Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN KERJA PRAKTIK

ANALISIS AUDIT INTERNAL DAN EKSTERNAL

PERUM PERURI

Oleh :
1102120157 Nenden Widha Soraya

Dosen Pembimbing :
Fransiskus Tatas Dwi Atmaji
(NIP. 14811394-2)

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS REKAYASA INDUSTRI

UNIVERSITAS TELKOM

BANDUNG
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KERJA PRAKTIK

ANALISIS AUDIT INTERNAL DAN EKSTERNAL

PERUM PERURI

Oleh :

Nenden Widha Soraya

(1102120157)

Menyetujui,

PEMBIMBING KERJA PRAKTIK

Rini Dwicahyanti ST

NIP. 7133
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KERJA PRAKTIK

ANALISIS AUDIT INTERNAL DAN EKSTERNAL

PERUM PERURI

Oleh :

Nenden Widha Soraya

(1102120157)

Mengetahui,
DOSEN PEMBIMBING KOORDINATOR KERJA
PRAKTIK

(Fransiskus Tatas Dwi Atmaji) (Amelia Kurniawati)


NIP. 14811394-2 NIP. 10810591-1

KETUA PROGRAM STUDI


TEKNIK INDUSTRI

Rino Andias A.
NIP. 99750184-1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena hanya dengan ijin serta rahmat-Nya,
saya sebagai penyusun dapat menyelesaikan kerja praktik dan menyelesaikan laporan. Praktik kerja ini
dilaksanakan untuk memenuhi syarat kelulusan program studi Kerja Praktik yang memiliki bobot
sebesar 2 SKS.

Pada kesempatan ini saya mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada Bapak/Ibu yang
berkerja di Perum Peruri, khususnya pada Divisi Perencanaan Perusahaan dan Manajemen Risiko
(PPMR) serta turut meminta maaf bila pernah melakukan kesalahan atau menyusahkan pekerjaan
Bapak/Ibu di kantor.

Akhirnya saya hanya dapat berharap semoga penyusunan laporan ini dapat bermanfaat bagi
penyusun dan pihak lainnya yang terkait, meski masih jauh dari sempurna. Untuk itu saya sangat
mengharapkan kritik dan saran yang berguna sebagai bahan evaluasi atau pembelajaran agar dapat
menjadi lebih baik lagi.

Karawang, 30 Juli 2015

Hormat saya,

Nenden Widha Soraya

Penyusun
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Audit merupakan suatu proses pengumpulan data, penilaian atau pun pengevaluasian
yang dilakukan untuk menilai sesuatu apakah telah sesuai dengan kriteria yang mendasarinya.
Audit terdiri dari beberapa macam seperti audit keuangan, audit kepatuhan dan audit
operasional. Di sini, penyusun berfokus pada audit operasional. Audit operasional merupakan
audit yang dilaksanakan untuk menilai efisiensi dan efektivitas kegiatan suatu organisasi dalam
prosesnya untuk mencapai tujuan organisasi tersebut. Efisiensi digunakan untuk sebaik apakah
pemakaian sumber daya suatu organisasi yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Sedangkan efektivitas digunakan untuk menilai seberapa baik kebijakan-kebijakan
organisasi tersebut dalam mencapai tujuan. Efisiensi dan efektivitas merupakan dua hal yang
saling berkaitan erat satu dengan lainnya. Efisiensi dan efektivitas ini merupakan hal yang
sangat berperan penting dalam peningkatan kinerja pelayanan suatu organisasi. Audit
operasional merupakan tinjauan dari penilaian efisiensi dan efektivitas suatu kegiatan atau
prosedur kegiatan, dimana pemeriksaan ini dilaksanakan dengan disertai tanggung jawab untuk
mengungkapkan dan memberikan informasi kepada manajemen mengenai masalah operasi dan
membantu manajemen dalam memecahkan berbagai masalah tersebut dengan
merekomendasikan berbagai tindakan perbaikan yang dibutuhkan. Audit operasional sebagai
bagian dari fungsi pengendalian merupakan suatu alat bagi manajemen untuk mengukur dan
mengevaluasi kegiatan yang telah dilaksanakan. Audit operasional berfokus pada evaluasi
terhadap efisiensi dan efektivitas organisasi. Dengan diterapkannya audit operasional maka
auditor dapat melihat sejauh mana tujuan organisasi telah tercapai dan apakah kegiatan operasi
perusahaan telah dilakukan secara efektif dan efisien.
Audit operasional sangat penting dilaksanakan karena hasil audit tersebut bisa berupa
rekomendasi yang sangat berguna bagi pihak manajemen untuk menentukan dan menilai
kebijakan-kebijakan dan kegiatan organisasi apakah sudah tepat atau memerlukan adanya
perbaikan sehingga berpengaruh terhadap hasil dan kegiatan organisasi tersebut. Praktik audit
operasional secara umum biasanya dilaksanakan oleh auditor internal walaupun tidak menutup
kemungkinan dilakukan oleh auditor pemerintah maupun auditor eksternal. Audit operasional
memiliki posisi strategis dalam mewujudkan suatu organisasi untuk memiliki keunggulan
bersaing. Hal ini relevan dengan karakteristik dari audit operasional yaitu menilai dan
memperbaiki metode dan kinerja perusahaan, melalui standar kehematan, efisiensi, efektivitas
dengan orientasi masa depan (Kusmayadi,2008:2). Dengan demikian, audit operasional dapat
digunakan untuk menilai kinerja perusahaan, apakah suatu perusahaan telah menjalankan
operasionalnya sesuai dengan prosedur dan kebijakan yang telah ditetapkan atau tidak. Apabila
suatu perusahaan menjalankan kegiatan operasionalnya tidak sesuai dengan prosedur dan
kebijakan yang berlaku maka akan berimbas pada menurunnya kinerja perusahaan.
Berdasarkan uraian-uraian tersebut diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang
berjudul: ANALISIS AUDIT INTERNAL DAN EKSTERNAL

I.2 Tujuan Pelaksanaan


Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan dari kegiatan ini yaitu untuk
menganalisis audit operasional secara internal dan eksternal pada Perum Peruri.

I.3 Sistem Pelaksanaan Kerja Praktik


Sistem pelaksanaan kerja praktik yaitu bersifat latihan kerja. Adapun metode yang di
gunakan dalam penyusunan laporan kerja praktik ini yaitu dengan metode Hours Release, yaitu
penyelenggaraan kerja praktik dilaksanakan pada hari hari dan jam tertentu, adapun teknik
dalam pengumpulan data di antaranya :

1. Fields Research, di mana dalam mencari informasi, penyusun melakukan wawancara


kepada pembimbing dan staf serta kepada bagian-bagian yang terkait langsung di lapangan.
2. Studi pustaka, penulis mencari informaasi berdasarkan beberapa referensi yang mendukung
dalam pembuatan laporan kerja praktik serta kesesuaian aturan yang berlaku dalam
pelaksanaan topik yang penulis tinjau di lapangan

I.4 Sistematika Penulisan


Penulisan laporan hasil kerja praktik ini dibagi kedalam beberapa pembahasan, yang
setiap bagiannya akan dijelaskan seperti di bawah ini :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab pertama ini akan membahas mengenai latar belakang, tujuan pelaksanaan,
sistem pelaksanaan kerja praktik, serta sistematika penulisan laporan hasil kerja praktik di
Divisi Perencanaan Perusahaan dan Manajemen Risiko (PPMR).

BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

Pada bab ini akan membahas mengenai sejarah singkat Perum Peruri, Visi dan Misi
termasuk filosofi dan budaya kerja setiap insan di Perum Peruri, hubungan kerja sama serta
struktur organisasi.

BAB III TEORI DASAR

Pada bab ini berisi penjelasan mengenai teori dasar di bidang keilmuan yang sesuai
dengan masalah yang akan dipecahkan di dalam kerja praktik.
BAB IV LAPORAN PELAKSANAAN KERJA

Pada bab ini berisi penjelasan mengenai pekerjaan yang diberikan/ditugaskan dari
perusahaan.

