Indonesia ini angka pelanggarannya lebih tinggi dari negara lainnya. Apa penyebab
masih terjadi pelanggaran etika profesi tersebut.
Faktor-faktor apa saja yang berpengaruh mengapa pelanggaran etika profesi itu
dapat terjadi.
Buatkan/berikan kesimpulan dan saran Anda, apa sebaiknya yang harus/dapat
dilakukan untuk mencegah munculnya praktik pelanggaran etika profesi atau
meminimalisir terjadinya pelanggaran terhadap kode etik profesi.
Postingkan tulisan Anda dalam site iMe ul501.ilearning.me
Buatlah tulisan Anda semenarik mungkin dengan mengikuti kaidah baku penulisan
Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Tulisan bisa berupa saduran atau diambil secara utuh dari berbagai sumber
(internet) dengan mencantumkan/menulis nama sumbernya. (Ingat..jangan
lupa cantumkan sumbernya, agar tidak disebut sebagai penjiplakan alias
plagiarisme)
Jawaban penyelesaian tugas dibuat sesuai standar iDu.
Selamat menulis sambil belajar.tetap semangaaaaat!
Keterangan :
Status :
Tercapai 100 %
Bukti :
BAB I
PENDAHULUAN
Perkataan profesi dan profesional sudah sering digunakan dan mempunyai beberapa
arti. Dalam percakapan sehari-hari, perkataan profesi diartikan sebagai pekerjaan
(tetap) untuk memperoleh nafkah (Belanda; baan; Inggeris: job atau occupation),
yang legal maupun yang tidak. Jadi, profesi diartikan sebagai setiap kegiatan tetap
tertentu untuk memperoleh nafkah yang dilaksanakan secara berkeahlian yang
berkaitan dengan cara berkarya dan hasil karya yang bermutu tinggi dengan
menerima bayaran yang tinggi. Keahlian tersebut diperoleh melalui proses
pengalaman, belajar pada lembaga pendidikan (tinggi) tertentu, latihan secara
intensif, atau kombinasi dari semuanya itu.
Pengemban profesi adalah orang yang memiliki keahlian yang berkeilmuan dalam
bidang tertentu. Karena itu, ia secara mandiri mampu memenuhi kebutuhan warga
masyarakat yang memerlukan pelayanan dalam bidang yang memerlukan keahlian
berkeilmuan itu. Pengemban profesi yang bersangkutan sendiri yang memutuskan
tentang apa yang harus dilakukannya dalam melaksanakan tindakan pengembanan
profesionalnya. Ia secara pribadi bertanggung jawab atas mutu pelayanan jasa yang
dijalankannya. Karena itu, hakikat hubungan antara pengemban profesi dan pasien
atau kliennya adalah hubungan personal, yakni hubungan antar subyek pendukung
nilai.
Makalah ini memuat tentang pentingnya etika profesi, kode etik dan tanggung
jawab profesi. Kode etik di susun oleh organisasi profesi sehingga masing-masing
profesi memiliki kode etik tersendiri. Misalnya kode etik dokter, guru, pustakawan,
pengacara dan pelanggaran kode etik tidak diadili oleh pengadilan karena
melanggar kode etik tidak selalu berarti melanggar hukum. Bila seorang dokter di
anggap melanggar kode etik tersebut, maka dia akan di periksa oleh majelis kode
etik kedokteran indonesia bukannya oleh pengadilan.
Ketaatan tenaga profesional terhadap kode etik merupakan ketaatan naluriah yang
telah bersatu dengan pikiran, jiwa, dan perilaku tenaga professional. Dengan
membaca makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami dan mengerti tentang
yang disebut etika profesi dan juga dapat memahami faktor dan hal hal yang
berhubungan dengan etika dan tangguprofesi. Oleh karena itu dapatlah disimpulkan
bahwa sebuah profesi hanya dapat memperoleh kepercayaan dari masyarakat,
bilamana dalam diri para elit professional tersebut ada kesadaran kuat untuk
mengindahkan etika profesi pada saat mereka ingin memberikan jasa keahlian
profesi kepada masyarakat yang memerlukannya.
