Anda di halaman 1dari 64

BAB IV

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1 Pengumpulan Data

4.1.1 Profil Perusahaan

PT. Bangkitgiat Usaha Mandiriadalah salah satu anak perusahaan NT

Corporation yang bergerak di bidang industri pengolahan kelapa sawit.

Perusahaan ini memiliki kegiatan operasionalnya yang berada di Desa Tumbang

Kalang, Kecamatan Antangkalang, Kabupaten Sampit, Kalimantan

Tengah.Perusahaan ini berdiri pada tahun 1991.

Didirikan dengan Akta Pendirian nomor 148, tanggal 06 Februari 1991

yang dibuat dihadapan Arry Supratno, Notaris di Jakarta, yang telah mendapat

Persetujuan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia nomor

C2.6136.HT.01.01.TH93 tertanggal 16 Juli 1993 dan yang terakhir dengan Akta

Notula Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa nomor 42tanggal 15 Agustus

2008 yang dibuat dihadapan Gaby Siantori Notaris di Banjarmasin, Akta mana

60
61

telah mendapat Persetujuan dari Menteri Hukumdan Hak Asasi Manusia Republik

Indonesianomor AHU-75883.AH.01.02.Tahun 2008 tanggal20 Oktober 2008.

4.1.2 Aktivitas Perusahaan

Aktivitas perusahaan dapat berjalan karena adanya kerjasama dari para

pekerjanya. Hari kerja efektif yang dijalankan selama satu minggu untuk staf

kantor adalah 6 hari kerja dan untuk karyawan produksi selama 7 hari. Waktu

libur yang diberikan untuk karyawan produksi adalah sistem offbergantian masing

masing karyawan. Adapun jam kerjanya adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1 Jam kerja PT. Bangkitgiat Usaha Mandiri

Jam Kerja Jam Istirahat

Staf Kantor 07.00 16.00 12.00 13.00


Karyawan Produksi

Shift I 07.00 15.00 12.00 13.00


Shift II 15.00 23.00 19.00 20.00
Sumber : Data Perusahaan

Berikut ini adalah keterangan jam kerjastaff kantor dan karyawan produksi :

1. Jam Kerja Kantor

a. Hari senin s.d Jumat : Pukul 07.00 15.00 WIB

Istirahat : Pukul 12.00 13.00 WIB

b. Hari Sabtu : Pukul 10.00 15.00 WIB

2. Jam Kerja Pabrik

a. Karyawan Shift
62

Shift I : Pukul 07.00 15.00

Shift II : Pukul 15.00 23.00

Keterangan pekerjaan staff kantor dan karyawan pabrik (shift pagi) :

Jam 07.00 : Masuk.

Jam 07.15 07.30 : Rapat bersama dan antar bagian.

Jam 07.30 12.00 : Bekerja sesuai bagian masing-masing.

Jam 12.00 13.00 : Istirahat.

Jam 13.00 15.00 : Bekerja.

Jam 15.00 : Pulang.

Untuk shift sore dan shift malam kegiatan karyawan produksi sama

dengan kegiatan pada shift pagi, hanya dibedakan pada waktu kerjanya. Staf

kantor hanya mengikuti kegiatan kerja shift pagi.


63

4.1.3 Struktur Organisasi Perusahaan Departement Pabrik

Ka. Pabrik

ANTONI NAINGGOLAN

ENGINEER ADMINISTRASI
PRODUKSI

Askep Maintenance Supervisor. Admin

Mursid Makaminan Assisten Proses 1 Subaryono


Paeran

Assisten Proses 2 Krani. Admin


Asst. Mekanikal Asst. J. Basri
Elektrikal Agus Suherman
`
Mahing Efrata
Robinton
Tampubolon

Operator Operator
Spv. Proses 1 Laboratorium
Maintenance Workshop
Nelwan A
Manurung
Spv. Laboratorium
Spv. Proses 2
Yapter
Rayadi

Operator

Laboratorium

Operator Produksi

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Departement Pabrik


64

4.1.4 Proses Produksi

Pabrik pengolahan minyak kelapa sawit ( Palm oil mill ) PT. Bangkitgiat

Usaha Mandirimemiliki beberapa stasiun dan tahapan pengolahan produksi

yang diantaranya :

a. Pengolahan Utama :Fruit Reception Station,Sterilizer Station,

Threshing Station,Press Station, Kernel Station dan

Clarification Station.

b. Water Treatment Plant : Proses pengolahan air untuk pabrik dan domestik.

c. Effluent Plant : Proses pengolahan limbah cair pabrik.

d. Power Plant : Pembangkit tenaga listrik pabrik & domestik.

e. Gudang &Workshop : Support kelancaran operasional pabrik.

f. Administrasi& Lab. : Sistem administrasi & proses kontrol pabrik.

Berikut ini adalah flow process produksi pengolahan minyak kelapa sawit :
65

Transportasi

Security Timbangan Administrasi Mill

Loading Ramp

TBS Segar

Rebusan

Janjang
Rebus

Hoist. Crane
Air Condensat

Tankos
Thresher Mulching

Brondolan
Rebus

Digester

Press

Crude Oil Nut

Station Klarifikasi Kernel Station

Gambar 4.2Flow Process Palm Oil Mill


66

Hasil dari proses pengepresan akan terbagi menjadi 2 yaitu pengolahan

minyak CPO yang akan menuju ke stasiun klarifikasi dan pengolahan kernel yang

akan menuju ke stasiun pengolahan kernel.

Press Press Depericarper


PressPress Press Press DepericarperDepericarper
Press Press Depericarper
Dillution Fibre
Dillution
Dillution Nut Fibre Boiler
Fibre
(air condensat)
Dillution Nut Nut Boiler
Fibre Boiler
(air
(air condensat)
condensat) Nut Boiler
(air condensat) Nut Polishing
Sand Trap Tank Nut Polishing
Sand Trap
Sand Trap TankTank Drum Nut Polishing
Sand Trap Tank Drum Nut Polishing
Drum
Drum

Vibrating Shell
Vibrating Destoner Shell
VibratingScreen Destoner Destoner Hopper Shell
Fibre
VibratingScreen Hopper Shell
Screen Hopper
Fibre Fibre
Halus Destoner
Hopper
Fibre HalusScreen
Halus
Halus
Continues
Continues Ripple Mill
Clarifier Tank
Continues Ripple Mill
Clarifier Tank
Continues Ripple Mill
Clarifier Tank Ripple Mill
Clarifier Tank Cracked
Cracked
Mixture Cracked
Wet Oil Sludge Underflow
Wet Oil Sludge Underflow Mixture Cracked
Wet Oil Sludge Underflow Mixture
Wet Oil Sludge Underflow Mixture
LTDS 1
LTDS 1
Wet Oil Tank Sludge Tank LTDS 1
Wet Oil Tank Sludge Tank Kernel LTDSShell
1
Wet Oil Tank Sludge Tank Kernel Dryer Kernel Shell
Wet Oil Tank Sludge Tank Kernel Dryer Kernel Cracked Mixture Shell
Kernel Dryer Kernel Cracked Mixture Shell
KernelKernel Dryer Cracked Mixture
Kernel LTDS 2 Cracked Mixture
Produksi LTDS 2
Kernel
Produksi
Purifier Sand Cyclone Kernel LTDS 2
Purifier Sand Cyclone Produksi LTDSShell
2
Purifier Sand Cyclone Produksi
Kernel Banker Shell
Purifier Sand Cyclone Kernel Banker Shell
Kernel Banker Shell
Kernel Banker
Hydrocyclone
Wet Hydrocyclone
Vacuum Drier Sludge Centifuge Wet Hydrocyclone
Vacuum Drier Sludge Centifuge Kernel Shell
KCP Kernel Wet Hydrocyclone Shell
Vacuum Drier Sludge Centifuge KCP Wet
Vacuum Drier Centifuge Light Phase
SludgeHeavy Kernel Shell
Heavy Light Phase KCP Kernel Shell
Phase KCP Air Hydrocyclone
Phase
Heavy Light Phase Air Hydrocyclone
Heavy Light Phase
Phase WWT
Air Hydrocyclone
Storage Tank Phase Sludge Pit WWT pond)
Air Hydrocyclone
Storage Tank Sludge Pit (contac
(contac pond) WWT
Storage Tank Sludge Pit WWTpond)
Storage Tank Sludge Pit (contac
(contac pond)

Gambar 4.3Flow ProcessStation Klarifikasi dan Station Kernel


67

4.1.5 Stasiun Press

StasiunPressadalah salah satu stasiun yang terdapat dalam industri

pengolahan minyak kelapa sawit.Stasiun ini berfungsi untuk melumatkan buah

yang sudah di rebus dan kemudian memisahkan minyak kasar dari daging buah

kelapa sawit.

Pada stasiun ini terdapat beberapa mesin dan tahapan proses pengolahan

minyak kelapa sawit yang diantaranya :

a. Tahap 1 Mesin Thresher

Pada tahap ini proses yang dilakukan adalah memisahkan buah / brondolan

dari janjangan. Proses yang dilakukan adalah buah yang telah di rebus

akanmasuk kedalam mesin thresher, kemudian buah tersebut akan di

putar putar dan dibanting agar inti buah / brondolan tersebut dapat

terpisah dengan janjanganya.

b. Tahap 2 Mesin Fruit Elevator

Pada tahap ini proses yang dilakukan adalah membawa inti buah atau

brondolan yang sudah dipisahkan pada mesin thresher menuju mesin

digester. Fruit elevator terdiri dari bucket-bucket yang terpasang di chain

atau rantai.Chain berputar vertikal digerakkan oleh elektro

motor.Brondolan yang sudah terisi dibucket akan diangkat dan

ditumpahkan menuju mesin digester.


68

c. Tahap 3 Mesin Digester

Pada tahap ini proses yang dilakukan adalah mengolah buah kelapa sawit

yang dibawa dari fruit elevator dengan cara melumatkan buah dan

memisahkan daging buah dengan bijinya.

d. Tahap 4 Mesin Press

Pada tahap ini proses yang dilakukan adalah melakukan pengepressan

daging buah yang telah dipisahkan dengan bijinya dari mesin digester,

untuk menghasilkan minyak kasar (Crude Oil) yang akan diolah ke stasiun

berikutnya.

4.1.6 Gambaran Serta Peranan Mesin Digester dan Mesin Press

Mesin digester dan mesin press ini mempunyai peranan yang sangat

penting pada proses pengolahan minyak kelapa sawit. Tanpa adanya kedua mesin

tersebut proses pengolahan minyak kelapa sawit tidak akan dapat berjalan. Kedua

mesin tersebut merupakan tahapan proses awal pemisahan minyak dengan daging

buah serta bijinya, dan pada proses ini sangat dituntut untuk memberikan hasil

olahan minyak yang optimal agar pada proses selanjutnya dapat berjalan dengan

baik dan memiliki kualitas minyak yang optimal.

