Anda di halaman 1dari 6

Diskusi

Kelumpuhan wajah idiopatik (Bell's palsy) memiliki tingkat pemulihan spontan yang
cukup tinggi (sekitar 50-85%) meskipun penyebabnya tidak jelas [14, 18]. Berbagai
pendekatan terapeutik telah ada, namun efikasi terapi definitif masih belum diketahui.
Eksplorasi bedah mikro nervus fasialis pada berbagai tahap kelumpuhan wajah telah
terungkap yang ditandai edema selama fase akut [19, 20].Steroid dapat menghambat
pembengkakan saraf di kanal fasialis dan menurunkan kompresi vaskular dan memulihkan
sirkulasi darah ke nervus. Pengobatan steroid terbukti efektif di banyak penelitian pasien
dengan Bell's palsy [11, 12,18]. Selain itu, inflamasi neuronal terkait dengan Bell's palsy
dianggap hasil sekunder karena infeksi virus, dibuktikan dengan HSV yang terdeteksi pada
cairan endoneural dari banyak pasien [21]. Makin, Pasien-pasien ini diobati dengan
kombinasi steroid dan antivirus. Kami telah menunjukkansebelumnya bahwa kombinasi dari
steroid dan Asiklovir lebih efektif daripada steroid saja,terutama pada pasien dengan Bell's
palsy berat [22,23]. Namun, efek terapeutik dari antivirus untuk Bell's palsy masih tetap tidak
jelas. Karena itu kami membandingkan efikasi agen antivirus asteroid dengan terapi steroid
sendiri pada Pasien denganBell's palsy yang diklasifikasikan oleh beberapa variabel klinis.

Kami menilai karakteristik dan hasil dasar ukuran kelumpuhan wajah pada 1342
pasien yang dirawat selama periode 11 tahun di sebuah rumah sakit. Dari 1342 subjek, 773
(57,6%) mendapat pengobatan steroid tunggal dan 569 (42,4%) dengan kombinasi steroid
dan antivirus, hasilnya 86,8% dan 89,6%, mencapai pemulihan total; Temuan ini konsisten
dengan hasil penelitian kami sebelumnya [22].

Efikasi terapi steroid tunggal dan dengan kombinasi antivirus belum jelas masih
belum jelas. Sulit membandingkan antar studi penelitian karena penggunaan standar yang
berbeda untuk menentukan pemulihan pada pasien Bell's palsy [20], sistem yang berbeda
untuk menilai tingkat keparahan penyakit dan pengobatan dengan beberapa agen antiviral
yang berbeda. Selain itu, populasi yang kecil dari banyak penelitian karena rendahnya insiden
Bell's palsy, dan kurangnya homogenitas di antara studi multisenter mungkin
membingungkan hasil penelitian. Kami menggunakan sistem penelitian HB, yang paling
sering digunakan untuk mengevaluasi tingkat kerusakan nervus fasialis di Bell's Palsy. HB
grade II didefinisikan sebagai pemulihan lengkap, meski kriteria sempit menetapkan nilai I
sebagai pemulihan lengkap. HB Grade I dan II digunakan untuk menunjukkan 'efek
menguntungkan', 'hasil memuaskan ' , ' hasil yang bagus ' dan ' pemulihan lengkap ' dalam
penelitian sebelumnya oleh kami dan yang lainnya, sebagai pasiendengan grade II bisa
berfungsi normal setiap harihidup [24-27]. Kami juga mendefinisikan pemulihan yang
menguntungkan atau pemulihan lengkap sebagai HB grade I dan II.

Asiklovir dan famsiklovir adalah agen antiviral yang biasa digunakan untuk
mengobati penderita Bell's palsy. Penilaian hasil terapeutik agen antiviral pada pasien
didasrkan pada usia: anak-anak (usia 15 tahun), orang dewasa (usia 16-64 tahun) dan orang
tua (usia 65 tahun).Meski efek terapeutik kombinasi lebih baik daripada steroid tunggal di
masing-masing kelompok usia, dan juga secara kohort keseluruhan pasien, tidak satu pun
perbedaan ini penting secara statistik. Hasil ini menunjukkan bahwa agen antiviral dapat
memberikan perawatan yang konsistenHasilnya pada pasien Bell's palsy.

