Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tidur merupakan kebutuhan dasar manusia yang merupakan mekanisme

untuk memulihkan tubuh dan fungsinya, memelihara energy dan kesehatan,

memelihara manfaat untuk memperbarui dan memulihkan tubuh. Tidur

merupakan keadaan relativf tanpa sadar yang penuh ketenangan tanpa kegiatan

yang merupakan urutan siklus berulang dan masing-masing menyatakan fase

kegiatan otak dan badaniah yang berbeda. Sehingga tanpa tidur yang cukup,

kemampuan seseorang untuk berkonsentrasi membuat keputusan serta melakukan

kegiatan sehari-harinya dapat menurun.

Menurut Perry & Potter (2005), tidur merupakan proses fisiologi yang

bersiklus bergantian dengan periode yang lebih lama dari keterjagaan. Selain itu

tidur dikendalikan oleh sistem saraf. Walaupun tidur adalah aktivitas yang ringan

peran sistem saraf tentunya sangat penting. Kelancaran dalam mengantarkan

impuls serta adanya neurotransmitter dalam memperlancar rangsang sampai ke

otak.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian tidur?

2. Bagaimana fisiologi tidur?

1
3. Bagimana mekanisme tidur?

4. Apa saja tahapan tidur?

5. Apa saja gangguan tidur?

C. Tujuan

1. Mengetahui pengetian tidur.

2. Mengetahui fisiologi tidur.

3. Mengetahui mekanisme tidur.

4. Mengetahui tahapan tidur.

5. Mengetahui gangguan tidur.

D. Manfaat

1. Bagi Pelayanan Kesehatan

Makalah ini dapat menjadi masukan pada petugas kesehatan untuk

memberikan pelayanan kepada masyarakat secara maksimal.

2. Bagi Penulis

Makalah ini sebagai penambah referensi dan masukan bagi penulis yang lain

untuk membuat makalah yang lebih baik.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai tambahan referensi kepustakaan yang ada di STIKES Ngudi Waluyo

Ungaran sehingga mampu menambah pengetahuan pembaca tentang fungsi

saraf untuk tidur.

2
BAB II

KONSEP TEORI

A. Pengertian Tidur

Tidur adalah suatu keadaan dibawah sadar yang orang tersebut dapat

dibangunkan dengan rangsang sensorik atau dengan rangsang lainnya (Guyton,

1991).

Sedangkan menurut Asmadi (2008), Tidur merupakan suatu keadaan tidak


sadar dimana persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun atau
hilang, dan dapat dibangunkan kembali denngan indra atau rangsangan yang
cukup. Tidur ditandai dengan aktivitas fisik minimal, tingkat kesadaran bervariasi,
terjadi perubahan proses fisiologi tubuh serta penurunan respon terhadap
rangsangan dari luar.

Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur oleh adanya hubungan

mekanisme serebral yang secara bergantian mengaktifkan dan menekan pusat otak

agar dapat tidur dan bangun. Salah satu aktivitas tidur ini diatur oelh sistem

pengaktivasi retikularis yang merupakan sistem yang mengatur seluruh tingkatan

kegiatan susunan saraf pusat termasuk pengaturan kewaspadaan dan tidur

(Hidayat, 2008)

B. Fisiologi Tidur
Menurut Hidayat (2008) telah dijelaskan bahwa fisiologi tidur merupakan

pengaturan kegiatan tidur oleh adanya hubungan mekanisme serebral yang secara

bergantian untuk mengaktifkan dan menekan pusat otak agar dapat tidur dan

bangun. Salah satu aktivitas tidur ini diatur oleh sistem pengaktivasi retikularis

3
yang merupakan sistem yang mengatur seluruh tingkatan kegiatan susuna saraf

pusat termasuk pengaturan kewaspadaan dan tidur.


Pusat pengaturan kewaspadaan dan tidur terletak dalam mesenfalon dan

bagian atas pons. Selain itu, Reticular Activating System (RAS) dapat memberi

rangsang visual, pendengaran, nyeri dan perabaan juga dapat menerima stimulasi

dari korteks serebri termsuk rangsangan emosi dan proses piker. Dalam keadaan

sadar, neuron dalam RAS akan melepaskan katekolamin seperti norepineprin.

Demikian juga pada saat tidur, disebabkan adanya pelepasa serum serotonin

dalam sel khusu yang berada di pons dan batang otak tengah, yaitu bulbar

synchronizing region (BSR), sedangkan bangun tergantung dari keseimbangan

impuls yang diterima di pusat otak dan sistem limbik. Dengan demikian sistem

pada batang otak yang mengatur siklus atau perubahan dalam tidur adalah RAS

dan BSR.

C. Mekanisme Tidur
Tidur adalah bagian dari ritme biologis yang bekerja selama 24 jam dengan

tujuan untuk mengembalikan stamina. Pengaturan tidur dan terbangun diatur oleh

batang otak (Reticular Activating System dan Bulbar synchronizing Region),

thalamus dan berbagai hormone yang diproduksi oleh hypothalamus. Beberapa

hormone dan neurotransmitter juga dihubungkan dengan tidur dan terbangun.

