAB.BANTAENG 31
Adapun wilayah sungai di wilayah Kabupaten Bantaeng terdapat beberapa
aliran sungai besar dan kecil yang berfungsi sebagai pengendali banjir dan
berfungsi sebagai drainase.

Pentingnya pengembangan sistem sumber daya air di Kabupaten Bantaeng


tidak boleh terlepas dari prinsip utama pengelolaan sumberdaya air adalah
pengelolaan wilayah sungai yang meliputi:

Pemeliharaan daerah hulu sungai melalui langkah-langkah pelestarian


kawasan, pengamanan kawasan penyangga, pelestarian dan pengamanan
sumber air, pencegahan erosi, serta pencegahan pencemaran air.
Pengamanan daerah tengah sungai melalui langkah-langkah pelestarian air,
pengembangan irigasi, penyediaan air baku, pelestarian air pada badan
sungai, dan pencegahan banjir.
Pemeliharaan daerah hilir sungai melalui langkah-langkah pengembangan
irigasi, penyediaan air baku, pengendalian banjir, pelaksanaan sistem
drainase, pengendalian air bawah tanah, pencegahan pencemaran air, dan
pengamanan daerah pantai.

2. Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Lainnya

a. Prasarana Pengelolaan Lingkungan (TPA Regional)

Pelayanan sampah di Kabupaten Bantaeng baru mencakup sebagian kecil kota


dengan fasilitas tempat pembuangan akhir (TPA) yang berlokasi di Kecamatan
Bissappu dengan luas daerah pembuangan sampah seluas 4 ha dengan sistem
pengolahan open-dumping.

Rencana pengembangan jaringan prasarana lainnya berupa prasarana


pengelolaan lingkungan (TPA regional) di Kabupaten Bantaeng sesuai dengan
ketentuan dan peraturan di atas maka rencana penempatan tempat
pembuangan akhir (TPA regional Kabupaten Bantaeng) dengan
mengembangkan tempat pembuangan akhir (TPA) di Kecamatan bissappu
dengan memperhatikan dampak lingkungan.

Rencana pengembangan sistem jaringan prasarana persampahan di Kabupaten


Bantaeng meliputi rencana TPS, TPA serta rencana pengolahan;

(1). Rencana TPS di Kabupaten Bantaeng meliputi TPS yang tersebar merata
pada seluruh Kecamatan di Kabupaten Bantaeng
(2). Rencana pengembangan tempat pengolahan sampah akhir (TPA)
Kabupaten Bantaeng dilengkapi dengan industry daur ulang berlokasi di
Kecamatan Bissappu dengan luas lahan 4 Ha;
(3). Rencana pengolahan sampah Kabupaten Bantaeng adalah rencana
pengolahan organis menjadi kompos skala kecil yang tersebar di
lingkungan permukiman.
(4). Rencana Pengembangan Alat Pengangkutan Sampah/Dump Truck di
Kabupaten Bantaeng disesuaikan dengan besarnya timbulan sampah;

KAB.BANTAENG 32
b. Prasarana Sistem Sanitasi

Rencana Sistem Jaringan Sanitasi Wilayah Kabupaten Bantaeng dengan terbagi


atas 3 jenis limbah yang pada umumnya terdapat dalam suatu wilayah, yaitu
limbah cair rumah tangga, limbah cair rumah sakit, dan kawasan industry. Hal
ini perlu diperhatikan dalam pengelolaan dan pengawasan dalam pembuangan
limbah demi kesehatan dan keselamatan dari berbagai sumber penyakit dari
limbah-limbah yang bersifat racun. Untuk itu rencana system jaringan sanitasi
untuk wilayah kabupaten Bantaeng, meliputi :
Limbah cair rumah tangga, dengan system pengelolaan on site sanitation
oleh masing-masing rumah tangga/kegiatan di tersebar di tiap Kecamatan,
dan communal sanitation pada wilayah-wilayah padat penduduk di
Kecamatan Bantaeng;
Limbah cair rumah sakit dengan menyediakan fasilitas dan peralatan
pengelolaan limbah cair sendiri dan melakukan pengelolaan secara baik,
melakukan monitoring dan pengawasan terhadap limbah cairnya ke badan
air, dan pengolahan dan pemisahan limbah toksin dan non toksin.
Limbah cair industry pada kawasan industri mengikuti standar baku
pengelolaan limbah kawasan industryi.

c. Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan

Berdasarkan Peraturan menteri dalam negeri Nomor 1 tahun 2007 tentang


Penataan ruang terbuka hijau kawasan perkotaan, terdapat kebijakan akan
ketersediaan yang wajib setiap kabupaten/kota dalam memenuhi luas ideal
untuk ruang terbuka hijau kawasan perkotaan (RTHKP).

Rencana sarana ruang terbuka hijau (RTH) untuk kawasan perkotaan adalah
Sarana Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan Bantaeng yang terdiri dari:

(1). Kawasan hijau pertamanan kota tersebar di kawasan perkotaan Bantaeng


dengan peruntukan pada kawasan terbangun kota yang merupakan
pelengkap pada kawasan pemerintahan, perdagangan dan jasa, industri,
pendidikan dan perumahan.
(2). Kawasan hijau rekreasi dan olahraga (lapangan olahraga) di perkotaan
Bantaeng
(3). Kawasan hijau pertanian di bagian utara Kawasan Perkotaan Kecamatan
Sinoa, Eremerasa dan Gantarang Keke;
(4). Kawasan hijau jalur hijau di sepanjang jalur tebing/patahan (berfungsi
sebagai sabuk hijau), sepanjang sungai, dan pantai yang sekaligus berfungsi
sebagai sempadan dengan luas 100 200 meter; dan
(5). Kawasan hijau pekarangan pada kawasan perumahan berkepadatan
sedang dan perumahan berkepadatan rendah di kawasan perkotaan
Kecamatan Bantaeng.

