PENDAHULUAN
1
atau gangguan tidur sedangkan pada sirosis dekompensata dapat ditemukan adanya
ikterus, ascites, edema perifer, atau hematemesis melena.4
Sama halnya dengan kasus kegawatan lainnya, hal yang pertama dilakukan
dalam menangani pasien perdarahan varises esofagus adalah memastikan patensi
jalan nafas, mencegah aspirasi, dan resusitasi cairan termasuk transfusi bila
diperlukan. Perlu diingat overtransfusi pada kasus perdarahan varises esophagus
dapat meningkatkan tekanan porta dan perburukan kontrol perdarahan, sehingga
transfusi harus dievaluasi secara cermat. Pemberian antibiotik berspektrum luas
ternyata secara bermakna mengurangi resiko infeksi dan menurunkan mortalitas. Jika
memungkinkan, dapat dilakukan endoskopi segera untuk menentukan sumber
perdarahan dan memberikan terapi secara tepat. Apabila perdarahan masih
berlangsung dan besar kecurigaan adanya hipertensi portal, dapat diberikan obat
vasopressin IV dalam dosis 0,1-1 U/menit ditambah nittrogliserin IV 0,3 mg/mnt
untuk mengurangi efek konstriksi pada jantung dan pembuluh darah perifer.
Octeotrid, suatu analog somatostatin, dapat menurunkan tekanan portal tanpa
menimbulkan efek samping seperti vasopressin. Obat ini diberikan secara bolus IV
50-100 mcg dilanjutkan dengan drip 25-200 mcg/jam.5
Tindakan yang tepat dapat dilakukan jika praktisi medis mengenal, etilogi,
patogenesis, tanda dan gejala sampai ditegakkannya suatu diagnosis Berikut ini akan
dilaporkan sebuah kasus hematemesis melena ec suspek varices esophagus bleeding
pada pasien sirosis hepatic dekompensata ec hepatitis B.
2
BAB II
LAPORAN KASUS
Seorang pasien laki-laki, berusia 49 tahun, masuk ruang rawat inap irina C1
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado pada tanggal 25 Agustus 2017, dengan
keluhan utama muntah hitam dan BAB hitam 1 hari SMRS. Muntah hitam 1 kali
dengan volume 1000cc dan BAB hitam 1 kali dengan konsistensi lembek. Selain itu
pasien mengeluh nyeri perut sejak 1 hari SMRS, nyeri seperti diremas-remas dan
hilang timbul. Demam tidak ada, batuk tidak ada, sesak tidak ada dan BAK biasa.
Pasien memiliki riwayat penyakit sirosis hepatik ec. hepatitis B yang diketahui dari
lampiran USG Abdomen. Riwayat penyakit hipertensi, jantung, ginjal dan asam urat
disangkal. Pasien merupakan seorang dosen yang mempunyai 1 orang isteri, 4 orang
anak dan 1 orang cucu. Hanya pasien yang menderita penyakit ini dalam keluarga.
3
abdomen dari inspeksi ditemukan abdomen cembung, tidak ada bekas operasi, tidak
ada jaringan parut, auskultasi bising usus normal 3 kali per menit, palpasi
didapatkan tegang, ada nyeri tekan dan tes undulasi positif. Hepar dan lien tidak
teraba. Perkusi didapatkan shifting dullness positif. Pemeriksaan ekstremitas akral
hangat, CRT < 2 detik, tidak ada oedem.
Terapi awal yang diberikan pada pasien yaitu infus aminofusin 500 cc,
omeprazole 40 mg per 12 jam, propranolol 10 mg per 12 jam, cefotaxim 3x2 gr
intravena (skin test negative), vitamin k 1 ampul per 8 jam, sukralfat 2 sendok teh per
6 jam, dan diet lambung 1 dingin.
Pada hari kedua, tanggal 25 Agustus 2017, pasien masih mengeluh nyeri
perut, nyeri seperti diremas-remas dan hilang timbul, BAB hitam dan muntah hitam
tidak ada. Pada pemeriksaan fisik, masih terdapat konjungtiva anemis dan sklera
ikterik. Serta, pada pemeriksaan abdomen masih terdapat ascites dan nyeri tekan.
Pasien didiagnosis dengan post hematemesis melena ec VEB, anemia ec GIT
4
bleeding, sirosis hepatik dekompensata ec hepatitis b, dan suspek SBP. Pada
pengobatan omeprazole diganti dengan esomeprazole 40 mg per 12 jam, asam
tranexamat 500 mg per 8 jam, terapi lain lanjut.