Produksi yang dihasilkan oleh dua mekanisme serebral dalam batang otak ini

menghasilkan serotonin. Serotonin merupakan neurotransmitter yang

bertanggungjawab terhadap transfer impuls-impuls syaraf ke otak. Serotonin

berperan sangat spesifik dalam menginduksi rasa kantuk juga sebagai modulator

kapasitas kerja otak.

4
Dalam tubuh serotonin diubah menjadi melatonin. Melatonin merupakan

hormone katekolamin yang diproduksi secara alami dalam tubuh tanpa bantuan

cahaya. Namun ada juga yang mencoba meningkatkan melatonin dengan sinar

matahari pagi hari agar ritme circadian (siklus tidur bangun) menjadi lebih kuat

dan seimbang. Adanya lesi pada pusat pengatur tidur dan terbangun dibagian

hypothalamus anterior juga dapat menyebabkan keadaan siaga dari tidur.

Katekolamin yang dikeluarkan oleh neuron-neuron Reticular Activating System

akan menghasilkan hormone norepineprin yang umumnya hormone ini akan

merangsang otak untuk melakukan aktivitas. Pada orang dalam keadaan stress

atau cemas, kadar hormone ini akan meningkat dalam darah yang akan

merangsang sistem syaraf simpatetik sehingga seseorang akan terus terjaga.


Hal lain menyatakan bahwa pelepasan prostaglandin dari pelepasan

hipothalamusmenyebabkan peningkatan gelombang lambat tidur dan

kesadaran.prostaglandin adalah mediator kimiawi yang berperan dalam

pathogenesis nyeri yang akan memicu pusat syaraf nyeri di otak pada daerah

korteks parentalis tepatnya girus posterior sentralis. Rangsang nyeri ini akan

diteruskan pada derajat tertentu dan berpengaruh pada pusat tidur yang terletak

pada substansia retikularis medulla oblongata sehingga akan mengacaukan proses

sinkronisasi neuron-neuron pada batang otak yang sebenarnya merupakan bentuk

terjadinya proses tidur dan kemudian merangsang proses deskronisasi neuron-

neuron substansia retikularis tersebut sehingga proses tidur terganggu berlanjut

munculnya sinyal dalam bentuk keadaan waspada dan pada akhirnya akan

bermanifestasi sebagai insomnia (Perry & Potter, 2005)

D. Tahapan Tidur

5
Menurut Asmadi (2008), Pada hakikatnya tidur dapat diklasifikasikan

kedalam dua kategori yaitu tidur dengan gerakan bola mata cepat (Rapid Eye

Movement- REM) dan tidur dengan gerakan bola mata lambat (Non Rapid Eye

Movement- NREM).
Fase awal tidur didahului dengan fase NREM yang terdiri dari 4 stadium,

lalu diikuti dengan fase REM. Keadaan tidur normal antara fase NREM dan REM

terjadi secara bergantian antara 4-7 kali siklus semalam. Bayi baru lahir total tidur

16-20 jam/hari, anak-anak 10-12 jam/hari, kemudian menurun 9-10 jam/hari pada

umur diatas 10 tahun dan kira-kira 7-7,5 jam/hari pada orang dewasa.
Tipe NREM dibagi dalam 4 stadium yaitu:
a. Tidur stadium satu
Fase ini merupakan antara fase terjaga dan fase awal tidur. Fase ini didaptkan

kelopak mata tertutup, tonus otot berkurang dan tampak gerakan bola mata

kekanan dan kekiri. Fase ini hanya berlangsung 3-5 menit dan mudah sekali

dibangunkan. Gambaran EEG biasanya terdiri dari gelombang campuran alfa,

betha dan kadang gelombang theta dengan amplitude yang rendah. Tidak

didapatkan adanya gelombang sleep spindle dan komplek K.

b. Tidur stadium dua


Pada fase ini didapatkan bola mata berhenti bergerak, tonus otot masih

berkurang, tidur lebih dalam daripada fase pertama. Gambaran EEG terdiri

dari gelombang theta simetris. Terlihat adanya gelombang sleep spindle,

gelombang vertex dan kompleks K.


c. Tidur stadium tiga
Fase tidur ini lebih dalam dari fase sebelumnya. Gambaran EEG terdapat

lebih banyak gelombang delta simetris antara 25-50% serta tampak

gelombang sleep spindle.


d. Tidur stadium empat

6
Merupakan tidur yang dalam serta sukar dibangunkan. Gambaran EEG

didominasi oleh delombang delta sampai 50% tampak gelombang sleep

spindle.
Fase tidur NREM ini biasanya berlangsung antara 70 menit sampai 100

menit. Setelah itu akan masuk fase REM. Pada waktu REM jam pertama

prosesnya berlangsung lebih cepat dan menjadi lebih intens dan panjang saat

menjelang pagi atau bangun.


Pola tidur REM ditandai adanya gerakan bola mata yang cepat, tonus otot

yang sangat rendah, apabila dibangunkan hamper semua organ akan dapat

menceritakan mimpinya, denyut nadi bertambah dan pada laki-laki terjadi ereksi

penis, tonus otot menunjukkan relaksasi yang dalam.