3. Rencana Sistem Jaringan Drainase dan Pengelolaan Air Limbah

Sistem jaringan drainase direncanakan menggunakan sistem saluran terbuka (riol)


yang belum memisahkan antara limpasan air hujan (run off) dan limbah rumah
tangga. Rencana pengembangan ini ditujukan guna menghindari genangan dan
untuk mencegah berkembangnya pemukiman-pemukiman liar yang tak terkendali
di jalur drainase/sungai yang ada terutama didaerah-daerah baru yang saat ini
masih sedikit pemukiman.

KAB.BANTAENG 33
Rencana pengembangan diprioritaskan pada kawasan genangan dengan
memperhatikan faktor kuantitatif genangan, seperti luas genangan, tinggi genangan,
lama genangan. Demikian pula faktor kerusakan yang ditimbulkan akibat
banjir/genangan, gangguan ekonomi, seperti daerah pasar dan perdagangan,
gangguan sosial, seperti rumah sakit dan fasilitas umum, gangguan kelancaran arus
lalu lintas, seperti terganggunya lalu lintas jalan/kemacetan lalu lintas serta
gangguan pemukiman penduduk dan kepadatannya.

Rencana sistem jaringan drainase Kabupaten Bantaeng memprioritaskan pada


gangguan permukiman yang dapat menimbulkan genangan air hujan sehingga dapat
menyebabkan bencana banjir. Terdapat 3 kecamatan yang setiap tahunnya
tergenang air hujan yaitu; Kecamatan Bantaeng, Kecamatan Bissappu dan
Kecamatan Pajukukkang. Rencana sistem jaringan drainase untuk Kecamatan
Bantaeng berfokus pada padatnya permukiman yang berada di pusat kota
Bantaeng yang aliran air drainase akan bermuara pada laut flores.

Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Drainase Wilayah Kabupaten, meliputi :


Sistem drainase perkotaan, yang meliputi system drainase primer,
sekunder,dan tersier;
Sistem drainase primer dilakukan pada sungai-sungai utama yang terdapat di
Kabupaten Bantaeng yang bermuara langsung pada laut flores.
Drainase sekunder dilakukan pembangunan sistem drainase pada daerah
permukiman perkotaan dan perdesaan yang rawan bencana banjir menuju
drainase primer; dan
Drainase tersier dilakukan pembangunan sistem drainase pada lingkungan
permukiman perkotaan dan perdesaan menuju drainase sekunder.

Adapun rencana pengembangan sistem drainase pada faktor kerusakan yang


ditimbulkan akibat banjir/genangan pada daerah ekonomi, seperti daerah pasar
dan perdagangan, pada daerah sosial seperti rumah sakit dan fasilitas umum, dan
daerah gangguan kelancaran arus lalu lintas, seperti terganggunya lalu lintas
jalan/kemacetan lalu lintas.

4. Rencana Jalur evakuasi Wilayah Kabupaten Bantaeng

Rencana jalur evakuasi bencana direncanakan dengan melihat potensi rawan


bencana yang sering terjadi dan perlu memperhatikan untuk keselamatan serta
keamanan masyarakat yang menetap berada pada daerah rawan bencana alam.

Jalur evakuasi bencana direncanakan mengikuti/menggunakan jaringan jalan dengan


rute terdekat ke ruang evakuasi dan merupakan jaringan jalan paling aman dari
ancaman berbagai bencana, hal ini disebabkan untuk meniminalisir dampak
bencana dengan rute yang terdekat sehingga masyarakat maupun pemerintah
berwajib mampu dengan sigap dan cepat dalam melakukan evakuasi.

Rencana jalur evakuasi di wilayah Kabupaten Bantaeng, terdiri atas:


a) Jalur evakuasi bencana alam tanah longsor terdiri dari jalan kolektor sekunder
menuju ke arah selatan Di beberapa kecamatan yaitu Kecamatan Bissappu,
Bantaeng, Pajukukkang dan Sinoa
b) Jalur evakuasi bencana alam banjir untuk wilayah Kecamatan Bantaeng m enuju
Kecamatan Eremerasa dan Pajukukkang ke arah utara kota Bantaeng.

KAB.BANTAENG 34
2.4.2. Rencana Pola Ruang Kabupaten Bantaeng

1. Rencana Ruang Pola Kawasan Lindung

a. Kawasan Hutan Lindung

Luas kawasan hutan yang terdapat di Kabupaten Bantaeng seluas 6.222 ha, dimana
terbagi atas 3 jenis fungsi hutan yaitu hutan lindung dengan persentase luas terbesar
dengan luas hutan seluas 2.773 ha, hutan produksi terbatas dengan luas 1.262 ha dan
hutan produksi dengan luas 2.187 ha. Kawasan hutan di Kabupaten bantaeng yang
memiliki luas hutan terbesar terdapat pada Kecamatan Ulu Ere dari jumlah kawasan
hutan sebesar 3.658 ha dari jumlah luas hutan di Kabupaten Bantaeng seluas 6.222 ha.
Untuk kawasan hutan lindung yang terdapat di Kabupaten Bantaeng terdapat pada 3
kecamatan dari 8 kecamatan yang memiliki kawasan hutan. Kecamatan tersebut adalah
Kecamatan Ulu ere, Kecamatan Tompobbulu dan Kecamatan Eremerasa. Luas hutan
lindung terbanyak terdapat pada Kecamatan Ulu Ere dengan luas hutan seluas 2.057 ha ,
kemudian Kecamatan Tompobulu dengan luas hutan seluas 704 ha dan luas terkecil pada
Kecamatan EreMerasa dengan luas hanya 14 ha

b. Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahannya

Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya yang terdapat


di Kabupaten Bantaeng adalah :
Kawasan hutan lindung berada di Kecamatan Ulu Ere, Tompobulu dan Eremerasa.
Kawasan sempadan sungai berada di Sub-Daerah Aliran Sungai (Sub-DAS)
Lantebong Kecamatan Bantaeng, sepanjang Sub-DAS Biangloe yang mengaliri 3
kecamatan yaitu Pajukukang, Eremerasa dan Bantaeng dan Sub-DAS Sinoa di
Kecamatan Sinoa dan Bissapppu.
Kawasan sempadan pantai berada di Kec.Bissappu, Bantaeng dan Pajukukang.
Kawasan sempadan mata air yang terdapat pada hulu sungai-sungai yang berasal dari
kawasan perbukitan di Kecamatan Ulu Ere, Eremerasa, Tompobulu dan Sinoa.

c. Kawasan Perlindungan Setempat

1) Kawasan Sempadan Laut Permukiman Perkotaan


Kawasan sempadan laut pada permukiman perkotaan di Kabupaten Bantaeng
berorientasi pada pusat Kota Bantaeng di Kecamatan Bantaeng dengan jarak
sempadan laut 50 - 100 meter dari pasang air laut tertinggi sesuai dengan standar
lebar sempadan pantai direktorat jendral penataan ruang.

2) Kawasan Sempadan Laut Non Permukiman Perkotaan


Kawasan sempadan laut untuk fungsi non permukiman terletak di kecamatan yang
berada pada sepanjang garis pantai. Kecamatan yang berada di sepanjang pantai
terdapat 3 kecamatan yaitu Kecamatan Bissappu, Bantaeng dan Pajukukkang dengan
garis sempadan pantai 100 - 300 meter dari pasang tertinggi sesuai dengan standar
lebar sempadan pantai direktorat jendral penataan ruang. Kawasan sempadan laut
non permukiman perkotaan terdiri dari :
Kawasan wisata pantai, wisata pantai pasir putih Korong batu Kecamatan
Pajukukang, wisata pantai seruni dan pantai lamalaka di Kecamatan Bantaeng
Kawasan industri, pada Kawasan industri (KIBA) Kecamatan Pajukukang dan
kawasan pertambangan pasir sepanjang Kecamatan Bantaeng.
Kawasan perdagangan barang maupun jasa, pada Kecamatan Bissappu berupa
kawasan pergudangan industri.

KAB.BANTAENG 35
3) Kawasan Sempadan Laut Khusus Untuk Pelabuhan
Kawasan sempadan laut khusus pelabuhan di Kabupaten Bantaeng terdapat pada 2
pelabuhan yang masing-masing berada di Kecamatan Bissappu dan Kecamatan
Pajukukang dengan garis sempadan laut 150 - 300 meter dari pelabuhan sesuai
dengan standar lebar sempadan pantai direktorat jendral penataan ruang.

4) Kawasan Sempadan Laut Perdesaan


Kawasan pantai perdesaan berada di 2 kecamatan yang memiliki permukiman
nelayan yaitu Kecamatan Bissappu dan Kecamatan Pajukukang dengan memiliki
sempadan pantai 50 - 150 meter dari pasang tertinggi sesuai dengan standar lebar
sempadan pantai direktorat jendral penataan ruang.

5) Sempadan Sungai
Penentuan garis sempadan sungai tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan sesuai
rancangan peraturan pemerintah dibedakan atas sungai besar dan sungai kecil. Garis
sempadan sungai besar tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan, memanjang
sungai sekurang-kurangnya berjarak 100 (seratus) meter dari tepi palung sungai.
Garis sempadan sungai kecil tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan, memanjang
sungai sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) meter dari tepi palung sungai pada waktu
ditentukan.

6) Kawasan Sekitar Mata Air


Kawasan sekitar mata air yang terdapat di Kabupaten Bantaeng berupa kawasan
aliran sungai yang dapat dialokasikan sebagai fungsi lindung dan budidaya. Kecamatan
yang termasuk dalam pemanfaatan ruang kawasan sekitar aliran sungai adalah :
Fungsi lindung sepanjang daerah aliran sungai, sungai-sungai yang terdapat di
Kecamatan Eremerasa, Bantaeng, Pa,jukukang, Bissappu dan Gantarang Keke.
Fungsi konservasi terdapat di 3 sub-daerah aliran sungai yaitu sungai Lantebong,
biangloe dan sinoa.
Penambangan bahan galian berupa pasir kuarsa terdapat di muara sungai
Lamalakka, Kecamatan Bantaeng.

