LAPORAN KASUS
1. IDENTITAS
Nama : Nn. YD
Usia : 22 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Co-Ass
Agama : Islam
Alamat : Kelapa Gading , Jakarta Utara
Status : Belum Menikah
2. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dengan pasien di poli mata RSUD
Budhi Asih tanggal 24 Maret 2016 pada pukul 11.00 WIB.
a. Keluhan Utama
Pasien datang dengan keluhan nyeri pada mata kiri sejak pukul 05.00
b. Keluhan Tambahan
1
Os juga mengatakan penglihatan pada mata kirinya agak bertambah buram
dari sebelumnya . Os sudah menggunakan lensa kontak selama 7 tahun dan
belum pernah mengalami keluhan seperti ini . Ukuran lensa kontak OD S
5,50 C 0,50 dan OS S- 5,00 C-0,50.
3. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Tanda Vital
Nadi : 84 x/menit
Suhu : 36,5 0C
Pernafasan : 20 x/menit
2
Status Oftalmologi
OD OS
AVOD + CL = 6/6 Visus 6/120
Ortoforia Kedudukan Bola Mata Ortoforia
3
Pterigium (-) Pterigium (-)
Pingekuela (-) Pingekuela (-)
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Folikel (-) Folikel (-)
Konjungtiva Tarsalis
Papil (-) Papil (-)
Inferior
Lithiasis (-) Lithiasis (-)
Membran (-) Membran (-)
Jernih Infiltrat (+)
Kornea
Oedem (+) bagian inferior
Dalam, sel (-), flare (-) Dalam, sel (-) flare (-)
Hipopion (-) Hifema (-) COA Hipopion (-) Hifema (-)
Eksudat fibrin (-) Eksudat fibrin (-)
Warna coklat, Nodul (-) Warna coklat, Nodul (-)
Gambaran kripta baik Iris Gambaran kripta baik
Sinekia (-) Sinekia (-)
Isokor, Kiri dan Kanan Isokor, Kiri dan Kanan
Reflek Cahaya Langsung (+) Pupil Reflek Cahaya Langsung (+)
Tidak Langsung ( +) Tidak Langsung ( +)
Jernih Jernih
Lensa
Shadow test (-) Shadow test (-)
Jernih, Snowball (-) Jernih, Snowball (-)
Snowbanking (-) Vitreous Humor Snowbanking (-)
Asteroid hyalosis (-) Asteroid hyalosis ( -)
Tidak ditemukan kelainan Funduskopi Tidak ditemukan kelainan
12,8 TIO 12,4
4. RESUME
Pasien datang dengan keluhan nyeri pada mata kanan sejak bangun tidur 6 jam
yll. Malam sebelumnya os memakai lensa kontak saat tidur. Os juga mengeluh mata
kirinya menjadi merah, terasa mengganjal , silau , berair dan sedikit bertambah buram
dari sebelumnya. Pasien mengatakan keluhan seperti ini baru pertama kali ia
rasakan.Pasien memiliki riwayat penyakit maag.
4
Dari pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital dalam batas normal, status
generalis dalam batas normal. Status oftalmologi didapatkan visus OD+CL 6/6 OS
6/120 . Terdapat injeksi konjungtiva dan siliar OS , infiltrate (+) dan sedikit oedem
pada bagian inferior kornea OS. TIO dalam batas normal.
5. DIAGNOSIS KERJA
- Astigmatisme Miopia Compositus ODS
- Keratitis Profunda OS ec Lensa Kontak
6. DIAGNOSA BANDING
- Keratitis Superficial
7. PENATALAKSANAAN
Medika mentosa
- C. Floxa eye drop tiapjam 1 tetes 1 hari pertama hari berikutnya tiap 2 jam OS
- Noncort eye drop 4 x 1 tetes OS
- Cataflam tab 2 x 25 mg p.c
- Gentamicin eye ointment malam hari OS
Non medika mentosa
- Edukasi kepada pasien untuk tidak menggunakan lensa kontak sampai dinyatakan
boleh dipakai kembali oleh dokter spesialis mata
- Kontrol kembali ke poli mata 3hari berikutnya
- Anjuran untuk istirahat dirumah dan rutin meminum obat
8. PROGNOSIS
ad vitam : ad bonam
ad fungsional : dubia ad bonam
ad sanactionam : dubia ad bonam
5
Pemeriksaan menggunakan Slit Lamp tanggal 24 Maret 2016
OD OS
Mata kanan pasien dilihat dari anterior Mata kiri pasien dilihat dari anterior dengan
dengan pemeriksaan menggunakan slit lamp pemeriksaan menggunakan slit lamp
Gambar 1.1
Mata kanan pasien dilihat dari anterior dengan Mata kiri pasien dilihat dari anterior dengan
pemeriksaan menggunakan slit lamp pemeriksaan menggunakan slit lamp
6
Injeksi Konjungtiva dan Injeksi Perikorneal OS berkurang .
