Anda di halaman 1dari 12

1.

SKEMA KERJA
a. Ekstraksi

Ekstraksi

- Menimbang 2,0 g serbuk simplisia, masukkan kedalam Erlenmeyer 50 ml


- Mengekstraksi dengan 10 ml methanol dibantu penggolongan selama 10 menit.
- Memisahkan sari dari bagian yang tidak terlarut dengan penyariangan melalui
kertas saring.
- Mengulangi ekstraksi dengan 10 ml methanol baru, dab kumpulkan sari yang
diperoleh.
- Sari yang diperoleh menjadi dua bagian sama banyak. Pekatkan kedua bagian
hingga tinggal ~5 ml diatas penangas.
- Sari I langsung digunakan untuk KLT (sampel 1) sedangkan sari II dihidrolisis
terlebih dahulu.

Hasil

b. Hidrolisis

Hidrolisis

- Sari dua dimasukkan kedalam labu hidrolisis dan ditambahkan dengan 5 mL HCl
2 N dan memasang pendingin balik
- Melakukan hidrolisis selama 2 jam dengan pemanasan 80oC
- Memanaskan selama 1 jam dalam tangas air
- Mendinginkan hasil hidrolisis dan menambahkan 5 mL air dan memasukan
kedalam corong pisah
- Melakukan partisi dengan etil asetat 3 kali masing-masing 5 mL
- Mengumpulkan fraksi etil asetat dan uapkan hingga kepekatan yang cukup untuk
kromato grafii (sampel 2)

Hasil

PRATIWI MOKOAGOW_KELAS A S1 FARMASI 2015 Page 1


2. Rangkuman
FLAVONOID
A. Pengertian Flavonoid
Flavonoid adalah senyawa yang terdiri dari dari 15 atom karbon yang
umumnya tersebar di dunia tumbuhan. Senyawa flavanoid merupakan suatu kelompok
senyawa fenol yang terbesar yang ditemukan di alam. Senyawa-senyawa ini
merupakan zat warna merah, ungu, dan biru serta sebagai zat warna kuning yang
ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan (Achmad, 1986).
Flavanoid mempunyai kerangka dasar karbon yang terdiri dari 15 atom
karbon, dimana dua cincin benzene (C6) terikat pada suatu rantai propane (C3)
sehingga membentuk suatu susunan C6-C3-C6.
B. Klasifikasi Flavanoid
Jika dilihat dari struktur dasarnya flavonoid terdiri dari dua cincin benzen yang
terikat dengan 3 atom carbon (propana). Dari kerangka ini flavonoid dapat dibagi
menjadi 3 struktur dasar yaitu Flavonoid atau 1,3-diarilpropana, isoflavonoid atau 1,2-
diarilpropana, dan neoflafonoid atau 1,1-diarilpropana (Achmad, 1986).
1. Penggolongan Flavonoid
Senyawasenyawa flavonoid terdiri dari beberapa jenis, bergantung pada
tingkat oksidasi dari rantai propane dari system 1,3-diarilpropana. Berdasarkan
tingkat oksidasinya, flavan adalah yang terendah dan digunakan sebagai induk
tatanama flavon.
a. Flavon

Gambar Flavon
Senyawa flavon ini dapat dioksidasi sehingga memiliki bentuk yang
bervariasi bergantung pada tingkat oksidasinya. Senyawa dasar flavon yang tidak
teroksidasi disebut flavan. Berikut contoh dari flavon yang teroksidasi membentuk
gugus OH.
b. Flavonol
Flavonol paling sering terdapat sebagai glikosida, biasanya 3-glikosida,
dan aglikon flavonol yang umum yaitu kamferol, kuersetin, dan mirisetin yang
berkhasiat sebagai antioksidan dan antiimflamasi. Flavonol lain yang terdapat di

PRATIWI MOKOAGOW_KELAS A S1 FARMASI 2015 Page 2


alam bebas kebanyakan merupakan variasi struktur sederhana dari flavonol.
Larutan flavonol dalam suasana basa dioksidasi oleh udara tetapi tidak begitu
cepat sehingga penggunaan basa pada pengerjaannya masih dapat dilakukan

Gambar Flavonol
c. Isoflavon
Isoflavon merupakan isomer flavon, tetapi jumlahnya sangat sedikit dan
sebagai fitoaleksin yaitu senyawa pelindung yang terbentuk dalam tumbuhan
sebagai pertahanan terhadap serangan penyakit. Isoflavon sukar dicirikan karena
reaksinya tidak khas dengan pereaksi warna manapun. Beberapa isoflavon
(misalnya daidzein) memberikan warna biru muda cemerlang dengan sinar UV
bila diuapi amonia, tetapi kebanyakan yang lain tampak sebagai bercak
lembayung yang pudar dengan amonia berubah menjadi coklat.