BAB V ANALISIS HASIL PELAKSANAAN KERJA

Pada bab ini berisi penjelasan mengenai pekerjaan yang diberikan/pemecahan masalah
yang ada di perusahaan.

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

Pada bab yang terakhir ini berisikan rangkuman mengenai seluruh hasil selama proses
kegiatan kerja praktik yang dilaksanakan di Perum Peruri serta saran yang dibutuhkan untuk
pengembangan sistem informasi yang lebih baik.
BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
II.1 Sejarah Perusahaan
Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia (Perum Peruri) didirikan pada
tahun 1971 berdasarkan peraturan pemerintah nomor 60 tahun 1971, merupakan gabungan dua
perusahaan negara, yaitu P.N. Pertjetakan Kebajoran (Perkeba) dan P.N. Arta Yasa.

P.N. Perkeba adalah percetakan uang kertas yang semula bernama Perkeba NV,
didirikan dengan dasar hukum Tap Menteri Kehakiman No J.A 5/59/16 tanggal 16 April 1952.
Sedangkan P.N. Arta Yasa semula percetakan uang logam, didirikan atas dasar keputusan
Menteri Keuangan No 261156/UMI tanggal 18 November 1954.

Mengingat misi dari kedua perusahaan sama yaitu untuk melakukan pencetakan uang
maka demi efisiensi dan efektivitas pengelolaannya pemerintah menggabungkannya menjadi
satu dengan nama Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia (Perum Peruri)
tanggal 15 September 1971. Kolonel Subono Mantofani, SH ditetapkan sebagai Direktur Utama
untuk memberikan gerak yang lebih fleksibel dalam melaksanakan usaha mencapai
sasaran/misinya sesuai PP 60 tahun 1971 diubah dengan PP No. 25 tahun 1982 yang kemudian
disempurnakan dengan PP No. 30 tahun 1985.

II.2 Visi dan Misi Perusahaan


Visi yang dimiliki oleh Perum Peruri yaitu Menjadi Perusahaan Berkelas Dunia di
Bidang Integrated Security Printing and System. Sedangkan misinya adalah Menghasilkan
Produk Berkualitas dan Bernilai Sekuriti Tinggi Kebanggaan Bangsa. Maka untuk dapat
mencapai visi dan misi tersebut Perum Peruri memiliki 5 (lima) tata nilai yang harus diterapan
di dalam perusahaan yaitu integritas, sekuriti, teamwork, inovasi, dan kualitas. Adapun peran
penting yang dimiliki oleh Perum Peruri yaitu menjadi unsur dalam mendukung eksistensi,
kedaulatan, dan persatuan bangsa, serta menunjang stabilitas ekonomi negara Republik
Indonesia.

II.3 Tempat dan Kedudukan Perusahaan


Sejalan dengan perkembangan lingkungan, keberadaan Peruri sebagai perusahaan
industri ditengah wilayah Kebayoran Baru tidak sesuai lagi dengan rencana tata ruang wilayah,
sehingga perlu dilakukan relokasi.

Atas persetujuan Menteri Keuangan, Peruri telah menyediakan sebidang tanah seluas
202 hektar di daerah teluk jambe kabupaten Karawang Jawa Barat yang semula dimaksudkan
untuk membangun pabrik kertas uang.

Perusahaan Umum Percetakan Republik Indonesia (Perum Peruri) beralamatkan di Jl.


Tarum Barat, Desa Parung Mulya, Kecamatan Ciampel, Kabupaten Karawang, Jawa Barat.
II.4 Bentuk dan Badan Hukum Perusahaan
Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia (Perum Peruri) merupakan
Perusahaan Negara/Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

II.5 Bidang Pekerjaan Perusahaan


Adapun lapangan usaha meliputi :

1. Mencetak uang kertas dan uang logam untuk Bank Indonesia

2. Mencetak barang barang cetakan berharga, surat surat berharga dan barang barang
cetakan lainnya, serta membuat barang barang logam untuk pemerintah, Bank
Indonesia dan Bank Pemerintah lainnya, lembaga lembaga negara serta umum.

3. Membuat kertas uang, kertas cetakan berharga [security paper], logam untuk uang dan
bahan dasar lainnya.

4. Melakukan usaha usaha lain yang berhubungan dengan tujuan perusahaan sesuai
keputusan menteri keuangan

II.6 Hubungan Kerja Sama


II.6.1 Hubungan Kerja Sama Dengan Instansi Dalam Negeri
Hubungan dan kerja sama merupakan keharusan yang tidak dapat dihindari. Hubungan
dengan Menteri Keuangan sebagai atasan langsung adalah sesuai dengan PP No. 30 Tahun
1985. Dalam pasal 11 ayat 1 PP No. 60 Tahun 1971 dinyatakan bahwa hubungan dan
pengawasan sehari hari dilakukan oleh Gubernur Bank Indonesia, sedangkan dilain pihak
Gubernur Bank Indonesia merupakan pembesar utama Perum Peruri. Kondisi demikian
menghendaki suatu kerja sama yang baik.

Hubungan dan kerja sama sehari hari antara Perum Peruri dan Bank Indonesia
dilakukan melalui urusan pengedaran uang terutama mengenai pelaksanaan teknis pesanan,
persiapan dan pengiriman. Untuk memantapkan hubungan dan kerja sama tersebut dilakukan
dengan mengadakan rapat teknis dan rapat kerja antara pihak Perum Peruri dengan Bank
Indonesia.

Hubungan dan kerja sama juga dilakukan dengan PT. Pos Indonesia untuk pemesanan
benda benda pos. Kerja sama dengan Dirjen Pajak dalam pengadaan materai tempel, kertas
bermaterai dan stiker kaset. Dengan Dirjen Bea dan Cukai Cq Direktorat untuk pemesanan pita
cukai yang sejak tanggal 1 Januari 1980 fungsi percetakannya dialihkan pada Perum Peruri
berdasarkan SK Menteri Keuangan No. 563/KMK-05/1979 tanggal 29 Desember 1979.

Selain dilakukan kerja sama dengan instansi instansi tersebut di atas, dilakukan juga
kerja sama dengan PT. TELKOM Indonesia, PT. Garuda Indonesia, Dirjen Imigrasi, Badan
Pertahanan Nasional, PT. Surveyor Indonesia, Dirjen Meteorologi dan Badan Koordinasi
Pemberantasan Uang Palsu (BOTASUPAL)

II.6.2 Hubungan Kerja Sama Internasional


Untuk mempelajari hubungan kerja sama dan menyerap perkembangan teknologi
lainnya, Perum Peruri selalu aktif mengikuti kegiatan konferensi internasional antara lain :
Pasific Rim Bank Notes Printers Conference (PRBBC), European Bank Notes Printers
Conference (EBPC) dengan anggota perusahaan percetakan uang Eropa, Min Conference of
Asean Countries yang kemudian berubah menjadi Technical Meeting of Min Asean (TEMAN)
yang anggotanya terdiri dari perusahaan percetakan uang logam Negar Negara ASEAN, The
Government Postage Stamp Printer Conference, International Conference on Quality Control
Circles (ICQCC), dan turut dalam keanggotaan tim koordinasi Interpol. Khusus TEMAN yang
diselenggarakan dalam 2 tahun sekali, Perum Peruri sudah 2 kali menjadi tuan rumah, pada
tahun 1987 yang merupakan konferensi I dan tahun 1995 yang merupakan konferensi VI.

II.7 Divisi Tempat Kerja Praktik


Pada saat melakuka kerja praktik di Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik
Indonesia (PERUM PERURI) di bagian Divisi Perencanaan Perusahaan dan Manajemen Risiko
(PPMR).
II.8 Struktur Organisasi Perusahaan
Perumusan struktur organisasi terus dilakukan oleh tim internal perusahaan. Upaya yang dilakukan berupa perampingan organisasi yang
meliputi pengayaan pekerjaan, optimalisasi fungsi dan mengurangi birokrasi sesuai tuntutan perubahan lingkungan bisnis.