4.1.6.1 Mesin Digester

Mesin digester adalah suatu mesin yang berfungsi untuk melumatkan

buah dan memisahkan daging buah dengan bijinya.Mesin digester juga berfungsi

mendorong buah menuju mesin press. Berikut ini adalah cara kerja dari mesin

digester dan bagian bagian yang terdapat pada mesin digester :


69

a. Cara Kerja Mesin Digester

Buah yang masuk kedalam digester akan dilumatkan oleh pisau-

pisau(long arm dan short arm) yang berputar didalamnya. Oleh

karena itu saat operasi digester harus terisi buah minimal 3/4 penuh,

agar buah atau brondolan mengenai keseluruh pisau sehingga proses

pelumatan akan sempurna.Setelah dilumatkan kemudian buah

didorong oleh pisau pendorong (expeller arm) menuju mesin press.

b. Bagian Bagian Mesin Digester

Mesin digester terdiri dari beberapa bagian utama yang memiliki

peran penting dalam prosesnya yaitu yang pertama adalah elektro

motor yang berfungsi untuk memutarkan shaft yang terdapat pada

mesin tersebut, yang kedua dan ketiga adalah pisau pisau digester

atau disebut short arm dan long arm yang berfungsi untuk

melumatkan daging buah dan memisahkan daging buah dengan

bijinya, yang terakhir adalah expeller arm salah satu pisau pemotong

untuk melumatkan buah serta mendorong buah yang telah dilumatkan

menuju mesin press.


70

Gambar 4.4 Bagian Bagian Mesin Digester

4.1.6.2 Mesin Press

Mesin press adalah suatu mesin yang berfungsi untuk mengepress daging

buah yang telah dilumatkan dari mesin digester untuk menghasilkan minyak kasar

(Crude Oil), dimana pada hasil pengepressan mesin ini terdapat toleransi standar

losses minyak yang masih terkandung dalam daging buah. Berikut ini adalah cara

kerja dari mesin press dan bagian bagian yang terdapat pada mesin press :
71

a. Cara Kerja Mesin Press

Brondolan atau buah rebus yang sudah dilumatkan dalam mesin

digesterakan masuk masuk kedalam mesin press untuk dilakukan

pengepresan.Pengepresan dilakukan dengan sistem tekanan hidrolik

dimana buah akan keluar dengan bantuan worm screw dan pada

ujungnya sudah terpasang adjusting cone yang siap menekan atau

mengepress buah. Tekanan hidrolik dapat disetel sesuai dengan hasil

keluaran press (press cage) yang akan dicapai, baik kehilangan

minyak pada daging buah (oil loss in fibre) atau pecahnya biji buah

(broken nut).Keluaran dari mesin press terdiri dari daging buah

kering (press cake) dan minyak kasar(crude oil).

b. Bagian Bagian Mesin Press

Mesin press terdiri dari beberapa bagian utama yang memiliki peran

penting dalam prosesnya yaitu yang pertama adalah elektro motor

yang berfungsi untuk memutarkanshaft dan komponen yang terdapat

pada mesin tersebut,yang kedua adalah screw press yang berfungsi

untuk melakukan pengepressan pada daging buah, yang ketiga adalah

worm lengthening yang berfungsi untuk membantu mendorong

pengepressan daging buah, yang keempat adalah adjusting cone yang

berfungsi untuk mengatur keluar masuk dorongan untuk melakukan

pengepressan daging buah.


72

Gambar 4.5 Bagian Bagian Mesin Press


73

4.1.7 Kumpulan Data Losses Output MesinPress

Pada tabel dibawah ini dapat dilihat pengumpulan data losses hasil dari

ouput mesin press sebelum penerapan dan pendekatan total productive

maintenance (TPM) pada bulan Desember2014 sampai bulan Februari 2015.

Mesin Press
Desember Januari Februari

Hasil Hasil
Hari Hasil
Lab Lab
ke Total Lab Total Total
(Std NG Good NG Good (Std NG Good
Mesin (Std Mesin Mesin
Losse Mesin Mesin Mesin Mesin Losse Mesin Mesin
Produksi Losses Produksi Produksi
s 4,5 s
4,5%)
%) 4,5%)

1 4,55 6 4 2 2,38 6 2 4 4,93 6 5 1


2 4,52 6 4 2 2,95 6 2 4 3,36 6 2 4
3 1,96 6 1 5 2,49 6 2 4 4,51 6 2 4
4 4,51 6 3 3 4,52 6 3 3 3,42 6 1 5
5 4,55 6 4 2 4,52 6 2 4
6 3,88 6 2 4 2,23 6 1 5
7
8 2,69 6 1 5 3,88 6 1 5
9 4,56 6 5 1 4,53 6 4 2
10 2,48 6 1 5 2,64 6 2 4
11 1,80 6 2 4 4,51 6 3 3
12 4,53 6 3 3 4,55 6 4 2 3,11 6 2 4
13 2,29 6 3 3 3,98 6 2 4 4,52 6 3 3
14 3,64 6 2 4 4,51 6 3 3 4,52 6 3 3
15 4,62 6 4 2 3,46 6 2 4 4,67 6 4 2
16 4,69 6 5 1 4,53 6 3 3 4,72 6 5 1
17 4,59 6 5 1 3,24 6 2 4 4,61 6 4 2
18 3,69 6 3 3 3,55 6 3 3 3,55 6 2 4
19 4,52 6 3 3 3,02 6 2 4 2,92 6 1 5
20 4,55 6 3 3 4,53 6 4 2 4,56 6 2 4
21 2,65 6 2 4 4,54 6 3 3
22 3,81 6 2 4 4,54 6 4 2 3,76 6 2 4
23 2,87 6 1 5 4,52 6 3 3 4,52 6 3 3
74

24 4,53 6 4 2 2,60 6 1 5 3,80 6 2 4


25 3,22 6 2 4 4,53 6 4 2 4,89 6 5 1
26 4,51 6 3 3 3,14 6 2 4 3,86 6 3 3
27 4,54 6 4 2 4,35 6 3 3 4,55 6 4 2
28 2,89 6 2 4 4,64 6 4 2 4,52 6 3 3
29 3,21 6 2 4 4,79 6 5 1
30 4,52 6 3 3 4,67 6 5 1 4,57 6 4 2
31 4,52 6 4 2 3,53 6 3 3
Total 174 85 89 144 70 74 168 78 90

Tabel 4.2 Data Hasil LossesOutput Mesin Press Bulan Des 2014 Feb 2015

4.1.8 Kumpulan Data Waktu Downtime

Waktudowntime merupakan waktu dimana peralatan tidak beroperasi

menghasilkan produk karena kegiatan yang tidak direncanakan seperti kerusakan

pada mesin atau peralatan. Waktu downtime tidak terencana (unplanned

downtime) yang akan digunakan dalam perhitungan ini adalah waktu breakdown

dimana mesin mengalami kegagalan/kerusakan sehingga tidak dapat

menghasilkan produk.

Data data mengenai kerusakan mesin secara tiba tiba (breakdown)

pada stasiun press, mesin digester, dan mesin press dalam periode produksi bulan

Desember 2014 sampai Februari tahun 2015 adalah sebagai berikut :

Tabel 4.3 Data Breakdown Mesin di Stasiun Press

Total Waktu Downtime (menit) Total


No Nama Mesin
Desember Januari Februari
1437
1 Mesin Thresher 521 439 477
75

Mesin Fruit 1782


2 Elevator 637 542 603
2847
3 Mesin Digester 754 1056 1037
3328
4 Mesin Press 1097 1112 1119
Total Waktu Downtime 9394

Sumber : Data Perusahaan

a. Mesin Digester

Tabel 4.4Data BreakdownMesin Digester Bulan Desember 2014

Waktu
Total Kerusakan
Hari
Breakdown Jam Waktu / downtime
Ke
(menit) per hari
(menit)
2 Motor dinamo mati 19.00 - 21.00 120 120
6 Panel digester short 15.25 - 16.30 65 65
9 Steam injection bocor 11.00 - 12.15 75 75
12 Putaran shaft rendah 14.27 - 15.47 100 100
15 Body liner digester bocor 15.15 - 16.25 70 70
18 Suara kasar pada Gearbox 10.20 - 11.23 87 87
24 Suara kasar elektro motor 09.00 - 10.08 83 83
29 Bearing gearbox pecah 12.45 - 14.00 94 94
31 Chute sliding door tersumbat 13.21 - 14.21 60 60
Total waktu kerusakan (Breakdown) selama 1 bulan 754
Sumber : Data Perusahaan

Tabel 4.5Data Breakdown Mesin Digester Bulan Januari 2015

Waktu
Total Kerusakan
Hari
Breakdown Jam Waktu / downtime
Ke
(menit) per hari
(menit)
4 Bearing coupling pecah 17.12 - 18.49 97 97
12 Chute sliding door bocor 21.45 22.55 70 70
14 Bottom plate retak 14.35 - 17.10 155 155
76

16 Long arm retak 12.03 - 15.18 195 195


20 Short arm retak 10.21 - 13.41 200 200
23 Suara kasar elektro motor 15.44 - 17.19 85 85
25 Motor dinamo mati 09.25 - 11.29 124 124
29 Bearing v-blok retak 16.16 - 18.26 130 130
Total waktu kerusakan (Breakdown) selama 1 bulan 1056
Sumber : Data Perusahaan

Tabel 4.6Data Breakdown Mesin Digester Bulan Februari 2015

Waktu
Total Kerusakan
Hari
Breakdown Jam Waktu / downtime
Ke
(menit) per hari
(menit)
3 Suara elektro motor kasar 19.35 - 21.05 90 90
5 Putaran Shaft rendah 16.20 - 18.05 105 105
11 Long arm retak 11.32 - 15.32 240 240
14 Steam injection bocor 13.16 - 14.38 82 82
16 Chute sliding tersumbat 15.55 - 17.05 70 70
20 Suara kasar pada gearbox 10.03 - 11.38 95 95
23 Bearing gearbox pecah 11.40 - 13.20 100 100
28 Panel digester short 10.23 - 11.28 65 65
30 Expeller arm patah 17.25 - 20.35 190 190
Total waktu kerusakan (Breakdown) selama 1 bulan 1037
Sumber : Data Perusahaan

b. Mesin Press

Tabel 4.7Data Breakdown Mesin Press Bulan Desember 2014

Waktu
Total Kerusakan
Hari
Breakdown Jam Waktu / downtime
Ke
(menit) per hari
(menit)
2 Dinamo motor mati 11.20 - 13.20 110 110
6 Suara kasar elektro motor 09.45 - 11.05 82 82
10 Bearing gearbox pecah 16.15 - 18.28 133 133
14 Worm screw p.cage tipis 13.20 - 16.50 210 210
77

19 Panel press short 20.21 - 21.35 74 74


20 Suara coupling kasar 09.34 - 11.04 90 90
23 Body press bocor 17.41 - 19.07 86 86
26 Hydrolic press macet 12.05 - 13.35 95 95
27 Pulley motor kendor 11.03 - 12.37 97 97
29 Pulley motor putus 13.20 - 15.20 120 120
Total waktu kerusakan (Breakdown) selama 1 bulan 1097
Sumber : Data Perusahaan

Tabel 4.8Data Breakdown Mesin Press Bulan Januari 2015

Waktu
Total Kerusakan
Hari
Breakdown Jam Waktu / downtime
Ke
(menit) per hari
(menit)
2 Cable control panel short 09.15 - 10.26 71 71
3 Sheal oil bocor 19.19 - 20.53 84 84
12 Electric motor hydrolic mati 10.03 - 11.32 92 92
17 Shaft spur gear patah 13.06 - 16.26 200 200
19 Suara gearbox kasar 10.30 - 12.03 93 93
20 Hydrolic press macet 09.10 - 10.50 100 100
22 Screw press patah 15.07 - 19.17 250 250
26 Pulley motor kendor 16.21 - 17.52 91 91
30 Worm legthening macet 17.33 - 19.44 131 131
Total waktu kerusakan (Breakdown) selama 1 bulan 1112
Sumber : Data Perusahaan