Gambar Isoflavon
d. Katekin
Katekin terdapat pada seluruh dunia tumbuhan, terutama pada tumbuhan
berkayu. Senyawa ini mudah diperoleh dalam jumlah besar dari ekstrak kental
Uncaria gambir dan daun teh kering yang mengandung kira-kira 30% senyawa
ini. Katekin berkhasiat sebagai antioksidan.

Gambar Katekin
e. Flavanon
Flavanon terdistribusi luas di alam. Flavanon terdapat di dalam kayu, daun
dan bunga. Flavanon glikosida merupakan konstituen utama dari tanaman genus

PRATIWI MOKOAGOW_KELAS A S1 FARMASI 2015 Page 3


prenus dan buah jeruk; dua glikosida yang paling lazim adalah neringenin dan
hesperitin, terdapat dalam buah anggur dan jeruk.

Gambar Flavanon
f. Leukoantosianin
Leukoantosianidin merupakan senyawa tan warna, terutama terdapat pada
tumbuhan berkayu. Senyawa ini jarang terdapat sebagai glikosida, contohnya
melaksidin, apiferol.

Gambar Leukoantosianin
g. Antosianin
Antosianin merupakan pewarna yang paling penting dan paling tersebar
luas dalam tumbuhan. Pigmen yang berwarna kuat dan larut dalam air ini adalah
penyebab hampir semua warna merah jambu, merah marak , ungu, dan biru dalam
daun, bunga, dan buah pada tumbuhan tinggi.
`

Gambar Antosianin
h. Auron
Auron berupa pigmen kuning emas yang terdapat dalam bunga tertentu
dan briofita. Dalam larutan basa senyawa ini berwarna merah ros dan tampak pada
kromatografi kertas berupa bercak kuning, dengan sinar ultraviolet warna kuning
kuat berubah menjadi merah jingga bila diberi uap amonia. (Robinson, 1995)

PRATIWI MOKOAGOW_KELAS A S1 FARMASI 2015 Page 4


Gambar Auron
i. Kalkon
Khalkon adalah pigmen fenol kuning yang berwarna coklat kuat dengan
sinar UV bila dikromatografi kertas. Aglikon flavon dapat dibedakan dari
glikosidanya, karena hanya pigmen dalam bentuk glikosida yang dapat bergerak
pada kromatografi kertas dalam pengembang air. (Harborne, 1996)

Gambar Kalkon

PRATIWI MOKOAGOW_KELAS A S1 FARMASI 2015 Page 5


3. Rangkuman
FENOLIK
A. Pengertian Senyawa Fenolik
Senyawa fenolik merupakan senyawa yang banyak ditemukan pada tumbuhan.
Fenolik memiliki cincin aromatik satu atau lebih gugus hidroksi (OH-) dan gugus
gugus lain penyertanya.Senyawa ini diberi nama berdasarkan nama senyawa induknya,
fenol. Senyawa fenol kebanyakkan memiliki gugus hidroksil lebih dari satu sehingga
disebut polifenol (Hart, Harold. 2003).
Senyawa fenolik meliputi aneka ragam senyawa yang berasal dari tumbuhan yang
mempunyai ciri sama, yaitu cincin aromatik yang mengandung satu atau dua gugus
OH-. Senyawa fenolik di alam terdapat sangat luas,mempunyai variasi struktur yang
luas, mudah ditemukan di semua tanaman,daun, bunga dan buah.Ribuan senyawa
fenolik alam telah diketahui strukturnya,antara lain flavonoid, fenol monosiklik
sederhana, fenil propanoid, polifenol (lignin, melanin, tannin), dan kuinon fenolik
(Hart, Harold. 2003).
Senyawa fenolik memiliki aktivitas biologik yang beraneka ragam, danbanyak
digunakan dalam reaksi enzimatik oksidasi kopling sebagai substratdonor H. Reaksi
oksidasi kopling, selain membutuhkan suatu oksidator juga HJLmemerlukan adanya
suatu senyawa yang dapat mendonorkan H. Senyawafenolik merupakan contoh ideal
dari senyawa yang mudah mendonorkan atom H (Hart, Harold. 2003).
B. Manfaat Senyawa Fenolik
Senyawa fenolik merupakan senyawa bahan alam yang cukup luaspenggunaannya
saat ini.Kemampuannya sebagai senyawa biologik aktifmemberikan suatu peran yang
besar terhadap kepentingan manusia.Sudah banyak penelitian diarahkan pada
pemanfaatan senyawa fenolik pada berbagai bidang industry (Flach, M. dan F.
Rumawas, eds. 1996).
Banyak senyawa fenolik alami mengandung sekurang-kurangnya satugugus
hidroksil dan lebih banyak yang membentuk senyawa eter, ester atauglioksida daripada
senyawa bebasnya.Senyawa ester atau eter fenol tersebutmemiliki kelarutan yang lebih
besar dalam air daripada senyawa fenol dansenyawa glioksidanya.
Dalam keadaan murni, senyawa fenol berupa zat padat yang tidakberwarna, tetapi
jika teroksidasi akan berubah menjadi gelap. Kelarutan fenoldalam air akan bertambah,
jika gugus hidroksil makin banyak. Senyawa fenolik memiliki aktivitas biologik yang
beraneka ragam, danbanyak digunakan dalam reaksi enzimatik oksidasi kopling sebagai

