Anda di halaman 1dari 10

PENGANTAR HUKUM BISNIS

HUKUM PERJANJIAN (KONTRAK BISNIS) 1

Di susun oleh :

1. Nandya Eka Prestanti (2016030196)


2. Bunga Nur Islamiyah (2016030211)
3. Adi Hartopo (2016030204)
4. Tidiana (2016030225)
5. Lufti Ayu Ismawati (2016030239)

UNIVERSITAS ISLAM BATIK SURAKARTA


FAKULTAS EKONOMI
TAHUN 2017
SURAT BERHARGA

Pengertian Surat Berharga


Surat berharga adalah surat pengakuan hutang, wesel, saham, obligasi, sekuritas kredit atau
setiap derivatif dan surat berharga atau kepentingan lain atau suatu kewajiban dari penerbit,
dalam bentuk yang lazim diperdagangkan dalam pasar modal maupun pasar uang. (UU No.
7/1992 tentang Perbankan).

Fungsi Surat Berharga :


Fungsi Surat Berharga secara yuridis adalah sebagai berikut:
Sebagai alat pembayaran
Sebagai alat pemindahan hak tagih (karena dapat diperjualbelikan)
Sebagai Surat Legitimasi (Surat Bukti Hak Tagih)

Dilihat dari segi fungsinya , ada 3 macam surat berharga : Surat yang bersifat hukum
kebendaaan (zakenrechtelijke papieren) Surat tanda keanggotaan dari persekutuan
(lidmaatschaps papieren) Surat tagihan hutang (schuldvorderingspapieren)

Secara fisik Surat Berharga hanyalah merupakan sepucuk surat, tetapi secara hukum dapat
mengikat. Teori secara cauisa yuridis suatu surat berharga mempunyai kekuatan mengikat :

1. Teori Kreasi (Creatie theorie ) Menurut teori ini sebabnya surat berharga mengikat
penerbitnya adalah karena tindakan penerbit menandatangani surat berharga. Karena
penandatanganan tersebut, penerbit terikat meskipun pihak pemegang surat berharga
sudah beralih kepada pihak lain dari pemegang semula.
2. Teori Kepatutan (Redelijkheids theorie) Menurut teori ini penerbit surat berharga
terikat dan harus membayar surat berharga kepada siapapun pemegangnya secara
patut.
3. Teori Perjanjian (Overeenkomst theorie) Menurut teori ini penerbit surat berharga
terikat karena penerbit telah membuat perjanjian dengan pihak pemegang surat
berharga .
4. Teori Penunjukan (Vertonings theorie) Menurut teori ini sebabnya surat berharga
mengikat penerbitnya adalah karena pihak pemegang surat berharga tersebut
menunjukkan surat berharga tersebut kepada penerbit untuk mendapatkan
pembayaran.

Artikel Terkait :

Akta Pengakuan Hutang Murni


Pengertian perjanjian dan Syarat- Syarat Perjanjian
Syarat Sah Perjanjian
Surat Utang Negara (SUN)

Jenis-Jenis Surat Berharga


1. Wessel
Pada Pasal 100 KUHD menerangkan bahwa Wessel : Surat berharga yang memuat kata
WESSEL didalamnya, tertanggal dan ditandatangani di suatu tempat, dalam mana si
Penarik memberi perintah tanpa syarat kepada Tertarik untuk pada hari bayar membayar
sejumlah uang kepada pemegang/ penerima yang ditunjuk oleh penarik / penggantinya.
Dalam Pasal 100 KUHD pun mengatur tentang Syarat formal Surat Wessel :
Perkataan Surat Wessel harus tercantum dalam teksnya sendiri.
Perintah tidak bersyarat untuk membayar sejumlah uang.
Nama orang yang harus membayar/tertarik.
Menunjukkan hari gugur.
Penunjukkan tempat, dimana pembayaran dilakukan.
Nama orang kepada siapa/kepada pengganti pambayaran harus dilakukan.
Penyebutan tanggal penerbitan.
Tandatangan orang yang menerbitkan surat wessel/penarik.

Para pihak yang terlibat dalam suatu wesel adalah sebagai berikut :
1) Penarik, pihak yang menerbitkan surat wesel.
2) Tertarik, pihak yang diberikan perintah tanpa syarat untuk membayar surat wesel.
3) Akseptan, pihak yang telah setuju untuk membayar surat wesel pada hari bayar.
4) Pemegang pertama, pihak yang pertama sekali memegang/menerima wesel tersebut.
5) Pengganti, pihak yang menerima peralihan surat wesel dari pihak pemegang
sebelumnya.
6) Endosan, pihak yang mengalihkan surat wesel kepada pemegang selanjutnya.

