Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Latar Belakang
B.
Tujuan
1.
Larutan didefinisikan sebagai campuran homogen antara dua atau lebih zat
yangterdispersi baik sebagai molekul, atom maupun ion yang komposisinya
dapatbervariasi.Larutan dapat berupa gas, cairan atau padatan. Larutan encer
adalah larutan yangmengandung sejumlah kecil solute, relatif terhadap jumlah
pelarut.Sedangkan larutan pekat adalahlarutan yang mengandung sebagian
besar solute.Solute adalah zat terlarut, sedangkan solvent(pelarut) adalah
medium dalam manasolute terlarut. Pada umumnya zat yang
digunakansebagai pelarut adalah air, selainair yang berfungsi sebagai pelarut
adalah alkohol
amoniak,kloroform, benzena,minyak, asam asetat (Syabatini,2007).Ada dua
komponen yang penting dalam suatu larutan, yaitu pelarut dan
zatyangdilarutkan dalam pelarut tersebut, zat yang dilarutkan itu disebut zat
terlarut.Apabila dua ataulebih komponen dicampurkan dan membentuk
campuran homogen,larutan yang dihasilkandapat berfase gas, larutan cair dan
padat. Kosentrasi larutanmenyatakan banyaknya zatterlarut dalam suatu
larutan. Apabila zat terlarut banyak sekali, sedangkan pelarutnya sedikit,maka
dapat dikatakan bahwa larutan itu pekatatau kosentrasinya sangat tinggi.
Sebaliknya bila zat yang terlarut sedikit sedangkanpelarutrnya sangat banyak,
maka dapat dikatakanlarutan itu encer atau kosentrasinyasangat rendah
(Agustian,2008).Asidi dan alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi
antara ion hidrogenyang berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal
dari basa untuk menghasilkan air yang bersifatnetral. Netralisasi dapat juga
dikatakan sebagai reaksiantara pemberi proton (asam)
dengan penerima proton (basa). Asidimetri merupakanpenetapan kadar secara
kuantitatif terhadapsenyawa-senyawa yang bersifat basadengan menggunakan
baku asam. Sebaliknya alkalimetrimerupakan penetapan kadarsenyawa-
senyawa yang bersifat asam dengan menggunakan baku basa.Indikator adalah
zat yang ditambahkan untuk menunjukkan titik akhir titrasi telah
dicapai.Umumnya indicator yang digunakan adalah indikator azo dengan
warna
yangspesifik pada berbagai perubahan pH. Titik Ekuivalen adalah titik dimana
terjadikesetaraan reaksisecara stokiometri antara zat yang dianalisis dan
larutan standar.Titik akhir titrasi adalah titikdimana terjadi perubahan warna
pada indicator yangmenunjukkan titik ekuivalen reaksiantara zat yyang
dianalisis dan larutan standar.Pada umumnya, titik ekuivalen lebih
dahuludicapai lalu diteruskan dengan titik akhir titrasi. Ketelitian dalam
penentuan titik akhir titrasisangat mempengaruhi hasil analisis pada suatu
senyawa (Shochichah,2010).
padatitrimetrik. Akan tetatpi, dilihat dari segi yang kita, titrimetrik lebih
baik, karena
Na
2
+2H
O0,002 0,01n H
+ OH
V 10
-3
10
-3
= 0,02 Na
C
2
2 Na
+C
42-
20 5x10
-4
= 10
-3
MRumus Titrasi N
(asam)
. Ma. Va = N
(basa)
-4
. Va = 1. 10
-3
. 20Va = 2x 10
-3
10
-4
Pendahuluan
Titrasi merupakan suatu metoda untuk menentukan kadar suatu zat dengan
menggunakan zat lain yang sudah dikethaui konsentrasinya. Titrasi biasanya
dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi,
sebagai contoh bila melibatan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi
asam basa, titrasi redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi,
titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatan pembentukan reaksi
kompleks dan lain sebagainya. (disini hanya dibahas tentang titrasi asam
basa).
Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai titrant dan biasanya
diletakan di dalam Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui
konsentrasinya disebut sebagai titer dan biasanya diletakkan di dalam
buret. Baik titer maupun titrant biasanya berupa larutan.
Titrasi asam basa disebut juga titrasi adisi alkalimetri. Kadar atau konsentrasi
asam basa larutan dapat ditentukan dengan metode volumetri dengan teknik
titrasi asam basa. Volumetri adalah teknik analisis kimia kuantitatif untuk
menetapkan kadar sampel dengan pengukuran volume larutan yang terlibat
reaksi berdasarkan kesetaraan kimia. Kesetaraan kimia ditetapkan melalui titik
akhir titrasi yang diketahui dari perubahan warna indicator dan kadar sampel
untuk ditetapkan melalui perhitungan berdasarkan persamaan reaksi.
BAB II
Tinjauan Pustaka
2.Harus stabil.
3.Zat ini mudah dikeringkan, tidak higroskopis , sehingga tidak menyerap uap
air,
tidak menyerap CO2 pada waktu penimbangan (Sukmariah, 1990).
atau:
Analisis kimia yang diketahui terhadap sampel yaitu analisis kualitatif dan
analisis kuantitatif. Analisis kualitatif memberikan informasi mengenai apa
saja yang menjadi komponen penyusun dalam suatu sampel, sedangkan
analisis kuantitatif memberikan informasi mengenai beberapa banyak
komposisi suatu komponen dalam sampel. Dengan kata lain, analisis kualitatif
berkaitan dengan jumlah atau banyaknya senyawa dalam sampel. Analisis
kuantitatif konvensional yang paling sering diterapkan yaitu analisis titrimetri.
Analisis titrimetri dilakukan dengan menitrasi suatu sampel tertentu dengan
larutan standar, yaitu larutan yang sudah diketahui konsentrasinya.
Perhitungan didasarkan pada volume titran yang diperlukan hingga tercapai
titik ekuivalen titrasi. Analisis titrimetri yang didasarkan pada terjadinya
reaksi asam basa antara sampel dengan larutan standar disebut analisis asidi
alkalimetri. Apabila larutan standar yang digunakan adalah suatu larutan yang
bersifat asam maka analisis yang dilakukan adalahh analisis asidimetri.
Sebaliknya jika digunakan suatu basa sebagai larutan standar, analisis tersebut
disebut sebagai analisis alkalimetri. Konsentrasi larutan asam basa sering
menggunakan satuan kemolaran (M), maka rumusan itu dapat diubah.
Konversi dari suatu kemolaran ke normalitasan adalah mengalikan valensi (n)
asam atau basa dengan kemolaran. Sebaliknya dari suatu kenormalan ke
satuan kemolaran adalah membagi kemolaran dengan valensi asam atau basa.
Konversi ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Dengan rumus :
VA . MA . nA = VB . MB . nB
Keterangan :
nA = Valensi asam
Untuk analisis titrimetri lebih mudah jika kita memahami sistem ekuivalen
(larutan normal) sebab pada titik akhir titrasi jumlah ekuivalen dari zat yang
dititrasi = jumlah ekuivalen zat penitrasi. Berat ekuivalen suatu zat sangat
sukar dibuat definisinya, tergantung dari macam reaksinya. Volumetri dapat
dibagi menjadi:
2. Oksidimetri
3. Argentometri
Diakhir titrasi akan terbentuk garam yang berasal dari asam kuat dan basa
kuat.
Misal:
Pada akhir titrasi terbentuk garam yang berasal dari asam lemah dan basa
kuat. Misal :
asam asetat dengan NaOH.
Pada akhir titrasi akan terbentuk garam yang berasal dari basa lemah dan asam
kuat.
Misal : NH4Cl dan HCl
Pada akhir titrasi akan terbentuk garam yang berasal dari asam lemah dan basa
lemah.
