Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
sebuah makalah dengan tepat waktu.
Berikut ini kami mempersembahkan sebuah makalah dengan judul
"Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman" yang diharapkan dapat memberikan
manfaat yang besar bagi kita semua, khususnya bagi yang sedang menekuni bidang
pertanian.
Tidak lupa kami mengucapkan banyak terimakasih kepada
Dosrahayumobo_list@yahoo.comen pengajar Mata kuliah Fisiologi Tumbuhan
yang membimbing serta mengarahkan dalam penyusunan makalah ini. Orangtua
yang senantiasa selalu berdoa untuk kelancaran kuliah anaknya, teman-teman
seperjuangan yang juga senantiasa memberi dukungan semangat dan kritikan-
kritikan membangun. Serta semua pihak yang membantu kami dalam hal
penyusunan makalah ini.
Makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan oleh karena itu kritik serta
saran yang membangun masih kami harapkan untuk penyempurnaan makalah ini.
Sebagai manusia biasa kami merasa memiliki banyak kesalahan, kami mohon maaf
sebesar-besarnya apabila terdapat salah kata dan materi Makalah yang kurang
berkenan dalam penyelesaian Makalah ini.
Atas perhatian dari semua pihak yang membantu dalam penyusunan
makalah ini, kami mengucapkan terimakasih. Semoga makalah ini dapat
dipergunakan dengan bijak dan sebaik-baiknya.

Surakarta, 2 Maret 2013

Penulis
A. Pertumbuhan dan Perkembangan
1. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan
a. Pertumbuhan: proses pertambahan jumlah dan ukuran sel yang bersifat
permanen (tetap), tidak bisa balik (irreversible), dan dapat dinyatakan secara
kuantitatif.
b. Perkembangan: proses perubahan dalam bentuk menuju ke tingkat lebih
sempurna yang bersifat kualitatif dan irreversible.
2. Tipe Pertumbuhan
a. Pertumbuhan Primer: pertumbuhan yang disebabkan oleh aktivitas meristem
primer dan terjadi pada titik tumbuh primer. Titik tumbuh primer adalah titik
tumbuh yang terdapat pada ujung akar atau ujung batang dan menyebabkan
tumbuh memanjang/meninggi.
b. Pertumbuhan Sekunder: pertumbuhan yang diakibatkan oleh aktivitas
pembelahan dari meristem sekunder. Pertumbuhan sekunder menyebabkan:
1) Terbentuknya lingkar tahun akibat kambium membuat xilem yang tidak sama
sepanjang tahun.
2) Terbentuknya kambium sekunder yang disebut kambium gabus atau kambium
felogen.
3) Perisikel (perikambium), merupakan jaringan yang membentuk cabang-cabang
akar.
4) Parenkim batang beberapa monokotil ada yang dapat meristematis. Contohnya
seperti parenkim batang pohon Palem Raja.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan


Tumbuhan
1. Faktor Eksternal
a) Intensitas cahaya
Cahaya matahari dapat merusak auksin. Kecambah di tempat gelap akan tumbuh
lebih cepat panjang daripada kecambah di tempat terang. Peristiwa ini disebut
etiolasi.
b) Kelembaban
Tempat yang lembab menguntungkan bagi tumbuhan dimana tumbuhan dapat
mendapatkan air lebih mudah.
c) Ketersediaan mineral
Ada dua kelompok mineral yang dibutuhkan yaitu makronutrien (C, H, O, N,
S, P, K, Ca, Fe, Mg) dan mikronutrien (B, Mn, Mo, Zn, Cu, Cl).
d) Suhu
Suhu merupakan syarat penting kedua bagi perkecambahan biji. Tetapi ini tidak
bersifat mutlak sama seperti kebutuhan terhadap air untuk perkecambahan, dimana
biji membutuhkan suatu level hydration minimum yang bersifat khusus untuk
perkecambahan. Dalam proses perkecambahan dikenal adanya tiga titik suhu kritis
yang berbeda yang akan dialami oleh benih.Ketiga titik suhu kritis tersebut dikenal
dengan istilah suhu cardinal yang terdiri atas:
Suhu minimum
Suhu terkecil dimana proses perkecambahan biji tidak akan terjadi selama periode
waktu perkecambahan. Bagi kebanyakan biji tanaman, kisaran suhu minimumnya
antara 0-50C. Jika biji berada di tempat yang bersuhu rendah seperti itu, maka
kemungkinan besar biji akan gagal berkecambah atau tetap tumbuh namun dalam
keadaan yang abnormal.
