Anda di halaman 1dari 48

Tanggal dan jam pengkajian :

Pengkaji :

A. IDENTITAS PASIEN

Nama (Inisial) :
Usia / tanggal lahir :
Jenis kelamin :
Alamat :
Suku / bangsa :
Status pernikahan :
Agama / keyakinan :
Pekerjaan / sumber penghasilan :
Diagnosa medik :
No. RM :
Tanggal masuk :

B. IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB

Nama :
Usia :
Jenis kelamin :
Pekerjaan / sumber penghasilan :
Hubungan dengan klien :

C. KELUHAN UTAMA
Keluhan yang paling dirasakan oleh klien diantara keluhan yang dirasakan yang didapatkan secara langsung dari pasien/ keluarga.
D. RIWAYATKESEHATAN

1. Riwayat Kesehatan Sekarang


Riwayat kesehatan sekarang didapatkan mulai dari pasien mengalami keluhan sampai mencari pelayanan kesehatan sampai
,mendapatkan terapi dan harus menjalani terapi HD (pasien HD pertama).
Kondisi atau keluhan yang di rasakan oleh pasien setelah HD sampai HD kembali(bagi pasien menjalani HD rutin).

2. Riwayat kesehatan lalu


Riwayat kesehatan dahulu di dapatkan dari pengalaman pasien mengalami kondisi yang berhubungan dengan gangguan system
urinaria(missal DM,hipertensi,BPH dll)

3. Riwayat kesehatan keluarga


Di dapatkan dari riwayat penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit pasien sekarang (DM,hiperensi ,penyakit sistem
perkemihan)
E. POLA KEBUTUHAN DASAR (Virginia handerson)

Di kaji sebelum sakit dan saat HD(pasien HD pertama)


Di kaji HD sebelumnya dan saat HD kembali(pasien HD rutin)

1. Oksigenasi
Meliputi fungsi pernafasan (RR, alat bantu pernafasan)

2. Nutrisi
Dikaji riwayat diit makan dan minum sebelum sakit yang meliputi jenis, frekuensi.
Dikaji kepatuhan klien terhadap diitnya

3. Eliminasi ( BAB & BAK )


Dikaji Frekuensi dan kapasitas

4. Aktivitas / mobilitas fisik


Dikaji dari pekerjaan sehari-hari yang berkaitan dengan penyakit GGK

5. Istirahat dan Tidur


Adakah gangguan pola tidur

6. Pola Berpakaian
Dilakukan secara mandiri / tidak

7. Kebutuhan bekerja
Dikaji masih dapat bekerja atau tidak setelah sakit

8. Pola Mempertahankan Temperatur Tubuh


Memakai pakean tebal jika dingin
Memakai pakean tipis jika panas
Dilakukan secara mandiri / tidak

9. Personal hygiene
Mandi
Cuci rambut
Gunting kuku
Gosok gigi
Dilakukan secara mandiri / tidak

10. Rekreasi
Jenis rekreasi yang dilakukan

11. Pola rasa aman dan nyaman


Merasa nyaman bersama keluarga
Merasa nyaman dengan perawat
Merasa nyaman jika dirumah
Gangguan rasa nyaman dengan nyeri (jika ada) dan sesak

12. Pola berkomunikasi


Bahasa
Lancar / tidak

13. Pola sepiritual


Harapan klien dengan penyakitnya, bagaimana menjalankan ibadahnya.

14. Pola belajar


Kondisi penyakit klien sudah mengerti atau belum tentang penyakit, diit, terapi yang dijalani, pembatasan cairan, prognosis penyakit.

F. PEMERIKSAAN FISIK
1. Kepala :
- Rambut rontok
- Neuro :
penurunan kesadaran.
Nyeri ( pusing )
Kejang karena keracunan pada SSP
Kelemahan karena suplai O2 kurang
Baal ( mati rasa dan Kram ) karena rendahnya kadar Ca dan PH
- Mata :
Konjungtiva anemis
- Hidung :
Cuping hidung
- Mulut :
stomatitis, bleeding/ perdarahan, nafas bau ammonia.

2. Leher :
- Hiperparathyroid karena peningkatan reabsorbsi kalsium dari tulang,hiperkalemia, hiperkalsiuria, prembesaran vena jugularis.
3. Dada :
- bunyi nafas tambahan (Wheezing), otot bantu pernafasan, Dypsnue, edema pulmo, suara paru (ronkhi) , .bunyi jantung
4. Abdoment :
- Asites, gangguan peristaltik, bleeding
5. Ekstremitas :
- CRT > 4 detik, edema, nyeri, kekakuan otot
6. Integument :
- pruritis, kulit kering, warna kehitaman, turgor kulit jelek, bersisik dan dekubitus.

G. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

1. Pada pasien gagal ginjal pemeriksaan laboraturium meliputi :


a. Pemeriksaan darah
1) Pemeriksaan hematologi
- Hb menurun adanya anemia.
- Eritrosit
- Leukosit
- Trombosit
2) Pemeriksaan RFT ( renal fungsi test)
- Ureum ( 20-40 mg/dl)
- Kreatinin ( 0,5-1,5 mg/dl)
3) Pemeriksaan LFT (liver fungsi test )
4) Pemeriksaan elektrolit
- Klorida
- Kalium
- Kalsium
5) CCT (Clearance Creatinin Test)
6) GFR
b. Pemeriksaan urin :
1) Urin rutin
- Protein
penurunan pada kadar serum dapat menunjukan kehilangan protein melalui urine, perpindahan cairan, penurunan pemasukan, dan
penurunan sintesis,karena kekurangan asam amino esensialpemeriksaan Urin : ureum, kreatinin, elektrolit, osmolaritas, dan berat
jenis.
2) Urin khusus
- Benda keton
- Analisa kristal / batu
3) CCT

Pemeriksaan Laboratorium
Berguna Untuk menentukan ada tidaknya kegawatan, menentukan derajat GGK, menentukan gangguan sistem, dan
membantu menetapkan etiologi. Blood ureum nitrogen (BUN)/kreatinin meningkat, kalium meningkat, magnesium meningkat,
kalsium menurun, Kelainan hasil pemeriksaan Lab. lain: Creatinine darah naik, Hb turun, Urin: protein selalu positif.
a. Laboratorium.
Volume urine, Biasanya kurang dari 400 ml/ 24 jam (fase oliguria) terjadi dalam (24 jam 48) jam setelah ginjal rusak
1. Warna Urine, Kotor, sedimen kecoklatan menunjukan adanya darah.
2. Berat jenis urine Kurang dari l,020 menunjukan penyakit ginjal contohnya glomerulonefritis, pielonefritis dengan kehilangan
kemampuan memekatkan menetap pada l, 0l0 menunjukkan kerusakan ginjal berat
3. pH Lebih besar dari 7 ditemukan pada ISK, nekrosis tubular ginjal dan rasio urine/ serum saring (1 : 1)
4. Kliren kreatinin Peningkatan kreatinin serum menunjukan kerusakan ginjal.
5. Natrium Biasanya menurun tetapi dapat lebih dari 40 mEq/ ltr bila ginjal tidak mampu mengabsorpsi natrium.
6. Bikarbonat Meningkat bila ada asidosis metabolik.
7. Protein Proteinuria derajat tinggi (+3 +4 ) sangat menunjukkan kerusakan glomerulus bila Sel darah merah dan warna Sel darah
merah tambahan juga ada. Protein derajat rendah (+1 +2) dan dapat menunjukan infeksi atau nefritis intertisial.
8. Warna tambahan Biasanya tanda penyakit ginjal atau infeksi tambahan warna merah diduga nefritis glomerulus.
9. Hemoglobin, Menurun pada anemia.
10. Sel darah merah, Sering menurun mengikuti peningkatan kerapuhan / penurunan hidup.
11. Kreatinin, Biasanya meningkat pada proporsi rasio (l0:1)
12. Osmolalitas, Lebih besar dari 28,5 m Osm/ kg, sering sama dengan urine.
13. Kalium, Meningkat sehubungan dengan retensi urine dengan perpindahan seluler (asidosis) atau pengeluaran jaringan (hemolisis sel
darah merah).
14. Natrium, Biasanya meningkat, tetapi dapat bervariasi.
15. pH, Kalium & bikarbonat, Menurun.
16. Klorida fosfat & Magnesium, Meningkat.
17. Protein, Penurunan pada kadar serum dapat menunjukan kehilangan protein melalui urine, perpindahan cairan penurunan pemasukan
dan penurunan sintesis karena kekurangan asam amino esensial.