Misal : asam asetat dan NH4OH
Peningkatan kadar logam berat dalam air laut akan diikuti peningkatan kadar
logam berat dalam biota laut yang pada gilirannya melalui rantai makanan
akan menimbulkan keracunan akut dan khronik, bahkan bersifat karsinogenik
pada manusia konsumen hasil laut (Keman, 1998). Penelitian yang telah
dilakukan oleh Pikir (1993) dengan metode Spektroskopi Serapan Atom
(SSA) menyimpulkan bahwa kerang yang berasal dari Pantai Kenjeran Suraba
ya, mengandung logam berat Cadmium (Cd) sebesar 1,22 ppm dan kerang
dari Pantai Keputih Surabaya, mengandung 1,09 ppm logam berat Cadmium.
Penelitian lain yang dilakukan dengan metode yang sama oleh Moesriati
(1995) terhadap beberapa jenis ikan dan kerang di Pantai Kenjeran Surabaya
menyatakan bahwa kadar logam berat Cadmium dalam daging kerang adalah
1,21 ppm (Sukmariah, 1990).
BAB III
Metodologi
1. NaOH 0,1 M
2. HCl 0,1 M
3. H2C2O4
4. Indikator penolphetalin
5. Erlenmeyer
6. Buret 50 mL
9. Corong kaca
2. Alirkan larutan NaOH yang ada dalam buret sedikit demi sedikit sampai
terbentuk
warna merah muda yang tidak hilang apabila gelas erlenmeyer
digoyangkan.
3. Alirkan larutan NaOH yang ada dalam buret sedikit demi sedikit sampai
terbentuk
warna merah muda yang tidak hilang apabila gelas erlenmeyer
digoyangkan.
BAB IV
Hasil Pengamatan
Volume
larutan
10 10 10 10
1 asam
mL mL mL mL
oksanat
0,1 M
Volume
25 25 12 20,6
2 NaOH
mL mL mL mL
terpakai
Molarita
Berdasarkan hasil percobaan 0,05
3 s (M)
diatas mL
NaOH
Molarita
0,0 0,0 0,0
s (M) 0,05
4 4 4 8
larutan mL
mL mL mL
HCl
BAB V
Pembahasan
1. Kebocoran buret.
Reaksi yang terjadi antara NaOH dengan asam oksalat adalah sebagai berikut
:
V1.M1=V2.M2 V1.M1=V2.M2
= M2 =M2
0,05 = M2 0,05 = M2
V1.M1 =V2.M2
10.0,1 = 19,8.M2
=M2
0,05 = M2
= 0,05 M
Jadi kadar NaOH pada proses titrasi yang dilakukan adalah sebanyak 0,05 M .
Standarisasi NaOH dengan larutan HCl
Reaksi yang terjadi antara NaOH dengan HCl adalah sebagai berikut :
V1.M1=V2.M2 V1.M1=V2.M2
10.0,1=25.M2 10.0,1=12.M2
= M2 = M2
0,04=M2 0,08 = M2
V1.M1=V2.M2
10.0,1=25.M2
= M2
0,04=M2
= 0,053 M
Jadi kadar HCl pada proses titrasi yang dilakukan adalah sebanyak 0,053 M .
BAB VI
Penutup
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang bisa saya ambil dari praktikum yang kami lakukan
adalah :
6.2 Saran
Setiap kita melakukan praktikum harus dilakukan dengan hati-hati dan teliti
agar tidak terjadi kesalahan dalam praktikum.
BAB I
Pendahuluan
Titrasi merupakan suatu metoda untuk menentukan kadar suatu zat dengan
menggunakan zat lain yang sudah dikethaui konsentrasinya. Titrasi biasanya
dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi,
sebagai contoh bila melibatan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi
asam basa, titrasi redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi,
titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatan pembentukan reaksi
kompleks dan lain sebagainya. (disini hanya dibahas tentang titrasi asam
basa).
Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai titrant dan biasanya
diletakan di dalam Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui
konsentrasinya disebut sebagai titer dan biasanya diletakkan di dalam
buret. Baik titer maupun titrant biasanya berupa larutan.