Suhu optimum
Suhu dimana kecepatan dan persentase biji yang berkecambah berada pada posisi
tertinggi selama proses perkecambahan berlangsung. Suhu ini merupakan suhu
yang menguntungkan bagi berlangsungnya perkecambahan biji.Suhu optimum
berkisar antara 26,5-350C.
Suhu maksimum
Suhu tertinggi dimana perkecambahan masih mungkin untuk berlangsung secara
normal. Suhu maksimum umumnya berkisar antara 30-400C. Suhu di atas
maksimum biasanya mematikan biji karena keadaan tersebut menyebabkan mesin
metabolism biji menjadi nonaktif sehingga biji menjadi busuk dan mati.
e) Oksigen
Oksigen berkaitan dengan proses respirasi. Saat berlangsungnya
perkecambahan, proses respirasi akan meningkat disertai dengan meningkatnya
pengambilan oksigen dan pelepasan CO2, air dan energi panas. Terbatasnya
oksigen yang dapat dipakai akan menghambat proses perkecambahan benih.
Kebutuhan oksigen sebanding dengan laju respirasi dan dipengaruhi oleh suhu,
mikroorganisme yang terdapat dalam benih.
f) Medium
Medium yang baik untuk perkecambahan haruslah memiliki sifat fisik yang
baik, gembur, mempunyai kemampuan menyerap air dan bebas dari organisme
penyebab penyakit terutama cendawan. Pengujian viabilitas benih dapat digunakan
media antara lain substrat kertas, pasir dan tanah. Pengaruh kondisi tanah sebagai
medium perkecambahan disebabkan oleh faktor :
Abiotik
- Sifat fisik tanah : aerasi, kapasitas memegang air, tekanan omosis
- Sifat kimia tanah : salin (kadar garam tinggi) adanya nitrat, nitrit
Biotik
Inhibitor tanah karena adanya aktivitas mikroorganisme,bahan organik (dekomposisi
daun Eucalyptus, jerami padi) eksudat yang dikeluarkan akar kecambah
Caumarona oderata (caumarin).

2. Faktor Internal:
a. Hormon tumbuhan (fitohormon): zat organik yang dibuat tumbuhan dan dapat
mempengaruhi pertumbuhan tumbuhan. Macam-macam hormon tumbuhan:
1) Auksin, hormon Auksin terletak di ujung batang dan ujung akar. Fungsi hormon
ini adalah membantu proses percepatan pertumbuhan, baik itu pertumbuhan akar
maupun pertumbuhan batang, mempercepat perkecambahan, membantu proses
pembelahan sel, mempercepat pemasakan buah, mengurangi jumlah biji dalam
buah.
2) Sitokinin, hormon ini dihasilkan oleh tumbuhan pada bagian akar dan diangkat
ke organ lainnya. Pengaruh sitokinin terhadap pertumbuhan dan perkembangan
tumbuhan antara lain: mempengaruhi pertumbuhan akar, merangsang pembelahan
sel dengan cepat, menghambat penuaan, mengatur pembentukan bunga dan buah.
3) Giberelin, hormon yang dihasilkan oleh tumbuhan pada bagian jaringan
meristem akar, meristem batang, dan daun muda. Pengaruh giberelin terhadap
pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan antara lain: mempengaruhi
perkembangan embrio dan kecambah, menyebabkan pertumbuhan pada tumbuhan
raksasa, menyebabkan terbentuknya buah yang besar dan tidak berbiji, merangsang
perbungaan.
