Anda di halaman 1dari 15

A.

DEFENISI
Hipertiroidisme (Tiroktosikosis) merupakan suatu keadaan di mana didapatkan
kelebihan hormon tiroid karena ini berhubungan dengan suatu kompleks fisiologis dan
biokimiawi yang ditemukan bila suatu jaringan memberikan hormon tiroid berlebihan.
Hipertiroidisme dapat didefinisikan sebagai respon jaringan-jaringan terhadap
pengaruh metabolik terhadap hormon tiroid yang berlebihan (Price & Wilson, 2002)
Hipertiroidisme (Hyperthyrodism) adalah keadaan disebabkan oleh kelenjar
tiroid bekerja secara berlebihan sehingga menghasilkan hormon tiroid yang berlebihan
di dalam darah. Hipertiroidisme adalah kadar TH yang bersirkulasi berlebihan.
Gangguan ini dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus.
(Elizabeth J. Corwin, 2001).
Hipertiroidisme merupakan salah satu penyakit gangguan kelenjar endokrin yang
disebabkan karena peningkatan produksi hormone tiroid secara berlebihan oleh
kelenjar tiroid (Fumarola et al, 2010)

B. ETIOLOGI
Berdasarkan etiologinya hipertiroidisme dapat dibagi menjadi beberapa
kategori, secara umum hipertiroidisme yang paling banyak ditemukan adalah Graves
Disease, toxic adenoma, dan multinodular goiter.

a. Graves Disease

Graves disease merupakan penyebab utama hipertiroidisme karena sekitar


80% kasus hipertiroidisme di dunia disebabkan oleh Graves disease. Penyakit ini
biasanya terjadi pada usia 20 40 tahun, riwayat gangguan tiroid keluarga, dan
adanya penyakit autoimun lainnya misalnya diabetes mellitus tipe 1 (Fumarola et
al, 2010).

Graves disease merupakan gangguan autoimun berupa peningkatan kadar


hormon tiroid yang dihasilkan kelenjar tiroid Kondisi ini disebabkan karena adanya
thyroid stimulating antibodies (TSAb) yang dapat berikatan dan mengaktivasi
reseptor TSH (TSHr). Aktivasi reseptor TSH oleh TSAb

memicu perkembangan dan peningkakan aktivitas sel-sel tiroid menyebabkan


peningkatan kadar hormon tiroid melebihi normal.
TSAb dihasilkan melalui proses respon imun karena adanya paparan
antigen. Namun pada Graves Disease sel-sel APC (antigen presenting cell)
menganggap sel kelenjar tiroid sebagai antigen yang dipresentasikan pada sel T
helper melalui bantuan HLA (human leucocyte antigen). Selanjutnya T

Untuk membantu menegakkan diagnosis pasien menderita Graves disease


perlu dilakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium. Menurut Baskin
et al (2002), pemeriksaan yang perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosis
Graves disease yaitu TSH serum, kadar hormon tiroid (T3 dan T4) total dan
bebas, iodine radioaktif, scanning dan thyrotropin receptor antibodies (TRAb).
Pada pasien Graves disease, kadar TSH ditemukan rendah disertai peningkatan
kadar hormon tiroid. Dan pada pemeriksaan dengan iodine radioaktif ditemukan
uptake tiroid yang melebihi normal. Sedangkan pada teknik scanning iodine terlihat
menyebar di semua bagian kelenjar tiroid, dimana pola penyebaran iodine pada
Graves disease

berbeda pada hipertiroidisme lainnya. TRAb ditemukan hanya pada penderita


Graves disease dan tidak ditemukan pada penyakit hipertiroidisme lainnya
sehingga dapat dijadikan sebagai dasar diagnosis Graves Disease. Selain itu TRAb
dapat digunakan sebagai parameter keberhasilan terapi dan tercapainya kondisi
remisi pasien (Okamoto et al, 2006).

b. Toxic Adenoma

Pada pasien toxic adenoma ditemukan adanya nodul yang dapat


memproduksi hormon tiroid. Nodul didefinisikan sebagai masa berupa folikel tiroid
yang memiliki fungsi otonom dan fungsinya tidak terpengaruhi oleh kerja TSH
(Sherman dan Talbert, 2008).

Penyakit ini lebih sering muncul pada wanita, pasien berusia lanjut,
defisiensi asupan iodine, dan riwayat terpapar radiasi.