d. Kawasan Rawan Bencana Alam

Berdasarkan kemiringan lereng 0 - 2% terletak pada sepanjang pantai di Kecamatan


Bissappu, Kecamatan Bantaeng dan Kecamatan Pajukukang. Hal ini merupakan penyebab
terjadinya bencana banjir yang setiap tahun terjadi di Kabupaten Bantaeng. Kerusakan
hutan yang terjadi di Kecamatan Sinoa didominasi oleh pengaruh dari human interes
dengan implementasinya berupa human activities merupakan salah satu faktor penyebab
hampir setiap tahun terjadi banjir di Kabupaten Bantaeng. Kedua kecamatan yang sering
dilanda bencana banjir di Kabupaten Bantaeng yakni Kecamatan Bantaeng dan Bissappu.
Kawasan rawan bencana di Kabupaten Bantaeng terdiri dari:
1) Bencana Banjir: Kecamatan Bissappu, Bantaeng, dan Pajukukkang.
2) Gelombang pasang: Sepanjang pantai Kecamatan Bantaeng, Bisappu dan
Pajukukkang.
3) Kawasan rawan tanah longsor: tersebar di Kecamatan Sinoa, Ulu Ere, Eremerasa,
Bantaeng dan Tompobulu.
4) Kawasan Rawan Bencana Alam Geologi terdiri dari :
Kawasan rawan gerakan tanah tersebar di seluruh wilayah kebupaten terutama
di Kecamatan Ulu Ere, Sinoa, Eremerasa, dan Tompobulu.
Kawasan rawan bencana tsunami, menyebar diseluruh kawasan pesisir yang
meliputi Kecamatan Bisappu, Bantaeng dan Pajukukang.

KAB.BANTAENG 36
Peta 2.11
PETA RAWAN BENCANA KABUPATEN BANTAENG

Sumber : RTRW K abupate n Bantaeng 2011

KAB.BANTAENG 37
2. Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya

a. Kawasan Hutan

Luas kawasan hutan menurut fungsinya di Kabupaten Bantaeng yaitu pada tahun 1999
luas kawasan hutan produksi biasa/tetap mencapai 2.187 ha, menurun pada tahun 2000
menjadi 2.057 ha. Kemudian kembali lagi pada luas semula 2.187 ha pada tahun 2001,
2002.dan 2003. Kemudian luas kawasan hutan produksi terbatas pada tahun 1999
adalah 1.262 Ha, naik pada tahun selanjutnya menjadi 1.392 ha. Dan tiga tahun
selanjutnya kembali menjadi 1.262 ha. Luas Hutan lindung cukup konstan dari tahun
1999-2003 luasnya tetap 2.773 ha.

Tabel 2.18.
Luas Kawasan Hutan dan Persentase Hutan
terhadap Luas Kabupaten Bantaeng Tahun 2011
(luas dalam ha)

Hutan Hutan
Hutan Hutan Hutan
No Kecamatan Produksi Prod. Jumlah
Lindung Rakyat Kota
Terbatas Biasa
1 Bantaeng - - 364 800 5 1.169
2 Ulu Ere 2.057 843 758 1.200 2 4.860
3 Sinoa - - 710 750 2 1.462
4 Bissappu - - - 350 2 352
5 EreMerasa 14 419 355 800 2 1.590
6 Pa' Jukukang - - - 200 2 202
7 Gatarang Keke - - - 300 2 302
8 Tompobulu 702 - - 2.500 2 3.204
Jumlah 2.773 1.262 2.187 6.900 19 13.141
% dari Luas
Wilayah 7,01 3,19 5,53 17,43 0,05 33,20
(39.583 ha)
Sumber : RTRW K abupate n Bantaeng 2011

a. Kawasan Pertanian

1) Lahan Sawah/Basah

Sentra produksi padi yang terdapat di Kabupaten Bantaeng hampir terdapat di


seluruh wilayah kecamatan, akan tetapi terdapat 3 kecamatan yang memiliki jumlah
produksi padi terbesar di Kabupaten Bantaeng, yaitu Kecamatan Pajukukkang,
Bissappu dan Bantaeng, hal ini menjadikan ketiga kecamatan tersebut merupakan
pusat sentra produksi padi di Kabupaten Bantaeng.

Rencana pengembangan kawasan pesisir atau pertanian dataran rendah (low land)
dikembangkan melalui pola agro minapolitan yang terdapat di Kecamatan Bissappu,
Bantaeng dan Pajukukkang.

KAB.BANTAENG 38
2) Lahan Kering dan Hortikultura

Tanaman holtikultura/buah-buahan merupakan produk andalan Kabupaten Bantaeng.


Luas pertanaman buah-buahan di Kabupaten Bantaeng adalah 4.000 ha, dengan
produksi 37.000 ton pertahun. Sentra produksi terdapat di Kecamatan Uluere,
Sinoa dan Eremerasa.

Tanaman buah/buahan yang dapat dikembangkan di Kabupaten Bantaeng adalah


jeruk, langsat, manggis, nangka, durian, alvokat, sukun. Beberapa tanaman buah-
buahan spesifik (anggur, apel dan strawberry) dapat dikembangkan sesuai dengan
kondisi biofisik pada beberapa kecamatan di Kabupaten Bantaeng.

Rencana pengembangan kawasan pertanian tanaman lahan kering dikembangkan di


wilayah kabupaten yang memiliki kesesuaian lahan untuk kegiatan pertanian pangan
lahan kering terutama di Kecamatan Bissappu, Sinoa, Bantaeng, Eremerasa.
Tompobulu, Pajukukkang dan Gantarang Keke.

Rencana pengembangan kawasan pertanian tanaman holtikultura dikembangkan di


wilayah kabupaten memiliki kesesuaian lahan untuk kegiatan pertanian holtikultura
terutama di Kecamatan Ulu Ere, Eremerasa, Sinoa dan Tompobulu.

3) Perkebunan

Rencana pengembangan tanaman perkebunan kakao berada di kecamatan Bissappu,


Bantang, Tompobulu, Uluere, Pajukukkang dan Eremerasa. Untuk rencana
pengembangan tanaman perkebunan Kopi berada di Kecamatan Tompobulu, Uluere
dan Eremerasa. Untuk rencanan pengembangan tanaman perkebunan cengkeh
berada di Kecamatan Bissappu, Uluere, Pajukukkang dan Eremerasa.