Pemeriksaan Radiologi
a. Pemeriksaan EKG, Untuk melihat adanya hipertropi ventrikel kiri, tanda perikarditis, aritmia,dan gangguan elektrolit (hiperkalemi,
hipokalsemia). Kemungkinan abnormal menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit dan asam/basa.
b. Pemeriksaan USG(ultrasonografi), untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal korteks ginjal, ureter proksimal dan kandung
kemih.
c. Pemeriksaan Radiologi, Renogram, Intravenous Pyelography, Retrograde Pyelography, Renal Aretriografi dan Venografi, CT Scan,
MRI, Renal Biopsi, pemeriksaan rontgen dada, pemeriksaan rontgen tulang, foto polos abdomen
d. Foto Polos Abdomen
Sebaiknya tanpa puasa, karena dehidrasi akan memperburuk fungsi ginjal. Menilai bentuk dan besar ginjal dan apakah ada batu atau
obstruksi lain.
e. Pieolografi Intra-Vena (PIV)
Dapat dilakukan dengan cara intravenous infusion pyelography, untuk menilai sistem pelviokalises dan ureter.
f. Pemeriksaan Pielografi Retrograd
Dilakukan bila dicurigai ada obstruksi yang reversibel.
g. Pemeriksaan Foto Dada
Dapat terlihat tanda-tanda bendungan paru akibat kelebihan air (fluid overload), efusi pleura, kardiomegali dan efusi perikadial.
h. Pemeriksaan Radiologi Tulang
Mencari osteodistrofi dan kalsifikasi metastatik.
i. Pemeriksaan biopsi ginjal
Diagnosis histologi dari penyakit ginjal membutuhkan biopsi ginjal. Biopsi ginjal yaitu mengambil jaringan dan kemudian diperiksa
dengan mikroskop cahaya.

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan pada penyakit ginjal dan batasan karakteristiknya


1. Kelebihan volume cairan
Batasan karakteristik

Subjektif
Ansietas
Dipsnea atau bernapas dangkal

Objektif
Bunyi napas tidak normal (ronkhi basah halus atau ronkhi basah kasar)
Perubahan elektrolit
Anasarka
Ansietas
Perubahan tekanan darah
Perubahan status mental
Perubahan pola respirasi
Penurunan hemoglobin dan hematokrit
Edema
Oliguria
Efusi pleura
Gelisah
Pertambahan berat badan dalan periode singkat
Perubahan berat jenis

Faktor yang berhubungan


Disfungsi ginjal, gagal jantung,retensi natrium,imobilitas,dan aktivitas lainnya

2. Gangguan pertukaran gas


Batasan karakteristik

Subjektif
Dispnea
Sakit kepala pada saat bangun

Objektif
Gas darah arteri tidak normal
pH arteri tidak normal
ketidaknormalan frekuensi,irama, dan kedalaman pernapasan.
Warna kulit tidak normal(missal: pucat dan kehitaman)
Hipoksia
Hipoksemia
Gelisah
Takikardia
Edema pulmo
Suara paru (ronkhi)

Faktor yang berhubungan


Ketidakseimbangan perfusi-ventilasi

3. Gangguan perfusi jaringan renal


Batasan karakteristik
Objektif
Perubahan tekanan darah diluar parameter yang dapat diterima
Tidak ada denyut arteri
Peningkatan rasio BUN(Blood Urea Nitrogen)/kreatinin
Hematuria
Oliguria/anuria
Kulit berwarna pucat saat dinaikkan

Faktor yang behubungan


Penurunan konsentrasi hemoglobin dalam darah.

4. Intoleransi aktivitas
Batasan Karakteristik
Subjektif
Ketidaknyamanan atau dispnea yang membutuhkan pengerahan tenaga.
Melaporkan keletihan atau kelemahan secara verbal.

Objektif
Denyut jantung atau tekanan darah tidak normal sebagai respon terhadap aktivitas.
Perubahan EKG selama aktivitas yang menunjukkan aritmia atau iskemia.
Skala intoleransi aktv. 1-5..

Fakor yang berhubungan :


Ketidakseimbangan suplai oksigen

5. Gangguan integritas kulit


Batasan karakteristik
Objektif
Gangguan pada permukaan kulit(epidermis)
Kerusakan pada lapisan kulit (dermis)

Faktor yang berhubungan


Peningkatan ureum
6. Resiko gangguan nutrisi
Batasan karakteristik
Subjektif
Merasakan ketidakmampuan untuk mengingesti makanan
Melaporkan kurangnya makanan
Kram abdomen

Objektif
Tidak tertarik untuk makan
Kerapuhan kapiler
Kehilangan rambut yang berlebihan
Kurang minat pada makanan
Kelemahan otot untuk mengunyah atau menelan
Konjuntiva dan membran mukosa pucat
Tonus otot buruk
Menolak untuk makan
Kurang informasi
ABCD

Faktor yang berhubungan :


Faktor fisiologis

7. Penurunan curah jantung


Batasan karakteristik
Subjektif
Nyeri dada
Dispnea
Kelelahan
Napas pendek
Vertigo
Kelemahan

Objektif
Foto sinar X dada tidak normal(kongestif vaskuler paru)
Enzim jantung tidak normal
Perubahan status mental
Aritmia
Batuk
Penurunan curah jantung dengan termodelusi
Penurunan nadi perifer
Perubahan EKG
Edema
Peningkatan tekanan arteri paru
Peningkatan denyut jantung
Peningkatan kecepatan napas
Distensi vena jugularis
Okssigen vena bercampur
Oliguri
Ortopnea
Ronki basah
Kegelisahan
Perubahan warna kulit
Penggunaan otot-otot bantu
Hasil pembacaan tekanan darah berbeda-beda
Peningkatan berat badan
Mengi

Faktor yang berhubungan


Peningkatan beban kerja ventrikular
1. Resiko terjadinya cidera
2. Kurang pengetahuan
3. Deficit perawatan diri
4. Kecemasan (Numeric Scale )
I. INTERVENSI

n DX kep Intervensi
o
NOC NIC rasionalisasi
1 gangguan Hasil yang diharapkan : a. Inspeksi kulit terhadap Menandakan area
integritas kulit hangat, utuh, turgor Perubahan Warna, turgor, sirkulasi buruk, yang
kulit baik, perhatikan kemerahan,ekskoriasi.. dapat menimbulkan
tidak ada lesi dekubitus
b.
kji kaji keadaan kulit terhadap Sirkulasi darah yang
kemerahan dan adanya excoriasi. kurang menyebabkan
kulit mudah rusak dan
memudahkan timbulnya
dicubitus/ infeksi

c. Pantau masukan cairan dan R/ Deteksi adanya


hidrasi kulit, membran mukosa. dehidrasi yang
mempengaruhi integritas
jaringan pada tingkat
seluler.

d. Ganti posisi tiap 2 jam sekali, R/ Mengurangi/


beri bantalan pada tonjolan tulang menurunkan tekanan
, pelindung siku dan tumit.. pada daerah yang
edema, daerah yang
perfusinya kurang baik
untuk
mengurangi/menurunkan
iskemia jaringan

e. Jaga keadaan kulit agar tetap R/ Kulit yang basah


kering dan bersih. terus menerus memicu
terjadi iritasi yang
mengarah terjadinya
dikubitus.

f. Anjurkan pada klien untuk R/ Mencegah iritasi kulit


menggunakan pakaian yang tipis dan meningkatkan
dan kering yang menyerap evaporasi.
keringat dan bebas keriput.

g. Anjurkan pasien menggunakan R/ Menghilangkan


kompres lembab dan dingin. ketidaknyamanan dan
menurunkan resiko
cedera

h. Kolaborasi dalam pemberian R/ Mencegah penekanan


foam dan tempat tidur angin.. yang terlalu lama pada
jaringan yang dapat
membatasi ferfusi
seluler, sehingga dapat
mengurangi iskemik
jaringan
2 gngguan Tujuan : peningkatan 1. Awasi tanda vital kaji pengisian Rasional : memberikan
perfusi perfusi jaringan kapiler, warna kulit/membrane informasi tentang
jaringan mukosa, dasar kuku. derajat/keadekuatan
Kriteria hasil : perfusi jaringan dan
menunjukkan perfusi membantu menetukan
adekuat, kebutuhan
misalnya tanda vital stabil.
2. Tinggikan kepala tempat tidur Rasional : meningkatkan
sesuai toleransi. ekspansi paru dan
memaksimalkan
oksigenasi untuk
kebutuhan seluler.
Catatan : kontraindikasi
bila ada hipotensi

3. Awasi upaya pernapasan ; Rasional : dispnea,


auskultasi bunyi napas perhatikan gemericik
bunyi adventisius. menununjukkan
gangguan jajntung
karena regangan jantung
lama/peningkatan
kompensasi curah
jantung.

4. Selidiki keluhan nyeri Rasional : iskemia


dada/palpitasi. seluler mempengaruhi
jaringan miokardial/
potensial risiko infark

5. Hindari penggunaan botol Rasional : termoreseptor


penghangat atau botol air panas. jaringan dermal dangkal
Ukur suhu air mandi dengan karena gangguan
thermometer. oksigen.
Kolaborasi pengawasan
hasil pemeriksaan
laboraturium

6. Berikan sel darah merah Rasional :


lengkap/packed produk darah mengidentifikasi
sesuai indikasi. defisiensi dan kebutuhan
pengobatan /respons
terhadap terapi

7. Berikan oksigen tambahan sesuai Rasional :


indikasi. memaksimalkan
transport oksigen ke
jaringan.
3 intoleransi Tujuan : klien mampu 1. Kaji kemampuan ADL pasien. Rasional :
aktivitas berpartisipasi dalam mempengaruhi pilihan
aktifitas yang dapat intervensi/bantuan.
ditoleransi
2. Kaji kehilangan atau gangguan Rasional : menunjukkan
keseimbangan, gaya jalan dan perubahan neurology
kelemahan otot. karena defisiensi vitamin
B12 mempengaruhi
keamanan pasien/risiko
cedera

3. Observasi tanda-tanda vital Rasional : manifestasi


sebelum dan sesudah aktivitas. kardiopulmonal dari
upaya jantung dan paru
untuk membawa jumlah
oksigen adekuat ke
jaringan