Gambar 2. 1 Struktur Organisasi Perum Peruri

Gambar 2. 2 Struktur Organisasi Divisi PPMR


BAB III TEORI DASAR
III.1 Pengertian Audit
Menurut Arens and Loebbecke (Auditing: An Integrated Approach, eight edition,
2000:9), audit adalah kegiatan mengumpulkan dan mengevaluasi dari bukti-bukti mengenai
informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi dengan
kriteria yang telah ditetapkan. Proses audit harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan
independent.

Menurut The American Accounting Associations Committee on Basic Auditing


Concepts (Auditing: Theory And Practice, edisi 9, 2001:1-2) audit merupakan suatu proses
yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai
pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi dengan tujuan umtuk menetapkan tingkat
kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan serta
menyampaikan hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.

Menurut William F. Meisser, Jr (Auditing and Assurance Service, A Systematic


Approach, 2003:8) audit adalah proses yang sistematik dengan tujuan mengevaluasi bukti
mengenai tindakan dan kejadian ekonomi untuk memastikan tingkat kesesuaian antara
penugasan dan kriteria yang telah ditetapkan, hasil dari penugasan tersebut dikomunikasikan
kepada pihak pengguna yang berkepentingan.

III.2 Jenis-Jenis Audit


1. Audit keuangan
Audit keuangan adalah audit terhadap laporan keuangan suatu entitas (perusahaan atau
organisasi) yang akan menghasilkan pendapat (opini) pihak ketiga mengenai relevansi,
akurasi, dan kelengkapan laporan-laporan tersebut.
2. Audit operasional
Audit operasional adalah pengkajian atas setiap bagian organisasi terhadap prosedur
operasi standar dan metode yang diterapkan suatu organisasi dengan tujuan untuk
mengevaluasi efisiensi, efektivitas, dan keekonomisan (3E).
3. Audit ketaatan
Audit ketaatan adalah proses kerja yang menentukan apakah pihak yang diaudit telah
mengikuti prosedur, standar, dan aturan tertentu yang ditetapkan oleh pihak yang
berwenang.
4. Audit investigatif
Audit investigatif adalah: 1. "Serangkaian kegiatan mengenali (recognize),
mengidentifikasi (identify), dan menguji (examine) secara detail informasi dan fakta-
fakta yang ada untuk mengungkap kejadian yang sebenarnya dalam rangka pembuktian
untuk mendukung proses hukum atas dugaan penyimpangan yang dapat merugikan
keuangan suatu entitas (perusahaan/organisasi/negara/daerah)." 2. "a search for the
truth, in the interest of justice and in accordance with specification of law" (di negara
common law). Jadi, audit itu adalah suatu rangkaian kegiatan yang menyangkut:
a. Proses pengumpulan dan evaluasi bahan bukti.
b. Informasi yang dapat diukur. Informasi yang dievaluasi adalah informasi yang
dapat diukur. Hal-hal yang bersifat kualitatif harus dikelompokkan dalam
kelompok yang terukur, sehingga dapat dinilai menurut ukuran yang jelas,
seumpamanya baik sekali, baik, cukup, kurang baik, dan tidak baik dengan
ukuran yang jelas kriterianya.
c. Entitas ekonomi. Untuk menegaskan bahwa yang diaudit itu adalah kesatuan,
baik berupa perusahaan, divisi, atau yang lain.
d. Dilakukan oleh seseorang (atau sejumlah orang) yang kompeten dan
independen yang disebut sebagai auditor.
e. Menentukan kesesuaian informasi dengan kriteria penyimpangan yang
ditemukan. Penentuan itu harus berdasarkan ukuran yang jelas. Artinya,
dengan kriteria apa hal tersebut dikatakan menyimpang.
f. Melaporkan hasilnya. Laporan berisi informasi tentang kesesuaian antara
informasi yang diuji dan kriterianya, atau ketidaksesuaian informasi yang diuji
dengan kriterianya serta menunjukkan fakta atas ketidaksesuaian tersebut.

III.3 Perbandingan Jenis-Jenis Audit


Tabel 3. 1 Perbandingan Jenis-Jenis Audit

Jenis Audit Contoh Informasi Kriteria yang Bukti audit yang


Ditetapkan Tersedia

Audit Audit tahunan Laporan Prinsip Dokumen,


keuangan atas laporan keuangan akuntansi yang catatan dan bahan
keuangan Pemerintah DKI berlaku umum bukti audit yang
Jakarta
Pemerintah DKI berasal dari
Jakarta sumber-sumber
di luar auditan

Audit Evaluasi untuk Banyaknya Surat Ketentuan Laporan


operasional mengetahui Perintah yang kesalahan,
Pencairan ditetapkan
apakah proses catatan dan biaya
pemrosesan
pencairan dana Dana (SP2D) DJPB pencairan dana
pada Direktorat yang mengenai
Jenderal dikeluarkan, efisiensi dan

Perbendaharaan biaya yang efektivitas


dikelaurkan
berjalan secara proses
dan banyaknya
efektif dan pencairan dana
kesalahan yang
efisien
terjadi

Audit Audit KPK atas Masukan saksi UU Anti Bukti suap/


investigatif kasus korupsi dari Korupsi, UU penyelewengan
masyarakat Pidana dana

Audit Audit ketaatan Laporan Undang Laporan


ketaatan atas keuangan undang keuangan dan
penghitungan auditan dan perhitunganperhitungan
jumlah pajak ketentuan oleh
yang terhutang perpajakan auditor

III.4 Tujuan Audit


Tujuan audit secara umum dapat diklasifikasilkan sebagai berikut :

1. Kelengkapan (completeness). Untuk meyakinkan bahwa seluruh transaksi telah dicatat


atau ada dalam jurnal secara aktual telah dimasukkan.

2. Ketepatan (accurancy). Untuk memastikan transaksi dan saldo perkiraan yang ada telah
dicatat berdasarkan jumlah yang benar, perhitungan yang benar, diklasifikasikan, dan
dicatat dengan tepat.

3. Eksistensi (existence). Untuk memastikan bahwa semua harta dan kewajiban yang
tercatat memiliki eksistensi atau keterjadian pada tanggal tertentu, jadi transaksi
tercatat tersebut harus benar-benar telah terjadi dan tidak fiktif.

4. Penilaian (valuation). Untuk memastikan bahwa prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku


umum telah diterapkan dengan benar.
5. Klasifikasi (classification). Untuk memastikan bahwa transaksi yang dicantumkan
dalam jurnal diklasifikasikan dengan tepat. Jika terkait dengan saldo maka angka-
angka yang dimasukkan didaftar klien telah diklasifikasikan dengan tepat.

6. Ketepatan (accurancy). Untuk memastikan bahwa semua transaksi dicatat pada tanggal
yang benar, rincian dalam saldo akun sesuai dengan angka-angka buku besar. Serta
penjumlahan saldo sudah dilakukan dengan tepat.

7. Pisah Batas (cut-off). Untuk memastikan bahwa transaksi-transaksi yang dekat tanggal
neraca dicatat dalam periode yang tepat. Transaksi yang mungkin sekali salah saji
adalah transaksi yang dicatat mendekati akhir suatu peride akuntansi.

8. Pengungkapan (disclosure). Untuk meyakinkan bahwa saldo akun dan persyaratan


pengungkapan yang berkaitan telah disajikan dengan wajar dalam laporan keuangan
dan dijelaskan dengan wajar dalam isi dan catatan kaki laporan tersebut.

