Anda di halaman 1dari 3

l.o 1.

1. bagaimana penatlaksanaan fisioterapi pada skoliosis dan tortikolis?


2. Bagaimana patofisiologi skoliosis dan tortikolis pada anak?
Jawab

1. A.Impairment

1.Spasme pada kedua otot trapezius dan sternocleidomastoideus sinistra.


2.Pemendekan otot sternocleidomastoideus sinistra
3.Keterbatasan LGS pada neck
B.Fungtional Limitations
Dalam kasus ini terdapat kesulitan menoleh kekanan saat tidur, bermain maupun beraktivitas
sehari-hari.
C.Disability
Adanya keterbatasan dalam beraktivitas yaitu pasien dapat bermain dengan leluasa seperti teman
sebayanya.
Pada pasien ini diberikan modalitas fisioterapi sebanyak 6 kali dengan modalitas berupa
massage dan terapi latihan dengan metode pasif stretching dan relax passive movement.
Modalitas-modalitas tersebut diberikan dengan tujuan untuk mengurangi spasme, menambah
LGS (side fleksi sinistra dan side rotasi sinistra)dan mengurangi pemendekan otot
sternocleidomastoideus sinistra
Skoliosis:
impairment
Meliputi adanya nyeri pada punggung,
karena adanya spasme otot paravertebra lumbal, keterbatasan LGS trunk.
Functional Limitation
Adanya gangguan atau keterbatasan dalam aktivitas fungsional seperti membungkuk, jongkok-
berdiri dan berjalan jauh.
B.Teknologi Intervensi Fisioterapi
Disini teknik atau terapi latihan yang dilakukan adalah :
a. IR (Infra Red)
Sinar infra merah adalah pancaran gelombang elektromagnetik dengan panjang
gelombang 7700-4 juta , letak diantara sinar merah dan hertzain. (Sujatno, Ig, 2003)
yang memberikan efek fisiologis dan efek terapeutik pada area yang sakit.

b. Terapi Latihan
Terapi latihan yang diajarkan terapis kepada pasien adalah terapi latihan dengan
menggunakan metode Mc. Kenzie, core stability dan manual traksi. dengan alasan karena letak
gangguan mekanik dari nyeri pinggang terutama terletak didaerah lumbosacral, maka latihan
yang ditujukan terutama pada daerah tersebut. Pada dasarnya tujuan latihan adalah untuk
penguatan dan peregangan otot otot fleksor dan ekstensor sendi lumbosacralis dan otot otot
sendi paha.
c.Edukasi
Edukasi merupakan hal penting yang harus diajarkan kepada pasien untuk menghindari
terjadinya trauma berulang, mengurangi keluhan nyeri yang dirasakan dan untuk mengajarkan
kepada pasien pola-pola aktivitas yang baik dan benar.
Edukasi yang diberikan antara lain :
-Menganjurkan pasien agar mengulangi latihan di rumah seperti yang sudah terapis ajarkan
minimal 2 kali sehari.
-Pasien dianjurkan untuk mengompres punggung bawah dengan handuk yang direndam air
hangat atau dengan menempelkan botol yang berisi air hangat pada punggung bawah.
d.Evaluasi
1.Evaluasi nyeri dengan menggunakan VDS
2.Evaluasi LGS trunk menggunakan midline
3.Evaluasi sikap tubuh / postur

2 Tortikolis
Tortikolis dapat disebabkan trauma, infeksi serta kelainan kongenital. Sekitar 10% -
20% pasien tortikolis termasuk kategori pasca-trauma. Salah satu penyebab trauma
paling umum adalah proses persalinan sulit, seperti persalinan sungsang, persalinan
dengan forceps, panggul sempit, dan ukuran bayi besar, dan proses sebelum
persalinan, seperti intrauterine fixed head position
Etiopatogenesis tortikolis masih kontroversial hingga saat ini meskipun tortikolis
muskular kongenital dinyatakan sebagai akibat trauma lokal jaringan lunak leher selama
proses persalinan, sedangkan etiopatogenesis tortikolis muskular dapatan tergantung
penyebab yang mendasari kelainan primer. Jenis penyebab tortikolis dibagi menjadi
tortikolis yang disebabkan proses skeletal (malformasi tengkorak dan tulang servikal),
proses non-osseus (otot dan jaringan lunak), dan proses neurogenik (Holt 1940, Brenda
2002 Azizkhan dkk. 2003).
Kasus tortikolis pada sebagian besar anak, terjadi akibat proses inflamasi otot leher yang
bersumber dari saluran pernapasan atas dan adanya cedera ringan otot leher. Manifestasi
serius tortikolis dapatan lainnya adalah tumor fossa posterior atau sumsum tulang
belakang. Secara umum, tortikolis disebabkan oleh trauma, infeksi, dan infeksi
kongenital. Dalam kasus trauma, kejadian kurang dari 20% -30% yang dilaporkan
merupakan persalinan sungsang. Kondisi lain meliputi persalinan sulit karena pinggul
sempit, ukuran bayi besar, persalinan dengan forceps, intrauterine abnormal fixed fetal
position atau kompartemen sindrom perinatal ditandai dengan gejala tortikolis, displasia
panggul, skoliosis, club foot , talipes, dan hipoplasia paru (Holt 1940, Oski dkk. 1987,
Raffensperer 1990, Skinner 1991, Azizkhan dkk. 2003 Othee 2004, Thompson 2004).
Dalam proses persalinan sulit, snate dapat terjadi, mengakibatkan penurunan
aliran darah dan kerusakan otot leher. Otot sternokleidomastoideus meregang, tertarik
dan robek, sehingga memar dan hematoma. Dalam perkembangannya, sisi normal leher
menjadi lebih panjang, dan sisi abnormal memiliki sifat kurang elastis. Otot
sternokleidomastoideus menjadi lebih pendek di sisi abnormal, sehingga menimbulkan
tortikolis. Teori ini diterapkan untuk sebagian besar trauma jalan lahir, tetapi tidak
menjelaskan tortikolis pada bayi yang lahir dengan operasi atau kasus familial. Hal ini
diduga karena posisi abnormal janin dalam rahim. Roemer 1954, menyatakan bahwa
setelah kepala melewati promontorium sakrum dalam posisi lateral, hiperekstensi dapat
mengakibatkan pecahnya otot sternokleidomastoideus. Tortikolis juga disebabkan
beberapa keadaan, seperti hemivertebra servikal, adenitis, fasciitis dan
ketidakseimbangan otot okular (Oski dkk. 1987, Skinner 1991, Azizkhan dkk. 2003,
Encyclopedia Index, Joseph J 2005, Thompson 2004).
Tortikolis muskular kongenital mulai muncul saat persalinan atau beberapa hari
hingga minggu setelah kelahiran. Saat persalinan, neonatus tampak sehat tanpa kelainan.
Pada usia dua hingga delapan minggu, gejala klinis menjadi lebih jelas. Setiap anak
memiliki gejala yang berbeda. Kepala bersandar ke arah sisi abnormal, sedangkan wajah
dan dagu berputar ke arah sisi normal. Gerakan leher bervariasi, mulai dari lembut hingga
keras, dan menjadi parah selama berdiri, berjalan, atau di bawah tekanan psikologis.
Gejala ini sering ditemukan pada pasien tortikolis sebanyak 80% (Holt 1940, Oski dkk.
1987, Azizkhan dkk. 2003, Encyclopedia Index, Othee 2004, Ross 2005).
Tortikolis muskular dapatan terjadi setelah kelahiran, masa kanak-kanak, remaja,
dewasa, dan setengah tua. Pemeriksaan sebelumnya, pasien ditemukan dalam kondisi
normal selama dan setelah kelahiran. Sebenarnya, gejala klinis yang terjadi mirip dengan
tortikolis muskular kongenital. Gejala klinis paling sering pada anak-anak adalah
kekakuan dan ketegangan leher. Pada anak-anak, terdapat gejala yang muncul secara
mendadak yaitu rasa sakit sangat hebat dan kekakuan otot leher di satu sisi. Namun,
gejala paling umum hanya kekakuan leher. Gejala ini dapat berkurang dengan sendirinya
2-3 hari sampai 1-2 minggu. Kondisi tersebut dapat diobati dengan muscle relaxant ,
analgesik, penggunaan collar servikal, atau fisioterapi dengan pijat, dan istirahat yang
cukup. Jenis-jenis obat yang digunakan meliputi obat nonsteroidal anti-inflammatory
drugs (NSAID), benzodiazepin dan muscle relaxant lainnya, antikolinergik, injeksi
intramuskular lokal toksin botulinum serta fenol (Allison 2001, Encyclopedia Index,
Othee 2004, Ross 2005).

Patofisiologi scoliosis

Kelainan bentuk tulang punggung yang disebut skoliosis ini berawal dari adanya
syaraf yang lemah atau bahkan lumpuh yang menarik ruas2 tulang belakang. Tarikan ini
berfungsi untuk menjaga ruas tulang belakang berada pada garis yangnormal yang
bentuknya seperti penggaris atau lurus. Tetapi karena suatu hal, diantaranya kebiasaan
duduk yang miring, membuat sebagian syaraf yang bekerja menjadi lemah. Bila ini terus
berulang menjadi kebiasaan, maka syaraf itu bahkan akan mati. Ini berakibat pada
ketidakseimbangan tarikan pada ruas tulang belakang. Oleh karena itu, tulang belakang
penderita bengkok atau seperti huruf S atau huruf.

Anda mungkin juga menyukai