Anda di halaman 1dari 13

Pengertian, Permainan dan Tujuan serta

Manfaat outbound
GANKMETRO APRIL 9, 2015 ARTIKEL OUTBOUND

Pengertian Outbound
Outbound adalah suatu bentuk dari pembelajaran segala ilmu terapan yang
disulasikan dan dilakukan di alam terbuka atau tertutup dengan bentuk permainan
yang efektif, yang menggabungkan antara intelegensia, fisik dan mental.

Sejarah outbound
Outbound merupakan inovatif yang ditemukan oleh cendikiawan berkebangsaan
Jerman yang bernama Dr. Kurt Hant. Beliau lahir di Jerman pada tanggal 5 Juni
1886. Ilmu dan ide terapan pendidikan inovatif outbound Kurt Hant bertahan dan
berkembang sampai saat ini. Sekarang semua kegiatan outbound di sesuaikan
dengan kebutuhan untuk mencapai tujuan yang di target.

Macam-macam outbound
Berdasarkan pemainnya outbound:

1. Outbound Anak/Kids
Outbound anak adalah suatu kegiatan outbound yang dilakukan oleh anak-
anak yang berumur berkisar antara umur 5 tahun keatas sampai umur 15
tahun. Biasanya outbound anak bertujuan mengembangkan kepencayaan
diri , keberanian dan daya kretifitas.
2. Outbound Dewasa/adult
Outbound dewasa adalah suatu kegiatan outbound yang di lakukan oleh
sesorang berumur lebih dari tujuh belas tahun keatas. Outbound dewasa
memiliki beragam permainan yang memacu jantung atau andrenalin seperti
arum jeram, art rope dan lain lain.
Berdasarkan jenis game outbound:

1. Outbound Soft Skill


Outbound soft skill adalah kegiatan outbound yang dilakukan untuk
pengembangan personal dan interpersonal, biasanya berupa kemampuan
(bakat)atau keterampilan.Permainan outbound soft skill ini dirancang
sedimikian rupa sehingga tidak perlukan fisik yang berlebih untuk
melakukanya.

1. Outbound Hard Skill


Outbound hard skill adalah kegiatan outbound yang dilakukan
untuk ketrampilan teknis atau penguasaan bidang sesorang sehingga mudah
dilakukan dan diterapkan. Biasanya outbound di fokuskan untuk ketrampilan
seseorng sehingga diperlukan kecepatan dan ketepatan.
Bedasarkan permainan outbound populer:

1. Outbound Training
2. Arum jeram (rafting)
3. Paint Ball (war game)
4. High Rope aktivity seperti Flaying Fox
5. Fun Outing
6. Family Gathering
7. Camping
Tujuan outbound:

1. Team building
Team building adalah bentuk dari peningkatan hubungan kerjasama, solid,
sinergi dan kekompakan tim atau kelompok.
2. Team work
Team work adalah suatu bentuk kerjasama tim untuk mencapai tujuan
bersama
3. Komunikasi.
Komunikasi adalah suatu proses dan tata cara menyampaikan informasi yang
tepat kepada seseorang maupun kelompok.
4. Leadhersip
Leadership adalah kekuatan proses dalam mempengaruhi seseorang atau
kelompok untuk mencapai tujuan yang di inginkan.
5. Konsentrasi
Kosentrasi adalah proses peningkatan daya fokus dan daya ingat fikiran
seseorang terhadap sesuatu.
6. Kreatifvitas
Kretivitas adalah suatu proses peningkatan suatu daya cipta atau ide baru
untuk dikembangkan.
7. Strategi Planning
Strategi planning adalah suatu perencanaan dari segi manajemen untuk
mencapai sasaran atau tujuan.
8. Analisis
Analisis adalah kemampuan untuk menelaah dan menyelidiki sesuatu
sehingga mudah dipahami dan dipecahakan.
9. Conviden
Covidence adalah peningkatan percaya diri terhadap kemampuan yang di
milikinya.

