Abstrak Korosi galvanic coupling terjadi karena sambungan mur dan baut ataupun baling- baling kapal dan
adanya kontak langsung pada sambungan dua logam yang berbeda porosnya. Adanya korosi galvanic coupling sangat tidak
seperti pada pasangan mur dan baut, ataupun baling- baling kapal diharapkan karena dapat menimbulkan kerugian besar, seperti
dan porosnya. Dalam penelitian ini dibahas variasi rasio luasan
yang dilakukan penelitian sebelumnya yakni kasus fenomena
baja stainless steel 304 dan baja karbon rendah AISI 1010
terhadap karakteristik korosi galvanic coupling dengan serangan korosi galvanik penyebab patah nose landing gear
perbandingan rasio luasan 1:1, 1:4, dan 4:1. Tujuan penelitian pada pesawat terbang dengan adanya kondensasi dari uap air
untuk menganalisis pengaruh variasi luasan serta mengamati jarak sebagai media terjadinya proses korosi yang menyusup
penyerangan kritis dari sambungan kedua logam dalam diantara bushing dan dudukannya pada nose landing gear
perendaman di media korosi 3,5 % NaCl. Pengujian yang menyebabkan terjadinya serangan korosi galvanik dan pada
dilakukan adalah Weight loss, Foto Makro Mikroskop Optik, Uji kasus ini diperkirakan terjadi korosi galvanic coupling akibat
SEM dan Uji XRD. Dari hasil perendaman di media korosi 3,5% adanya perbedaan potensial antara aluminum bushing dengan
NaCl baja stainless steel 304 menunjukkan ketahanan korosi yang
dudukannya [4]. Karakteristik korosi galvanic coupling
bernilai baik sekali (excelent) dengan nilai laju korosi tertinggi
4,043 mpy di perbandingan 1:1. Sedangkan pada baja karbon merupakan sifat penting yang mempengaruhi besarnya
rendah AISI 1010 laju korosi tertinggi sebesar 250,556 mpy pada ketahanan korosi pada sambungan dua logam yang berbeda
perbandingan 4:1 dan termasuk kategori yang tidak bisa terima material. Faktor yang mempengaruhi galvanic coupling adalah
(unacceptable). Jarak penyerangan kritis terbesar pada baja luasan katoda- anoda dan jarak penyerangan kritis terhadap
karbon rendah AISI 1010 terjadi di dekat sambungan galvanic sambungan pasangan ke dua logam [3]. Korosi galvanic
coupling. Pada perbandingan luasan 1:1 baja karbon rendah AISI coupling dapat diperkecil dengan perbandingan rasio luasan
1010 memiliki jarak penyerangan kritis yang meningkat secara katoda- anoda dengan kombinasi yang sesuai, suatu kondisi
signifikan dimulai dari panjang 3,1 mm menjadi 9 mm sampai 10
mm dengan ketebalan produk korosi rata- rata sebesar 116 m.
yang tidak diinginkan adalah area katoda yang besar dan area
Dari hasil pengujian SEM ketebalan produk korosi terbesar 236 anoda kecil. Dengan kondisi ini korosi yang terjadi adalah
m pada perbandingan 4:1 dan dengan menurunnya luasan katoda bisa mencapai 10 sampai 100 kali terhadap kondisi dimana
menjadi 1:1 ketebalan produk korosi menjadi sebesar 116 m. Dari kedua logam sama ukurannya [5]. Dalam penelitian ini
hasil uji XRD produk korosi galvanic coupling yang dihasilkan menggunakan media korosi NaCl larutan tersebut adalah 3,5
adalah senyawa FeO, Fe2O3 dan Fe2O3.H2O. % NaCl sebagai lingkungan tiruan air laut dengan
menggunakan pasangan dua logam yang berbeda material
Kata kunci : Galvanic Coupling, AISI 1010, Stainless Steel 304, yakni baja stainless steel 304 dan baja karbon rendah AISI
NaCl, FeCl3, Jarak Penyerangan Kritis.
1010. Pemilihan kedua logam tersebut dipertimbangkan
karena kedua material tersebut paling luas dan populer
I. PENDAHULUAN pemakaiannya dalam peralatan mesin ataupun kontruksi [6].
Dalam prosesnya penelitian ini dibahas variasi rasio luasan
CR = (1)
Dimana :
W : Berat yang hilang (grams).
Gambar 2 Penyambungan spesimen uji T : waktu perendaman (jam).
A : Luas permukaan sampel (cm2).
K : Konstanta mils per year (mpy) 3,45 x 106.
Tabel 1 Pengkodean Spesimen Uji D : Berat jenis (g/cm3)
No. Perbandingan Spesimen Keterangan Untuk SS 304 = 7,94 g/cm3
Dimensi Untuk AISI 1010= 7,86 g/cm3
SS 304 SS 304= Rasio Luasan 1
1. 1:1
AISI 1010 AISI1010= Rasio Luasan 1
SS 304 SS 304= Rasio Luasan 1 III. HASIL DAN PEMBAHASAN
2. 1:4
AISI 1010 AISI 1010= Rasio Luasan 4
3.1 Uji Immersion
SS 304 SS 304= Rasio Luasan 4
3. 4:1
AISI 1010 AISI 1010= Rasio Luasan 1
A B
Gambar 3 Uji immersion pasangan galvanic coupling Gambar 4 Kurva laju korosi (A) AISI 1010 dan (B)SS 304
setelah perendaman 2 hari, 4 hari dan 6 hari.