Infiltrat dan oedem pada kornea OS berkurang.
A : Astigmatisme Miopia Simpleks
Keratitis Profunda ec Lensa Kontak
P : Terapi Lanjut
Protagenta eyedrop 4 x 1 tetes OS
7
BAB II
ANALISA KASUS
Pada pasien ini ditegakkan diagnosis kerja berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
oftamologi pada pasien sebagai berikut:
1. Berdasarkan keterangan yang didapat dari pasien, keluhan utama pasien ialah nyeri
pada mata kiri sejak bangun tidur, sebelumnya pasien tidur memakai lensa kontak.
Rasa nyeri dapat terjadi karena kornea memiliki banyak serat nyeri, kebanyakan lesi
kornea, baik superficial mauapun dalam (benda asing kornea, aberasi kornea,
fliktenula , keratitis interstisial), menimbulkan rasa nyeri dan fotofobia. Rasa nyeri ini
diperberat oleh gerak palpebral ( terutama palpebral superior) diatas kornea dan
biasanya menetap sampai sembuh. Fotofobia pada penyakit kornea merupakan akibat
kontraksi iris meradang yang nyeri. Dilatasi pembuluh iris adalah fenomena refleks
yang timbul akibat iritasi pada ujung serat syaraf kornea.
2. Pasien juga mengeluh mata kiri terasa mengganjal , sedikit lebih berair , dan sedikit
lebih buram dari sebelumnya . Mata kiri terasa mengganjal dikarenakan adanya
infiltrate dan oedem pada kornea yang mengganggu saat mata tertutup. Pandangan
sedikit lebih buram karena kornea berfungsi sebagai jendela bagi mata dan
membiaskan berkas cahaya, lesi kornea umumnya mengaburkan penglihatan terutama
jika letaknya di pusat. Mata berair adalah respon dari tubuh karena adanya
peradangan pada kornea .
3. Pada pemeriksaan visus didapatkan penurunan visus pada kedua mata . Pasien
memang memiliki kelainan refraksi sebelumnya . Pasien sudah menggunakan lensa
kontak sekitar 7 tahun.
4. Pada pemeriksaan oftamologi didapatkan injeksi konjungtiva dan injeksi siliar pada
mata kiri . Hal ini merupakan respon tubuh terhadap suatu peradangan dan infeksi.
5. Pada pemeriksaan oftalmologi juga didapatkan infiltrate dan oedem pada kornea OS .
Hal ini terjadi karena adanya infiltrasi dari sel-sel mononuclear, sel plasma, leukosit
PMN sebagai respon dari adanya peradangan dan infeksi. Infiltrat ini biasanya tampak
seperti bercak bewarna kelabu,keruh , dengan batas tidak tegas dan permukaan tidak
licin.
6. Dari Anamnesis dan Pemeriksaan Ophtalmologi didapatkan diagnosis kerja pada
pasien ini adalah Astigmatisme Miopia Compositus ODS dan Keratitis Profunda ec
Lensa Kontak dengan diagnosis banding Keratitis Superficial .
8
7. Pada penatalaksanaan pada pasien diberikan :
- Antibiotik Topikal: Ofloksasin (C.Floxa) tiap 1 jam pada hari pertama .
Antibiotik diberikan karena keratitis yang disebabkan oleh lensa kontak
sebagian besar karena infeksi bakteri . Pemberian Antibiotik topical setiap 1
jam juga sesuai dengan prinsip pengobatan infeksi korna berdasarkan
American Academy of Ophtalmology.
- Analgetik oral : Kalium Diklofenak (Cataflam) 25 mg : merupakan obat
untuk mengurangi rasa nyeri pada pasien , agar pasien lebih nyaman.