4) Kalin, merupakan hormon yang mempengaruhi pertumbuhan organ pada
tumbuhan. Kalin dapat dibedakan atas:
i. Rhyzokalin, merangsang pembentukan akar
ii. Kaukalin, merangsang pembentukan batang
iii. Filokalin, merangsang pembentukan daun
iv. Anthokalin, merangsang pembentukan bunga.
5) Gas etilen, dihasilkan oleh tumbuhan untuk mempercepat pematangan buah dan
terutama dihasilkan oleh buah yang sudah tua. Gas etilen dan asam absisat
mengendalikan kerontokan daun, gas etilen dan auksin mempercepat pembungaan
pada tanaman mangga dan nanas, gas etilen dan giberelin mengendalikan
perbandingan antara bunga jantan dan betina yang dihasilkan pada beberapa
tumbuhan monosius.
6) Asam Absisat (Dormin/ABA), dianggap sebagai hormon penyebab dormansi
tunas yang disintesis dalam daun dan kemudian diangkut ke tunas-tunas untuk
merangsang dormansi.
7) Asam Traumatin, merangsang sel-sel di daerah luka menjadi bersifat meristem
lagi sehingga mampu mengadakan pembelahan sel untuk menutup bagian yang
luka. Jaringan penutup luka disebut kalus.
b. Genetik
Gen berpengaruh dalam menentukan pola pertumbuhan tanaman, artinya tingkat
optimalisasi pertumbuhan dimana pola pertumbuhan kacang tanah tidak akan sama
dengan jagung, atau lebih jelas pada usia dewasa kacang tanah tidak akan
mempunyai waktu dan tinggi serta berat yang sama diantara keduanya. Tanaman
yang mengandung gen yang baik dan didukung dengan kondisi lingkungan yang
sesuai akan memperlihatkan pertumbuhan dan perkembangan yang baik pula.
5

B. Perkecambahan Biji
Perkecambahan adalah proses pertumbuhan dan perkembangan embrio dan
komponen-komponen biji yang mempunyai kemampuan untuk menjadi tumbuhan
baru. Dalam tahap ini, embrio di dalam biji yang semula berada pada kondisi
dorman mengalami sejumlah perubahan fisiologis yang menyebabkan ia
berkembang menjadi tumbuhan muda. Tumbuhan muda ini dikenal sebagai
kecambah. Hasil perkecambahan ini adalah munculnya tumbuhan kecil dari dalam
biji.
1. Tipe perkecambahan:
a) Perkecambahan epigeal: perkecambahan yang ditandai dengan terangkatnya
kotiledon ke atas permukaan tanah, sehingga bagian hipokotil dapat terlihat di atas
permukaan tanah. Contoh: perkecambahan kacang hijau.
b) Perkecambahan hipogeal: perkecambahan di mana kotiledon tidak dapat
terangkat ke atas permukaan tanah, sehingga hipokotil tidak terlihat di atas
permukaan tanah. Contoh: perkecambahan kacang kapri dan jagung.
2. Faktor yang Mempengaruhi Perkecambahan
a) Faktor Internal: tingkat kemasakan benih, ukuran benih, dormansi.
b) Faktor Eksternal: air, suhu, oksigen, cahaya, medium.
3. Proses Perkecambahan
a) Hidrasi atau Imbibisi: Imbibisi disini adalah masuknya air ke dalam embrio dan
membasahi protein dan koloid cair. Proses penyerapan air tersebut terjadi melalui
mikropil pada kotiledon. Air yang masuk ke dalam kotiledon menyebabkan
volumenya bertambah, akibatnya kotiledon membengkak. Pembengkakan tersebut
menyebabkan testa (kulit biji) menjadi pecah atau robek.
b) Pengaktifan Enzim: Pengaktivan enzim dapat memicu perombakan cadangan
makanan, yaitu katabolisme karbohidrat dan metabolisme lemak.
c) Inisiasi Pertumbuhan Embrio: Setelah semua proses imbibisi, aktivitas enzim
dan katabolisme cadangan makanan berlangsung, maka proses inisiasi
pertumbuhan embrio dapat terjadi. Proses ini ditandai dengan meningkatnya bobot
kering embryonic axis dan menurunnya bobot kering endosperma. Setelah itu,
terjadi pemanjangan sel radikel dan diikuti munculnya radikula dari kulit biji.
