Askep HD Mama 1
Askep HD Mama 1
Pengkaji :
A. IDENTITAS PASIEN
Nama (Inisial) :
Usia / tanggal lahir :
Jenis kelamin :
Alamat :
Suku / bangsa :
Status pernikahan :
Agama / keyakinan :
Pekerjaan / sumber penghasilan :
Diagnosa medik :
No. RM :
Tanggal masuk :
Nama :
Usia :
Jenis kelamin :
Pekerjaan / sumber penghasilan :
Hubungan dengan klien :
C. KELUHAN UTAMA
Keluhan yang paling dirasakan oleh klien diantara keluhan yang dirasakan yang didapatkan secara langsung dari pasien/ keluarga.
D. RIWAYATKESEHATAN
1. Oksigenasi
Meliputi fungsi pernafasan (RR, alat bantu pernafasan)
2. Nutrisi
Dikaji riwayat diit makan dan minum sebelum sakit yang meliputi jenis, frekuensi.
Dikaji kepatuhan klien terhadap diitnya
6. Pola Berpakaian
Dilakukan secara mandiri / tidak
7. Kebutuhan bekerja
Dikaji masih dapat bekerja atau tidak setelah sakit
9. Personal hygiene
Mandi
Cuci rambut
Gunting kuku
Gosok gigi
Dilakukan secara mandiri / tidak
10. Rekreasi
Jenis rekreasi yang dilakukan
F. PEMERIKSAAN FISIK
1. Kepala :
- Rambut rontok
- Neuro :
penurunan kesadaran.
Nyeri ( pusing )
Kejang karena keracunan pada SSP
Kelemahan karena suplai O2 kurang
Baal ( mati rasa dan Kram ) karena rendahnya kadar Ca dan PH
- Mata :
Konjungtiva anemis
- Hidung :
Cuping hidung
- Mulut :
stomatitis, bleeding/ perdarahan, nafas bau ammonia.
2. Leher :
- Hiperparathyroid karena peningkatan reabsorbsi kalsium dari tulang,hiperkalemia, hiperkalsiuria, prembesaran vena jugularis.
3. Dada :
- bunyi nafas tambahan (Wheezing), otot bantu pernafasan, Dypsnue, edema pulmo, suara paru (ronkhi) , .bunyi jantung
4. Abdoment :
- Asites, gangguan peristaltik, bleeding
5. Ekstremitas :
- CRT > 4 detik, edema, nyeri, kekakuan otot
6. Integument :
- pruritis, kulit kering, warna kehitaman, turgor kulit jelek, bersisik dan dekubitus.
G. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan Laboratorium
Berguna Untuk menentukan ada tidaknya kegawatan, menentukan derajat GGK, menentukan gangguan sistem, dan
membantu menetapkan etiologi. Blood ureum nitrogen (BUN)/kreatinin meningkat, kalium meningkat, magnesium meningkat,
kalsium menurun, Kelainan hasil pemeriksaan Lab. lain: Creatinine darah naik, Hb turun, Urin: protein selalu positif.
a. Laboratorium.
Volume urine, Biasanya kurang dari 400 ml/ 24 jam (fase oliguria) terjadi dalam (24 jam 48) jam setelah ginjal rusak
1. Warna Urine, Kotor, sedimen kecoklatan menunjukan adanya darah.
2. Berat jenis urine Kurang dari l,020 menunjukan penyakit ginjal contohnya glomerulonefritis, pielonefritis dengan kehilangan
kemampuan memekatkan menetap pada l, 0l0 menunjukkan kerusakan ginjal berat
3. pH Lebih besar dari 7 ditemukan pada ISK, nekrosis tubular ginjal dan rasio urine/ serum saring (1 : 1)
4. Kliren kreatinin Peningkatan kreatinin serum menunjukan kerusakan ginjal.
5. Natrium Biasanya menurun tetapi dapat lebih dari 40 mEq/ ltr bila ginjal tidak mampu mengabsorpsi natrium.
6. Bikarbonat Meningkat bila ada asidosis metabolik.
7. Protein Proteinuria derajat tinggi (+3 +4 ) sangat menunjukkan kerusakan glomerulus bila Sel darah merah dan warna Sel darah
merah tambahan juga ada. Protein derajat rendah (+1 +2) dan dapat menunjukan infeksi atau nefritis intertisial.
8. Warna tambahan Biasanya tanda penyakit ginjal atau infeksi tambahan warna merah diduga nefritis glomerulus.
9. Hemoglobin, Menurun pada anemia.
10. Sel darah merah, Sering menurun mengikuti peningkatan kerapuhan / penurunan hidup.
11. Kreatinin, Biasanya meningkat pada proporsi rasio (l0:1)
12. Osmolalitas, Lebih besar dari 28,5 m Osm/ kg, sering sama dengan urine.
13. Kalium, Meningkat sehubungan dengan retensi urine dengan perpindahan seluler (asidosis) atau pengeluaran jaringan (hemolisis sel
darah merah).
14. Natrium, Biasanya meningkat, tetapi dapat bervariasi.
15. pH, Kalium & bikarbonat, Menurun.
16. Klorida fosfat & Magnesium, Meningkat.
17. Protein, Penurunan pada kadar serum dapat menunjukan kehilangan protein melalui urine, perpindahan cairan penurunan pemasukan
dan penurunan sintesis karena kekurangan asam amino esensial.
