PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari obat sistem pencernaan.
2. Untuk mengetahui klasifikasi dari obat sistem pencernaan.
3. Untuk mengetahui efek yang dapat ditimbulkan dari obat sistem pencernaan.
1.4 Manfaat
1. Mahasiswa dapat mendefinisikan obat sistem pencernaan dengan tepat.
2. Mahasiswa dapat mengetahui klasifikasi obat sistem pencernaan.
3. Mahasiswa dapat memahami efek yang dapat ditimbulkan dari obat sistem
pencernaan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Obat Sistem Pencernaan
Obat Sistem Pencernaan adalah obat yang bekerja pada sistem gastrointestinal dan
hepatobiliar Sistem pencernaan berfungsi :
menerima makanan
memecah makanan menjadi zat-zat gizi (suatu proses yang disebut pencernaan)
menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah
membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna dari tubuh
Tukak peptik adalah suatu istilah yang umum untuk tukak yang timbul di
esofagus, lambung, atau duodenum, pada saluran gastrointestinal atas. Tukak-
tukak ini lebih spesifik diberi nama menurut lokasinya : tukak esofagus, tukak
lambung, dan tukak duodenum.
1.Tukak Esofagus
Duodedum tahan terhadap garam empedu, lisolesitin dan tripsin, tetapi peka
terhadap asam. Akibat hiperrektivatas lambung, ganguan dalam motilitas dan atau
ganguan fungsi pylorus, isi lambung yang asam dapat diteruskan ke usus
terlampau cepat dan dalam jumlah berlebihan. Jika mukosa duodenum untuk
jangka waktu lama bersentuhan dengan asam tersebut, timbullah radang usus
halus(duodenitis) dan kemudian tukak duodenum.
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB
EFEK
Gangguan mekanis
Pengaruh genetik
Pengaruh lingkungan
Obat-obat
Bakteri
Helikobakter pylori
3. Tukak lambung
adalah suatu kondisi patologis pada lambung, duodenum, esofagus bagian bawah,
dan stroma gastro enterostomi (setelah bedah lambung. Tujuan terapi tukak
lambung ialah meringankan atau menghilangkan gejala mempercepat
penyembuhan, mencegah komplikasi yang serius (hemoragik ,ferforasi,
abstruksi), dan mencegah kambuh. Adapun pembagian dari antitukak contohnya
antasida.Antasida digunakan untuk mengurangi nyeri dan rasa terbakar di hulu
hati karena hiperasiditas pada gastritis atau ulcer.Antasida yang diberikan peroral
umumnya berbentuk cairan atau tablet kunyah guna mempercepat distribusi dan
mengikat asam. Antasida tergolong obat bebas, mengandung magnesium (Mg+),
Aluminium (Al+++), atau Kalsium (Ca++), Simitikon. Antasida berasal dari bahasa
lemah, yang jika bereaksi dengan asam lambung di GI membentuk air dan garam.
Karena ION H+ membentuk air (H2O) menyebabkan jumlahnya berkurang
sehingga keasaman lambung menurun atau pH meningkat. Ketika pH lambung
mencapai 4-5, aktifitas pepsin terhambat yang juga bermanfaat dalam mengurangi
iritasi mukosa.Mekanisme kerja semua antasida hampir sama sehingga
pemilihannya didasarkan pada kapasitas netralisasi, efek samping atau karena
adanya penambahan zat-zat tertentu. Mekanisme kerja semua antasida hampir
sama sehingga pemilihannya didasarkan pada kapasitas netralisasi, efek samping
atau karena adanya penambahan zat-zat misalnya penambahan simetikon atau
dimetil polisiloksan dalam kesediaannya berfungsi mendorong flatus (dapat
mengurangi CO2) sehingga mengurangi terjadinya forasi pada tukak.Kebanyakkan
kerja antasida bersifat lokal karena hanya sebagian kecil dari zat aktifnya yang
diabsorbsi. Karena merupakan basa lemah maka jika berikatan dengan asam yang
ada dilambung menyebabkan keasaman berkurang. Disamping itu, antasida juga
dapat mengikat atau mengubah derajat ionisasi obat lain yang diberikan
bersamaan sehingga dapat berpengaruh pada absorbinya. Untuk itu, sebaiknya
jika ada obat yang harus diminunm bersamaan dengan antasida hendaknya diberi
jeda minimal 1 jam.Sodium Bikarbonat (NaHCO3) dan kalsium karbonat (CaCO3)
merupakan antasida sistemik yang sekarang sudah sangat jarang digunakan. Obat
ini dapat menyebabkan alkalisis karena Na+ dan Ca++ dapat absorbsi.Kelebihan Ca
(O2)2menyebabkan urine bersifat basa, kelebihan Na+ menyebabkan retensi cairan
yang berakibat udem dan tekanan darah naik.Selain itu, penggunaan
NaHCO3 dapat meningkatkan CO2 disaluran pencernaan yang berakibat distensi
dan sendawa atau meningkatkan parforasi (memperparah penutup tukak yang ada.