Perubahan pengendalian enzim ini merangsang pembelahan sel di bagian yang
aktif melakukan mitosis, seperti di bagian ujung radikula. Akibatnya ukuran
radikula makin besar dan kulit atau cangkang biji terdesak dari dalam, yang pada
akhirnya pecah. Pada tahap ini diperlukan prasyarat bahwa cangkang biji cukup
lunak bagi embrio untuk dipecah. Selanjutnya pada radikel ini keluar akar-akar
cabang (lateral roots), bersama-sama dengan akar primer membentuk sistem akar
primer.

C. Dormansi dan Pematahan Dormansi


1. Pengertian Dormansi
Dormansi adalah sebuah fase tipikal yang memperlihatkan adaptasi khusus
terhadap kondisi-kondisi lingkungan yang berlawanan atau disebut juga
pertumbuhan aktif untuk sementara terhenti, karena disebabkan kondisi-kondisi
lingkungan yang tidak menguntungkan bahkan bisa juga dalam lingkungan tampak
menguntungkan istilah ini disebut sebagai dormansi pembawaan.
Keadaan dormansi bertujuan memungkinkan makhluk hidup bertahan pada
lingkungan yang tidak menguntungkan, sehingga tercipta mekanisme pertahanan.
Pada biji, terdapat kegunaan lain juga, yaitu sebagai alat penyebaran yang dibentuk
oleh berbagai modifikasi kulit-kulit biji.
2. Penyebab Dormansi
Dalam banyak hal, mekanisme dormansi agak kompleks, karena mencakup
interaksi antar faktor-faktor lingkungan eksternal, faktor-faktor lingkungan
internal, dan waktu. Dormansi dapat disebabkan oleh hal-hal berikut:
a) Rendah atau tidak adanya proses imbibisi air. Hal ini di kerenakan biji di
lindungi oleh kulit biji yang kedap air, karena di lapisi oleh zat lilin yang membuat
air sulit untuk menembusnya. Akibatnya sel-sel biji tidak mendapat air yang
cukup. Hal ini akan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan
dari sel-sel biji.
b) Proses respirasi tertekan (terhambat). Kulit biji kedap akan udara termasuk
oksigen, akibatnya sel-sel tidak akan bisa melakukan respirasi dan energi yang di
hasilkan pun sangat minim terbatas. Maka dalam keadaan ini tumbuhan akan
mengunakaan energi seminim mungkin dan tidak melakukan kegiatan-kegiatan
fisiologis sel, oleh karenanya tumbuhan melakukan suatu dormansi atau tidak
aktifnya kgiatan-kegiatan dalam sel.
c) Rendahnya proses mobilisasi cadangan makanan.
d) Rendahnya proses metabolisme cadangan makanan. Pada biji banyak sekali
ditemukan cadangan makanan yang di simpan dalam endosperma biji. Namun
karena lingkungan yang terisolir maka proses pemanfaatannya tidak terjadi secara
optimal karena kurang ketersediaan air dan oksigen. Air dan oksigen ini akan di
pakai untuk merombak cadangan makanan tadi sehingga nantinya bisa di
manfaatkan oleh sel untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Hal ini juga di
pengaruhi oleh belum terbentuknya enzim-enzim yang dipakai dalam mengubah
cadangan makanan supaya bisa di manfaatkan. Contohnya dalah enzim lipase,
protease, dan amilase.
e) Hormon pada biji. Tumbuhan menghasilkan beberapa hormon yang masing-
masing telah memiliki fungsi yang berbeda-beda. Salah satunya adalah ABA yang
terdapat pada endosperm pada biji. ABA dapat berfungsi untuk menghambat
terjadinya sintesis protein. Akibatnya tidak terbentuk protein pada sel baik protein
struktural maupun fungsional. Tumbuhan akan mengalami dormansi jika
seandainya kadar ABA masih tinggi dalam endospermnya. Kadar ABA akan
berkurang jika biji berada pada kondisi yang sesuai dan pengaruh sinar matahari.