Pemeriksaan Radiologi
a. Pemeriksaan EKG, Untuk melihat adanya hipertropi ventrikel kiri, tanda perikarditis, aritmia,dan gangguan elektrolit (hiperkalemi,
hipokalsemia). Kemungkinan abnormal menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit dan asam/basa.
b. Pemeriksaan USG(ultrasonografi), untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal korteks ginjal, ureter proksimal dan kandung
kemih.
c. Pemeriksaan Radiologi, Renogram, Intravenous Pyelography, Retrograde Pyelography, Renal Aretriografi dan Venografi, CT Scan,
MRI, Renal Biopsi, pemeriksaan rontgen dada, pemeriksaan rontgen tulang, foto polos abdomen
d. Foto Polos Abdomen
Sebaiknya tanpa puasa, karena dehidrasi akan memperburuk fungsi ginjal. Menilai bentuk dan besar ginjal dan apakah ada batu atau
obstruksi lain.
e. Pieolografi Intra-Vena (PIV)
Dapat dilakukan dengan cara intravenous infusion pyelography, untuk menilai sistem pelviokalises dan ureter.
f. Pemeriksaan Pielografi Retrograd
Dilakukan bila dicurigai ada obstruksi yang reversibel.
g. Pemeriksaan Foto Dada
Dapat terlihat tanda-tanda bendungan paru akibat kelebihan air (fluid overload), efusi pleura, kardiomegali dan efusi perikadial.
h. Pemeriksaan Radiologi Tulang
Mencari osteodistrofi dan kalsifikasi metastatik.
i. Pemeriksaan biopsi ginjal
Diagnosis histologi dari penyakit ginjal membutuhkan biopsi ginjal. Biopsi ginjal yaitu mengambil jaringan dan kemudian diperiksa
dengan mikroskop cahaya.
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Subjektif
Ansietas
Dipsnea atau bernapas dangkal
Objektif
Bunyi napas tidak normal (ronkhi basah halus atau ronkhi basah kasar)
Perubahan elektrolit
Anasarka
Ansietas
Perubahan tekanan darah
Perubahan status mental
Perubahan pola respirasi
Penurunan hemoglobin dan hematokrit
Edema
Oliguria
Efusi pleura
Gelisah
Pertambahan berat badan dalan periode singkat
Perubahan berat jenis
Subjektif
Dispnea
Sakit kepala pada saat bangun
Objektif
Gas darah arteri tidak normal
pH arteri tidak normal
ketidaknormalan frekuensi,irama, dan kedalaman pernapasan.
Warna kulit tidak normal(missal: pucat dan kehitaman)
Hipoksia
Hipoksemia
Gelisah
Takikardia
Edema pulmo
Suara paru (ronkhi)
4. Intoleransi aktivitas
Batasan Karakteristik
Subjektif
Ketidaknyamanan atau dispnea yang membutuhkan pengerahan tenaga.
Melaporkan keletihan atau kelemahan secara verbal.
Objektif
Denyut jantung atau tekanan darah tidak normal sebagai respon terhadap aktivitas.
Perubahan EKG selama aktivitas yang menunjukkan aritmia atau iskemia.
Skala intoleransi aktv. 1-5..
Objektif
Tidak tertarik untuk makan
Kerapuhan kapiler
Kehilangan rambut yang berlebihan
Kurang minat pada makanan
Kelemahan otot untuk mengunyah atau menelan
Konjuntiva dan membran mukosa pucat
Tonus otot buruk
Menolak untuk makan
Kurang informasi
ABCD
Objektif
Foto sinar X dada tidak normal(kongestif vaskuler paru)
Enzim jantung tidak normal
Perubahan status mental
Aritmia
Batuk
Penurunan curah jantung dengan termodelusi
Penurunan nadi perifer
Perubahan EKG
Edema
Peningkatan tekanan arteri paru
Peningkatan denyut jantung
Peningkatan kecepatan napas
Distensi vena jugularis
Okssigen vena bercampur
Oliguri
Ortopnea
Ronki basah
Kegelisahan
Perubahan warna kulit
Penggunaan otot-otot bantu
Hasil pembacaan tekanan darah berbeda-beda
Peningkatan berat badan
Mengi
n DX kep Intervensi
o
NOC NIC rasionalisasi
1 gangguan Hasil yang diharapkan : a. Inspeksi kulit terhadap Menandakan area
integritas kulit hangat, utuh, turgor Perubahan Warna, turgor, sirkulasi buruk, yang
kulit baik, perhatikan kemerahan,ekskoriasi.. dapat menimbulkan
tidak ada lesi dekubitus
b.
kji kaji keadaan kulit terhadap Sirkulasi darah yang
kemerahan dan adanya excoriasi. kurang menyebabkan
kulit mudah rusak dan
memudahkan timbulnya
dicubitus/ infeksi
R/ Kelemahan dapat
2. Kaji tingkat kemampuan klien terjadi akibat dari tidak
beraktivitas.dan batasi aktivitas lancarnya sirkulasi
berlebihan darah.dan b eban jantung
dipengaruhi oleh
aktivitas berlebihan
R/ meningkatkan
3. Beri tambahan O2 sesuai indikasi sediaan oksigen pada
miokard
4. Kolaborasi dalam:
Pemeriksaan laboratorium (Na,
K), BUN, Serum kreatinin,
Kreatinin klirens.
Pemeriksaan thoraks foto.
Pemberian obat-obatan anti
hipertensi.
ASKEP PADA PASIEN HEMODIALISA
PASIEN HEMODIALISA
Hemodialisis adalah suatu proses memisahkan sisa metabolisme yang tertimbun dalam darah dan mengatur
keseimbangan cairan dan elektrolit juga asam basa melalui sirkulasi ekstrakorporeal dengan menggunakan ginjal buatan.
Beberapa aspek yang mempunyai hubungan erat dengan masalah keperawatan antara lain : Ginjal buatan, Dialisat,
Pengolahan Air, Akses Darah, Antikoagulan, tekhnik Hemodialisa, Perawatan Pasien Hemodialisa, Kompliokasi akut
hemodialisa dan pengelolaannya, peranan perawat yang bekerja di luar HD (ruang perawatan biasa)
1. Ginjal Buatan
Suatu alat yang digunakan untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh, bila fungsi kedua ginjal sudah tidak memadai lagi
(Gagal Ginjal Terminal / GGT)
a. Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit.
b. Mengeluarkan racun-racun atau toksin yang merupakan komplikasi dari Gagal Ginjal Kronik (GGK)
Sedangkan fungsi hormaonal/ endokrin tidak dapat diambil alih oleh ginjal buatan. Dengan demikian ginjal buatan hanya
berfungsi sekitar 70-80 % saja dari ginjal alami yang normal.