Reaksi antara antasida dengan HCl dilambung adalah,
Mg(OH)2 + 2HCl MgCl2 + 2 H2O
CaCO3 + 2 HCl CaCl2 + H2CO3
H2CO3 H2O + CO2
Al(OH)3 + 3HCl AlCl3 + 3H2O
NaHCO3 + 2HCl NaCl + H2CO3
H2CO3 H2O + CO2
Konstipasi merupakan efek samping dari antasida yang mengandung
almunium (Al) dan kalsium (Ca) karena dapat menghambat absorpsi air dan
fosfat. Sedangkan diare merupankan efek samping antasida yang mengandung
magnesium (Mg). oleh karena itu, kebanyakan antasida mengandung kombinasi
Al dan Mg untuk saling meniadakan efek samping utamanya. Antasida jika
digunakan dalam perut kosong efeknya akan bedurasi sekitar 30 menit tetapi jika
di gunakan 1 jam setelah makan aktivitasnya dapat berlangsung sekitar 2-3 jam.
Hal ini di sebabkan karena makanan berfungsi sebagai baffer dan menghambat
kekosongan lambung. Golongan Obat Antitukak :
TRANSKUILIER(Obat penenang)
Transkuiliser memliki efek yang minimal dalam mencegah dan mengobati tukak,
obat ini mengurangi perangsangan vagal dan menurunkan kecemasan, Librax,
suatu kombinasi ansiolitik klordiasepoksid (librium) dan antikolinergik clidinium
(Qarzan), dipakai dalam mengobati tukak. Adapun Golongan Obat Penenang :
1. Dari golongan benzodiazepin
Yang paling sering digunakan adalah golongan benzodiazepin.Obat ini
mempercepat relaksasi mental dan fisik dengan cara mengurangi aktivitas saraf di
dalam otak.Tetapi benzodiazepin bisa menyebabkan ketergantungan fisik dan
pemakaian pada alkoholik harus sangat hati-hati.Obat cemas dari golongan
benzodiazepin adalah alprazolam, klordiazepoksid (chlordiazepoxide), lorazepam,
oksazolam (oxazolam), klobazam (clobazame) dan diazepam.
2. Buspirone
Obat cemas dari golongan azaspirodekanedion adalah buspiron (buspirone). Obat
cemas ini nerupakan antiansietas yang efek sedatifnya relatif ringan dan tidak
bereaksi dengan alkohol. Diduga resiko timbulnya toleransi dan ketergantungan
juga kecil.Efeknya baru timbul setelah 10-15 hari, sehingga hanya digunakan
untuk mengobati penyakit kecemasan menyeluruh.
3. Hydroxyzine
Sedangkan obat cemas dari golongan piperazine adalah hydroxyzine.Hydroxyzine
diindikasikan untuk menghilngkan gejalaansietas dan ketegangan yang
berhubungan dengan psikoneurosis atau terapi tambahan untuk penyakit lainnya
yang menyebabkan kecemasan.Hydroxyzine dapat menyebabkan kantuk dan
menghilangkan kesadaran, sehingga dianjurkan untuk tidak mengendarai
kendaraan atau mengoperasikan mesin.Hydroxyzine dapat menyebabkan
kekeringan pada mulut, hidung da tenggorokan. Jika kekeringan berlanjut hingga
lebih dari dua minggu anda harus periksakan ke dokter anda atau dokter gigi
karena kekeringan yang lama dapat menyebabkan penyakit gigi.
Pengobatan Tukak Lambung
Sasaran utama pada pengobatan tukak peptik adalah menghambat atau mendapar
sekresi asam untuk menghilangkan gejala-gejala dan mempermudah
penyembuhan. Tindakan-tindakan untuk mencapai tujuan ini adalah pemberian
antasida, penatalaksanaan diet, antikolinergik, penghambat H2(simetidin, ranitidin
, dan famotidin), dan istirahat secara fisik maupun emosi.
