Anda di halaman 1dari 19

TUGAS RADIOGRAFI LANJUT II

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

FISTULOGRAFI KLINIS PERIANAL FISTULE, CYSTOGRAFI KLINIS


VESICOVAGINAL FISTULE, SIALOGRAFI DAN DACRYOGRAFI

DISUSUN OLEH :

AYUB MANGGALA PUTRA

151510383021

PROGRAM STUDI D-IV RADIOLOGI

FAKULTAS VOKASI

UNIVERSITAS AIRLANGGA

2017
PROSEDUR TETAP PEMERIKSAAN RADIOLOGI
PEMERIKSAAN FISTULOGRAFI KLINIS PERIANAL
FISTULA
NO DOKUMEN NO REVISI HALAMAN
01.SPO.RAD.00 00

TANGGAL Ditetapkan,
TERBIT Direktur RS Putra Airlangga Surabaya
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
28 SEPTEMBER
2017 (Ayub Manggala, S. Tr.Kes)

Pemeriksaan radiologi pada fistula dengan menggunakan media


PENGERTIAN
kontras positif.

Menghasilkan pencitraan dari obyek yang diperiksa (fistula


TUJUAN perianal) dengan tepat dan jelas sehingga dapat menegakkan
diagnosa

Pemeriksaan dilakukan oleh radiografer, expertise dan dokter


KEBIJAKAN
spesialis radiologi

PETUGAS Seluruh radiografer, expertise dan dokter spesialis radiologi

INDIKASI a. Perianal fistula

a. Infeksi berat daerah fistula


KONTRAINDIKASI
b. Alergi Kontras
a. Persiapan :
Tidak memerlukan persiapan khusus, hanya pada daerah
fistula terbebas dari benda-benda radioopaque yang dapat
PROSEDUR
menganggu radiograf, fistula pada daerah abdomen maka
PELAKSANAAN
saluran usus halus terbebas dari udara dan fekal material

b. Alat dan Bahan


1. Pesawat sinar-x yang dilengkapi flluoroskopi
2. Film dan kaset sesuai dengan kebutuhan
3. Marker R dan L
4. Apron
5. Sarung tangan Pb
6. Cairan saflon
7. Peralatan steril meliputi : duk steril, kateter, spuit
ukuran 5 ml-20 ml, korentang, gunting, hand scoen,
kain kassa, jeli, abocath, duk lubang.
8. Alkohol
9. Betadine
10. Obat anti alergi
11. Media kontras jenis water soluble yaitu iodium.

c. Teknik pemeriksaan :
1. Sebelum media kontras dimasukkan terlebih dahulu
dibuat plain foto dengan proyeksi Antero Posterior
(AP),
2. Media kontras dimasukkan dengan kateter atau
abocath melalui muara fistula yang diikuti dengan
fluoroskopi.
3. Kemudian dilakukan pemotretan pada saat media
kontras disuntikkan melalui muara fistula yang telah
mengisi penuh saluran fistula.
4. Hal ini dapat dilihat pada layar fluoroskopi dan
ditandai dengan keluarnya media kontras melalui
muara fistula
5. Jumlah media kontras yang dimasukkan tergantung
dari luas muara fistula.

d. Pemasukan Media Kontras


1. Pemasukan media kontras dimulai dengan
membersihkan daerah sekitar fistula dengan betadine.
2. Media kontras dimasukkan ke dalam muara fistula
kira-kira sedalam 2-3 cm secara perlahan-lahan
melalui kateter yang sudah diberi jeli dan diikuti
dengan fluoroskopi.
3. Kemudian media kontras disuntikan perlahan-lahan
sehingga media kontras masuk dan memenuhi lubang
fistula yang di tandai dengan menetesnya media
kontras dari lubang fistula.

e. Proyeksi Pemeriksaan
1. Proyeksi Anteroposterior

Pemosisian Obyek :
a) Posisi pasien supine di atas meja periksaan
b) Kedua tangan diletakkan di atas dada dan kedua
kaki lurus.
c) Pelvis simetris terhadap meja pemeriksaan.
Kedua kaki endorotasi 15-20 derajat, kecuali jika
terjadi fraktur atau dislokasi pada hip joint.