III.5 Hubungan Antara Jenis Audit dengan Tujuannya


Tabel 3. 2 Hubungan Antara Jenis Audit dengan Tujuannya

III.6 Manfaat Audit


Berikut adalah beberapa manfaat management audit menurut Tunggal (2003:14) yaitu:

1. Memberi informasi operasi yang relevan dan tepat waktu untuk pengambilan
keputusan.

2. Membantu manajemen dalam mengevaluasi catatan laporan-laporan dan pengendalian.


3. Memastikan ketaatan terhadap kebijakan manajerial yang ditetapkan rencana-rencana
prosedur serta persyaratan peraturan pemerintah.

4. Mengidentifikasi area masalah potensial pada tahap dini utk menentukan tindakan
preventif yang akan diambil.

5. Menilai ekonomisasi dan efisiensi penggunaan sumber daya termasuk memperkecil


pemborosan.

6. Menilai efektivitas dalam mencapai tujuan dan sasaran perusahaan yang telah
ditetapkan.

7. Menyediakan tempat pelatihan untuk personil dalam seluruh fase operasi perusahaan.

III.7 Risiko Audit


Dari rumusan model risiko audit ada 4 (empat) jenis risiko audit. Masing-masing jenis
risiko audit tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Planned detection risk (risiko penemuan yang direncanakan)


Adalah risiko bahwa bukti yang dikumpulkan dalam segmen gagal menemukan
kekeliruan yang melampaui jumlah yang dapat ditolerir. Jika kekeliruan semacam itu
timbul. Ada dua hal penting yang harus diperhatikan:
a. PDR tergantung pada tiga unsur risiko lainnya dalam model. Jadi risiko
penemuan yang direncanakan hanya akan berubah jika auditor mengubah salah
satu unsur lainnya.
b. PDR menentukan besarnya bukti yang akan dikumpulkan. Hubungan antara
PDR dengan bukti berbanding terbalik. Jika nilai risiko penemuan yang
direncanakan diperkecil, berarti jumlah bukti yang harus dikumpulkan auditor
dalam audit lebih banyak.
2. Acceptable audit risk (risiko audit yang dapat diterima)
Adalah ukuran ketersediaan auditor untuk menerima bahwa laporan keuangn
mengandung salah saji material tanpa pengecualian telah diberikan. Risiko ini
ditetapkan secara subyektif bahwa auditor bersedia menerima laporan keuangan tidak
disajikan secara wajar setelah audit selesai dan pendapat wajar tanpa pengecualian
telah diberikan. Kalau auditor menetapkan tingkat risiko audit yang dapat diterima
rendah, berarti ia ingin lebih memastikan bahwa tidak ada kekeliruan yang material
dalam laporan keuangan. Tingkat risiko nol berarti kepastian penuh bahwa laporan
keuangan tidak mengandung kekeliruan dan tingkat risiko ini 100% berarti auditor
sangat tidak yakin kalau laporan keuangan tidak mengandung salah saji atau kekeliruan
yang material.
3. Inherent risk (risiko bawaan atau risiko melekat)
Adalah penetapan auditor akan kemungkinan adanya kekeliruan (salah saji) dalam
segmen audit yang melampaui batas toleransi, sebelum memperhitungkan faktor
efektivitas pengendalian intern. Risiko bawaan menunjukkan faktor kerentanan laporan
keuangan terhadap kekeliruan yang material dengan asumsi tidak ada pengendalian
intern. Bila auditor berkesimpulan bahwa akan banyak kemungkinan terjadi kekeliruan
tanpa pengendalian intern, berarti risiko bawaannya tinggi. Faktor pengendalian intern
tidak diperhitungkan dalam menetapkan inherent risk (risiko bawaan) karena dalam
model risiko audit hal itu akan diperhitungkan tersendiri sebagai risiko pengendalian.
Hubungan antara risiko bawaan (inherent risk) dengan risiko penemuan (planned
detection risk) serta rencana pengumpulan bukti adalah bahwa inherent risk sifatnya
berbanding terbalik dengan planned detection risk rendah, maka planned detection risk
tinggi dan bukti yang harus dikumpulkan pun sedikit.
4. Control risk (risiko pengendalian)
Adalah ukuran penetapan auditor akan kemungkinan adanya kekeliruan (salah saji)
dalam segmen audit yang melampaui batas toleransi yang tidak terdeteksi atau tercegah
oleh struktur pengendalian intern klien. Risiko pengendalian (control risk)
mengandung unsur:
a. Apakah struktur pengendalian intern klien cukup efektif untuk mendeteksi atau
mencegah kekeliruan.
b. Keinginan auditor untuk membuat penetapan tersebut di bawah nilai
maksimum (100%) dalam rencana audit. Misalnya: auditor menyimpulkan
bahwa struktur pengendalian intern yang ada sama sekali tidak efektif dalam
mencegah atau mendeteksi kekeliruan.

III.8 Hubungan Pengendalian, Pengawasan, dan Audit


Pengendalian secara umum bertujuan untuk memastikan bahwa kegiatan dapat berjalan
sesuai dengan apa yang seharusnya atau seperti apa yang telah direncanakan. Permasalahan
lemahnya pengendalian akan membawa dampak kepada kerugian yang besar dan bahkan
kemungkinan terjadinya kegagalan organisasi. Mengingat arti pentingnya, pengendalian
hampir selalu disebutkan dalam setiap literatur manajemen. Secara umum pengendalian dapat
dibedakan atas tiga kategori:

1. Pengendalian preventif (feed-forward/preventive control)


Jenis pengendalian yang dilakukan sebelum suatu kegiatan dijalankan.. Contoh
penyusunan anggaran dengan analisis standar biaya.
2. Pengendalian proses/aktivitas (feedwhile/ concurrent control)
Untuk menjamin bahwa kegiatan berjalan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Contoh dari jenis pengendalian ini adalah pengawasan manajemen (management
control/oversight), pengawasan atasan langsung (melekat) dan penyeliaan
(supervision).
3. Pengendalian hasil (feed-back/repressive/result control)
Dilakukan setelah kegiatan berlangsung. Contoh jenis pengendalian ini sering
disebutsebut sebagai pemeriksaan yaitu antara lain oleh aparat penegak hukum, untuk
setiap kegiatan yang berakibat pelanggaran hukum, dokter, atas setiap kondisi pasien
yang merasakan gejala suatu penyakit tertentu, ataupun pemeriksaan.

III.9 Obyek Audit


Obyek audit pada dasarnya meliputi semua kegiatan organisasi sejak perencanaan,
pelaksanaan kegiatan operasional sampai dengan pelaporan pertanggungjawaban akhir periode
dari suatu organisasi/lembaga.

Terdapat tiga jenis organisasi/lembaga yaitu pertama organisasi/lembaga sektor


komersial, yaitu yang bertujuan untuk mencari laba, kedua organisasi/lembaga sektor publik,
yaitu yang bertujuan murni nirlaba, dan kuasi sektor publik, yaitu unit yang tidak semata-mata
mencari laba.

Seiring dengan perkembangan organisasi sektor publik, dan kuasi sektor publik yang
berfungsi untuk melayani publik, yang antara lain ditandai dengan perkembangan perundangan
tentang otonomi daerah dan prinsip perimbangan keuangan pemerintah pusat dan daerah; maka
profesi akuntansi dan auditing sektor publik ditantang untuk berkembang seiring tuntutan
dilaksanakannya good governance di segala bidang.