ENoG adalah metode neurofisiologis yang digunakan untuk mengevaluasi tingkat


cedera nervus fasialis dan indikator prognostik yang paling sering digunakan pada pasien
dengan Bell's Palsy. Efek pengobatan dinilai secara terpisah pada pasien dengan prognosis
baik(Nilai ENOG 10%) dan buruk (nilai ENoG <10%) [28, 29]. Hasil terapeutik yang lebih
baik diamati pada kelompok kombinasi,meskipun perbedaannya tidak signifikan secara
statistik.Tingkat keparahan awal disfungsi nervus fasialis pada Bell's palsy telah dilaporkan
mempengaruhi prognosis [30], dan juga memiliki efek langsung pada efikasi antivirus [15,
23]. Kami menemukan tda ada perbedaan tingkat pemulihan pada pasien dengan kelumpuhan
wajah sedang (HB grade 4) yang diobati dengan steroid tunggal atau kombinasi. Pasien
dengan kelumpuhan wajah berat (HB grade 5), tingkat pemulihan yang lebih tinggi diamati
pada kelompok kombinasi dibandingkan dengan kelompok steroid. Hasil ini konsisten
dengan studi sebelumnya [15, 23] dan memberikan alasan untuk penggunaan agen antiviral
dalam pengobatan Bell's Palsy berat.

Hipertensi dan DM merupakan komorbid yang dapat mempengaruhi prognosis pasien


dengan Bell's Palsy. Beberapa bukti menunjukkan HTN memperbaiki prognosis pasien [31],
sedangkan tidak ada efek HTN yang ditunjukkan [25]. Demikian pula DM tidak terkait
dengan prognosis Bell's palsy [30], sedangkan penelitian lain menemukan bahwa DM
memperburuk prognosis [32, 33]. Meski penelitian terdahulu membahas hubungan antara
HTN dan DM dan prognosis Bell's palsy, di studi penelitian sekarang, kami menyelidiki efek
perbedaan pendekatan terapeutik atau tanpa meninjau kondisi medis dasar pasien.

Tingkat pemulihan pada pasien HTN yang diobati steroid atau pengobatan kombinasi
hasilnya hampir sama, walaupun tingkat pemulihan yang sedikit lebih baik diamati pada
pasien tanpa HTN yang diobati dengan kombinasi terapi dibandingkan dengan steroid
tunggal (P = 0,055). Respons terapeutik terhadap steroid tunggal dan kombinasi juga hampir
serupa pada pasien dengan DM, namun tingkat pemulihan pengobatan kombinasi sedikit
lebih tinggi pada pasien tanpa DM (P = 0,052) dan tingkat pemulihan yang jauh lebih tinggi
pada pasien tanpa HTN maupun DM (P = 0,031). Analisis Multivariat regresi logistik
menunjukkan pengobatan kombinasi pada pasien tanpa DM atau HTN meningkatkan nilai
OR dengan signifikansi marjinal (OR 1,59, 95% CI 0,972-2,607, P = 0,063), menyarankan
bahwa pengobatan kombinasi pada pasien dapat membantu pemulihan, Artinya agen antiviral
lebih efektif dalam mengobati Bell's palsy pada pasien tanpa HTN atau DM dibandingkan
dengan HTN atau DM . Ini mungkin karena hubungan antara HTN dan DM dan
mikroangiopati, yang juga berdasarkan teori Bell's palsy disebabkan oleh kegagalan
mikrosirkulasi dari vasa nervosum [34]. Gangguan pada mikrosirkulasi tampaknya
melemahkan efeknya agen antiviral pada pasien dengan HTN dan / atau DM.