Macam-macam gagal ginjal buatan :
a. Paraller-Plate Diyalizer
Ginjal pertama kali ditemukan dan sudah tidak dipakai lagi, karena darah dalam ginjal ini sangat banyak sekitar 1000 cc,
disamping cara menyiapkannya sangat sulit dan membutuhkan waktu yang lama.
b. Coil Dialyzer
Ginjal buatan yang sudah lama dan sekarang sudah jarang dipakai karena volume darah dalam ginjal buatan ini banyak sekitar
300 cc, sehingga bila terjadi kebocoran pada ginjal buatan darah yang terbuang banyak. Ginjal ini juga memerlukan mesin
khusus, cara menyiapkannya juga memerlukan waktu yang lama.
c. Hollow Fibre Dialyzer
Ginjal buatan yang sangat banyak saat ini karena volume darah dalam ginjal buatan sangat sedikit sekitar 60-80 cc, disamping
cara menyiapkannya mudah dan cepat.
2. Dialisat
Adalah cairan yang terdiri dari air, elektrolit dan zat-zat lain supaya mempunyai tekanan osmotik yang sama dengan darah
Fungsi Dialisat pada dialisit:
a. Untuk mengeluarkan dan menampung cairan dan sisa metabolisme
b. Untuk mencegah kehilangan zat-zat vital dari tubuh selama dialisa
Table perbandingan darah dan dialisat :
Darah Dialisat
1. Natrium/sodium 136mEq/L 1. Natrium/sodium 134mEq/L
2. Kalium/potassium 4,6mEq/L 2. Kalium/potassium 2,6mEq/L
3. Kalium 4,5mEq/L 3. Kalium 2,5mEq/L
4. Chloride 106mEq/L 4. Chloride 104mEq/L
5. Magnesium 1,6mEq/L 5. Magnesium 1,5mEq/L
4. Akses Darah
Hemodialisme akan efektif jika dialisme dilakukan sekitar 2-6 jam/minggu pada pasien baru, sedangkan pada pasien yang
sudah stabil dan menjalani kronik hemodialisa sekitar 6 18 jam /minggu.
Untuk mendapatkan aliran darah yang besar ( sekitar 200 -300 cc/menit) selama 2-5 jam sangatlah sulit. Biasannya pada
pasien akut kita lakukan pada vena vemoralis, sehingga dapat diperoleh aliran darah yang besar.
Pada Penderita GGT dengan program HD berkala yaitu 2 -3 kali/minggu harus disiapkan penyambungan pembuluha darah
arteri dan vena.
6. Tekhnik hemodialisa
Sebelum berbicara tentang tekhnik hemodialisa terlebih dahulu menjelaskan beberapa istilah :
a. Sirkulasi ekstrakorporeal
Sirkulasi diluar tubuh selama terjadi hemodialisa.
b. Sirkulasi sistemik
Sirkulasi dalam tubuh
c. Selaput semipermiabel
Selaput yang sangat tipis mempunyai pori-pori halus, hanya dapat dilihat dengan mikroskop.
e. Blood Lines
Selang darah yang mengalirkan darah dari tubuh penderita ke dyalizer disebut arteria blood lines/inlet, sedangkan selang yang
mengalirkan darah dari dyalizer ke tubuh penderita disebut venous blood line/outlet.
Persiapan Penderita :
Indikasi hemodialisa
a. Segera/ indikasi mutlak : over hidrasi atau edema paru, hiperkalemi, aliguri berat atau anuria, asidosis, hipertensi maligma.
b. Dini/ profilaksi : gejala uromia (mual muntah) perubahan mental, penyakit tulang, gangguan pertumbuhan dan seks, perubahan
kualitas hidup.
Bila penderita baru yang dating di ruang HD, sebelum kita melakukan HD terlebih dahulu periksa kembali hasil-hasil
pemeriksaan yang penting (Hb, hematokrit, ureum, kreatinin, dan HbsAg), hal ini perlu untuk menentukan tindak lanjut sperlu
untuk menentukan tindak lanjut suatu HD.
Langkah-langkah HD
a. Timbang dan catat BB
b. Ukur dan catat tekanan darah (dapat digunakan untuk menginterpretasikan kelebihan cairan)
c. Tentukan akses darah yang akan ditusuk
d. Bersihkan daerah yang akan ditusuk dengan betadine 10% lalu alcohol 70% kemudian ditutup pakai duk steril
e. Sediakan alat-alat yang steril didalam bak spuit kecil :spuit 2,5 cc sebanyak 1, spuit 1 cc 1 buah, mangkok kecil berisi saline
0,9% dan kasa steril
f. Sediakan obat-obatan yang perlu yaitu lidonestdan heparin
g. Pakai masker dan sarung tangan steril
h. Lakukan anestesi local didaerah akses darah yang akan ditusuk
i. Tusuk dengan AV fistula lalu berikan heparin sebanyak 2000 unit pada inlet sedangkan outlet sebanyak 1000 unit
j. Siap sambungkan ke sirkulasi tertutup yang telah disediakan
k. Aliran darah permulaan sampai 7 menit 75 ml/menitkemudian dinaikkan perlahan sampai 200 ml/menit
l. Temtukan TMP sesuai dengan kenaikkan berat badan
m. Segera ukur kemabali tekanan darah, nadi, pernapasan, akses darah yang digunakan dicatat dalam status yang telah tersedia.