Tabel 4.9Data Breakdown Mesin Press Bulan Februari 2015

Waktu
Total Kerusakan /
Hari
Breakdown Jam Waktu downtime
Ke
(menit) per hari
(menit)
1 Bearing gearbox pecah 15.21 - 17.56 135 135
6 Adjusting cone macet 14.00 - 17.01 181 181
8 Coupling gearbox pecah 11.44 - 13.46 122 122
Bearing body press
13 16.10 - 17.55 105 105
belakang pecah
78

Electric motor Hydrolic


14 mati 10.16 - 11.47 91 91
17 Sheal oil bocor 20.37 - 21.57 80 80
21 Worm screw p.cage tipis 13.12 - 16.32 200 200
22 Body press bocor 17.47 - 19.57 130 130
24 Panel press short 21.34 - 22.49 75 75
Total waktu kerusakan (Breakdown) selama 1 bulan 1119
Sumber : Data Perusahaan

4.1.9 Kumpulan Data Waktu Setup and Adjustment

Waktu Setup and Adjustment merupakan waktu produksi yang hilang

akibat perlunya dilakukan penyesuaian pada mesin, sehingga mesin tidak

melakukan proses produksi. Berikut ini adalah data waktu setup and adjustment

pada bulan Desember 2014sampai Februari tahun 2015:

Tabel 4.10 Data Waktu Setup and Adjustment Mesin Digester dan Mesin Press

Bulan Desember 2014 Januari 2015 Dalam Hari Kerja

Waktu Setup dan Adjustment (menit)


Hari Desember Januari Februari
Ke Mesin Mesin Mesin Mesin Mesin Mesin
Digester Press Digester Press Digester Press
1 119 119 113 120 115 120
2 179 179 100 105 106 105
3 67 118 120 110 94 119
4 62 115 180 119 120 117
5 70 116 0 0 105 100
6 119 119 0 0 97 180
7 0 0 0 0 0 0
8 74 114 0 0 67 117
9 87 117 0 0 114 111
10 69 118 0 0 86 99
11 72 116 0 0 172 114
12 113 119 102 179 93 118
13 83 113 115 120 89 98
79

14 178 178 118 105 77 108


15 107 107 114 100 81 110
16 119 119 106 120 103 113
17 118 118 117 179 91 119
18 118 118 119 127 83 102
19 117 117 108 121 80 113
20 116 116 103 111 100 120
21 0 0 112 107 79 175
22 68 119 112 180 75 107
23 88 117 119 118 105 128
24 100 119 108 113 68 114
25 65 112 180 120 74 89
26 74 177 92 114 84 115
27 66 112 118 100 93 82
28 86 119 103 98 110 119
29 117 179 119 105 0 0
30 77 119 97 180 118 112
31 119 119 119 98 2679 3224
Total
2847 3628 2794 2949 95,67857 115,1429
Waktu
Sumber : Data Perusahaan

4.1.10 Planned Downtime

Planed downtime merupakan waktu downtime, dimana mesin tidak

menghasilkan produk secara terencana. Dalam hal ini waktu planned downtime

pada PT. Bangkitgiat Usaha Mandiri yaitu pada saat jadwal pemeliharaan mesin

dimana mesin akan berhenti pada saat hours meter yang tertera pada mesin

digester dan mesin press setiap mencapai 1000 jam, bagian maintenance akan

melakukan pemeriksaan, pembersihan, penggantian, penyetelan, pelumasan, dan

pengencangan pada setiap mesin.


80

4.2 Pengolahan Data

4.2.1 Penentuan Mesin Kritis

Berdasarkan data yang diambil dari perusahaan untuk menentukan mesin

kritis menggunakan data total downtime dari masing-masing mesin di stasiun

Press pada periode bulan Desember 2014 Februari 2015. Berikut ini adalah data

total downtime untuk mengetahui mesin kritis yang nantinya akan dilakukan

minimasi downtime.

Tabel 4.11 Data total Downtime Mesin di Stasiun Pressberdasarkan perhitungan


Frekuensi Kumulatif

Downtime Komulatif % %
No Nama Mesin Downtime Komulatif
( Jam ) Downtime
( Jam ) Downtime
1 Mesin Press 3328 3328 35,43 12,39
2 Mesin Digester 2847 6175 30,31 22,99
3 Mesin Fruit Elevator 1782 7957 18,97 29,63
4 Mesin Thresher 1437 9394 15,30 34,98
Total 9394 26854 100 100
Sumber : Pengolahan Data

Berdasarkan hasil pengolahan data diatas dan gambar diagram pareto

dibawah ini maka mesin Digester dan mesin Press adalah mesin kritis

berdasarkan total downtime terbesar, dengan total downtime mesin Digester =

2847 menit (47.45 jam) dan mesin Press= 3328 menit (55.46 jam).
81

DIAGRAM PARETO MESIN DI STASIUN


PRESS
9000 100
8000 90
80
7000 70
6000 60
5000 50
4000 40
3000 30 Data Downtime (menit)
2000 20
1000 10 % Kumulatif Downtime
0 0
Mesin Mesin Mesin Mesin
Press Digester Fruit Thresher
Elevator
Nama Mesin

Gambar 4.6 Diagram Pareto Mesin Kritis Stasiun Press

Langkah selanjutnya adalah menentukan komponen mesin kritis dari

urutan 2 mesin yang memiliki waktu downtime terbesar, mesin tersebut adalah

mesin Mesin Press dan Mesin Digester.

4.2.2 Penentuan Komponen Kritis

Berdasarkan hasil pengolahan data penentuan mesin kritis didapatkan hasil

mesin kritis yaitu mesin Press dan mesin Digester.Dari kedua mesin tersebut

kemudian dilanjutkan dengan penentuan komponen kritis dari masing masing

mesin tersebut.

4.2.2.1 Penentuan Komponen Kritis Mesin Digester

Penentuan komponen kritis berdasarkan total downtime dari komponen

mesin digesterdistasiun Press pada periode Desember 2014 Februari 2015.


82

Tabel 4.12 Data total Downtime komponen mesin Digester berdasarkan


perhitungan Frekuensi Kumulatif

Kumulatif %
Downtime %
No Nama Komponen Downtime Kumulatif
(menit) Downtime
(menit) Downtime
1 Long arm 435 435 25,20 5,57
2 elektro motor 258 693 14,95 8,87
3 Motor dinamo 244 937 14,14 12,00
4 Shaft digester 205 1142 11,88 14,62
5 Short arm 200 1342 11,59 17,18
6 Bearing gearbox 194 1536 11,24 19,66
7 Expeller arm 190 1726 11,01 22,10
Total 1726 7811 100 100
Sumber : Pengolahan Data

DIAGRAM PARETO KOMPONEN MESIN


DIGESTER
600 120
500 100
400 80
300 60
200 40 Downtime Komponen
Mesin
100 20
Kumulatif Downtime
0 0

Nama Mesin

Gambar 4.7 Diagram Pareto komponen mesin Digester


83

Berdasarkan hasil pengolahan data dan gambar diagram paretodiatas maka

komponen Long arm adalah komponen kritis berdasarkan total downtime terbesar.

4.2.2.2 Penentuan Komponen Kritis Mesin Press

Penentuan komponen kritis berdasarkan total downtime dari komponen

mesin press distasiun Press pada periode Desember 2014 Februari 2015.

Tabel 4.13 Data total Downtime komponen mesin Press berdasarkan perhitungan
Frekuensi Kumulatif

Kumulatif %
Downtime %
No Nama Komponen Downtime Kumulatif
(menit) Downtime
(menit) Downtime
1 Worm screw press cage 410 410 24,20 5,34
2 Bearing gearbox 268 678 15,82 8,84
3 Screw press 250 928 14,76 12,10
4 Shaft spur gear 200 1128 11,81 14,70
5 Hydrolic press 195 1323 11,51 17,24
6 Pulley motor 188 1511 11,10 19,69
7 Electric motor hydrolic 183 1694 10,80 22,08
Total 1694 7672 100 100
Sumber : Pengolahan Data

Berdasarkan hasil pengolahan data diatas dan gambar diagram pareto

dibawah ini maka komponen Worm Screw Press Cage adalah komponen kritis

berdasarkan total downtime terbesar.


84

DIAGRAM PARETO KOMPONEN MESIN


PRESS
500 120,00
450
400 100,00
350 80,00
300
250 60,00
200
150 40,00
100 20,00 Downtime Komponen
50
0 0,00 Mesin
Kumulatif Downtime

Nama Mesin

Gambar 4.8 Diagram Pareto komponen mesin Press

4.2.3 Mengukur Nilai Efektifitas Mesin Press dan Mesin

DigesterSebelumPenerapan TPM

4.2.3.1 PerhitunganAvailability Pada Bulan Desember 2014Februari2015

a) Total Available Time

Total available time ini merupakan waktu produksi potensial mesin

bekerja. Waktu potensial mesin dapat beroperasi dalam sehari adalah :

Total Available Time = 960 merit / hari

Sedangkan untuk perhitungan available time rata-rata setiap bulannya :

jumlah hari kerja selama 1 bulan x 960 menit


Available Time rata - rata = hari ..(4.1)
Jumlah hari kerja selama 1 bulan
85

b) Planned Downtime

Planned downtime merupakan waktu downtime, di mana mesin tidak

menghasilkan produk secara terencana.Dalam hal ini waktu downtime meliputi,

pemeriksaan, pembersihan, penggantian, penyetelan, pelumasan, pengencangan

pada setiap mesin, waktu istirahat. Keterangan jumlah planned downtime1bulan :

a. Pemeriksaan,pembersihan,pelumasan,pengencanganpada setiap mesin secara

rutinitas dilakukan setiap hari dengan waktu 2,5 jam / hari (150 menit).

b. Pemeriksaan,pembersihan,penggantian,

penyetelan,pelumasan,pengencanganpada setiap mesin secara menyeluruh

dilakukan 2 kali / bulan selama 4 jam (240 menit).

c) Running Time

Running time merupakan waktu yang tersedia bagi mesin untuk

berproduksi setelah dikurangi oleh waktu downtime terencana.

Running Time = Total available time - Planned downtime ................(4.2)

Sedangkan perhitungan running time rata-rata untuk setiap bulannya :

Running Time rata-rata = Total available time rata-rata - Planned

Downtimerata-rata ........................................(4.3)

d) Waktu Setup and Adjustment

Waktu setup and adjustment ini merupakan waktu produksi yang

hilangakibat perlu adanya penyesuaian terhadap mesin dan part nya. Sedangkan

untuk perhitungan waktu setup and adjustment rata-rata setiap bulannya :

Waktu Setup and Adjustment rata-rata =


86

Total Waktu Setup and Adjustmen t selama 1 bulan


...........(4.4)
jumlah Setup and Adjustmen t selama 1 bulan

e) Operating Time

Operating time merupakan waktu operasi peralatan/mesin.Operating time

ini didapat dari hasil pengurangan running time dengan waktu setup and

adjustment.