Pengaturan Tabung :
a) Sinar vertikal tegak lurus kaset
b) Central point pada pertengahan kedua krista
iliaka dengan
c) FFD 100 cm.
d) Eksposi pada saat pasien diam.

Kriteria Radiografi :
a) Kriteria yang tampak yaitu tampak pelvis pada
daerah proksimal femur, trokhanter minor dan
trokhanter mayor
b) Tidak ada rotasi pelvis
c) Sakrum dan koksigeus segaris dengan simfisis
pubis, foramen obturator simetris
d) Kedua spina iliaka sejajar.
2. Proyeksi Lateral

Pemosisian Obyek :
a) Pasien diatur miring di salah satu sisi yang akan
difoto dengan kedua lengan ditekuk ke atas
sebagai bantalan kepala.
b) Mid Sagital Plane sejajar meja pemeriksaan, dan
bidang axial ditempatkan pada pertengahan meja
pemeriksaan.
c) Spina iliaka AP sesuai dengan garis vertikal
sehingga tidak ada rotasi dari pelvis.

Pengaturan Tabung :
a) Central Point pada daerah perianal kira-kira Mid
Axila Line setinggi 2-3 inchi di atas simfisis
pubis,
b) Sinar vertikal tegak lurus terhadap kaset
c) FFD 100 cm.
d) Eksposi pada saat pasien diam.

Kriteria Radiografi :
a) Kriteria radiograf tampak pelvis dan femur
bagian proksimal
b) Tampak sakrum dan koksigeus
c) Bagian belakang iskhium dan illium saling
superposisi, tampak kedua femur superposisi,
bayangan asetabulum superposisi.
d) Lingkar fossa yang besar berjarak sama dari
lingkar fossa yang kecil

UNIT TERKAIT a. Penunjang Medis Radiologi


PROSEDUR TETAP PEMERIKSAAN RADIOLOGI

PEMERIKSAAN SIALOGRAFI

NO DOKUMEN NO REVISI HALAMAN


02.SPO.RAD.00 00

TANGGAL Ditetapkan,
TERBIT Direktur RS Putra Airlangga Surabaya
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
28 SEPTEMBER
2017 (Ayub Manggala, S. Tr.Kes)

Pemeriksaan radiografi pada bagian kelenjar ludah beserta


PENGERTIAN salurannya dengan menggunakan modalitas X-Ray fluoroscopy
dan bantuan media kontras positif untuk menegakkan diagnosa.

Menghasilkan pencitraan dari obyek yang diperiksa (kelenjar


TUJUAN ludah beserta salurannya) dengan tepat dan jelas sehingga dapat
menegakkan diagnosa

Pemeriksaan dilakukan oleh radiografer, expertise dan dokter


KEBIJAKAN
spesialis radiologi

PETUGAS Seluruh radiografer, expertise dan dokter spesialis radiologi


a. Tumor kelenjar liur
b. Calculi (Batu pada saluran liur)
c. Infeksi saluran liur
INDIKASI
d. Kanker mulut
e. Sarkoidosis
f. Fistel pada saluran divertikel
a. Inflamasi pada duktus
KONTRAINDIKASI
b. Alergi media kontras
PROSEDUR a. Persiapan :
PELAKSANAAN
Tidak memerlukan persiapan khusus, hanya pada daerah
rongga mulut terbebas dari benda-benda radioopaque
yang dapat menganggu radiograf

b. Alat dan Bahan


1. Pesawat Sinar-X
2. Film dan kaset sesuai dengan kebutuhan (18x24)
3. Marker R dan L
4. Apron
5. Peralatan steril meliputi : Salivary duct dilator (untuk
melebarkan permukaan atau muara dari kelenjar
ludah Lacrimale duct canule atau kateter, adaptor
untuk menghubungkan alat suntik dengan lacrimale
duct canule, Spuit 2 cc 1 buah, Spuit 4 cc 1 buah,
Handuk dan kain kasa
6. Alkohol
7. Bengkok
8. Permen asam/pastilles
9. Plaster
10. Kortison dan Anti Histamin
11. Media kontras jenis water soluble yaitu iodium.

