Program latihan berbasis rumah dipantau selama 6 minggu setelah keluar dari rumah
sakit tidak kalah dengan perawatan rehabilitasi rawat jalan yang umumnya dilakukan
setelah operasi penggantial lutut total/ total knee replacement (TKR).
Kejadian serius antara alokasi pengobatan umumnya sama, dengan perkiraan sekitar
5% dari pasien kembali ke rumah sakit karena masalah yang berhubungan dengan
lutut.
Banyak pasien yang menjalain operasi TKR tidak mengakses layanan fisioterapi
rawat jalan yang tersedia selama 6 minggu pertama setelah keluar dari rumah sakit.
Saat ini baru tersedia bukti terbatas yang mendukukun bentuk rehabilitasi awal setelah TKR.
Sebuah tinjauan sistematsi dari 6 percobaan acak kecil membandingkan berbagai bentuk
latihan fisioterapi atau berbagai model pelatihan untuk pasien setelah operasi TKR dan
menyimpulkan bahwa intervensi termasuk latihan fungsional fisioterapi setelah keluar dari
rumah sakit menghasilkan keuntungan jangka pendek, dibandingkan dengan latihan
tradisional, program di rumah, atau perawatan yang biasa (13). Salah satu studi (yang
menggunakan seluruh pasien dengan program latihan di rumah yang tidak dipantau)
mengahasilkan diskusi bahwa penambahan beberapa kunjungan fisioterapi rawat jalan dalam
hal rentang gerakan lutut saja tidak menemukan adanya manfaat yang berarti dalam 3 bulan
setelah operasi (14). Sebuah uji coba acak dipublikasikan setelah studi tersebut dan
ditemukan bahwa tidak ada perbedaan dalam laporan pasien mengenai nyeri atau fungsi fisik
dalam 3 bulan pasca operasi ketika dibandingkan dengan fisioterapi rawat inap dan program
rehabilitasi dini di rumah (15). Meskipun bukti yang didapat masih terbatas untuk utilitas
rehabilitasi dini berbasis klinis setelah keluar rumah sakit, namun praktek bagi kebanyakan
pasien yang menjalani TKR masih umum untuk dirujuk selama 6-8 minggu kepada fisioterapi
berbasis klinis segera setalah keluar dari rumah sakit.
Menariknya, satu dari uji coba klinis acak menyertakan diskusinya mengevaluasi dampak
penundaan rehabilitasi (yang dimulai setelah 2 bulan setelah TKR) dibandingkan dengan
perawatan umumnya pada pasien yang mengeluhkan nyeri dan gangguan fungsi serta jarak
berjalan selama 6 menit/ 6 minuter walking distance (6MWD) (16). Pasien yang dialokasikan
ke program penundaan rehabilitasi mendapat lebih banyak rehabilitasi intensive dan
melaporkan sedikit rasa sakit dan gangguan keterbatasan fungsional daripada kelompok
perawatan umumnya pada 12 bulan setelah operasi.
Tujuan utama dari studi MARKER (Maximum Recovery After Knee Replacement) adalah
untuk mengetahui apakah sebuah intensif 12 minggu, program latihan berbasis kelas, yang
dimulai 6-8 minggu setelah operasi TKR, menghasilkan keluaran jangka panjang yang lebih
baik bila dibandingkan dengan praktik rehabilitasi biasa saat ini yang dibatasi pada 1 atau 2
bulan pertama setelah keluar dari rumah sakit (17). Namun, selama 6 minggu pertama setelah
TKR,pasien operasi yang dialokasikan kepada program percobaan penundaan latihan
intensive MARKER menerima sebuah program latihan rumah yang dipantau/ home exercise
program (HEP). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah HEP tidak lebih
rendah fungsinya dari perawatan biasanya dalam hal pelaporan nyeri dan dan fungsi fisik,
ROM lutut, kemampuan berjalan, dan keamanan selama 6 minggu
Pasien berasal dari 10 rumah sakit umum dan swasta pada 3 negara bagian Australia (New
South Wales, Queensland, dan Victoris) direkrut untuk studi MARKER dari bulan September
2009 hingga Oktober 2012. Penelitian dilakukan sesuai Deklarasi Helsinki. Persetujuan etika
diperoleh dari University of Sydney Human Research Ethics Committee dan melalui National
Ethics Application Form ( Sydney South West Area Health Service sebagai komite utama),
dan persetujuan etika dari masing- masing rumah sakit yang berpartisipasi. Kemudian
persetujuan tindakan tertulis juga diperoleh dari semua pasien. Studi ini terdaftar pada
Australia New Zealand Clinical Trials Registry (ACTRN: 12609000054213).
Kriteria Inkusi dan eksklusi, Kriteria inklusi adalah 1) usia 45- 75 tahun, 2) direncanakan
TKR unilateral atau bilateral, dan 3) dapat pulang ke rumah dari bangsal ortopedi. Kriteria
eksklusi adalah 1) riwayat partial knee replacement atau osteotomy tibia pada lutut yang
sama, 2) riwayat penggantian sendi ekstremitas bawah dalam 6 bulan terakhir, 3) antisipasi
operasi penggantian sendi ekstremitas bawah lainnya dalam 12 bulan berikutnya, 4)
komorbid yang menghambat olahraga pada 50- 60% detak jantung maksimum (misalnya,
angina tidak stabil, miokarditis akut, aneurysm, atau gejala gagal jantung yang tidak
terkontrol), 5) rheumatoid arthritis, 6) kondisi kelainan neurologis mayor, dan 7)
ketidakmampuan untuk kembali ke tempat partisipasi untuk kelas latihan intesiv.
Randomisasi. Pasien yang memenuhi syarat direkrut di lembar masuk klinik ortopedi pada
masing- masing rumah sakit yang berpartisipasi. Tidak ada perubahan yang dilakukan pada
bagian ortopedi, perawatan medis, atau fisioterapi yang diberikan selama periode masuk
pendaftaran. Randomisasi dilakukan sesaat sebelum keluar dari bangsal ortopedi. Jadwal
randomisasi dibuat di bagian administrasi pusat oleh seorang peneliti independen
menggunakan urutan nomor acak dari program komputer. Pengacakan dilakukan di berbagai
blok dari 4 atau 6, dan distratifikasi oleh situs rumah sakit dan TKR unilateral atau bilateral.
Alokasi pasien disegel di amplop buram dan berurutan dengan jejak audit yang jelas.
Intervensi. Pasien yang dialokasikan pada HEP menerime 1 sesi pengajaran dari manajer
proyek lokal (seorang fisioterapis) sebelum keluar dari rumah sakit dan menerima salinan
tertulis dari HEP dan instruksi mengenai teknik pendinginan/ icing yang efektif. HEP dibagi
menjadi 2 tahap (lihat Lampiran Tambahan A, tersedia di versi online artikel ini pada
http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/acr.22457/abstract). Tahap 1 (minggu 1-2) fokus
pada 6 latihan untuk meningkatkan penuh ROM lutut aktif dan pasif pada posisi duduk dan
telentang, sedangkan tahap 2 (minggu 3-6) fokus pada 6 latihan fungsional dan menahan
beban untuk meningkatkan ROM dan mempertahankan kekuatan otot.