III.10 Profesi Auditor dan Auditor Sektor Publik


Penggunaan istilah akuntan publik terdaftar mengacu pada Undang- Undang No. 34
tahun 1954 yang mengatur sebutan akuntan yang bekerja secara profesional di bidang
akuntansi/auditing. Untuk dapat berpraktek sebagai akuntan publik, harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:

1. Persyaratan pendidikan
Untuk menjadi akuntan publik terdaftar diperlukan gelar sarjana ekonomi jurusan
akuntansi dari fakultas ekonomi universitas negeri yang telah mendapatkan persetujuan
dari panitia ahli persamaan ijazah akuntan. Setelah lulus dari pendidikannya, orang
tersebut harus mendaftarkan diri ke Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan,
Departemen Keuangan guna memperoleh nomor register negara dan sertifikat sebagai
akuntan terdaftar.
2. Ujian Negara Akuntansi/Ujian Sertifikasi Akuntan Publik (USAP)
Untuk mendapatkan gelar akuntan, seorang.sarjana ekonomi jurusan akuntansi dari
perguruan tinggi swasta dan beberapa universitas negeri tertentu diharuskan mengikuti
Ujian Negara Akuntansi (UNA).
3. Persyaratan pengalaman
Seorang akuntan publik yang terdaftar, seorang akuntan harus memiliki pengalaman
kerja sebagai auditor pada kantor akuntan publik atau BPKP paling sedikit 3 tahun.
Seorang akuntan publik harus selalu mengikuti pendidikan lanjutan dan memenuhi
persyaratan perizinan untuk memepertahankan izin praktek.

III.11 Peranan dan Tanggung Jawab Auditan


Konsep SPKN menyatakan bahwa para pejabat dari entitas yang diaudit diberi
tanggung jawab untuk mengelola sumber-sumber daya publik sedangkan auditor sektor publik
memiliki peranan dan tanggung jawab yang esensial dalam memastikan bahwa sumber-sumber
daya publik tersebut digunakan dengan efisien, ekonomis, efektif, dan sah. Secara rinci seperti
yang tertera pada Government Auditing Standards 2003 Revision (GAGAS 2003) paragraf,
para pejabat dari entitas yang diaudit bertanggung jawab atas hal-hal berikut:

1. Menggunakan sumber-sumber daya secara efisien, ekonomis, efektif dan sah untuk
mencapai tujuan-tujuan penyediaan sumber-sumber daya tersebut atau program-
program yang telah ditetapkan. Sumber daya yang dipertanggungjawabkan ini meliputi
sumber daya keuangan, fisik maupuninformasional. Sumber daya tersebut dapat
dipercayakan kepada pejabat publik atau pihak lainnya yang ditunjuk, misalnya
yayasan atau lembaga non-pemerintahan. Sumber daya tersebut dapat berasal dari
konstituennya, misalnya yang dialokasikan melalui proses legislatif dalam anggaran
belanja, maupun dari tingkatan pemerintah lainnya, misalnya dari pemerintah pusat
kepada pemerintah daerah.

2. Menaati peraturan perundang-undangan yang berlaku, mencakup identifikasi


ketentuan-ketentuan yang harus ditaati oleh entitas dan pejabatnya dan
menyelenggarakan sistem-sistem yang dirancang untuk mencapai ketaatan tersebut.

3. Membentuk dan menyelenggarakan pengendalian intern yang efektif untuk


memastikan bahwa tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang ditetapkan telah tercapai;
sumber daya digunakan secara efisien, ekonomis, efektif, dan diamankan dengan baik;
peraturan perundang-undangan ditaati; dan laporan yang sesuai kepada berbagai pihak
yang mengawasi tindakan mereka dan kepada publik dalam rangka
pertanggungjawaban sumber-sumber daya yang digunakan untuk menjalankan
programprogram pemerintah dan hasil-hasil yang dicapai dari program-program
pemerintah ini.
4. Menangani temuan-temuan dan rekomendasi-rekomendasi auditor dan menetapkan
dan menyelenggarakan suatu proses untuk memonitor status dari temuan-temuan dan
rekomendasi-rekomendasi tersebut.

5. Dalam hal auditan melakukan pengadaan untuk audit dan penugasan atestasi lainnya,
auditan harus mengikuti praktik pengadaan yang baik, termasuk memastikan bahwa
telah ada prosedur-prosedur untuk memantau kinerja dari kontrak pengadaan tersebut.
Tujuan-tujuan dan ruang lingkup audit atau penugasan atestasi lainnya harus jelas.
Faktor-faktor yang dapat dipertimbangkan dalam mengevaluasi proposal penawaran
audit atau penugasa atestasi lainnya adalah harga, kecepatan tanggapan penawar atas
permintaan proposal, ketersediaan staf yang memiliki kualifikasi profesional dan
kemampuan teknis yang sesuai dan hasil dari peer review dari penawar.

III.12 Peranan dan Tanggung Jawab Auditor


Berdasarkan GAGAS 2003, bagi auditor dilingkungan pemerintah (sektor publik), ada
dua tanggung jawab utama dalam melaksanakan tanggung jawab profesionalnya, yaitu :

1. Menjalankan prinsip-prinsip pelayanan kepentingan umum dan kepentingan umum


adalah keberadaan kolektif dari komunitas masyarakat dan entitas yang dilayani oleh
auditor. Dalam melayani kepentingan umum, auditor harus mengambil keputusan-
keputusan yang konsisten dengan kepentingan publik atau program atau aktivitas yang
diaudit.
2. Mempertahankan tingkat integritas, obyektivitas dan independensi setinggi mungkin.
Auditor sering menghadapi berbagai tekanan dari manajemen entitas yang diaudit,
pejabat pemerintah, ataupun pihak-pihak lain. Pegangan utama bagi auditor dalam
mengatasi konflik ini adalah bertindak dengan integritas yang tinggi dengan pedoman
bahwa bila auditor memenuhi tanggung jawabnya kepada publik maka kepentingan
individu-individu dan organisasi-organisasi ini telah dilayani dengan cara terbaik.

Tujuan dari auditor mempertahankan tingkat integritas, obyektivitas dan independensi


yang tinggi adalah untuk menjaga dan meningkatkan kepercayaan masyarakat.
BAB IV LAPORAN PELAKSANAAN KERJA
Pekerjaan yang ditugaskan selama menjalani kerja praktik di Divisi Perencanaan Perusahaan
dan Manajemen Risiko (PPMR) Perum Peruri di antaranya yaitu membantu menyelesaikan tugas-tugas
yang berkaitan dengan proses audit perusahaan seperti :

1. Menyalin atau mengetik saran perbaikan yang telah selesai dikerjakan sebelumnya oleh tim
auditor ke dalam lembar Ms. Word yang kemudian diprint/dicetak
2. Mengisi kolom dan baris kosong pada lembar audit menggunakan Ms. Word, seperti mengisi
data temuan audit ke dalam lembar lain, mengisi kapan tanggal pengumpulan lembar tersebut,
mengisi unit kerja, mengisi tanggal verifikasi, mengisi tim auditor, hingga memberi penomoran
3. Mendata laporan audit, apakah sudah terkumpul atau belum (apakah telah diserahkan kepada
unit PPMR atau belum)
4. Mendata laporan audit, apakah sudah diisi saran perbaikan atau belum
5. Mendata laporan audit, apakah sudah ditandatangani oleh auditor atau belum (bila sudah
ditandatangani berarti sudah close)
6. Mendata laporan audit, apakah sudah terkumpul evidence atau belum
7. Mengkopi laporan audit, mengarsip, membuat daftar isi untuk setiap arsip-arsip audit tersebut
8. Melakukan update laporan audit bila ada laporan baru yang terkumpul

Di atas merupakan beberapa tugas utama selama melakukan kerja praktik khususnya pada
bagian ISO Divisi Perencanaan Perusahaan dan Manajemen Risiko (PPMR). Adapun dalam proses
audit internal tersebut, tentu berkaitan dengan sistem manajemen ISO yang telah dimiliki oleh Perum
Peruri hingga HIRADC dan IADL yang merupakan atribut dari pengukuran sistem manajemen K3 dan
mutu.

Selain beberapa tugas pokok di atas, ada pula tugas-tugas lain yang juga dikerjakan selama
melakukan kerja praktik di antaranya tugas yang berkaitan dengan administrasi seperti membuat surat
izin, mengirim dokumen/file ke unit lain dengan lebih dahulu mengisi lembar ekspedisi, mengarsip
surat masuk dan surat keluar, membuat surat/nota dinas sejak mengetik, memberikan penomoran,
mengkopi, mengirim, dan juga mengarsipkannya.