2. Surat Berharga Cek


Pasal 178 KUHD menerangkan bahwa Cek : Surat berharga yang membuat kata CEK.
dimana penarik memerintahkan kepada bank tertentu untuk membayar sejumlah uang kepada
orang yang namanya disebut dalam cek/penggantinya/pembawa pada saat ditunjukkan.
Dalam pasal 178 KUHD mengatur tentang Syarat Formal bentuk surat Cek, diantaranya.
1) Perkataan CEK yang secara mutlak harus ditulis dalam teks cek tersebut.
2) Perintah tak bersyara
3) Tertarik/tersangkut.
4) Tempat pembayaran.
5) Tanggal dan tempat cek ditariknya.
6) Tanda tangan penarik.

Adapun pihak yang terlibat dalam surat cek adalah:


1) Penarik, pihak yang menerbitkan surat cek.
2) Tertarik, pihak yang diberikan perintah tanpa syarat untuk membayar surat cek, dalam
hal ini adalah bank.
3) Pemegang, pihak yang pertama sekali memegang/menerima cek tersebut.
4) Pembawa, pihak yang menerima cek tersebut dan membawa untuk menunjukkannya
kepada bank, tanpa menyebutkan namanya pada cek tersebut.
5) Pengganti, pihak yang menerima peralihan surat cek dari pihak pemegang
sebelumnya dengan jalan endosemen.
6) Endosan, pihak yang mengalihkan surat cek kepada pemegang selanjutnya dalam
jenis cek atas pengganti.

Jenis-jenis surat cek :


Cek Biasa, cek yang memenuhi criteria dan ciri-ciri cek, Tanpa ketentuan tambahan
Cek Atas Pengganti Penerbit, Cek dimana pemegang pertama tidak disebutkan,
sehingga penarik sama dengan pemegang pertama
Cek Atas Penerbit Sendiri, Tertarik juga bisa bertindak sebagai penarik
Cek Untuk Perhitungan Pihak Ketiga, Cek yang diterbitkan oleh seseorang tetapi
pembayaranya diambil bukan dari rekening penarik, namun dari rekening pihak
ketiga.
Cek Inkasso, Pemegang cek hanya berkedudukan sebagai pemegang kuasa untuk
menagih. Pemegang tidak boleh mengalihkan kepada pihak lain selain dengan jalan
pemberian kuasa terhadap seseorang sesuai yang tercantum dalam surat kuasa.
Cek Domisili, Cek yang tempat pencairannya ditunjukan di tempat tertentu, yaitu di
tempat pihak ketiga atau di tempat pihak tersangkut. Catatan: Cek ini tidak dapat
dicairkan di tempat lain.
Cek Silang (Crossed Cheque), Cek yang hanya dibayarkan jika pembawanya bank
lain atau nasabah bank dari tertarik.
Cek Perjalanan (Travellers Cheque), Cek ini tidak dapat dibayar dengan tunai ,namun
hanya dibayar secara pemindahbukuan kedalam rekening pembawanya.

3. Surat Sanggup
Sebuah surat berharga, yang mencatumkan tanggal dan menyebutkan tempat penerbitannya,
yang merupakan kesanggupan tanpa syarat oleh penerbit untuk membayar (pengakuan
hutang) kepada pihak pemegang atau pembawanya, pembayaran mana dilakukan pada waktu
tertentu oleh pihak penerbit itu sendiri.

Syarat-syarat Formal Surat Sanggup :


Kata-kata Surat Sanggup.
Kesanggupan tidak bersyarat untuk membayar sejumlah uang tertentu.
Tanggal pembayaran.
Penetapan tempat pembayaran.
Tanggal dan tempat surat sanggup ditarik/diterbitkan.
Tanda tangan penerbit surak aksep.
Nama orang yang kepadanya atau kepada orang lain yang ditunjuk olehnya,
4. Kuitansi
Kuitansi mengandung perintah kepada pihak ketiga untuk membayarkan sejumlah uang
tertentu yang tertulis pada kuitansi tersebut kepada pengunjuknya. Terjadinya kuitansi pada
pembawa tentunya karena si penerbit kuitansi pada pembawa itu telah ada kesanggupan
dari pihak ketiga (tertarik) untuk membayar/menyediakan dana untuk membayar sejumlah
uang yang tertera pada kuitansi itu.

