Anda di halaman 1dari 6

LAKSANSIA

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Makanan yang masuk ke dalam tubuh akan dimetabolisme menjadi energi.
Sisa makanan yang tidak diserap akan diekskresikan dalam bentuk feses,
ekskresi ini sering mengalami gangguan berupa kesulitan dalam defekasi yang
dikenal sebagai konstipasi. Konstipasi adalah kesulitan defekasi karena tinja
yang mengeras, otot polos usus yang lumpuh misalnyapada megakolon
kongenital dan gangguan refleks defekasi (Ganiswara 1995). Gangguan
defekasi ini terjadi karena keadaan fisiologis maupun patologis, gangguan
defekasi ini akan memberikan efek buruk pada hewan sehingga harus segera
diatasi.
Berkaitan dengan masalah konstipasi tersebut, maka dalam dunia
kedokteran dikenal kelompok obat laksansia atau pencahar.Mekanisme kerja
laksansia masih belum bisa dijelaskan karena kompleksnya faktor-faktor yang
mempengaruhi fungsi kolon, tranpor air dan elektrolit. Secara umum dapat
dijelaskan sebagai berikut: (1) sifat hidrofilik atau osmotiknya sehingga terjadi
penarikan air dengan akibat massa,konsistensi dan transit tinja bertambah; (2)
pencahar bekerja langsung ataupun tidak langsung terhadap mukosa colon
dalam menurunkan (absorbsi) air dan NaCl mungkin dengan mekanisme
seperti (1); (3) pencahar dapat meningkatkan motilitas usus dengan akibat
menurunnya absorbsi garam dan air dan selanjutnya mengurangi waktu transit
(Ganiswara 1995) Laksansia hanya digunakan untuk mengobati konstipasi
fungsional dan tidak dapat mengobati konstipasi patologis. Laksansia atau
pencahar dapat digolongkan sebagai pencahar pembentuk massa, pencahar
hiperosmotik, pencahar pelumas, pencahar perangsang, pencahar emolien dan
zat penurun tegangan permukaan.
1.2 Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh beberapa
sediaan obat yang memiliki daya kerja sebagai laksansia dan mengetahui
mekanisme perubahan yang terjadi dari pengaruh obat tersebut di dalam
usus.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Dasar


Laksatif adalah makanan atau obat-obatan yang diminum untuk
membantu mengatasi sembelit dengan membuat kotoran bergerak dengan
mudah di usus.Laksatif merupakan obat bebas yang biasanya digunakan
untuk mengatasi konstipasi atau sembelit. Dalam operasi pembedahan, obat
ini juga diberikan kepada pasien untuk membersihkan usus sebelum operasi
dilakukan. Laksatif merupakan obat bebas.
Obat pencahar atau lakansia adalah zat zat yang dapat
menstimulasi gerakan peristaltic usus sebagai reflex sebagai rangsangan
langsung terhadap dinding usus dan dengan demikian menyebabkan atau
mempermudah buang air besar (defekasi) atau meredakan sembelit. Menurut
definisi ini, zat zat yang menyebabkan efek defekasi karena mempengaruhi
susunan saraf pusat (kolinergika misalnya nikotin dan asetilkolin) atau obat
spasmolitk (papaverin) tidak termasuk obat pencahar sejati.Adakalanya obat
pencahar digunakan secara berlebih tanpa melihat kebutuhan yang
sesungguhnya atau karena salah pengetian mengenai frekewensi defekasi.
Tetapi sekarang kebiasaan demikian telah berkurang berdasarkan
pengunaan yang lebih rasional. Sembelit, laksansia juga digunakan pada
sejumlah keadaan tertentu, yaitu :
Ganguan usus teriritasi (IBS), dengan keluhan sakit dibagian
dibagian bawah perut tanpa adanya kelainan organic.
Untuk mengosongkan usus (diagnostis) sebelum menjalani
pembedahan / pemeriksaan dengan sinar rontgen dari saluran
lambung usus dan kandung ampedu.
Mekanisme pencahar yang sepenuhnya masih belum jelas, namun
secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Sifat hidrofilik atau osmotiknya sehingga terjadi penarikan air
dengan akibat massa, konsistensi, dan transit feses bertambah.
b. Laksatif bekerja secara langsung ataupun tidak langsung pada
mukosa kolon dalam menurunkan absorbs NaCl dan air.
c. Laksatif juga dapat meningkatkan motilitas usus dengan akibat
menurunnya absorbs garam dan air yang selanjutnya mengubah
waktu transit feses.

METODELOGI

3.1 Alat
a. perasat bedah minor
b. Syringe

3.2 Bahan
a. Tikus
b. Benang
c. Kapas
d. Uretan 20%
e. Aquades
f. NaCl 0,9%
g. NaCl 3%
h. MgSO4 4,7%
i. MgSO4 27%.

3.3 Cara Kerja

a. Bobot badan tikus ditimbang untuk mengetahui berat dan dosis anastesi
yng akan diberikan. Anastetikum yang diberikan pada praktikum kali ini
adalah uretan (1,25gr/KgBB).
b. Uretan disuntikan secara intraperitoneal. Setelah teranastesi, tikus
diletakan pada alas kayu/busa, posisi ventrodorsal dan kaki-kakinya diikat
pada sisi bantalan kayu/busa tersebut.
c. Dengan alat bedah, lakukan pembedahan bagian abdomen, kemudian usus
dipreparit, sepanjang 2,5 cm dari pylorus diikat dengan benang.
d. Bagian usus halus dibagi menjadi 5 segmen dengan cara mengikat usus
dengan benang, dengan interval panjang 5 cm, dan jarak cm antar
ikatan.
e. Dengan menggunakan syringe, segmen pertama diinjeksi dengan aquades,
segmen kedua dengan NaCl 0,9%, segmen ketiga dengan NaCl 3%,
segmen keempat dengan MgSO4 4,7%, dan segmen terakhir dengan
MgSO4 27%. Masing-masing sebanyak 0,25 ml.
f. Setelah segmen terinjeksi maka ruang abdomen yang terbuka tersebut
ditutup dengan kapas yang dibasahi dengan NaCl 0,9%.
g. Setelah 45 menit dari penyuntikan larutan tersebut, dilakukan aspirasi
cairan dari tiap segmen menggunakan syringe. Volume cairan yang di
aspirasi dari tiap-tiap segmen dihitung. Cara lain yang bias dilakukan
untuk mengoleksi sampel adalah dengan cara memotong usus dekat
ikatannya dan volume cairang yang tersisa ditampung pada gelas ukur
kemudian dicatathasilnya.
Larutan Volume awal (ml) Volume akhir (ml)

Aquades 0,25 0,01

NaCl 0,9% 0,25 0,04

NaCl 3% 0,25 0,02

MgSO4 4,7% 0,25 0,02

MgSO4 27% 0,25 0,04

Pembahasan:

Anastetikum yang digunakan adalah ketamin 10% sebanyak 0,15ml dan xylazim 2%
sebanyak 0,15ml. Keduanya dicampur dan diambil sebanyak 3ml, kemudian dilakukan
pembedahan lambung dan usus dikeluarkan. Usus kosng dibagi menjadi 5 segmen. Setelah
dilakukan injeksi pada tiap segmen, bagian abdomen yang terbuka ditutup dengan kapas yang
dibasahi oleh nacl 0,9% selama 45menit. Dilakukan aspirasi kapas segmen:

1. Aquadest dimasukan kedalam usus, aquadest merupakan larutan hipotonis, ketika


larutan hipotonis dimasukan kedalam segmen usus, maka aquadest tersebut akan
diabsorbsi keluar usus hingga tercapai suatu keseimbangan konsentrasi didalam
maupun diluar usus. Oleh karena itu aquadest berkurang dari 0,25mL menjadi
0,01mL.
2. NaCl 0,9% termasuk larutan isotonik yang merupakan keadaan dimana konsentrasi
larutan dan air seimbang. Tetapi NaCl 0.9% yang diberikan kedalamen lumen usus
diabsorbsi keluar usus karna konsentrasi diluar dan didalam usus tidak seimbang
sehingga volume NaCl 0.9% dari 0,25 ml menjadi 0,04 ml
3. NaCl 3% termasuk larutan hipertonis , apabila larutan hipertonis berada pada lumen
usus dalam jumlah tertentu maka cairan akan bergerak dari volume awal dan akhir.
Tetapi hasil pengamatan menunjukan volume dari 0,25 ml menjadi 0,07 ml.
4. MgSO4 4,7% sama seperti NaCl 0,9% yang termasuk larutan isotonis. Seharusnya
tidak ada perubahan yang terjadi dari volume awal dan volume akhirtetapi hasil
pengamatan menunjukan volume dari 0.25 ml menjadi 0.02 ml
5. MgSO4 27% sama dengan NaCl 3% yang termasuk larutan hipertonis, namun pada
hasil pengamatan terjadi penurunn dari 0.25 ml menjadi 0.04 ml.
- MgSO4 merupakan obat laksansia garam yang terjadi dari kation yang tidak bias
diserap dan anion yang tidak bias diserap pula (sulfat) yang bekerja membentuk
massa, juga menghasilkan stimulus pada aktivitas peristatik sehingga bekerja
cepat untuk mendorong garam tersebut.
- Keganjilan dan penyimpangan terjadi, kemungkinan karena status fisiologis
hewan dan kematian pada hewan sebelum dilakukan ospirasi tiap segmen.

Anda mungkin juga menyukai