Di sini juga, seringkali mendapatkan tugas yang berkaitan dengan penggunaan software seperti
Ms. Word, Ms. Excel, dan juga Ms. Power Point seperti mengeprint berbagai prosedur kerja, struktur
organisasi, membuat matrix, flow chart, hingga membantu membuat bahan presentasi.

Selain berbagai pekerjaan yang diberikan pada saat menjalani kerja praktik selama 2 (dua)
bulan di Perum Peruri ini, seringkali juga diberi kesempatan untuk pergi ke bagian lain dari perusahaan
seperti mengunjungi gedung produksi uang kertas untuk mengirim dokumen/file hingga mengelilingi
Perum Peruri secara keseluruhan dan melihat lokasi gedung produksi lainnya seperti gedung produksi
uang logam, gedung produksi kertas berharga non uang, gedung pengadaan, dan lain sebagainya.
BAB V ANALISIS HASIL PELAKSANAAN KERJA
Sesuai dengan BAB IV yang berisi tentang penjelasan mengenai pekerjaan yang
diberikan/ditugaskan oleh perusahaan, maka pada BAB ini terdapat beberapa analisis hasil pelaksanaan
kerja berdasarkan pengamatan dan informasi yang diperoleh selama menjalani kerja praktik pada Divisi
Perencanaan Perusahaan dan Manajemen Risiko (PPMR). Di mana, tugas utama yang diberikan yaitu
membantu menyelesaikan pekerjaan yang berkaitan dengan proses audit baik internal maupun
eksternal.

V.1 Manajemen Program Audit


Sebelumnya, untuk dapat menganalisis proses audit secara umum, maka dapat dilihat
ilustrasi yang menggambarkan manajemen program audit di bawah ini :

Gambar 5. 1 Manajemen Program Audit

1. Plan/Perencanaan
Pada langkah perencanaan/plan dalam program audit, diperlukan beberapa penetapan
yaitu berupa tujuan dilakukannya audit, ruang lingkup audit, taggungjawab audit,
sumberdaya, hingga prosedur. Ruang lingkup audit seperti area apa saja yang akan
diaudit, di mana lokasinya, hingga kapan waktu dilangsungkannya proses audit.
Tanggung jawab audit sendiri diberikan kepada auditor, mereka adalah orang-orang
yang tidak memihak pada pihak manapun ketika berlangsungnya proses audit. Sumber
daya dapat berupa sumber daya manusia yaitu orang-orang yang akan terlibat, bisa pula
sumber daya lain seperti mesin dan fasilitas lainnya. Prosedur audit digunakan sebagai
langkah-langkah yang harus dijalankan oleh auditor dalam melaksanakan pemeriksaan
agar tidak melakukan penyimpangan dan lebih efektif serta efisien.
2. Do/Pengerjaan
Pada tahap ini terdapat kegiatan audit yang pada mulanya, biasanya dilakukan rapat
pembukaan dengan isi berupa perkenalan anggota tim audit, penjelasan lingkup audit,
tujuan audit, serta rencana yang sebelunya telah dirancang pada tahap
plan/perancangan kepada setiap pihak yang terkait dengan pelaksanaan audit.
Penjelasan-penjelasan tersebut di antaranya juga berisi tentang metode dan prosedur
audit, konfirmasi ketersediaan dokumen dan sumber daya, serta konfirmasi kunjungan
dan wawancara. Kegiatan yang dilakukan setelah rapat pembukaan yaitu pengumpulan
bukti-bukti dengan dengan menguji dokumen, data, serta catatan mutu, wawancara,
dan pengamatan kegiatan serta kondisi. Setelah itu, auditor akan mendokumentasikan
dan mengevaluasi hasil dari pengumpulan bukti-bukti tersebut dengan menyajikan
temuan audit dan pengamatan audit serta mendiskusikannya. Biasanya juga, diskusi ini
dilakukan seperti halnya rapat dalam rangka menjawab hasil dari temuan-temuan
tersebut dan kegiatan terakhir yang dilakukan pada proses audit yaitu adanya rapat
penutup. Pada proses audit eksternal, rapat penutup ini bisa berupa penjabaran
mengenai hasil temuan yang telah didapatkan oleh auditor eksternal sebelumnya
kepada pihak perusahaan untuk diproses lebih lanjut.
3. Check/Pemeriksaan
Tahap ketiga ini berisi kegiatan pemantauan dan peninjauan program audit seperti
memonitoring dan mereview hasil temuan audit, identifikasi kebutuhan tindakan
koreksi dan tindakan pencegahan, serta identifikasi peluang perbaikan. Proses ini sama
dengan kegiatan mendiskusikan hasil temuan audit, bisa berupa rapat internal untuk
mencari jalan keluar atau jalan pemecahan masalah tersebut.
4. Action/Tindakan
Tahap terakhir yang ada dalam manajemen program audit yaitu perbaikan terhadap
program audit yang telah berlangsung. Dengan kata lain, adanya evaluasi dan tindakan
untuk memperbaiki efektifitas serta efisiensi yang dilakukan pada saat melakukan
proses audit.
V.2 Dokumen Audit
Adapun beberapa dokumen yang biasa digunakan pada saat melakukan proses audit
yaitu Non Conformity Report (NCR), Corrective Action Request (CAR), Action Plan, dan
Evidence.

a. Non Conformity Report (NCR)


Pada dokumen ini tertulis correction/perbaikan yaitu action to eliminate a detected non
conformity/tindakan untuk menghilangkan ketidaksesuaian yang terjadi. Kemudian,
corrective action/tindakan perbaikan yaitu action to eliminate the cause of a detected
non conformity or undesirable situation/tindakan untuk menghilangkan penyebab
ketidaksesuaian yang terjadi atau situasi yang tidak diinginkan. Serta, preventive
action/tindakan pencegahan yaitu action to eliminate the cause of a potential non
conformity or undesirable situation/tindakan untuk menghilangkan penyebab potensi
ketidaksesuaian atau situasi yang tidak diinginkan. Gambar berikut merupakan contoh
dari lembar NCR.

Gambar 5. 2 Format Non Conformity Report (NCR)


b. Corrective Action Request (CAR)
Corrective Action Request (CAR) merupakan lembar permintaan tindak koreksi seperti
pada gambar berikut ini.

Gambar 5. 3 Format Corrective Action Plan


c. Action Plan

Gambar 5. 4 Contoh Action Plan

d. Evidence
Menurut Konrath (2002:114 &115) ada 6 (enam) tipe bukti audit, yaitu :
1. Physical evidence terdiri atas segala sesuatu yang bisa dihitung, dipelihara,
diobservasi atau diinspeksi dan terutama berguna untuk mendukung tujuan
eksistensi atau keberadaan.
2. Evidence obtain through confirmation merupakan bukti yang diperoleh
mengenai eksistensi, kepemilikan atau penilaian langsung dari pihak ketiga
diluar klien.
3. Documentary evidence terdiri atas catatan-catatan akuntansi dan seluruh
dokumen pendukung transaksi.
4. Mathematical evidence merupakan perhitungan, perhitungan kembali dan
rekonsiliasi yang dilakukan auditor.
5. Analytical Evidence merupakan bukti yang diperoleh melalui penelaahan
analitis terhadap informasi keuangan klien. Penelaahan analitis ini harus
dilakukan pada waktu membuat perencanaan audit, sebelum melakukan
substantive test dan pada akhir pekerjaan lapangan (audit field work). Prosedur
analitis bisa dilakukan dalam bentuk :
a. Trend (horizontal) analysis, yaitu membandingkan angka-angka
laporan keuangan tahun berjalan dengan tahun-tahun sebelumnya dan
menyelidiki kenaikan/penurunan yang signifikan baik dalam jumlah
rupiah dalam persentase.
b. Common size (vertical) analysis.
c. Ratio analysis, misalnya menghitung rasio likuiditas, rasio
profitabilitas, rasio leverage dan rasio manajemen aset.
6. Hearsay evidence merupakan bukti dalam bentuk jawaban lisan dari klien atas
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan auditor.
Adapun contoh sederhana dari evidence yaitu nota dinas perbaikan mesin dan
lain sebagainya.