Operating Time = Running time - Waktu setup and adjustment...................(4.5)

Sedangkan perhitungan operating time rata-rata untuk setiap bulannya :

Operating Time rata-rata =Running time rata-rata Waktu setup andadjustment

rata-rata........................(4.6)

f) Planned Availability

Planned availability merupakan nilai persentase mesin atau peralatan

dapat beroperasi berdasarkan waktu operasi peralatan yang telah direncanakan

dibandingkan dengan waktu yang tersedia.

Operating Running
Planned Availability = 100% ....................................(4.7)
Time Time

Sedangkan perhitungan planned availability rata-rata untuk setiap

bulannya :

Planned Availability rata - rata


Planned Availability rata-rata = 100% .(4.8)
Running Time rata - rata

g) Unplanned Downtime

Unplanned downtime merupakan waktu menganggur mesin, di mana

mesin tidak beroperasi akibat terjadi kerusakan secara tiba-tiba dan tidak
87

menghasilkan produk secara tidak terencana.Unplanned downtime meliputi waktu

breakdown mesin.

Sedangkan perhitungan unplanned downtime rata rata untuk setiap

bulannya :

Total waktu unplanned downtime 1 bulan


Unplanned Downtime rata-rata= ..(4.9)
Jumlah hari kerja selama 1 bulan

h) Net Operating Time

Net operating time merupakan waktu bersih operasi peralatan, di mana

didapatkan dengan mengurangi operating time dengan unplanned downtime.

Net Operating Time = Operating time - Unplanned downtime....................(4.10)

Sedangkan untuk perhitungan net operating time rata-rata setiap bulannya adalah :

Net Operating Time rata-rata = Operating time rata-rata Unplanneddowntime

rata-rata ...................................(4.11)

i) Uptime

Uptime merupakan persentase mesinberdasarkan waktu bersih operasi

mesin/ peralatan. Nilai Uptime ini didapatkan/ peralatan dapat , beroperasi

Dengan membagi net operating time dengan operating time.

Net OperatingTime
Uptime = ...................................................................(4.12)
Operating time

Sedangkan perhitungan Uptime rata-rata untuk setiap bulannya adalah :

Net Operating Time rata - rata


Uptime rata-rata = ....................................(4.13)
Operating time rata - rata
88

j) Availability

Availability merupakan persentase ketersediaan mesin / peralatan dimana

mesin / peralatan benar-benar produktif atau beroperasi dan menghasilkan

produk.Availability = Planned Availability x Uptime x 100

%.................................(4.14)

Sedangkan perhitungan availability rata-rata untuk setiap bulannya:

Availability rata-rata = Planned Availability rata-rata x Uptime rata-rata x

100%.......................................................................(4.15)

4.2.3.2 Perhitungan Performance Efficiency Pada Bulan Desember 2014

Februari 2015

a)Theoretical Cycle Time

Theoretical cycle time (waktu siklus teoritis) merupakan waktu yang

dibutuhkan mesin / peralatan untuk memproduksi produk secara teoritis atau

sesuai standar mesin / peralatan. Karena penelitian dilakukan terhadap proses

suatu produk, maka theoretical cycle time yang digunakan adalah actual cycle

time mesin yang termasuk dalam pembuatan produk tersebut.

Tabe1 4.14 Data Actual Cycle Time

No. Nama Mesin Actual Cycle Time (menit)

1 Mesin Press 60

2 Mesin Digester 60

Sumber : Data Pengamatan


89

b)Performance Efficiency

Performance Efficiency merupakan persentase yang menunjukkan efisiensi

mesin dalam beroperasi.Performance Efficiency ini merupakan pengukuran untuk

melihat sebaik apa mesin melakukan pekerjaan pada saat beroperasi.

Actual Cycle Time Total Mesin Product


Performance Efficiency = x 100%.(4.16)
Net Operating Time

Sedangkan untuk perhitungan Performance Efficiency rata-rata setiap

bulannya adalah :

Performance Efficiency rata-rata

Actual Cycle Time Total Product rata - rata


= x 100 %............................(4.17)
Net Operating Time rata - rata

4.2.3.3 Perhitungan Rate Of Quality Pada Bulan Desember 2014 Januari

2015

a)Total and Good Product

Total product merupakan jumlah keseluruhan produk yang diproduksi,

baik produk yang baik (yang sudah memenuhi standar kualifikasi produk),

maupun produk cacat atau reject product (yang tidak memenuhi standar

kualifikasi produk).

Good Product merupakan jumlah keseluruhan produk baik (yang sudah

memenuhi standar kualifikasi produk) dalam waktu tertentu. Pada pengolahan

data ini total product dan good product yang dimaksud adalah mesin press yang

melakukan produksi secara good atau notgood. Berikut ini adalah hasil

perhitungan Total and Good Mesin Product rata-rata tiap bulannya :


90

Tabel 4.15Total and GoodMesinProduksiMesin Press dan Mesin DigesterBulan

Desember 2014 Februari 2015

Total
NG Good
Total Mesin
NG Mesin Mesin
Mesin GoodMesin Produksi
Tahun Bulan Mesin Rata- Rata-
Produksi (unit) Rata-
(unit) Rata Rata
(unit) Rata
(unit) (unit)
(unit)

Desember 174 85 89 6 2,93 3,07

2014 - 2015 Januari 144 70 74 6 2,92 3,08

Februari 168 78 90 6 2,79 3,21

Sumber : Data Perusahaan

b) Rate Of Quality

Rate of quality merupakan persentase perbandingan jumlah mesin baik dan

optimal dengan jumlah mesin keseluruhan yang berproduksi. Nilai rate of quality

menunjukkan kemampuan mesin dalam menghasilkan mesin good atau not good

Good Mesin
Rate Of Quality = x 100 %........................................(4.18)
Total Mesin Produksi

Sedangkan perhitungan rate of quality rata-rata untuk setiap bulannya :

Good Mesin rata - rata


Rate Of Quality rata-rata = x 100 % ........(4.19)
Total Mesin Produksi rata - rata
91

4.2.3.4 Perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE)

Overall equipment effectiveness (OEE) menggambarkan performansi

peralatan dan merupakan kalkulasi akurat untuk menentukan seberapa efektif

mesin/ peralatan digunakan.OEE ini didapat dari perkalianavailability,

Performance Efficiency, danRate of quality.

OEE = Availability x Performance Efficiency x Rate of Quality.................(4.20)

Sedangkan untuk perhitungan OEE rata rata setiap bulannya :

OEE rata-rata = Availability rata-rata x Performance Efficiency rata-rata x

Rate of Quality rata-rata..................................................(4.21)

Semua contoh pengolahan data dan perhitungan yang tertera di atas,

dihitung dengan menggunakan microsoft exceldan semua perhitungan serta hasil

dari perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada bagian lampiran.

4.2.4 Pembuatan Failure Mode Effect and Critically Analysis( FMECA )

Setelah dilakukan analisis keefektivitasan mesin sebelum penerapan Total

Productive Maintenance, Langkah selanjutnya adalah membuat tabel Failure

Mode Effect and Critically Analysis ( FMECA ) untuk menjabarkan mengenai

fungsi komponen, penyebab kerusakan dan akibat yang ditimbulkan dari

komponen komponen kritis tersebut dan menentukan bobot. Dengan FMECA

ini akan menjawab pertanyaan komponen kritis yang harus cepat dilakukan

perbaikan pada stasiun Press.

Nilai Risk Priority Number( RPN ) terbesar yang menjadi prioritas sebagai

komponen kritis.
92

Tabel 4.16 FMECA Mesin Digester


FMECA Scoring
Component Function Function Failure Failure Mode Failure Effect
S O D RPN
A Bila Long arm ini
Long arm tipis /
Alat untuk aus Long arm tidak
sudah tipis dan patah 8 6 5 240
mengakibatkan hasil
memotong / dapat
Long Arm 1 B 1 1 pemotongan buah
mencacah memotong /
tidak maksimal dan
buah Long arm patah mencacah buah
mesin Digester akan 8 6 3 144
mati
A Bila salah satu
subpart elektro motor
rusak atau mati akan
mengakibatkan
Salah satu sub
Alat untuk elektro motor short
Elektro komponen
Motor
1 memutar Suara kasar 1
elektro motor
1 dan mati apabila tidak 8 6 3 144
mesin langsung diperbaiki
rusak
elektro motor akan
mati total sehingga
mesin Digester tidak
dapat beroperasi
A
Ketika komponen
Alat Komponen dinamo terbakar, akan
Motor
Dinamo
1 Pengatur Dinamo Mati 1 dinamo 1 mengakibatkan mesin 8 6 4 192
Putaran terbakar tidak dapat berputar
bahkan langsung mati
A Jika bearing shaft
Penggerak
Shaft Digester digester pecah,
dari short
Shaft tidak dapat Bearing Shaft putaran shaft tidak
1 arm, long 1 1
Digester berputar dengan Digester pecah maksimal dan mesin
arm, expeller
maksimal tidak dapat berfungsi
arm
dengan optimal 6 6 5 180
A
Bila Short arm ini
Short arm tipis /
Alat untuk aus Short arm tidak
sudah tipis dan patah 8 6 4 192
mengakibatkan hasil
memotong / dapat
Short Arm 1 1 1 pemotongan buah
mencacah B memotong /
tidak maksimal dan
buah mencacah buah
Short arm patah mesin Digester akan 8 6 3 144
mati

Sumber : Pengolahan Data


93

Tabel 4.17 FMECA Mesin Press


FMECA Scoring
Component Function Function Failure Failure Mode Failure Effect
S O D RPN
A Bila worm screw press
Worm Screw ini sudah tipis atau aus
kurang efektif maka akan
Sebagai Worm Screw melakukan mengakibatkan
Worm Screw 1
1 filter untuk Press tipis / aus 1 penyaringan pengepressan dan 7 8 4 224
Press Cage
pengepresan serat dengan penyaringan serat
minyak pada dengan minyak pada
mesin press mesin press tidak
optimal
Jika bearing gearbox
Alat untuk Suara kasar dan pecah maka akan
Bearing mengatur putaran tidak Bearing 1 mengakibatkan putaran
1 A 1 7 6 3 126
Gearbox putaran maksimal pada Gearbox pecah mesin press dan proses
mesin gearbox pengepresan tidak
optimal

Screw Press Bila screw press rusak


Sebagai alat A Screw Press 7 7 4 196
rusak dan patah maka proses
untuk macet dan tidak
pengepressan tidak
Screw Press 1 melakukan 1 dapat 1
optimal, serta bisa
pengepressa melakukan
mengakibatkan mesin
n pengepressan
Screw Press press mati
B 8 6 4 192
patah

Jika shaft spur gear


Alat untuk
pecah maka screw press
mentransmi
Shaft Spur Shaft Spur Gear Shaft Spur Gear tidak dapat berfungsi
1 sikan A 1 1 7 6 4 168
Gear tidak berputar pecah dengan optimal dan
putaran ke
putaran pengepressan
screw press
tidak efektif

Sumber : Pengolahan Data

Berdasarkan pengolahan data dengan metode ini didapatkan hasil pada

mesin Digester (komponen Long Arm), dan pada mesin Press (komponen Worm

Screw Press Cage) merupakan komponen kritis yang memiliki nilai RPN terbesar.

Komponen tersebutlah yang menjadi prioritas karena memiliki tingkat resiko yang

sangat tinggi dalam kelancaran proses produksi. Pemilihan komponen kritis

dengan metode FMECA sama dengan penentuan komponen kritis berdasarkan

perhitungan frekuensi komulatif (Downtime terbesar).