4) Perikanan

Budidaya perikanan di Kabupaten Bantaeng yang terdiri dari budidaya laut, tambak
dan kolam. untuk luas daerah peruntukan perikanan budidaya laut sebanyak 2.458
ha, luas wilayah daerah peruntukan budidaya tambak seluas 80 ha dan luas daerah
peruntukan budidaya perikanan berupa kolam seluas 132 ha dengan jumlah produksi
dari budidaya laut sebanyak 7.677,55 ton, tambak 132,9 ton dan kolam 3,3 ton.

Wilayah yang agak jauh dari daerah pantai dikembangkan budidaya perikanan dan
pengolahan ikan yang terdiri atas :
Budidaya Tambak terdapat di Kecamatan Bissappu, Bantaeng, dan Pajukukang.
Budidaya Kolam terdapat di Kecamatan Bissappu, Bantaeng, Tompobulu, Ulu
Ere dan Eremerasa.
Pengolahan ikan merupakan kegiatan industri pengolahan ikan yang
dikembangkan disepanjang kawasan pesisir terutama di Kampung Bakara
Kecamatan Pajukukkang.

Selain perikanan laut dan darat ada pula yang dapat dikembangkan yaitu Rumput
Laut. Rumput laut yang dikembangkan di Sulawesi Selatan terdiri dari 2 jenis
komoditas yaitu Gracillaria sp yang dikembangkan di lokasi tambak-tambak
marginal, dan E.Cottoni yang dikembangkan di perairan pesisir. Lokasi rumput laut
di kabupaten Bantaeng berada di sepanjang wilayah pesisir dengan luasan sekitar 13
ha. Produksi rumput laut dapat dikembangkan disepanjang pantai pada Kecamatan
Pajukukang sebesar 1.144 ton pertahun.

KAB.BANTAENG 39
5) Pertambangan

Sumber daya mineral/bahan galian di Kabupaten Bantaeng didominasi oleh bahan


galian bangunan yang terdiri dari 8 bahan galian yaitu Pasir Besi, Batu Apung
(Pumice), Andesit, Tufa, Lempung, Skoria, Batu Pasir, dan Sirtu. Lokasi
penambangan tersebut tersebar dibeberapa wilayah sesuai dengan kondisi geologi
Kabupaten Bantaeng.

6) Kawasan Industri

Kawasan industri pengolahan yang bersifat umum diarahkan pembangunannya


terpadu dan berada di pusat kegiatan mempunyai aksesibilitas pelabuhan laut tinggi,
seperti Kecamatan Pajukukang, yang diarahkan perencanaannya mengembangkan
kawasan terpadu agromarine, pelabuhan, industri, pergudangan dan perdagangan
dengan memanfaatkan lalu-lintas kapal-kapal di Selat Makassar. Kawasan industri ini
terutama diarahkan untuk mengolah barang-barang setengah jadi terutama hasil
agroindustri dan agromarine rakyat yang disebar ke sentra-sentra produksi
komoditas pertanian di perdesaan.

7) Kawasan Pariwisata

Kawasan peruntukan pariwisata jenis obyek wisata yang diusahakan dan


dikembangkan di kawasan peruntukan pariwisata dapat berupa wisata alam ataupun
wisata sejarah dan konservasi budaya.

Beberapa Jenis Objek Wisata di Kabupaten Bantaeng, yaitu :


Wisata Alam;
o Air Terjun Bissappu di Desa Bonto Salluang Kec.Bissappu
o Air Terjun Cinayya di Desa Bonto Lojong Kec.Uluere
o Air Terjun Bialo di Desa Pattaneteang Kec.Tompobulu
o Kolam Renang Zul Kayu Loe di Desa Bonto Tallasa Kec.Uluere
o Permandian Alam Eremerasa, di Desa Kampala Kec.Eremerasa
o Permandian Alam Hulu Sungai Calendu, di Desa Kayu Loe Kec.Bantaeng
o Hutan Lindung Arakeke di Desa Mamampang Kec.Eremerasa
o Hutan Lindung Campaga, di Desa Campaga Kec.Tompobulu
o Hutan Wisata Gunung Loka & Resort Outbound, di Desa Bonto Marannu
Kec.Uluere.
Wisata Budaya;
o Balla Lompoa Bantaeng, di Kel.Letta Kec.Bantaeng
o Balla Lompoa Lantebung, di Kel.Letta Kec.Bantaeng
o Balla Tujua, di Kel.Onto Kec.Bantaeng
o Kuburan Belanda, di Kel.Pallantikang Kec.Bantaeng
o Kuburan Cina, di Kel.Bonto Sunggu Kec.Bissappu
o Kawasa Balla Lompoa Lembang Gantarangkeke, di Kel.Lembang
Gantarangkeke
o Pesta Adat Pajukukang di Kec.Pajukukang
o Balla Bassia Tompong, di Kel.Letta Kec.Bantaeng
o Masjid Tertua Tompong, di Kel.Letta Kec.Bantaeng
o Gua Batu Ejaya, di Kel.Bonto Jaya Kec.Bissappu
o Makam Tua Parring-Parring, di Desa Bonto Lojong Kec.Uluere
o Makan Tua Raja-Raja La Tenri Ruwa, di Kel.Pallantikang Kec.Bantaeng
o Makam Datuk Pakkalimbungan, di Kel.Bonto Sunggu Kec.Bissappu