4. Berikan lingkungan tenang, Rasional : meningkatkan


batasi pengunjung, dan kurangi istirahat untuk
suara bising, pertahankan tirah menurunkan kebutuhan
baring bila di indikasikan. oksigen tubuh dan
menurunkan regangan
jantung dan paru

5. Gunakan teknik menghemat Rasional : meningkatkan


energi, anjurkan pasien istirahat aktivitas secara bertahap
bila terjadi kelelahan dan sampai normal dan
kelemahan, anjurkan pasien memperbaiki tonus
melakukan aktivitas semampunya otot/stamina tanpa
(tanpa memaksakan diri).. kelemahan.
Meingkatkan harga diri
dan rasa terkontrol
4 kelebihan Tujuan : pasien
1. Monitor denyut jantung, tekanan
volume menunjukkan darah, CVP
cairan pengeluaran urin tepat 2. Catat intake & output cairan,
seimbang dengan termasuk cairan tersembunyi
pemasukan. seperti aditif antibiotic, ukur IWL
Kriteria Hasil : 3. Awasi BJ urin
Hasil laboratorium4. Batasi masukan cairan
mendekati normal 5. Monitor rehidasi cairan dan
BB stabil berikan minuman bervariasi
Tanda vital dalam batas 6. Timbang BB tiap hari dengan alat
normal dan pakaian yang sama
Tidak ada edema 7. Kaji kulit,wajah, area tergantung
untuk edema. Evaluasi derajat
edema (skala +1 sampai +4)
8. Auskultasi paru dan bunyi
jantung
9. Kaji tingkat kesadaran : selidiki
perubahan mental, adanya gelisah
10. kolaborasi :

a. Perbaiki penyebab, misalnya


perbaiki perfusi ginjal, me COP
b. Awasi Na dan Kreatinin Urine Na
serum, Kalium serumHb/ Ht
c. Rongent Dada
d. Berikan Obat sesuai indikasi : :
Furosemid, Manitol;
Antihipertensi : Klonidin,
Metildopa
e. Masukkan/pertahankan kateter
tak menetap sesuai indikasi
f. Siapkan untuk dialisa sesuai
indikasi
gangguan Tujuan : kebutuhan nutrisi1. Kaji/catat pemasukan diet status R./ Untuk mengetahui
nutrisi terpenuhi nutrisi dan kebiasaan makan. tentang keadaan dan
Kriteria hasil : -
kurang dr kebutuhan nutrisi pasien
kebutuhan menunujukkan sehingga dapat diberikan
peningkatan/mempertaha tindakan dan pengaturan
nkan berat badan dengan diet yang adekuat.
nilai laboratorium normal.
tidak mengalami tanda 2. Identifikasi perubahan pola R/ Mengetahui apakah
mal nutrisi. makan.. pasien telah
Menununjukkan perilaku, melaksanakan program
perubahan pola hidup diet yang ditetapkan
untuk
meningkatkan dan atau 3. Berikan makanan sedikit dan R/ Meminimalkan
mempertahankan berat sering.. anoreksia dan mual
badan yang sesuai.
4. Anjurkan pasien untuk mematuhi R/Kepatuhan terhadap
diet yang telah diprogramkan. diet dapat mencegah
komplikasi terjadinya
hipertensi yang lebih
berat

5. Tawarkan perawatan mulut, R/ Menghindari


berikan permen karet atau membran mukosa mulut
penyegar mulut diantara waktu kering dan pecah
makan.

6. Timbang berat badan setiap R./ Mengetahui


seminggu sekali. perkembangan berat
badan pasien (berat
badan merupakan salah
satu indikasi untuk
menentukan diet).
7. Kolaborasi: konsul dengan dokter R./ Nabic dapat
untuk pemberikan obat sesuai mengatasi/memperbaiki
dengan indikasi; Nabic, Anti asidosis. anti emitik
emetik dan anti hipertensi. akan mencegah
mual/muntah dan obat
anti hipertensi akan
mempercepat penurunan
tekanan darah.

8. Kolaborasi: konsul dengan ahli R./ Pemberian diet yang


gizi untuk pemberian diet tinggi sesuai dapat
kalori, rendah protein, rendah mempercepat penurunan
garam (TKRPRG). tekanan darah dan
mencegah komplikasi

7 anemia Tujuan : Terjadi


1. Pertahankan kebersihan tanpa R/ kekeringan
peningkatan kadar Hb. menyebabkan kulit kering. meningkatkan
sensitivitas kulit dengan
Kriteria : merangsang ujung saraf
Kadar Hb dalam batas
normal, 2. Cegah penghangatan yang R/ penghangatan yang
perfusi jaringan baik, akral berlebihan dengan berlebihan
hangat, merah dan kering. mempertahankan suhu ruangan meningkatkan
yang sejuk dengan kelembaban sensitivitas melalui vaso
yang rendah, hindari pakaian dilatasi
yang terlalu tebal.

3. Anjurkan tidak menggaruk. R/ Garukan merangsang


pelepasan histamin.

4. Observasi tanda-tanda vital.. Kolaborasi dalam:


Pemberian transfusi
Pemeriksaan
laboratorium Hb.
8 penurunan Tujuan : Tidak terjadi 1. Monitor tekanan darah, R/ Adanya edema paru,
curah penurunan curah nadi, catat bila ada perubahan kongesti vaskuler, dan
jantung jantung, tekanan darah akibat perubahan keluhan dispnea
posisi manunjukan adanya
2. renal failure
3.
4. R/ Hipertensi yang
5. Auskultasi suara jantung signifikan merupakan
dan paru. Evaluasi adanya edema, akibat dari gangguan
perifer, kongesti vaskuler dan renin angiotensin dan
keluhan dispnoe. aldosteron. Tetapi
ortostatik hipotensi juga
dapat terjadi akibat dari
defisit intravaskular
fluid.

R/ Kelemahan dapat
2. Kaji tingkat kemampuan klien terjadi akibat dari tidak
beraktivitas.dan batasi aktivitas lancarnya sirkulasi
berlebihan darah.dan b eban jantung
dipengaruhi oleh
aktivitas berlebihan

R/ meningkatkan
3. Beri tambahan O2 sesuai indikasi sediaan oksigen pada
miokard
4. Kolaborasi dalam:
Pemeriksaan laboratorium (Na,
K), BUN, Serum kreatinin,
Kreatinin klirens.
Pemeriksaan thoraks foto.
Pemberian obat-obatan anti
hipertensi.
ASKEP PADA PASIEN HEMODIALISA

PASIEN HEMODIALISA

Hemodialisis adalah suatu proses memisahkan sisa metabolisme yang tertimbun dalam darah dan mengatur
keseimbangan cairan dan elektrolit juga asam basa melalui sirkulasi ekstrakorporeal dengan menggunakan ginjal buatan.
Beberapa aspek yang mempunyai hubungan erat dengan masalah keperawatan antara lain : Ginjal buatan, Dialisat,
Pengolahan Air, Akses Darah, Antikoagulan, tekhnik Hemodialisa, Perawatan Pasien Hemodialisa, Kompliokasi akut
hemodialisa dan pengelolaannya, peranan perawat yang bekerja di luar HD (ruang perawatan biasa)

1. Ginjal Buatan
Suatu alat yang digunakan untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh, bila fungsi kedua ginjal sudah tidak memadai lagi
(Gagal Ginjal Terminal / GGT)
a. Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit.
b. Mengeluarkan racun-racun atau toksin yang merupakan komplikasi dari Gagal Ginjal Kronik (GGK)

Sedangkan fungsi hormaonal/ endokrin tidak dapat diambil alih oleh ginjal buatan. Dengan demikian ginjal buatan hanya
berfungsi sekitar 70-80 % saja dari ginjal alami yang normal.
Macam-macam gagal ginjal buatan :
a. Paraller-Plate Diyalizer
Ginjal pertama kali ditemukan dan sudah tidak dipakai lagi, karena darah dalam ginjal ini sangat banyak sekitar 1000 cc,
disamping cara menyiapkannya sangat sulit dan membutuhkan waktu yang lama.
b. Coil Dialyzer
Ginjal buatan yang sudah lama dan sekarang sudah jarang dipakai karena volume darah dalam ginjal buatan ini banyak sekitar
300 cc, sehingga bila terjadi kebocoran pada ginjal buatan darah yang terbuang banyak. Ginjal ini juga memerlukan mesin
khusus, cara menyiapkannya juga memerlukan waktu yang lama.
c. Hollow Fibre Dialyzer
Ginjal buatan yang sangat banyak saat ini karena volume darah dalam ginjal buatan sangat sedikit sekitar 60-80 cc, disamping
cara menyiapkannya mudah dan cepat.