BAB II
Apa itu kode etik? Kode etik merupakan suatu bentuk aturan tertulis yang secara
sistematik sengaja dibuat berdasarkan prinsip-prinsip moral yang ada dan pada saat
yang dibutuhkan akan dapat difungsikan sebagai alat untuk menghakimi segala
macam tindakan yang secara logika-rasional umum (common sense) dinilai
menyimpang dari kode etik. Dengan demikina kode etik adalah refleksi dari apa
yang disebut dengan self control, karena segala sesuatunya dibuat dan diterapkan
dari dan untuk kepentingan kelompok sosial (profesi) itu sendiri.
Sedanglan Kode etik profesi adalah pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan
dalam melaksanakan tugas dan dalam kehidupan sehari-hari.Salah satu contoh
tertua adalah ; SUMPAH HIPOKRATES, yang dipandang sebagai kode etik
pertama untuk profesi dokter.
1. Idealisme yang terkandung dalam kode etik profesi tidak sejalan dengan
fakta yang terjadi di sekitar para profesional, sehingga harapan terkadang
sangat jauh dari kenyataan.
2. Memungkinkan para profesional untuk berpaling kepada kenyataan dan
mengabaikan idealisme kode etik profesi. Kode etik profesi bisa menjadi
pajangan tulisan berbingkai.
3. Kode etik profesi merupakan himpunan norma moral yang tidak dilengkapi
dengan sanksi keras karena keberlakuannya semata-mata berdasarkan
kesadaran profesional.
4. Memberi peluang kepada profesional yang untuk berbuat menyimpang dari
kode etik profesinya.
Ada beberapa alasan mengapa kode etik perlu untuk dibuat. Beberapa alasan
tersebut adalah (Adams., dkk, dalam Ludigdo, 2007) :
Nilai profesional dapat disebut juga dengan istilah asas etis.(Chung, 1981
mengemukakan empat asas etis, yaitu :
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan sebelumnya maka dapat di simpulkan bahwa kode etik profesi
merupakan pedoman mutu moral profesi si dalam masyarakat yang di atur sesuai
dengan profesi masing-masing.
Hanya kode etik yang berisikan nilai-nilai dan cita-cita di terima oleh profesi itu
sendiri serta menjadi tumpuan harapan untuk di laksanakan dengan tekun dan
konsekuen. Kode etik tidak akan efektif kalau di drop begitu saja dari atas yaitu
instansi pemerintah karena tidak akan di jiwai oleh cita-cita dan nilai hidup dalam
kalangan profesi itu sendiri.
3.2 Saran
Agar dapat memahami dan memperoleh pengetahuan baru maka usaha yang dapat
di lakukan adalah :
1. Memperbanyak pemahaman terhadap kode etik profesi
2. Mengaplikasikan keahlian sebagai tambahan ilmu dalam praktek pendidikan
yang di jalani.
3. Pembahasan makalah ini menjadikan individu yang tahu akan pentingnya kode
etik profesi.
Sumber :
1. http://kodeetik-siskanainggolan.blogspot.co.id/2015/06/makalah-kode-
etik-dan-tanggung-jawab.html
2. https://noenank.wordpress.com/daftar-isi-kata-pengantar-bab-i-
pendahuluan-i-1-latar-belakang-i-2-tujuan-dan-manfaat-bab-ii-
pentingnya-etika-profesi-ii-1-kode-etik-profesi-ii-2-pentingnya-kode-
etik-profesi-bab-iii-kesimpulan/
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam membahas Etika sebagai ilmu yang menyelidiki tentang tanggapan
kesusilaan atau etis, yaitu sama halnya dengan berbicara moral (mores). Manusia
disebut etis, ialah manusia secara utuh dan menyeluruh mampu memenuhi hajat
hidupnya dalam rangka asas keseimbangan antara kepentingan pribadi dengan
pihak yang lainnya, antara rohani dengan jasmaninya, dan antara sebagai makhluk
berdiri sendiri dengan penciptanya. Termasuk di dalamnya membahas nilai-nilai
atau norma-norma yang dikaitkan dengan etika.
Profesi adalah aktivitas intelektual yang dipelajari termasuk pelatihan yang
diselenggarakan secara formal ataupun tidak formal dan memperoleh sertifikat
yang dikeluarkan oleh sekelompok / badan yang bertanggung jawab pada keilmuan
tersebut dalam melayani masyarakat, menggunakan etika layanan profesi dengan
mengimplikasikan kompetensi mencetuskan ide, kewenangan ketrampilan teknis
dan moral serta bahwa perawat mengasumsikan adanya tingkatan dalam
masyarakat.