Titrasi asam basa disebut juga titrasi adisi alkalimetri. Kadar atau konsentrasi
asam basa larutan dapat ditentukan dengan metode volumetri dengan teknik
titrasi asam basa. Volumetri adalah teknik analisis kimia kuantitatif untuk
menetapkan kadar sampel dengan pengukuran volume larutan yang terlibat
reaksi berdasarkan kesetaraan kimia. Kesetaraan kimia ditetapkan melalui titik
akhir titrasi yang diketahui dari perubahan warna indicator dan kadar sampel
untuk ditetapkan melalui perhitungan berdasarkan persamaan reaksi.
Titrasi asam basa merupakan teknik untuk menentukan konsentrasi larutan
asam atau basa. Reaksi yang terjadi merupakan reaksi asam basa (netralisasi).
Larutan yang kosentrasinya sudah diketahui disebut larutan baku. Titik
ekuivalen adalah titik ketika asam dan basa tepat habis bereaksi dengan
disertai perubahan warna indikatornya. Titik akhir titrasi adalah saat
terjadinya perubahan warna indicator.
BAB II
Tinjauan Pustaka
2.Harus stabil.
3.Zat ini mudah dikeringkan, tidak higroskopis , sehingga tidak menyerap uap
air,
tidak menyerap CO2 pada waktu penimbangan (Sukmariah, 1990).
Larutan yang mempunyai konsentrasi molar yang diketahui, dapat dengan
mudah digunakan untuk reaksi-reaksi yang melibatkan prosedur kuantitatif.
Kuantitas zat terlarut dalam suatu volume larutan itu, dimana volume itu
diukur dengan teliti, dapat diketahui dengan tepat dari hubungan dasar berikut
ini:
atau:
Analisis kimia yang diketahui terhadap sampel yaitu analisis kualitatif dan
analisis kuantitatif. Analisis kualitatif memberikan informasi mengenai apa
saja yang menjadi komponen penyusun dalam suatu sampel, sedangkan
analisis kuantitatif memberikan informasi mengenai beberapa banyak
komposisi suatu komponen dalam sampel. Dengan kata lain, analisis kualitatif
berkaitan dengan jumlah atau banyaknya senyawa dalam sampel. Analisis
kuantitatif konvensional yang paling sering diterapkan yaitu analisis titrimetri.
Analisis titrimetri dilakukan dengan menitrasi suatu sampel tertentu dengan
larutan standar, yaitu larutan yang sudah diketahui konsentrasinya.
Perhitungan didasarkan pada volume titran yang diperlukan hingga tercapai
titik ekuivalen titrasi. Analisis titrimetri yang didasarkan pada terjadinya
reaksi asam basa antara sampel dengan larutan standar disebut analisis asidi
alkalimetri. Apabila larutan standar yang digunakan adalah suatu larutan yang
bersifat asam maka analisis yang dilakukan adalahh analisis asidimetri.
Sebaliknya jika digunakan suatu basa sebagai larutan standar, analisis tersebut
disebut sebagai analisis alkalimetri. Konsentrasi larutan asam basa sering
menggunakan satuan kemolaran (M), maka rumusan itu dapat diubah.
Konversi dari suatu kemolaran ke normalitasan adalah mengalikan valensi (n)
asam atau basa dengan kemolaran. Sebaliknya dari suatu kenormalan ke
satuan kemolaran adalah membagi kemolaran dengan valensi asam atau basa.
Konversi ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Dengan rumus :
VA . MA . nA = VB . MB . nB
Keterangan :
nA = Valensi asam
Untuk analisis titrimetri lebih mudah jika kita memahami sistem ekuivalen
(larutan normal) sebab pada titik akhir titrasi jumlah ekuivalen dari zat yang
dititrasi = jumlah ekuivalen zat penitrasi. Berat ekuivalen suatu zat sangat
sukar dibuat definisinya, tergantung dari macam reaksinya. Volumetri dapat
dibagi menjadi:
2. Oksidimetri
3. Argentometri
Diakhir titrasi akan terbentuk garam yang berasal dari asam kuat dan basa
kuat.