Pada pasien dengan toxic adenoma sebagian besar tidak muncul gejala
atau manifestasi klinik seperti pada pasien dengan Graves disease. Pada
sebagian besar kasus nodul ditemukan secara tidak sengaja saat dilakukan
pemeriksaan kesehatan umum atau oleh pasien sendiri.
Sebagian besar nodul yang ditemukan pada kasus toxic adenoma bersifat
benign (bukan kanker), dan kasus kanker tiroid sangat jarang ditemukan. Namun
apabila terjadi pembesaran nodul secara progresif disertai rasa sakit perlu dicurigai
adanya pertumbuhan kanker. Dengan demikian perlu dilakukan pemeriksaan dan
evaluasi terhadap kondisi pasien untuk memberikan tatalaksana terapi yang
tepat.

Munculnya nodul pada tiroid lebih banyak ditemukan pada daerah dengan
asupan iodine yang rendah. Menurut Paschke (2011), iodine yang rendah
menyebabkan peningkatan kadar hidrogen peroksida di dalam kelenjar tiroid yang
akan menyebabkan mutasi. Hal ini sesuai dengan Tonacchera dan Pinchera (2010),
yang menyatakan pada penderita hipertiroidisme dengan adanya nodul ditemukan
adanya mutasi pada reseptor TSH.

c. Toxic Multinodular Goiter

Selain Graves Disease dan toxic adenoma, toxic multinodular goiter


merupakan salah satu penyebab hipertiroidisme yang paling umum di dunia.
Secara patologis toxic multinodular goiter mirip dengan toxic adenoma karena
ditemukan adanya nodul yang menghasilkan hormon tiroid secara berlebihan,
namun pada toxic multinodular goiter ditemukan beberapa nodul yang dapat
dideteksi baik secara palpasi maupun ultrasonografi. Penyebab utama dari kondisi
ini adalah faktor genetik dan defisiensi iodine.

d. Hipertiroidisme Subklinis

Graves Disease, toxic adenoma, dan toxic multinodular goiter merupakan


penyebab utama hipertiroidisme utama di seluruh dunia dan termasuk dalam jenis
overt hyperthyroidism. Pada hipertiroidisme jenis ini, kadar TSH ditemukan rendah
atau tidak terdeteksi disertai peningkatan kadar T4 dan T3 bebas (Bahn et al, 2011).

Selain ketiga jenis di atas, sekitar 1% kasus hipertiroidisme


disebabkan hipertiroidisme subklinis. Pada hipertiroidisme sub klinis, kadar TSH
ditemukan rendah disertai kadar T4 dan T3 bebas atau total yang normal. Menurut
Ghandour (2011), 60% kasus hipertiroidisme subklinis disebabkan multinodular
goiter. Pada pasien yang menderita hipertiroidisme subklinis dapat ditemukan gejala
klinis yang tampak pada pasien overt hyperthyroidism.
C. TANDA DAN GEJALA
1. Peningkatan frekuensi denyut jantung
2. Peningkatan tonus otot, tremor, iritabilitas
3. Peningkatan laju metabolisme basal, peningkatan pembentukan panas, intoleran
terhadap panas, keringat berlebihan
4. Penurunan berat badan (tampak kurus), peningkatan rasa lapar (nafsu makan baik)
5. Peningkatan frekuensi buang air besar
6. Gangguan menstruasi pada wanita
7. Tidak tahan panas
8. Cepat letih
9. Susah tidur
10. Mata melotot (exoptalmus)

D. PATOFISIOLOGI
Penyebab hipertiroidisme biasanya adalah penyakit graves, goiter toksika. Pada
kebanyakan penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid membesar dua sampai tiga kali
dari ukuran normalnya, disertai dengan banyak hiperplasia dan lipatan-lipatan sel-sel
folikel ke dalam folikel, sehingga jumlah sel-sel ini lebih meningkat beberapa kali
dibandingkan dengan pembesaran kelenjar. Juga, setiap sel meningkatkan kecepatan
sekresinya beberapa kali lipat dengan kecepatan 5-15 kali lebih besar daripada normal.

Pada hipertiroidisme, kosentrasi TSH plasma menurun, karena ada sesuatu yang
menyerupai TSH, Biasanya bahan bahan ini adalah antibodi immunoglobulin yang
disebut TSI (Thyroid Stimulating Immunoglobulin), yang berikatan dengan reseptor
membran yang sama dengan reseptor yang mengikat TSH. Bahan bahan tersebut
merangsang aktivasi cAMP dalam sel, dengan hasil akhirnya adalah hipertiroidisme.
Karena itu pada pasien hipertiroidisme kosentrasi TSH menurun, sedangkan
konsentrasi TSI meningkat. Bahan ini mempunyai efek perangsangan yang panjang
pada kelenjar tiroid, yakni selama 12 jam, berbeda dengan efek TSH yang hanya
berlangsung satu jam. Tingginya sekresi hormon tiroid yang disebabkan oleh TSI
selanjutnya juga menekan pembentukan TSH oleh kelenjar hipofisis anterior.