- Analgetik topical : Natrium diklofenak (Noncort)
- Antibiotik topical : Gentamicin Eye Ointment .
- Vitamin A : Protagenta : Digunakan untuk mempercepat proses
penyembuhan .
8. Prognosis pada pasien ini untuk ad vitam yaitu ad bonam , ad fungsional yaitu dubia
ad bonam , dan ad sanactionam yaitu dubia ad bonam .
9. Pada pasien dapat juga dilakukan pemeriksaan penunjang pemulasan fluoresein yang
berguna untuk melihat seberapa besar defek yang terjadi pada kornea.
10. Rencana pemeriksaan pada pasien ini selanjutnya adalah pasien tetap control rutin
hingga tidak ada gejala atau keluhan . Jika gejala tidak berkurang setelah 2 hari
pengobatan , pasien dapat dilakukan kultur untuk mengetahui etiologi penyakit.
9
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Secara histologik kornea terdiri dari lima lapisan dari luar ke dalam:
1)Lapisan epitel
10
Sel basal menghasilkan membrane basal yang melekat eratkepadanya. Bila terjadi
gangguan akan menghasilkan erosirekuren.
Epitel berasal dari ectoderm permukaan.
2)Membrane Bowman
Terletak dibawah membrana basal epitel kornea yang merupakankolagen yang tersusun
tidak teratur seperti stroma dan berasaldari bagian depan stroma.
Lapis ini tidak mempunyai daya regenerasi.
3)Jaringan Stroma
Terdiri atas lamel yang merupakan sususnan kolagen yangsejajar satu dengan yang
lainnya, Pada permukaan terlihatanyaman yang teratur sedang dibagian perifer serat
kolagen inibercabang; terbentuknya kembali serat kolagen memakan waktulama yang
kadang-kadang sampai 15 bulan. Keratosit merupakansel stroma kornea yang
merupakan fibroblast terletak diantaraserat kolagen stroma. Diduga keratosit
membentuk bahan dasardan serat kolagen dalam perkembangan embrio atau
sesudahtrauma
4)Membrane Descemet
Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensorik terutama berasal dari saraf siliarlongus,
saraf nasosiliar, saraf ke V, saraf siliar longus berjalan supra koroid,masuk ke dalam stroma
kornea, menembus membran Bowman melepaskanselubung Schwannya. Bulbus Krause
untuk sensasi dingin ditemukan diantara.Daya regenerasi saraf sesudah dipotong di daerah
limbus terjadi dalam waktu 3bulan.
11
Sumber nutrisi kornea adalah pembuluh-pembuluh darah limbus, humouraquous, dan
air mata. Kornea superfisial juga mendapat oksigen sebagian besardari atmosfir. Transparansi
kornea dipertahankan oleh strukturnya seragam,avaskularitasnya dan deturgensinya. Limbus
kornea merupakan zona peralihanatau zona pertemuan, dengan tebal hanya 1 mm, antara
kornea dan sclera.Disini, epitel kornea menebal sampai 10 atau lebih lapisan dan melanjutkan
diridengan konjungtiva, membrane Bowman berhenti dengan tiba tiba, membraneDescemet
menipis dan memecah dan melanjutkan diri menjadi trabekulaligament pektinata, dan stroma
kornea menjadi kurang teratur dan secarabertahap susunannya berubah dari susunan lamellar
yang khas menjadi kurangteratur seperti yang ditemukan pada sclera. Limbus memiliki
vaskularisasi.
Keratitis
Keratitis adalah peradangan kornea yang dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur,
virus atau suatu proses alergi-imunologi
Infeksi pada kornea biasanya diklasifikasikan menurut lapisan kornea yang terkena,
yaitu keratitis superfisialis apabila mengenai lapisan epitel atau membran bowman dan
keratitis profunda atau interstisialis (disebut juga keratitis parenkimatosa) apabila sudah
mengenai lapisan stroma.4
Etiologi
Keratitis dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti kurangnya air mata, keracunan
obat, reaksi alergi terhadap yang diberi topikal, dan reaksi terhadapkonjungtivitis menahun.