Seiring dengan perkembangan zaman semakin banyak pelanggaran kode etik
oleh sebagian besar profesi terutama profesi kesehatan. Dan karena adanya
perubahan Globalisasi yang sering bisa membuat Profesi menjadi tidak berjalan
semestinya sebab kalau seorang Profesi tidak mengikuti perkembangan Globalisasi
maka dia akan tidak percaya diri untuk menjalankan Profesinya tersebut.
B. Rumusan Masalah
Untuk menghindari pembahasan yang meluas sehingga dalam rumusan masalah
makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa defenisi etika?
2. Bagaimana macam-macam dan contoh dari etika?
3. Apa defenisi profesi?
4. Bagaimana ciri-ciri dan karakteristik dari profesi?
5. Bagaimana peran etika dalam profesi?
6. Apa defenisi dan prinsip-prinsip etika profesi?
7. Bagaimana pelanggaran kode etik dari kasus tersebut?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk memenuhi salah satu tugas kuliah
etika profesi dan untuk mengkaji studi-studi kasus pelanggaran oleh profesi
kesehatan.
D. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah dapat memberi informasi mengenai
pelanggaran-pelanggaran studi kasus dalam dunia kesehatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Defenisi Etika
1. Defenisi etika menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan (1998) merumuskan pengertian etika dalam tiga arti sebagai berikut:
a. Ilmu tentang apa yang baik dan buruk, tentang hak dan kewajiban moral.
b. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.
c. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut di masyarakat.
Dari asul-usul katanya, etika berasal dari bahasa Yunani "ethos" yang berarti
adat istiadat atau kebiasaan yang baik. Etika biasanya berkaitan erat dengan
perkataan moral yang merupakan istilah dari bahasa Latin, yaitu Mos dan dalam
bentuk jamaknya Mores, yang berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup
seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan), dan menghindari
hal-hal tindakan yang buruk. Bertolak dari kata tersebut, akhirnya etika
berkembang menjadi studi tentang kebiasaan manusia berdasarkan kesepakatan,
menurut ruang dan waktu yang berbeda.
Istilah lain yang identik dengan etika, yaitu: usila (Sanskerta), lebih
menunjukkan kepada dasar-dasar, prinsip, aturan hidup (sila) yang lebih baik (su).
Dan yang kedua adalah Akhlak (Arab), berarti moral, dan etika berarti ilmu akhlak.
2. Definisi Etika menurut para ahli :
a. Abdullah dalam buku yang berjudul Pengantar Studi Etika (2006:4) menjelaskan
arti kata etika berdasarkan etimologinya yang berasal dari bahasa Yunani, ethos,
yang bermakna kebiasaan atau adat-istiadat.
b. Bertens dalam Etika seri Filsafat Atma Jaya (1993:4) memaparkan pengertian
etika dalam dalam bentuk jamak ta etha yang juga berarti adat kebiasaan.
c. Riady dalam Filsafat Kuno dan Manajemen Modern (2008:189) menjelaskan
bahwa etika dalam bahasa Latin diartikan sebagai Moralis yang berasal dari kata
Mores dengan makna adat-istiadat yang realistis bukan teoritis.
d. Abdullah dalam buku yang berjudul Pengantar Studi Etika (2006:12) mengatakan
bahwa secara umum, ruang lingkup etika meliputi :
a) Menyelidiki sejarah tentang tingkah laku manusia.
b) Membahas cara menghukum dan menilai baik buruknya suatu tindakan.
c) Menyelidiki faktor yang mempengaruhi tingkah laku manusia.
d) Untuk menerangkan mana yang baik dan mana yang buruk.
e) Untuk meningkatkan budi pekerti.
f) Untuk menegaskan arti dan tujuan hidup sebenarnya.
e. Menurut Profesor Robert Salomon, etika dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu
:
a)Etika merupakan karakter individu, dalam hal ini termausk bahwa orang yang
beretika adalah orang yang baik. Pengertian ini disebut pemahaman manusia
sebagai individu yang beretika.
b) Etika merupakan hukum sosial. Etika merupakan hukum yang mengatur,
mengendalikan serta membatasi perilaku manusia.