Manfaat outbound:

1. Menjalin Silahturohmi
2. Melepas penat atau kejenuhan rutinitas
3. Mendapatkan ilmu materi yang diisipkan dalam permainan outbound
4. Lebih mengenal lingkungan
5. Membangun percaya diri
6. Menganalisa kemampuan seseorang untuk keperluan manajemen

Incoming search terms:

pengertian outbound

outbound adalah

arti outbound

arti outbond

outbound artinya

kegiatan outbound

pengertian outbond

apa itu outbound

kegiatan outbond
tujuan outbound
LATAR BELAKANG MASALAH

Pembelajaran Pendidikan Jasmani sebagai bagian dari sistem pendidikan di Indonesia secara
keseluruhan tidak diragukan lagi peranannya dalam turut mendukung terciptanya manusia
Indonesia seutuhnya, selain bertujuan sehat jasmani tetapi juga sehat rohani. Sehat jasmani
memberikan pengertian bahwa melalui pendidikan jasmani akan mendukung dan mampu
beradaptasi terhadap tugas-tugas fisik sehari-hari untuk bergerak. Bergerak yang melibatkan
fungsi otot, jantung, paru dan peredaran darah (Cardio-vascular). Sementara itu sehat
rohani memiliki pengertian, adanya nilai-nilai yang harus dibentuk dan diaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari, baik dalam bentuk kematangan mental, sosial dan kepribadian dalam
berinteraksi dengan lingkungannya (Abdullah.A. 1998)
Bila melihat tujuan Pendidikan jasmani yang bernilai tinggi dan luhur tersebut, maka
menuntut upaya tindakan yang kreatif dari guru pendidikan jasmani dalam mewujudkan hal
tersebut. Tidak cukup dengan hanya mengantarkan siswa belajar Penjas pada jam sekolah
yang sangat terbatas waktu bergeraknya, tetapi harus mampu mendorong secara sadar
pada diri siswa bahwa untuk memenuhi sempitnya ruang dan waktu untuk bergerak di
sekolah melalui aktivitas gerak atau olahraga di luar sekolah. Ingat bahwa proses pendidikan
di sekolah dilaksanakan dalam bentuk Intra-kurikuler, ko-kurikuler dan Ekstrakurikuler.
Kecenderungan yang terjadi dalam pembelajaran Penjas di sekolah dasar saat ini, terkesan
kaku dengan instruksi-instruksi guru dalam menyampaikan pembelajaran untuk mencapai
keterampilan gerak tertentu, bahkan terkesan secara otoriter dari sikap guru memaksa
mencapai tahapan latihan yang berat membuat siswa jenuh dan tidak berminat untuk
belajar.
Pada dasarnya anak lebih suka belajar menghadapi tantangan yang dirasakan mampu
dilakukannya, berkompetisi sesama teman merupakan daya tarik sendiri yang membuat
anak termotivasi melakukan aktivitas gerak dengan sungguh-sungguh. Baik aktivitas secara
individual maupun kelompok yang akan memberikan nuansa pembelajaran Penjas yang
menarik. Dalam muatan kurikulum Pendidikan Jasmani terakhir ini menawarkan materi-
materi yang tidak hanya bersumber pada kecabangan olahraga seperti atletik, permainan
bola voli, sepak bola, bola basket, Futsal dan sebagainya, tetapi juga terdapat materi belajar
gerak di alam terbuka (out door) dilingkungan sekolah.
Aktivitas di luar kelas atau diluar gedung sekolah merupakan aktvitas yang menantang bagi
siswa untuk belajar dengan hal-hal baru tetapi nyata merupakan bagian yang dilakukan oleh
sebagian masyarakat kita. Anak-anak diajak untuk melakukan aktivitas yang tidak biasa
dilakukan dalam kehidupannya. Bekerjasama dalam suatu tim atau kelompok untuk
melakukan suatu tujuan tertentu yang selain menuntut kemampuan fisik dan keterampilan
tertentu, tetapi menuntut pengembangan kepribadian seperti sikap tenggang rasa, saling
peduli, suka menolong dan kepekaan terhadap situasi dan kondisi, daya juang, tidak
mengenal putus asa, bertanggung jawab, nilai-nilai kepemimpinan dan sebagainya. Kegiatan
demikian merupakan bagian dari aktivitas yang sedang populer saat ini yaitu out bound.
Out bound berkembang dimasyarakat bukan hanya pada lingkungan pendidikan saja, seperti
untuk siswa di sekolah atau lembaga kepramukaan, tetapi sudah diterapkan sebagai
pendidikan orang dewasa dibeberapa lembaga pemerintah dan swasta untuk melatih
karyawan, pegawai dan stapnya serta pimpinannya agar menjadi individu-individu yang
kokoh, kuat, tekun, bekerja sama, saling membantu sehingga memiliki sistem manajemen
yang kuat dan mampu meraih tujuan-tujuan sesuai target yang ditetapkan lembaganya.
Tidak semua aktivitas out bound juga bisa ditransfer dalam kondisi pembelajaran di sekolah,
namun dapat dipilih bagian-bagian tertentu dari aktivitas out bound dan dimodifikasi secara
kreatif aktivitasnya menjadi bentuk berbeda yang lebih menarik.
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, pembahasan yang akan diuraikan
adalah Bagaimana mengembangkan aktivitas Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan
di sekolah melalui pendekatan out-bound?
Adapun tujuan pembahasan ini akan memberikan wawasan terhadap praktisi-praktisi
pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan guru, pelatih dan siswa dalam
mengembangkan pendidikan jasmani di sekolah dengan menerapkan aktivitas outnbound.
Manfaat dari pembahasan ini diharapkan para praktisi dilapangan dapat memilih dan
mengembangkan serta menerapkan bentuk-bentuk outbound sebagai bagian dari
pendekatan pendidikan jasmani di sekolah.