c. Teknik pemeriksaan :
1. Pasien tidur supine dan dibuat foto plain AP, Lateral
2. Pasien diberi pastiles untuk merangsang air liur
keluar
3. Melalui keluarnya air liur dimasukkan jarum sialo
dan dihubungkan dengan kateter dan diplester ke
kulit
4. Ujung kateter dihubungkan dgn spuit yang berisi
kontras
5. Kontras disuntikkan dan difoto dengan beberapa
proyeksi antara lain AP Tangensial, Eisler,
Submentovertex dan Lateral oblique disesuaikan
dengan kelenjar yang akan diperiksa
6. Setelah selesai pemeriksaan pasien diberi minum
asam supaya semua kontras media terangsang ke luar

d. Proyeksi Pemeriksaan
A. Proyeksi Anteroposterior Tangensial (Kelenjar
Parotid)

Pemosisian Obyek :
a) Posisi pasien supine/duduk di atas meja
periksaan
b) Kelenjar parotid ditempelkan pada tengah kaset
c) Kepala ditempatkan pada posisi AP
d) Kepala dimiringkan pada sisi yang diperiksa
e) Kelenjar parotid tegak lurus pada pertengahan
film
f) Ramus mandibula sejajar film dan occipital rapat
pada film.

Pengaturan tabung :
a) Sinar vertikal tegak lurus kaset
b) Central point pada ramus bagian luar
c) FFD 90-100 cm.

Kriteria Radiografi :
a) Tampak yaitu terlihat jaringan lunak
b) kelenjar parotid terlihat pada posisi lateral
c) terlihat ductus stensens
d) mastoid overlapping dengan batas atas dari
kelenjar parotid.

B. Proyeksi Eisler (Kelenjar Parotid &


Submaxillaris)
Pemosisian Obyek :
a) Posisi pasien Semiprone/berdiri
b) Kepala berada pada posisi lateral.
c) Pertengahan film 1 inchi di atas angulus
mandibula.
d) MSP dirotasikan kedepan 150 dari posisi lateral.

Pengaturan tabung :
a) Central Ray Tegak lurus terhadap kaset
b) Central Point Pada angulus sebelah luar
c) FFD 90-100 cm

Kriteria Radiografi :
a) Tampak kelenjar parotid superposisi di atas
ramus mandibula
b) Ramus mandibula terlihat tidak overlapping
dengan vertebrae cervicalis.
C. Proyeksi Submentovertex (Kelenjar submaksilaris
dan sublingual)

Pemosisian Obyek :
a) Posisi pasien Supine/submentovertikel
b) Kepala ekstensi penuh dan vertex rapat pada
kaset.
c) Film diberi marker L/R dan diplester.
d) Kaset dipasang melintang.
e) Ujung film pada mulut rapat pada margo anterior
dari ramus mandibula.

Pengaturan tabung :
a) Central Ray Tegak lurus terhadap kaset
b) Central Point menuju langsung ke perpotongan
MSP dengan coronal plain melalui molar
c) FFD 90-100 cm

Kriteria Radiografi :
a) Terlihat soft tissue dari dasar mulut.
b) Terlihat kelenjar sublingual dan duktusnya.
c) Terlihat kelenjar submaksilaris pada bagian
anteromedial.

D. Proyeksi Lateral Oblique

Pemosisian Obyek :
f) Posisi pasien Semiprone/Oblique
g) Kepala ditempatkan pada kaset, daerah corpus
mandibula berada ditengah kaset.
h) Kepala ditengadahkan supaya kelenjar parotis
rapat pada film.