Persyaratan yang harus dimiliki/dipenuhi suatu kuitansi pada pembawa adalah:


a. harus ada tanda tangan atau ditandatangani oleh pembuatnya;
b. harus dinyatakan pengakuan bahwa telah menerima sejumlah uang tertentu;
c. harus disebutkan nama yang kena tarik;
d. harus dinyatakan penanggalan hari pengeluaran surat kuitansi pada pembawa
tersebut.

5. Promes (Akseptasi)
Berbeda dengan surat wesel yang mengandung perintah, promes (akseptasi) menyebutkan
suatu janji atau kesanggupan untuk membayar. Promes disebut juga surat sanggup, yaitu
surat pernyataan dari seorang debitur untuk menyanggupi/berjanji membayar sejumlah uang
pada waktu tertentu kepada orang yang tertulis namanya diatas surat tersebut. Promes berarti
kesanggupan atau berjanji dan aksepberarti akhir, maka dari itulah kita katakana surat
tersebut promes atauaksep.

Dalam promes harus tercantum keterangan-keterangan :


a. kata-kata promes atau keterangan order;
b. janji tidak bersyarat untuk membayar sejumlah utang;
c. tempat pembayaran.Apabila ini tidak ada , maka tempat pembayaran adalah tempat
yang tertera dekat nama tertarik;
d. tanggal pembayaran;
e. nama orang yang kepada seluruhnya uang itu harus dibayar;
f. tanda tangan orang yang mengeluarkan promes.

Contoh promes :

YANG BERTANDA TANGAN DIBAWAH INI, BERSEDIA UNTUK MEMBAYAR


ATAS MEMPERLIHATKAN SURAT INI, SEJUMLAH UANG :
---------------------------SATU JUTA RUPIAH--------------------------

MATERAI JAKARTA, 4 MEI 2008

RYAN

Dalam dunia perdagangan di Indonesia, promes lebih dikenal dengan istilahaksep, yang
banyak digunakan oleh para pengimpor Indonesia. Pengimpor meminta promes dari toko-
toko atas penjualan barangnya pada toko tersebut. Yang menandatanganinya dinamai
promiten. Promes tidak usah diaksep lagi, karena isinya memang janji untuk membayar.
Namanya yang resmi dalam undang-undang ialah surat order (KUHD BukuI titel 6).
Syarat-syarat promes ialah :
a. harus memuat perkataan surat order atau promes kepada order;
b. janji tidak bersyarat untuk membayar sejumlah uang;
c. harus ditentukan jangka waktu atau hari pembayaran;
d. tempat pembayaran;
e. nama orang yang harus menerima pembayaran atau kuasanya (ordernya);
f. nama tempat dan tanggal promes itu ditandantangani;
g. tanda tangan promiten.

Promes-promes dibayarkan beberapa waktu sesudah dilihat dan harus dalam waktu satu tahun
sesudah tanggal penandatanganan ditunjukkan kepada yang menandatanganinya untuk di
tandatangani pula dengan catatan telah dilihat.

6. Bilyet Giro
Bilyet Giro adalah surat perintah dari nasabah pemilik dana pada rekening giro, kepada bank
atau tertarik untuk memindahkan sejumlah dana kedalam rekening yang tertera dalam bilyet
giro, dana mana tidak dapat dicairkan secara tunai.

Dasar Hukum antara lain:


a. SEBI No.8/7/1975;
b. SEBI No.9/72/1975;
c. SEBI No.9/16/1976;
d. SEBI No.5/85/1972;

Syarat Formal
Setiap Bilyet Giro harus berisikan:
1) Nama dan nomor Bilyet Giro;
2) Nama bank tertarik;
3) Perintah bayar tanpa syarat;
4) Nama dan nomor rekening pemegang /penerima;
5) Nama dan alamat bank penerima;
6) Jumlah dana dalam angka dan huruf;
7) Tempat dan tanggal penarikan;
8) Tanda tangan dan nama jelas penarik;
Pihak-pihak yang terlibat dalam transaksi yang menggunakan Bilyet Giro adalah sama
dengan pihak-pihak yang terlibat dalam transaksi yang menggunakan cek.