Virus
Bakteri
Jamur
Paparan sinar ultraviolet seperti sinar matahari atau sun lamps, dan hubungan ke
sumber cahaya yang kuat lainnya seperti pengelasan busur
12
Iritasi dari penggunaan berlebihan lensa kontak
Mata kering disebabkan oleh kelopak mata robek atau tidak cukupnya pembentukan
air mata
Adanya benda asing di mata
Reaksi terhadap obat tetes mata, kosmetik, polusi, atau partikel udara seperti debu,
serbuk sari, jamur atau ragi
Efek samping obat tertentu
Patofisiologi
Epitel adalah sawar yang efisien terhadap masuknya mikroorganisme kedalam kornea.
Namun sekali kornea mengalami cedera, stroma yang avaskuler dan membrane Bowman
mudah terinfeksi oleh berbagai macam mikroorganisme seperti amoeba, bakteri dan jamur.
Kornea adalah struktur yang avaskuler oleh sebab itu pertahanan pada waktu
peradangan, tidak dapat segera ditangani seperti pada jaringan lainnya yang banyak
mengandung vaskularisasi. sel-sel di stroma kornea pertama-tama akan bekerja sebagai
makrofag, baru kemudian disusul dengan dilatasi pembuluh darah yang ada di limbus dan
tampak sebagai injeksi pada kornea. Sesudah itu terjadilah infiltrasi dari sel-sel lekosit, sel-sel
polimorfonuklear, sel plasma yangmengakibatkan timbulnya infiltrat, yang tampak sebagai
bercak kelabu, keruhdan permukaan kornea menjadi tidak licin.
Epitel kornea dapat rusak sampai timbul ulkus. Adanya ulkus ini dapat dibuktikan
dengan pemeriksaan fluoresin sebagai daerah yang berwarna kehijauan pada kornea. Bila
tukak pada kornea tidak dalam dengan pengobatan yang baik dapat sembuh tanpa
meninggakan jaringan parut, namun apabila tukak dalam apalagi sampai terjadi perforasi
penyembuhan akan disertai denganterbentuknya jaringan parut. Mediator inflamasi yang
dilepaskan pada peradangan kornea juga dapat sampai ke iris dan badan siliar menimbulkan
peradangan pada iris. peradangan pada iris dapat dilihat berupa kekeruhan di bilik mata
depan. Kadang-kadang dapat terbentuk hipopion.
13
Pada keratitis bakteri adanya gangguan dari epitel kornea yang intak dan atau
masuknya mikroorganisme abnormal ke stroma kornea, dimana akan terjadi proliferasi dan
menyebabkan ulkus. Faktor virulensi dapat menyebabkan invasi mikroba atau molekul
efektor sekunder yang membantu proses infeksi. Beberapa bakteri memperlihatkan sifat
adhesi pada struktur fimbriasi dan struktur nonfimbriasi yang membantu penempelan ke sel
kornea. Selama stadium inisiasi, epitel dan stroma pada area yang terluka dan infeksi dapat
terjadi nekrosis. Sel inflamasi akut (terutama neutrofil) mengelilingi ulkus awal dan
menyebabkannekrosis lamella stroma. :ifusi produk-produk inflamasi (meliputi cytokines) di
bilik posterior, menyalurkan sel-sel inflamasi ke bilik anterior dan menyebabkanadanya
hipopion. 5oksin bakteri yang lain dan enzim (meliputi elastase danalkalin protease) dapat
diproduksi selama infeksi kornea yang nantinya dapatmenyebabkan destruksi substansi
kornea.6,7
Keratitis herpes simplek dibagi dalam 2 bentuk yaitu epitelial dan stromal. Kerusakan
terjadi pada pembiakan virus intraepitelial, mengakibatkan kerusakan sel epitelial dan
membentuk tukak kornea superfisial. pada yang stromal terjadi reaksi imunologik tubuh
terhadap virus yang menyerang yaitu reaksi antigen antibodi yang menarik sel radang
kedalam stroma. sel radang ini mengeluarkan bahan proteolitik untuk merusak virus tetapi
juga akan merusak jaringan stroma disekitarnya. hal ini penting diketahui karena manajemen
pengobatan pada yang epitelial ditujukan terhadap virusnya sedang pada yang stromal
ditujukan untuk menyerang virus dan reaksi radangnya. Perjalanan klinik keratitis dapat
berlangsung lama kaena stroma kornea kurang vaskuler, sehingga menghambatmigrasi