Pengaturan tabung :
d) Central Ray 25 derajat cephalad
e) Central Point pada bagian bawah angulus
mandibula sebelah luar/pada sisi yang dekat
f) FFD 90-100 cm

Kriteria Radiografi :
a) Terlihat soft tissue dari dasar mulut.
b) Tampak duktus dan kelenjar parotis overlapping
dengan ramus mandibula dan columna vertebrae
cervical
UNIT TERKAIT a. Penunjang medis radiologi
PROSEDUR TETAP PEMERIKSAAN RADIOLOGI
PEMERIKSAAN CYSTOGRAFI KLINIS
VESICOVAGINAL FISTULE
NO DOKUMEN NO REVISI HALAMAN
01.SPO.RAD.03 00

TANGGAL Ditetapkan,
TERBIT Direktur RS Putra Airlangga Surabaya
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
28 SEPTEMBER
2017 (Ayub Manggala, S. Tr.Kes)
Pemeriksaan radiologi pada traktus urinarius guna menilai vesica
PENGERTIAN urinaria dengan memasukkan kateter pada bladder dan
menggunakan media kontras positif.

Menghasilkan pencitraan dari obyek yang diperiksa (fistula


TUJUAN vesicovaginal) dengan tepat dan jelas sehingga dapat
menegakkan diagnosa

Pemeriksaan dilakukan oleh radiografer, expertise dan dokter


KEBIJAKAN
spesialis radiologi

PETUGAS Seluruh radiografer, expertise dan dokter spesialis radiologi

INDIKASI a. Vesicovaginal fistule

KONTRAINDIKASI a. Infeksi akut pada saluran kemih

a. Persiapan :
Pada daerah pelvis terbebas dari benda-benda
radioopaque yang dapat menganggu radiograf, pastikan
PROSEDUR
vesica Urinaria keadaan kosong dan pasien telah
PELAKSANAAN
melakukan foto BOF polos
b. Alat dan Bahan
1. Pesawat sinar-x yang dilengkapi flluoroskopi
2. Film dan kaset sesuai dengan kebutuhan
3. Marker R dan L
4. Peralatan steril meliputi : Folley cateter 16 G, Spuit
50 cc, Handscoon
5. Media kontras iodine water-based 50 cc
6. Aquades 100 cc
7. Lidocaine (Anastesi Lokal)
c. Pemasukan media kontras :
1. Buka klem kateter yang telah terpasang agar vesica
urinaria dalam keadaan kosong;
2. Berikan udara secukupnya untuk mengembangkan
balon folley.
3. Sambungkan spuit berisi kontras dengan kateter;
4. Masukkan larutan kontras dalam spuid melalui
kateter.

d. Proyeksi pemeriksaan :
1. Proyeksi Anteroposterior Pelvis

Pemosisian Obyek :
a) Posisi pasien supine di atas meja periksaan
b) Posisikan kedua lengan berada di daerah thorax;
c) Posisikan pelvis menempel kaset dan simetris

Pengaturan Tabung :
a) Sinar vertikal tegak lurus kaset
b) Central point pada 2 inch superior symphisis
pubis dan MSP
c) FFD 100 cm.
Kriteria Radiografi :
a) Kriteria yang tampak yaitu Bagian distal ureter,
Vesica urinaria, bagian proximal uretra
b) Pubis terproyeksi dibelakang leher Vesica
urinaria dan proximal uretra
c) Vesica urinaria, distal ureter dan proximal uretra
terisi media kontras.

2. Proyeksi Oblique (RPO/LPO)

Pemosisian Obyek :
d) Posisi pasien supine di atas meja periksaan
e) Posisikan kedua lengan berada di atas abdomen;
f) Rotasikan tubuh pasien sebesar 45 derajat
RPO/LPO
g) Fleksikan salah satu kaki pasien;
h) Berikan fiksasi pada punggung pasien

Pengaturan Tabung :

a) Central Point pada 2 inch superior symphisis


pubis dan MSP
b) Sinar vertikal tegak lurus terhadap kaset
c) FFD 100 cm.