PEMBAHASAN

A. Pengertian, Tujuan dan Fungsi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan


Pendidikan jasamani adalah kajian pendidikan yang mengutamakan aktifitas jasmani dan
pembinaan untuk pengembangan jasamani itu sendiri sebagai emosional yang selaras dan
seimbang serta untuk mencapai tujuan pendidikan (Cholik. M, 1997).
Pendidikan jasmani di sekolah dapat mengembangkan beberapa aspek yang amat penting
bagi siswa-siswi, yaitu (1) membangun minat dan perhatian untuk selalu terlibat dan ikut
serta dalam kegiatan olah raga. (2) Untuk mengembangkan pola pikir anak, (3) dapat
mengembangkan gerak dengan efektif dan efisien.
Tujuan Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, untuk mengembangkan kesehatan dan
kebugaran melalui pengertian atau keterampilan gerak dasar serta aktivitas jasmani supaya
dapat meningkatkan pengetahuan dan kecerdasan. Dalam dunia pendidikan telah dijelaskan
bahwa untuk meningkatkan mutu dan hasil efisein sebaiknya dibutuhkan waktu dan latihan-
latihan yang lebih baik serta diberikan pengaruh yang kontinyu dalam artian telah dilakukan
dapat dicapai.
Dalam dunia pendidikan, pendidikan jasmani mempunyai multi-fungsi dalam
mengembangkan aspek-aspek organik, neuromuskular, perseptual, kognitif, dan aspek
sosial (Subroto,T.:2008).
1) Aspek organik yang dikembangkan pendidikan jasmani adalah memfungsikan tubuh
menjadi lebih baik, sehingga dapat memenuhi tuntutan lingkungan sebagai landasan
pengembangan keterampilan.
- Meningkatkan kekuatan otot, berupa tenaga yang dihasilkan dari otot atau kelompok otot.
- Meningkatkan daya tahan oto, yaitu kemampuan otot untuk bertahan dalam kerja atau
aktivitas dalam waktu yang lebih lama.
- Meningkatkan daya tahan kardiovaskuler yaitu kapasitas individu melakukan aktivitas
secara terus menerus (kontinyu) dalam intensitas yang berat dan waktu yang lama.
- Meningkatkan fleksibiltas yang meliputi kemampuan rentang gerak dalam persendian
untuk menghasilkan gerakan yang efektif serta mengurangi cidera.
2) Aspek Neuromuskular;
- meningkatkan keharmonisan antara fungsi otot dan persyarafannya
- mengembangkan keterampilan lokomotor maupun nonlokomotor
- mengembangkan keterampilan dasar manipulatif dalam bentuk pengusasaan teknik dasar
cabang olahraga
- mengembangkan keterampilan olahraga rekreasi, seperti menjelajah, mendaki, berkemah
dan sebagainya.
3) Aspek perseptual;
- mengembangkan kemampuan yang berhubungan dengan konsep ruang, yang meliputi
objek di depan, di belakang, di bawah, di atas, di kanan dan di kiri.
- Mengembangkan koordinasi gerak visual
- Mengembangkan keseimbangan tubuh secara statis maupun keseimbangan dinamis.
4) Aspek kognitif
- Mengembangkan kemampuan bereksplorasi, menemukan konsep, dan kemampuan
mengambil sikap dan keputusan dengan tepat dan cepat.
- Mengembangkan kemampuan menyusun strategi dalam kondisi terorganisir, dan mampu
memecahkan problematika dalam bentuk gerakan.
5) Aspek Sosial,
- Kemampuan menyesuaikan diri (adaptasi) dengan lingkungan sekitarnya.
- Mengembangkan kemampuan membuat pertimbangan dan keputusan dalam situasi
kelompok
- Mengembangkan kepribadian, sikap, dan nilai-nilai dalam mansyarakat
- Belajar menggunakan waktu luang yang konstruktif.
(Subroto: 2008)