Antasida diberikan untuk menetralkan asam lambung dengan mempertahankan ph
cukup tinggi sehingga pepsin tidak diaktifkan, sehingga mukosa terlindungi dan
nyeri mereda. Preparat antasida yang paling banyak digunakan adalah campuran
dari alumunium hidroksida dengan magnesium hidroksida. Makan dalam porsi
kecil namun sering juga penting untuk menetralkan asam lambung. Zat yang
merangsang sekresi asam lambung seperti alkohol dan kafein dihindarkan. Obat-
obat antikolinergik seperti propantelin (Pro- Banthine) dan antropin (dari atropa
belladonna) menghambat efek langsung dari saraf vagus terhadap sel-sel parietal
yang mensekresikan asam. Antikolinergik juga menghambat pergerakan dan
waktu pengosongan lambung, dan berdasarkan alasan ini banyak dokter tidak
memberikan obat ini pada penderita tukak lambung. Penghambat H2 dengan cepat
menjadi obat yang paling sering dipakai untuk mengobati tukak duodenum karena
kemampuannya untuk mengurangi sekresi asam sekitar 70%. Obat lain, sukralfat
tidak hanya membentuk membran tidak tembus asam yang melekat pada mukosa
yang terluka, tetapi juga mempercepat produksi sel mukosa (suatu
efek sitoprotektif).
Istirahat fisik dan emosional dipermudah dengan menciptakan lingkungan yang
tenang, mendengarkan keluhan penderita, dan memberikan dukungan emosi.
Dosis kecil sedatif seringkali diberikan.
Sekitar 80-90% penderita tukak duodenum mempunyai perjalanan penyakit yang
jinak, diselingi oleh suatu masa di mana pengobatan dokter diperlukan. Sejumlah
penderita yang tidak diketahui jumlahnya, mampu mengobati dirinya sendiri
dengan diet dan antasida yang dijual bebas. Respon tukak lambung terhadap
pengobatan kedokteran klasik (diet dan antasida) tidak terlalu berhasil; tetapi
dengan memakai antagonis reseptor histamin yang lebih baru selama 12 minggu
dapat memberikan kesembuhan pada 80% sampai 90% penderita tukak lambung.
Pemantauan perkembangan penyakit perlu dilakukan dengan ketat, karena obat-
obat ini dapat juga menghilangkan gejala-gejala tukak lambung ganas. Penderita-
penderita ini dapat mengalami komplikasi.
Tujuan pengobatan ulkus adalah untuk menghilangkan rasa sakit dan untuk
mencegah komplikasi maag, seperti pendarahan, obstruksi, dan perforasi.
Langkah perama dalam perawatan melibatkan pengurangan faktor risiko (NSAID
dan rokok). Langkah selanjutnya adalah obat-obatan.
Antasida dapat menetralisasi asam yang ada dalam perut. Namun, tindakan
penetralan agen ini hanya berjangka pendek dan dosis terus meningkat jika
penyakit semakin parah. Antasida yang mengandung magnesium dapat
menyebabkan diare, sedangkan antasida yang mengandung alumunium agen dapat
menyebabkan sembelit. Tukak sering kembali ketika pemakaian antasida
dihentikan.
Penelitian telah menunjukan bahwa protein dalam perut yang disebut histamine
merangsang sekresi asam lambung. Antagonis histamine (bloker H2) adalah obat
yang dirancang untuk memblokir aksi histamine pada sel-sel lambung sehingga
mengurangi keluaran asam. Contoh H2 bloker adalah cimetidine (Tagamet),
ranitidine (Zantac), nizatidine (Axid), dan famotidin (Pepcid). Sementara, H2
bloker efektif dalam penyembuhan ulkus. Mereka memiliki peran yang terbatas
dalam pemberantasan H. pylori tanpa antibiotik. Oleh karena itu, radang sering
kembali ketika H2 bloker dihentikan. Umumnya obat ini ditoleransi dengan baik
dan memiliki sedikit efek samping, bahkan dengan penggunaan jangka panjang.