B. Macam-macam Etika
Dalam membahas Etika sebagai ilmu yang menyelidiki tentang tanggapan
kesusilaan atau etis, yaitu sama halnya dengan berbicara moral (mores). Manusia
disebut etis, ialah manusia secara utuh dan menyeluruh mampu memenuhi hajat
hidupnya dalam rangka asas keseimbangan antara kepentingan pribadi dengan
pihak yang lainnya, antara rohani dengan jasmaninya, dan antara sebagai makhluk
berdiri sendiri dengan penciptanya. Termasuk di dalamnya membahas nilai-nilai
atau norma-norma yang dikaitkan dengan etika, terdapat dua macam etika (Keraf:
1991: 23), sebagai berikut:
1. Etika Deskriptif
Etika yang menelaah secara kritis dan rasional tentang sikap dan perilaku
manusia, serta apa yang dikejar oleh setiap orang dalam hidupnya sebagai sesuatu
yang bernilai. Artinya Etika deskriptif tersebut berbicara mengenai fakta secara apa
adanya, yakni mengenai nilai dan perilaku manusia sebagai suatu fakta yang terkait
dengan situasi dan realitas yang membudaya. Dapat disimpulkan bahwa tentang
kenyataan dalam penghayatan nilai atau tanpa nilai dalam suatu masyarakat yang
dikaitkan dengan kondisi tertentu memungkinkan manusia dapat bertindak secara
etis.
2. Etika Normatif
Etika yang menetapkan berbagai sikap dan perilaku yang ideal dan seharusnya
dimiliki oleh manusia atau apa yang seharusnya dijalankan oleh manusia dan
tindakan apa yang bernilai dalam hidup ini. Jadi Etika Normatif merupakan
normanorma yang dapat menuntun agar manusia bertindak secara baik dan
menghindarkan hal-hal yang buruk, sesuai dengan kaidah atau norma yang
disepakati dan berlaku di masyarakat.
Dari berbagai pembahasan definisi tentang etika tersebut di atas dapat
diklasifikasikan menjadi tiga (3) jenis definisi, yaitu sebagai berikut :
a. Jenis pertama, etika dipandang sebagai cabang filsafat yang khusus
membicarakan tentang nilai baik dan buruk dari perilaku manusia.
b. Jenis kedua, etika dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang membicarakan baik
buruknya perilaku manusia dalam kehidupan bersama.
Definisi tersebut tidak melihat kenyataan bahwa ada keragaman norma, karena
adanya ketidaksamaan waktu dan tempat, akhirnya etika menjadi ilmu yang
deskriptif dan lebih bersifat sosiologik.
c. Jenis ketiga, etika dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang bersifat normatif,
dan evaluatif yang hanya memberikan nilai baik buruknya terhadap perilaku
manusia. Dalam hal ini tidak perlu menunjukkan adanya fakta, cukup informasi,
menganjurkan dan merefleksikan. Definisi etika ini lebih bersifat informatif,
direktif dan reflektif.
C. Contoh dari etika
Berikut adalah contoh dari etika :
1. Etika Pribadi. Misalnya seorang yang berhasil dibidang usaha (wiraswasta) dan
menjadi seseorang yang kaya raya (jutawan). Ia disibukkan dengan usahanya
sehingga ia lupa akan diri pribadinya sebagai hamba Tuhan. Ia mempergunakan
untuk keperluan-keperluan hal-hal yang tidak terpuji dimata masyarakat (mabuk-
mabukan, suka mengganggu ketentraman keluarga orang lain). Dari segi usaha ia
memang berhasil mengembangkan usahanya sehingga ia menjadi jutawan, tetapi ia
tidak berhasil dalam mengembangkan etika pribadinya.
2. Etika Sosial. Misalnya seorang pejabat pemerintah (Negara) dipercaya untuk
mengelola uang negara. Uang milik Negara berasal dari rakyat dan untuk rakyat.
Pejabat tersebut ternyata melakukan penggelapan uang Negara untuk kepentingan
pribadinya, dan tidak dapat mempertanggungjawabkan uang yang dipakainya itu
kepada pemerintah. Perbuatan pejabat tersebut adalah perbuatan yang merusak
etika social.