KAB.BANTAENG 40
Wisata Bahari;
o Pantai Marina, di Desa Baruga Kec.Pajukukang
o Pantai Seruni, di Kel. Tappanjeng Kec.Bantaeng
o Pantai Lamalaka, di Kel.Lembang Kec.Bantaeng
Wisata Agro;
o Perkebunan Kopi di Desa Labbo, Pattaneteang dan Ereng-Ereng
Kec.Tompobulu.
o Perkebunan Hortikultura (Apel dan Strowbery) di Desa Bonto Marannu,
Bonto Lojong Kec.Uluere
o Perkebunan Bunga di Desa Bonto Marannu dan sekitarnya di Kec.Uluere.
o Perkebunan Jeruk di Kec. Bissappu dan Kec. Pajukukang

8) Kawasan Permukiman

Permukiman perkotaan berorientasi pada pusat kota bantaeng dan daerah


pengembangan permukiman di sekitar pusat kota terutama di Kecamatan Bantaeng,
Bissappu dan Pajukukang. Sedangkan Rencana pengembangan permukiman
perdesaan dengan melihat kondisi kegiatan agraris dengan bangunan yang mengarah
ke unsur budaya lokal Kabupaten Bantaeng berada pada kecamatan yang terletak
bagian utara Kabupaten Bantaeng yaitu Kecamatan Ulu Ere, Eremerasa dan
Tompobulu.

9) Kawasan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil

Rencana pengembangan wilayah pesisir diprioritaskan pada kecamatan yang


berbatasan langsung dengan garis pantai. Kecamatan yang termasuk dalam rencana
pengembangan wilayah pesisir adalah Kecamatan Bissappu, Bantaeng dan
Pajukukang.

KAB.BANTAENG 41
Peta 2.12
PETA POLA RUANG KABUPATEN BANTAENG

Sumber : RTRW K abupate n Bantaeng 2011

KAB.BANTAENG 42
2.4.3. Arahan Pemanfaatan Ruang Kawasan Perbatasan

Arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten merupakan perwujudan rencana tata ruang yang
dijabarkan ke dalam indikasi program utama penataan/pengembangan wilayah kabupaten dalam
jangka waktu perencanaan 5 (lima) tahunan sampai akhir tahun perencanaan (20 tahun).

Arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten berfungsi:


Sebagai acuan bagi pemerintah dan masyarakat dalam pemrograman
penataan/pengembangan wilayah kabupaten;
Sebagai arahan untuk sektor dalam penyusunan program (besaran, lokasi, sumber pendanaan
(instansi pelaksana, dan waktu pelaksanaan);
Sebagai dasar estimasi kebutuhan pembiayaan setiap jangka waktu 5 (lima) tahun; dan
Sebagai acuan bagi masyarakat dalam melakukan investasi.

Arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten disusun berdasarkan:


Rencana struktur ruang dan pola ruang,
Ketersediaan sumber daya dan sumber dana pembangunan,
Kesepakatan para pemangku kepentingan dan kebijakan yang ditetapkan, dan
Prioritas pengembangan wilayah kabupaten dan pentahapan rencana pelaksanaan program
sesuai dengan RPJPD.

Kabupaten Bantaeng terdapat 4 (Empat) Wilayah yang berbatasan langsung dengan kabupaten
tetangga, sehingga perencanaan pada wilayah tersebut dituangkan dalam Arahan Pemanfaatan
Ruang Kawasan Perbatasan, yaitu :

1) Kawasan berbatasan Kabupaten Bantaeng dan Kabupaten Bulukumba


Pembangunan Bendungan Irigasi Sungai Bialo di Desa Pattaneteang, Kec. Tompobulu.
Pembangunan Pembangkit Listrik Mikro Hydro di Desa Pattaneteang, Kec. Tompobulu.
Pembangunan Kawasan Wisata Pantai Marina di Desa Baruga, Kec. Pajukukkang.
Pembangunan Kawasan Peternakan di Desa Baruga, Kec. Pajukukkang.
Kawasan Pengembangan agrowisata di Kawasan Kalba, Kec. Pajukukkang.
Kawasan industri minapolitan di Kecamatan Pajukukkang.

2) Kawasan Berbatasan Kabupaten Bantaeng dan Kabupaten Jeneponto


Pembangunan Kawasan Pelabuhan di Desa Bontojai, Kec. Bissappu.
Pembangunan Kawasan Agrowisata di Desa Bontolojong, Kec. Ulu Ere.
Pengembangan Kawasan Wisata Purbakala Batuejayya di Desa Bontojaya, Kecamatan
Bissappu.
Pengembangan Pasar Desa Bontojaya, Kecamatan Bissappu.

3) Kawasan Berbatasan Kabupaten Bantaeng dan Kabupaten Gowa


Pembangunan Kawasan Agrowisata di Desa Bontolojong, Kec. Ulu Ere.
Pelestarian Kawasan Hutan Lindung dan Hutan Produksi Kecamatan Ulu Ere.

4) Kawasan Berbatasan Kabupaten Bantaeng dan Kabupaten Sinjai.


Pelestarian Kawasan Hutan Lindung dan Hutan Produksi Kecamatan Ulu Ere.

KAB.BANTAENG 43
2.5. Sosial dan Budaya
2.5.1. Pendidikan

Potensi sumberdaya manusia (SDM) suatu daerah antara lain dapat dilihat dari jenjang pendidikan
tertinggi yang ditamatkan. Meningkatnya tingkat pendidikan yang ditamatkan penduduk berarti
semakin meningkat pula kualitas sumberdaya manusia yang selanjutnya dapat dijadikan ukuran
keberhasilan baik ditinjau dari sosial maupun ekonomi.