Pada hipertiroidisme, kelenjar tiroid dipaksa mensekresikan hormon hingga


diluar batas, sehingga untuk memenuhi pesanan tersebut, sel-sel sekretori kelenjar tiroid
membesar. Gejala klinis pasien yang sering berkeringat dan suka hawa dingin termasuk
akibat dari sifat hormon tiroid yang kalorigenik, akibat peningkatan laju metabolisme
tubuh yang diatas normal. Bahkan akibat proses metabolisme yang menyimpang ini,
terkadang penderita hipertiroidisme mengalami kesulitan tidur. Efek pada kepekaan
sinaps saraf yang mengandung tonus otot sebagai akibat dari hipertiroidisme ini
menyebabkan terjadinya tremor otot yang halus dengan frekuensi 10-15 kali perdetik,
sehingga penderita mengalami gemetar tangan yang abnormal. Nadi yang takikardi atau
diatas normal juga merupakan salah satu efek hormon tiroid pada sistem
kardiovaskuler. Eksopthalmus yang terjadi merupakan reaksi inflamasi autoimun yang
mengenai daerah jaringan periorbital dan otot-otot ekstraokuler, akibatnya bola mata
terdesak keluar

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Radioactive Iodine Uptake
Pada pemeriksaan ini, kapsul yang mengandung sejumlah iodine radioaktif
membesar. Iodine adalah komponen kritikal pada kelenjar tiroid sehingga
berjumlah sangat besar dan terakumulasi saat hiperaktovitas.
2. Sidik tiroid / Scintigraphy
Selain pemeriksaan klinis dan hasil laboratorium, sidik tiroid juga perlu
dilakukan pada penderita hipertiroid untuk mengatahui nilai tangkap tiroid terhadap
iodium. Nilai tangkap ini akan meningkat pada penderita penyakit Graves' dan
penyakit Plummer. I-123 dan Technetium-99m (Tc-99m) dapat digunakan untuk
pemeriksaan sidik tiroid ini, yang akan memberikan informasi selain mengenai
bentuk anatomi dari kelenjar tiroid (pembesaran difus atau nodular) tapi juga dapat
membantu dalam mengkonfirmasi atau menyingkirkan adanya kemungkinan suatu
hipertiroid berdasarkan kemampuan kelenjar tiroid dalam menangkap iodium.
Dari hasil sidik tiroid dibedakan 3 bentuk, yaitu:
Nodul dingin bila penangkapan iodium nihil atau kurang dibandingkan
dengan sekitarnya.
Nodul panas jika penangkapan iodium lebih banyak daripada sekitarnya.
Keadaannya menunjukkan aktivitas yang berlebihan.
Nodul hangat jika penangkapan iodium sama dengan sekitarnya. Ini berarti
fungsi bodul sama dengan bagian tiroid yang lain.
3. Pemeriksaan radiologis
Foto rontgen leher
Untuk menjelaskan adanya deviasi trakea atau pembesaran struma
retrosternal dan untuk evaluasi kondisi jalan nafas sehubungan dengan intubasi
anestesi.
USG
USG bermanfaat untuk :
-Menentukan jumlah nodul
-Membedakan antara lesi tiroid padat dan kistik
-Mengukur volume dari nodul tiroid
-Mendeteksi adanya jaringan kanker tiroid residif yang tidak menangkap
iodium yang tidak terlihat dengan sidik tiroid
-Membantu mengetahui adanya pembesaran tiroid pasa kehamilan
-Mengetahui lokasi dengan tepat untuk biopsi terarah
-Sebagai pengamatan lanjut hasil pengobatan

4. FNAB
Akurasinya 80% untuk menentukan terapi definitif
Mengguanakan jarum suntik no. 22-27
Pada kista dapat juga dihisap cairan secukupnya, sehingga dapat mengecilkan
nodul
Dilakukan khusus pada keadaan yang mencurigakan suatu keganasan

5. Potong Beku (VT / Vries Coupe)


Pada operasi tiroidektomi untuk meyakinkan bahwa nodul yang dioperasi
tersebut suatu keganasan atau bukan.