Pada hari keempat, tanggal 27 Agustus 2017, nyeri perut yang dialami pasien
menurun, BAB hitam dan muntah hitam tidak ada. Pada pemeriksaan fisik, masih
terdapat konjungtiva anemis dan sklera ikterik. Serta, pada pemeriksaan abdomen
masih terdapat ascites dan nyeri tekan. Dilakukan pemeriksaan darah lengkap dan
pada tanggal 28 Agustus 2017 didapatkan hasil yaitu : hemoglobin : 6,5 g/dL,
hematokrit : 19,7%, trombosit : 60.000/uL, albumin : 1,91 g/dL. Pasien kemudian
diberikan human albumin drips 25% per 24 jam dan transfusi PRC 230 cc per 24 jam
sampai Hb 10, cefotaxim 3x2 gr intravena (skin test negative), vitamin k 1 ampul
per 8 jam, asam tranexamat 500 mg per 8 jam, sukralfat 2 sendok teh per 6 jam, dan
diet lambung 1 dingin.
5
BAB III
PEMBAHASAN
6
dilakukan pemeriksaan esophagogastrodenoskopi (EGD). Sebanyak 176 pasien
diantaranya adalah dengan hematemesis melena karena ruptur varises esofagus
dengan jumlah pasien pria 18 orang (81,8%) dan wanita 4 orang (18,2%).10
Sedangkan, di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Juni 2013- Juni 2015
didapatkan kasus perdarahan SCBA ulkus peptik sebagai penyebab terbanyak,
tersering pada kelompok usia 56-65 tahun dan jenis kelamin laki-laki.11 Pada kasus
ini, dapat dilihat bahwa, pasien merupakan pasien laki-laki usia 49 tahun yang
mengalami perdarahan SCBA yaitu hematemesis melena.
7
hilang timbul. Riwayat penyakit hipertensi, jantung, ginjal dan asam urat disangkal.
Pasien juga memiliki penyakit sirosis hepatis yang didiagnosis sejak Februari 2017
dengan membawa lampiran hasil USG abdomen, dan adik pasien menderita penyakit
hepatitis B.
8
varises pada endoskopi, dapat digunakan indikator seperti perdarahan aktif yang
terlihat kasat mata muncul dari varises esofagus, biasanya menyembur atau mengalir,
adanya tanda bekas perdarahan pada varises berupa white nipple sign atau temuan
bekuan darah, tampak varises esofagus yang berwarna merah, dan ditemukan darah
pada lambung tanpa adanya sumber perdarahan lain, terlihat varises esofagus yang
berwarna merah dengan manifestasi klinis perdarahan saluran cerna atas, tanpa darah
pada lambung.13 Temuan varises pada endoskopi dapat dikategorikan empat tingkatan
yaitu pertama : dilatasi vena (<5mm), masih tertutup dengan jaringan sekitarnya,
kedua : dilatasi vena (>5mm) terdapat tonjolan ke jaringan sekitar namun belum
menutup lumen esophagus, ketiga : vena besar, tegang dan menyebabkan obstruksi
lumen, keempat : hampir menutup lumen secara total dengan stigmata endoskopi
terutama cherry red spot.13 Pada kasus ini, tanggal 17 Februari 2017 dilakukan
pemeriksaan USG abdomen dan disimpulkan pasien dengan sirosis hepatis dengan
splenomegaly dan asites. Pada tanggal 25 Juli 2017 dilakukan pemeriksaan fibroscan
dan didapatkan hasil diagnosis yaitu hepatitis B. Pada tanggal 31 Juli 2017 dilakukan
pemeriksaan HBsAg dan didapatkan hasil positif 169,5. Pada tanggal 24 Agustus
2017, dilakukan pemeriksaan laboratorium dan didapatkan hasil leukosit : 11.100
/uL, eritrosit : 3,30 106 /uL, hemoglobin : 10,6 g/dL, hematokrit : 30,4%, trombosit :
100.000 /uL, SGOT : 125 U/L, SGPT : 66 U/L. Kemudian dilakukan pemeriksaan
laboratorium kotrol tanggal 27 Agustus 2017 didapatkan hemoglobin : 6,5 g/dL,
hematokrit : 19,7%, trombosit : 60.000/uL, albumin : 1,91 g/dL. Pasien direncanakan
akan dilakukan pemeriksaan EGD, namun mendapatkan jadwal bulan Oktober 2017.
Sehingga dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, pasien
didiagnosis dengan hematesis melena et causa suspek VEB, sirosis hepatik
dekompensata ec. hepatitis B, suspek spontaneous bacterial peritonitis (SBP), anemia
et causa GIT bleeding, hipoalbuminemia.