7. Perawatan pasien Hemodialisa
Terbagi 3 yaitu ;
a. Perawatan sebelum hemodialisa
- Mempersiapkan perangkat HD
- Mempersiapkan mesin HD
- Mempersiapkan cara pemberian heparin
- Mempersiapkan pasien baru dengan memperhatikan factor Bio Psiko Sosial, agar penderita dapat bekerja sama dalam hal
program HD
- Mempersiapkan akses darah
- Menimbang berat bada, mengukur tekanan darah, nadi, pernapasan
- Menentuakn berat badan kering
- Mengambil pemeriksaan rutin san sewaktu
-
Asuhan Keperawatan Pasien Hemodialisis
I. Pengkajian
Keluhan:
Klien dengan hemodialisis biasanya mengeluhkan: Lemas, pusing, gatal, baal-baal, bengkak-bengkak, sesak, kram, BAK tidak
lancar, mual, muntah, tidak nafsu makan, susah tidur, berdebar, mencret, susah BAB, penglihatan tidak jelas, sakit kepala,
nyeri dada, nyeri punggung, susah berkonsentrasi, kulit kering, pandangan gelap, nyeri otot, nyeri pada penusukkan jarum,
rembes pada akses darah, keringat dingin, batuk berdahak/tidak.
obatan, jamu, riwayat trauma ginjal, riwayat penyakit endokrin, riwayat penyakit kardiovaskuler, riwayat darah tinggi, riwayat
kehamilan, riwayat dehidrasi, riwayat trauma.
Pemeriksaan Fisik
Aktivitas istirahat/tidur
o Lelah,, lemah atau malaise
o Insomnia
o Tonus otot menurun
o ROM berkurang
Sirkulasi
o Palpitasi, angina, nyeri dada
o Hipertensi, distensi vena jugularis
o Disritmia
o Pallor
o Hipotensi/hipertensi, nadi lemah/halus
o Edema periorbital-pretibial
o Anemia
o Hiperlipidemia
o Hiperparatiroid
o Trombositopeni
o Pericarditis
o Aterosklerosis
o CHF
o LVH
Eliminasi
o Poliuri pada awal gangguan ginjal, olguri dan anuri pada fase lanjut
o Disuri, kaji warna urin
o Riwayat batu pada saluran kencing
o Ascites, meteorismus, diare, konstipasi
Nutrisi/cairan
o Edema, peningkatan BB
o Dehidrasi, penurunan BB
o Mual, muntah, anorexia, nyeri ulu hati
o Efek pemberian diuretic
o Turgor kulit
o Stomatitis, perdarahan gusi
o Lemak subkutan menurun
o Distensi abdomen
o Rasa haus
o Gastritis ulserasi
Neurosensor
o Sakit kepala, penglihatan kabur
o Letih, insomnia
o Kram otot, kejang, pegal-pegal
o Iritasi kulit
o Kesemutan, baal-baal
Nyeri/kenyamanan
o Sakit kepala, pusing
o Nyeri dada, nyeri punggung
o Gatal, pruritus,
o Kram, kejang, kesemutan, mati rasa
Oksigenasi
o Pernapasan kusmaul
o Napas pendek-cepat
o Ronchi
Keamanan
o Reaksi transfuse
o Demam (sepsis-dehidrasi)
o Infeksi berulang
o Penurunan daya tahan
o Uremia
o Asidosis metabolic
o Kejang-kejang
o Fraktur tulang
Seksual
o Penurunan libido
o Haid (-), amenore
o Gangguan fungsi ereksi
o Produksi testoteron dan sperma menurun
o Infertile
Pengkajian Psikososial
o Integritaqs ego
o Interaksi social
o Tingkat pengetahuan tentang penyakit dan penatalaksanaannya
o Stress emosional
o Konsep diri
Laboratorium
o Urine lengkap
o Darah lengkap meliputi: Hb,Hct, L, Trombosit, LED, Ureum pre dan post, kreatinin pre dan post, protein total, albumin,
globulin, SGOT-SGPT, bilirubin, gama gt, alkali fosfatase, kalsium, fosfor, kalium, natrium, klorida, gula darah, SI, TIBC,
saturasi transferin, feritin serum, pth, vit D, kolesterol total, HDL, LDL, trigliserida, asam urat, Hbs Ag, antiHCV, anti HIV,
CRP, astrup:pH/P02/pC02/HCO3
o Biasanya dapat ditemukan adanya: anemia, hiperkalemia, hiperfosfatemia, hipokalsemi, ureumikum, kreatinin
meningkat, pH darah rendah, GD klien DM menurun
Radiologi
o Ronsen, Usg, Echo: kemungkinan ditemukan adanya gambaran pembesaran jantung, adanya batu saluran
kencing/ginjal, ukuran korteks, gambaran keadaan ginjal, adanya pembesaran ukuran ginjal, vaskularisasi ginjal.
o Sidik nuklir dapat menentukan GFR
EKG
o Dapat dilihat adanya pembesaran jantung, gangguan irama, hiperkalemi, hipoksia miokard.
Biopsi
o Mendeteksi adanya keganasan pada jaringan ginjal
II. Diagnosa dan Intervensi
DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI
3 Gangguan rasa nyaman: nyeri saat insersi pada Keluhan pada saat ditusuk minimal 1. Lakukan penusukkan yang
tempat penusukkan b.d. insersi fistula needle. Saat penususkan ekspresi wajah tenang tepat dan hati-hati untuk mengurangi
resiko nyeri yang berlebihan
Karakeristik : 2. Berikan anestesi local pada
Klien mengeluh nyeri pada akses vaskuler saat daerah yang akan ditusuk untuk
dilakukan penusukkan. mengurangi rasa nyeri terutama saat
Ekspresi wajah tampak meringis punksi femoralis. Bisa berbentuk
Terdapat luka penusukkan untuk akses darah injeksi atau spray.