2. Dialisat
Adalah cairan yang terdiri dari air, elektrolit dan zat-zat lain supaya mempunyai tekanan osmotik yang sama dengan darah
Fungsi Dialisat pada dialisit:
a. Untuk mengeluarkan dan menampung cairan dan sisa metabolisme
b. Untuk mencegah kehilangan zat-zat vital dari tubuh selama dialisa
Table perbandingan darah dan dialisat :
Darah Dialisat
1. Natrium/sodium 136mEq/L 1. Natrium/sodium 134mEq/L
2. Kalium/potassium 4,6mEq/L 2. Kalium/potassium 2,6mEq/L
3. Kalium 4,5mEq/L 3. Kalium 2,5mEq/L
4. Chloride 106mEq/L 4. Chloride 104mEq/L
5. Magnesium 1,6mEq/L 5. Magnesium 1,5mEq/L

Ada 3 cara penyediaan cairan dialisat :


1. Batch Recirculating
Cairan dialisat pekat dicampur air yang sudah diolah dengan perbandingan 1 : 34 hingga 120 L dimasukan dalam tangki air
kemudian mengalirkannya ke ginjal buatan dengan kecepatan 500 600 cc/menit.
2. Batch Recirculating/single pas
Hamper sama dengan cara batch recirculating hanya sebagian langsung buang.
3. Proportioning Single pas
Air yang sudah diolah dan dialisat pekat dicampus secara konstan oleh porpropotioning dari mesin cuci darah dengan
perbandingan air : dialisat 34 : 1 cairan yang sudah dicampur tersebut dialirkan keginjal buatan secara langsung dan langsung
dibuang, sedangkan kecepatan aliran 400 600 cc/menit.
3, Pengolahan air/ Water Treatment
Tujuan :
a. Mencegah infeksi nosokongial (sepsis)
b. Mencegah intoksikasi (trace element)
Air untuk mencampur dialisat pekat tidak perlu steril tetapi seharusnya tidak mengandung zat/elektrolit, mikroorganisme dan
benda-benda asing lainnya. Pada kenyataannya kandungan air biasanya cukup bervariasi, hal ini dipengaruhi oleh letak
geografis jenis sumber air, musim, sistim instalasi dan penjernihan air.

4. Akses Darah
Hemodialisme akan efektif jika dialisme dilakukan sekitar 2-6 jam/minggu pada pasien baru, sedangkan pada pasien yang
sudah stabil dan menjalani kronik hemodialisa sekitar 6 18 jam /minggu.
Untuk mendapatkan aliran darah yang besar ( sekitar 200 -300 cc/menit) selama 2-5 jam sangatlah sulit. Biasannya pada
pasien akut kita lakukan pada vena vemoralis, sehingga dapat diperoleh aliran darah yang besar.
Pada Penderita GGT dengan program HD berkala yaitu 2 -3 kali/minggu harus disiapkan penyambungan pembuluha darah
arteri dan vena.

Ada 2 macam cara :


a. Pintas (shunt) eksternal
Kanula khusus yang mengalirkan darah arteri langsung ke vena yang berdekatan. Kanula arteri dan vena dihubungan dengan
konektor sehingga pada saat dialisa konektor dibuka lalu kanula arteri dihubungkan ke slang yang mengalirkan darah ke ginjal
buatan dan kanula vena untuk memasukkan darah kembali ketubuh penderita. Komplikasi yang sering terjadi, seperti
pembekuan darah infeksi, oleh karena itu pemakaian pintas ini biasanya dibatasi lama pamakaiannya, paling lama 6 bulan.
Hal ini jarang dilakukan lagi.

b. Fistula Arteriovenisa Interna


Fistula Arteriovenisa Interna pertama kali dibuat oleh Brescia dan Cimino pada tahun 1966 yaitu menghubungan arteri dan
vena yang berdekatan dengan cara operatif, biasanya dilakukan pada daerah tangan. Aliran dan tekanan darah dalam vena
akan meningkat sehingga menyebabkan pelebaran lumen vena dan arterialisasi vena secara perlahan-lahan. Dengan
demikian memudahkan penusukan pembuluh darah sesuai dengan yang diharapkan.
5. Antikoagulan
Selama hemodialisa berlangsung diperlukan antikoagulan agar tidak terjadi pembekuan darah, yang biasanya digunakan
heparin. Pemakaian heparin ini dikenal dengan heparinisasi.
Macam heparinisasi :
a. Heparinisasi sistemik
Digunakan pada hemodialisa kronik yang stabil. Bolus heparin 1000 5000 unit tiap jam. Pada jam terakhir tidak diberikan lagi.
b. Heparinisasi regional
sedang haid) bolus heparin tetap diberiak sebanyak 1000 5000 unit, selanjutnya diinfuskan sebelum ginjal buatan dan
protamine sulfat sesudah ginjal buatan, sebelum darah masuk kedalam tubuh penderita. Jadi heparin diberikan pada sirkulasi
ekstrakorporeal saja.
c. Heparinisasi minimal
Diberikan hanya 500 unit saja pada awal tusukan karena penderita cenderung berdarah selanjutnya tidak diberikan lagi.

6. Tekhnik hemodialisa
Sebelum berbicara tentang tekhnik hemodialisa terlebih dahulu menjelaskan beberapa istilah :
a. Sirkulasi ekstrakorporeal
Sirkulasi diluar tubuh selama terjadi hemodialisa.
b. Sirkulasi sistemik
Sirkulasi dalam tubuh
c. Selaput semipermiabel
Selaput yang sangat tipis mempunyai pori-pori halus, hanya dapat dilihat dengan mikroskop.

d. Blood pump (Roller Pump)


Pompa mesin hemodialisa yang gunanya mengalirkan darah dari sirkulasi sistemik ke sirkulasi ekstrakorporea dan kembali lagi
ke sirkulasi sistemik selama proses hemodialisa.

e. Blood Lines
Selang darah yang mengalirkan darah dari tubuh penderita ke dyalizer disebut arteria blood lines/inlet, sedangkan selang yang
mengalirkan darah dari dyalizer ke tubuh penderita disebut venous blood line/outlet.

Persiapan mesin dan perangkat HD ;


a. Pipa pembuangan sudah masuk dalam saluran pembuangan
b. Sambungkan kabel mesin dengan stop kontak
c. Hidupkan mesin ke rinse selama 15-30 menit
d. Pindahkan ke posisi dialyze lalu sambungkan slang dialisat ke jaringan tempat dialisat yang telah disiiapkan.
e. Tunggu sampai lampu hijau
f. Tes conductivity dan temperatur
g. Gantungkan saline normal sebanyak 4 flatboth yang telah diberikan heparin sebanyak 25-30 unit dalam masing-masing flatboth
h. Siapkan ginjal buatan sesuai dengan kebutuhan pasien
i. Siapkan blood lines dan AV fiskula sebanyak2
j. Ginjal buatan dan blood lines diisi saline normal (priming)
k. Sambungkan dialisatelines pada ginjal buatan
l. Sambil mempersiapkan pasien slang inlet dan outlet disambungkan lalu jalankan blood pump (sirkulasi tertutup)

Persiapan Penderita :
Indikasi hemodialisa
a. Segera/ indikasi mutlak : over hidrasi atau edema paru, hiperkalemi, aliguri berat atau anuria, asidosis, hipertensi maligma.
b. Dini/ profilaksi : gejala uromia (mual muntah) perubahan mental, penyakit tulang, gangguan pertumbuhan dan seks, perubahan
kualitas hidup.

Bila penderita baru yang dating di ruang HD, sebelum kita melakukan HD terlebih dahulu periksa kembali hasil-hasil
pemeriksaan yang penting (Hb, hematokrit, ureum, kreatinin, dan HbsAg), hal ini perlu untuk menentukan tindak lanjut sperlu
untuk menentukan tindak lanjut suatu HD.
Langkah-langkah HD
a. Timbang dan catat BB
b. Ukur dan catat tekanan darah (dapat digunakan untuk menginterpretasikan kelebihan cairan)
c. Tentukan akses darah yang akan ditusuk
d. Bersihkan daerah yang akan ditusuk dengan betadine 10% lalu alcohol 70% kemudian ditutup pakai duk steril
e. Sediakan alat-alat yang steril didalam bak spuit kecil :spuit 2,5 cc sebanyak 1, spuit 1 cc 1 buah, mangkok kecil berisi saline
0,9% dan kasa steril
f. Sediakan obat-obatan yang perlu yaitu lidonestdan heparin
g. Pakai masker dan sarung tangan steril
h. Lakukan anestesi local didaerah akses darah yang akan ditusuk
i. Tusuk dengan AV fistula lalu berikan heparin sebanyak 2000 unit pada inlet sedangkan outlet sebanyak 1000 unit
j. Siap sambungkan ke sirkulasi tertutup yang telah disediakan
k. Aliran darah permulaan sampai 7 menit 75 ml/menitkemudian dinaikkan perlahan sampai 200 ml/menit
l. Temtukan TMP sesuai dengan kenaikkan berat badan
m. Segera ukur kemabali tekanan darah, nadi, pernapasan, akses darah yang digunakan dicatat dalam status yang telah tersedia.
7. Perawatan pasien Hemodialisa
Terbagi 3 yaitu ;
a. Perawatan sebelum hemodialisa
- Mempersiapkan perangkat HD
- Mempersiapkan mesin HD
- Mempersiapkan cara pemberian heparin
- Mempersiapkan pasien baru dengan memperhatikan factor Bio Psiko Sosial, agar penderita dapat bekerja sama dalam hal
program HD
- Mempersiapkan akses darah
- Menimbang berat bada, mengukur tekanan darah, nadi, pernapasan
- Menentuakn berat badan kering
- Mengambil pemeriksaan rutin san sewaktu

b. Perawatan Selama Hemodialisa


Selama HD berjalan ada 2 hal pokok yang diobservasi yaitu penderita dan mesin HD
1). Observasi terhadap pasien HD
- Tekanan darah, nadi diukur setiap 1 jam lalu dalam status
- Dosis pemberian heparin dicatat setiap 1 jam dalam status
- Cairan yang masuk perparenteral maupun peroral dicatat jumlahnya dalam status
- Akses darah dihentikan
2). Observasi terhadap mesin HD
- Kecepan aliran darah /Qb, kecepatan aliran dialisat/Qd dicatat setiap 1 jam
- Tekanan negatif, tekanan positif, dicatat setiap jam
- Suhu dialisa, conductivity diperhatikan bila perlu diukur
- Jumlah cairan dialisa, jumlah air diperhatikan setiap jam
- Ginjal buatan, slang darah, slang dialisat dikontrol setiap 1 jam.