3. Klasifikasi Dormansi Biji
Gejala dormansi bukanlah suatu sifat khusus biji, tetapi juga pada organ
tumbuhan yang lain seperti tunas pada pohon-pohonan dan tumbuhan semak, tunas
umbi, rhizome, dan umbi lapis (bulb). Pada biji dormansi berbentuk, embrio yang
dicegah pertumbuhannya, pada tunas dormansi berbentuk, jaringan meristem
apikal dicegah pertumbuhannya. Berikut klasifikasi dormansi biji:
a) Dormansi tunas
Kebanyakan tanaman berkayu membentuk tunas-tunas diam pada sebagian tahapan
dalam siklus pertumbuhan tahunan. Faktor panjang hari dan jenis spesies memiliki
efek nyata terhadap awal mulanya dormansi. Hari-hari pendek sangat
meningkatkan pembentukan tunas-tunas diam dan awal mulainya dormansi, contoh
pada spesies Acacia melanoxylon, Acer spp, dan Pinus spp
.
b) Dormansi biji
Dormansi biji biasanya terjadi sebagai akibat dari dua proses, yaitu:
i. Dormansi karena keadaan embrio (di dalam embrio)
Embrio seperti ini masih perlu berkembang terus pada masa tumbuh embrio.
Proses-proses permulaan perkecambahan embrio ini membutuhkan pembentukan
suatu zat perangsang atau perombakan atau pengurangan molekul-molekul
penghambat.
ii. Dormansi karena kulit biji
Kebanyakan biji terdiri dari beberapa lapis sel yang berasal dari jaringan
integument ovul, disamping itu beberapa biji mempunyai lapisan kulit biji
tambahan yang berasal dari endosperm atau jaringan buah. Dari segi susunan
kimiawi, kulit biji tersusun dari campuran complex polisakarida, hemiselulosa,
lemak, malam (wax), dan protein. Selama pematangan biji, komponen-komponen
kulit biji mengalami dehidrasi dan membentuk lapisan pelindung yang kuat
disekitar embrio. Kulit biji berpengaruh kuat terhadap pertumbuhan embrio
kembali.
c) Dormansi pada kuncup
Kuncup adalah organ tumbuhan yang masih aktif membelah, dan terjadi juga
diferensiasi sel, karena selnya masih aktif maka jika pada suatu keadaan yang tidak
sesuai menyebabkan proses itu terhenti untuk sementara ini lah yang di namakan
dormansi pada kuncup. Dormansi pada organ penyimpanan bawah tanah. Pada
organ bawah tanah yang paling sering mengalami dormansi adalah pada akar.
Karena masih aktif membelah dan metabolismenya pun masih tinggi untuk
mendukung pembelahan selnya.

4. Pematahan Dormansi
Dormansi pada beberapa bagian tumbuhan dapat hilang di bagi menjadi tiga
macam secara umum yaitu secara mekanik dan kimia yang dijabarkan sebagai
berikut:
a. Dormansi pada biji
i. Secara mekanik
a) Dengan goncangan, kulit biji yang keras menghalangi penyerapan oksigen dan
air. Kulit biji yang keras itu biasanya terdapat pada anggota family Fabaceae
(Leguminosae) pengecualian untuk buncis dan kapri,. Pada beberapa spesies, air
dan oksigen tidak dapat menembus biji tertentu karena jalan masuk dihalangi oleh
sumpal strofiolar pada lubang kecil (celah strofiolar) di kulit biji. Bila biji
digoncang-goncangkan, sumpal itu lepas sehingga dapat berlangsung
perkecambahan, contoh yang telah diterapkan pada Melilotus alba (semanggi
manis), Trigonella Arabica, dan Crotallaria egyptica.
