Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
sebuah makalah dengan tepat waktu.
Berikut ini kami mempersembahkan sebuah makalah dengan judul
"Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman" yang diharapkan dapat memberikan
manfaat yang besar bagi kita semua, khususnya bagi yang sedang menekuni bidang
pertanian.
Tidak lupa kami mengucapkan banyak terimakasih kepada
Dosrahayumobo_list@yahoo.comen pengajar Mata kuliah Fisiologi Tumbuhan
yang membimbing serta mengarahkan dalam penyusunan makalah ini. Orangtua
yang senantiasa selalu berdoa untuk kelancaran kuliah anaknya, teman-teman
seperjuangan yang juga senantiasa memberi dukungan semangat dan kritikan-
kritikan membangun. Serta semua pihak yang membantu kami dalam hal
penyusunan makalah ini.
Makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan oleh karena itu kritik serta
saran yang membangun masih kami harapkan untuk penyempurnaan makalah ini.
Sebagai manusia biasa kami merasa memiliki banyak kesalahan, kami mohon maaf
sebesar-besarnya apabila terdapat salah kata dan materi Makalah yang kurang
berkenan dalam penyelesaian Makalah ini.
Atas perhatian dari semua pihak yang membantu dalam penyusunan
makalah ini, kami mengucapkan terimakasih. Semoga makalah ini dapat
dipergunakan dengan bijak dan sebaik-baiknya.
Penulis
A. Pertumbuhan dan Perkembangan
1. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan
a. Pertumbuhan: proses pertambahan jumlah dan ukuran sel yang bersifat
permanen (tetap), tidak bisa balik (irreversible), dan dapat dinyatakan secara
kuantitatif.
b. Perkembangan: proses perubahan dalam bentuk menuju ke tingkat lebih
sempurna yang bersifat kualitatif dan irreversible.
2. Tipe Pertumbuhan
a. Pertumbuhan Primer: pertumbuhan yang disebabkan oleh aktivitas meristem
primer dan terjadi pada titik tumbuh primer. Titik tumbuh primer adalah titik
tumbuh yang terdapat pada ujung akar atau ujung batang dan menyebabkan
tumbuh memanjang/meninggi.
b. Pertumbuhan Sekunder: pertumbuhan yang diakibatkan oleh aktivitas
pembelahan dari meristem sekunder. Pertumbuhan sekunder menyebabkan:
1) Terbentuknya lingkar tahun akibat kambium membuat xilem yang tidak sama
sepanjang tahun.
2) Terbentuknya kambium sekunder yang disebut kambium gabus atau kambium
felogen.
3) Perisikel (perikambium), merupakan jaringan yang membentuk cabang-cabang
akar.
4) Parenkim batang beberapa monokotil ada yang dapat meristematis. Contohnya
seperti parenkim batang pohon Palem Raja.
2. Faktor Internal:
a. Hormon tumbuhan (fitohormon): zat organik yang dibuat tumbuhan dan dapat
mempengaruhi pertumbuhan tumbuhan. Macam-macam hormon tumbuhan:
1) Auksin, hormon Auksin terletak di ujung batang dan ujung akar. Fungsi hormon
ini adalah membantu proses percepatan pertumbuhan, baik itu pertumbuhan akar
maupun pertumbuhan batang, mempercepat perkecambahan, membantu proses
pembelahan sel, mempercepat pemasakan buah, mengurangi jumlah biji dalam
buah.
2) Sitokinin, hormon ini dihasilkan oleh tumbuhan pada bagian akar dan diangkat
ke organ lainnya. Pengaruh sitokinin terhadap pertumbuhan dan perkembangan
tumbuhan antara lain: mempengaruhi pertumbuhan akar, merangsang pembelahan
sel dengan cepat, menghambat penuaan, mengatur pembentukan bunga dan buah.
3) Giberelin, hormon yang dihasilkan oleh tumbuhan pada bagian jaringan
meristem akar, meristem batang, dan daun muda. Pengaruh giberelin terhadap
pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan antara lain: mempengaruhi
perkembangan embrio dan kecambah, menyebabkan pertumbuhan pada tumbuhan
raksasa, menyebabkan terbentuknya buah yang besar dan tidak berbiji, merangsang
perbungaan.
4) Kalin, merupakan hormon yang mempengaruhi pertumbuhan organ pada
tumbuhan. Kalin dapat dibedakan atas:
i. Rhyzokalin, merangsang pembentukan akar
ii. Kaukalin, merangsang pembentukan batang
iii. Filokalin, merangsang pembentukan daun
iv. Anthokalin, merangsang pembentukan bunga.