Kriteria Radiografi :
a) Kriteria radiograf tampak daerah distal dari
ureter, Vesica urinaria dan bagian proximal
uretra
b) Os Pubis terproyeksi di belakang leher Vesica
urinaria dan proximal uretra
c) Media kontras mengisi daerah Vesica urinaria,
distal ureter dan proximal uretra
d) Tidak ada superposisi dari Vesica urinaria dan
bagian proximal os femur

UNIT TERKAIT 1. Penunjang Medis Radiologi


PROSEDUR TETAP PEMERIKSAAN RADIOLOGI

PEMERIKSAAN DACRYOGRAFI

NO DOKUMEN NO REVISI HALAMAN


02.SPO.RAD.04 00

TANGGAL Ditetapkan,
TERBIT Direktur RS Putra Airlangga Surabaya
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
28 SEPTEMBER
2017 (Ayub Manggala, S. Tr.Kes)

Pemeriksaan radiografi pada bagian ductus nasolacrimal dengan


PENGERTIAN menggunakan modalitas X-Ray fluoroscopy dan bantuan media
kontras positif untuk menegakkan diagnosa.

Menghasilkan pencitraan dari obyek yang diperiksa (ductus


TUJUAN nasolacrimal) dengan tepat dan jelas sehingga dapat menegakkan
diagnosa

Pemeriksaan dilakukan oleh radiografer, expertise dan dokter


KEBIJAKAN
spesialis radiologi

PETUGAS Seluruh radiografer, expertise dan dokter spesialis radiologi


a. Obstruksi saluran naso lacrimal
b. Stenosis
INDIKASI
c. Dacryocystittis
d. Destructive Epifora (keluar mata berlebihan)
a. Infeksi pada daerah sekitar mata
KONTRAINDIKASI
b. Alergi kontras
a. Persiapan :
Pada daerah wajah dari benda-benda radioopaque yang
dapat menganggu radiograf, Pasien diberi anastesi untuk
dewasa menggunakan anastesi local sedangkan anak-
PROSEDUR anak menggunakan anastesi umum.
PELAKSANAAN
b. Alat dan Bahan
1. Pesawat Sinar-X dilengkapi fluoroscopy
2. Film dan kaset sesuai dengan kebutuhan (18x24)
3. Marker R dan L
4. Apron
5. Peralatan steril meliputi dilator tumpul, Canula
lacrimal atau 2 nylon cateter, 2 buah spuit 10 cc, kain
kasa, kapas, spon dan aplikator berujung katun,
forceps ( sejenis catut ), Handscoon
6. Gergaji ampul
7. Bengkok
8. Media kontras lipiodol, ultrafluid, guerbet
9. Handuk kecil

c. Teknik pemeriksaan :
1. Pasien tidur supine dan dibuat foto plain PA
Cadlwell/Waters, & lateral
2. Pasien supine
3. Pasien diberi anestesi pada conjuntiva dan puncta
4. Punctum canaliculus dilebarkan
5. Masukan jarum lacrimal yang berujung bundar ke
dalam canaliculus untuk melebarkan pembuluh
6. Setelah pemasukan bahan kontras, jarum dicabut
7. Pemotretan pada detik ke 7 atau ke 10 setelah
pemasukan bahan kontras dan pada detik ke 15 atau
ke 20