9
disebabkan oleh hipertensi portal yang terjadi sekunder akibat sirosis hati karena
peningkatan tahanan aliran porta dan peningkatan aliran darah yang masuk ke vena
porta. Varises terjadi jika terdapat peningkatan perbedaan tekanan antara vena porta
dan vena hepatika lebih dari 10 mmHg. Tahanan mekanik disebabkan oleh gangguan
struktur vaskular hati akibat fibrosis, nodul regeneratif dan deposisi kolagen di ruang
disse, sedangkan tahanan dinamik dikarenakan peningkatan tonus vaskular hati yang
dimodulasi oleh vasokontriksi endogen seperti norepinefrin, endotelin I, angiotensin
II, leukotrien dan tromboksan A2. Varises akan semakin berkembang akibat
peningkatan aliran darah ke tempat varises dan terjadi ruptur. Pecahnya varises
esophagus sering digambarkan dengan darah yang berkumpul pada kerongkongkan
dan sebenarnya tidak dimuntahkan. Adanya melena menandakan bahwa darah telah
berada dalam saluran cerna minimal selama 14 jam.13
Sama halnya dengan kasus kegawatan lainnya, hal yang pertama dilakukan
dalam menangani pasien perdarahan varises esofagus adalah memastikan patensi
jalan nafas, mencegah aspirasi, suplemetasi oksigen, pemasangan akses intravena dua
line dengan jarum dewasa, pemberian cairan normal saline atau ringer laktat, evaluasi
laboratorium seperti waktu koagulasi, hemoglobin, hematokrit, serum elektrolit,
pertimbangkan trasfusi Packed Red Cell (PRC), Fresh Frozen Plasma (FFP) atau
trombosit apabila INR >1,5 atau trombositopenia, pertimbangkan perawatan di ruang
intensif apabila pasien dalam keadaan syok dan perdarahan aktif berkelanjutan. Untuk
penyebab non varises, diberikan penghambat pompa proton dalam bentuk bolus
maupun drip tergantung kondisi pasien jika tidak ada dapat diberikan anatagonist H2
reseptor, sitoprotektor yaitu sukralfat 3-4 kali 1 gram atau teprenon 3x1 tab atau
rebamipide 3x100mg, injeksi vitamin K 3x1 ampul untuk pasien dengan penyakit hati
kronis atau sirosis hepatis. Untuk penyebab varises dapat diberikan somastostatin
bolus 250 ug + drip 250 mcg/jam intravena atau okreotide (sandostatin) 0,1
mg/24jam, vasopressin 50 unit diencerkan dalam 100 ml dekstrosa 5% diberikan 0,5-
1 mg/menit iv selama 20-60 menit dapat diulang tiap 3-6 jam, propranolol dimulai
dosis 2x10mg dosis dapat ditingkatkan hingga tekanan diastolik turun 20 mmHg atau
10
denyut nadi turun 20%, isosorbid dinitrat/mononitrat 2x1 tablet/hari hingga keadaan
umum stabil, metoklorpramid 3x10 mg/ hari. Pada pasien dengan pecahnya varises/
penyakit hati kronik/ sirosis hati dapat ditambahkan laktulosa 4x1 sendok makan,
antibiotika ciprofloksacin 2x500mg atau sefalosporin generasi ketiga, obat ini
diberikan sampai konsistensi dan frekuensi tinja normal.1 Pada kasus ini telah
dilakukan stabilisasi hemodinamik pada saat awal masuk pasien di instalasi gawat
darurat dan setelah di ruangan, pasien diberikan terapi omeprazole 40mg per 12 jam,
vitamin k 1 ampul per 8 jam, dan sukralfat 2 sendok teh per 6 jam. Namun pada hari
kedua perawatan, omeprazole diganti esomeprazole 40mg per 12 jam, asam
tranexamat 500mg per 8 jam dan terapi lain masih lanjut. Pada hari keempat
perawatan, telah dilakukan pemberian human albumin drips 25% per 24 jam dan
dilakukan transfusi PRC 230 cc per 24 jam sampai Hb 10. Pada hari kesembilan
perawatan, pasien diberikan spironolakton 50mg per 24 jam dan lactulac per 6 jam
atas indikasi pasien belum BAB selama 1 minggu dan setelah itu pasien BAB, terapi
lain dilanjutkan. Pada hari keduabelas perawatan, pasien dipulangkan karena pasien
terjadwalkan endoskopi pada bulan Oktober 2017 dan kondisi pasien sudah membaik
serta ditakutkan pasien mendapat penyakit infeksi lainnya di rumah sakit.
11
Pada umumnya penderita dengan perdarahan SCBA yang disebabkan
pecahnya varises esofagus mempunyai faal hati yang buruk/terganggu sehingga setiap
perdarahan baik besar maupun kecil mengakibatkan kegagalan hati yang berat.
Terjadinya perdarahan pada varises ialah 5% per tahun bila berukuran kecil, atau 15%
per tahun bila berukuran sedang sampai besar. Dalam dua dekade terakhir, angka
mortalitas akibat perdarahan varises ialah 20%. Sementara, resiko perdarahan ulang
dalam 1 tahun pertama sangat tinggi yaitu sekitar 70%, dengan angka mortalitas yang
juga lebih tinggi yaitu sekitar 33%.13 Pada kasus ini, prognosisnya apabila digunakan
sistem penilaian Child-Turcotte-Pugh, presentase hidup dalam 1 tahun pertama yaitu
80%.
12
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan :
Saran :
13