limfosit dan makrofag ketempat lesi. Infeksi okuler pada hospesimunokompeten biasanya
sembuh sendiri, namun pada hospes yang secara imunologik tidak kompeten, perjalanannya
mungkin menahun dan dapat merusak. 6,7
14
Diagnosis
Pasien dengan keratitis biasanya datang dengan keluhan iritasi ringan,adanya sensasi
benda asing, mata merah, mata berair, penglihatan yang sedikitkabur, dan silau (fotofobia)
serta sulit membuka mata (blepharospasme). Penderita akan mengeluh sakit pada mata karena
kornea memiliki banyak serabut nyeri,sehingga amat sensitif. Kebanyakan lesi kornea
superfisialis maupun yang sudah dalam menimbulkan rasa sakit dan fotofobia. rasa sakit
diperberat oleh kuman kornea bergesekan dengan palpebra. Karena kornea berfungsi sebagai
media untuk refraksi sinar dan merupakan media pembiasan terhadap sinar yang masuk ke
mata maka lesi pada kornea umumnya akan mengaburkan penglihatan terutama apabila lesi
terletak sentral pada kornea.3,6
Fotofobia yang terjadi biasanya terutama disebabkan oleh kontraksi iris yang
meradang. dilatasi pembuluh darah iris adalah fenomena refleks yang disebabkan iritasi pada
ujung serabut saraf pada kornea. Pasien biasanya jugamengeluhkan mata berair namun tidak
disertai dengan pembentukan kotoran mata yang banyak kecuali pada ulkus kornea yang
purulen. Dalam mengevaluasi peradangan kornea penting untuk membedakan apakah tanda
yang kita temukanmerupakan proses yang masih aktif atau merupakan kerusakan dari
struktur kornea hasil dari proses di waktu yang lampau. Sejumlah tanda dan
pemeriksaansangat membantu dalam mendiagnosis dan menentukan penyebab dari suatu
peradangan kornea seperti pemeriksaan sensasi kornea, lokasi dan morfologikelainan,
pewarnaan dengan fluoresin, neovaskularisasi, derajat defek padaepithel, lokasi dari infiltrat
pada kornea, edema kornea, keratik presipitat, dankeadaan di bilik mata depan. 5anda-tanda
yang ditemukan ini juga berguna dalammengawasi perkembangan penyakit dan respon
terhadap pengobatan.
15
Pemeriksaan diagnostik yang biasa dilakukan adalah:
2. dry eye
Pemeriksaan mata kering (dry eye) termasuk penilaian terhadap lapis filmair mata
(tear film), danau air mata (teak lake ), dilakukan uji break uptime tujuannya yaitu
untuk melihat fungsi fisiologik film air mata yangmelindungi kornea. Penilaiannya
dalam keadaan normal film air matamempunyai waktu pembasahan kornea lebih dari
25 detik. Pembasahan kornea kurang dari 15 detik menunjukkan film air mata tidak
stabil.
3. Ofthalmoskop
tujuan pemeriksaan untuk melihat kelainan serabut retina, serat yang pucat atropi,
tanda lain juga dapat dilihat seperti perdarahan peripapilar.
16
Klasifikasi
Berdasarkan tempatnya keratitis secara garis besar dapat dibagi menjadikeratitis pungtata
superfisialis, keratitis marginal dan keratitis interstitial.Berdasarkan penyebabnya keratitis
digolongkan menjadi keratitis bakterialis,keratitis fungal, keratitis viral, keratitis akibat
alergi. Kemudian berdasarkan bentuk klinisnya dapat dibagi menjadi keratitis sika, keratitis
flikten, keratitisnurmularis dan keratitis neuroparalitik.
A. Keratitis Pungtata
B. Keratitis Marginal
Merupakan infiltrat yang tertimbun pada tepi kornea sejajar denganlimbus. penyakit
infeksi lokal konjungtiva dapat menyebabkan keratitis kataral / marginal. Keratitis marginal
kataral biasanya terdapat pada pasien setengah umur dengan adanya blefarokonjungtivitis.
Bila tidak diobati dengan baik maka akanmengakibatkan tukak kornea.
17
Penderita mengeluh sakit seperti kelilipan,lakrimasi, fotofobia berat. pada mata akan
terlihat blefarospasme satu mata, injeksi konjungtiva, infiltrat atau ulkus memanjang, dangkal
unilateral dapattunggal atau multiple, sering disertai neovaskularisasi dari arah limbus.