V.3 Audit Internal dan Eksternal


Berdasarkan pihak yang menjalankan proses audit, maka terdapat audit yang dilakukan
oleh pihak internal serta pihak eksternal. Maksud dari pihak internal yaitu orang atau bagian
dalam perusahaan yang diberikan tugas/tanggung jawab untuk melakukan proses audit terhadap
perusahaan tersebut. Audit intern dilaksanakan dalam rangka pelaksanaan fungsi pengawasan
dalam manajemen. Jadi pelaksanaan audit intern lebih diarahkan pada upaya meyakinkan
pencapaian tujuan perusahaan. Sedangkan pihak eksternal yaitu pihak lain atau pihak di luar
ruang lingkup perusahaan yang merupakan orang atau badan professional untuk melakukan
proses audit.

Untuk memahami kegiatan audit internal dan eksternal maka dapat diambil contoh
seperti Pemerintah Daerah Kabupaten Karawang yang ingin melakukan proses audit keuangan
internal, maka proses audit tersebut dilakukan oleh aparat pengawasan internal daerah yang
bersangkutan seperti Bawasda atau yang sekarang disebut dengan Inspektorat Kabupaten
Karawang. Namun bila yang akan dilaksanakan adalah audit eksternal maka instansi yang dapat
menjadi auditor eksternal yaitu Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

V.4 Audit Mutu Internal


ISO 9001:2008 merupakan sistem manajemen mutu dan berdasarkan klausal 8.2.2
maka perusahaan wajib menjalankan audit internal untuk memeriksa kebijakan atau prosedur
pada perusahaan tersebut.

Audit mutu internal bertujuan untuk memeriksa sejauh mana perusahaan telah
menerapkan sistem manajemen mutu ISO 9001:2008 di lingkungannya, memeriksa kesesuaian
penerapan dengan persyaratan sistem majemen mutu, serta menilai gap antara organisasi
dengan standar ISO 9001:2008.

Berikut merupakan beberapa alasan keharusan melaksanakan audit mutu internal:


1. Untuk menentukan pemenuhan dari sistem manajemen mutu auditee (orang atau bagian
yang diaudit) dengan persyaratan sistem manajemen mutu.

2. Untuk menentukan apakah sistem manajemen mutu auditee telah dilaksanakan dan
dipelihara secara cukup.

3. Mengidentifikasi area yang berpotensi untuk perbaikan.

4. Mengkaji kemampuan dari proses tinjauan manajemen internal untuk memastikan


keberlanjutan dan keefektifan sistem manajemen mutu.

5. Untuk mengevaluasi sistem manajemen mutu organisasi di mana terdapat keinginan


untuk membuat hubungan kontrak, seperti dengan pemasok atau partner.

Adapun waktu dilakukannya kegiatan audit mutu internal menurut klausul 8.2.2 yaitu
organisasi harus melakukan audit internal pada selang waktu tertentu. Artinya, organisasi
dibebaskan untuk menentukan frekuensi pelaksanaan audit mutu internal apakah setiap tiga
bulan sekali, enam bulan sekali, atau setahun sekali. Hal yang perlu dicatat, bagian tertentu atau
departemen tertentu dalam sebuah organisasi bisa jadi memiliki frekuensi audit lebih banyak
dari departemen yang lain untuk alasan tertentu seperti, merupakan departemen yang sangat
kritis dan menetukan mutu organisasi secara keseluruhan atau departemen yang paling banyak
pneyimpangannya dalam proses penerapan sistem manajemen mutu.

Pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan audit mutu internal yaitu harus menunjuk
beberapa orang sebagai auditor mutu internal. Auditor mutu internal haruslah orang yang
memiliki kompetensi tentang kegiatan audit mutu internal. Ini bisa dibuktikan dengan sertifikat
training, absensi atau apapun yang bisa dijadikan bukti pelaksanaan pelatihan audit mutu
internal. Hal yang perlu dicatat, seorang auditor mutu internal tidak boleh mengaudit
pekerjaannya sendiri.

Secara ringkas, tata cara melaksanakan audit mutu internal adalah sebagai berikut:

1. Organisasi harus membentuk tim audit. Auditor internal sebaiknya setingkat kepala
bagian atau manajer ke atas agar pelaksanaannya lebih lancar.

2. Tim audit membuat program audit (audit programme) yang berisi gabungan dari satu
atau lebih audit yang direncanakan untuk kerangka waktu tertentu dan diarahkan ke
sasaran tertentu.

3. Bila waktu pelaksanaan audit mutu internal sudah dekat, maka tim audit membuat
rencana audit (audit plan) yang berisi jadwal pelaksanaan audit dan ruang lingkup audit
termasuk bagian mana saja yang diaudit. Audit plan ini harus didistribusikan ke seluruh
bagian yang akan diaudit.

4. Untuk memudahkan pelaksanaan audit mutu internal, sebaiknya tim audit membuat
audit checklist: sebuah dokumen yang berisi poin-poin penting yang harus ditanyakan
ke auditee (orang/bagian yang diaudit) . Audit checklist ini penting mengingat tidak
semua auditor internal memahami seluruh persyaratan ISO 9001:2008.

5. Setelah audit mutu internal, tim audit harus mengumpulkan semua temuan audit (audit
finding) yang didasari dengan bukti obyektif (objective evidence) dan
menyimpulkannya menjadi sebuah laporan audit mutu internal.

6. Semua temuan yang dituangkan dalam laporan audit mutu internal harus ditindaklanjuti
oleh bagian terkait kemudian harus diverifikasi oleh tim audit untuk memastikan
seluruh temuan telah diperbaiki sampai tuntas.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Berbagai tugas telah berhasil diselesaikan selama berlangsungnya kegiatan kerja praktik pada
Divisi Perencanaan Perusahaan dan Manajemen Risiko (PPMR) Perum Peruri sejak awal bulan Juni
lalu hingga akhir bulan Juli 2015. Setelah mendapatkan pengarahan dari Bapak/Ibu maka tugas utama
yang diterima yaitu membantu menyelesaikan pekerjaan yang berkaitan dengan ISO, salah satunya
ialah audit mutu internal. Menyalin hasil temuan, memeriksa NCR yang terkumpul, mengarsip, hingga
berbagai tugas administrasi serta belajar mengaplikasikan software untuk keperluan dunia pekerjaan
telah banyak memberikan pengalaman serta motivasi untuk terus giat dalam menuntut ilmu agar kelak
dapat memperoleh peluang kesuksesan yang lebih besar setelah lulus dari bangku perkuliahan.
Pegetahuan mengenai manajemen mutu, ISO, audit internal dan eksternal, K3, prosedur kerja, business
process mapping, serta lainnya telah berhasil diperoleh dengan pengalaman bekerja secara langsung.
Semua ini akan sangat bermanfaat bagi langkah berikutnya untuk masuk kedalam fokus keilmuan atau
keprofesian yang akan diambil hingga menyelesaikan tugas akhir perkuliahan nanti.