Beberapa istilah yang berkaitan dengan Bilyet Giro:


Bilyet Giro mundur adalah Bilyet Giro yang tanggal efektifnya setelah tanggal
penerbitan;
Stop payment merupakan perintah penarik untuk membatalkan penarikan yang
disebabkan oleh hilangnya Bilyet Giro;
Inkaso (Pasal 183a KUHD) adalah perintah atau kuasa untuk menagihkan sejumlah
uang yang tertera dalam Bilyet Giro;
Cerukan (overdraft) adalah kondisi yang mana bank tertarik melakukan pembayaran
atas instruksi pendebetan atau penarikan yang dilakukan penarik atau nasabah,
walaupun dana pada rekening giro tersebut tidak mencukupi;
Bilyet Giro kosong adalah tolakan terhadap Bilyet Giro yang ditarik, dikarenakan: (i)
saldo rekening tidak cukup, (ii) rekening telah ditutup, dan (iii) alasan lain;
Mekanisme pemberian SP dalam Bilyet Giro sama dengan cek.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam Bilyet Giro:


a. Apabila terdapat perbedaan penulisan dalam jumlah uang dalam angka dan huruf,
maka yang berlaku yang tertulis dalam huruf;
b. Apabila terdapat penulisan jumlah uang yang berulang-ulang, maka yang berlaku
adalah jumlah yang terkecil;
c. Setiap perubahan perintah atau coretan, wajib ditandatangani oleh penarik di tempat
kosong yang terdekat dengan perubahan tersebut.
d. Bilyet Giro hanya dikenal dalam hukum Indonesia. Di negara lain, Bilyet Giro
sebagai media pemindahbukuan dana pada rekening giro, tidak dikenal mengingat
baik untuk keperluan pembayaran tunai atau media pemindahbukuan hanya
digunakan satu instrument yaitu cek.

Tanggal dan batas waktu yang berlaku dalam Bilyet Giro:


1) Tanggal penerbitan;
2) Tanggal efektif (bukan merupakan syarat formal Bilyet Giro) adalah tanggal mulai
berlakunya tenggang waktu penarikan. Apabila tidak ditulis dalam Bilyet Giro maka
tanggal penebitan sama dengan tanggal efektif;
3) Tenggang waktu penarikan selama-lamanya 70 hari sejak tanggal penerbitan;
4) Tenggang waktu penawaran selama-lamanya 6 bulan setelah batas waktu penarikan;
5) Masa daluwarsa adalah masa setelah tenggang waktu penawaran.
6) Konosemen

Sesuai dengan bunyi undang-undang Pasal 504 KUHD maka konosemen adalah surat dimana
pengangkut (kapten kapal) menerangkan bahwa ia telah menerima sejumlah barang untuk
mengangkutnya ke suatu tempat dan menyerahkannya di sana kepada seseorang atau kepada
wakil (kuasa order) nya, segala sesuatu dengan syarat-syarat serta ongkos-ongkos terterntu.
Dari definisi dapat dikatakan bahwa konosemen mempunyai fungsi sebagai tanda penerimaan
(sejumlah barang tertentu) dan sebagai surat perjanjian pengangkutan.

Konosemen member hak kepada yang memilikinya atas sejumlah barang tertentu. Jadi
selama barang-barang dalam kapal sedang berada di tengah lautan, tanpa sepengetahuan
kekuasaan atas dirinya telah berpindah tangan yang satu ke tangan yang lain.
7. Saham
Saham adalah surat berharga yang merupakan tanda kepemilikan seseorang atau badan
terhadap suatu perusahaan. Pengertian saham ini artinya adalah surat berharga yang
dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) atau yang biasa
disebut emiten. Saham menyatakan bahwa pemilik saham tersebut adalah juga pemilik
sebagian dari perusahaan itu. Dengan demikian kalau seorang investor membeli saham, maka
ia pun menjadi pemilik atau pemegang saham perusahaan.

Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas itu adalah
pemilik perusahaan yang menerbitkan kertas tersebut. Jadi sama dengan menabung di bank,
setiap kali kita menabung maka kita akan mendapatkan slip yang menjelaskan bahwa kita
telah menyetor sejumlah uang. Dalam investasi saham, yang kita terima bukan slip
melainkan saham.