c. Perawatan sesudah Hemodialisa


Ada dua hal penting yang perlu diperhatikan yaitu cara menghentikan HD pada pasien dan mesin HD
1). Cara mengakhiri HD pada pasien
- Untuk tekanan darah nadi sebelum slang inlet dicabut
- Ambil darah untuk pemeriksaan laboratorium
- Kecilkan aliran darah menjadi 75 ml/menit
- Cabut AV fistula intel/ lalu bilas slang inlet memakai saline normal sebanyak 50-100 cc, lalu memakai udara hingga semua
darah dalam sirkulasi ekstrakorporeal kembali ke sirkulasi sistemik
- Tekan pada bekas tusukan inlet dan outlet selama 5-10 menit, hingga darah berhenti dari luka tusukan
- Tekanan darah, nadi, pernapasan ukur kembali lalu catat
- Timbang berat badan lalu dicatat
- Kirimkan darah ke laboratorium

2). Cara mengakhiri mesin HD


- Kembalikan tekanan negative, tekanan positif, ke posisi nol
- Sesudah darah kembali ke sirkulasi sistemik cabut selang dialisat lalu kembalikan ke Hansen connector
- Kambalikan tubing dialisat pekat pada konektornya
- Mesin ke posisi rinse, lalu berikan cairan desifektan (hipoclhoride pekat) sebanyak 250 cc, atau cairan formalin 3% sebanyak
250 cc
- Bila formalin dibiarkan selama 1-2 x 24 jam, baru mesin dirinsekan kembali.

-
Asuhan Keperawatan Pasien Hemodialisis
I. Pengkajian

Keluhan:
Klien dengan hemodialisis biasanya mengeluhkan: Lemas, pusing, gatal, baal-baal, bengkak-bengkak, sesak, kram, BAK tidak
lancar, mual, muntah, tidak nafsu makan, susah tidur, berdebar, mencret, susah BAB, penglihatan tidak jelas, sakit kepala,
nyeri dada, nyeri punggung, susah berkonsentrasi, kulit kering, pandangan gelap, nyeri otot, nyeri pada penusukkan jarum,
rembes pada akses darah, keringat dingin, batuk berdahak/tidak.

Riwayat Kesehatan Saat Ini


Pengembangan Keluhan Utama dengan perangkat PQRST dan pengaruhnya terhadap aktivitas sehari-hari

Riwayat Kesehatan Dahulu


Menanyakan adanya riwayat infeksi saluran kemih, infeksi organ lain, riwayat kencing batu/obstruksi, riwayat konsumsi obat-

obatan, jamu, riwayat trauma ginjal, riwayat penyakit endokrin, riwayat penyakit kardiovaskuler, riwayat darah tinggi, riwayat
kehamilan, riwayat dehidrasi, riwayat trauma.

Riwayat Kesehatan Keluarga


Menanyakan riwayat polikistik, diabetes, hipertensi, riwayat penyakit ginjal yang lain. Cantumkan genogram min. tiga generasi.

Pemeriksaan Fisik
Aktivitas istirahat/tidur
o Lelah,, lemah atau malaise
o Insomnia
o Tonus otot menurun
o ROM berkurang
Sirkulasi
o Palpitasi, angina, nyeri dada
o Hipertensi, distensi vena jugularis
o Disritmia
o Pallor
o Hipotensi/hipertensi, nadi lemah/halus
o Edema periorbital-pretibial
o Anemia
o Hiperlipidemia
o Hiperparatiroid
o Trombositopeni
o Pericarditis
o Aterosklerosis
o CHF
o LVH
Eliminasi
o Poliuri pada awal gangguan ginjal, olguri dan anuri pada fase lanjut
o Disuri, kaji warna urin
o Riwayat batu pada saluran kencing
o Ascites, meteorismus, diare, konstipasi

Nutrisi/cairan
o Edema, peningkatan BB
o Dehidrasi, penurunan BB
o Mual, muntah, anorexia, nyeri ulu hati
o Efek pemberian diuretic
o Turgor kulit
o Stomatitis, perdarahan gusi
o Lemak subkutan menurun
o Distensi abdomen
o Rasa haus
o Gastritis ulserasi
Neurosensor
o Sakit kepala, penglihatan kabur
o Letih, insomnia
o Kram otot, kejang, pegal-pegal
o Iritasi kulit
o Kesemutan, baal-baal
Nyeri/kenyamanan
o Sakit kepala, pusing
o Nyeri dada, nyeri punggung
o Gatal, pruritus,
o Kram, kejang, kesemutan, mati rasa
Oksigenasi
o Pernapasan kusmaul
o Napas pendek-cepat
o Ronchi
Keamanan
o Reaksi transfuse
o Demam (sepsis-dehidrasi)
o Infeksi berulang
o Penurunan daya tahan
o Uremia
o Asidosis metabolic
o Kejang-kejang
o Fraktur tulang
Seksual
o Penurunan libido
o Haid (-), amenore
o Gangguan fungsi ereksi
o Produksi testoteron dan sperma menurun
o Infertile

Pengkajian Psikososial
o Integritaqs ego
o Interaksi social
o Tingkat pengetahuan tentang penyakit dan penatalaksanaannya
o Stress emosional
o Konsep diri

Laboratorium
o Urine lengkap
o Darah lengkap meliputi: Hb,Hct, L, Trombosit, LED, Ureum pre dan post, kreatinin pre dan post, protein total, albumin,
globulin, SGOT-SGPT, bilirubin, gama gt, alkali fosfatase, kalsium, fosfor, kalium, natrium, klorida, gula darah, SI, TIBC,
saturasi transferin, feritin serum, pth, vit D, kolesterol total, HDL, LDL, trigliserida, asam urat, Hbs Ag, antiHCV, anti HIV,
CRP, astrup:pH/P02/pC02/HCO3
o Biasanya dapat ditemukan adanya: anemia, hiperkalemia, hiperfosfatemia, hipokalsemi, ureumikum, kreatinin
meningkat, pH darah rendah, GD klien DM menurun
Radiologi
o Ronsen, Usg, Echo: kemungkinan ditemukan adanya gambaran pembesaran jantung, adanya batu saluran
kencing/ginjal, ukuran korteks, gambaran keadaan ginjal, adanya pembesaran ukuran ginjal, vaskularisasi ginjal.
o Sidik nuklir dapat menentukan GFR
EKG
o Dapat dilihat adanya pembesaran jantung, gangguan irama, hiperkalemi, hipoksia miokard.
Biopsi
o Mendeteksi adanya keganasan pada jaringan ginjal
II. Diagnosa dan Intervensi
DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI


1 Pola nafas tidak efektif b.d. Pola napas efektif dengan criteria: 1.Observasi tanda vital, kaji pola napas;
Over hidrasi: penumpukan cairan di paru Keluhan sesak berkurang/hilang kaji adanya kusmaul, periksa suara napas
Asidosis: pernapasan kusmaul Retraksi interkostalis (-) dari adanya ronchi.
Anemia Rr 16-20 X/mnt 2.Atur posisi semifowler
Hiperkalemi Pola napas kusmaul (-)
3.Berikan oksigen lembab sesuai
Sianosis (-)
kebutuhan.
Karakteristik Hb 10-11 mg/dl
4.Atur UFR dengan berdasar pada BB
Klien mengeluh sesak Orthopneu (-)
kering
RR > 30 X/mnt Dispneu (-)
Terdapat pola napas kusmaul Pallor (-) 5.Berikan dialisat bicnat
Retraksi interkostalis (+) Pch (-) 6.Lakukan ultrafiltrasi terpisah bila perlu
Pernapasan cuping hidung (+) 7.Berikan transfusi darah PRC bila Hb<
Sianosis pada akral (+)
8.Lakukan kolaborasi pemberian therafi
Pallor (+)
obat untuk mengkoreksi asidosis,
Ronchi (+)
anemia
Hb < 9 mg/dl
Dispneu (+)
Orthopneu (+)
Sputum berbusa darah (+)
2 Gangguan rasa nyaman: gatal b.d. Klien mengatakan gatal berkurang/hilang 1. Kaji warna kulit, tekstur, turgor dan
Akumulasi garam ureum pada kulit Kulit kering berkurang/menjadi lembab vaskularisasi untuk memberikan arah
Peningkatan kadar fosfat dan bersih intervensi yang sesuai
Hipersensitif terhadap heparin dan alat-alat dialysis Ureum frost ber(-) 2. Inspeksi adanya bruises, purpura dan
Perubahan tekstur kulit yang ekstrim UFR tidak ekstrim tanda infeksi untuk deteksi dini
Kondisi kulit yang kering Bekas garukan (-)
3. Berikan lotion pelembab untuk
Akumulasi calsium Priming dan socking adekuat
menurunkan kekeringan kulit
Penurunan aktivitas kelenjar keringat
4. Berikan salicil talk
Neuropati otonomi uremikum
Reaksi transfusi pada klien dengan transfusi 5. Berikan antihistamin sesuai anjuran
6. Berikan antipruritus sesuai anjuran
Karakteristik 7. Anjurkan klien untuk memelihara
Klien mengeluh gatal kuku pendek dan bersih.
Uruem frost (+)
8. Lakukan priming dan socking dan
Bekas garukan (+)
UF dalam sirkulasi tertutup secara
UFR
adekuat
Warna kulit menghitam
Pemakaian alat dialysis yang kurang adekuat 9. Anjurkan peningkatan BB
priming/soacking interdialitik tidak lebih dari 5% berat
Kulit kering badan kering