Berdasarkan perolehan data (Kabupaten Bantaeng Dalam Angka 2011) dengan melihat tingkat
pendidikan dengan usia 10 tahun ke atas dari total jumlah penduduk 178.477 jiwa/orang,
didominasi oleh penduduk yang tidak bersekolah lagi yaitu sebanyak 45.849 orang (33,59%),
penduduk yang tidak/belum pernah sekolah sebanyak 18.489 orang (13,54%), tingkat pendidikan
SD/MI yaitu sebanyak 34.124 orang (25,00%), tingkat pendidikan SLTP sebanyak 15.708 orang
(11,51%), SLTA sebanyak 14.399 orang (10,55%) dan tingkat perguruan tinggi sebanyak 7.945
orang (5,82%).

Keberhasilan pembangunan dibidang pendidikan antar lain dapat dilihat dengan meningkatnya
Angka Partisipasai Sekolah (APS). APS ini adalah prosentase penduduk yang masih sekolah
terhadap seluruh penduduk usia tersebut. Adapun APS di Kabupaten Bantaeng pada Tahun 2011
masih dodominasi pada jenjang pendidikan SD/MI yaitu 90,91%, kemudian SMP/MTs 57,91% dan
SMA/SMK/MA 45,87%.

Berdasarkan data tersebut diatas, salah satu faktor penunjang pendidikan di Kabupaten Bantaeng
adalah tersedianya dan terpenuhinya fasilitas pendidikan yang cukup serta memadai. Untuk lebih
jelasnya dapat digambarkan pada tabel berikut :

Tabel 2.19
Jumlah Fasilitas Pendidikan di Kabupaten Bantaeng Tahun 2011

Jumlah Sarana Pendidikan

Khusus Umum Agama


Kecamatan SLB/
Paket/
TK SD SMP SMA SMK RA MI MTs MA
Sekolah
terbuka
Bissappu - 5 21 5 2 1 - - 2 2
Uluere - 1 9 - - 1 - - - -
Sinoa - 2 12 1 - - - - 1 -
Bantaeng 1 12 22 3 1 1 2 1 5 4
Eremerasa - 3 16 3 - - - - 1 -
Tompobulu - 9 22 4 - 3 3 5 7 5
Pajukukang - 6 18 3 1 2 1 2 3 2
Gantarangkeke - 8 13 2 - - 1 2 4 1
Jumlah 1 46 133 21 4 8 8 9 23 14
Sumber : Bantaeng Dalam Angka, 2011

KAB.BANTAENG 44
2.5.2. Pelayanan Kesehatan

Dalam rangka pemerataan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat disamping telah tersedianya
Rumah Sakit Umum (RSU) yang terdapat di Ibukota kabupaten, juga terdapat 12
Puskesmas/Pustu/PusKel yang tersebar di 8 (delapan) wilayah kecamatan (data tahun 2011).
Disisi lain untuk menjangkau semua penduduk dalam wilayah kerja masing-masing yang agak sulit
dilakukan Puskesmas, apalagi mengingat beberapa daerah memiliki kondisi geografis yang cukup
sulit, maka tetap disiapkan fasilitas kesehatan lainnya yang setingkat dibawahnya yaitu Puskesmas
Pembantu (Pustu) dan Puskesmas keliling (PusKel). Jumlah Dokter Spesialis 8 Orang, Dokter
Umum sebanyak 26 orang, Dokter Gigi 13 Orang, Apoteker 4 Orang, Bidan 55 orang, Perawat
51 Orang dan Apotik 8 buah.

Tabel 2.20
Jumlah Fasilitas Pelayanan Kesehatan di Kabupaten Bantaeng Tahun 2011

Puskesmas/ Klinik/ Praktek


Rumah Rumah
Kecamatan Sakit Bersalin
Pustu/ Posyandu Balai Dokter/ Apotek
Pusling Kesehatan Bidan

Bissappu - - 2 32 1 21 3

Uluere - - 1 20 - 7 -

Sinoa - - 1 18 - 2 -

Bantaeng 1 - 2 47 2 32 5

Eremerasa - - 1 28 - 6 -

Tompobulu - - 1 20 - 7 -

Pajukukang - - 3 48 - 12 -

Gantarangkeke - - 1 17 - 5 -

Jumlah 1 - 12 230 3 92 8
Sumber : Bantaeng Dalam Angka, 2011

Mengenai status gizi dimana pada tahun 2010 menunjukkan bahwa balita yang berstatus gizi
buruk di kabupaten Bantaeng sekitar 0,52% kemudian pada tahun 2011 kondisi balita gizi buruk
sudah tidak ada (0,00%). Begitu juga balita yang berstatus gizi kurang yang mengalami penurunan
dari 6,25% menjadi 4,84% (penurunan sebesar 1,41%). Sementara itu balita yang berstatus gizi
normal mengalami kenaikan dari 93,49% menjadi 95,12% (peningkatan sebesar 1,63%).