Jenis-jenis Saham
Perusahaan dapat menerbitkan 2 jenis saham, yaitu saham biasa dan saham preferen:
a) Saham Biasa
Saham biasa merupakan pemilik sebenarnya dari perusahaan. Mereka menanggung
risiko dan mendapatkan keuntungan. Pada saat kondisi perusahaan jelek, mereka
tidak menerima dividen. Dan sebaliknya, pada saat kondisi perusahaan baik, mereka
dapat memperoleh dividen yang lebih besar bahkan saham bonus. Pemegang saham
biasa ini memiliki hak suara dalam RUPS (rapat umum pemegang saham) dan ikut
menentukan kebijakan perusahaan. Jika perusahaan dilikuidasi, pemegang saham
biasa akan membagi sisa aset perusahaan setelah dikurangi bagian pemegang saham
preferen.
Karakteristik Saham biasa adalah sebagai berikut:
Hak suara pemegang saham, dapat memillih dewan komisaris
Hak didahulukan, bila organisasi penerbit menerbitkan saham baru
Tanggung jawab terbatas, pada jumlah yang diberikan saja.

b) Saham Preferen
Selain saham biasa kita juga mengenal adanya saham preferen. Sesuai namanya,
saham preferen ini mendapatkan hak istimewa dalam pembayaran dividen dibanding
saham biasa.
Karakteristik Saham Preferen adalah sebagai berikut:
Memiliki berbagai tingkat, dapat diterbitkan dengan karakteristik yang berbeda;
Tagihan terhadap aktiva dan pendapatan, memiliki prioritas lebih tinggi dari
saham biasa dalam hal pembagian dividen;

Dividen kumulatif, bila belum dibayarkan dari periode sebelumnya maka dapat
dibayarkan pada periode berjalan dan lebih dahulu dari saham biasa;
Konvertibilitas, dapat ditukar menjadi saham biasa, bila kesepakatan antara
pemegang saham dan organisasi penerbit terbentuk.
8. Obligasi
Merupakan suatu surat pengakuan hutang berjangka panjang (dengan jangka waktu lebih dari
1 (satu) tahun) dengan bersuku bunga tertentu yang diterbitkan oleh perusahaan untuk
menarik dana dari masyarakat. Guna pembiayaan perusahaan, atau diterbitkan oleh
pemerintah untuk anggaran belanjanya.
Apabila suatu obligasi pada pada suatu waktu tertentu dapat ditukar dengan saham
dariperusahaan penerbitnya, maka untuk obligasi demikian disebut dengan istilah obligasi
konversi.

9. Deposito
Berdasarkan UU Perbankan sertifikat deposito adalah deposito berjangka yang bukti
simpanannya dapat diperdagangkan. Sedangkan menurut Blacks Law Dictionary yaitu:
Pengakuan tertulis dari bank kepada penyimpan (deposan) dengan janji untuk membayar
kepada penyimpan, atau penggantinya.

Dasar Hukum
Antara lain: Surat Keputusan Direktur BI No.17/44/KEP/DIR tanggal 22 Oktober 1984
tentang Penerbitan Sertifikat Deposito oleh Bank Umum Dan Bank Pembangunan.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam CoD:


Diterbitkan atas bawa, dalam mata uang rupiah, oleh Bank umum dan bank
pembangunan setelah mendapat persetujuan BI;
Perhitungan bunga secara true discount, sehingga setoran awal ataupun pembayaran
harga beli CoD adalah sebesar net proceed;
Jangka waktu CoD tidak kurang dari 15 hari,
Bank dapat memiliki CoD yang diterbitkan bank lain dalam jumlah tidak melebihi
7,5% dari jumlah pinjaman yang diberikannya.

Pihak-pihak yang terlibat dalam CoD adalah:


1. Penerbit (Bank), sebagai pihak yang memiliki kewajiban pembayaran kepada
siapapun yang mengunjukkan CoD saat jatuh tempo;
2. Pemegang (deposan atau penggantinya atau siapapun yang menguasai CoD) sebagai
pihak yang berhak atas pembayaran jumlah pokok yang tertera dalam CoD.
DAFTAR PUSTAKA

Ari siswanto, 2004. Hukum Perniagaan Usaha. Bogor : Graha Indonesia


Kansil, 2001. Hukum Perusahaan Indonesia. Jakarta : Madya Pramita
https://legalbanking.wordpress.com/materi-hukum/hukum-surat-berharga/
http://ilmuakuntansi.web.id/pengertian-saham-dan-jenis-saham/
http://www.nuriazhari82.web.id/2016/03/makalah-tentang-surat-surat-berharga.html
http://scarmakalah.blogspot.co.id/2014/02/surat-berharga-hukum-dagang.html
http://adechotimatanjung.blogspot.co.id/2013/05/makalah-surat-surat-berharga_9316.html

Anda mungkin juga menyukai