3 Gangguan rasa nyaman: nyeri saat insersi pada Keluhan pada saat ditusuk minimal 1. Lakukan penusukkan yang
tempat penusukkan b.d. insersi fistula needle. Saat penususkan ekspresi wajah tenang tepat dan hati-hati untuk mengurangi
resiko nyeri yang berlebihan
Karakeristik : 2. Berikan anestesi local pada
Klien mengeluh nyeri pada akses vaskuler saat daerah yang akan ditusuk untuk
dilakukan penusukkan. mengurangi rasa nyeri terutama saat
Ekspresi wajah tampak meringis punksi femoralis. Bisa berbentuk
Terdapat luka penusukkan untuk akses darah injeksi atau spray.
3. Ajarkan dan anjurkan teknik
relaksasi dan distrraksi
4. Lakukan kompres dingin
untuk memblok rasa nyeri
5. Kaji tingkat nyeri, apakah
hilang setelah penusukkan, menetap
atau bertambah

4 Gangguan rasa aman: penurunan daya tahan Daya tahan tubuh meningkat dengan 1. Kaji satus nutrisi, status gizi,
tubuh b.d. criteria status anemi/zat besi
Malnutrisi Status gizi meningkat 2. Anjurkan untuk mendapat
Anemia Hb > 10 mg/dl status nutrisi sesuai kebutuhan diet
Terpapar zat kimia seperti desinfektan, havox, Pucat (-) untuk klien dengan dialysis
formalin. Lemas (-)
3. Lakukan priming, soacking
Overhidrasi Tidak mengeluh mudah/sering sakit
dan ultra filtrasi pada sirkulasi
trertutup secara adekuat untuk
Karakteristik:
mengeluarkan zat-zat kimia
Status nutrisi rendah; massa otot kecil
4. Anjurkan kepada klien,
Hb < 10 mg/dl
keluarga dan tenaga kesehatan untuk
Pallor
mengenakan pelindung seperti
Klien mengeluh lemas
masker, menerapkan prinsip
Klien mengeluh sering sakit-sakita
universal precaution agar tidak
terpapar kontaminan
5. Kolaborasi untuk koreksi
anemi: EPO, terafi zat besi, dan
transfuse
6. terapkan prinsip a/anti septic
saat penusukan, pencabutan atau
menhindari paparan terhadap darah.
7. Lakukan pengontrolan rutin
terhadap water treatment
8. Anjuran untuk membatasi
peningkatan BB 5% berat badan
kering interdialitik
5 Gangguan rasa nyaman: kram b.d. Kram berkurang/hilang dengan criteria 1. Anjurkan klien untuk
Hipotensi Keluhan kram berkurang relaksasi, hiperekstensi bagian tubuh
UFR/penarikan cairan di bawah BB kering Otot yang kram rileks yang kram.
Kandungan sodium pada cairan dialisat rendah Klien nampak tenang 2. Lakukan distraksi, kaji
Hipokalsemi Tensi dalam batas normal penyebab kram, ukur tekanan darah
3. Bila disertai hipotensi,
Karakteristik: berikan normal salin;diikuti
Klien mengeluh kram pemberian larutan hipertonik
Otot pada anggota tubuh yang kram nampak tegang dianjurkan glukosa 40% (tidak
Klien nampak kesakitan diberikan pada klien diabetic)
Klien nampak gelisah 4. Kolaborasi pemberian
Tensi menurun kalsium iv bila hipokalsemi
5. Kolaborasi pemberian
relaksan oral 2 jam sebelum dialysis
6. Evaluasi BB kering klien,
atur UF Goal dengan hati-hati
7. Anjurkan kepada klien untuk
latihan peregangan pada anggota
badan yang serting kram
8. atur nilai sodium pada cairan
dialisat tidak terlalu rendah.

6 Resiko terjadi hipotensi b.d. Hipotensi tidak terjadi dengan criteria: 1. Monitor tanda vital tiap
Penurunan volume darah yang berlebihan akibat: Tanda vital dalam batas normal jam/lebih sering bila perlu sebagai
o Fluktuasi UFR Keluhan pusing, mual (-) deteksi dini hipotensi
o UFR yang tinggi akibat peningkatan BB UFR tidak lebih dari selisih BB per time 2. Kaji adanya keluhan mual,
yang tinggi dialysis < 5% BB kering pusing sebagai deteksi dini hipotensi
Mengkonsumsi OAH pada wakrtu yang
o BB kering yang terlalu rendah 3. Atur UFR dengan cara: BB
tepat
sebelum cuci dikurangi BB kering
o Sodium cairan dialisat terlalu rendah Menggunakan dialisat bicnat, Na
dibagi time dialysis tidak lebih dari
Penurunan fungsi vasokonstriksi akibat ditingkatkan, suhu diturunkan
5% BB kering
o Obat anti hipertensi (OAH) BB kering terkendali
4. Anjurkan tidak
o Cairan dialisat asetat mengkonsumsi OAH sebelum cuci
o Suhu cairan dialisat terlalu panas 5. Atur pemberian dialisat :
Penurunan fungsi jantung 1) Gunakan bicnat hindari asetat
o Kegagalan meningkatkan denyutan jantung 2) Tingkatkan nilai sodium
secara tepat karena penurunan pengisiannya akibat: 3) Turunkan suhu dialisat ke 34-
memakan bloker, neuropati otonom uremikum, 36C
ketuaan. 6. Re-evaluasi BB kering
o Ketidak mampuan meningkatkan kardiak 7. Anjurkan untuk tidak makan
output karena alas an lain : penurunan kontraktilitas secara berlebihan saat menjalani HD
otot jantung akibat ketuaan, hipertensi, aterosklerosis, 8. Bila diketahui tensi menurun
kalsifikasi miokardial, penyakit katup, amiloidosis dll dan terdapat keluhan pusing:
Sepsis, perdarahan samar, arritmia, hemolisis, emboli 1) Berikan oksigen lembab
udara, anafilksis 2) Atur posisi kepala lebih rendah
3) Turunkan UFR serendah
Karakteristik mungkin
Klien mengeluh pusing, mual, kram 4) Berikan normal salin 100
Tensi menurun cc/lebih
UFR tinggi 5) Berikan larutan hipertonis
Suhu dialisat rendah
Sodium dialisat terlalu rendah
Pemakan asetat dialisat
Ureum sangat tinggi
Riwayat mengkonsumsi OAH sebelum dialysis

7 Gangguan rasa nyaman: nyeri kepala b.d Ekspresi wajah tenang 1. Observasi tanda vital, kaji
Sindroma dis-eq ringan Keluhan sakit kepala berkurang/hilang tingkat nyeri
Penggunaan larutan dialisat yang mengandung asetat Gelisah (-) 2. Anjurkan relaksasi dan
Penarikan kafein dari darah secara mendadak bagi Minum kopi terkendali lakukan distraksi
klien peminum kopi Qb minimal
3. Turunkan QB sampai batas
Menggunakan dialisat bicnat
minimal (150 ml/mnt)
Karakteristik: Time dialysis terkendali
4. Ganti dialisat asetat dengan
Klien mengeluh sakit kepala
bicnat
Ekspresi wajah nampak meringis
Nampak gelisah 5. Berikan asetaminofen sesuai
Riwayat peminum kopi anjuran
QB tinggi 6. Anjurkan untuk membatasi
Penggunaan dialisat asetat kopi sebelum cuci darah
Time dialysis terlalu lama 7. Hentikan dialysis bila sakit
kepala tidak hilang
8 Gangguan rasa nyaman: nyeri dada/nyeri Keluhan nyeri dada/punggung 1. Kaji tanda vital
punggung b.d. berkurang/hilang 2. Anjurkan relaksasi, lakukan
First use syndrome Ekspresi wajah tenang distraksi, atur posisi yang nyaman
Angina Tanda vital normal
3. Turunkan QB, UFR
Hemolisis Klien tampak tenang
4. Berikan oksigen lembab bila
Emboli
perlu
Karakteristik: 5. Identifikasi penyebab nyeri
Klien mengeluh nyeri dada/pinggang dada, tentukan apakah dari dializer
Ekspresi wajah meringis baru, jantung, emboli, hemolisis
Tanda vital abnormal 6. Kolaborasi untuk koreksi
gelisah etiologi
7. Berikan analgetik sesuai
anjuran
8. Hentikan dialysis bila nyeri
menetap/bertambah