5) Gas etilen, dihasilkan oleh tumbuhan untuk mempercepat pematangan buah dan
terutama dihasilkan oleh buah yang sudah tua. Gas etilen dan asam absisat
mengendalikan kerontokan daun, gas etilen dan auksin mempercepat pembungaan
pada tanaman mangga dan nanas, gas etilen dan giberelin mengendalikan
perbandingan antara bunga jantan dan betina yang dihasilkan pada beberapa
tumbuhan monosius.
6) Asam Absisat (Dormin/ABA), dianggap sebagai hormon penyebab dormansi
tunas yang disintesis dalam daun dan kemudian diangkut ke tunas-tunas untuk
merangsang dormansi.
7) Asam Traumatin, merangsang sel-sel di daerah luka menjadi bersifat meristem
lagi sehingga mampu mengadakan pembelahan sel untuk menutup bagian yang
luka. Jaringan penutup luka disebut kalus.
b. Genetik
Gen berpengaruh dalam menentukan pola pertumbuhan tanaman, artinya tingkat
optimalisasi pertumbuhan dimana pola pertumbuhan kacang tanah tidak akan sama
dengan jagung, atau lebih jelas pada usia dewasa kacang tanah tidak akan
mempunyai waktu dan tinggi serta berat yang sama diantara keduanya. Tanaman
yang mengandung gen yang baik dan didukung dengan kondisi lingkungan yang
sesuai akan memperlihatkan pertumbuhan dan perkembangan yang baik pula.
5
B. Perkecambahan Biji
Perkecambahan adalah proses pertumbuhan dan perkembangan embrio dan
komponen-komponen biji yang mempunyai kemampuan untuk menjadi tumbuhan
baru. Dalam tahap ini, embrio di dalam biji yang semula berada pada kondisi
dorman mengalami sejumlah perubahan fisiologis yang menyebabkan ia
berkembang menjadi tumbuhan muda. Tumbuhan muda ini dikenal sebagai
kecambah. Hasil perkecambahan ini adalah munculnya tumbuhan kecil dari dalam
biji.
1. Tipe perkecambahan:
a) Perkecambahan epigeal: perkecambahan yang ditandai dengan terangkatnya
kotiledon ke atas permukaan tanah, sehingga bagian hipokotil dapat terlihat di atas
permukaan tanah. Contoh: perkecambahan kacang hijau.
b) Perkecambahan hipogeal: perkecambahan di mana kotiledon tidak dapat
terangkat ke atas permukaan tanah, sehingga hipokotil tidak terlihat di atas
permukaan tanah. Contoh: perkecambahan kacang kapri dan jagung.
2. Faktor yang Mempengaruhi Perkecambahan
a) Faktor Internal: tingkat kemasakan benih, ukuran benih, dormansi.
b) Faktor Eksternal: air, suhu, oksigen, cahaya, medium.
3. Proses Perkecambahan
a) Hidrasi atau Imbibisi: Imbibisi disini adalah masuknya air ke dalam embrio dan
membasahi protein dan koloid cair. Proses penyerapan air tersebut terjadi melalui
mikropil pada kotiledon. Air yang masuk ke dalam kotiledon menyebabkan
volumenya bertambah, akibatnya kotiledon membengkak. Pembengkakan tersebut
menyebabkan testa (kulit biji) menjadi pecah atau robek.
b) Pengaktifan Enzim: Pengaktivan enzim dapat memicu perombakan cadangan
makanan, yaitu katabolisme karbohidrat dan metabolisme lemak.
c) Inisiasi Pertumbuhan Embrio: Setelah semua proses imbibisi, aktivitas enzim
dan katabolisme cadangan makanan berlangsung, maka proses inisiasi
pertumbuhan embrio dapat terjadi. Proses ini ditandai dengan meningkatnya bobot
kering embryonic axis dan menurunnya bobot kering endosperma. Setelah itu,
terjadi pemanjangan sel radikel dan diikuti munculnya radikula dari kulit biji.
Perubahan pengendalian enzim ini merangsang pembelahan sel di bagian yang
aktif melakukan mitosis, seperti di bagian ujung radikula. Akibatnya ukuran
radikula makin besar dan kulit atau cangkang biji terdesak dari dalam, yang pada
akhirnya pecah. Pada tahap ini diperlukan prasyarat bahwa cangkang biji cukup
lunak bagi embrio untuk dipecah. Selanjutnya pada radikel ini keluar akar-akar
cabang (lateral roots), bersama-sama dengan akar primer membentuk sistem akar
primer.