b) Diberi perlakuan panas, sumpal strofiolar yang terdapat pada biji dapat lepas
jika diberi panas. Teori ini tercetus ketika Albizzia lophantha yang merupakan
tumbuhan kacang-kacangan berukuran kecil di Australia Barat sebagian besar biji
berkecambah di lapisan tebal abu setelah terjadi kebakaran ladang. Kebakaran
memang lazim terjadi disana. Hasilnya terjadi suksesi yang cepat di wilayah
tersebut setelah terjadi kebakaran.
c) Skarifikasi atau penggoresan, biasanya menggunakan pisau, kikir atau kertas
amplas. Di alam goresan tersebut mungkin terjadi akibat kerja mikroba, ketika biji
melewati alat pencernaan pada burung atau hewan lain, biji terpajan pada suhu
yang berubah-ubah, atau terbawa air melintasi pasir atau cadas. Skarifikasi secara
ekologis sangat penting. Skarifikasi dalam alat pencernaan burung atau hewan lain
menyebabkan perkecambahan biji setelah biji terbawa jauh. Biji yang terbawa
aliran air di gurun sering berakhir pada tempat yang mengandung banyak air.
d) Tumbuhnya fungi di kulit biji, merekahkan kulit itu sehingga perkecambahan
dapat berlangsung. Dean Vest (1972) memperlihatkan hubungan simbiosis
mutualisme antara fungi dengan biji Atriplex centrofertifolia yang tumbuh di Great
Basin. Pertumbuhan fungi terjadi bila kondisi suhu dan kelembapan sesuai baginya
selama awal musim semi yaitu waktu yang paling tepat bagi kecambah untuk dapat
bertahan hidup.
ii. Secara kimia
a) Merendam dengan alkohol, pelarut lemak lainnya, atau asam pekat, bertujuan
untuk menghilangkan bahan berlilin yang menghalangi masuknya air. Sebagai
cotntoh , perkecambahan biji kapas dan kacang-kacangan dapat dipicu dengan
merendam biji terlebih dahulu dalam asam sulfat selama beberapa menit sampai
satu jam dan selanjutnya dibilas untuk menghilangkan asam itu.
b) Tiourea, nitrat dan nitrit sebagai pemacu perkecambahan terutama biji spesies
rerumputan.
iii. Secara fisika
a) Pendinginan awal (Prechilling), selama pendinginan awal, embrio beberapa
spesies tumbuh sangat cepat dengan memindahkan seyawa karbon dan nitrogen
dari sel penyimpan makanan. Gula terbentuk dan hal ini diperlukan sebagai sumber
energy dan untuk menarik air secara osmosis yang selanjutnya menyebabkan
perkecambahan. Bahkan pada biji yeng perlu suhu rendah seperti Fraxinus
excelsior yang embrionya sudah matang terjadi perombakan lemak secara besar-
besaran dalam embrio itu sendiri selama suhu rendah. Kandungan protein
meningkat dan pati kemudian menghilang. Mungkin zat penghambat hilang selama
pendinginan awal dan pemacu pertumbuhan seperti giberelin dan sitokinin
terhimpun (Khan,1977). Perlakuan pendinginan sebelum perkecambahan yang
diperlukan oleh biji-bijian untuk mnghilangkan dormansinya disebut stratifikasi.
Selama stratifikasi, beberapa perubahan terjadi terhadap hormon-hormon. ABA
yang mula-mula sangat tinggi akan menurun dengan cepat, sedangkan sitokinin
akan meningkat dan kemudian menurun kembali apabila giberelin meningkat. Pada
saat perkecambahan, semua hormon turun pada kadar yang rendah
(Sasmitamihardja, 1996).
b) Cahaya, jumlah klorofil yang terdapat pada embrio saat biji masak sangat
penting untuk menentukan apakah biji spesies tertentu akan bersifat fotodorman
(membutuhkan cahaya untuk perkecambahannya) atau tidak. Umumnya embrio
yang masak mengandung sejumlah besar klorofil, membutuhkan cahaya untuk
berkecambah. Sedangkan embrio yang sedikit mengandung klorofil tidak
membutuhkan cahaya. Bila biji yang perkecambahannya terpacu oleh cahaya
terkena cahaya maka akan berkecambah dan mampu berfotosintesis. Bagi biji yang
perkecambahannya terhambat oleh cahaya, perkecambahannya itu tak akan terjadi
sampai biji tertutup seluruhnya oleh sampah, yaitu saat mendapatkan air yang
cukup untuk tumbuh.
b. Dormansi pada kuncup
i. Secara fisika
a) Lamanya hari tertentu, dormansi kuncup berakhir bila hari panjang dialami
pohon tanpa-daun misalnya : beech, larch, yellow poplar, sweetgum dan red oak.