Dalam kasus yang jarang terjadi, pasien melaporkan sakit kepala, kebingungan,
lesu dan halusinasi. Penggunaan kronis simetidin jarang dapat menyebabkan
impotensi atau payudara bengkak. Baik Cimetidine dan Ranitidine dapat
mengganggu kemampuan tubuh untuk menangani alcohol. Pasien yang minum
obat ini mungkin memiliki kadar alcohol dalam darah tinggi. Obat ini juga dapat
mengganggu penanganan obat lain, seperti Dilantin, Coumadin, dan teofilin.
Pemantauan dan penyesuaian dosis obat-obat ini mungkin diperlukan.
Obat-obatan jenis proton-pumb inhibitor, seperti omeprazole (Prilosec),
lansoprazole (Prevacid), pantoprazole (Protonix), esomeprazole (Nexium), dan
rebeprazole (Aciphex) lebih kuat daripada H2 bloker dalam menekan sekresi
asam. Obat jenis sukralfat (Carafate) dan misoprostol (Cytotec) adalah agen yang
memperkuat dinding usus terhadap serangan asam lambung. Obat jenis ini
melapisi permukaan ulkus Carafate dan mempromisikan penyembuhan. Obat jenis
ini memiliki efek samping yang sangat sedikit. Efek samping yang paling umum
adalah sembelit dan gangguan pada penyerapan obat lain. Cytotec adalah zat
prostaglandin seperti umumnya digunakan untuk menangkal efek ulkus NSAID.
Studi menunjukan bahwa Cytotec dapat melindungi perut dari ulserasi pada
mereka yang mengambil NSAID secara kronis. Diare merupakan efek samping
yang umum. Cytotec dapat menyebabkan keguguran bila diberikan pada wanita
hamil, dan harus dihindari oleh wanita usia subur.
2.2.2 ANTISPASMODIK
Antipasmodik merupakan golongsn obat yang memiliki sifat sebagai
relaksan otot polos.Termasuk dalam kelas ini ialah senyawa yang memiliki efek
anti kolinelgik (lebih tepatnya anti muskarinik) dan antagonis reseptor-dopamin
tertentu.Meskipun antipasmodik dapat mengurangi spasme usus , tetapi
penggunaanya dalam dispepsia bukan tukak, sindrom usus irritable dan penyakit
divertikular hanya bermanfaat sebagai penobatan tambahan. Manfaat klinik anti
sekresi lambung obat anti muskarinik konvensional relatif kecil, karena dosisnya
dibatasi oleh efek samping senyawa miip antropin.Selain itu, keberadaannya telah
digantikan oleh obat-obat anti sekresi yang lebih kuat dan spesifik, yakni
antagonis reseptor-H2 histamin dan anti muskarinik selektif piren
zevin.Antipasmodik obat yang digunakan untuk mengatasi kejang pada saluran
cerna yang mungkin disebabkan diare, gastritis, tukak peptik dan
sebagainya.Beberapa contoh :Hyoscine (Obat ini beraksi pada sistem saraf
otonom dan mencegah kejang otot), Clidinium (Kombinasi chlordiazepoxide dan
clidinium bromide digunakan untuk mengobati lambung yang luka dan teriritasi.
Obat ini membantu mengobati kram perut dan abdominal.) , Mebeverine ,
Papaverine, (golongan alkaloid opium yang diindikasikan untuk kolik kandungan
empedu dan ginjal dimana dibutuhkan relaksasi pada otot polos, emboli perifer
dan mesenterik.) , Timepidium , Pramiverine , Tiemonium.
GASTRITIS/MAAG
1. Gastritis bakterialis akibat infeksi oleh Helicobacter pylori (bakteri yang tumbuh
di dalam sel penghasil lendir di lapisan lambung). Obat yang diberikan
mengandung bismuth atau antibiotik misalnya amoxicillin dan claritromycin) dan
obat anti-tukak (omeprazole).
2. Gastritis karena stres akut, merupakan jenis gastritis yang paling berat, yang
disebabkan oleh penyakit berat atau trauma (cedera). Obat : jenis antasida (untuk
menetralkan asam lambung) dan anti-ulkus yang kuat (untuk mengurangi atau
menghentikan pembentukan asam lambung). Perdarahan hebat : menutup sumber
perdarahan pada tindakan endoskopi.
3. Gastritis erosif kronis bisa merupakan akibat dari: bahan iritan seperti obat-
obatan, terutama aspirin dan obat anti peradangan non-steroid lainnya penyakit
Crohn , alkoholik, dll diobati dengan jenis antasida dan antagonis reseptor H2
misal Cimetidin, Ranitidian
4. Gastritis eosinofilik bisa terjadi sebagai akibat dari reaksi alergi terhadap
infestasi cacing gelang. diberikan obat maag dengan jenis kortikosteroid atau
dilakukan pembedahan.