4. Pematahan Dormansi
Dormansi pada beberapa bagian tumbuhan dapat hilang di bagi menjadi tiga
macam secara umum yaitu secara mekanik dan kimia yang dijabarkan sebagai
berikut:
a. Dormansi pada biji
i. Secara mekanik
a) Dengan goncangan, kulit biji yang keras menghalangi penyerapan oksigen dan
air. Kulit biji yang keras itu biasanya terdapat pada anggota family Fabaceae
(Leguminosae) pengecualian untuk buncis dan kapri,. Pada beberapa spesies, air
dan oksigen tidak dapat menembus biji tertentu karena jalan masuk dihalangi oleh
sumpal strofiolar pada lubang kecil (celah strofiolar) di kulit biji. Bila biji
digoncang-goncangkan, sumpal itu lepas sehingga dapat berlangsung
perkecambahan, contoh yang telah diterapkan pada Melilotus alba (semanggi
manis), Trigonella Arabica, dan Crotallaria egyptica.
b) Diberi perlakuan panas, sumpal strofiolar yang terdapat pada biji dapat lepas
jika diberi panas. Teori ini tercetus ketika Albizzia lophantha yang merupakan
tumbuhan kacang-kacangan berukuran kecil di Australia Barat sebagian besar biji
berkecambah di lapisan tebal abu setelah terjadi kebakaran ladang. Kebakaran
memang lazim terjadi disana. Hasilnya terjadi suksesi yang cepat di wilayah
tersebut setelah terjadi kebakaran.
c) Skarifikasi atau penggoresan, biasanya menggunakan pisau, kikir atau kertas
amplas. Di alam goresan tersebut mungkin terjadi akibat kerja mikroba, ketika biji
melewati alat pencernaan pada burung atau hewan lain, biji terpajan pada suhu
yang berubah-ubah, atau terbawa air melintasi pasir atau cadas. Skarifikasi secara
ekologis sangat penting. Skarifikasi dalam alat pencernaan burung atau hewan lain
menyebabkan perkecambahan biji setelah biji terbawa jauh. Biji yang terbawa
aliran air di gurun sering berakhir pada tempat yang mengandung banyak air.
d) Tumbuhnya fungi di kulit biji, merekahkan kulit itu sehingga perkecambahan
dapat berlangsung. Dean Vest (1972) memperlihatkan hubungan simbiosis
mutualisme antara fungi dengan biji Atriplex centrofertifolia yang tumbuh di Great
Basin. Pertumbuhan fungi terjadi bila kondisi suhu dan kelembapan sesuai baginya
selama awal musim semi yaitu waktu yang paling tepat bagi kecambah untuk dapat
bertahan hidup.
ii. Secara kimia
a) Merendam dengan alkohol, pelarut lemak lainnya, atau asam pekat, bertujuan
untuk menghilangkan bahan berlilin yang menghalangi masuknya air. Sebagai
cotntoh , perkecambahan biji kapas dan kacang-kacangan dapat dipicu dengan
merendam biji terlebih dahulu dalam asam sulfat selama beberapa menit sampai
satu jam dan selanjutnya dibilas untuk menghilangkan asam itu.
b) Tiourea, nitrat dan nitrit sebagai pemacu perkecambahan terutama biji spesies
rerumputan.
iii. Secara fisika
a) Pendinginan awal (Prechilling), selama pendinginan awal, embrio beberapa
spesies tumbuh sangat cepat dengan memindahkan seyawa karbon dan nitrogen
dari sel penyimpan makanan. Gula terbentuk dan hal ini diperlukan sebagai sumber
energy dan untuk menarik air secara osmosis yang selanjutnya menyebabkan
perkecambahan. Bahkan pada biji yeng perlu suhu rendah seperti Fraxinus
excelsior yang embrionya sudah matang terjadi perombakan lemak secara besar-
besaran dalam embrio itu sendiri selama suhu rendah. Kandungan protein
meningkat dan pati kemudian menghilang. Mungkin zat penghambat hilang selama
pendinginan awal dan pemacu pertumbuhan seperti giberelin dan sitokinin
terhimpun (Khan,1977). Perlakuan pendinginan sebelum perkecambahan yang
diperlukan oleh biji-bijian untuk mnghilangkan dormansinya disebut stratifikasi.