C. Keratitis Interstisial
Keratitis yang ditemukan pada jaringan kornea yang lebih dalam. Seluruhkornea
keruh sehingga iris susah dilihat. Keratitis interstisial akibat lues kogenitaldidapatkan
neovaskularisasi dalam. Keratitis interstisial merupakan keratitisnonsuppuratif profunda
disertai neovaskularisasi, disebut juga KeratitisPerenkimatosa
Pasien mengeluh fotofobia, lakrimasi dan menurunnya visus. Keluhan akan bertahan
seumur hidup. Seluruh kornea keruh sehingga iris sukar dilihat.Permukaan kornea seperti
permukaan kaca. Terdapat injeksi siliar disertaiserbukan pembuluh ke dalam sehingga
memberi gambaran merah kusam yangdisebut Salmon Patchdari Hutchinson. Seluruh
kornea dapat berwarna merahcerah.
18
Keratitis disebabkan sifilis kogenital atau bisa juga oleh tuberkulosis,trauma.
Pengobatannya tergantung penyebabnya, diberikan juga Sulfas Atropin tetesmata untuk
mencegah sinekia akibat uveitis dan kortikosteroid tetes mata.
A. Keratitis Bakterial
Pengobatan:
B. Keratitis Jamur
Penyebab:trauma kornea oleh ranting pohon, daun dan bagian tumbuh-tumbuhan. dapat juga
akibat efek samping penggunaan antibiotik dankortikosteroid yang lama.
19
Keluhan timbul setelah 3 minggu kemudian. Keluhan sakit mata hebat, berair dansilau. pada
mata terlihat infiltrat berhifa dan satelit bila terletak didalam stroma,disertai cincin endotel
dengan pla1ue bercabang- cabang dengan endotelium plaque, gambaran satelit pada kornea
dan lipatan Descemet.
Pengobatan:
Natamisin 5%setiap 1-2 jam saat bangun untuk keratitis jamur filamentosa seperti
miconazole, amphoterisin, nistatin dan lain-lain dansikloplegik disertai obat oral anti
glaukoma jika disertai peningkatan tekananintraokular.
20
C. Keratitis Virus
Keratitis Pungtata Superficial dengan gambaran infiltrat halus bertitik-titik pada dataran
depan kornea yang dapat terjadi pada herpes simpleks, herpes zoster,infeksi virus, vaksinia
dan trakoma. Keratitis terkumpul di daerah membrane Bowman, bilateral dan kronis tanpa
terlihat kelainan konjungtiva.
Jenis Keratitis Virus: Keratitis herpetik, Keratitis dendritik, Keratitis Disformis, Infeksi
Herpes Zoster, Keratokonjuntivitis Epidemi.
Keratitis Herpetik
Disebabkan herpessimpleks dan herpes zoster. Keratitis karena herpes simpleks dibagi 2
bentuk:
21
2. Stromal adalah Keratitis diskiformis.
Pada stromal diakibatkan oleh reaksi imunologik tubuh terhadap virus yang
menyerang. Antigen (virus) dan antibodi (tubuh pasien) bereaksi di dalam stroma
kornea dan menarik sel leukosit dan sel radang lainnya. Sel ini mengeluarkan
bahan proteolitik untuk merusak antigen (virus) yang jugamerusak jaringan
stromal di sekitarnya. pengobatan pada virus dan reaksiradangnya.
Keratitis Dendritik
Merupakan Keratitis Superfisial yang membentuk garis infiltrate pada permukaan kornea
kemudian membentuk cabang.
22
Gejala: fotofobia, kelilipan, tajam penglihatan menurun, konjungtiva hyperemia disertai
sensibilitas kornea yang hipestesia. Karena gejala ringan, pasien terlambat berkonsultasi.
dapat menjadi tukak kornea,
Pengobatan: dapat sembuh spontan. dapat juga diberikan antivirus (IDU 0.1% salep tiap 1
jam atau Asiklovir) , sikloplegik dan antibiotik dengan bebat tekan
D. Keratitis Alergi
Keratokonjungtivitis Flikten
Merupakan radang kornea dan konjungtiva sebagai suatu reaksi imun yangmungkin sel
mediated pada jaringan yang sudah sensitif terhadap antigen.