3. Etika moral berkenaan dengan kebiasaan berperilaku yang baik dan benar
berdasarkan kodrat manusia. Apabila etika ini dilanggar timbullah kejahatan, yaitu
perbuatan yang tidak baik dan tidak benar. Kebiasaan ini berasal dari kodrat
manusia yang disebut moral.
Contoh etika moral:
a. berkata dan berbuat jujur
b. menghargai hak orang lain
c. menghormati orangtua dan guru
d. membela kebenaran dan keadilan
e. menyantuni anak yatim/piatu
D. Defenisi Profesi
1. Defenisi Profesi Menurut Beberapa Para Ahli:
a. Schein, E.H (1962)
Profesi adalah suatu kumpulan atau set pekerjaan yang membangun suatu set
norma yang sangat khusus yang berasal dari perannya yang khusus di masyarakat.
b. Hughes, E.C (1963)
Profesi menyatakan bahwa ia mengetahui lebih baik dari kliennya tentang apa
yang diderita atau terjadi pada kliennya.
c. Daniel Bell (1973)
Profesi adalah aktivitas intelektual yang dipelajari termasuk pelatihan yang
diselenggarakan secara formal ataupun tidak formal dan memperoleh sertifikat
yang dikeluarkan oleh sekelompok / badan yang bertanggung jawab pada keilmuan
tersebut dalam melayani masyarakat, menggunakan etika layanan profesi dengan
mengimplikasikan kompetensi mencetuskan ide, kewenangan ketrampilan teknis
dan moral serta bahwa perawat mengasumsikan adanya tingkatan dalam
masyarakat.
d. Paul F. Comenisch (1983)
Profesi adalah "komunitas moral" yang memiliki cita-cita dan nilai bersama.
2. Defenisi profesi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
Profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian
(ketrampilan, kejuruan, dan sebagainya) tertentu.
a. K. Bertens
Profesi adalah suatu moral community (masyarakat moral) yang memiliki cita-
cita dan nilai-nilai bersama.
b. Siti Nafsiah
Profesi adalah suatu pekerjaan yang dikerjakan sebagai sarana untuk mencari
nafkah hidup sekaligus sebagai sarana untuk mengabdi kepada kepentingan orang
lain (orang banyak) yang harus diiringi pula dengan keahlian, ketrampilan,
profesionalisme, dan tanggung jawab.
c. Doni Koesoema A
Profesi merupakan pekerjaan, dapat juga berwujud sebagai jabatan di dalam
suatu hierarki birokrasi, yang menuntut keahlian tertentu serta memiliki etika
khusus untuk jabatan tersebut serta pelayananbaku terhadap masyarakat.
Maka Kesimpulannya pekerjaan tidak sama dengan profesi. Istilah yang mudah
dimengerti oleh masyarakat awam adalah: sebuah profesi sudah pasti menjadi
sebuah pekerjaan, namun sebuah pekerjaan belum tentu menjadi sebuah profesi.
Profesi memiliki mekanisme serta aturan yang harus dipenuhi sebagai suatu
ketentuan, sedangkan kebalikannya, pekerjaan tidak memiliki aturan yang rumit
seperti itu. Hal inilah yang harus diluruskan di masyarakat, karena hampir semua
orang menganggap bahwa pekerjaan dan profesi adalah sama.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Kasus
Apotek unhalu berada di jalan mandonga kota kendari. Letaknya sangat
strategis berada di tengah kota, buka pelayanan tiap hari jam 16.00 22.00. pasien
sangat ramai serta jumlah resep yang banyak dilayani. Setiap hari rata-rata 100
lembar resep. APA juga merupakan PNS dan masuk apotek jam 19.30. Karena
banyaknya pasien yang dilayani, penyerahan obat oleh tenaga teknis kefarmasian
tidak sempat memberikan informasi yang cukup.
B. Kajian Menurut Undang undang
Berdasarkan permasalahan diatas, kami menemukan beberapa ketidak
hubungan antara yang terjadi dengan yang terdapat di peraturan peraturan yang
berlaku mengenai kesehatan dan pelayanan kesehatan. Peraturan-peraturan itu
sebagai berikut :
1. Undang-undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
Pasal 5
(1) Setiap orang memiliki hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan
yang aman, bermutu, dan terjangkau.