Divisi Perencanaan Perusahaan dan Manajemen Risiko (PPMR) merupakan sebuah unit kerja
yang membutuhkan banyak pengetahuan dari berbagai disiplin ilmu. Di tempat ini pula, peluang untuk
mempelajari keseluruhan sistem yang ada di Perum Peruri sangat terbuka lebar. Suatu kehormatan dapat
merasakan atmosphir dari Bapak/Ibu yang begitu bersemangat dan rela mencurahkan waktu, tenaga,
hingga fikiran demi menyelesaikan pekerjaan dengan sebaik-baiknya. Semoga semua usaha dan kerja
keras bersama dapat membawa kebaikan yang lebih banyak lagi bagi perusahaan, unit kerja, dan juga
individu atau Bapak/Ibu semua. Aamiin.. Terimakasih banyak dan salam semangat!
DAFTAR PUSTAKA

1. elib.unikom.ac.id
2. www.academia.edu
3. www.mdp.ac.id
4. http://www.kajianpustaka.com
5. http://konsultaniso.web.id
Lampiran

LAPORAN KEGIATAN HARIAN

Hari Ke Pelaksanaan
1. Mendapat pengarahan dari pihak keamanan perusahaan, membaca buku peraturan
perusahaan, diajarkan menulis nota, diajarkan menyimpan arsip surat, mengantar surat
ke unit lain, memperbanyak sertifikat pelatihan, dan mencari tahu info perusahaan di
portal.
2 Perkenalan dengan staf, pengarahan dan pembekalan dari kepala biro, membantu
menyelesaikan tugas manajemen ISO, memeriksa evidence, memperbanyak dokumen,
mengantarkan dokumen ke unit kerja lain, mengangkat dan menyambungkan telpon,
hingga mencatat pesan masuk.
3 Memeriksa barang inventaris yang masih bisa digunakan, membantu merapihkan barang
inventaris dan dokumen ke dalam lemari, memperbanyak daftar permintaan barang,
mengantarkan dokumen ke unit kerja lain, mengetik hasil audit, mengangkat dan
menyambungkan telpon masuk.
4 Memindahkan data-data dari laptop ke drive dan berbincang-bincang dengan para staf.
5 Membuat surat, mencetak dokumen, memperbanyak dan merapihkan dokumen,
6 Melanjutkan tugas audit, membuat penomoran di excel untuk surat masuk, mencetak
dokumen, memperbanyak dokumen, dan mengantarkan dokumen ke unit kerja lain.
7 Membantu menyiapkan perlengkapan rapat, mencetak dokumen, memperbanyak
dokumen, dan membuat data di excel.
8 Membantu merapihkan arsip, membantu merapihkan barang-barang inventaris baru,
mengangkat dan menyambungkan telpon, mencatat pesan masuk, memperbanyak
dokumen, dan mengantarkan surat ke unit kerja lain.
9 Membantu mencetak dokumen kerja.
10 Memperbanyak hasil temuan audit, merapihkan arsip temuan audit, dan mengupdate
hasil temuan audit.
11 Memeriksa kelengkapan arsip, menyerahkan arsip ke unit kerja lain, dan memperbanyak
hasil rapat PPMR dengan BPLH.
12 Memperbanyak dokumen, menyerahkan dokumen ke unit kerja lain, mendata arsip, dan
membuat matrix untuk arsip.
13 Memperbanyak nota dinas, menyerahkan dokumen ke unit kerja lain, menyerahkan
surat, mengangkat telpon dan menyambungakn telpon, membuat label untuk barang-
barang inventaris, menempelkan label barang inventaris, memberi penomoran untuk
Business Process Mapping atau prosedur pelaksanaan, membuat dan mencetak daftar isi
buku prosedur pelaksanaan, dan memperbanyak dokumen.
14 Membantu merapihkan berkas ke dalam lemari, memusnahkan kertas menggunakan
mesin, memperbanyak dokumen, membuat daftar isi HIRADC dan IADL, mencetak
daftar isi dan judul-judul prosedur pelaksanaan.
15 Meminta tanda tangan ke unit kerja lain, mempelajari PPMR, fungsi setiap biro, sistem
manajemen ISO, sampai tata cara menentukan 10 Risk Perum Peruri bersama para
pegawai baru.
16 Membuat nota, menyerahkan dokumen ke unit kerja lain, membuat daftar isi HIRADC
dan IADL, memperbanyak dokumen, dan membantu menyetel printer.
17 Membuat power point untuk laporan kepada Dirut Perum Peruri menggunakan menu
action/hyperlink, memperbanyak dokumen, menyerahkan dokumen ke unit kerja lain,
membantu menyelesaikan power point, membuat tutorial power point, mencetak
dokumen, dan mengupdate darsip ISO.
18 Membantu membuat power point, mengupdate arsip ISO, memperbanyak dokumen,
membuat flowchart, mencetak dokumen, dan menyerahkan dokumen ke unit kerja lain.
19 Membantu membuat power point, membuat tutorial flowchart, membuat daftar isi untuk
NCR, mengupdate NCR, memperbanyak undangan, dan membantu merekap penukaran
uang.
20 Mencetak dokumen, memperbanyak dokumen, dan pergi ke unit kerja lain.
21 Mencetak dokumen, memperbaiki rekap penukaran uang, mengunjungi tempat produksi
uang kertas untuk memberikan file, mengupadate hingga mencetak NCR, dan ikut
melepas masa pensiun Pak Kastam.
22 Membuat surat izin, meminta tanda tangan untuk surat izin, memperbanyak dokumen,
menyerahkan dokumen ke unit kerja lain, merekap NCR yang closed dan open,
mengajarkan staf baru memperbanyak dokumen, dan menjaga absensi rapat pertemuan
Manajemen Review.
23 Memperbanyak dokumen audit eksternal, mengunjungi gedung produksi uang kertas
untuk menyerahkan uang pecahan besar, dan jalan-jalan mengitari seluruh area Perum
Peruri.
24 Memperbanyak dokumen HIRADC dan IADL, menyerahkan undangan ke unit kerja
lain, pergi ke gedung produksi uang kertas, dan mengangkat serta menyambungkan
telpon.
25 Memperbanyak dokumen, menyiapkan konsumsi untuk tim auditor, membuat surat, dan
menyerahkan dokumen ke unit kerja lain.
26 Memperbanyak dokumen, mengetik SK, mengantarkan makanan untuk tim auditor,
memperisapkan rapat bersama tim SGS, pergi ke gedung percetakan uang kertas, dan
membuat surat keluar.
27 Memeriksa surat keluar, mengantarkan dokumen sosialisasi kontrak manajemen, dan
menemani Ibu/Bapak mencari bingkisan lebaran di Karawang.
28 Memperbanyak dokumen, mengangkat dan menyambungkan telepon
29 Mengantarkan surat cuti ke bangain SDM, memperbanyak dokumen, menerima dan
menyambungkan telpon masuk, dan mengirim surat menggunakan rut eke ruangan
PPMR di Jakarta.
30 Meminta tanda tangan surat cuti hari raya, memperbanyak dokumen, mengangkat dan
menyambungkan telpon, dan memastikan kirima surat sudah sampai.
31 Mengangkat dan menyambungkan telpon, memnita tanda tangan untuk surat, dan
menunggu rute di depan gedung SDM.
32 Halal Bi Halal Perum Peruri Karawang bersama Dirut Perum Peruri.
33 Memperbanyak dokumen, mengangkat dan menyambungkan telpon, mengantarkan
dokumen ke unit kerja lain, dan mencetak dokumen.
34 Mengantarkan dokumen ke unit kerja lain, memperbanyak dokumen, membuat surat,
mencetak dokumen, menulis buku ekspedisi, mengangkat dan menyambungkan telpon
masuk.
35 Memperbanyak dokumen, mengangkat dan menyambungkan telpon masuk,
menyerahkan dokumen ke unit kerja lain, dan memindahkan printer.
36 Memperbanyak dokumen, mengangkat dan menyambungkan telpon masuk,
menyerahkan dokumen ke unit kerja lain, mencetak dokumen, dan menyelesaikan
laporan Kerja Praktik untuk perusahaan.
37 Memperbanyak dokumen, mengangkat dan menyambungkan telpon, meminta dokumen
ke unit kerja lain, dan mencetak dokumen.
38 Menyelesaikan laporan Kerja Praktik, membuat lembar pengesahan, dan meminta tanda
tangan kepada kepala biro PPMR.

Anda mungkin juga menyukai