PRATIWI MOKOAGOW_KELAS A S1 FARMASI 2015 Page 6


substratdonor H. Reaksi oksidasi kopling, selain membutuhkan suatu oksidator juga
memerlukan adanya suatu senyawa yang dapat mendonorkan H. Senyawafenolik
merupakan contoh ideal dari senyawa yang mudah mendonorkan atom H.
Senyawa fenolik mempunyai struktur yang khas, yaitu memiliki satuatau lebih
gugus hidroksil yang terikat pada satu atau lebih cincin aromatikbenzena.Ribuan
senyawa fenolik di alam telah diketahui strukturnya,antara lain fenolik sederhana,
fenil propanoid, lignan, asam ferulat, dan etil ferulat .
Senyawa fenolik mempunyai struktur yang khas, yaitu memiliki satu atau lebih
gugus hidroksil yang terikat pada satu atau lebih cincin aromatikbenzena, sehingga
senyawa ini juga memiliki sifat yang khas, yaitu dapatteroksidasi. Kemampuannya
membentuk radikal fenoksi yang stabil pada proses oksidasi menyebabkan senyawa ini
banyak digunakan sebagaiantioksidan.Manfaat asam fenolik yang paling penting yaitu
anti-penuaan yang berhubungan dengan anti-oksidan yang mengurangi aktivitas dan
mencegah pertumbuhan sel abnormal. Asam fenolat berguna dalam mengendalikan
peradangan, meningkatkan sistem kekebalan tubuh, dan meningkatkan sirkulasi darah,
semua yang menghasilkan signifikan manfaat anti penuaan dalam tubuh.
Senyawa fenolik mempunyai ciri yang khas, yakni bisa membentuk senyawa
kompleks yang berwarna, yang biasanya berwarna biru atau ungu biru apabila
direaksikan dengan besi (III) klorida.Walaupun tidak selektif pereaksi ini cukup
berguna untuk mengetahui adanya gugus hidroksil terutama kalau pemisahan
komponen metabolit sekunderdari contoh yang diteliti tidak mudah.
Selain itu, senyawa fenolik juga dapat mengalami sintesis polimer fenolik bioaktif
dengan proses yang relatif amanterhadap lingkungan (tidak beracun), dapat dilakukan
melalui reaksi koplingoksidatif fenolik secara enzimatis, yaitu dengan bantuan
biokatalis berupaenzim. Keuntungan penggunaan enzim sebagai biokatalis
adalahketersediaan enzim yang sangat berlimpah di alam, sifatnya yang
ramahlingkungan dan menghasilkan suatu produk yang tidak berbahaya.Sedangkan
kekurangan dari penggunaan enzim ini, yaitu enzim bersifatselektif, hanya dapat
mengkatalisis senyawa-senyawa dari golongan fenoldan amina aromatik, sehingga
penggunaannya di dalam industri polimermenjadi terbatas.
Salah satu cara yang sering digunakan dalam mengoksidasi senyawafenolik, yaitu
melalui bantuan katalis enzim peroksidase. Enzim peroksidasemerupakan kelompok
enzim oksidoreduktase yang mampu mengkatalisisreaksi oksidasi oleh hidrogen
peroksida dari sejumlah substrat yangmerupakan donor hidrogen seperti fenol, anilin