Kemudian dilakukan proses immersion pada larutan 3,5%
NaCl yang telah dibuat dengan cara mengisikan 500 mL air Gambar 4 (A) menunjukan laju korosi pada AISI 1010, dapat
aquades ke dalam gelas beker 1000 mL dan ditambahkan 35 diketahui terjadi kenaikan laju korosi pada AISI 1010 pada
gram NaCl ke dalam gelas ukur tersebut lalu gelas ukur diisi setiap harinya. Laju korosi pada AISI 1010 terbesar pada
lagi dengan air aquades sampai mencapai 1000mL, air itu perbandingan 4:1 yakni dari hari ke- 2 nilai laju korosi sebesar
diaduk agar diperoleh larutan yang homogen kemudian 75,349 mpy menjadi 143,841 mpy pada hari ke 4 dan naik
didiamkan selama 15menit. Setelah 15 menit, media korosi lagi pada hari ke 6 dengan nilai laju korosi sebesar 250,556
tersebut siap untuk digunakan dengan temperatur larutan 27 mpy. Sedangkan gambar 4 (B) dapat diketahui stainless steel
10C. Proses Immersion dilakukan selama 6 hari di media 304 terjadi kenaikan laju korosi juga pada pada setiap harinya.
korosi 3,5% NaCl menggunakan gelas beker dan ditutup Namun laju korosi cukup kecil terjadi pada perbandingan 1:1
sesuai gambar 3. Setelah dilakukan perendaman secara dari hari ke- 2 sebesar 2.353 mpy menjadi 3,530 mpy pada
berkala tiap 2 hari, 4 hari, dan 6 hari kemudian spesimen uji
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2012) ISSN: 2301-9271 3
hari ke 4 dan naik lagi pada hari ke 6 dengan nilai laju
korosi maksimal sebesar 4,043 mpy.
(a) (b)
1:1
(B)
Perbesaran 400x
1:4
Logam
Induk
1:4 1:4
Produk
Korosi *
4:1
(C)
1:4
Perbesaran 38x
1:4
IV. KESIMPULAN
1. Setelah dilakukan uji immersion selama 2 hari, 4 hari, dan
Keterangan Gambar : 6 hari di media korosi 3,5% NaCl laju korosi terkecil pada
: Ketebalan Produk Korosi baja karbon rendah AISI 1010 terjadi pada perbandingan
1:1. Sedangkan laju korosi tebesar terjadi pada
: Titik Foto Uji SEM perbandingan 4:1.
*
Gambar 10 Foto hasil uji SEM AISI 1010 setelah
2. Pengukuran jarak penyerangan kritis korosi galvanic
coupling hanya dilakukan setelah uji immersion di media
perendaman 6 hari di larutan 3,5% NaCl korosi 3,5% NaCl saja. Hasil pengamatan menunjukkan
korosi pada AISI 1010 dimulai dari sambungan, sehingga
sampai satu jarak tertentu perambatan menjadi seragam
3.5 Pengujian XRD (X-ray diffraction) (uniform corrosion). Pada perbandingan luasan 1:1 baja
Pengujian XRD dilakukan untuk mengetahui produk korosi karbon rendah AISI 1010 memiliki jarak penyerangan
yang terbentuk dari spesimen AISI 1010 setelah proses kritis yang meningkat secara signifikan dimulai dari
galvanic coupling dan telah mengalami uji immersion selama panjang 3,1 mm menjadi 9 mm sampai 10 mm dengan
6 hari di media korosi 3,5% NaCl. ketebalan produk korosi rata- rata sebesar 116 m.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2012) ISSN: 2301-9271 6
DAFTAR PUSTAKA
[1] Mars, G. Fontana. 1987. Corrosion Engineering, 3rd
edition. New York: Mc Graw-Hill Book Company.
[2] Trethewey, K.R. dan J. Chamberlain. 1991. Korosi
untuk Mahasiswa dan Rekayasawan. Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Utama.
[3] Heri Supomo. 2003. Diktat Kuliah Korosi. FTK- Teknik
Perkapalan ITS Surabaya.
[4] M.Syahril. Fenomena Serangan Korosi Galvanik
Penyebab Patah Nose Landing Gear Pesawat
Terbang. Balai Besar Teknologi Kekuatan Struktur
(B2TKS) BPPT.
[5] Suhadi, Siswanti S, Bambang P. 2009. Laju Korosi Dua
logam Tak Sejenis dalam Larutan Asam
Menggunakan Inhibitor. Jurusan Teknik Kimia.
Universitas WR. Supratman.
[6] C.F. Dong, K.Xiao, X.GLi, Y.F.Cheng. 2010. Erosion
Accelerated Corrosion of a Carbon Steel- Stainless
Steel Galvanic Couple in a Chloride Solution.
[7] Wahid Suherman. 1999. Diktat Kuliah Ilmu Logam I.
FTI- Teknik Mesin ITS Surabaya.
[8] Chandler,Ka.1985.Marine and Offshore Corrosion.
London Butterworths
[9] ASTM G 1-03. 2003. Standard Practice for Preparing,
Cleaning, and Evaluating Corrosion Test Speciments.
[10] ASTM G 44-99. 2004. Standard Practice for Exposure
of Metals and Alloys by Alternate Immersion in
neutral 3,5% Sodium Chloride Solution.