94

4.2.5 Implementasi Dari 8 PilarTotal Productive Maintenance.(TPM)

4.2.5.1. Focused Improvement

Permasalahan ini difokuskan untuk mengeliminasi six big losses, terutama

yang terkait dengan mesin.Kegiatan ini, ditujukan untuk meningkatkan overall

equipment effectiveness OEE) mesinpress dan mesin digester pada stasiun

press.10 Langkah-langkah implementasifocused improvementyaitu :

Langkah 1: Menetapkan lini produksi Stasiun Press sebagai lini kritis yang

akandi fokuskan.

Langkah 2: Menetapkan timimprovementyang terdiri dari bagian produksi

danmaintenanceuntuk mengatasi permasalahan pada stasiun press.

Langkah 3: Memahami losses yang ada pada stasiun pressberdasarkan hasil

faktor-faktor antar korelasi.

Langkah 4: Menetapkan tema dan sasaran improvement yaitu berdasarkan

mesin dan komponen kritis yang telah di analisis pada stasiun

press.

Langkah 5: Menetapkan jadwal interval waktu pencegahan dan pemeriksaan

tiap komponen pada stasiun press.

Langkah 6 : Melaksanakan dan evaluasi analisis dan jalan keluar masing-

masing improvement dengan seksama:

Langkah 7 : Implementasi dampak dari jadwal interval waktu pencegahan dan

pemeriksaan.

Langkah 8: Mengkonfirmasi dampak improvement yang didapatkan.


95

Langkah 9: Tindakan pencegahan berulangnya masalah dengan melakukan

tinjau ulang standar yang ada atau tetapkan standar baru di stasiun

Press.

Langkah 10 : Terapkan hasil improvement pada stasiun press.

4.2.5.2 Perawatan Mandiri

Kegiatan yang melibatkan operator dalam merawat mesinnya sendiri,

disamping kegiatan yang dilaksanakan oleh bagian perawatan. 7

langkahperawatan mandiri yang harus dilakukan pada mesin mesin di stasiun

pressadalah :

1. Pembersihan awal pada mesin, agar operator di stasiun press memahami dan

mengembangkan rasa memiliki terhadap mesin (membersihkan adalah

inspeksi).

2. Pencegahan surnber kontaminasi dan tempat yang sulit dibersihkan agar

mengurangi dampak pada kerusakan mesin.

3. Pengembangan standard pembersihan dan pelumasan terhadap mesin agar

mesin selalu dalam kondisi optimal.

4. Inspeksi menyeluruh agar dapat memperbaiki inspeksi mesin yang sulit dan

meningkatkan kehandalan mesin.

5. Pengembangan standard perawatan mandiri, evaluasi hasil dan penerapan pada

mesin mesin lain.

6. Process Quality Assuranceagar operator dapat mengetahui peran dan

tanggung jawab terhadap mesin.


96

7. Menjalankan perawatan mandiri dan kegiatan peningkatan

yangberkesinambungan pada stasiun press dan stasiun stasiun lainya.

Kunci keberhasilan perawatan mandiri :

1. Pelatihan pengenalan TPM pada perusahaan.

2. Kerjasama antar departemen yang baik dan diketuai oleh bagian maintenance.

3. Perawatan mandiri adalah bagian dari pekerjaan produksi

4. Kegiatan kelompok kecil yang tepat.

5. Manajer memimpin penerapan TPM, memantau, dan mengevaluasi penerapan

TPM.

6. Pelatihan dilapangan untuk operator baru agar lebih paham dan mengerti.

7. Dampak yang nyata terhadap perawatan mandiri.

8. Standar yang ditentukan oleh operator terhadap perawatan mesin

9. Audit mandiri gejala dan kerusakan pada mesin

10. Respon yang cepat terhadap permasalahan mesin

11. Terapkan secara tuntas perawatan mandiri tersebut.

12. Laksanakan terlebih dahulu perawatan mandiri.

4.2.5.3 Perawatan Terencana

Tujuan dari perawatan terencana adalah memaksimalkan produktifitas

dengan biaya minimal. Langkah implementasi dari perawatan terencana, yaitu :

1. Mengevaluasi status perawatan terehcana yang ada serta tentukan alasan

mengapa perlu perawatan terencana

2. Menetapkan kebijakan dan sasaran perawatan terencana

3. Bentuk organisasi dan pembagian tugas dalam penerapan perawatan terencana


97

4. Menetapkan item dari perawatan terencana yang diimplementasikan

5. Mempelajari permasalahan yang berkaitan dengan setiap item yang akan

diimplementasikan

6. Menetapkan master plan untuk perawatan terencana

7. Mengevaluasi hasil penerapan perawatan terencana

4.2.5.4Peningkatan Keterampilan Operator dan Perawatan

Sasaran peningkatan keterampilan operator dan perawatan itu sendiri

adalah meningkatkan keterampilan merawat mesin pada bagian produksi dan

perawatan untuk :

a. Menunjang penerapan focusedimprovement, perawatan mandiri,

perawatanterencana dan pilar lain yang berkaitan dengan permasalahan yang

dihadapi.

b. Memenuhi tuntutan keterampilan operasi dan perawatan mesin yang

semakinmeningkat.

Implementasinya yaitu dengan mengadakan skill training dan on the job

trainingpada operator.

4.2.5.5Maintenance Prevention.Information (MP), DesignandEarly Equipment

Management

Menemukan masalah yang terjadi pada periode tersebut dan melakukan

improvement untuk mengeliminasi masalah tersebut. Beberapa langkah-langkah

dasar dalam initial equipment management yaitu :

1. Keterampilan aktif pada tahapan product development & design


98

2. Menetapkan engineeringDesign Mission Engineering

3. Mengevaluasi design sebelum direalisasikan

4. Penggunaan maintenance prevention information secara aktif

4.2.5.6Quality Maintenance

Losses yang tinggi pada stasiun press dapat dicegah melalui pengecekan

dan pengukuran kondisi mesin secara periodik dan memverifikasi apakahlosses

minyak dalam toleransi yang diperbolehkan atau tidak. Potensi losses yang

tinggidapat diprediksikan dengan memeriksa dan mencegahnya melalui berbagai

kegiatan di pilar - pilar sebelumnya.

4.2.5.7 TPM di Administrasi dan Departemen Penunjang

Kegiatan TPM ini tidak dilaksanakan oleh satu bagian saja dalam

perusahaan,melainkan perlunya kerjasama dari bagian-bagian lain seperti di

administrasi dandepartemen penunjang agar implementasi TPM dapat berjalan

dengan baik dan menyeluruh.

4.2.5.8Sistem Yang Aman dan Ramah Lingkungan

Perusahaan perlu menciptakan lingkungan yang aman dan

sehat.Membangun sistem produksi yang aman dan ramah lingkungan.Sasaran dari

implementasi ini adalah ZeroAccident dan Zero Pollution .Sedangkan pihak yang

terlibat adalah bagianmaintenance dan lingkungan.


99

4.2.6 Pendekatan Penerapan Total Productive Maintenance Terhadap

Perusahaan

Setelah pengambilan data yang dilakukan sebelum penerapan TPM

dimulai. Selanjutnya tahap yang dilakukan adalah pendekatan TPM pada PT.

Bangkitgiat Usaha Mandiri, berikut ini adalah 8 langkah penerapan TPM yang

antara lain adalah :

Step1: Pengenalan TPM sistem ke top management dari perusahaan, hal

inidilakukan dengan cara menjelaskan beberapa perusahaan yang telah

menerapkan TPM dan bagainana hasil yang didapatkan di perusahaan

tersebut.

Step 2: Melakukan program pengenalan dan pelatihan kepada seluruh

jajaranpabrik. Hal ini dilakukan dengan memberikan pengumuman-

pengumuman tertulis tentang apa itu TPM, bagaimanakah jam kerja

dari TPM, seberapa pentingnya waktu yang dibutuhkan dalam

penerapan TPM, berharganya suatu kesempatan jika dilewatkan, hasil

apakah yang akan didapatkan saya dan kalian?

Step3: Membentuk struktur organisasi untuk penerapan TPM berdasarkan

struktur yang lama. Berapa banyak grup-grup yang harus dibentuk,

apakah tanggung jawab yang baru?

Step4: Menetapkan aturan-aturan dan target yang harus dicapai pada akhir

penerapan TPM.

Step 5: Membuat rencana utama pencapaian target yang harus dicapai.


100

Step 6 : Mencoba untuk menemukan kondisi awal dari mesin yang ada, dan

mengidentifikasikan masalah yang ada menjadi kerusakan mesin atau

kerusakan operasi.

Step 7: Mengukur dan meningkatkan efektifitas fasilitas.

Step8: Menerapkan autonomousmaintenance untuk operator dan juga

menerapkan aturan tempat kerja yang bersih dan rapi.

1. Mengenalkan TPM Kepada Top Management

Tahap pertama yang dilakukan adalahmengenalkanTotal Productive

Maintenancekepada Top Management.Top management adalah orang-orang yang

bekerja sebagai pemimpirn di perusahaan tersebut antara lain adalah kepala pabrik

dan juga kepada kepala bagian yang ada (maintenance, kepala bagian produksi,

kepala gudang, dan lain-lain). Pengenalan yang dimaksudkan adalah

brainstorming yang ada dalam TPM, presentasi TPM yang sudah ada dan

memberikan contoh kepada para top management.sehinggaperusahaan dapat

meningkatkan produktivitas dan etos kerja dari top management sampai low

management. Sampai tujuan TPM yang akan mencapai zero breakdowndanzero

defect.

2. Menciptakan Kampanye Penerapan TPM ke Karyawan

Seluruh karyawan dari operator mesin, bagian gudang, staf kebersihan,

dan satpam diberikan pengarahan tentang TPM dengan menggunakan slide

bergambar. Selain penjelasan dengan slide, dibuat grup-grup yang terdiri dan atas

tugas masing-masing sehingga ada 3 grup totalnya, grup pertama terdiri dari

operator mesin, staf maintenance yang memimpin penerapan TPM dan kepala
101

bagian produksi. Selanjutnya grup kedua terdiri atas staf gudang, dan satpam yang

dipimpin oleh kepala bagian gudang, kepala bagian penyediaan, dan kepala

bagian personalia. Dalam setiap grup-giup tersebut, pemimpin menjelaskan dan

mengajarkan apakah TPM itu, bagaimanakah cara kerjanya, dan apa

kegunaannya.

Tujuan dari pembagian grup-grup tersebut adalah untuk meningkatkan

moral mereka dan menekan kemungkinan adanya rasa penolakan penerapan

TPM.Rasa penolakan tersebut dapat dilihat dari reaksi karyawan yangdibagi

menjadi beberapa bagian.Reaksi dari operator mesin, menganggap tugas mereka

hanyamenggunakanmesin untuk mencapaitarget produksi yang

diharapkan.Merekatidak peduli apakah mesin itu rusak atau tidak.Beberapa

tanggapan yang berhasil dicatat adalah, saya tugasnya hanya memproduksi

dengan menggunakan mesin yang sudah disediakan, tugas memperbaiki mesin itu

kan gunanya operator maintenance. Sedangkan operatormaintenance

beranggapan jika operator juga diberi tanggung jawab menjaga mesin, mereka

tidak akan mengerti apakah yang baik untuk mesin ini baik untuk mesin lainnya.