Singkatnya, kami menemukan hasil terapeutik kombinasi steroid-antiviral lebih baik


dibandingkan dengan pengobatan steroid saja dipasien tanpa HTN atau DM, dan pada pasien
dengan awalnya Bell's palsy parah. Terapi kombinasi juga efektif dalam kelompok yang
diklasifikasikan dalam beberapa kelompok variabel, termasuk umur, nilai ENoG dan
komorbiditas dasar. Temuan kami memberikan bukti lebih lanjut 'kemungkinan efektivitas'
agen antivirus dan mendukung pengobatan ini untuk aplikasi klinis, pada pasien dengan
Bell's palsy.Tingkat pemulihan pada pasien yang menerima pengobatan kombinasi umumnya
lebih tinggi dari pada pasien yangdiobati dengan steroid saja, memberikan bukti untuk efikasi
terapi antiviral dalam pengobatan Bell's Palsy.

Acknowledgment

Penelitian ini didukung oleh National Research Foundation of Korea (NRF) yang didanai
oleh Pemerintah Korea (No. 2011-0030072).

References
1 De Diego-Sastre JI, Prim-Espada MP, Fernandez-Garcia F.
The epidemiology of Bells palsy. Rev Neurol 2005; 41: 287
90.
2 Yanagihara N. Incidence of Bells palsy. Ann Otol Rhinol
Laryngol Suppl 1988; 137: 34.

3 Kaygusuz I, Godekmerdan A, Keles E et al. The role of viruses in


idiopathic peripheral facial palsy and cellular immune response. Am J
Otolaryngol 2004; 25: 4016.
4 Kanerva M, Nissinen J, Moilanen K, Maki M, Lahdenne P,
Pitkaranta A. Microbiologic findings in acute facial palsy in children.
Otol Neurotol 2013; 34: e827.
5 Roberg M, Ernerudh J, Forsberg P et al. Acute peripheral facial palsy:
CSF findings and etiology. Acta Neurol Scand
1991; 83: 5560.
6 Mees K, Wolf H, Roggendorf M. On the viral etiology of Bells palsy (An
enzyme-linked immunosorbent assay study). Lar- yngol Rhinol Otol
(Stuttg) 1981; 60: 60911.
7 Gilden DH. Clinical practice. Bells palsy. N Engl J Med 2004;
351: 132331.
8 Furuta Y, Ohtani F, Sawa H, Fukuda S, Inuyama Y. Quan- titation of
varicella-zostervirus DNA in patients with Ramsay Hunt syndrome and
zoster sine herpete. J Clin Microbiol 2001;
39: 28569.
9 Hato N, Murakami S, Gyo K. Steroid and antiviral treatment for Bells
palsy. Lancet 2008; 371: 181820.
10 Fowler EP Jr. Medical and surgical treatment of Bells palsy.
Laryngoscope 1958; 68: 165562.
11 Berg T, Bylund N, Marsk E et al. The effect of prednisolone on sequelae in
Bells palsy. Arch Otolaryngol Head Neck Surg
2012; 138: 4459.
12 Salinas RA, Alvarez G, Daly F, Ferreira J. Corticosteroids of Bells
palsy(idiopathic facial paralysis). Cochrane Database Syst Rev 2010;
CD001942. doi: 10.1002/14651858. CD001942.pub4.
13 Hato N, Yamada H, Kohno H et al. Valacyclovir and
prednisolone treatment for Bells palsy: a multicenter, ran- domized,
placebo controlled study. Otol Neurotol 2007; 28:
40813.
14 Sullivan FM, Swan IR, Donnan PT et al. Early treatment with
prednisolone or acyclovir in Bells palsy. N Engl J Med 2007;
357: 1598607.
15 Minnerop M, Herbst M, Fimmers R et al. Bells palsy: combined
treatment of famciclovir and prednisone is superior to prednisone alone. J
Neurol 2008; 255: 172630.
16 Grogan PM, Gronseth GS. Practice parameter: Steroids, acyclovir
and surgery for Bells palsy (an evidence-based review): report of the
Quality Standards Subcommittee of the American Academy of Neurology.
Neurology 2001; 56: 8306.
17 House JW, Brackmann DE. Facial nerve grading system.
Otolaryngol Head Neck Surg 1985; 93: 1467.
18 Axelsson S, Berg T, Jonsson L et al. Prednisolone in Bells palsy
related to treatment start and age. Otol Neurotol 2011;
32: 1416.
19 Kettel K. Bells palsy: pathology and surgery: a report concerning
50 patients who were operated on after the method of Balance and
Duel. Arch Otolaryngol 1947; 46:
42772.