Pasal 8
Setiap orang berhak memperoleh informasi tentang data kesehatan
dirinya termasuk tindakan dan pengobatan yang telah dan akan diterimanya dari
tenaga kesehatan.
Pasal 108
(1) Praktik kefarmasiaan yang meliputi pembuatan termasuk pengendalian
mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian
obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta
pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional harus dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan keterangan diatas, praktek kefarmasian di apotek
melanggar beberapa ketentuan, yaitu : Undang-undang No. 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan pasa l5, pasal 8 dan pasal 108 Tentang Kesehatan, Undang-Undang No. 8 Tahun 1998
pasal 4 Tentang Perlindungan Konsumen, Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009
pasal 1 ayat 13, pasal 20, pasal 21 ayat 1 dan 2, pasal 19 ayat ayat 1 tentang
pekerjaan kefarmasian, Keputusan Menteri Kesehatan No.
1332/MENKES/PER/SK/X/2002 pasal 19 ayat 1 dan 2 Ketentuan dan Tata Cara
Pemberian Ijin Apotek, Keputusan Menteri Kesehatan No.
1072/MENKES/PER/SK/X/2004 Tentang Standar Pelayanan di Apotek, Kode etik
apoteker pasal 3 dan 5, lafal sumpah atau janji apoteker.
B. Saran
Berdasarkan studi kasus diatas sebaiknya kita memperbaiki pelayanan
terhadap pasien apabila kita adalah seorang tenaga kesehatan demi kenyamanan
bersama.
Apoteker adalah suatu profesi dibidang Kesehatan, apoteker dapat dikatakan
sebagai pekerjaan kefarmasian yang diperoleh dari suatu negara sebagai otoritas
keahlian sehingga perlu adanya sumpah dalam hal profesionalitas. Seorang
apoteker sebelum menjalankan praktek profesinya harus mengucapkan
sumpah/janji (PP No.20 / 1962). Selanjutnya meregistrasikan diri kepada
pemerintah melalui Departemen Kesehatan, serta mendapatkan Surat Izin Kerja,
barulah yang bersangkutan sah untuk berpraktek di seluruh wilayah Indonesia.
PENGERTIAN ETIKA
Etika dalam bahasa Yunani kuno : "ethikos", berarti "timbul dari kebiasaan" adalah
sebuah sesuatu dimana dan bagaimana cabang utama filsafat yang mempelajari
nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral. Etika
mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk dan
tanggung jawab.
St. John of Damascus (abad ke-7 Masehi) menempatkan etika di dalam kajian
filsafat praktis (practical philosophy).
Secara metodologis, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat dikatakan sebagai
etika. Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan
refleksi. Karena itulah etika merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek dari
etika adalah tingkah laku manusia. Akan tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang
meneliti juga tingkah laku manusia, etika memiliki sudut pandang normatif.
Maksudnya etika melihat dari sudut baik dan buruk terhadap perbuatan manusia.
Sumber :
id.wikipedia.org/wiki/Etika
www.farmasi.unud.ac.id
maya-scorviyanti.blogspot.com
Kode Etik Akuntan
#Ahmad Zainuddin
Eksistensi akuntan penting dan strategis untuk membangun culture birokrasi dan
bisnis yang kuat, visioner, memegang teguh nilai-nilai etika, dan fokus terhadap
nilai tambah bagi perekonomian nasional.
2. Kepentingan Publik
3. Integritas
4. Objektivitas
Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan
dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya. Prinsip obyektivitas mengharuskan
anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka
atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau dibawah pengaruh pihak lain.
7. Perilaku Profesional
Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik
dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi. Kewajiban untuk
menjauhi tingkah laku yang dapat mendiskreditkan profesi harus dipenuhi oleh
anggota sebagai perwujudan tanggung jawabnya kepada penerima jasa, pihak
ketiga, anggota yang lain, staf, pemberi kerja dan masyarakat umum.
8. Standar Teknis
Referensi Bacaan:
http://www.iaiglobal.or.id/v02/keanggotaan/?act=anggota&page=11
http://www.iaiglobal.or.id/v02/akuntan_profesional.php?id=1
https://herikurniawan19.wordpress.com/2013/10/14/tugas-1-etika-profesi-dan-
etika-profesi/
Ludigdo, Unti. Strukturasi Praktik Etika di Kantor Akuntan Publik: Sebuah Studi
Interpretif. Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang 2006.