B. Definisi Out bound

Pengertian Out bound masih hangat diperdebatkan banyak kalangan praktisi out bound
sendiri, hal itu dilandasi oleh perkembangan kegiatan-kegiatan outbound yang sangat pesat
akhir-akhir ini karena sudah menjadi bagian dari bisnis sebagai daya saing dibidang olahraga.
Keunikan dan tingkat kreativitas pengelolanya membuat outbaound yang dikembangkan
menjadi berbeda dengan outbound lainnya. Namun pada dasarnya masih mengacu pada
beberapa definisi yang sama.
Outbound adalah kegiatan di alam terbuka yang mampu memacu semangat belajar.
Outbound merupakan sarana penambah wawasan pengetahuan yang didapat dari
serangkaian pengalaman berpetualang sehingga dapat memacu semangat dan kreativitas
seseorang. Oleh karena itu. Kimpraswil (2007) menyatakan bahwa outbound adalah usaha
olah diri (olah pikir dan olah fisik) yang sangat bermanfaat bagi peningkatan dan
pengembangan motivasi, kinerja dan prestasi dalam rangka melaksanakan tugas dan
kepentingan organisasi secara lebih baik lagi (http://www.kimpraswil.go.id/ )
Kegiatan outbound berawal dari sebuah pengalaman sederhana seperti bermain. Bermain
juga membuat setiap anak merasa senang, dan bahagia. Dengan bermain anak dapat belajar
menggali dan mengembangkan potensi, dan rasa ingin tahu serta meningkatkan rasa
percaya dirinya. Oleh karena itu, bermain merupakan fitrah yang dialami setiap anak.
Pengalaman merupakan guru dalam proses pembelajaran secara alami. Misalnya, seorang
anak mengalami proses alami bermain. Hal itu dalam rangka menambah dan
mengembangkan pengetahuan dari setiap pengalamannya. Jadi, tidak menutup
kemungkinan siapapun berhak bermain baik anak-anak, remaja, orang dewasa ataupun
orang tua. Karena belajar dari sebuah pengalaman dalam aktivitas bermain dijadikan
sebagai sarana pembelajaran yang menyenangkan yang dapat dilakukan di ruangan terbuka
atau tertutup.
outbound merupakan perpaduan antara permainan-permainan sederhana, permainan
ketangkasan, dan olah raga, serta diisi dengan petualangan-petualangan. Hal itu yang
akhirnya membentuk adanya unsur-unsur ketangkasan, dan kebersamaan serta keberanian
dalam memecahkan masalah. Seperti halnya Iwan (2007) menegaskan bahwa permainan
yang disajikan dalam outbound memang telah disusun sedemikian rupa, sehingga bukan
hanya psikomotorik (fisik) peserta yang tersentuh tapi juga afeksi (emosi) dan kognisi
(kemampuan berpikir) (http://www.peloporadventure.co.id/ )