Gejala:terdapat flikten pada kornea berupa benjolan berbatas tegas berwarna putih keabuan
dengan atau tanpa neovaskularisasi menuju ke arah benjolan tersebut. Bilateral, pada limbus
tampak benjolan putih kemerahan dikelilingi konjungtiva hiperemis. terdapat papul dan
pustula pada kornea dan konjungtiva. Lakrimasi dan fotofobia disertai rasa sakit. hiperemis
konjungtiva, menebalnyaepitel kornea, perasaan panas disertai gatal dan tajam penlihatan
berkurang.
Pengobatan: steroid.
Flikten menghilang tanpa bekas, tetapi jika terjadi ulkus akibat infeksi sekunder maka
akan menjadi parut kornea.
2) Keratitis Fasikularis
Keratitis dengan pembentukan pita pembuluh darah yang menjalar dari limbus ke arah
kornea. Berupa tukak kornea akibat flikten yang berjalanmembawa jalur pembuluh
darah baru sepanjang permukaan kornea.
3) Keratokonjungtivitis vernal
23
Merupakan peradangan tarsus dan konjungtiva yang rekuren.
Muncul pada musim panas, anak laki laki lebih sering terkena dibanding perempuan.
Ulserasi kornea dapat meluas ke dua arah yaitu melebar dan mendalam. Ulkus yang
kecil dan superfisial akan lebih cepat sembuh, kornea dapat jernih kembali. Pada ulkus yang
menghancurkan membran Bowman dan stroma, akan menimbulkan sikatriks kornea.
Gejala Subjektif sama seperti gejala keratitis. Gejala Objektif berupa injeksi siliar,
hilangnya sebagaian jaringan kornea, dan adanya infiltrat. Pada kasus yang lebih berat dapat
terjadi iritis disertai hipopion.
24
Ulcus streptokokus
Bakteri ini sering dijumpai pada kultur dari infeksi ulcus kornea adalah :
Gambaran ulcus kornea khas, tukak yang menjalar dari tepi ke arah tengah kornea
(serpinginous). Ulcus berwarna kuning keabu-abuan berbentuk cakram dengan tepi ulcus
yang menggaung. Ulcus cepat menjalar ke dalam dan menyebabkan perforasi kornea, karena
eksotoksin yang dihasilkan oleh Streptokokus Pneumonia.
Pengobatan dengan Sefazolin, Basitrasin dalam bentuk tetes, injeksi subkojungtiva, dan
intravena
Ulcus stafilokokus
Infeksi ulcus kornea oleh Stafilokokus Epidermidis biasanya terjadi bila ada faktor
pencetus sebelumnya seperti keratopati bulosa, infeksi herpes simpleks dan lensa kontak yang
telah lama digunakan.
Pada awalnya berupa ulcus yang berwarna putih kekuningan disertai infiltrat secara
adekuat, akan terjadi abses kornea yang disertai edema stroma dan infiltrasi sel lekosit.
Walaupun terdapat hipopion tukak seringkali indolen yaitu reaksi radangnya minimal. Ulcus
kornea marginal biasanya bebas kuman dan disebabkan oleh reaksi hipersensitifitas terhadap
Stafilokokus Aureus.
Ulcus Pseudomonas
Berbeda dengan yang lain, bakteri ulcus ini ditemukan dalam jumlah yang sedikit.
Bakteri ini bersifat aerob obligat dan menghasilkan eksotoksin yang menghambat sintesis
protein, Keadaan ini menerangkan mengapa jaringan kornea cepat hancur dan mengalami
kerusakan. Bakteri ini dapat hidup dalam kosmetika, cairan fluoresein, dan cairan lensa
kontak.
25
Biasanya dimulai dengan ulcus kecil di bagian sentral kornea dengan infiltrat
berwarna keabu-abuan disertai edema epitel dan stroma. Trauma kecil ini dengan cepat
melebar dan mendalam serta menimbulkan perforasi kornea. Tukak mengeluarkan discharge
kental berwarna kuning kehijauan.
B. Ulcus Virus
26
C. Ulcus Jamur
Ulcus kornea oleh jamur akhir-akhir ini banyak ditemukan, hal ini dimungkinan oleh:
- Penggunaan antibiotik secara berlebihan dalam waktu yang lama atau pemakaian
kortikosteroid jangka panjang
- Fusarium dan sefalosporim menginfeksi kornea setelah suatu trauma yang disertai
lecet epitel, misalnya kena ranting pohon atau binatang yang terbang mengindikasikan
bahwa jamur terinokulasi di kornea oleh benda atau binatang yang melukai kornea
dan bukan dari adanya defek epitel dan jamur yang berada di lingkungan hidup.