6. PENATALAKSANAAN
a. Konservatif
Obat Anti-Tiroid. Obat ini menghambat produksi hormon tiroid. Jika dosis
berlebih, pasien mengalami gejala hipotiroidisme.Contoh obat adalah sebagai
berikut :
Thioamide
Methimazole dosis awal 20 -30 mg/hari
Propylthiouracil (PTU) dosis awal 300 600 mg/hari, dosis maksimal
2.000 mg/hari
Potassium Iodide
Sodium Ipodate
Anion Inhibitor
b. Surgical
a. Radioaktif iodine.
Tindakan ini adalah untuk memusnahkan kelenjar tiroid yang hiperaktif
c. b. Tiroidektomi.
Tindakan Pembedahan ini untuk mengangkat kelenjar tiroid yang membesar
WOC
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPERTIROIDISME

A. PENGKAJIAN
1. Data Pasien
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Agama :
Pekerjaan :
Pendidikan :

2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang : Biasanya klien mengeluhkan gemetaran pada
tangan, tidak tahan terhadap panas, keringat banyak, penurunan berat badan sering
merasa lapar sering buang air besar, menstruasi tidak teratur, tidak tahan panas,
cepat letih, susah tidur.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu : Apakah klien pernah sebelumnya mengalami
penyakit yang dialaminya sekarang, mempunyai riwayat penyakit yang
menyebabkan penyakit yang dialaminya sekarang seperti Graves Disease, Toxic
Adenoma, toxic multinodular goiter,
c. Riwayat Kesehatan Keluarga : apakah ada anggota keluarga yang menderita
penyakit yang sama dengan klien sebelumnya.

3. Kebutuhan Dasar
a. Aktivitas atau istirahat

Gejala : Insomnia, sensitivitas meningkat, Otot lemah, gangguan koordinasi,


Kelelahan berat

Tanda : Atrofi otot

b. Sirkulasi

Gejala : Palpitasi, nyeri dada (angina)


Tanda : Distritmia (vibrilasi atrium), irama gallop, murmur, Peningkatan
tekanan darah dengan tekanan nada yang berat. Takikardia saat istirahat.
Sirkulasi kolaps, syok (krisis tirotoksikosis)

c. Eliminasi

Gejala : Perubahan pola berkemih ( poliuria, nocturia), Rasa nyeri / terbakar,


kesulitan berkemih (infeksi), Infeksi saluran kemih berulang, nyeri
tekan abdomen, Diare, Urine encer, pucat, kuning, poliuria ( dapat berkembang
menjadi oliguria atau anuria jika terjadi hipovolemia berat), urine berkabut, bau
busuk (infeksi), Bising usus lemah dan menurun, hiperaktif ( diare )

d. Integritas / Ego

Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, Masalah finansial yang


berhubungan dengan kondisi.

Tanda : Ansietas peka rangsang

e. Makanan / Cairan

Gejala : Hilang nafsu makan, Mual atau muntah. Tidak mengikuti diet :
peningkatan masukan glukosa atau karbohidrat, penurunan berat badan lebih dari
periode beberapa hari/minggu, haus, penggunaan diuretik ( tiazid )

Tanda : Kulit kering atau bersisik, muntah, Pembesaran thyroid ( peningkatan


kebutuhan metabolisme dengan pengingkatan gula darah ), bau halitosis atau
manis, bau buah ( napas aseton)

f. Neurosensori

Gejala : Pusing atau pening, sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot
parasetia, gangguan penglihatan

Tanda : Disorientasi, megantuk, lethargi, stupor atau koma ( tahap lanjut),


gangguan memori ( baru masa lalu ) kacau mental. Refleks tendon dalam
(RTD menurun; koma). Aktivitas kejang ( tahap lanjut dari DKA)

g. Nyeri / Kenyamanan

Gejala : Abdomen yang tegang atau nyeri (sedang / berat), Wajah meringis
dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati.
4. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Pasien tampk lemah
Kesadaran : Composmentis
TTV : biasanya meningkat
Kepala : kebersihan, kesimetrisan, apakah ada benjolan/tidak, ada lesi/tidak
Mata : konjungtiva anemis
Hidung : simetris / tidak, bersih /tidak, nyeri tekan / tidak
Leher : pembesaran kelenjer tiroid
Dada :
Inspeksi : pergerakan dada sismetris/tidak, ada lesi/tidak