Begitu juga petugas pergudangan, mereka menganggap tidak perlu ikut campur

operatormaintenance di gudang. Dengan pembagian grup-grup ini masing-masing

karyawan dapat mengutarakan pendapatnya dan pemimpin grup dapat

memberikan pengertian kepada karyawan tersebut. Beberapa solusi jawaban yang

dapat diberikan antara lain, jika operator mesin juga menganggap mesin sebagai

benda pribadinya, apakah mereka akan memperlakukannya dengan baik dan hati-

hati. Jika operatormaintenance membiarkan operator mesin mengerti


102

kondisimesin baik atau buruk, bagaimana cara menanganinya. Hal ini akan

meringankan tugas maintenance dan meminimalkan terjadinya kerusakan pada

mesin, serta dapat meluangkan waktu untuk fokus terhadap satu kerusakan yang

sifatnya berbahaya agartidak terulang lagi dalam waktu dekat.

Cara lain untuk mengenalkan TPM adalah dengan pembuatan slogan -

slogan yang ditempel di daerah tertentu yang menunjukkan pentingnya TPM

untuk perusahaan. Beberapa ditempel di tempat istirahat karyawan, sebagian

ditempel di dalam kantor untuk menunjukkan keseriusan kepala pabrik dan kepala

bagian terhadap penerapan TPM tersebut.

3. Membentuk Struktur Organisasi Berdasarkan TPM

Setelah pengenalan ke top management dan karyawan telah terlaksana

dengan baik, kemudia dilanjutkan dengan pembuatan struktur organisasi

berdasarkan dengan tugas-tugas yang akan dicapai.Dengan adanya pemberian

lingkup pekerjaan ini dapat membantu penerapan berjalan sesuai dengan target

yang ingin dicapai. Dengan adanya struktur organisasi TPM ini dapat dilihat

lingkup seberapa jauh tugas TPM ini berjalan.

4. Mencapai Aturan Dan Target Yang Ingin Dicapai

Tahap selanjutnya adalah membuat target-target yang diinginkan

perusahaan.Hampir rata-rata perusahaan, pasti menginginkan target produksi

tercapai, atau target produksi yang telah ditetapkan sebelumnya terlampaui.Hal ini

ditunjukkan dengan menempelkan jadwal poduksi harian untuk karyawan, tingkat

produktivitas yang diharapkan dari karyawan. Motto dan slogan juga dibuat
103

dengan harapan karyawan termotivasi untuk mencapai target produksi. Demikian

juga dengan pcnerapan TPM, dibuat juga target-target yang ingin dicapai.Slogan-

slogan penerapan TPM yang diinginkan dapat membuat karyawan merasa mampu

untuk mencapai target tersebut, hal ini dikarenakan tulisan atau angka yang ada di

dalam slogan menjadi target di dalam diri mereka sendiri.

5. Merencanakan Pencapaian Target Dalam Jangka Waktu

Perusahaan membuat master plan dalam jangka waktu beberapa tahun

untukdapat dicapai penerapan TPM ini. Dalam jangka waktu berapa lama kita

dapat melihat hasilnya.

6. Mengidentifikasikan Masalah Dan Mencari Kondisi Optimum Mesin

Pada tahap pengambilan data dalam pengolahan data diatas dapat dilihat

beberapa jenis downtime yang terjadi. Selanjutnya tim TPM dapat

mengidentifikasikan jenis masalah tersebut, dan dapat mengerti mengapa hal

tersebut dapat terjadi. Terkadang operator mesin tidak peduli dengan kerusakan

yang terjadi pada mesin mereka menganggap ini biasa, jika losses yang dihasilkan

hampir 10 % nya merupakan losses minyak, jika mesin tidak dapat berfungsi

dengan maksimal. Untuk itu diperlukan adanya penjelasan dari departemen

maintenance mengapa mesin tersebut rusak, atau tidak maksimal.

Langkah pertama yang dikerjakan oleh departemen maintenance, yang

mengawasi jalannya produksi. Jika terjadi kerusakan, atau produk yang dihasilkan

dalam losses tinggi, tim harus menandai bagian mesin mana yang rusak dengan
104

label atau pemberian tanda di bagian mesin yang rusak tersebut. Hal ini dilakukan

karena :

1. Semua orang di perusahaan dapat melihat bahwa pada mesin ini ada

kerusakan.

2. Otomatis lingkungan sekitar mesin tersebut menjadi sadar, bahwa TPM

sedangditerapkan.

3. Label mewakili mesin tidak berjalan 100 %, semakin banyak label

menunjukkan mesin teisebut mengalami beragam jenis kerusakan.

4. Dengan adanya label tersebut, maka tim TPM dapat

mempertimbangkanlangkah-langkah yang harus diambil sesuai dengan

kerusakan tersebut.

Setelah pemberian label, maka dilakukanlah pengembalian mesin ke

kondisi optimumnya. Proses pengembalian mesin ini dimulai dengan

pembersihan, pembersihan secara menyeluruh pada mesin dan area prosesnya.

Tujuan dari proses pembersihan ini adalah :

1. Pembersihan merupakan bagian dari inspeksi. Dengan membuka dan menutup

mesin, mekanismenya dapat diketahui apakah sesuai dengan yang diharapkan

atau tidak, jika ada kesalahan lagi maka dapat ditambahkan label di mesin

tersebut.

2. Pembersihan secara mendetail. Dengan lebih detailnya proses penbersihan,

maka dapat dilihat apakah ada mur atau baut yang tidak terpasang atau lepas,

dan apakah mempengaruhi proses mesin atau tidak.


105

3. Dengan dilakukan pembersihan dapat mengetahui mekanisme mesin tersebut,

haltersebut juga mempengaruhi moral dari tim. Hal ini didapatkan karena

timmerasakan mekanisme yang ada, mesin tersebut belum baik, maka

merekaakan berusaha untuk membuatnya menjadi optimal.

Dari informasi ini maka dapat ditentukan langkah-langkah perbaikan apa

saja yang perlu diambil. Tim TPM dapat memberitahukan jika terjadi kerusakan

kepada operator, dan bagaimana menanggulanginya.Bagaimanareaksi

operatormaintenance menanggapi masalah yang dihadapi, dandapatjuga dibuat

alur kerjasama antara operator dengan operatormaintenance.Dengan alur

kerjasama ini, kondisi fasilitas produksi optimum dapat tercapai, jumlah

kerusakan dapat ditekan, dan juga mempengaruhi produksi yang berjalan, serta

kualitas produk juga lebih baik.

7. Mengukur Dan Meningkatkan Efektivitas Fasilitas Setelah Penerapan

Setelah penerapan yang dilakukan dari poin 1 sampai poin 6 diatas, maka

dilakukan pengambilan data untuk diukur setiap 1 bulan yang dalam penelitian ini

dilakukan hingga 3 bulan mendatang, apakah target yang diinginkan sudah

tercapai atau belum.Dalam perhitungan tersebut dapat dilihat nilaiAvailability,

Performance Efficiency, danRate Of Quality (ROQ) produk yang didapat sudah

optimal atau belum. Batas kondisi optimal yang harus dicapai dalam

keefektivitasan mesin adalah : (Seichi Nakajima, 1988).

a. Avabilility, lehih besar dari 90 %

b. Performance Efficiency lebih besar dari 90 %

c. Rate Of Quality lebih besar dari 99 %


106

8. Menerapkan Lingkungan Kerja Yang Bersih Dan Rapi Serta

Autonomousmaintenance di PT. Bangkitgiat Usaha Mandiri

Salah satu aspek terpenting dalam pendekatan TPM dan hasil yang

didapatkan dari penerapan ini dapat dilihat secara langsung. Pada tahapan

sebelumnya tugas dari tim TPM dan operator dalam membersihkan lantai

produksi, mesin-mesin, area sekitar mesin, dan pemberian label-label. Selanjutnya

pada tahap ini,diterapkanlah lingkungan kerja yang bersih, baik sebelum maupun

sesudah pekerjaan dilakukan oleh operator.Autonomousmaintenance oleh operator

merupakan salah satu penerapan TPM yang berguna agar kondisi mesin tetap

terjaga dalam kondisi optimal.

Aktivitas yang tercakup dalam Autonomousmaintenance adalah inspeksi,

lubrikasi dan pembersihan.Berikut di bawah ini adalah tabel yang memuat tujuh

langkah penerapan Autonomousmaintenance di PT. Bangkitgiat Usaha Mandiri.

Tabel 4.18 7 Langkah Penerapan Autonomous maintenance di

PT. Bangkitgiat Usaha Mandiri

No. Langkah Aktivitas


1 Pembersihan Membersihkan debu dan kotoran yang terdapat
pada body mesin, lubrikasi, dan kencangkan,
mene nukan masalah dan coba untuk
memperbaikinya.
2 Pembetulan M:asalah Mencegah adanya debu, kotoran dan skrap
berlebihan, mengurangi waktu untuk
memhersihkan dan lubrikasi.
3 Standar Kebersihan Menetapkan standar waktu yang diperlukan
dan Lubrikasi untuk membersihkan dan mengencangkan
107

(harian dan periodik)


4 Inspeksi Umurn Mengikuti standar inspeksi manual buku
panduan, maintenance memeriksa perbaikan dari
operator mesin.
5 Inspeksi Autonomous Membuat lembar inspeksi autonomous.
6 Keteraturan dan Standarisasi peletakan barang-barang maupun
Kerapihan komponen mesin. Antara lain : standar inspeksi
untuk kebersihan dan lubrikasi di area mesin.
Kebersihan dan lubrikasi standar di area
sekitarnya, standar untuk pencatatan lembar
kerja produksi standar untuk part dan alat-alat
maintenance.
7 Full Autonomous Menetapkan tujuan akhir penerapan, autonomous
maintenance maintenance, untuk melihat adanya keberhasilan
penerapan autonomous maintenance.

Berikut ini adalah keterangan setiap bagian dari tujuh langkah penerapan

autonomousmaintenance :

1) Pembersihan

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, dengan adanya pembersihan ini

operator dapat mengetahui kondisi optimal mesin yang seharusnrya. Selain itu

juga pembersihan adalah proses pendidikan yang akan menjadikan operator

mesin lebih bertanggung jawab dalam melakukan proses produksi. Tujuan dari

proses pembersihan ini adalah :

a. Pembersihan merupakan bagian dari inspeksi. Dengan membuka dan

melihat kondisi mesin, mekanismenya dapat diketahui apakah sesuai


108

dengan yang diharapkan atau tidak, jika ada kesalahan lagi maka dapat

ditambahkan label di mesin tersebut.

b. Pembersihan secara mendetail. Dengan lebih detailnya proses

pembersihan, maka dapat dilihat apakah ada mur atau baut, yang tidak

terpasang, dan dapat mempengaruhi proses mesin atau tidak.

c. Dengan pembersihan, selain mengetahui mekanisme mesin tersebut, hal

tersebut juga mempengaruhi moral dantim. Hal ini didapatkan, karena tim

merasa mekanisme yang ada di mesin tersebut belum optimal, maka

mereka akan berusaha untuk membuatnya menjadi optimal.