PRATIWI MOKOAGOW_KELAS A S1 FARMASI 2015 Page 7


dan lain sebagainya. Enzimperoksidase dalam organisme hidup dapat mengkatalisis
senyawasubstratnya, sedangkanH2O2 berfungsi untuk menginisiasi biosintesis beberapa
metabolit sekunder yang diperlukan pada proses pertumbuhan. Oksidasi fenolat oleh enzim
peroksidase dengan substrat H2O2menghasilkan reaksi kopling oksidatif, sehingga
terbentuklah polimer fenolik.
Oksidasi yang dilakukan oleh enzim peroksidase terhadap senyawa fenolik
menyebabkan terbentuknya suatu radikal fenoksi, dimana radikal ini mampu melakukan
resonansi dengan posisiorto danparapada cincin aromatiknya dan selanjutnya akan
bergabung dengan radikal fenoksi yang lain membentuk senyawa baru polifenol. Cara ini
sering dikenal sebagai polimerisasi secara enzimatis

PRATIWI MOKOAGOW_KELAS A S1 FARMASI 2015 Page 8


4. Rangkuman
KROMATOGRAVI CAIR VAKUM
Kromatografi Cair Vakum (KCV) merupakan salah satu metode fraksinasi yaitu dengan
memisahkan crude extract menjadi fraksi-fraksinya yang lebih sederhana. Pemisahan tersebut
memanfaatkan kolom yang berisi fasa diam dan aliran fasa geraknya dibantu dengan pompa
vakum. Fasa diam yang digunakan dapat berupa silika gel atau alumunium oksida
(Hendayana, 2008).
Kromatografi vakum cair merupakan salah satu jenis dari kromatografi kolom.
Kromatografi kolom merupakan suatu metode pemisahan campuran larutan dengan
perbandingan pelarut dan kerapatan dengan menggunakan bahan kolom. Kromatografi kolom
lazim digunakan untuk pemisahan dan pemurnian senyawa (Schill, 1978).
Kromatografi Suction Column and Vacuum liquid chromatography (VLC) atau
kromatografi cair vakum (KCV) adalah bentuk kromatografi kolom yang khususnya berguna
untuk fraksinasi kasar yang cepat terhadap suatu ekstrak. Kondisi vakuma adalah alternatif
untuk mempercepat aliran fase gerak dari atas ke bawah. Metode ini sering digunakan untuk
fraksinasi awal dari suatu ekstrak non-polar atau ekstrak semipolar (Raymond, 2006).
Kromatografi vakum cair merupakan salah satu jenis dari kromatografi kolom.
Kromatografi kolom merupakan suatu metode pemisahan campuran larutan dengan
perbandingan pelarut dan kerapatan dengan menggunakan bahan kolom. Kromatografi kolom
lazim digunakan untuk pemisahan dan pemurnian senyawa (Schill, 1978).
Adapun cara kerja kromatografi cair vakum yaitu kolom kromatografi dikemas kering
(biasanya dengan penjerap mutu KLT 10-40 m) dalam keadaan vakum agar diperoleh
kerapatan kemasan maksimum. Vakum dihentikan, pelarut yang kepolarannya rendah
dituangkan ke permukaan penjerap lalu divakumkan lagi. Kolom dipisah sampai kering dan
sekarang siap dipakai (Hostettman, 1986).

PRATIWI MOKOAGOW_KELAS A S1 FARMASI 2015 Page 9


Prinsip kerja dari Kromatografi Vakum Cair (KVC) adalah adsorpsi atau serapan,
sedangkan pemisahannya didasarkan pada senyawa-senyawa yang akan dipisahkan
terdistribusi di antara fasa diam dan fasa gerak dalam perbandingan yang berbeda-beda
(Hardono Sastrohamidjojo, 1985 : 6-9).

Proses Penyiapan Fasa


Fasa diam yang digunakan dikemas dalam kolom yang digunakan dalam KCV. Proses
penyiapan fasa diam dalam kolom terbagi menjadi dua macam, yaitu (Sarker et al., 2006):
a. Cara Basah
Preparasi fasa diam dengan cara basah dilakukan dengan melarutkan fasa diam dalam fase
gerak yang akan digunakan. Campuran kemudian dimasukkan ke dalam kolom dan dibuat
merata. Fase gerak dibiarkan mengalir hingga terbentuk lapisan fase diam yang tetap dan
rata, kemudian aliran dihentikan.
b. Cara kering
Preparasi fasa diam dengan cara kering dilakukan dengan cara memasukkan fase diam
yang digunakan ke dalam kolom kromatografi. Fase diam tersebut selanjutnya dibasahi
dengan pelarut yang akan digunakan.
Preparasi sampel cara basah dilakukan dengan melarutkan sampel dalam pelarut yang
akan digunakan sebagai fasa gerak dalam KCV. Larutan dimasukkan dalam kolom
kromatografi yang telah terisi fasa diam. Bagian atas dari sampel ditutupi kembali dengan
fasa diam yang sama. Sedangkan cara kering dilakukan dengan mencampurkan sampel
dengan sebagian kecil fase diam yang akan digunakan hingga terbentuk serbuk. Campuran
tersebut diletakkan dalam kolom yang telah terisi dengan fasa diam dan ditutup kembali
dengan fase diam yang sama (Sarker et al., 2006).