Selama stratifikasi, beberapa perubahan terjadi terhadap hormon-hormon. ABA
yang mula-mula sangat tinggi akan menurun dengan cepat, sedangkan sitokinin
akan meningkat dan kemudian menurun kembali apabila giberelin meningkat. Pada
saat perkecambahan, semua hormon turun pada kadar yang rendah
(Sasmitamihardja, 1996).
b) Cahaya, jumlah klorofil yang terdapat pada embrio saat biji masak sangat
penting untuk menentukan apakah biji spesies tertentu akan bersifat fotodorman
(membutuhkan cahaya untuk perkecambahannya) atau tidak. Umumnya embrio
yang masak mengandung sejumlah besar klorofil, membutuhkan cahaya untuk
berkecambah. Sedangkan embrio yang sedikit mengandung klorofil tidak
membutuhkan cahaya. Bila biji yang perkecambahannya terpacu oleh cahaya
terkena cahaya maka akan berkecambah dan mampu berfotosintesis. Bagi biji yang
perkecambahannya terhambat oleh cahaya, perkecambahannya itu tak akan terjadi
sampai biji tertutup seluruhnya oleh sampah, yaitu saat mendapatkan air yang
cukup untuk tumbuh.
b. Dormansi pada kuncup
i. Secara fisika
a) Lamanya hari tertentu, dormansi kuncup berakhir bila hari panjang dialami
pohon tanpa-daun misalnya : beech, larch, yellow poplar, sweetgum dan red oak.
Mungkin karena cukup banyak cahaya masuk yang dapat menimbulkan respons
dalam jaringan daun primordial di bagian dalam kuncup, namun hal ini belum
jelas.
b) Suhu rendah
c) Perendaman bagian tumbuhan dalam air hangat (40-50 C) selama 15 detik
ii. Secara kimia
a) Pemberian 2-kloroetanol (etilen klorohidrin)
b) Pemberian giberelin
PENUTUP
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau
referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dapat memberikan
kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi perbaikan makalah ini dan
dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini
berguna bagi penulis pada khususnya para pembaca dari kalangan mahasiswa yang
budiman pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin,Z. 1987. Dasar-dasar Pengetahuan Tentang Zat Pengatur Tumbuh. Angkasa,
Bandung.
Akbar, Joni et al. 2010. Proses Perkecambahan Pada Tanaman Padi (Pertumbuhan
Vegetatif Tahap O). Padang: Universitas Andalas.
Darjadi, L. dan Hardjono, 1972. Sendi-Sendi Silvikultur. Jakarta: Dirjen Kehutanan
Fahmi, Zaki Ismail. 2010. Studi Teknik Pematahan Dormansi dan Media Perkecambahan
Terhadap Viabilitas Benih Aren (Arenga pinnata ( Wurmb.) Merr.). Surabaya:
Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya. Diunduh dari
Goldsworthy Peter R., Fisher N.M 1992. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Harjati, S.S 1974. Dormansi Benih. J. Proceding Kursus Singkat Pengujian Benih: 7-96.
IPB: Bogor
Ilyas, S. dan W.T. Diarni. 2007. Persistensi dan pematahan dormansi benih pada
beberapa varietas padi gogo. Jurnal Agrista 11 (2): 92-101.
Jagor 2009. Dormansi Biji. http://agrica.wordpress.com. Diakses Kamis 28 Februari 2013.
Kamil, J. 1979. Teknologi Benih 1. Padang: Angkasa Raya.
Kuswanto, H. 1996. Dasar-dasar Teknologi Produksi dan Sertifikasi Benih. Yogyakarta:
Penerbit Andi
Lakitan, B. 1996. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada.
Noorhidayah, Akhmadi A, Priyono 2008. Proses Perkecambahan Benih Akar Kuning.
WANA BENIH (9): 2.
Pramono, Eko. Bahan Kuliah Dasar-dasar Teknologi Benih. Fakultas Pertanian
Universitas Lampung
Prawiranta W. 1981. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Departemen Botani: Fakultas
Pertanian IPB.
Sahupala. 2007. Teknologi Benih. Ambon : Panitia Implementasi Program NFP-FAO.
Salisbury, F dan Cleon W. Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan Jilid 3. Bandung: ITB.
Santoso E 2011. Dormansi. http://ras-eko.blogspot.com. Diakses Kamis 28 Februari 2013.
Sastamidharja, Dardjat dan Arbayah Siregar. 1996. Fisiologi Tumbuhan. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Sutopo, L., 1993. Teknologi benih. Jakarta: Rajawali
Sutrisno dan Abdul Hanan. 1999. Skarifikasi untuk Memacu Perkecambahan Biji Empat
Jenis Cassia sp.. Bogor: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Tamam, Badrut 2012. Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan. http://biology-
community.blogspot.com. Diakses 28 Februari 2013.
Wilkins , Malcolm B. 1989. Fisiologi Tanaman. Jakarta: PT Melton Putra