2) Pembetulan Masalah

Masalah yang dimaksud adalah, segala kerusakan mekanik yang disebabkan

karena mesin terlalu kotor.Setiap operator mesin bertanggung jawab untuk

kebersihan dan meningkatkan area kerjanya. Tetapi operatormaintenance haus

bekerja samadengan mereka dan membantu usaha mereka,jika proses

pembersihan telah dilakukan tetapi mesin tetap mengalami kerusakan, maka

dapat langsung diidentifikasikan secara langsung.

3) Standar Kebersihan dan Lubrikasi

Pada dua langkah diatas, setelah dilakukan tahap tersebut dapat ditentukan

standar pemberlakuan proses kebersihan dan lubrikasi. Pada PT. Bangkitgiat

Usaha Mandiri setelah didapatkan waktu untuk operator membersihkan mesin,

lubrikasi dan mengencangkanbagian-bagian mesin.Maka ditetapkanlah, waktu

untuk membersihkan, lubrikasi dan mengencangkan part - part yang dilakukan


109

selama 30 menit sebelum memulai pekerjaan dan hal tersebut juga dilakukan

30 menit setelah proses produksi mereka selesai.

4) Inspeksi Umum

Inspeksi umum dimaksudkan agar kemampuan setiap operator sama, hal ini

berguna dalam penanganan masalah-masalah yang timbul di mesin masing-

masing dan cara penanggulangannya mirip. Dalam melakukan inspeksi unum

ini operator setiap mesin berkumpul untuk diskusi dan menceritakan apa saja

masalah yang timbul dan terlihat oleh mereka dan melakukan cara

penyelesaiannya. Hal ini masih dilakukan setiap apel pagi sebelum memulai

pekerjaan di PT. Bangkitgiat Usaha Mandiri. Selama diskusiawal, diadakan

juga sharing awal, dengan harapan operator yang satu dengan operator yang

lainnya memliki cara yang sama dalam penanganan mesin.

5) Inspeksi Autonomous

Inspeksi autonomous merupakan perbarndingan dalam penerapan hal-hal yang

sudah diterapkan di atas, apakah sudah mencapai tingkat kebersihan yang

diharapkan atau belum, lubrikasi dilakukan dengan benar atau tidak.

6) Keteraturan dan Kerapihan

Tahap ini terdiri dari langkah keteraturan dan kerapihan, di mana aktifitas

dikembangkan dari pencegahan kemunduran ke pengukuran kemunduran

melalui inspeksi peralatan keseluruhan untuk pelatihan keahlian dan

implementasidari inspeksi.

a. Restorasi dan inspeksi dari kemunduran diharapkan dapat sukses.


110

b. Sukses adalah perolehan yang baik, dan dapat dipertanggung

jawabkan.Inspeksi harian berdasarkan pengalaman sensor dan teori yang

dapatdibuat, operator provicien in equipment dapat dipelihara dan

pendekatanagresif mereka terhadap penerapan dapat diperkirakan.

Pada akhimya tujuan yang diharapkan dapat diperoleh dan perilaku operator

dapat diubah menuju pada sistem manajemen autonomous di manapencacatan

dan kegagalan disadari merupakan kekurangan dari lantai produksi.Tahap ini

cukup penting sebagai inti dari sistem manajemen autonomous.

7) Autonomous Maintenance

Dengan adanya keenam hal di atas kemudian dilakukan evaluasi, pada tahap

mana operator sering mengalami masalah (mengeluh, penerapan lama). Lalu

dari hasil evaluasi yang ada dilakukan pertimbangan-pertimbangan apakah

harus dilakukan lebih mendalam atau menunggu operator terbiasa dulu dengan

apa yang sudah ada.

4.2.7 Data Losses Output MesinPressSetelah Implementasi TPM

Pada tabel dibawah ini dapat dilihat pengumpulan data hasil losses dari

ouput mesin press setelah penerapan dan pendekatan total productive

maintenance (TPM) pada bulan Maret sampai bulan Mei tahun 2015.
111

Tabel 4.19 Data Losses Output Mesin Press Bulan Maret Mei2015

Mesin Press
Oktober November Desember

Hari Hasil Hasil Hasil


ke Lab Total Lab Total Lab Total
NG Good NG Good NG Good
(Std Mesin (Std Mesin (Std Mesin
Mesin Mesin Mesin Mesin Mesin Mesin
Losses Produksi Losses Produksi Losses Produksi
4,5 %) 4,5 %) 4,5 %)

1 3,58 6 2 4 3,24 6 1 5 2,98 6 1 5


2 3,08 6 1 5 4,21 6 2 4 3,44 6 1 5
3 2,75 6 1 5 0 0 0 0 4,60 6 4 2
4 3,67 6 1 5 4,22 6 2 4 4,39 6 2 4
5 3,32 6 3 3 4,55 6 3 3 4,44 6 2 4
6 0,00 0 0 0 3,66 6 1 5 4,25 6 2 4
7 4,64 6 4 2 4,94 6 4 2 3,78 6 1 5
8 3,89 6 3 3 4,42 6 2 4 4,21 6 2 4
9 4,64 6 4 2 4,82 6 4 2 4,59 6 3 3
10 3,80 6 2 4 3,882 6 2 4 4,49 6 3 3
11 4,62 6 4 2 3,762 6 2 4 4,15 6 2 4
12 4,06 6 1 5 3,48 6 1 5 4,36 6 2 4
13 4,69 6 4 2 3,31 6 1 5 4,52 6 3 3
14 3,12 6 1 5 3,204 6 1 5 3,57 6 1 5
15 3,40 6 1 5 4,16 6 2 4 3,99 6 1 5
16 4,51 6 3 3 2,92 6 1 5 4,36 6 2 4
17 3,96 6 2 4 4,58 6 3 3 4,42 6 2 4
18 3,73 6 2 4 3,44 6 2 4 4,31 6 2 4
19 4,31 6 1 5 4,25 6 2 4 4.53 6 3 3
20 2,67 6 1 5 4,52 6 4 2 4,47 6 2 4
21 3,25 6 1 5 4.16 6 2 4 4,51 6 3 3
22 4,12 6 2 4 4,29 6 2 4 4,57 6 4 2
23 4,00 6 2 4 4,57 6 3 3 3,77 6 1 5
24 3,36 6 2 4 4,39 6 2 4 3,85 6 2 4
25 3,63 6 3 3 4,42 6 2 4 0,00 0 0 0
26 3,41 6 2 4 3,22 6 1 5 4,39 6 2 4
27 4,63 6 4 2 4,59 6 3 3 4,46 6 3 3
28 4,57 6 3 3 4,49 6 2 4 4,61 6 4 2
29 4,68 6 4 2 3,37 6 1 5 3,87 6 1 5
30 4,53 6 3 3 4,15 6 2 4 4,15 6 2 4
31 4,63 6 4 2 4,56 6 4 2
Total 180 71 109 174 60 114 180 67 113
112

Sumber : Data Perusahaan

4.2.8 Data Waktu Downtime Setelah Implementasi TPM

Data data mengenai kerusakan mesin secara tiba tiba (breakdown)

pada stasiun press, mesin digester, dan mesin presssetelah penerapan TPM dalam

periode produksi bulan Maret sampai Mei tahun 2015 adalah sebagai berikut :

a. Mesin Digester

Tabel 4.20 Data BreakdownMesin Digester Bulan Maret 2015

Waktu
Kerusakan
Total
Hari /
Breakdown Jam Waktu
Ke downtime
(menit)
per hari
(menit)
7 Motor dinamo mati 15.20 - 17.20 120 120
10 Panel digester short 13.10 - 14.00 50 50
Chute sliding door
11 tersumbat 20.17 - 21.17 60 60
13 Body liner digester bocor 14.13 - 15.45 92 92
Suara kasar coupling
16 Gearbox 17.22 - 18.27 65 65
Chute sliding door
27 tersumbat 16.40 - 17.47 67 67
30 Control panel digester mati 12.33 - 13.33 60 60
31 Suara kasar elektro motor 19.25 - 20.53 88 88
Total waktu kerusakan (Breakdown) selama 1 bulan 602
Sumber : Data Perusahaan
113

Tabel 4.21Data Breakdown Mesin Digester Bulan April 2015

Waktu
Kerusakan
Total
Hari /
Breakdown Jam Waktu
Ke downtime
(menit)
per hari
(menit)
5 Suara kasar elektro motor 12.15 13.45 90 90
7 Putaran shaft rendah 16.22 17.47 85 85
Chute sliding door
9 tersembut 21.40 22.55 75 75
17 Bearing gearbox pecah 15.10 17.17 127 127
20 Chute sliding door bocor 20.36 21.44 68 68
23 Steam injection bocor 17.32 18.42 70 70
Suara kasar coupling
27 gearbox 14.16 15.51 95 95
Total waktu kerusakan (Breakdown) selama 1 bulan 610
Sumber : Data Perusahaan

Tabel 4.22 Data Breakdown Mesin Digester Bulan Mei 2015

Waktu
Kerusakan
Total
Hari /
Breakdown Jam Waktu
Ke downtime
(menit)
per hari
(menit)
3 Short arm retak 15.10 - 18.10 180 180
Body liner digester bawah
9 bocor 20.27 - 21.29 62 62
13 Bearing v-block retak 14.30 - 16.07 97 97
19 Chute sliding tersumbat 12.19 - 13.24 65 65
21 Control panel digester short 11.46 - 12.46 60 60
22 Coupling gearbox patah 17.21 - 18.53 92 92
28 Suara kasar elektro motor 16.50 - 17.20 80 80
Total waktu kerusakan (Breakdown) selama 1 bulan 636
Sumber : Data Perusahaan
114

b. Mesin Press

Tabel 4.23 Data Breakdown Mesin Press Bulan Maret 2015

Waktu
Kerusakan
Total
Hari /
Breakdown Jam Waktu
Ke downtime
(menit)
per hari
(menit)
5 Pulley motor kendor 13.23 - 14.49 86 86
8 Hydrolic press macet 16.34 - 17.54 80 80
12 Suara kasar gearbox 20.21 - 21.51 90 90
13 Adjusting cone macet 14.14 - 17.16 182 182
17 Pulley motor putus 19.10 - 21.05 115 115
19 Suara kasar elektro motor 11.16 - 12.33 77 77
23 Control panel tidak berfungsi 11.24 - 12.29 65 65
27 Dinamo motor mati 15.31 - 17.04 93 93
29 Adjusting cone macet 13.18 - 16.18 180 180
Total waktu kerusakan (Breakdown) selama 1 bulan 968
Sumber : Data Perusahaan

Tabel 4.24 Data Breakdown Mesin Press Bulan April 2015

Waktu
Kerusakan
Total
Hari /
Breakdown Jam Waktu
Ke downtime
(menit)
per hari
(menit)
2 Panel press short 11.10 - 12.17 67 67
Suara kasar coupling
5 gearbox 14.53 - 16.26 93 93
15 Sheal oil bocor 16.23 - 17.38 75 75
17 Adjusting cone macet 17.06 - 20.04 178 178
25 Hydrolic press macet 19.41 - 21.16 95 95
27 Bearing gearbox pecah 15.35 - 17.21 106 106
30 Hydrolic press macet 13.18 - 14.48 90 90
Total waktu kerusakan (Breakdown) selama 1 bulan 704
115

Sumber : Data Perusahaan

Tabel 4.25 Data Breakdown Mesin Press Bulan Mei 2015

Waktu
Kerusakan
Total
Hari /
Breakdown Jam Waktu
Ke downtime
(menit)
per hari
(menit)
3 Worm screw p.cage tipis 13.24 - 16.31 187 187
5 Pulley motor kendor 11.28 - 12.48 80 80
12 Suara kasar pada gearbox 16.50 - 18.26 96 96
13 Body press belakang bocor 14.40 - 16.08 88 88
22 Hydrolic press macet 18.26 - 19.51 85 85
Bearing body belakang
26 pecah 15.17 - 16.47 90 90
28 Worm legthening macet 13.32 - 15.32 120 120
Total waktu kerusakan (Breakdown) selama 1 bulan 746
Sumber : Data Perusahaan

4.2.9 Data Waktu Setup and AdjustmentSetelah Implementasi TPM

Waktu Setup and Adjustment merupakan waktu produksi yang hilang

akibat perlunya dilakukan penyesuaian pada mesin, sehingga mesin tidak

melakukan proses produksi. Berikut ini adalah data waktu setup and adjustment

setelah implementasi TPM pada bulan Maret sampai dengan Mei tahun 2105:

Tabel 4.26 Data Waktu Setup and Adjustment Mesin Digester dan Mesin Press

Bulan Maret Mei 2015 Dalam Hari Kerja

Waktu Setup dan Adjustment (menit)


Maret April Mei
Hari Ke
Mesin Mesin Mesin Mesin Mesin Mesin
Digester Press Digester Press Digester Press
116

1 67 68 74 71 67 85
2 73 72 80 97 86 70
3 75 75 0 0 103 105
4 62 81 68 70 77 67
5 76 92 96 98 68 96
6 0 0 69 68 72 79
7 97 73 72 73 70 82
8 84 93 76 75 73 77
9 78 84 81 70 95 81
10 89 69 76 82 69 63
11 90 74 83 85 71 79
12 77 98 85 69 64 97
13 95 110 75 74 92 95
14 68 77 71 72 77 72
15 66 83 92 95 81 81
16 90 79 68 80 62 68
17 82 104 115 108 71 85
18 74 86 76 77 83 77
19 78 96 78 83 96 72
20 69 70 82 72 81 67
21 72 67 80 68 92 73
22 67 85 77 70 95 97
23 80 105 69 82 78 84
24 83 68 72 78 88 65
25 68 79 94 89 0 0
26 75 82 80 76 84 100
27 88 103 106 92 78 82
28 76 88 72 75 109 110
29 70 113 80 80 67 80
30 90 78 91 90 84 78
31 87 73 79 66
Total Waktu 2346 2525 2338 2319 2412 2433
Sumber : Data Perusahaan

4.2.10 Mengukur Nilai Efektifitas Mesin Digester dan MesinPress Setelah

Penerapan TPM

4.2.10.1 PerhitunganAvailability Pada Bulan Maret Mei 2015

a) Total Available Time


117

Total available time ini merupakan waktu produksi potensial mesin

bekerja. Waktu potensial mesin dapat beroperasi dalam sehari adalah :

Total Available Time = 960 merit / hari

Sedangkan untuk perhitungan available time rata-rata setiap bulannya :

jumlah hari kerja selama 1 bulan x 960 menit


Available Time rata - rata = hari
Jumlah hari kerja selama 1 bulan

b) Planned Downtime

Planned downtime merupakan waktu downtime, di mana mesin tidak

menghasilkan produk secara terencana.Dalam hal ini waktu downtime meliputi,

pemeriksaan, pembersihan, penggantian, penyetelan, pelumasan, pengencangan

pada setiap mesin, waktu istirahat. Keterangan jumlah planned downtime1bulan :

a. Pemeriksaan,pembersihan,pelumasan, pengencangan pada setiap mesin

secara rutinitas dilakukan setiap hari dengan waktu 2,5 jam / hari (150

menit).

b. Pemeriksaan, pembersihan, penggantian, penyetelan,

pelumasan, pengencangan pada setiap mesin secara menyeluruh dilakukan

2 kali / bulan selama 4 jam (240 menit).

c) Running Time

Running time merupakan waktu yang tersedia bagi mesm untuk

berproduksi setelah dikurangi oleh waktu downtime terencana.

Running Time = Total available time - Planned downtime

Sedangkan perhitungan running time rata-rata untuk setiap bulannya :


118

Running Time rata-rata = Total available time rata-rata - Planned

downtimerata-rata

d) Waktu Setup and Adjustment

Waktu setup and adjustment ini merupakan waktu produksi yang

hilangakibat perlu adanya penyesuaian terhadap mesin dan part nya. Sedangkan

untuk perhitungan waktu setup and adjustment rata-rata setiap bulannya :

Waktu Setup and Adjustment rata-rata =

Total Waktu Setup and Adjustmen t selama1 bulan


jumlah Setup and Adjustmen t selama1 bulan

e) Operating Time

Operating time merupakan waktu operasi peralatan/mesin.Operating time

ini didapat dari hasil pengurangan running time dengan waktu setup and

adjustment.

Operating Time = Running time - Waktu setup and adjustment

Sedangkan perhitungan operating time rata-rata untuk setiap bulannya :

Operating Time rata-rata = Running time rata-rata Waktu setup and

adjustment rata-rata

f) Planned Availability

Planned availability merupakan nilai persentase mesin atau peralatan

dapat beroperasi berdasarkan waktu operasi peralatan yang telah direncanakan

dibandingkan dengan waktu yang tersedia.

Operating Running
Planned Availability = 100%
Time Time
119

Sedangkan perhitungan planned availability rata-rata untuk setiap

bulannya :

Planned Availability rata - rata


Planned Availability rata-rata = 100%
Running Time rata - rata

g) Unplanned Downtime

Unplanned downtime merupakan waktu menganggur mesin, di mana

mesin tidak beroperasi akibat terjadi kerusakan secara tiba-tiba dan tidak

menghasilkan produk secara tidak terencana.Unplanned downtime meliputi waktu

breakdown mesin.

Sedangkan perhitungan unplanned downtime rata rata untuk setiap

bulannya :

Total waktu unplanned downtime 1 bulan


Unplanned Downtime rata-rata =
Jumlah hari kerja selama 1 bulan

h) Net Operating Time

Net operating time merupakan waktu bersih operasi peralatan, di mana

didapatkan dengan mengurangi operating time dengan unplanned downtime.

Net Operating Thne = Operating time - Unplanned downtime

Sedangkan untuk perhitungan net operating time rata-rata setiap bulannya adalah :

Net Operating Time rata-rata = Operating time rata-rata Unplanneddowntime

rata-rata.

i)Uptime

Uptime merupakan persentase mesinberdasarkan waktu bersih operasi

mesin/ peralatan. Nilai Uptime ini didapatkan/ peralatan dapat , beroperasi


120

Dengan membagi net operating time dengan operating time.

Net OperatingTime
Uptime =
Operating time

Sedangkan perhitungan Uptime rata-rata untuk setiap bulannya adalah :

Net Operating Time rata - rata


Uptime rata-rata =
Operating time rata - rata

j) Availability

Availability merupakan persentase ketersediaan mesin / peralatan dimana

mesin / peralatan benar-benar produktif atau beroperasi dan menghasilkan

produk.Availability = Planned Availability x Uptime x 100 %

Sedangkan perhitungan availability rata-rata untuk setiap bulannya:

Availability rata-rata = Planned Availability rata-rata x Uptime rata-rata x

100%

4.2.10.2 Perhitungan Performance Efficiency Pada Bulan Maret Mei 2015

a)Theoretical Cycle Time

Theoretical cycle time (waktu siklus teoritis) merupakan waktu yang

dibutuhkan mesin / peralatan untuk memproduksi produk secara teoritis atau

sesuai standar mesin / peralatan. Karena penelitian dilakukan terhadap proses

suatu produk, maka theoretical cycle time yang digunakan adalah actual cycle

time mesin yang termasuk dalam pembuatan produk tersebut.


121

Tabe1 4.27 Data Actual Cycle Time

No. Nama Mesin Actual Cycle Time (menit)

1 Mesin Press 60

2 Mesin Digester 60

Sumber : Data Pengamatan

b)Performance Efficiency

Performance Efficiency merupakan persentase yang menunjukkan efisiensi

mesin dalam beroperasi.Performance Efficiency ini merupakan pengukuran untuk

melihat sebaik apa mesin melakukan pekerjaan pada saat beroperasi.

Actual Cycle Time Total Mesin Produksi


Performance Efficiency = x 100%
Net Operating Time

Sedangkan untuk perhitungan Performance Efficiency rata-rata setiap

bulannya adalah :

Performance Efficiency rata-rata

Actual Cycle Time Total Mesin Produksi rata - rata


= x 100 %
Net Operating Time rata - rata

4.2.10.3 Perhitungan Rate Of Quality Pada Bulan Maret Mei 2015

a)Total and Good Product

Total product merupakan jumlah keseluruhan produk yang diproduksi,

baik produk yang baik (yang sudah memenuhi standar kualifikasi produk),

maupun produk cacat atau reject product (yang tidak memenuhi standar

kualifikasi produk).
122

Good Product merupakan jumlah keseluruhan produk baik (yang sudah

memenuhi standar kualifikasi produk) dalam waktu tertentu. Pada pengolahan

data ini total product dan good product yang dimaksud adalah mesin press yang

melakukan produksi secara good atau notgood. Berikut ini adalah hasil

perhitungan Total and Good Mesin Product rata-rata tiap bulannya :

Tabel 4.28Total and GoodMesinProduct Mesin Press dan Mesin Digester Bulan

Maret Mei 2015

Total
NG Good
Total Mesin
NG Mesin Mesin
Mesin GoodMesin Produksi
Tahun Bulan Mesin Rata- Rata-
Produksi (unit) Rata-
(unit) Rata Rata
(unit) Rata
(unit) (unit)
(unit)

Maret 180 71 109 6 2,37 3,63

2015 April 174 60 114 6 2,06 3,93

Mei 180 67 113 6 2,23 3,77

Sumber : Data Perusahaan

b) Rate Of Quality

Rate of quality merupakan persentase perbandingan jumlah mesin baik dan

optimal dengan jumlah mesin keseluruhan yang berproduksi. Nilai rate of quality

menunjukkan kemampuan mesin dalam menghasilkan mesin good atau not good

Good Mesin
Rate Of Quality = x 100 %
Total Mesin Produksi
123

Sedangkan perhitungan rate of quality rata-rata untuk setiap bulannya :

Good Mesin rata - rata


Rate Of Quality rata-rata = x 100 %
Total Mesin Produksi rata - rata

4.2.10.4 Perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE)

Overall equipment effectiveness (OEE) menggambarkan performansi

peralatan dan merupakan kalkulasi akurat untuk menentukan seberapa efektif

mesin/ peralatan digunakan.OEE ini didapat dari perkalianavailability,

Performance Efficiency, danRate of quality.

OEE = Availability x Performance Efficiency x Rate of Quality

Sedangkan untuk perhitungan OEE rata rata setiap bulannya :

OEE rata-rata = Availability rata-rata x Performance Efficiency rata-rata x

Rate of Quality rata-rata

Semua contoh pengolahan data dan perhitungan yang tertera di atas,

dihitung dengan menggunakan microsoft exceldan semua perhitungan serta hasil

dari perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada bagian lampiran.

Anda mungkin juga menyukai