3. Ajarkan dan anjurkan teknik
relaksasi dan distrraksi
4. Lakukan kompres dingin
untuk memblok rasa nyeri
5. Kaji tingkat nyeri, apakah
hilang setelah penusukkan, menetap
atau bertambah
4 Gangguan rasa aman: penurunan daya tahan Daya tahan tubuh meningkat dengan 1. Kaji satus nutrisi, status gizi,
tubuh b.d. criteria status anemi/zat besi
Malnutrisi Status gizi meningkat 2. Anjurkan untuk mendapat
Anemia Hb > 10 mg/dl status nutrisi sesuai kebutuhan diet
Terpapar zat kimia seperti desinfektan, havox, Pucat (-) untuk klien dengan dialysis
formalin. Lemas (-)
3. Lakukan priming, soacking
Overhidrasi Tidak mengeluh mudah/sering sakit
dan ultra filtrasi pada sirkulasi
trertutup secara adekuat untuk
Karakteristik:
mengeluarkan zat-zat kimia
Status nutrisi rendah; massa otot kecil
4. Anjurkan kepada klien,
Hb < 10 mg/dl
keluarga dan tenaga kesehatan untuk
Pallor
mengenakan pelindung seperti
Klien mengeluh lemas
masker, menerapkan prinsip
Klien mengeluh sering sakit-sakita
universal precaution agar tidak
terpapar kontaminan
5. Kolaborasi untuk koreksi
anemi: EPO, terafi zat besi, dan
transfuse
6. terapkan prinsip a/anti septic
saat penusukan, pencabutan atau
menhindari paparan terhadap darah.
7. Lakukan pengontrolan rutin
terhadap water treatment
8. Anjuran untuk membatasi
peningkatan BB 5% berat badan
kering interdialitik
5 Gangguan rasa nyaman: kram b.d. Kram berkurang/hilang dengan criteria 1. Anjurkan klien untuk
Hipotensi Keluhan kram berkurang relaksasi, hiperekstensi bagian tubuh
UFR/penarikan cairan di bawah BB kering Otot yang kram rileks yang kram.
Kandungan sodium pada cairan dialisat rendah Klien nampak tenang 2. Lakukan distraksi, kaji
Hipokalsemi Tensi dalam batas normal penyebab kram, ukur tekanan darah
3. Bila disertai hipotensi,
Karakteristik: berikan normal salin;diikuti
Klien mengeluh kram pemberian larutan hipertonik
Otot pada anggota tubuh yang kram nampak tegang dianjurkan glukosa 40% (tidak
Klien nampak kesakitan diberikan pada klien diabetic)
Klien nampak gelisah 4. Kolaborasi pemberian
Tensi menurun kalsium iv bila hipokalsemi
5. Kolaborasi pemberian
relaksan oral 2 jam sebelum dialysis
6. Evaluasi BB kering klien,
atur UF Goal dengan hati-hati
7. Anjurkan kepada klien untuk
latihan peregangan pada anggota
badan yang serting kram
8. atur nilai sodium pada cairan
dialisat tidak terlalu rendah.
6 Resiko terjadi hipotensi b.d. Hipotensi tidak terjadi dengan criteria: 1. Monitor tanda vital tiap
Penurunan volume darah yang berlebihan akibat: Tanda vital dalam batas normal jam/lebih sering bila perlu sebagai
o Fluktuasi UFR Keluhan pusing, mual (-) deteksi dini hipotensi
o UFR yang tinggi akibat peningkatan BB UFR tidak lebih dari selisih BB per time 2. Kaji adanya keluhan mual,
yang tinggi dialysis < 5% BB kering pusing sebagai deteksi dini hipotensi
Mengkonsumsi OAH pada wakrtu yang
o BB kering yang terlalu rendah 3. Atur UFR dengan cara: BB
tepat
sebelum cuci dikurangi BB kering
o Sodium cairan dialisat terlalu rendah Menggunakan dialisat bicnat, Na
dibagi time dialysis tidak lebih dari
Penurunan fungsi vasokonstriksi akibat ditingkatkan, suhu diturunkan
5% BB kering
o Obat anti hipertensi (OAH) BB kering terkendali
4. Anjurkan tidak
o Cairan dialisat asetat mengkonsumsi OAH sebelum cuci
o Suhu cairan dialisat terlalu panas 5. Atur pemberian dialisat :
Penurunan fungsi jantung 1) Gunakan bicnat hindari asetat
o Kegagalan meningkatkan denyutan jantung 2) Tingkatkan nilai sodium
secara tepat karena penurunan pengisiannya akibat: 3) Turunkan suhu dialisat ke 34-
memakan bloker, neuropati otonom uremikum, 36C
ketuaan. 6. Re-evaluasi BB kering
o Ketidak mampuan meningkatkan kardiak 7. Anjurkan untuk tidak makan
output karena alas an lain : penurunan kontraktilitas secara berlebihan saat menjalani HD
otot jantung akibat ketuaan, hipertensi, aterosklerosis, 8. Bila diketahui tensi menurun
kalsifikasi miokardial, penyakit katup, amiloidosis dll dan terdapat keluhan pusing:
Sepsis, perdarahan samar, arritmia, hemolisis, emboli 1) Berikan oksigen lembab
udara, anafilksis 2) Atur posisi kepala lebih rendah
3) Turunkan UFR serendah
Karakteristik mungkin
Klien mengeluh pusing, mual, kram 4) Berikan normal salin 100
Tensi menurun cc/lebih
UFR tinggi 5) Berikan larutan hipertonis
Suhu dialisat rendah
Sodium dialisat terlalu rendah
Pemakan asetat dialisat
Ureum sangat tinggi
Riwayat mengkonsumsi OAH sebelum dialysis
7 Gangguan rasa nyaman: nyeri kepala b.d Ekspresi wajah tenang 1. Observasi tanda vital, kaji
Sindroma dis-eq ringan Keluhan sakit kepala berkurang/hilang tingkat nyeri
Penggunaan larutan dialisat yang mengandung asetat Gelisah (-) 2. Anjurkan relaksasi dan
Penarikan kafein dari darah secara mendadak bagi Minum kopi terkendali lakukan distraksi
klien peminum kopi Qb minimal
3. Turunkan QB sampai batas
Menggunakan dialisat bicnat
minimal (150 ml/mnt)
Karakteristik: Time dialysis terkendali
4. Ganti dialisat asetat dengan
Klien mengeluh sakit kepala
bicnat
Ekspresi wajah nampak meringis
Nampak gelisah 5. Berikan asetaminofen sesuai
Riwayat peminum kopi anjuran
QB tinggi 6. Anjurkan untuk membatasi
Penggunaan dialisat asetat kopi sebelum cuci darah
Time dialysis terlalu lama 7. Hentikan dialysis bila sakit