9 Gangguan keseimbangan cairan : berlebih b.d. Klien mengatakan bengkak 1. Monitor peningkatan tensi,
Penurunan fungsi ginjal dalam dalam mengatur berkurang/hilang edema perirbital dan peripheral
keseimbangan cairan dan elektrolit Klien mengatakan sesak berkurang 2. Auskultasi paru untuk
Edema (-) mengidentifikasi adanya cairan
Karakteristik: Peningkatan BB interdialitik tidak lebih dalam paru
Klien mengeluh bengkak-bengkak pada perut, wajah dari 5% BB kering
3. Ajarkan klien untuk
atau anggota gerak, sesak Pola napas normal, RR Normal
pentingnya pengendalian dan
Anuri/oliguri (+)
pengukuran air dan berat badan untuk
Hipertensi (+)
mencegah overhidrasi; jumlah air
Peningkatan BB yang signifikan
yang diminum = 500 cc + diuresis /
Pernapasan pendek-cepat
hari
Ronchi (+), edema paru
4. Ajarkan klien tentang diet
rendah sodium untuk mengontrol
edema dan hipertensi
5. Ajarkan klien agar
peningkatan BB interdialitik tidak
lebih dari 5% BB kering
6. Berikan oksigen lembab bila
sesak
7. Lakukan UF untuk mencapai
BB kering
8. Lakukan SQHD bila perlu

10 Perubahan pola nutrisi b.d. Keluhan mual-muntah, tidak napsu 1. Monitor BB, kadar ureum,
Pembatasan diet makan berkurang/hilang kreatinin, protein total, albumin, dan
Mual-muntah Protein total dan albumin dalam batas elektrolit sebagai indicator dari
Anoreksia normal adekuasi dialysis, status gizi dan
Penurunan BB kering BB kering terpelihara respon therafi
Gangguan keseimbangan elektrolit 2. Anjurkan perawatan mulut
untuk mencegah stomatitis,
Karakteristik: membuang bau mulut
Klien mengeluh mual-muntah, tidak nafsu makan
3. Berikan makanan porsi kecil
BB kering menurun
tapi sering dalam keadaan hangat
Bau mulut (+)
4. Anjurkan klien untuk
memilih makanan yang
diperbolehkan
5. Berikan makanan dengan
kalori 35 kcal/kgBB/hari untuk
mengimbangi proses katabolisme
dialysis dan memelihara BB kering
6. Batasi protein 1,2
gr/kgBB/hari dan batasi fosfat untuk
mengurangi metabolisme dan produk
ureum, kalium, fosfat dan H+
7. Berikan permen dan
sejenisnya untuk meningkatkan rasa
pada klien yang tidak menderita DM
11 Resiko terjadi injuri: fraktur tulang b.d. Tidak terjadi fraktur tulang 1. Kaji adanya hipokalsemia,
Gangguan absorbsi calsium Perlambatan penyakuit tulang (+) hiperfosfat, nyeri otot serta kaku
Gangguan sekresi fosfat Kadar calsium darah > 8 mg/dl sendi untuk mengetahui
Perubahan metabolisme kalsitriol kemungkinan resiko fraktur
2. Observasi adanya nyeri
tulang sebagai indikasi adanya
kerusakan tulang
3. Lakukan ROM dan dorong
klien berambulasi untuk merangsang
osteoblas dan mengurangi reasorbsi
tulang
4. Berikan lingkungan yang
aman untuk mengurangi resiko
kecelakaan, mis penerangan yang
cukup, pegangan tangan
5. Berikan Suplemen
kalsium,vit D dan fosfat binder sesuai
anjuran untuk mengobati
demineralisasi tulang
6. Anjurkan untuk
mengkonsumsi suplemen tersebut di
tengah-tengah saat makanan

12 Intoleransi aktivitas b.d. Klien mengatakan lemas/lelah 1. Monitor kadar Hb dan Hct
Anemia karena kekurangan EPO berkurang/hilang sebagai indicator suplai oksigen pada
Anemia hemolitikum karena uremia, rusak oleh Tanda vital dalam batas normal klien
blood pump, rusak saatkeluar dari jarum karena QB Pallor berkurang/hilang 2. Berikan zat besi dan EPO
yang besar Hb dan Hct meningkat sesuai anjuran
Anemia defisinsi besi karena darah tersangkut di Klien mampu melakukan aktivitas sehari-
3. Berikan folic acid sesudah
dializer, blood line, needle hari tanpa kelelahan
dialysis
Malnutrisi
4. Berikan istirahat yang cukup
Proses katabolisme hemodialisis 5. Ajarkan klien untuk
merencanakan kegiatan dan
Karakteristik: menghindari kelelahan
Klien mengeluh lemas dan mudah lelah 6. Usahakan meminimalkan
Klien nampak lelah kehilangan darah selama dialysis
Pallor (+)
7. Observasi adanya perdarahan
Tachikardi
pada daerah penusukan
Napas pendek
8. Modifikasi heparin untuk
Hb dan hematokrit rendah
mencegah adeanya resiko perdarahan

13 Perubahan pola eliminasi BAB: konstipasi b.d. Pola defekasi normal 1. Kaji pola eliminasi BAB
Menurunnya motilitas saluran cerna Klien mengatakan BAB lancer klien, auskultasi bising usus
Pembatasan air Kobnsistensi feces lembut 2. Dorong klien untuk
Modifikasi diet melakukan ambulasi semampunya
Ketidakseimbangan elektrolit untuk meningkatkan peristaltic usus
3. Berikan pelembek feces
Karakteristik:
sesuai anjuran
Klien mengeluh susah BAB
4. Ajarkan klilen untuk
Klen mengatakan sudah lebih dari tiga hari tidak
menghjindari laksatif yang
BAB
mengandung magnesium
Klien mengatakan BAB keras.

14 Perubahan pola eliminasi BAB: diare b.d. Pola defekasi normal dengan criteria: 1. Catat jumlah BAB untuk
Inflamasi gastrointestinal sekunder terhadap ureum Klien mengatan BAB tidak mencret memonitor kehilangan cairan dan
Efek samping kayeksalat Konsistensi feces normal elektrolit
BAB tidak sering (1-2X/hari) 2. Monitor kadar elektrolit
Karakteristik terutama kalium, kalsium, dan bicnat
Klien mengeluh BAB mencret saat klien mengalami diare persisten
Frekuensi BAB sering
3. Anjurkan/berikan untuk
Konsistensi feces cair
meminum cairan yang mengandung
elektrolit yang aman (yang
mengalami deficit)
4. Berikan perawatan perianal
dengan hati-hati menggunakan lotion
untuk memelihara keutuhan kulit
perianal
5. Berikan asupan cairan
pengganti bila dehidrasi
6. Berikan antidiare sesuai
anjuran

15 Perubahan pola eliminasi BAK b.d. Pola mikturisi mengalami modifikasi 1. Kaji pola eliminasi BAK
Penurunan fungsi filtrasi ginjal oleh mesin dialysis klien; jumlah urine perhari, frekuensi
BAK/hari, Karakter urin, keluhan
Karakteristik: saat BAK
Klien mengatakan BAK sedikit 2. Berikan diuretic sesuai
Anuri (+) anjuran
Oliguri (+)
3. Anjurkan untuk minum
GFR < 15 cc/mnt
sejumlah urin ditambah 500cc
4. Lakukan penarikan ultra
filtrasi sesuai BB kering

16 Gangguan rasa aman: cemas b.d. 1. Mengkaji tingkat kecemasan:


Perubahan konsep diri Karakteristik: a. Apabila ringan
Ancaman fungsi peran Perilaku yang tidak patuh sampai sedang, dilanjutkan
Ketidakpastian hasil terafi pengganti ginjal Penolakan dengan penyelesaian masalah
Batasan-batasan diet obat dan penanganan Cemas (problem solving)
Berkurangnya rasa kendali diri Mudah marah
b. Apabila berat-panik,
Peningkatan denyut jantung, RR, dan
kurangi tuntutan-tuntutan
Karakteristik: tensi
pada klien, mencegah
Perilaku yang tidak patuh Ketidakmampuan berkonsentrasi
prosedur yang tidak perlu,
Penolakan
gunakan teknik focusing dan
Cemas
relaksasi
Mudah marah
2. Mengkaji stressor tertentu
Peningkatan denyut jantung, RR, dan tensi terhadap ancaman-ancaman yang
Ketidakmampuan berkonsentrasi tidak spesifik dan umum
3. Menunjukkan sikap
pengertian
4. Mempertahankan cara yang
santai, tidak mengancam dan empati
5. Membantu mengidentifikasi
mekanisme koping yang biasa klien
gunakan
6. Identifikasi cara klien
meminimalkan stressor-stressor yang
dihadapinya
7. Berikan umpan balik realistis
terhadap ancaman nonspesifik yang
dihadapi klien
8. Gali cara-cara klien
mengontrol dirinya
9. Gali konsep diri klien dan
persepsi akan perasaannya
10. Berikan konsistensi terhadap
apa yang kita lakukan

17 Ketidakberdayaan b.d. Dapat mengidentifikasi area di mana 1. Bantu klien mengidentifikasi


Penyakit ginjal kronis klien dapat melakukan kendali diri perasaan-perasaan ketidakberdayaan
Ketidakmampuan untuk melakukan tanggung jawab Ikut terlibat dalam menentukan 2. Identifikasi faktor-faktor
peran keputusan dalam penanganan klien penyebab ketidakberdayaan
Kurangnya pengetahuan sendiri
3. Libatkan dalam pengambilan
Kehilangan kendali diri Menunjukkan fungsi peran yang
keputusan
memadai
4. Bantu klien mengenali situasi
yang dapat dan tidak dapat diubah
5. Berikan dukungan terhadap
penggunaan potensi yang ada
6. Berikan edukasi kepada klien