Mungkin karena cukup banyak cahaya masuk yang dapat menimbulkan respons
dalam jaringan daun primordial di bagian dalam kuncup, namun hal ini belum
jelas.
b) Suhu rendah
c) Perendaman bagian tumbuhan dalam air hangat (40-50 C) selama 15 detik
ii. Secara kimia
a) Pemberian 2-kloroetanol (etilen klorohidrin)
b) Pemberian giberelin
PENUTUP
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau
referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dapat memberikan
kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi perbaikan makalah ini dan
dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini
berguna bagi penulis pada khususnya para pembaca dari kalangan mahasiswa yang
budiman pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin,Z. 1987. Dasar-dasar Pengetahuan Tentang Zat Pengatur Tumbuh. Angkasa,
Bandung.
Akbar, Joni et al. 2010. Proses Perkecambahan Pada Tanaman Padi (Pertumbuhan
Vegetatif Tahap O). Padang: Universitas Andalas.
Darjadi, L. dan Hardjono, 1972. Sendi-Sendi Silvikultur. Jakarta: Dirjen Kehutanan
Fahmi, Zaki Ismail. 2010. Studi Teknik Pematahan Dormansi dan Media Perkecambahan
Terhadap Viabilitas Benih Aren (Arenga pinnata ( Wurmb.) Merr.). Surabaya:
Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya. Diunduh dari
Goldsworthy Peter R., Fisher N.M 1992. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Harjati, S.S 1974. Dormansi Benih. J. Proceding Kursus Singkat Pengujian Benih: 7-96.
IPB: Bogor
Ilyas, S. dan W.T. Diarni. 2007. Persistensi dan pematahan dormansi benih pada
beberapa varietas padi gogo. Jurnal Agrista 11 (2): 92-101.
Jagor 2009. Dormansi Biji. http://agrica.wordpress.com. Diakses Kamis 28 Februari 2013.
Kamil, J. 1979. Teknologi Benih 1. Padang: Angkasa Raya.
Kuswanto, H. 1996. Dasar-dasar Teknologi Produksi dan Sertifikasi Benih. Yogyakarta:
Penerbit Andi
Lakitan, B. 1996. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada.
Noorhidayah, Akhmadi A, Priyono 2008. Proses Perkecambahan Benih Akar Kuning.
WANA BENIH (9): 2.
Pramono, Eko. Bahan Kuliah Dasar-dasar Teknologi Benih. Fakultas Pertanian
Universitas Lampung
Prawiranta W. 1981. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Departemen Botani: Fakultas
Pertanian IPB.
Sahupala. 2007. Teknologi Benih. Ambon : Panitia Implementasi Program NFP-FAO.
Salisbury, F dan Cleon W. Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan Jilid 3. Bandung: ITB.
Santoso E 2011. Dormansi. http://ras-eko.blogspot.com. Diakses Kamis 28 Februari 2013.
Sastamidharja, Dardjat dan Arbayah Siregar. 1996. Fisiologi Tumbuhan. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Sutopo, L., 1993. Teknologi benih. Jakarta: Rajawali
Sutrisno dan Abdul Hanan. 1999. Skarifikasi untuk Memacu Perkecambahan Biji Empat
Jenis Cassia sp.. Bogor: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Tamam, Badrut 2012. Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan. http://biology-
community.blogspot.com. Diakses 28 Februari 2013.
Wilkins , Malcolm B. 1989. Fisiologi Tanaman. Jakarta: PT Melton Putra

Anda mungkin juga menyukai