Palpasi : iktus kordis teraba / tidak

Perkusi : bunyi sonor atau ada kelainan

Auskultasi : apakah ada bunyi nafas tambahan atau tidak

Abdomen : simetris/tidak, ada nyeri tekan atau tidak


Ekstremitas : tremor, ada pembengkakan/tidak

5. Pemeriksaan Penunjang
a. Radioactive Iodine Uptake
Pada pemeriksaan ini, kapsul yang mengandung sejumlah iodine radioaktif
membesar. Iodine adalah komponen kritikal pada kelenjar tiroid sehingga
berjumlah sangat besar dan terakumulasi saat hiperaktovitas.
b. Sidik tiroid / Scintigraphy
Selain pemeriksaan klinis dan hasil laboratorium, sidik tiroid juga perlu
dilakukan pada penderita hipertiroid untuk mengatahui nilai tangkap tiroid
terhadap iodium. Nilai tangkap ini akan meningkat pada penderita penyakit Graves'
dan penyakit Plummer. I-123 dan Technetium-99m (Tc-99m) dapat digunakan
untuk pemeriksaan sidik tiroid ini, yang akan memberikan informasi selain
mengenai bentuk anatomi dari kelenjar tiroid (pembesaran difus atau nodular) tapi
juga dapat membantu dalam mengkonfirmasi atau menyingkirkan adanya
kemungkinan suatu hipertiroid berdasarkan kemampuan kelenjar tiroid dalam
menangkap iodium.
Dari hasil sidik tiroid dibedakan 3 bentuk, yaitu:
Nodul dingin bila penangkapan iodium nihil atau kurang dibandingkan
dengan sekitarnya.
Nodul panas jika penangkapan iodium lebih banyak daripada sekitarnya.
Keadaannya menunjukkan aktivitas yang berlebihan.
Nodul hangat jika penangkapan iodium sama dengan sekitarnya. Ini berarti
fungsi bodul sama dengan bagian tiroid yang lain.

c. Pemeriksaan radiologis
Foto rontgen leher
Untuk menjelaskan adanya deviasi trakea atau pembesaran struma
retrosternal dan untuk evaluasi kondisi jalan nafas sehubungan dengan
intubasi anestesi.
USG
USG bermanfaat untuk :
-Menentukan jumlah nodul
-Membedakan antara lesi tiroid padat dan kistik
-Mengukur volume dari nodul tiroid
-Mendeteksi adanya jaringan kanker tiroid residif yang tidak menangkap
iodium yang tidak terlihat dengan sidik tiroid
-Membantu mengetahui adanya pembesaran tiroid pasa kehamilan
-Mengetahui lokasi dengan tepat untuk biopsi terarah
-Sebagai pengamatan lanjut hasil pengobatan

d. FNAB
Akurasinya 80% untuk menentukan terapi definitif
Mengguanakan jarum suntik no. 22-27
Pada kista dapat juga dihisap cairan secukupnya, sehingga dapat
mengecilkan nodul
Dilakukan khusus pada keadaan yang mencurigakan suatu keganasan

e. Potong Beku (VT / Vries Coupe)


Pada operasi tiroidektomi untuk meyakinkan bahwa nodul yang
dioperasi tersebut suatu keganasan atau bukan.
ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah

1 Ds : Produksi hormone Penurunan curah


tiroid meningkat
Klien mengatakan jantung

jantungnya berdebar-
Peningkatan metabolic
debar
tubuh
Klien mengatakan letih
Do : Peningkatan kerja
jantung
TTV meningkat
Klien tampak Takikardi
berkeringat banyak
Perubahan
Klien tampak gelisah denyut/irama jantung

Penurunan curah
Jantung

2 Ds : Produksi hormone Ketidakseimbangan


tiroid meningkat
Klien sering lapar nutrisi kurang dari

Klien mengatakan letih Proses glikogenesis kebutuhan tubuh


meningkat
Do :
BB turun Proses pembakaran
Pasien tampak letih dan lemak meningkat

lemas Suplai nutrisi yang


Konjungtiva anemis tidak adekuat

Pemenuhan nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh

3 Ds : Intoleran aktivitas

Klien mengatakan letih Produksi hormon tiroid


Klien mengatakan badan meningkat
terasa lemas
Hipermetabolik
Meningkatnya
Do : kebutahan energi

klien tampak lemas dan Kelelahan


letih
klien tampak pucat

Diagnosa Keperawatan

1. Penurunan curah jantung b.d hipermetabolisme, peningkatan beban kerja jantung


2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d peningkatan metabolisme
3. Intoleransi aktivitas b.d hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan energi
Daftar Pustaka

Arief, M, Suproharta, Wahyu J.K. Wlewik S. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, ED : 3 jilid :
1. Jakarta : Media Aesculapius FKUI.
Bare & Suzanne, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 2, (Edisi 8), EGC,
Jakarta
Carpenito, 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, (Edisi 2), EGC, Jakarta
Closkey, Mc, et all. 2007. Diagnosa Keperawatan NOC-NIC. St-Louis.
Corwin,. J. Elizabeth, 2001, Patofisiologi, EGC, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai