Anda di halaman 1dari 31

BAB I

LAPORAN KASUS

1. IDENTITAS
Nama : Nn. YD
Usia : 22 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Co-Ass
Agama : Islam
Alamat : Kelapa Gading , Jakarta Utara
Status : Belum Menikah

2. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dengan pasien di poli mata RSUD
Budhi Asih tanggal 24 Maret 2016 pada pukul 11.00 WIB.

a. Keluhan Utama
Pasien datang dengan keluhan nyeri pada mata kiri sejak pukul 05.00
b. Keluhan Tambahan

Mata merah , silau , dan terasa mengganjal pada mata kiri .

c. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke poli mata RSBA dengan keluhan nyeri pada mata kiri sejak 6
jam yll . Nyeri dirasakan saat bangun tidur . Sehari sebelumnya os
menggunakan lensa kontak dan merasa pada mata kirinya seperti kering
mengganjal. Karna itu os membuka lensa kontaknya untuk dibersihkan
kemudian digunakan kembali lalu keluhan kering dan mengganjal dirasa
berkurang. Tetapi pada malam harinya os mulai merasa kembali mata kirinya
lebih mengganjal dari sebelumnya dan juga kering. Os tidak menghiraukan
rasa tersebut dan tidak melepaskan lensa kontaknya pada saat akan tidur. Pagi
harinya os melepaskan lensa kontak tersebut dan mata kirinya menjadi merah,
silau , terasa mengganjal , nyeri dan berair.

1
Os juga mengatakan penglihatan pada mata kirinya agak bertambah buram
dari sebelumnya . Os sudah menggunakan lensa kontak selama 7 tahun dan
belum pernah mengalami keluhan seperti ini . Ukuran lensa kontak OD S
5,50 C 0,50 dan OS S- 5,00 C-0,50.

d. Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien tidak pernah mengalami sakit yang sama sebelumnya . Riwayat
Hipertensi , Asma , DM , dan Alegi obat disangkal . Riwayat Maag (+)
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan dikeluarga tidak ada yang mengalami gejala yang sama.

3. PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis

Keadaan Umum : Sakit sedang

Kesadaran : Compos Mentis

Tanda Vital

Tekanan Darah : 120/70 mmHg

Nadi : 84 x/menit

Suhu : 36,5 0C

Pernafasan : 20 x/menit

2
Status Oftalmologi

OD OS
AVOD + CL = 6/6 Visus 6/120
Ortoforia Kedudukan Bola Mata Ortoforia

Pergerakan Bola Mata

Baik ke segala arah Baik ke segala arah


Dalam Batas Normal Test konfrontasi Dalam Batas Normal
Oedem (-) Oedem (-)
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Entropion (-) Entropion (-)
Ektropion (-) Palpebra Superior Ektropion (-)
Trikiasis (-) Trikiasis (-)
Distrikiasis (-) Distrikiasis (-)
Blefaritis (-) Blefaritis (-)
Oedem (-) Oedem (-)
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Entropion (-) Entropion (-)
Ektropion (-) Palpebra Inferior Ektropion (-)
Trikiasis (-) Trikiasis (-)
Distrikiasis (-) Distrikiasis (-)
Blefaritis (-) Blefaritis (-)
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Folikel (-) Folikel (-)
Konjungtiva Tarsalis
Papil (-) Papil (-)
Superior
Lithiasis (-) Lithiasis (-)
Membran (-) Membran (-)
Injeksi Konjungtiva (-) Injeksi Konjungtiva (+)
Konjungtiva Bulbi
Injeksi Siliar (-) Injeksi Siliar (+)

3
Pterigium (-) Pterigium (-)
Pingekuela (-) Pingekuela (-)
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Folikel (-) Folikel (-)
Konjungtiva Tarsalis
Papil (-) Papil (-)
Inferior
Lithiasis (-) Lithiasis (-)
Membran (-) Membran (-)
Jernih Infiltrat (+)
Kornea
Oedem (+) bagian inferior
Dalam, sel (-), flare (-) Dalam, sel (-) flare (-)
Hipopion (-) Hifema (-) COA Hipopion (-) Hifema (-)
Eksudat fibrin (-) Eksudat fibrin (-)
Warna coklat, Nodul (-) Warna coklat, Nodul (-)
Gambaran kripta baik Iris Gambaran kripta baik
Sinekia (-) Sinekia (-)
Isokor, Kiri dan Kanan Isokor, Kiri dan Kanan
Reflek Cahaya Langsung (+) Pupil Reflek Cahaya Langsung (+)
Tidak Langsung ( +) Tidak Langsung ( +)
Jernih Jernih
Lensa
Shadow test (-) Shadow test (-)
Jernih, Snowball (-) Jernih, Snowball (-)
Snowbanking (-) Vitreous Humor Snowbanking (-)
Asteroid hyalosis (-) Asteroid hyalosis ( -)
Tidak ditemukan kelainan Funduskopi Tidak ditemukan kelainan
12,8 TIO 12,4

4. RESUME

Pasien datang dengan keluhan nyeri pada mata kanan sejak bangun tidur 6 jam
yll. Malam sebelumnya os memakai lensa kontak saat tidur. Os juga mengeluh mata
kirinya menjadi merah, terasa mengganjal , silau , berair dan sedikit bertambah buram
dari sebelumnya. Pasien mengatakan keluhan seperti ini baru pertama kali ia
rasakan.Pasien memiliki riwayat penyakit maag.

4
Dari pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital dalam batas normal, status
generalis dalam batas normal. Status oftalmologi didapatkan visus OD+CL 6/6 OS
6/120 . Terdapat injeksi konjungtiva dan siliar OS , infiltrate (+) dan sedikit oedem
pada bagian inferior kornea OS. TIO dalam batas normal.

5. DIAGNOSIS KERJA
- Astigmatisme Miopia Compositus ODS
- Keratitis Profunda OS ec Lensa Kontak

6. DIAGNOSA BANDING
- Keratitis Superficial

7. PENATALAKSANAAN
Medika mentosa
- C. Floxa eye drop tiapjam 1 tetes 1 hari pertama hari berikutnya tiap 2 jam OS
- Noncort eye drop 4 x 1 tetes OS
- Cataflam tab 2 x 25 mg p.c
- Gentamicin eye ointment malam hari OS
Non medika mentosa
- Edukasi kepada pasien untuk tidak menggunakan lensa kontak sampai dinyatakan
boleh dipakai kembali oleh dokter spesialis mata
- Kontrol kembali ke poli mata 3hari berikutnya
- Anjuran untuk istirahat dirumah dan rutin meminum obat
8. PROGNOSIS
ad vitam : ad bonam
ad fungsional : dubia ad bonam
ad sanactionam : dubia ad bonam

5
Pemeriksaan menggunakan Slit Lamp tanggal 24 Maret 2016

OD OS

Mata kanan pasien dilihat dari anterior Mata kiri pasien dilihat dari anterior dengan
dengan pemeriksaan menggunakan slit lamp pemeriksaan menggunakan slit lamp
Gambar 1.1

Follow Up tanggal 26 Maret 2016


S : Keluhan mengganjal pada mata kiri dirasa sudah berkurang . Os sudah tidak
merasakan nyeri , silau, maupun berair . Mata merah sudah sangat berkurang .
O : Status Generalis dalam batas normal
Status Ophtalmologi
OD OS

Mata kanan pasien dilihat dari anterior dengan Mata kiri pasien dilihat dari anterior dengan
pemeriksaan menggunakan slit lamp pemeriksaan menggunakan slit lamp

6
Injeksi Konjungtiva dan Injeksi Perikorneal OS berkurang .
Infiltrat dan oedem pada kornea OS berkurang.
A : Astigmatisme Miopia Simpleks
Keratitis Profunda ec Lensa Kontak
P : Terapi Lanjut
Protagenta eyedrop 4 x 1 tetes OS

7
BAB II
ANALISA KASUS

Pada pasien ini ditegakkan diagnosis kerja berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
oftamologi pada pasien sebagai berikut:
1. Berdasarkan keterangan yang didapat dari pasien, keluhan utama pasien ialah nyeri
pada mata kiri sejak bangun tidur, sebelumnya pasien tidur memakai lensa kontak.
Rasa nyeri dapat terjadi karena kornea memiliki banyak serat nyeri, kebanyakan lesi
kornea, baik superficial mauapun dalam (benda asing kornea, aberasi kornea,
fliktenula , keratitis interstisial), menimbulkan rasa nyeri dan fotofobia. Rasa nyeri ini
diperberat oleh gerak palpebral ( terutama palpebral superior) diatas kornea dan
biasanya menetap sampai sembuh. Fotofobia pada penyakit kornea merupakan akibat
kontraksi iris meradang yang nyeri. Dilatasi pembuluh iris adalah fenomena refleks
yang timbul akibat iritasi pada ujung serat syaraf kornea.
2. Pasien juga mengeluh mata kiri terasa mengganjal , sedikit lebih berair , dan sedikit
lebih buram dari sebelumnya . Mata kiri terasa mengganjal dikarenakan adanya
infiltrate dan oedem pada kornea yang mengganggu saat mata tertutup. Pandangan
sedikit lebih buram karena kornea berfungsi sebagai jendela bagi mata dan
membiaskan berkas cahaya, lesi kornea umumnya mengaburkan penglihatan terutama
jika letaknya di pusat. Mata berair adalah respon dari tubuh karena adanya
peradangan pada kornea .
3. Pada pemeriksaan visus didapatkan penurunan visus pada kedua mata . Pasien
memang memiliki kelainan refraksi sebelumnya . Pasien sudah menggunakan lensa
kontak sekitar 7 tahun.
4. Pada pemeriksaan oftamologi didapatkan injeksi konjungtiva dan injeksi siliar pada
mata kiri . Hal ini merupakan respon tubuh terhadap suatu peradangan dan infeksi.
5. Pada pemeriksaan oftalmologi juga didapatkan infiltrate dan oedem pada kornea OS .
Hal ini terjadi karena adanya infiltrasi dari sel-sel mononuclear, sel plasma, leukosit
PMN sebagai respon dari adanya peradangan dan infeksi. Infiltrat ini biasanya tampak
seperti bercak bewarna kelabu,keruh , dengan batas tidak tegas dan permukaan tidak
licin.
6. Dari Anamnesis dan Pemeriksaan Ophtalmologi didapatkan diagnosis kerja pada
pasien ini adalah Astigmatisme Miopia Compositus ODS dan Keratitis Profunda ec
Lensa Kontak dengan diagnosis banding Keratitis Superficial .
8
7. Pada penatalaksanaan pada pasien diberikan :
- Antibiotik Topikal: Ofloksasin (C.Floxa) tiap 1 jam pada hari pertama .
Antibiotik diberikan karena keratitis yang disebabkan oleh lensa kontak
sebagian besar karena infeksi bakteri . Pemberian Antibiotik topical setiap 1
jam juga sesuai dengan prinsip pengobatan infeksi korna berdasarkan
American Academy of Ophtalmology.
- Analgetik oral : Kalium Diklofenak (Cataflam) 25 mg : merupakan obat
untuk mengurangi rasa nyeri pada pasien , agar pasien lebih nyaman.
- Analgetik topical : Natrium diklofenak (Noncort)
- Antibiotik topical : Gentamicin Eye Ointment .
- Vitamin A : Protagenta : Digunakan untuk mempercepat proses
penyembuhan .
8. Prognosis pada pasien ini untuk ad vitam yaitu ad bonam , ad fungsional yaitu dubia
ad bonam , dan ad sanactionam yaitu dubia ad bonam .
9. Pada pasien dapat juga dilakukan pemeriksaan penunjang pemulasan fluoresein yang
berguna untuk melihat seberapa besar defek yang terjadi pada kornea.
10. Rencana pemeriksaan pada pasien ini selanjutnya adalah pasien tetap control rutin
hingga tidak ada gejala atau keluhan . Jika gejala tidak berkurang setelah 2 hari
pengobatan , pasien dapat dilakukan kultur untuk mengetahui etiologi penyakit.

9
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

ANATOMI DAN FISIOLOGI


a. Kornea
Merupakan jaringan transparan yang memiliki tebal 0,54 mm ditengah, dan 0,65 mm
di tepi, serta berdiameter sekitar 11,5 mm. Sumber nutrisi kornea berasal dari pembuluh
darah limbus, humor aqueous, dan air mata. Dalam axis penglihatan, kornea berperan sebagai
jendela paling depan dari mata dimana sinar masuk dan difokuskan ke dalam pupil . Bentuk
kornea cembung dengan sifat yang transparan dimana kekuatan pembiasan sinar yang masuk
80 % atau 40 dioptri ,dengan indeks bias 1, 38 .

Secara histologik kornea terdiri dari lima lapisan dari luar ke dalam:

1)Lapisan epitel

Tebalnya 50 m , terdiri atas 5 lapis sel


epitel tidak bertandukyang saling tumpang
tindih; satu lapis sel basal, sel
polygonaldan sel gepeng.

Pada sel basal sering terlihat mitosis sel,


dan sel muda ini terdorong kedepan
menjadi lapis sel sayap dan semakin
majukedepan menjadi sel gepeng, sel basal
berikatan erat dengan selbasal
disampingnya dan sel polygonal
didepannya melaluidesmosom dan macula
okluden; ikatan ini menghambatpengaliran
air, elektrolit dan glukosa yang merupakan
barrier.

10
Sel basal menghasilkan membrane basal yang melekat eratkepadanya. Bila terjadi
gangguan akan menghasilkan erosirekuren.
Epitel berasal dari ectoderm permukaan.
2)Membrane Bowman

Terletak dibawah membrana basal epitel kornea yang merupakankolagen yang tersusun
tidak teratur seperti stroma dan berasaldari bagian depan stroma.
Lapis ini tidak mempunyai daya regenerasi.
3)Jaringan Stroma

Terdiri atas lamel yang merupakan sususnan kolagen yangsejajar satu dengan yang
lainnya, Pada permukaan terlihatanyaman yang teratur sedang dibagian perifer serat
kolagen inibercabang; terbentuknya kembali serat kolagen memakan waktulama yang
kadang-kadang sampai 15 bulan. Keratosit merupakansel stroma kornea yang
merupakan fibroblast terletak diantaraserat kolagen stroma. Diduga keratosit
membentuk bahan dasardan serat kolagen dalam perkembangan embrio atau
sesudahtrauma
4)Membrane Descemet

Merupakan membrana aselular dan merupakan batas belakangstroma kornea dihasilkan


sel endotel dan merupakan membranebasalnya.
Bersifat sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup,mempunyai tebal 40 m.
5)Endotel

Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar20-40m. Endotel


melekat pada membran descement melaluihemidosom dan zonula okluden

Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensorik terutama berasal dari saraf siliarlongus,
saraf nasosiliar, saraf ke V, saraf siliar longus berjalan supra koroid,masuk ke dalam stroma
kornea, menembus membran Bowman melepaskanselubung Schwannya. Bulbus Krause
untuk sensasi dingin ditemukan diantara.Daya regenerasi saraf sesudah dipotong di daerah
limbus terjadi dalam waktu 3bulan.

11
Sumber nutrisi kornea adalah pembuluh-pembuluh darah limbus, humouraquous, dan
air mata. Kornea superfisial juga mendapat oksigen sebagian besardari atmosfir. Transparansi
kornea dipertahankan oleh strukturnya seragam,avaskularitasnya dan deturgensinya. Limbus
kornea merupakan zona peralihanatau zona pertemuan, dengan tebal hanya 1 mm, antara
kornea dan sclera.Disini, epitel kornea menebal sampai 10 atau lebih lapisan dan melanjutkan
diridengan konjungtiva, membrane Bowman berhenti dengan tiba tiba, membraneDescemet
menipis dan memecah dan melanjutkan diri menjadi trabekulaligament pektinata, dan stroma
kornea menjadi kurang teratur dan secarabertahap susunannya berubah dari susunan lamellar
yang khas menjadi kurangteratur seperti yang ditemukan pada sclera. Limbus memiliki
vaskularisasi.

Keratitis

Keratitis adalah peradangan kornea yang dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur,
virus atau suatu proses alergi-imunologi

Infeksi pada kornea biasanya diklasifikasikan menurut lapisan kornea yang terkena,
yaitu keratitis superfisialis apabila mengenai lapisan epitel atau membran bowman dan
keratitis profunda atau interstisialis (disebut juga keratitis parenkimatosa) apabila sudah
mengenai lapisan stroma.4

Etiologi

Keratitis dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti kurangnya air mata, keracunan
obat, reaksi alergi terhadap yang diberi topikal, dan reaksi terhadapkonjungtivitis menahun.

Infeksi kornea pada umumnya didahului trauma, penggunaan lensa kontak,


pemakaian kortikosteroid topikal yang tidak terkontrol. Kelainan ini merupakan penyebab
kebutaan ketiga terbanyak di Indonesia.

Keratitits dapat disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya:3,4,5

Virus
Bakteri
Jamur
Paparan sinar ultraviolet seperti sinar matahari atau sun lamps, dan hubungan ke
sumber cahaya yang kuat lainnya seperti pengelasan busur

12
Iritasi dari penggunaan berlebihan lensa kontak
Mata kering disebabkan oleh kelopak mata robek atau tidak cukupnya pembentukan
air mata
Adanya benda asing di mata
Reaksi terhadap obat tetes mata, kosmetik, polusi, atau partikel udara seperti debu,
serbuk sari, jamur atau ragi
Efek samping obat tertentu

Patofisiologi

Epitel adalah sawar yang efisien terhadap masuknya mikroorganisme kedalam kornea.
Namun sekali kornea mengalami cedera, stroma yang avaskuler dan membrane Bowman
mudah terinfeksi oleh berbagai macam mikroorganisme seperti amoeba, bakteri dan jamur.

Streptococcus pneumonia (pneumokokus)a dalah bakteri pathogen kornea sejati,


pathogen lain memerlukan inokulum yang berat atau hospes yang lemah (misalnya pada
pasien yang mengalami defisiensiimun) agar dapat menimbulkan infeksi.6

Kornea adalah struktur yang avaskuler oleh sebab itu pertahanan pada waktu
peradangan, tidak dapat segera ditangani seperti pada jaringan lainnya yang banyak
mengandung vaskularisasi. sel-sel di stroma kornea pertama-tama akan bekerja sebagai
makrofag, baru kemudian disusul dengan dilatasi pembuluh darah yang ada di limbus dan
tampak sebagai injeksi pada kornea. Sesudah itu terjadilah infiltrasi dari sel-sel lekosit, sel-sel
polimorfonuklear, sel plasma yangmengakibatkan timbulnya infiltrat, yang tampak sebagai
bercak kelabu, keruhdan permukaan kornea menjadi tidak licin.

Epitel kornea dapat rusak sampai timbul ulkus. Adanya ulkus ini dapat dibuktikan
dengan pemeriksaan fluoresin sebagai daerah yang berwarna kehijauan pada kornea. Bila
tukak pada kornea tidak dalam dengan pengobatan yang baik dapat sembuh tanpa
meninggakan jaringan parut, namun apabila tukak dalam apalagi sampai terjadi perforasi
penyembuhan akan disertai denganterbentuknya jaringan parut. Mediator inflamasi yang
dilepaskan pada peradangan kornea juga dapat sampai ke iris dan badan siliar menimbulkan
peradangan pada iris. peradangan pada iris dapat dilihat berupa kekeruhan di bilik mata
depan. Kadang-kadang dapat terbentuk hipopion.

13
Pada keratitis bakteri adanya gangguan dari epitel kornea yang intak dan atau
masuknya mikroorganisme abnormal ke stroma kornea, dimana akan terjadi proliferasi dan
menyebabkan ulkus. Faktor virulensi dapat menyebabkan invasi mikroba atau molekul
efektor sekunder yang membantu proses infeksi. Beberapa bakteri memperlihatkan sifat
adhesi pada struktur fimbriasi dan struktur nonfimbriasi yang membantu penempelan ke sel
kornea. Selama stadium inisiasi, epitel dan stroma pada area yang terluka dan infeksi dapat
terjadi nekrosis. Sel inflamasi akut (terutama neutrofil) mengelilingi ulkus awal dan
menyebabkannekrosis lamella stroma. :ifusi produk-produk inflamasi (meliputi cytokines) di
bilik posterior, menyalurkan sel-sel inflamasi ke bilik anterior dan menyebabkanadanya
hipopion. 5oksin bakteri yang lain dan enzim (meliputi elastase danalkalin protease) dapat
diproduksi selama infeksi kornea yang nantinya dapatmenyebabkan destruksi substansi
kornea.6,7

Keratitis herpes simplek dibagi dalam 2 bentuk yaitu epitelial dan stromal. Kerusakan
terjadi pada pembiakan virus intraepitelial, mengakibatkan kerusakan sel epitelial dan
membentuk tukak kornea superfisial. pada yang stromal terjadi reaksi imunologik tubuh
terhadap virus yang menyerang yaitu reaksi antigen antibodi yang menarik sel radang
kedalam stroma. sel radang ini mengeluarkan bahan proteolitik untuk merusak virus tetapi
juga akan merusak jaringan stroma disekitarnya. hal ini penting diketahui karena manajemen
pengobatan pada yang epitelial ditujukan terhadap virusnya sedang pada yang stromal
ditujukan untuk menyerang virus dan reaksi radangnya. Perjalanan klinik keratitis dapat
berlangsung lama kaena stroma kornea kurang vaskuler, sehingga menghambatmigrasi
limfosit dan makrofag ketempat lesi. Infeksi okuler pada hospesimunokompeten biasanya
sembuh sendiri, namun pada hospes yang secara imunologik tidak kompeten, perjalanannya
mungkin menahun dan dapat merusak. 6,7

14
Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil anamnesis, gejala klinik dan hasil


pemeriksaan mata. :ari hasil anamnesis sering diungkapkan riwayat trauma, adanya riwayat
penyakit kornea, misalnya pada keratitis herpetik akibat infeksiherpes simpleks yang
kambuh. Anamnesis mengenai pemakaian obat lokal oleh pasien, karena kortikosteroid
merupakan predisposisi bagi penyakit bakteri,fungi, atau virus terutama keratitis herpes
simpleks.4,6

Pasien dengan keratitis biasanya datang dengan keluhan iritasi ringan,adanya sensasi
benda asing, mata merah, mata berair, penglihatan yang sedikitkabur, dan silau (fotofobia)
serta sulit membuka mata (blepharospasme). Penderita akan mengeluh sakit pada mata karena
kornea memiliki banyak serabut nyeri,sehingga amat sensitif. Kebanyakan lesi kornea
superfisialis maupun yang sudah dalam menimbulkan rasa sakit dan fotofobia. rasa sakit
diperberat oleh kuman kornea bergesekan dengan palpebra. Karena kornea berfungsi sebagai
media untuk refraksi sinar dan merupakan media pembiasan terhadap sinar yang masuk ke
mata maka lesi pada kornea umumnya akan mengaburkan penglihatan terutama apabila lesi
terletak sentral pada kornea.3,6

Fotofobia yang terjadi biasanya terutama disebabkan oleh kontraksi iris yang
meradang. dilatasi pembuluh darah iris adalah fenomena refleks yang disebabkan iritasi pada
ujung serabut saraf pada kornea. Pasien biasanya jugamengeluhkan mata berair namun tidak
disertai dengan pembentukan kotoran mata yang banyak kecuali pada ulkus kornea yang
purulen. Dalam mengevaluasi peradangan kornea penting untuk membedakan apakah tanda
yang kita temukanmerupakan proses yang masih aktif atau merupakan kerusakan dari
struktur kornea hasil dari proses di waktu yang lampau. Sejumlah tanda dan
pemeriksaansangat membantu dalam mendiagnosis dan menentukan penyebab dari suatu
peradangan kornea seperti pemeriksaan sensasi kornea, lokasi dan morfologikelainan,
pewarnaan dengan fluoresin, neovaskularisasi, derajat defek padaepithel, lokasi dari infiltrat
pada kornea, edema kornea, keratik presipitat, dankeadaan di bilik mata depan. 5anda-tanda
yang ditemukan ini juga berguna dalammengawasi perkembangan penyakit dan respon
terhadap pengobatan.

15
Pemeriksaan diagnostik yang biasa dilakukan adalah:

1. Pemeriksaan tajam penglihatan


pemeriksaan tajam penglihatan dilakukan untuk mengetahui fungsi penglihatan setiap
mata secara terpisah. pemeriksaan dapat dilakukan dengan menggunakan kartu
Snellen maupun secara manual yaitumenggunakan jari tangan.

2. dry eye
Pemeriksaan mata kering (dry eye) termasuk penilaian terhadap lapis filmair mata
(tear film), danau air mata (teak lake ), dilakukan uji break uptime tujuannya yaitu
untuk melihat fungsi fisiologik film air mata yangmelindungi kornea. Penilaiannya
dalam keadaan normal film air matamempunyai waktu pembasahan kornea lebih dari
25 detik. Pembasahan kornea kurang dari 15 detik menunjukkan film air mata tidak
stabil.

3. Ofthalmoskop
tujuan pemeriksaan untuk melihat kelainan serabut retina, serat yang pucat atropi,
tanda lain juga dapat dilihat seperti perdarahan peripapilar.

4. Keratometri (pegukuran kornea)


Keratometri tujuannya untuk mengetahui kelengkungan kornea,tear lakejuga dapat
dilihat dengan cara fokus kita alihkan kearah lateral bawah,secara subjektif dapat
dilihat tear lake yang kering atau yang terisi air mata

5. Tonometri digital palpasi


cara ini sangat baik pada kelainan mata bila tonometer tidak dapat dipakaiatau sulit
dinilai seperti pada sikatrik kornea, kornea ireguler dan infeksi kornea. pada cara ini
diperlukan pengalaman pemeriksa karena terdapat faktor subjektif, tekanan dapat
dibandingkan dengan tahahan lentur telapak tangan dengan tahanan bola mata bagian
superior.

16
Klasifikasi

Berdasarkan tempatnya keratitis secara garis besar dapat dibagi menjadikeratitis pungtata
superfisialis, keratitis marginal dan keratitis interstitial.Berdasarkan penyebabnya keratitis
digolongkan menjadi keratitis bakterialis,keratitis fungal, keratitis viral, keratitis akibat
alergi. Kemudian berdasarkan bentuk klinisnya dapat dibagi menjadi keratitis sika, keratitis
flikten, keratitisnurmularis dan keratitis neuroparalitik.

1. Keratitis Berdasarkan Tempatnya

A. Keratitis Pungtata

Keratitis yang terkumpul di daerah membran Bowman dengan infiltrat berbentuk


bercak-bercak halus. Penyebab moluscum kontagiosum, acne rosasea, herpes simpleks,
herpes zoster, Blefaritis neuroparalitik, infeksi virus, vaksinia,trakoma dan trauma radiasi,
dryeyes, trauma, lagoftalmus, keracunan obatsepertineomisin, tobramisin.

Keratitis pungtata biasanya terdapat bilateral, berjalan kronis tanpa terlihatgejala


konjungtiva atau tanda akut yang biasanya terjadi pada dewasa muda.Keratitis pungtata
superfisial memberikan gambaran seperti infiltrat halus bertitik-titik pada permukaan kornea.
merupakan cacat halus kornea superfisialdan hijau bila diwarnai fluoresein. dapat disebabkan
sindrom dry eye, blefaritis,keratopati logaftalmos, keacunan obat topical (neomisin,
tobramisin ataupun obatlainnya), sinar ultraviolet, trauma kimia ringan dan pemakaian lensa
kontak. Pasien akan mengeluh sakit, silau, mata merah dan rasa kelilipan. Pasien diberi air
mata buatan, tobramisin tetes mata dan siklopegik.

Keratitis pungtata Subepitel adalah keratitis yang terkumpul di membrane Bowman.


Pada keratitis ini biasanya terdapat bilateral dan berjalan kronis tanpa terlihatnya gejala
kelainan konjungtiva ataupun tanda akut yang biasanya terjadi pada dewasa muda.

B. Keratitis Marginal

Merupakan infiltrat yang tertimbun pada tepi kornea sejajar denganlimbus. penyakit
infeksi lokal konjungtiva dapat menyebabkan keratitis kataral / marginal. Keratitis marginal
kataral biasanya terdapat pada pasien setengah umur dengan adanya blefarokonjungtivitis.
Bila tidak diobati dengan baik maka akanmengakibatkan tukak kornea.

17
Penderita mengeluh sakit seperti kelilipan,lakrimasi, fotofobia berat. pada mata akan
terlihat blefarospasme satu mata, injeksi konjungtiva, infiltrat atau ulkus memanjang, dangkal
unilateral dapattunggal atau multiple, sering disertai neovaskularisasi dari arah limbus.

Pengobatan menggunakanantibiotika sesuai infeksi lokalnya dan steroid dosis ringan,


diberikan juga vit B dan C dosis tinggi. pada kelainan yang indolen dilakukankauterisasi
dengan listrik ataupun AgnO3 di pembuluh darah / dilakukan flepkonjungtiva yang kecil.

C. Keratitis Interstisial

Keratitis yang ditemukan pada jaringan kornea yang lebih dalam. Seluruhkornea
keruh sehingga iris susah dilihat. Keratitis interstisial akibat lues kogenitaldidapatkan
neovaskularisasi dalam. Keratitis interstisial merupakan keratitisnonsuppuratif profunda
disertai neovaskularisasi, disebut juga KeratitisPerenkimatosa

Pasien mengeluh fotofobia, lakrimasi dan menurunnya visus. Keluhan akan bertahan
seumur hidup. Seluruh kornea keruh sehingga iris sukar dilihat.Permukaan kornea seperti
permukaan kaca. Terdapat injeksi siliar disertaiserbukan pembuluh ke dalam sehingga
memberi gambaran merah kusam yangdisebut Salmon Patchdari Hutchinson. Seluruh
kornea dapat berwarna merahcerah.

Gamba. Keratitis Interstisial dengan sifilis Kongenital

18
Keratitis disebabkan sifilis kogenital atau bisa juga oleh tuberkulosis,trauma.
Pengobatannya tergantung penyebabnya, diberikan juga Sulfas Atropin tetesmata untuk
mencegah sinekia akibat uveitis dan kortikosteroid tetes mata.

2. Keratitis Berdasarkan Penyebabnya

A. Keratitis Bakterial

Penyebabnya: Staphylococcus,Streptococcus, Pseudomonas, dan Enterobakteriacea.

Faktor predisposisi: pemakaian kontak lens, trauma, kontaminasi obat tetes.

Pengobatan:

- Batang Gram (-): Tobramisin, Ceftazidime, Fluoroquinolone


- Batang Gram (+): Cefazoline, Vancomycin, Moxifloxacin / Gatofloxacin,
- Kokus Gram (-): Ceftriaxone, Ceftazidime, Moxifloxacin / Gatofloxacin

B. Keratitis Jamur

Penyebab:trauma kornea oleh ranting pohon, daun dan bagian tumbuh-tumbuhan. dapat juga
akibat efek samping penggunaan antibiotik dankortikosteroid yang lama.

19
Keluhan timbul setelah 3 minggu kemudian. Keluhan sakit mata hebat, berair dansilau. pada
mata terlihat infiltrat berhifa dan satelit bila terletak didalam stroma,disertai cincin endotel
dengan pla1ue bercabang- cabang dengan endotelium plaque, gambaran satelit pada kornea
dan lipatan Descemet.

Pengobatan:

Natamisin 5%setiap 1-2 jam saat bangun untuk keratitis jamur filamentosa seperti
miconazole, amphoterisin, nistatin dan lain-lain dansikloplegik disertai obat oral anti
glaukoma jika disertai peningkatan tekananintraokular.

Keratolasti jika tidak ada perbaikan.

20
C. Keratitis Virus

Keratitis Pungtata Superficial dengan gambaran infiltrat halus bertitik-titik pada dataran
depan kornea yang dapat terjadi pada herpes simpleks, herpes zoster,infeksi virus, vaksinia
dan trakoma. Keratitis terkumpul di daerah membrane Bowman, bilateral dan kronis tanpa
terlihat kelainan konjungtiva.

Jenis Keratitis Virus: Keratitis herpetik, Keratitis dendritik, Keratitis Disformis, Infeksi
Herpes Zoster, Keratokonjuntivitis Epidemi.

Keratitis Herpetik

Disebabkan herpessimpleks dan herpes zoster. Keratitis karena herpes simpleks dibagi 2
bentuk:

1. Epitelial adalah Keratitis dendritik.


Pada epitelial terjadi pembelahan virusdi dalam sel epitel yang mengakibatkan
kerusakan sel dan membentuk tukak kornea superfisial.

Pengobatan: pada pembelahan virus.

21
2. Stromal adalah Keratitis diskiformis.
Pada stromal diakibatkan oleh reaksi imunologik tubuh terhadap virus yang
menyerang. Antigen (virus) dan antibodi (tubuh pasien) bereaksi di dalam stroma
kornea dan menarik sel leukosit dan sel radang lainnya. Sel ini mengeluarkan
bahan proteolitik untuk merusak antigen (virus) yang jugamerusak jaringan
stromal di sekitarnya. pengobatan pada virus dan reaksiradangnya.

Biasanya infeksi Herpes Simpleks berupa campuran antara epithelial dan


stromal.pengobatan: IDU (Iodo 2 dioxyuridine). Murah, kerja tidak stabil,
bekerjamenghambat sintesis DNA virus dan manusia sehingga toksik untuk epitel normaldan
tidak boleh digunakan lebih dari 2 minggu. Bentuk: larutan 1% diberikan setiap jam. Salep
0.5% diberikan setiap 4 jam. Vibrabin sama dengan IDU, hanya ada dalam bentuk salep.
Trifluorotimidin (TFT) sama dengan IDU, diberikan 1% setiap 4 jam. Acyclovir bersifat
selektif terhadap sintesis DNA virus. Bentuk salep 3% diberikan setiap 4 jam. Efektif dengan
Efek samping kurang.

Keratitis Dendritik
Merupakan Keratitis Superfisial yang membentuk garis infiltrate pada permukaan kornea
kemudian membentuk cabang.

Disebabkan oleh virus Herpes Simpleks.

22
Gejala: fotofobia, kelilipan, tajam penglihatan menurun, konjungtiva hyperemia disertai
sensibilitas kornea yang hipestesia. Karena gejala ringan, pasien terlambat berkonsultasi.
dapat menjadi tukak kornea,

Pengobatan: dapat sembuh spontan. dapat juga diberikan antivirus (IDU 0.1% salep tiap 1
jam atau Asiklovir) , sikloplegik dan antibiotik dengan bebat tekan

D. Keratitis Alergi

Keratokonjungtivitis Flikten

Merupakan radang kornea dan konjungtiva sebagai suatu reaksi imun yangmungkin sel
mediated pada jaringan yang sudah sensitif terhadap antigen.

Gejala:terdapat flikten pada kornea berupa benjolan berbatas tegas berwarna putih keabuan
dengan atau tanpa neovaskularisasi menuju ke arah benjolan tersebut. Bilateral, pada limbus
tampak benjolan putih kemerahan dikelilingi konjungtiva hiperemis. terdapat papul dan
pustula pada kornea dan konjungtiva. Lakrimasi dan fotofobia disertai rasa sakit. hiperemis
konjungtiva, menebalnyaepitel kornea, perasaan panas disertai gatal dan tajam penlihatan
berkurang.

Pengobatan: pemberian steroid.

1) Tukak atau ulkus fliktenular


Tukak flikten berbentuk benjolan abu abu terlihat sebagai Ulkus fasikuler (ulkus
menjalar melintas kornea dengan pembuluh darah di belakangnya), Flikten multiple di
sekitar limbus, Ulkus Cincin merupakangabungan ulkus.

Pengobatan: steroid.

Flikten menghilang tanpa bekas, tetapi jika terjadi ulkus akibat infeksi sekunder maka
akan menjadi parut kornea.

2) Keratitis Fasikularis
Keratitis dengan pembentukan pita pembuluh darah yang menjalar dari limbus ke arah
kornea. Berupa tukak kornea akibat flikten yang berjalanmembawa jalur pembuluh
darah baru sepanjang permukaan kornea.

3) Keratokonjungtivitis vernal

23
Merupakan peradangan tarsus dan konjungtiva yang rekuren.
Muncul pada musim panas, anak laki laki lebih sering terkena dibanding perempuan.

Gejala: gatal, disertai riwayat alergi, blefarospasme, fotofobia, penglihatan buram,


dan kotoran mata serat-serat.
Hipertrofi papil kadang berbentuk Cobble stone pada kelopak atas dan
konjungtivadaerah limbus.

Pengobatan: obat topikal antihistamin dan kompres dingin.

3.11 Ulcus Kornea

Ulkus kornea merupakan hilangnya sebagian permukaan kornea akibatkematian


jaringan kornea. Terbentuknya ulkus pada kornea mungkin banyak ditemukan oleh adanya
kolagenase yang dibentuk oleh sel epitel baru dan selradang

Ulserasi kornea dapat meluas ke dua arah yaitu melebar dan mendalam. Ulkus yang
kecil dan superfisial akan lebih cepat sembuh, kornea dapat jernih kembali. Pada ulkus yang
menghancurkan membran Bowman dan stroma, akan menimbulkan sikatriks kornea.

Gejala Subjektif sama seperti gejala keratitis. Gejala Objektif berupa injeksi siliar,
hilangnya sebagaian jaringan kornea, dan adanya infiltrat. Pada kasus yang lebih berat dapat
terjadi iritis disertai hipopion.

A. Ulcus karena Bakteri

24
Ulcus streptokokus

Bakteri ini sering dijumpai pada kultur dari infeksi ulcus kornea adalah :

Streptokokus Pneumonia, Streptokokus Viridans, Streptokokus Pyogenes, Streptokokus


Faecalis.

Gambaran ulcus kornea khas, tukak yang menjalar dari tepi ke arah tengah kornea
(serpinginous). Ulcus berwarna kuning keabu-abuan berbentuk cakram dengan tepi ulcus
yang menggaung. Ulcus cepat menjalar ke dalam dan menyebabkan perforasi kornea, karena
eksotoksin yang dihasilkan oleh Streptokokus Pneumonia.

Pengobatan dengan Sefazolin, Basitrasin dalam bentuk tetes, injeksi subkojungtiva, dan
intravena

Ulcus stafilokokus

Di antara Stafilokokus Aureus, Epidermidis, dan Saprofitikus, yang pertamalah yang


paling berat, dapat dalam bentuk infeksi ulcus kornea sentral, infeksi ulcus marginal, dan
ulcus alergi.

Infeksi ulcus kornea oleh Stafilokokus Epidermidis biasanya terjadi bila ada faktor
pencetus sebelumnya seperti keratopati bulosa, infeksi herpes simpleks dan lensa kontak yang
telah lama digunakan.

Pada awalnya berupa ulcus yang berwarna putih kekuningan disertai infiltrat secara
adekuat, akan terjadi abses kornea yang disertai edema stroma dan infiltrasi sel lekosit.
Walaupun terdapat hipopion tukak seringkali indolen yaitu reaksi radangnya minimal. Ulcus
kornea marginal biasanya bebas kuman dan disebabkan oleh reaksi hipersensitifitas terhadap
Stafilokokus Aureus.

Ulcus Pseudomonas

Berbeda dengan yang lain, bakteri ulcus ini ditemukan dalam jumlah yang sedikit.
Bakteri ini bersifat aerob obligat dan menghasilkan eksotoksin yang menghambat sintesis
protein, Keadaan ini menerangkan mengapa jaringan kornea cepat hancur dan mengalami
kerusakan. Bakteri ini dapat hidup dalam kosmetika, cairan fluoresein, dan cairan lensa
kontak.

25
Biasanya dimulai dengan ulcus kecil di bagian sentral kornea dengan infiltrat
berwarna keabu-abuan disertai edema epitel dan stroma. Trauma kecil ini dengan cepat
melebar dan mendalam serta menimbulkan perforasi kornea. Tukak mengeluarkan discharge
kental berwarna kuning kehijauan.

Pengobatan diberikan Gentamaisin, tobramisin, karbensilin yang diberikan secara


lokal subkonjungtiva serta intravena.

B. Ulcus Virus

Ulcus kornea oleh virus herpes simpleks


cukup sering dijumai. Bentuk khas dendrit dapat
diikuiti oleh vesikel-vesikel kecil di lapisan epitel
yang bila pecah akan menimbulkan ulcus. Ulcus
dapat juga terjadi pada bentuk diiform bila
mengalami nekrosis di bagian sentral.

26
C. Ulcus Jamur

Ulcus kornea oleh jamur akhir-akhir ini banyak ditemukan, hal ini dimungkinan oleh:

- Penggunaan antibiotik secara berlebihan dalam waktu yang lama atau pemakaian
kortikosteroid jangka panjang
- Fusarium dan sefalosporim menginfeksi kornea setelah suatu trauma yang disertai
lecet epitel, misalnya kena ranting pohon atau binatang yang terbang mengindikasikan
bahwa jamur terinokulasi di kornea oleh benda atau binatang yang melukai kornea
dan bukan dari adanya defek epitel dan jamur yang berada di lingkungan hidup.
- Infeksi oleh jamur lebih sering didapatkan di daerah yang beriklim tropik, maka
faktor ekologi ikut memberikan kontribusi. Kontak dengan pertanian atau trauma
yang terjadi di luar rumah bukan merupakan faktor timbulnya tukak atau keratitis oleh
kandida.

Gambar. Ulcus Kornea Fungi

Pengobatan obat anti jamur dengan spektrum luas. Apabila memungkinkan dilakukan
pemeriksaan laboratorium dan tes sensitivitas untuk dapat memilih obat jamur yang spesifik.

27
2.7.2 Pengobatan Non spesifik

Midriatik, terutama siklopentolat, harus digunakan dalam semua kasuskeratitis untuk


mencegah pembentukan sinekia posterior pada miosis dan untuk mengurangi rasa sakit yang
disebabkan oleh spasme siliar. Terdapat kontroversipenggunaan steroid dalam pengelolaan
ulkus kornea. Pengobatan steroid topical seharusnya hanya dimulai ketika infeksi aktif telah
dikendalikan dan ketikamanfaat anti-inflamasi, yang menurunkan jumlah nekrosis stroma,
lebih besardaripada potensi resiko perforasi. Asetat prednisolon atau sulfatprednisolon
dengan dosis rendah (setiap 4-6 jam) dan memantau setiap pasien 24-48 jam, meskipun setiap
kasus harus dievaluasi secara individual.

Tabel. Antifungi yang sering direkomendasikan.

Obat Topikal Sistemik


Amphotericin 0.15-0.5% tetes Infus IV
Natamycin 5% tetes Tidak tersedia
Econazole 2% tetes Tidak tersedia
Voriconazole 1% tetes Tablet oral 100-200 mg/hari

Ketoconazole 2% tetes Tablet oral 200-600 mg/hari

Miconazole 1-2% tetes Injeksi intravena


Clotrimazole 1-2% salep Tidak tersedia
Fluconazole 0.2-0.3% tetes Tablet oral 200mg/hari

BerdasarkanGuidelines for the Management of Corneal Ulcer,pengobatan non spesifik pada


ulkus kornea yaitu sebagai berikut:

a.Atropin 1% atau 2% atau homatropin digunakan dua kali sehari untuk melebarkan pupil; ini
membantu mencegah sinekia dan meredakan nyeri

b.Analgesik oral akan membantu untuk meminimalkan rasa sakit

28
c.Anti-glaukoma dianjurkan pada keadaan tekanan intraokular tinggi

d.Suplementasi vitamin A dapat membantu, khususnya di negara-negara yanglazim


kekurangan vitamin A.

Lima A adalah akronim yang berguna untuk diingat:Antibiotik


/antijamur,Atropin,Analgesik,Anti-obat glaukoma, dan VitaminA.

Debridement sederhana dari debris nekrotik dalam hubungannya denganterapi topikal intensif
dapat membantu memperlancar penetrasi obat khususnyaobat antifungi. Perlekatan jaringan
menggunakanN-butil cyanoacrylate denganlensa kontak perban berguna pada kasus dengan
tanda penipisan atau perforasikurang dari 2 mm.Penetrating keratoplastydilakukan pada
kasus denganpenyakit lanjut yang tidak berespon terhadap terapi medis atau ketika
munculperforasi luas.

Komplikasi

Komplikasi ulkus kornea adalah sebagai berikut:

1. Iridosiklitis toksik. Hal ini biasanya berhubungan dengan kasus ulkus korneapurulen akibat
penyerapan racun di ruang anterior.

2. Glaukoma sekunder. Hal ini terjadi karena eksudat fibrinosa memblokir sudutruang
anterior (inflamasi glaukoma)

3. Descemetocele. Beberapa ulkus yang disebabkan oleh organisme virulen bias memanjang
secara cepat sampai ke membran descemet, yang memberikanresistensi yang besar, namun
karena efek dari tekanan intraokular ituterbentuklah herniasi berupa vesikel transparan yang
disebut descemetocele.Ini adalah tanda

impendingperforasi dan biasanya yang terkait dengan nyeriyang parah.

4. Perforasi ulkus kornea. Regangan mendadak karena batuk, bersin dari spasmeotot
orbikularis dapat mengkonversiimpendingperforasi menjadi perforasiyang sebenarnya.
Setelah perforasi, nyeri segera menurun dan pasien merasabeberapa cairan panas keluar dari
mata

29
BAB IV
KESIMPULAN

Keratitis adalah peradangan kornea yang dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur,
virus atau suatu proses alergi-imunologi. Infeksi pada kornea biasanya diklasifikasikan
menurut lapisan kornea yang terkena, yaitu keratitis superfisialis apabila mengenai lapisan
epitel atau membran bowman dan keratitis profunda atau interstisialis (disebut juga keratitis
parenkimatosa) apabila sudah mengenai lapisan stroma.4

Pasien dengan riwayat penggunaan lensa kontak memiliki risiko untuk terjadinya
keratitis profunda yang disebabkan oleh bakteri. Risiko tersebut semakin bertambah apabila
lensa kontak dipakai pada saat tidur.

Pada kasus ini , pasien mengalami keluhan nyeri , mata terasa mengganjal , mata
merah ,rasa silau , perih ,berair dan penglihatan sedikit bertambah buram .Pada pasien juga
terdapat kelainan refraksi sebelumnya. Pemeriksaan oftalmologi didapatkan infiltrate dan
oedem pada kornea mata kiri . Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik tersebut maka
ditegakkan diagnosis kerja astigmatisme myopia simpleks ODS dan Keratitis Profunda ec
Lensa kontak .

Terapi yang diberikan pada pasien ini untuk non medikamentosa adalah
menghentikan penggunaan lensa kontak untuk sementara. Kemudian untuk medikamentosa
diberikan antibiotic topical , analgetik , dan vitamin A .

Prognosis pada kasus ini tergantung dari kecepatan dan ketepatan pengobatan yang
dilakukan. Untuk prognosis ad vitam yaitu ad bonam , sedangkan untuk prognosis ad
fungsionam dan ad sanactionam yaitu dubia ad bonam.

30
DAFTAR PUSTAKA

1. Pascolini D, Mariotti SP. Global Estimates of Visual Impairment: 2010. BR J


ophthalmol. 2011
2. Eva PR, WHitcher JP. Vaughan & Asburys General Ophthalmology. 17th ed. USA:
Mc Graw-Hill; 2007.
3. Vaughan, Daniel G., et al. 2000. Oftalmologi Umum. Jakarta: Widya Medika
4. Ilyas, Sidarta. 2007. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI.
5. American Academy of Ophtalmology. External eye disease and cornea. San
Fransisco 2012.
6. Vaughan, Daniel. Oftalmologi Umum. Edisi 14 Cetakan Pertama. Widya Medika
Jakarta, 2009
7. Dahl, A. Keratitis. Diunduh dari: http://www.medicinenet.com/keratitis/article_htm
8. American Academy of Opthalmology. External Disease and Cornea. Section. San
Fransisco: MD Association, 2005-2006
9. James, Brus, dkk. Lecture Notes Oftalmologi. Erlangga. Jakarta. 2005

31

Anda mungkin juga menyukai