C. Manfaat kegiatan Outbound


Tidak berbeda dengan manfaat olahraga, Outbound adalah kegiatan yang menyenangkan
bagi anak. Permainan yang penuh tantangan ini juga mampu mengembangkan psikomotorik
anak. Derai tawa riang anak-anak menggema dari sebuah kawasan outbound. Sesekali
terdengar teriakan melengking. Apalagi ketika satu demi satu anak-anak yang rata-rata
berusia enam hingga 12 tahun tersebut, mulai meluncur dari seutas tali yang
menghubungkan sebuah tebing dengan pohon berukuran sedang di bawahnya. Outbound
telah menjadi bagian dari kegiatan anak yang menyenangkan. Walau terkesan agak takut,
akhirnya anak-anak itu pun memberanikan diri menaklukkan beberapa tantangan dengan
antusias. Permainan tak hanya memberikan kesenangan bagi anak. Berbagai tantangan
dalam permainan itu terbukti mampu membentuk kemampuan psikomotorik anak.
Kemampuan yang berkaitan dengan gerak tubuh tersebut, tidak banyak diajarkan pada
aktivitas informal Pendidikan Jasmani dan olahraga di sekolah.
Howard Gardner (2000) dalam bukunya berjudul "Multiple Intellegences", mengatakan,
setiap anak memiliki kecerdasan majemuk meliputi kecerdasan spasial visual, linguistik
verbal, interpersonal, musikal ritmik, naturalis, kinestetik, dan logis matematis.
Dari tujuh macam kecerdasan tersebut, hanya beberapa yang menonjol, dan itu berbeda
pada setiap anak. Karena kecerdasan bukan sesuatu yang dapat dilihat atau dihitung,
melainkan tergantung pada pengalaman hidup sehari-hari, baik di rumah, sekolah maupun
di tempat lain. Karena setiap anak memiliki potensi berbeda, seharusnya proses
pengajarannya juga berbeda. Dalam ilmu psikologi dikenal dengan prinsip individual
differences atau pada dasarnya setiap orang memiliki keunikan masing-masing.
Keunikan masing-masing anak tidak akan menonjol di sekolah dasar konvensional, yang
pada umumnya hanya fokus pada aspek kognitif, yaitu kemampuan penalaran otak. Tidak
jarang murid yang tidak memiliki keunggulan kognitif, dianggap anak bodoh. Akibatnya si
anak menjadi minder, padahal belum tentu pada kegiatan lain, anak seperti ini tidak unggul,
bahkan bisa jadi berprestasi lebih bagus. Peran sekolah sangat dibutuhkan untuk melihat
potensi dan membantu mengembangkan potensi anak. Dengan begitu, si anak mampu
mengaktualisasikan kemampuan diri. Kemampuan anak tersebut hanya dapat terlihat dalam
outbound atau memberikan tantangan fisik dalam setiap permainan.
Seorang guru SD (Widia Chandra) di Jakarta Pusat mengatakan; "Tidak banyak sekolah yang
memberikan pendidikan yang mengarah pada perkembangan gerak tubuh anak. Namun,
perkembangan itu bisa didapatkan dengan mengikutkan anak pada program-program
outbound yang menarik ketika libur; Anak-anak yang telah beberapa kali mengikuti
outbound atau tantangan fisik lewat permainan-permainan yang menyenangkan, di sekolah
menjadi lebih gembira, lebih lincah, dan memiliki pengertian terhadap teman-teman
sekolahnya; Dengan tantangan lewat outbound, anak diajarkan untuk mandiri memecahkan
kesulitan sehingga anak terlatih untuk mandiri, tidak cengeng dan percaya pada kekuatan
diri sendiri," (file://localhost/G_okezone_com.htm )

D. Program Outbound bagi Siswa


Bila ingin tahu wajah pendidikan di suatu negara, lihatlah apa yang tersembul pada wajah
anak-anak sekolah. Wajah-wajah tertekan hampir terpancar dari setiap anak didik setiap kali
mereka harus berangkat sekolah. Nyaris tidak ada wajah riang, setiap kali mereka masuk
sekolah. Suasana riang baru terasakan saat mereka menerima pengumuman hari libur atau
pulang pagi karena guru rapat atau ada keperluan lain.