5. Gastritis sel plasma merupakan gastritis yang penyebabnya tidak
diketahui. Obat : jenis anti ulkus yang menghalangi pelepasan asam lambung
2.2.3 ANTIDIARE
Diare adalah peningkatan volume, keenceran atau frekuensi buang air
besar.( Perubahan frekuensi & konsistensi ) dari kondisi normal. Dalam keadaan
normal, tinja mengandung 60-90% air, pada diare airnya bisa mencapai lebih dari
90%.Diare merupakan suatu gejala, pengobatannya tergantung pada
penyebabnya., dapat dijelaskan sebagai berikut
untuk membantu meringankan diare, diberikan obat seperti difenoksilat,
codein, paregorik (opium tinctur) atau loperamide.
untuk membantu mengeraskan tinja bisa diberikan kaolin, pektin dan
attapulgit aktif.
diarenya berat /dehidrasi, maka penderita perlu dirawat di rumah sakit dan
diberikan cairan pengganti dan garam melalui infus.
Selama tidak muntah dan tidak mual, bisa diberikan larutan yang mengandung air,
gula dan garam.Anti diare yang ideal harus bekerja cepat, tidak menyebabkan
konstipasi, mempunyai indeks terapeutik yang tinggi, tidak mempunyai efek
buruk terhadap sistem saraf pusat, tidak menyebabkan ketergantungan..Contoh
antidiare :
1. Racecordil, memenuhi semua syarat ideal, cara kerjanya mengembalikan
keseimbangan sistem tubuh dalam mengatur penyebaran air dan elektrolit ke usus.
2. Loperamide, golongan opioid yang bekerja dengan cara memperlambat motilitas
saluran cerna
3. Nifuroxazide , bakterisidal terhadap E coli, Shigella dysenteriae, Streptococcus,
Staphylococcus dan P aeruginosa. Nifuroxazide bekerja lokal pada saluran
pencernaan.
4. Dioctahedral smectite, melindungi barrier mukosa usus & menyerap toksin,
bakteri, serta rotavirus.
Pencegahan jangka panjang mungkin diperlukan setelah batu empedunya melarut atau
dibuang, karena dapat terjadi kembali pada sebagian pasien sesudah pengobatan
dihentikan.
Pengobatan
Obat yang sering digunakan untuk membantu melarutkan batu empedu adalah asam
kenodeoksikolat dan asam ursodeoksikolat. Pasien batu empedu dianjurkan
melakukan diet kolesterol dan pengobatan dilanjutkan sampai 3 atau 4 bulan
sesedah batunya melarut.
2.2.8 ANTASIDA
Antasida adalah basa-basa lemah yang digunakan untuk menetralisir
kelebihan asam lambung yg menyebabkan timbulnya sakit maag.Tujuan
pengobatan adalah menghilangkan gejala, mempercepat penyembuhan, dan
mencegah komplikasi lebih lanjut.Berdasarkan mekanisme kerjanya, obat-obat
antasida digolongkan menjadi 2 golongan yaitu :
1. Anti Hiperasiditas
Obat dengan kandungan aluminium atau magnesium bekerja secara
kimiawi mengikat kelebihan HCl dalam lambung. Sediaan yang mengandung
magnesium menyebabkan diare karena bersifat pencahar, sedangkan sediaan
yang mengandung aluminium dapat menyebabkan sembelit maka biasanya kedua
senyawa ini dikombinasikan. Persenyawaan molekul antara Mg dan Al disebut
hidrotalsit.
2. Indikasi
Antasida yang diminum untuk meredakan sakit maag, gejala utama
penyakit gastroesophageal refluks, ataupun gangguan asam
pencernaan. Pengobatan dengan antasida dan hanya ditujukan untuk gejala ringan
saja. Pengobatan ulkus akibat keasaman yang berlebihan mungkin memerlukan
antagonis reseptor H2 atau pompa proton untuk menghambat asam, dan
mengurangi H. pylori.