- Infeksi oleh jamur lebih sering didapatkan di daerah yang beriklim tropik, maka
faktor ekologi ikut memberikan kontribusi. Kontak dengan pertanian atau trauma
yang terjadi di luar rumah bukan merupakan faktor timbulnya tukak atau keratitis oleh
kandida.
Pengobatan obat anti jamur dengan spektrum luas. Apabila memungkinkan dilakukan
pemeriksaan laboratorium dan tes sensitivitas untuk dapat memilih obat jamur yang spesifik.
27
2.7.2 Pengobatan Non spesifik
a.Atropin 1% atau 2% atau homatropin digunakan dua kali sehari untuk melebarkan pupil; ini
membantu mencegah sinekia dan meredakan nyeri
28
c.Anti-glaukoma dianjurkan pada keadaan tekanan intraokular tinggi
Debridement sederhana dari debris nekrotik dalam hubungannya denganterapi topikal intensif
dapat membantu memperlancar penetrasi obat khususnyaobat antifungi. Perlekatan jaringan
menggunakanN-butil cyanoacrylate denganlensa kontak perban berguna pada kasus dengan
tanda penipisan atau perforasikurang dari 2 mm.Penetrating keratoplastydilakukan pada
kasus denganpenyakit lanjut yang tidak berespon terhadap terapi medis atau ketika
munculperforasi luas.
Komplikasi
1. Iridosiklitis toksik. Hal ini biasanya berhubungan dengan kasus ulkus korneapurulen akibat
penyerapan racun di ruang anterior.
2. Glaukoma sekunder. Hal ini terjadi karena eksudat fibrinosa memblokir sudutruang
anterior (inflamasi glaukoma)
3. Descemetocele. Beberapa ulkus yang disebabkan oleh organisme virulen bias memanjang
secara cepat sampai ke membran descemet, yang memberikanresistensi yang besar, namun
karena efek dari tekanan intraokular ituterbentuklah herniasi berupa vesikel transparan yang
disebut descemetocele.Ini adalah tanda
4. Perforasi ulkus kornea. Regangan mendadak karena batuk, bersin dari spasmeotot
orbikularis dapat mengkonversiimpendingperforasi menjadi perforasiyang sebenarnya.
Setelah perforasi, nyeri segera menurun dan pasien merasabeberapa cairan panas keluar dari
mata
29
BAB IV
KESIMPULAN
Keratitis adalah peradangan kornea yang dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur,
virus atau suatu proses alergi-imunologi. Infeksi pada kornea biasanya diklasifikasikan
menurut lapisan kornea yang terkena, yaitu keratitis superfisialis apabila mengenai lapisan
epitel atau membran bowman dan keratitis profunda atau interstisialis (disebut juga keratitis
parenkimatosa) apabila sudah mengenai lapisan stroma.4
Pasien dengan riwayat penggunaan lensa kontak memiliki risiko untuk terjadinya
keratitis profunda yang disebabkan oleh bakteri. Risiko tersebut semakin bertambah apabila
lensa kontak dipakai pada saat tidur.
Pada kasus ini , pasien mengalami keluhan nyeri , mata terasa mengganjal , mata
merah ,rasa silau , perih ,berair dan penglihatan sedikit bertambah buram .Pada pasien juga
terdapat kelainan refraksi sebelumnya. Pemeriksaan oftalmologi didapatkan infiltrate dan
oedem pada kornea mata kiri . Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik tersebut maka
ditegakkan diagnosis kerja astigmatisme myopia simpleks ODS dan Keratitis Profunda ec
Lensa kontak .
Terapi yang diberikan pada pasien ini untuk non medikamentosa adalah
menghentikan penggunaan lensa kontak untuk sementara. Kemudian untuk medikamentosa
diberikan antibiotic topical , analgetik , dan vitamin A .
Prognosis pada kasus ini tergantung dari kecepatan dan ketepatan pengobatan yang
dilakukan. Untuk prognosis ad vitam yaitu ad bonam , sedangkan untuk prognosis ad
fungsionam dan ad sanactionam yaitu dubia ad bonam.
30
DAFTAR PUSTAKA
31