Menurut hasil penelitian di Amerika (Malcom Baldridge), menyatakan bahwa ternyata


keberhasilan seseorang ditentukan oleh:
- 45% Sikap (Attitude)
- 10% Pengetahuan (Knowledge)
- 20% Perbuatan dan pengalaman (Practice)
- 25% Keterampilan (Skill)
Cara ini hanya melibatkan kemampuan berpikir manusia yang paling rendah (lower order
thinking), sedangkan kemampuan higher order thinking seperti kemampuan proses belajar-
mengajar yang dibalut dengan unsur attitude (sikap/moral), skills (keterampilan), knowledge
(pengetahuan), experience (pengalaman), responsibility (tanggung jawab), dan
accountability (pertanggungjawaban) tidak tersentuh. Melihat kondisi diatas maka
diperlukan pola pembinaan luar sekolah yang dapat mengisi kekosongan tersebut.

1). Sikap dan Moral (attitude)


Sistem pembelajaram selama ini cenderung mencetak generasi cerdas otak dan sedikit
kecerdasan ruh (batin). Pendidikan hanya menghasilkan generasi pintar tapi kurang memiliki
attitude yang baik. Produk pendidikan pun menjadi manusia pintar yang hanya mengejar
keuntungan sendiri, pintar melakukan korupsi, pintar merusak hutan yang sering
mengakibatkan bencana di negeri ini.
Untuk mengisi kebutuhan pembentukan attitude maka diperlukan sentuhan dalam bentuk
lainnya berupa pelatihan kepekaan hati yang dibawakan melalui pendidikan kebersamaan di
alam bebas yang sesuai dengan perkembangan usia.

2). Pengetahuan (knowledge)


Di sekolah, pengetahuan yang diajarkan bergerak pada ilmu dasar dan banyak pula yang
kurang dalam penerapan praktek lapangannya. Kegiatan outdoor dengan nama Outdoor
Management Development Training ini menanamkan pengetahuan tambahan baik yang
berkaitan dengan pengetahuan yang diajarkan di sekolah maupun pengetahuan lapangan
lainnya.
Pendidikan yang menggunakan setting sekolahan cenderung teoritis dan seolah hanya
sekedar menjadi rutinitas yang menjemukan. Di sisi lain, belajar di luar ruang (outdoor
experiential learning) lebih mengedepankan metode Connected knowing (menghubungkan
antara pengetahuan dengan dunia nyata). Di sini, pendidikan dianggap sebagai bagian
integral dari sebuah kehidupan.

3). Praktek dan Pengalaman Lapangan (Practice)


Peserta akan dikondisikan dalam suatu tantangan yang menarik, dengan kegiatan alam
terbuka sebagai media pendidikan. Mereka juga akan dihadapkan pada tantangan fisik dan
mental yang didesain khusus, tetapi jelas tidak melampaui kapasitas dari peserta.
Petualangan dan tantangan yang akan dihadapi merupakan gabungan dari kerjasama tim
dan pengembangan diri. Difokuskan kepada pengembangan dari ketrampilan hidup yang
terdiri dari inisiatif, kepemimpinan, komunikasi, pengambilan keputusan, kerjasama,
menghadapi resiko dan kepercayaan
Hasil yang diperoleh dari melakukan kegiatan sebelumnya akan dibicarakan dalam diskusi.
Penekanan pada proses belajar merupakan hal yang penting dalam diskusi. Selanjutnya
mereka akan mendapat kesempatan untuk mengaplikasikannya pada kegiatan berikutnya.
Metode Experiential Learning yang dipakai akan memberikan kesempatan bagi mereka
untuk berefleksi pada aktivitas yang terdahulu. Sehingga mereka diharapkan dapat
mempersiapkan diri untuk menghadapi situasi dan tantangan berikutnya.
E. Model Out-Bound sebagai bagian dari Proses Pendidikan siswa (Outbound Student
Program)