3. Efek
Efek yang terjadi ada seseorang bisa bervariasi. Efek yang umumnya
terjadi adalah sembelit, diare, dan kentut terus-menerus.Berkurangnya keasaman
perut dapat menyebabkan mengurangi kemampuan untuk mencerna dan menyerap
nutrisi tertentu, seperti zat besi dan vitamin B. Kadar pH yang rendah di perut
biasanya membunuh bakteri yang tertelan, tetapi antasida meningkatkan
kerentanan terhadap infeksi karena kadar pHnya naik. Hal ini juga bisa
mengakibatkan berkurangnya kemampuan biologis dari beberapa obat. Misalnya,
ketersediaan hayati ketokonazol (antijamur) berkurang pada pH lambung yang
tinggi (kandungan asam rendah).Peningkatan pH dapat mengubah kemampuan
biologis obat lain, seperti tetrasiklin dan amfetamin. Ekskresi obat-obatan tertentu
juga dapat terpengaruh. Perpaduan tetracycline dengan aluminium hidroksida
dapat menyebabkan mual, muntah, dan ekskresi fosfat, sehingga kekurangan
fosfat.
Perintang reseptor H2 ( antagonis reseptor H2).Bekerja dengan cara
mengurangi sekresi asam. contoh obatnya adalah ranitidin dan simetidin.
Adapun penggolongan obat - obat antasida, antara lain :
a. Antasida
Aluminium Hidroksida
Al Oksida
Magnesium Karbonat
Mg Trisilikat
Mg Oksida
Mg Hidroklorida
Natrium Karbonat
Bismuth Subnitrat
Bismuth Subsitrat
Kalsium Karbonat
Hidrotalsite ( Mg, Al, Hidroksi Karbonat )
b. Antagonis Reseptor H2 ( H2 Bloker )
Ranitidin
Simetidin
Famotidin
Nizatidin
# Bekerja dengan cara mngurangi sekresi asam lambung sebagai akibat
hambatan reseptor H2.
c. Penghambat Pompa Proton
Omeprazol
Lansoprazol
Pantoprazol
# Bekerja dengan cara menghambat asam lambung dengan cara menghambat
sistem enzim adenosin trifosfat hidrogen-kalium (pompa proton dari sel parietal
lambung)
d. Anti Kolinergik / anti muskarinik
Pirenzepin
Fentonium
Ekstrak Belladon
# Bekerja dengna menghambat sekresi asam melalui reseptor muskarindan
melawan kejang
e. Analog Prostaglandin
Misoprostol
# Anti sekresi dan proteksi
f. Pelindung mukosa
Sukralfat
# Melindungi mukosa dari serangan pepsin dan asam
g. Penguat motilitas
Metoklorpramid
Domperidon
h. Zat pembantu
Dimetikon (Dimetilpolisiloksan)
# Memperkecil gelembung gas yang timbul sehingga mudah di serap dan
dapat mencegah masuk angin, kembung dan kentut
i. Penenang
Diazepam
Klordiazepoksida
# menekan stress yg dapat memicu asam lambung
2.2.9 ANTIKOLINERGIK
Antikolinergi (antimuskarinik, parasimpatolitik) menghilangkan nyeri
dengan menurunkan motilitas dan sekresi gastrointestinal; obat-obat ini bekerja
dengan menghambat asetilkolin dan histamin dan asam hidroklorida.
Antikolinergik berfungsi memperlambat waktu pengosomgam lambung, sehingga
lebih seAntikolinergik (disebut juga obat penyekat kolinergik atau obat Antagonis
kolinergik) mengikat koffloseptor tetapi tidak memicu efek intraselular
diperantarai oleh reseptor seperti lazimnya yang paling bermanfaat dari obat
golongan ini adalah menyekat sinaps muskarinik pada saraf parasimpatis secara
selektif. Oleh karena itu, efek persarafan parasimpatis menjadi terganggu, dan
kerja pacu simpatis muncul tanpa imbangan. Kelompok kedua obat ini, penyekat
ganglionk nampaknya lebib menyekat reseptor nikotinik pada ganglia simpatis
dan parasmpatis. Keluarga ketiga senyawa ini, obat penyekat neumuscular
mengganggu transmisi impuls eferon yang menuju otot rangka.ring dipakai untuk
tukak duodenum daripada tukak lambung.Antikolinergik harus diminum sebelum
makan untuk mengurangi sekresi asam yang timbul saat makan. Antasid dapat
memperlambat absorbsi antikolineregik sehingga harus diminum 2 jam sesudah
pemberian antikolinergik. Namun saat ini diangap obsolet dan sudah ditinggalkan
seluruhnya.