kepala tidak hilang
8 Gangguan rasa nyaman: nyeri dada/nyeri Keluhan nyeri dada/punggung 1. Kaji tanda vital
punggung b.d. berkurang/hilang 2. Anjurkan relaksasi, lakukan
First use syndrome Ekspresi wajah tenang distraksi, atur posisi yang nyaman
Angina Tanda vital normal
3. Turunkan QB, UFR
Hemolisis Klien tampak tenang
4. Berikan oksigen lembab bila
Emboli
perlu
Karakteristik: 5. Identifikasi penyebab nyeri
Klien mengeluh nyeri dada/pinggang dada, tentukan apakah dari dializer
Ekspresi wajah meringis baru, jantung, emboli, hemolisis
Tanda vital abnormal 6. Kolaborasi untuk koreksi
gelisah etiologi
7. Berikan analgetik sesuai
anjuran
8. Hentikan dialysis bila nyeri
menetap/bertambah
9 Gangguan keseimbangan cairan : berlebih b.d. Klien mengatakan bengkak 1. Monitor peningkatan tensi,
Penurunan fungsi ginjal dalam dalam mengatur berkurang/hilang edema perirbital dan peripheral
keseimbangan cairan dan elektrolit Klien mengatakan sesak berkurang 2. Auskultasi paru untuk
Edema (-) mengidentifikasi adanya cairan
Karakteristik: Peningkatan BB interdialitik tidak lebih dalam paru
Klien mengeluh bengkak-bengkak pada perut, wajah dari 5% BB kering
3. Ajarkan klien untuk
atau anggota gerak, sesak Pola napas normal, RR Normal
pentingnya pengendalian dan
Anuri/oliguri (+)
pengukuran air dan berat badan untuk
Hipertensi (+)
mencegah overhidrasi; jumlah air
Peningkatan BB yang signifikan
yang diminum = 500 cc + diuresis /
Pernapasan pendek-cepat
hari
Ronchi (+), edema paru
4. Ajarkan klien tentang diet
rendah sodium untuk mengontrol
edema dan hipertensi
5. Ajarkan klien agar
peningkatan BB interdialitik tidak
lebih dari 5% BB kering
6. Berikan oksigen lembab bila
sesak
7. Lakukan UF untuk mencapai
BB kering
8. Lakukan SQHD bila perlu
10 Perubahan pola nutrisi b.d. Keluhan mual-muntah, tidak napsu 1. Monitor BB, kadar ureum,
Pembatasan diet makan berkurang/hilang kreatinin, protein total, albumin, dan
Mual-muntah Protein total dan albumin dalam batas elektrolit sebagai indicator dari
Anoreksia normal adekuasi dialysis, status gizi dan
Penurunan BB kering BB kering terpelihara respon therafi
Gangguan keseimbangan elektrolit 2. Anjurkan perawatan mulut
untuk mencegah stomatitis,
Karakteristik: membuang bau mulut
Klien mengeluh mual-muntah, tidak nafsu makan
3. Berikan makanan porsi kecil
BB kering menurun
tapi sering dalam keadaan hangat
Bau mulut (+)
4. Anjurkan klien untuk
memilih makanan yang
diperbolehkan
5. Berikan makanan dengan
kalori 35 kcal/kgBB/hari untuk
mengimbangi proses katabolisme
dialysis dan memelihara BB kering
6. Batasi protein 1,2
gr/kgBB/hari dan batasi fosfat untuk
mengurangi metabolisme dan produk
ureum, kalium, fosfat dan H+
7. Berikan permen dan
sejenisnya untuk meningkatkan rasa
pada klien yang tidak menderita DM
11 Resiko terjadi injuri: fraktur tulang b.d. Tidak terjadi fraktur tulang 1. Kaji adanya hipokalsemia,
Gangguan absorbsi calsium Perlambatan penyakuit tulang (+) hiperfosfat, nyeri otot serta kaku
Gangguan sekresi fosfat Kadar calsium darah > 8 mg/dl sendi untuk mengetahui
Perubahan metabolisme kalsitriol kemungkinan resiko fraktur
2. Observasi adanya nyeri
tulang sebagai indikasi adanya
kerusakan tulang
3. Lakukan ROM dan dorong
klien berambulasi untuk merangsang
osteoblas dan mengurangi reasorbsi
tulang
4. Berikan lingkungan yang
aman untuk mengurangi resiko
kecelakaan, mis penerangan yang
cukup, pegangan tangan
5. Berikan Suplemen
kalsium,vit D dan fosfat binder sesuai
anjuran untuk mengobati
demineralisasi tulang
6. Anjurkan untuk
mengkonsumsi suplemen tersebut di
tengah-tengah saat makanan
12 Intoleransi aktivitas b.d. Klien mengatakan lemas/lelah 1. Monitor kadar Hb dan Hct
Anemia karena kekurangan EPO berkurang/hilang sebagai indicator suplai oksigen pada
Anemia hemolitikum karena uremia, rusak oleh Tanda vital dalam batas normal klien
blood pump, rusak saatkeluar dari jarum karena QB Pallor berkurang/hilang 2. Berikan zat besi dan EPO
yang besar Hb dan Hct meningkat sesuai anjuran
Anemia defisinsi besi karena darah tersangkut di Klien mampu melakukan aktivitas sehari-
3. Berikan folic acid sesudah
dializer, blood line, needle hari tanpa kelelahan
dialysis
Malnutrisi
4. Berikan istirahat yang cukup
Proses katabolisme hemodialisis 5. Ajarkan klien untuk
merencanakan kegiatan dan
Karakteristik: menghindari kelelahan
Klien mengeluh lemas dan mudah lelah 6. Usahakan meminimalkan
Klien nampak lelah kehilangan darah selama dialysis
Pallor (+)
7. Observasi adanya perdarahan
Tachikardi
pada daerah penusukan
Napas pendek
8. Modifikasi heparin untuk
Hb dan hematokrit rendah
mencegah adeanya resiko perdarahan
13 Perubahan pola eliminasi BAB: konstipasi b.d. Pola defekasi normal 1. Kaji pola eliminasi BAB
Menurunnya motilitas saluran cerna Klien mengatakan BAB lancer klien, auskultasi bising usus
Pembatasan air Kobnsistensi feces lembut 2. Dorong klien untuk
Modifikasi diet melakukan ambulasi semampunya
Ketidakseimbangan elektrolit untuk meningkatkan peristaltic usus
3. Berikan pelembek feces
Karakteristik:
sesuai anjuran
Klien mengeluh susah BAB
4. Ajarkan klilen untuk
Klen mengatakan sudah lebih dari tiga hari tidak
menghjindari laksatif yang
BAB
mengandung magnesium
Klien mengatakan BAB keras.