a. Tujuan dan Sasaran


Tujuan dan sasaran program ini adalah pengembangan berbagai komponen perilaku siswa
untuk menunjang pelaksanaan tugasnya sebagai siswa dalam kehidupan sehari-hari.
Komponen yang diharapkan tumbuh dari pelaksanaan program Outbound Student Program
ini adalah:
1. Mempunyai kemampuan dalam pengelolaan diri
2. Tidak kehilangan kontrol emosi dalam menghadapi tantangan
3. Tidak menarik diri bila menghadapi kesulitan dan tantangan
4. Tegar dalam menghadapi situasi panik
5. Berpikir kreatif
6. Kemampuan mengembangkan gagasan kreatif dari diri sendiri
7. Kemampuan membangkitkan semangat kerjasama dalam tim dengan menggerakkan
kawan sesama anggota tim.
8. Kemampuan membangkitkan semangat kerja tim
9. Mempunyai Hubungan interpersonal yang baik
10. Membangun rasa saling percaya kepada orang lain
11. Menghargai perbedaan
12. Melihat kelemahan orang lain bukan sebagai kendala
13. Bersedia menolong orang lain dan mau ditolong orang lain
14. Berkomunikasi secara efektif
15. Berusaha menyampaikan informasi kepada pihak lain demi kesuksesan bersama
16. Mengkomunikasikan ide kepada orang lain dengan jelas dan sistemik
17. Merangsang orang lain untuk menyampaikan gagasan orang lain
18. Bersedia bertanya apabila ada ketidakjelasan informasi

b. Metode
Metode yang digunakan dalam Outbound Student Program adalah:
1. Kerjasama dalam kelompok
2. Petualangan Individual dan kelompok
3. Ceramah (keterkaitan antara kegiatan simulasi dengan prinsip manajemen)
4. Diskusi (refleksi kegiatan)
c. Pola Pendekatan
Kegiatan outbound student program menggunakan pola pendekatan sebagai berikut:
1. Kegiatan Spiritual/Keyakinan
2. Kegiatan Kesehatan dan Kebugaran
3. Kegiatan Prestasi
4. Kegiatan Keluarga
5. Kegiatan Sosial
Pembahasan atas kegiatan menggunakan: Emosional, Intelektual dan Spiritual

d. Kegiatan dan rancangan pendanaan.


Setiap bentuk atau model kegiatan akan terkait dengan pendanaan yang akan timbul atas
penyelenggaraan kegiatan, pada aspek :
1. Durasi Waktu
2. Jumlah Peserta
3. Letak lokasi kegiatan
4. Desain Program
5. Dan hal-hal lain yang ditentukan kemudian

e. Keamanan Dalam Pelatihan(safety)


Safety adalah melaksanakan seluruh tindakan-tindakan penting untuk menjaga suasana
kegiatan agar aman bagi peserta untuk bermain dan belajar. Terdapat dua hal penting
mengenai safety :
1. Physical safety
Kegiatan dengan media alam terbuka memiliki resiko keselamatan pada peserta dan kami
pihak penyelenggara selalu mengutamakan keselamatan peserta dalam setiap setting
aktifitas kegiatan dengan menggunakan peralatan yang telah teruji secara internasional dan
dipasang oleh orang-orang yang telah berpengalaman. Namun demikian masih terdapat
resiko yang uncontrolable, seperti kurang kehati-hatian peserta sendiri, karena itu juga
diperlukan kerjasama dengan peserta dalam memperkecil resiko terjadinya situasi yang
tidak diinginkan.
2. Psychological Safety,
Dalam hal ini, kami menyusun dan mendorong disepakatinya aturan main untuk tidak
menimbulkan sakit hati peserta yang disebabkan oleh tindakan atau perkataan dari sesama
peserta maupun fasilitator. Dengan suasana aman seperti itu, dimana tidak ada satupun
orang yang takut salah, takut dicemooh, takut dikomentari, maka suasana kegiatan menjadi
kondusif untuk seluruh peserta.