Misal:
Pada akhir titrasi terbentuk garam yang berasal dari asam lemah dan basa
kuat. Misal :
asam asetat dengan NaOH.
CH3COOH + NaOH CH3COONa + H2O
Pada akhir titrasi akan terbentuk garam yang berasal dari basa lemah dan asam
kuat.
Misal : NH4Cl dan HCl
Pada akhir titrasi akan terbentuk garam yang berasal dari asam lemah dan basa
lemah.
Misal : asam asetat dan NH4OH
Peningkatan kadar logam berat dalam air laut akan diikuti peningkatan kadar
logam berat dalam biota laut yang pada gilirannya melalui rantai makanan
akan menimbulkan keracunan akut dan khronik, bahkan bersifat karsinogenik
pada manusia konsumen hasil laut (Keman, 1998). Penelitian yang telah
dilakukan oleh Pikir (1993) dengan metode Spektroskopi Serapan Atom
(SSA) menyimpulkan bahwa kerang yang berasal dari Pantai Kenjeran Suraba
ya, mengandung logam berat Cadmium (Cd) sebesar 1,22 ppm dan kerang
dari Pantai Keputih Surabaya, mengandung 1,09 ppm logam berat Cadmium.
Penelitian lain yang dilakukan dengan metode yang sama oleh Moesriati
(1995) terhadap beberapa jenis ikan dan kerang di Pantai Kenjeran Surabaya
menyatakan bahwa kadar logam berat Cadmium dalam daging kerang adalah
1,21 ppm (Sukmariah, 1990).
BAB III
Metodologi
1. NaOH 0,1 M
2. HCl 0,1 M
3. H2C2O4
4. Indikator penolphetalin
5. Erlenmeyer
6. Buret 50 mL
9. Corong kaca
Cara kerja :
2. Alirkan larutan NaOH yang ada dalam buret sedikit demi sedikit sampai
terbentuk
warna merah muda yang tidak hilang apabila gelas erlenmeyer
digoyangkan.
BAB IV
Hasil Pengamatan
Standarisasi NaOH dengan larutan oksanat
Volume
larutan
10 10 10 10
1 asam
mL mL mL mL
oksanat
0,1 M
Volume
10 10 10 10
1 larutan
mL mL mL mL
HCl
Volume
25 25 12 20,6
2 NaOH
mL mL mL mL
terpakai
Molarita
Berdasarkan hasil percobaan 0,05
3 s (M)
diatas mL
NaOH
Molarita
0,0 0,0 0,0
s (M) 0,05
4 4 4 8
larutan mL
mL mL mL
HCl
BAB V
Pembahasan
1. Kebocoran buret.
Reaksi yang terjadi antara NaOH dengan asam oksalat adalah sebagai berikut
:
V1.M1=V2.M2 V1.M1=V2.M2
= M2 =M2
0,05 = M2 0,05 = M2
V1.M1 =V2.M2
10.0,1 = 19,8.M2
=M2
0,05 = M2
= 0,05 M
Jadi kadar NaOH pada proses titrasi yang dilakukan adalah sebanyak 0,05 M .
Standarisasi NaOH dengan larutan HCl
Reaksi yang terjadi antara NaOH dengan HCl adalah sebagai berikut :
V1.M1=V2.M2 V1.M1=V2.M2
10.0,1=25.M2 10.0,1=12.M2
= M2 = M2
0,04=M2 0,08 = M2
V1.M1=V2.M2
10.0,1=25.M2
= M2
0,04=M2
= 0,053 M
Jadi kadar HCl pada proses titrasi yang dilakukan adalah sebanyak 0,053 M .
BAB VI
Penutup
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang bisa saya ambil dari praktikum yang kami lakukan
adalah :
6.2 Saran
Setiap kita melakukan praktikum harus dilakukan dengan hati-hati dan teliti
agar tidak terjadi kesalahan dalam praktikum.