Cara Kerja
cara kerja kromatografi cair vakum yaitu kolom kromatografi dikemas kering (biasanya
dengan penjerap mutu KLT 10-40 m) dalam keadaan vakum agar diperoleh kerapatan
kemasan maksimum. Vakum dihentikan, pelarut yang kepolarannya rendah dituangkan ke
permukaan penjerap lalu divakumkan lagi. Kolom dipisah sampai kering dan sekarang siap
dipakai (Hostettman, 1986).

PRATIWI MOKOAGOW_KELAS A S1 FARMASI 2015 Page 10


Keuntungan Kromatografi Cair Vakum
Kromatografi Vakum Cair mempunyai keuntungan yang utama dibandingkan dengan
kolom konvensional yaitu (Kennedy, 2006):
1. Konsumsi fase gerak KCV hanya 80% atau lebih kecil disbanding dengan kolom
konvensional karena pada kolom mikrobor kecepatan alir fase gerak lebih lambat (10-
100l/menit).
2. Adanya aliran fase gerak lebih lambat membuat kolom mikrobor lebih ideal jika digabung
dengan spectrometer massa.
3. Sensitivitas kolom mikrobor ditingkatkan karena solute lebih pekat karenanya jenis kolom
ini sangat bermanfaat jika jumlah sampel terbatas misal sampel klinis.

Kerugian KCV (Kromatogravi Vakum Cair) :


1. Membutuhkan waktu yang cukup lama
2. Sampel yang dapat digunakan terbatas
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam kromatografi kolom vakum cair adalah :
1. Cara penyiapan kolom, Pemilihan kolom dan cara-cara penyiapannya harus benar
supaya diperoleh kolom yang baik dan serba sama yang dapat menjamin terjadinya elusi
yang baik. Penambahan contoh kedalam kolom
2. Penambahan contoh kedalam kolom. Contoh yang telah disiapkan dengan benar baru
ditambahkan secara kuantitatif kedalam kolom.
3. Kolom yang digunakan harus dalam keadaan kering agar tidak mengganggu pada saat
proses elusi. Sebelum digunakan harus dibilas terlebih dahulu dengan metanol, agar
dinding kolom kering.

PRATIWI MOKOAGOW_KELAS A S1 FARMASI 2015 Page 11


DAFTAR PUSTAKA
Geissman, T.A., 1962, The Chemistry of Flavonoid Compound, 3-5, The Mac Millan
Company, New York.

Ghisalberti, E.L., Hakim, E.H., Tamin,R.,(1999). Two Isoprenylated Flavones from the Root
Bark of Artocarpus altilis (Parkinson) Fosberg. Proc National Seminar, 97103

Grotewold, E., 2006, The Science of Flavonoids. Springer Science and Business Media Inc.,
United States of America.

Harborne, J. B. 1987. Metode Fitokimia. ITB : Bandung.

Harris, et.al. 1982. An Introduction To Chemical Analysis. Savders College Publishing


Philadelpia : Holt-Savders Japan.

Hostettmenn, K, dkk. 1986. Cara Kromatografi Preparatif. ITB: Bandung.

Kennedy, John. E; R Dermawan Soemanagara., 2006. Marketing Communication

Raymond G. Reid And Satyajit D. Sarker. 2006, Isolation Of Natural Products By Low-
Pressure Column Chromatography, In Sarker, Sd., Latif, Z., And Gray, Al. (Ed).
Natural Products Isolation. Humana Press Inc, Totowa, New Jersey.

Robinson, Trevor. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. ITB : Bandung.

Sarker, S.D., Z. Latif and A.I. Gray. 2006. Natural Products Isolation. Second Edition.
Humana Press, Totowa, New Yersey, 515p. Simanjuntak SBI, Darnas D, Achmad

Sastrohamidjojo, H. 1985. Kromatografi. Edisi I. Cetakan I. Yogyakarta : Liberty.

Schill, Goran. 1978. Separation Methods, Swedish Phasma Centrical Press, Stockholm.

Taktik dan Strategi. Jakarta. PT Buana Ilmu Populer (kelompok Gramedia)

PRATIWI MOKOAGOW_KELAS A S1 FARMASI 2015 Page 12

Anda mungkin juga menyukai