E. Gangguan Tidur
Ada dua pendapat yang dikemukakan oleh Eliopoulos (2005) tentang

gangguan tidur diataranya adalah insomnia, apnea, periode limb movement/ PLM

(pergerakan anggota berkala), dan restless leg syndrome/ RLS (sindrom kaki

resah).
Insomnia adalah masalah dalam memulai tidur atau selalu terbangun

ditengah malam dan tidak dapat tidur kembali. Ada tiga jenis gangguan insomnia,

yaitu sulit tidur (sheet onset insomnia), selalu terbangun ditengah malam (sheet

maintenance insomnia), dan selalu bangun lebih awal di pagi hari (early

awakening insomnia).
Apnea adalah salah satu gangguan tidur yang cukup serius. Apnea terjadi

karena adanya gangguan jalan nafas bagian atas, hilangnya fungsi saraf yang

menggerakan pernafasan atau kombinasi keduanya. Orang tidur apnea saat

dibangunkan akan merasa terengah-engah dan bingung. Tidur apnea sangat khas

7
dengan dengkuran yang tidak teratur. Mengantuk, kelesuan dan sakit kepal

merupakan keadaan yang biasa terjadi pada siang hari. Apnea lebih sering terjadi

pada laki-laki dari pada wanita.


Periode Limb Movement (PLM) adalah pergerakan anggota berkala pada

satu atau dua bagian kaki yang terjadi secara tiba-tiba dan singkat selama 20

sampai 40 detik. PLM ini lebihn sering dihubungkan dengan penggunaan obat

antidepresan dan pada orang dengan penyakit gagl ginjal kronik.


Restless Leg Syndrom (RLS) adalah sindrom kaki resah yang terjadi karena

ketidaknyamanan terhadap adanya rangsangan yang terjadi pada otot kaki dan

tidak dapat mengendalikan kaki untuk dapat bergerak, berjalan serta berdiri.

Sensari ini dapat terjadi ketika berada di tempat tidur atau duduk maupun berdiri

dalam waktu yang lama. RLS dapat menyebabkan bangun yang sering.

8
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Tidur adalah keadaan dibawah sadar dimana orang tersebut dapat

dibangunkan dengan pemberian rangsanng sensorik atau dengan rangsang lainnya.

Tidur berfungsi untuk kesehatan dan pemulihan dari kondisi sakit. Tercukupinya

kebutuhan tidur bisa membuat seseorang aktif dan fresh dalam menjalankan

aktivitasnya. Tahapan dalam tidur melibatkan susunan saraf pusat, saraf perifer,

endokrin, kardiovaskular, respirasi dan musculoskeletal. Pengaturan dan control

tidur tergantung dari hubungan antara 2 mekanisme serebral yang secara

bergantian mengaktifkan dan menekan pusat otak unruk tidur dan bangun.

9
MAKALAH FISIOLOGI

FUNGSI SISTEM SARAF DALAM TIDUR

Disusun Oleh:

1. Dani Okta (010215A011)

2. Darmiati (010215A012)

3. Daryati (010215A013)

STIKES NGUDI WAYUYO UNGARAN

2015

10
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................. i
KATA PENGANTAR............................................................................ ii
BAB I PENDAHULAUAN.................................................................. 1
A.Latar Belakang........................................................................ 1
B.Rumusan Masalah.................................................................... 1
C.Tujuan...................................................................................... 2
D.Manfaat.................................................................................... 2

BAB II KONSEP TEORI...................................................................... 3


A.Pengertian Tidur ..................................................................... 3
B.Fisiologi Tidur.......................................................................... 3
C.Mekanisme Tidur..................................................................... 4
D.Tahapan Tidur.......................................................................... 6
E.Gangguan Tidur........................................................................ 8

BAB V PENUTUP................................................................................. 10
A.Simpulan.................................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA

11
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan : Konsep dan Aplikasi Kebutuhan


Dasar Klien. Jakarta : Salemba Medika.

Eliopoulus, charlotte. 2005. Gerontological Nursing Sixth edition. Philadelphia :


Lippincott William & willkins.

Guyton, arthur c. 1991. Buku Teks Fisiologi Kedokteran II. Jakarta : EGC

Hidayat, aziz alimut. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasr Manusia: Aplikasi Konsep
dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Potter & Perry. 2005. Fundamental of nursing. Jakarta: EGC

12
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan Makalah yang berjudul FUNGSI SISTEM SARAF DALAM
TIDUR.

Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas dari mata kuliah
Fisiologi. Dalam penulisan makalah ini juga tidak sedikit hambatan yang kami
hadapi, karena kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan
maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Namun kami
menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat
tuntunan-Nya dan bimbingan dari berbagai pihak, sehingga kendala-kendala yang
kami hadapi dapat teratasi.

Untuk itu dalam kesempatan ini kami ingin menyampaikan ucapan terima
kasih kepada semua pihak yang telah bersedia membantu dalam menyelesaikan
makalah ini. Selain itu kami juga mengharapkan kritik dan saran dari semua
pihak, demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Penulis

ii
13

Anda mungkin juga menyukai