14 Perubahan pola eliminasi BAB: diare b.d. Pola defekasi normal dengan criteria: 1. Catat jumlah BAB untuk
Inflamasi gastrointestinal sekunder terhadap ureum Klien mengatan BAB tidak mencret memonitor kehilangan cairan dan
Efek samping kayeksalat Konsistensi feces normal elektrolit
BAB tidak sering (1-2X/hari) 2. Monitor kadar elektrolit
Karakteristik terutama kalium, kalsium, dan bicnat
Klien mengeluh BAB mencret saat klien mengalami diare persisten
Frekuensi BAB sering
3. Anjurkan/berikan untuk
Konsistensi feces cair
meminum cairan yang mengandung
elektrolit yang aman (yang
mengalami deficit)
4. Berikan perawatan perianal
dengan hati-hati menggunakan lotion
untuk memelihara keutuhan kulit
perianal
5. Berikan asupan cairan
pengganti bila dehidrasi
6. Berikan antidiare sesuai
anjuran
15 Perubahan pola eliminasi BAK b.d. Pola mikturisi mengalami modifikasi 1. Kaji pola eliminasi BAK
Penurunan fungsi filtrasi ginjal oleh mesin dialysis klien; jumlah urine perhari, frekuensi
BAK/hari, Karakter urin, keluhan
Karakteristik: saat BAK
Klien mengatakan BAK sedikit 2. Berikan diuretic sesuai
Anuri (+) anjuran
Oliguri (+)
3. Anjurkan untuk minum
GFR < 15 cc/mnt
sejumlah urin ditambah 500cc
4. Lakukan penarikan ultra
filtrasi sesuai BB kering
18 Kesedihan yang mendalam b.d Mengekspresikan perasaanyang Membantu klien dalam melalui proses
Hilangnya fungsi ginjal berhuibungan dengan kehilangan kesedihan:
Gagalnya alat-alat akses Menyatakan realitas kehilangan 1. Fase penolakan
Hilangnya fungsi peran Mengekspresikan pandangan akan masa o Jujur mengenai hal
yang akan dating kehilangan
Karakteristik:
o Menyatakan bahwa
Adanya ekspresi:
penolakan adalah hal yang normal
o Kemarahan
2. Fase kemarahan
o Penolakan
o Toleran dan sabar terhadap sikap
o Rasa bersalah
klien untuk mencegah penggunaan
o Perilaku menarik diri mekanisme pertahanan diri
o Memfasilitasi klien dalam
mengekspresikan kemarahan
dalam cara yang konstruktif dan
dapat diterima
o Mengeksplorasi perasaan bersalah
pada klien
3. Fase penyadaran
o Memberikan dukungan dan
penerimaan
o Menganjurkan klien untuk berbagi
perasaan dengan orang lain
o Menunjukkan kepada klien bahwa
perilaku menangis adalah hal yang
dapat diterima dan sehat
4. Fase penerimaan
o Membantu klien dalam
memformulasikan tujuan dan
penyesuaian
o Menggali persepsi klien akan
perubahan yang ditimbulkan
penyakit ginjak kronis
Mengadakan diskusi dengan klien
penderita penyakit ginjal kronis
lain tentang bagaimana
memberikan respon terhadap
penyakit.
19 Perubahan konsep diri b.d. Citra diri meningkat 1. Tunjukan penerimaan kepada
Hilangnya fungsi ginjal Mengambil tanggung jawab peran klien, bahwa klien adalah manusia
Perubahan gambaran diri Berpartisipasi dalam pengambilan yang berharga
Perubahan peran keputusan 2. Membantu klien dalam
Perubahan kendali diri melalui perasaan kecewa akibat
kehilangan
Karakteristik:
3. Gali makna dari penyakit dan
Perilaku tergantung
therafi bersama klien
Menarik diri
4. Bantu klien mengenali
Mengkritik diri secara berlebih
sumber kecemasan yang
Ekspresi ketidakberdayaan
berhubungan dengan perubahan citra
diri
5. Gunakan problem solving
dan role play bersama klien untuk
meminimalkan kecemasan
6. Fokuskan kekuatan dan
potensi yang ada pada klien
7. Kurangi tekanan pada
kegagalan dan ketidakberdayaan
8. Hindari pujian palsu
9. Dorong untuk interaksi social
20 Resiko terjadi shock hipovolemi b.d. Tidak terjadi shock hipovolemik dengan 1. Observasi tanda vital tiap
UFR tinggi kriteria jam/sesuai keadaan, kaji keluhan
UF di bawah BB kering Tanda vital dalam batas normal 2. Anjurkan untuk membatasi
Sirkulasi ekstrakorporeal UF tidak melewati BB kering peningkatran BB < 5% BB kering
Perdarahan Sirkulasi ekstra corporeal minimal 3. Kaji ulang BB kering klien
4. Kaji ulang pemakain ginjal
Faktor resiko:
dengan volume priming minimal
Klien mengeluh pusiong
UFR Tinggi
Penurunan tensi
UF melewati BB kering
Terdapat sirkulasi ekstra corporeal
21 Resiko terjadi perdarahan b.d. Perdarahan tidak terjadi dengan criteria: 1. Observasi tanda vital, tanda-
Heparinisasi Melena (-) tanda perdarahan seperti petechiae,
Uremia Petechiae (-) ekimosis, perdaran gusi, rembesan
Anemia Hematuri (-) pada luka penusukan yang
Ekimosis (-) berlebihan, melena, hematuri
Faktor resiko: Perdarahan gusi (-) 2. Berikan heparin dalam dosis
Pemberian heparin Rembesan pada luka tusuk minimal yang aman melalui cara pemberian
Kadar ureum yang tinggi Pemberian heparin terkendali yang tepat
Kadar Hb yang rendah Kadar ureum terkendali
3. Evaluasi pasca dialysis akan
Terdapat luka tusuk Kada Hb terkoreksi
adanya rembesan dan lamanya waktu
pembekuan
4. Kaji kadar ureum pre dialysis
untuk mengantisipasi perdarahan
5. Kaji kadar Hb, koreksi dulu
bila memungkinkan.