KONTRAINDIKASI
Hipersensitivitas atau alergi terhadap komponen obat.
Penderita tukak lambung.
PERINGATAN DAN PERHATIAN
Hati-hati pemberian Bronsolvan pada hipoksemia, hipertensi, atau penderita
yang mempunyai riwayat tukak lambung.
Bronsolvan dapat mengiritasi saluran gastrointestinal.
Hati-hati pemberian Bronsolvan pada wanita hamil, menyusui, dan anak-anak.
Pemberian Bronsolvan jangan melampaui dosis yang dianjurkan dan bila dalam
1 jam gejala-gejalanya masih tetap atau bertambah buruk, agar menghubungi
puskesmas atau rumah sakit terdekat.
Hati-hati pemberian Bronsolvan pada penderita kerusakan fungsi hati, penderita
di atas 55 tahun terutama pria dan pada penyakit paru-paru kronik.
EFEK SAMPING
Efek samping Bronsolvan yang dapat timbul adalah sebagai berikut :
Gastrointestinal : mual, muntah, diare.
Susunan saraf pusat : sakit kepala, insomnia.
Kardiovaskular : palpitasi, takikardia, aritmia ventrikuler.
Pernapasan : takipnea
Ruam kulit, hiperglikemia
INTERAKSI OBAT
Bronsolvan jangan diberikan bersamaan dengan preparat xantin yang lain.
Simetidin, eritromisin, troleandomisin dan kontrasepsi oral dapat meningkatkan
kadar teofilin serum.
Rifampisin menurunkan kadar teofilin serum.
DOSIS DAN CARA PEMBERIAN
Dewasa : 1 tablet Bronsolvan atau 15 ml sirup Bronsolvan, 3 kali sehari.
Anak-anak 6-12 tahun : tablet atau 7,5 ml sirup Bronsolvan, 3 kali sehari.
Atau sesuai petunjuk dokter.
KEMASAN
Tablet, Dus, Isi 10 Strip x 10 tablet.
Sirup, Botol, isi 100 ml.
KETERANGAN
Kocok terlebih dahulu.
Simpan di bawah suhu 30 C. Simpan dalam keadaan tertutup rapat.
BAB III
PENUTUP
3.2 Kesimpulan
Obat Sistem Pencernaan adalah obat yang bekerja pada sistem
gastrointestinal dan hepatobiliar Sistem pencernaan berfungsi : menerima
makanan, memecah makanan menjadi zat-zat gizi (suatu proses yang disebut
pencernaan), menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah, membuang bagian
makanan yang tidak dapat dicerna dari tubuh.Jenis-jenis obat pencernaan dapat
diklasifikasikan sebagai berikut : Antitukak, Antipasmodik, Antasida, Antiemetik
, Antikolinergik, Hepatoprotektor , Prokinetik, Antidiare , Laksatif. Dari sekian
obat yang disebutkan di atas, setiap obat memiliki efek dan fungsi yang berbeda
sesuai dengan golongan obat tersebut.
3.3 Saran
Setelah mempelajari mata kuliah farmakologi maka perawat dapat
menyediakan ataupun memberikan informasi obat yang benar, objektif dan
lengkap akan sangat mendukung dalam pemberian pelayanan kesehatan yang
terbaik kepada masyarakat sehingga dapat meningkatkan kemanfaatan dan
keamanan penggunaan obat.
Daftar Pustaka
http://meidinasinaga.wordpress.com/2009/11/12/obat-antitukak/
http://apotik.medicastore.com/artikel-obat/obat-anxietas
http://id.scribd.com/doc/42559346/OBAT-SISTEM-PENCERNAAN
http://hmkuliah.wordpress.com/2011/04/30/obat-sistem-pencernaan/
http://astutidea.blogspot.com/2012/10/obat-obat-gangguan-sistem-
pencernaan.html
Price, Sylvia & Wilson, Lorraine. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-
proses Penyakit. Jakarta : EGC
Hadi, Sujono. 1995. Gastroenterologi. Bandung : Alumni
Shanty, Meita. 2011. Penyakit Saluran Pencernaan. Jogjakarta : Kata Hati
FKUI, Bagian Farmakologi. 1995. Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Gaya Baru:
Jakarta
Tan Hoan Tjay, Kirana R, 2001, Obat-Obat Penting, Khasiat dan Penggunaan ,
DirJen POM RI : Jakarta.