18 Kesedihan yang mendalam b.d Mengekspresikan perasaanyang Membantu klien dalam melalui proses
Hilangnya fungsi ginjal berhuibungan dengan kehilangan kesedihan:
Gagalnya alat-alat akses Menyatakan realitas kehilangan 1. Fase penolakan
Hilangnya fungsi peran Mengekspresikan pandangan akan masa o Jujur mengenai hal
yang akan dating kehilangan
Karakteristik:
o Menyatakan bahwa
Adanya ekspresi:
penolakan adalah hal yang normal
o Kemarahan
2. Fase kemarahan
o Penolakan
o Toleran dan sabar terhadap sikap
o Rasa bersalah
klien untuk mencegah penggunaan
o Perilaku menarik diri mekanisme pertahanan diri
o Memfasilitasi klien dalam
mengekspresikan kemarahan
dalam cara yang konstruktif dan
dapat diterima
o Mengeksplorasi perasaan bersalah
pada klien
3. Fase penyadaran
o Memberikan dukungan dan
penerimaan
o Menganjurkan klien untuk berbagi
perasaan dengan orang lain
o Menunjukkan kepada klien bahwa
perilaku menangis adalah hal yang
dapat diterima dan sehat
4. Fase penerimaan
o Membantu klien dalam
memformulasikan tujuan dan
penyesuaian
o Menggali persepsi klien akan
perubahan yang ditimbulkan
penyakit ginjak kronis
Mengadakan diskusi dengan klien
penderita penyakit ginjal kronis
lain tentang bagaimana
memberikan respon terhadap
penyakit.

19 Perubahan konsep diri b.d. Citra diri meningkat 1. Tunjukan penerimaan kepada
Hilangnya fungsi ginjal Mengambil tanggung jawab peran klien, bahwa klien adalah manusia
Perubahan gambaran diri Berpartisipasi dalam pengambilan yang berharga
Perubahan peran keputusan 2. Membantu klien dalam
Perubahan kendali diri melalui perasaan kecewa akibat
kehilangan
Karakteristik:
3. Gali makna dari penyakit dan
Perilaku tergantung
therafi bersama klien
Menarik diri
4. Bantu klien mengenali
Mengkritik diri secara berlebih
sumber kecemasan yang
Ekspresi ketidakberdayaan
berhubungan dengan perubahan citra
diri
5. Gunakan problem solving
dan role play bersama klien untuk
meminimalkan kecemasan
6. Fokuskan kekuatan dan
potensi yang ada pada klien
7. Kurangi tekanan pada
kegagalan dan ketidakberdayaan
8. Hindari pujian palsu
9. Dorong untuk interaksi social

20 Resiko terjadi shock hipovolemi b.d. Tidak terjadi shock hipovolemik dengan 1. Observasi tanda vital tiap
UFR tinggi kriteria jam/sesuai keadaan, kaji keluhan
UF di bawah BB kering Tanda vital dalam batas normal 2. Anjurkan untuk membatasi
Sirkulasi ekstrakorporeal UF tidak melewati BB kering peningkatran BB < 5% BB kering
Perdarahan Sirkulasi ekstra corporeal minimal 3. Kaji ulang BB kering klien
4. Kaji ulang pemakain ginjal
Faktor resiko:
dengan volume priming minimal
Klien mengeluh pusiong
UFR Tinggi
Penurunan tensi
UF melewati BB kering
Terdapat sirkulasi ekstra corporeal

21 Resiko terjadi perdarahan b.d. Perdarahan tidak terjadi dengan criteria: 1. Observasi tanda vital, tanda-
Heparinisasi Melena (-) tanda perdarahan seperti petechiae,
Uremia Petechiae (-) ekimosis, perdaran gusi, rembesan
Anemia Hematuri (-) pada luka penusukan yang
Ekimosis (-) berlebihan, melena, hematuri
Faktor resiko: Perdarahan gusi (-) 2. Berikan heparin dalam dosis
Pemberian heparin Rembesan pada luka tusuk minimal yang aman melalui cara pemberian
Kadar ureum yang tinggi Pemberian heparin terkendali yang tepat
Kadar Hb yang rendah Kadar ureum terkendali
3. Evaluasi pasca dialysis akan
Terdapat luka tusuk Kada Hb terkoreksi
adanya rembesan dan lamanya waktu
pembekuan
4. Kaji kadar ureum pre dialysis
untuk mengantisipasi perdarahan
5. Kaji kadar Hb, koreksi dulu
bila memungkinkan.
6. Kaji clotting time dan
bleeding time

22 Resiko terjadi kloting b.d. Kloting tidak terjadi dengan criteria 1. Inspeksi bubble trap dari
Sirkulasi ekstrakorporeal Sirkulasi ekstra corporeal lancer adanya busa/clot
Darah bersentuhan dengan alat-alat dialysis Dosis heparin sesuai kebutuhan/BB 2. Inspeksi dializer dari adanya
Heparinisasi tidak adekuat Akses paten warna darah yang lebih hitam (cloted
UFR tinggi QB optimal dializer) dengan cara membilas
QB rendah UF < 5% BB kering dengan NaCl
Akses darah tidak adekuat 3. Optimalkan QB sesuai BB
4. Batasi peningkatan BB klien
Faktor resiko:
< 5% BB kering
Adanya sirkulasi ekstrakorporeal
5. Berikan dosis heparin sesuai
Adanya kontak dengan benda asing/alat dialysis
BB/kondisi
Heparinisasi yang tidak adekuat
Akses darah tidak paten 6. Cek CT dan BT bila
QB rendah ditemukan gejala kloting
UFR tinggi 7. Lakukan priming soacking
Busa/kloting di bubble trap dan UF pada sirkulasi tertutup secara
Cloted dializer adequate

23 Resiko terjadi Emboli udara b.d. Emboli udara tidak terjadi dengan 1. Observasi tanda vital tiap
Adanya akses masuk udara via sirkulasi criteria: jam/sesuai kondisi, waspadai gejala
ekstrakorporeal Tanda vital normal, tidak terdapat gejala emboli
emboli pada klien seperti sesak nyeri 2. Lakukan kanulasi dengan
Faktor resiko: dada cermat sehingga bebas dari udara
Proses kanulasi tidak tepat/kencang/teliti, klem tidak Prosese kanulasi aman
3. Periksa klem-klem tiap jam
kencang. Klem-klem aman
4. Pastikan bubble detector
Detector udara aktif, bubble trap siap
aktif
5. Lakukan penyambungan
blood line dengan fistula needle
dengan cermat sehingga terbebas dari
udara
6. Lakukan priming dengan
baik sehingga gelembung udara
daapat terbilas
7. Atur bubble trap dengan
permukaan darah mengisi 2/3 .
24 Resiko menggigil b.d. Menggigil tidak terjadi dengan criteria: 1. Lakukan reuse sesuai protap untuk
Priming tidak adekuat Proses reuse dilakukan secara adekuat mencegah MO masuk
Proses reuse tidak adekuat Priming, rinsing, UF pada sirkulasi 2. Lakukan soacking pada
Water treatment terkontaminasi tertutup adekuat kompartemen dialisat ginjal buatan
Rinsing tidak adekuat Water treatment aman dari min. 10 mnt
UF pada sirkulasi tertutup tidak adekuat kontaminan/rutin dikontrol
3. Lakukan priming pada kompartemen
Daya tahan tubuh lemah
darah ginjal buatan min 2 labu
normal salin, untuk ginjal baru 1 labu
Factor resiko:
4. lakukan rinsing kimiawi dan air
Penggunaan ginjal reuse
(sesuai kebijakan masing-masing
Kontaminasi water treatment
institusi) min 40 mnt.
Priming, rinsing, UF pada sirkulasi tertutup tidak
adekuat 5. Lakukan pemeriksaan secara berkala
K/U klien lemah pada instalasi water treatment
termasuk uji kandungan air murni
6. Tingkatkan daya tahan tubuh, salah
satunya dengan melakukan koreksi
pada malnutrisi

25 Gangguan fungsi seksual b.d Fungsi seksual meningkat 1. Kaji status seksual klien dan
Penurunan libido Dengan criteria pasangan
Penurunan fungsi ereksi Keluhan penurunan gairah berkurang 2. Kaji factor penyebab yang berkaitan
Penurunan hormone testoteron Klien mengetahui pengaruh PGK dengan gangguan fungsi seksual
Anemia terhadap kehidupan seksual klien
Uremikum Klien melakukan modifikasi hubungan
3. Berikan penjelasan kepada klien dan
infertil seksual
pasangan tentang pengaruh PGK
Karakteristik
terhadap fungsi seksual
Keluhan tidak bergairah
4. Kolaborasi dengan seksolog
Tidak bisa ereksi
Tidak haid 5. Kolaborasi untuk koreksi anemia,
azotemia
III. Implementasi dan Evaluasi
Setelah melakukan pengkajian, penyusunan diagnosa keperawatan, dan perencanaan intervensi, kita
melakukan implementasi dengan mengaplikasikan intervensi yang sudah disusun. Setiap tindakan yang dilakukan
didokumentasikan dengan respon dari klien

Hasil respon dari klien menjadi bahan evaluasi u

Anda mungkin juga menyukai