6. Kaji clotting time dan
bleeding time
22 Resiko terjadi kloting b.d. Kloting tidak terjadi dengan criteria 1. Inspeksi bubble trap dari
Sirkulasi ekstrakorporeal Sirkulasi ekstra corporeal lancer adanya busa/clot
Darah bersentuhan dengan alat-alat dialysis Dosis heparin sesuai kebutuhan/BB 2. Inspeksi dializer dari adanya
Heparinisasi tidak adekuat Akses paten warna darah yang lebih hitam (cloted
UFR tinggi QB optimal dializer) dengan cara membilas
QB rendah UF < 5% BB kering dengan NaCl
Akses darah tidak adekuat 3. Optimalkan QB sesuai BB
4. Batasi peningkatan BB klien
Faktor resiko:
< 5% BB kering
Adanya sirkulasi ekstrakorporeal
5. Berikan dosis heparin sesuai
Adanya kontak dengan benda asing/alat dialysis
BB/kondisi
Heparinisasi yang tidak adekuat
Akses darah tidak paten 6. Cek CT dan BT bila
QB rendah ditemukan gejala kloting
UFR tinggi 7. Lakukan priming soacking
Busa/kloting di bubble trap dan UF pada sirkulasi tertutup secara
Cloted dializer adequate
23 Resiko terjadi Emboli udara b.d. Emboli udara tidak terjadi dengan 1. Observasi tanda vital tiap
Adanya akses masuk udara via sirkulasi criteria: jam/sesuai kondisi, waspadai gejala
ekstrakorporeal Tanda vital normal, tidak terdapat gejala emboli
emboli pada klien seperti sesak nyeri 2. Lakukan kanulasi dengan
Faktor resiko: dada cermat sehingga bebas dari udara
Proses kanulasi tidak tepat/kencang/teliti, klem tidak Prosese kanulasi aman
3. Periksa klem-klem tiap jam
kencang. Klem-klem aman
4. Pastikan bubble detector
Detector udara aktif, bubble trap siap
aktif
5. Lakukan penyambungan
blood line dengan fistula needle
dengan cermat sehingga terbebas dari
udara
6. Lakukan priming dengan
baik sehingga gelembung udara
daapat terbilas
7. Atur bubble trap dengan
permukaan darah mengisi 2/3 .
24 Resiko menggigil b.d. Menggigil tidak terjadi dengan criteria: 1. Lakukan reuse sesuai protap untuk
Priming tidak adekuat Proses reuse dilakukan secara adekuat mencegah MO masuk
Proses reuse tidak adekuat Priming, rinsing, UF pada sirkulasi 2. Lakukan soacking pada
Water treatment terkontaminasi tertutup adekuat kompartemen dialisat ginjal buatan
Rinsing tidak adekuat Water treatment aman dari min. 10 mnt
UF pada sirkulasi tertutup tidak adekuat kontaminan/rutin dikontrol
3. Lakukan priming pada kompartemen
Daya tahan tubuh lemah
darah ginjal buatan min 2 labu
normal salin, untuk ginjal baru 1 labu
Factor resiko:
4. lakukan rinsing kimiawi dan air
Penggunaan ginjal reuse
(sesuai kebijakan masing-masing
Kontaminasi water treatment
institusi) min 40 mnt.
Priming, rinsing, UF pada sirkulasi tertutup tidak
adekuat 5. Lakukan pemeriksaan secara berkala
K/U klien lemah pada instalasi water treatment
termasuk uji kandungan air murni
6. Tingkatkan daya tahan tubuh, salah
satunya dengan melakukan koreksi
pada malnutrisi
25 Gangguan fungsi seksual b.d Fungsi seksual meningkat 1. Kaji status seksual klien dan
Penurunan libido Dengan criteria pasangan
Penurunan fungsi ereksi Keluhan penurunan gairah berkurang 2. Kaji factor penyebab yang berkaitan
Penurunan hormone testoteron Klien mengetahui pengaruh PGK dengan gangguan fungsi seksual
Anemia terhadap kehidupan seksual klien
Uremikum Klien melakukan modifikasi hubungan
3. Berikan penjelasan kepada klien dan
infertil seksual
pasangan tentang pengaruh PGK
Karakteristik
terhadap fungsi seksual
Keluhan tidak bergairah
4. Kolaborasi dengan seksolog
Tidak bisa ereksi
Tidak haid 5. Kolaborasi untuk koreksi anemia,
azotemia
III. Implementasi dan Evaluasi
Setelah melakukan pengkajian, penyusunan diagnosa keperawatan, dan perencanaan intervensi, kita
melakukan implementasi dengan mengaplikasikan intervensi yang sudah disusun. Setiap tindakan yang dilakukan
didokumentasikan dengan respon dari klien