KAB.BANTAENG 45
2.5.3. Kesejahteraan Sosial

Dilihat dari tingkat kesejahteraan masyarakat di kabupaten Bantaeng, keluarga yang masih perlu
menjadi perhatian yaitu keluarga pra sejahtera dimana pada tahun 2011 dengan jumlah yang
cukup signifikan yaitu mencapai hingga 15.329 KK dari 47.861 KK atau sekitar 32%. Untuk lebih
jelasnya mengenai hal ini dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.21
Perkembangan Tingkat Kesejahteraan Masyarakat
Kabupaten Bantaeng Tahun 2011

Keluarga Keluarga Sejahtera


Pra Sejahtera I II III III+

15.239 14.883 11.445 6.106 1.720


Sumber : Bantaeng Dalam Angka, 2012

Rumah tangga miskin di Kabupaten Bantaeng masih cukup besar jumlah/prosinya. Mereka
tersebar di desa/kelurahan, dengan sumber nafkah dominan dari pertanian. Masalah strategis
terkait isu kemiskinan ini adalah penguasaan lahan rumah tangga tani yang semakin sempit dari
waktu ke waktu, disebabkan oleh system pewarisan yang sifatnya membagi unit-unit lahan antar
pewaris serta terjadinya alih fungsi sejumlah lahan usahatani produktif. Kondisi ini menjadi kan
fenomena kemiskinan struktur semakin signifikan dari waktu ke waktu.

Tabel 2.22
Jumlah Rumah dan Penduduk Miskin
Kabupaten Bantaeng Tahun 2011

Jumlah keluarga miskin* Jumlah Rumah**


Kecamatan
(KK) (Buah)

1. Bissappu 3.460 7.931


2. Uluere 1.306 2.504
3. Sinoa 1.713 3.158
4. Bantaeng 2.433 8.795
5. Eremerasa 1.809 4.506
6. Tompobulu 1.459 5.822
7. Pajukukang 3.752 7.187
8. Gantarangkeke 1.671 4.224
Jumlah 17.613 44.127
Sumber : * Bagian Perekonomian Setda Bantaeng
**Badan Pusat Statistik, 2012

KAB.BANTAENG 46
2.6. Kelembagaan Pemerintah Daerah
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bantaeng Nomor 7 Tahun 2009 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bantaeng Tahun 2008-2013, Visi
Pembangunan Kabupaten Bantaeng yaitu Wilayah Terkemuka Berbasis Desa Mandiri
Berdasarkan Nilai-Nilai Keagamaan dan Budaya Lokal.

Dalam mewujudkan Visi tersebut, ditetapkan misi sebagai berikut :

1) Memfasilitasi pengembangan kapasitas setiap penduduk Bantaeng agar mampu meningkatkan


produktivitasnya secara berkesinambungan serta mampu menyalurkan pendapat dan aspirasinya pada
semua bidang kehidupan secara bebas dan mandiri.
2) Mendorong serta memfasilitasi tumbuh kembangnya kelembagaan masyarakat pada semua bidang
kehidupan (agar mampu meningkatkan choice dan voice-nya) dengan memberikan perhatian utama
kepada pembangunan perekonomian daerah yang memicu pertumbuhan kesempatan berusaha dan
kesempatan kerja.
3) Mengembangkan daerah melalui pemanfaatan potensi dan sumberdaya kabupaten sedemikian rupa,
sehingga secara langsung maupun tidak langsung memberikan kontribusi terhadap pencapaian sasaran
pembangunan provinsi Sulawesi Selatan, serta berdampak positif terhadap pengembangan kawasan
sekitar.

Dalam melaksanakan visi misi tersebut diatas, Pemerintah Kabupaten Bantaeng membagi tugas-tugas
tingkat Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) sesuai tugas pokok dan fungsinya, berdasarkan :

1) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah antara
Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
2) Peraturan Daerah Kabupaten Bantaeng Nomor 25 Tahun 2007 tentang Pembentukan Organisasi,
Kedudukan, Tugas dan Fungsi Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupaten Bantaeng.
3) Peraturan Daerah Kabupaten Bantaeng Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pembentukan Organisasi,
Kedudukan, Tugas dan Fungsi Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Bantaeng.

KAB.BANTAENG 47
Bagan 2.1
STRUKTUR ORGANISASI PEMERINTAH KABUPATEN BANTAENG

BUPATI
DPRD
WAKIL BUPATI

STAF AHLI SEKRETARIAT DAERAH SEKRETARIAT DPRD

Asisten Bidang Asisten Bidang Asisten Bidang


Pemerintahan Ekonomi & Pembangunan Administrasi
Bagian Pemerintahan Umum Bagian Adm Pembangunan Bagian Keuangan
Bagian Hukum Bagian Kesjht Rakyat Bagian Humas dan Protokol
Bagian Organisasi Bagian Perekonomian Bagian Umum

PERUSAHAAN DAERAH DINAS DAERAH LEMBAGA TEKNIS


Perusahaan Daerah Air Minum Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Badan Usaha Milik Daerah Dinas Kesehatan Badan Pemberdayaan Masyarakat dan
Lembaga Keuangan Dinas Koperasi dan UKM Pemerintahan Desa
Usaha Lainnya Dinas Perindag, Pertambangan dan Energi Badan Kepegawaian Daerah
Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Badan Ketahanan Pangan & Pelaksana Penyuluhan
Dinas Perhubungan, Komunikasi & Informatika Badan Penanggulangan Bencana Daerah
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah
Dinas Pendapatan, Pengelolaan dan Aset Daerah Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah
KECAMATAN Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kantor Kesatuan Bangsa, Politik dan Linmas
Dinas Pekerjaan Umum dan Kimpraswil Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu
Dinas Pertanian dan Peternakan Inspektorat
Dinas Kehutanan dan Perkebunan Rumah Sakit Umum Daerah
Dinas Perikanan dan Kelautan Satuan Polisi Pamong Praja
KELURAHAN Brigade Siaga Bencana

KAB.BANTAENG 48

Anda mungkin juga menyukai