20 Cawthorne T. Peripheral facial paralysis: some aspects of its pathology.


Laryngoscope 1946; 56: 65364.
21 Murakami S, Mizobuchi M, Nakashiro Y, Doi T, Hato N, Yanagihara N. Bell
palsy and herpes simplex virus: identifi- cation of viral DNA in
endoneurial fluid and muscle. Ann Intern Med 1996; 124: 2730.
22 Yeo SG, Lee YC, Park DC, Cha CI. Acyclovir plus steroid vs steroid alone
in the treatment of Bells palsy. Am J Otolaryngol
2008; 29: 1636.
23 Lee HY, Byun JY, Park MS, Yeo SG. Steroid-antiviral treat- ment
improves the recovery rate in patients with severe Bells palsy. Am J Med
2013; 126: 33641.
24 Berg T, Marsk E, Engstrom M, Hultcrantz M, Hadziosmanovic
N, Jonsson L. The effect of study design and analysis methods on recovery
rates in Bells palsy. Laryngoscope 2009; 119:
204650.
25 Yeo SW, Lee DH, Jun BC, Chang KH, Park YS. Analysis of prognostic
factors in Bells palsy and Ramsay Hunt syn- drome. Auris Nasus
Larynx 2007; 34: 15964.
26 Lejeune D, Bernat I, Vitte E et al. Treatment of Bells palsy with
acyclovir and methylprednisolone. Ann Otolaryngol Chir Cervicofac 2002;
119: 20915.
27 Numthavaj P, Thakkinstian A, Dejthevaporn C, Attia J.
Corticosteroid and antiviral therapy for Bells palsy: a net- work meta-
analysis. BMC Neurol 2011; 11: 1.
28 Fisch U. Surgery for Bells palsy. Arch Otolaryngol 1981; 107:
111.
29 May M, Klein SR, Taylor FH. Idiopathic (Bells) facial palsy: natural
history defies steroid or surgical treatment. Laryngo- scope 1985; 95:
4069.
30 Fujiwara T, Hato N, Gyo K, Yanagihara N. Prognostic factors of Bells
palsy: prospective patient collected observational study. Eur Arch
Otorhinolaryngol 2014; 271: 18915.
31 Lee HY, Byun JY, Park MS, Yeo SG. Effect of aging on the prognosis of
Bells palsy. Otol Neurotol 2013; 34: 76670.
32 Takemoto N, Horii A, Sakata Y, Inohara H. Prognostic factors of
peripheral facial palsy: multivariate analysis followed by receiver
operating characteristic and Kaplan-Meier analyses. Otol Neurotol 2011;
32: 10316.
33 Kanazawa A, Haginomori S, Takamaki A, Nonaka R, Araki M, Takenaka
H. Prognosis for Bells palsy: a comparison of diabetic and
nondiabetic patients. Acta Otolaryngol 2007;
127: 88891.
34 Riga M, Kefalidis G, Danielides V. The role of diabetes mellitus in the
clinical presentation and prognosis of Bell palsy. J Am Board Fam Med
2012; 25: 81926.

Correspondence: Seung Geun Yeo, MD, PhD, Department of


Otorhinolaryngology, Head & Neck Surgery, School of Medicine, Kyung Hee
University, #1 Hoegi-dong, Dongdaemun-gu, Seoul
130-702, Korea.

Anda mungkin juga menyukai