d. Pemasukan Media Kontras


1. Teknik pemasukan bahan kontras dengan
menggunakan kanula
Masukkan kanula ( Silver Lacrimal Canule ) kedalam
punctum lakrimal yang telah di dilatasi. Lakukan
pemasukan kanula terlebih dahulu pada punctum
bagian bawah, bila tidak berhasil lakukan pada
punctum bagian atas.
Siapkan bahan kontras dalam spuit 2 cc, bila kanula
berhasil dimaksudkan susul dengan pemasukan
bahan kontras. Pemeriksaan ini harus dilakukan
dengan cepat.
2. Teknik pemasukan bahan kontras dengan
menggunakan kateter
Kateter dimasukkan kedalam kantung air mata
melalui punctum lakrimal bawah kanan / kiri,
sedangkan punctum bagian atas ditutup dengan
dilator. Setelah kateter masuk pasien diposisikan
prone kemudian ujung kateter disambung dengan
spuit yang berisi bahan kontras, diletakkan disamping
telinga untu memudahkan pemasukan bahan kontras.
Bahan kontras yang digunakan 2 cc sampai 4 cc.
3. Teknik pemasukan bahan kontras dengan
menggunakan wing needle
Wing needle yang telah dihubungkan dengan spuit
berisi bahan kontras dimasukkan ke dalam kantung air
mata melalui punctum lakrimal bawah, sementara
puncyum lakrimal atas ditutup dengan dilator. Ubah
posisi pasien dari supine menjadi prone. Lanjutkan
dengan pemasukan bahan kontras sedikit demi sedikit
sampai kantung air mata terasa penuh oleh bahan
kontras. Bila terdapat kelebihan bahan kontras pada
canthus atau fornix maka harus dibersihkan.

e. Proyeksi Pemeriksaan
A. Proyeksi Caldwell
Pemosisian Obyek :

a) Posisi pasien berdiri atau duduk dengan kedua


bahu terletak pada bidang transversal.
b) Tempatkan dahi dan hidung menempel kaset
c) Pastikan Mid sagittal Plane dan Orbita Meatal
Line (OML) tegak lurus bidang film.
Pengaturan tabung :

a) Sinar 15 caudal untuk OML dan 25 caudal


untuk GML.
b) Central point pada nasion
c) FFD 90-100 cm.

Kriteria Radiografi :
a) Saluran kelenjar nasocrimal terisi media kontras.

B. Proyeksi Waters

Pemosisian Obyek :
a) Posisi pasien berdiri atau duduk dengan kedua
bahu terletak pada bidang transversal.
b) Atur dagu dengan midline kaset.
c) MSP kepala tegaklurus midline kaset.
d) OML membentuk sudut 37 terhadap bidang
film.
e) Jarak hidung normal kurang lebih 1 2 cm dari
kaset.

Pengaturan tabung :

a) Central Ray Horizontal tegak lurus menuju


midpoint
b) Central Point pada achantion
c) FFD 90-100 cm
Kriteria Radiografi :
a) Saluran kelenjar nasocrimal terisi media kontras

f) Proyeksi Lateral

Pemosisian Obyek :
a) Posisi pasien Supine/submentovertikel
b) Posisikan kepala true lateral.
c) Os parietal menempel kaset.
d) MSP kepala sejajar dengan film. IPL tegak lurus
film.
e) Bagian organ 2,5 cm psterior outer canthus di
mid point kaset.

Pengaturan tabung :

a) Central Ray Horizontal tegak lurus terhadap


kaset
b) Central Point menuju l2,5 cm posterior outer
canthus
c) FFD 90-100 cm

Kriteria Radiografi :
a) Saluran kelenjar nasocrimal terisi media kontras

UNIT TERKAIT 1. Penunjang medis radiologi


Referensi

Bontrager, K. L., & Lampignano, J. P. 2014. Radiographic positioning and related to


anatomy. St. Louis: Elsevier Mosby.

Whitley,A. S., Sloane, C., et al. 2005. Clark's Positioning In Radiography. New York: Oxford
University Press.

Ballinger,A. Phillip., Frank, D. Eugene., et al. 2005. Merrils Atlas of Radiographic Positions
and Radiologic Procedures. Philadelphia: Elsevier.

Anda mungkin juga menyukai