G. Outbound yang Baik Harus Menghasilkan Peak Adventure


Merencanakan Program pengembangan dan pelatihan yang dilakukan di luar ruangan, atau
biasa disebut outbound hanya akan efektif bila dilaksanakan dengan baik, yakni mampu
memberikan puncak petualangan dalam mengatasi tantangan (peak adventure) bagi para
pesertanya.
Keluar dari Comfort Zone; Untuk bisa menghasilkan peak adventure, kegiatan-kegiatan
dalam out bound training harus bisa mengeluarkan partisipan dari comfort zone (daerah
yang nyaman) mereka. Tapi, diingatkan, peak adventure tiap-tiap orang berbeda sehingga
instruktur outbound tidak boleh memaksa peserta yang tidak berani melakukan kegiatan
tertentu. Instruktur bisa membantu dengan persuasi dan mendampingi peserta out bound
training yang tidak berani. Out bound pada dasarnya mempertemukan antara kompetensi
dan risiko. Jangan sampai risikonya terlalu tinggi sehingga malah menjadi missadventure.
Peak adventure tercapai bila risiko dan kompetensi proporsional. Mengingat makin
menjamurnya penyelenggara outbound saat ini, penyelenggara termasuk dilingkungan
sekolah perlu hati-hati. Guru atau instruktur harus pandai memilih outbound provider yang
reputasinya bagus, memiliki standar keamanan tinggi dan instruktur yang qualified. Selain
itu tempat & program outbound yang tepat akan mendukung kesuksesan sebuah kegiatan
outbound.

A. Simpulan

Outbound training saat ini menawarkan solusi terbaik bagi pelajar (TK/ SD/ SMP/ SMA) atas
permasalahan hubungan antar manusia melalui kegiatan di ruang terbuka. Pelatihan yang
menggunakan kombinasi antara teori, simulasi, role play, diskusi dan metode belajar dari
pengalaman. Peserta diajak untuk membebaskan diri dari paradigma lama, lepas dari ruang
dan batasan-batasan formalitas yang sering menghambat kreativitas dan menutup jalan
untuk membuka diri seluas-luasnya bagi suatu perubahan positif.
Menyelenggarakan outbound harus membangun sinergi dan sikap empati antar sesama
anggota; Membangun motivasi meraih prestasi dalam kegiatan yang meriah dan fun;
membina keakraban dan kekeluargaan serta kepekaan terhadap lingkungan; Membangun
kecintaan pada sekolah melalui kegiatan yang rekreatif dan fun.
Latihan-latihan dasar dapat di aplikasikan dalam bentuk games yang menarik pada
pembelajaran Penjaskes di sekolah, karena tujuan-tujuan yang dikembangkan dalam
pelatihan outbound identik dengan tujuan pendidikan jasmani dan kesehatan.

B. Saran

Berdasarkan pembahasan di atas maka disarankan kepada guru Pendidikan Jasmani,


Olahraga dan Kesehatan dapat mengembangkan proses pembelajaran yang menarik antara
pembelajaran konvensional di ruang tertutup (kelas) dengan pembelajaran di ruang terbuka
(outbound education), melalui permainan dan games yang menarik dan menantang,
sehingga siswa memiliki sikap dan moral (attitude), keterampilan (skills), pengetahuan
(knowledge), pengalaman (experience), tanggung jawab (responsibility), dan accountability
(pertanggungjawaban).
Program-program dasar latihan yang dikembangkan dalam outbound dapat dilaksanakan
melalui program ekstrakurikuler, yang menggabungkan unsur-unsur pembinaan pendidikan
Jasmani dan olahraga, pembinaan rohani dan mental serta kepramukaan sebagai program-
program pendidikan yang tidak terpisahkan dalam proses pendidikan di sekolah.
DAFTAR PUSTAKA

Abdulah, A. (1998), Azas, dan Falsafah Pendidikan Jasmani, BP3GSD Jakarta Detjin Dikti
Depdiknas.

Cholik,M. (1997), Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. BP3GSD Jakarta Detjin Dikti
Depdiknas.
Chandra, Widia., (2009), (file://localhost/G_okezone_com.htm )

GAIA Indonesia, (2009), http://www.gaiaindonesia.com/

Koran SI, (2009), Outbound, Tantangan Fisik & Tingkatkan Psikomotorik,


file://localhost/G_okezone_com.htm.
Kimpraswil, (2007), http://www.kimpraswil.go.id/

Anda mungkin juga menyukai