KODE ETIK PROFESI AKUNTANSI
Etika profesi merupakan karakteristik suatu profesi yang membedakan suatu profesi
dengan profesi lain, yang berfungsi untuk mengatur tingkah laku para anggotanya.
Tanpa etika, profesi akuntan tidak akan ada karena fungsi akuntan adalah sebagai
penyedia informasi untuk proses pembuatan keputusan bisnis oleh para pelaku
bisnis.
Kode etik profesi akuntansi adalah pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan
dalam melaksanakan tugas dan dalam kehidupan sehari-hari dalam profesi
akuntansi. Kode etik akuntansi dapat menjadi penyeimbang segi-segi negatif dari
profesi akuntansi, sehingga kode etik bagai kompas yang menunjukkan arah moral
bagi suatu profesi dan sekaligus menjamin mutu moral profesi akuntansi dimata
masyarakat.
Perilaku etika merupakan fondasi peradaban modern. Etika mengacu pada suatu
sistem atau kode perilaku berdasarkan kewajiban moral yang menunjukkan
bagaimana seorang individu harus berperilaku dalam masyarakat. Profesionalisme
didefinisikan secara luas mengacu pada perilaku, tujuan dan kualitas yang
membentuk karakter atau ciri suatu profesi atau orang-orang profesional. Seluruh
profesi menyusun aturan atau kode perilaku yang mendefinisikan perilaku etika
bagi anggota profesi tersebut.
IFAC
5. Perilaku Profesional: Seorang akuntan profesional harus patuh pada hukum dan
perundang-undangan yang relevan dan harus menghindari tindakan yang dapat
mendiskreditkan profesi.
AICPA
Kode Etik AICPA terdiri atas dua bagian; bagian pertama berisi prinsip-prinsip
Etika dan pada bagian kedua berisi Aturan Etika (rules)
1. Tanggung Jawab: Dalam menjalankan tanggung jawab sebagai seorang
profesional, anggota harus menjalankan pertimbangan moral dan profesional secara
sensitif
6. Ruang Iingkup dan Sifat Jasa: Seorang anggota dalam praktik publik harus
mengikuti prinsip-prinsip kode Perilaku Profesional dalam menetapkan ruang
lingkup an sifat jasa yang diberikan.
IAI
Prinsip etika akuntan atau kode etik akuntan itu meliputi delapan butir pernyataan
(IAI, 1998, dalam Ludigdo, 2007). Kedelapan butir pernyataan tersebut merupakan
hal-hal yang seharusnya dimiliki oleh seorang akuntan, yaitu :
1. Tanggung jawab profesi : bahwa akuntan di dalam melaksanakan
tanggungjawabnya sebagai profesional harus senantiasa menggunakan
pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya.
Interpretasi Aturan Etika merupakan interpretasi yang dikeluarkan oleh badan yang
dibentuk oleh Himpunan setelah memperhatikan tanggapan dari anggota, dan
pihak-pihak berkepentingan lainnya, sebagai panduan dalam penerapan Aturan
Etika, tanpa dimaksudkan untuk membatasi lingkup dan penerapannya. Pernyataan
Etika Profesi yang berlaku saat ini dapat dipakai sebagai Interpretasi dan atau
Aturan Etika sampai dikeluarkannya aturan dan interpretasi baru untuk
menggantikannya.
Kepatuhan terhadap Kode Etik, seperti juga dengan semua standar dalam
masyarakat terbuka, tergantung terutama sekali pada pemahaman dan tindakan
sukarela anggota. Di samping itu, kepatuhan anggota juga ditentukan oleh adanya
pemaksaan oleh sesama anggota dan oleh opini publik, dan pada akhirnya oleh
adanya mekanisme pemrosesan pelanggaran Kode Etik oleh organisasi, apabila
diperlukan, terhadap anggota yang tidak menaatinya.
Dari ketiga versi laporan keuangan tersebut yang benar-benar telah diaudit dan
mencantumkan opini wajar tanpa pengecualian adalah laporan yang disampaikan
pada 6 Januari 2003. Dimana dalam laporan itu disampaikan adanya penurunan
AYDA (agunan yang diambil alih) sebesar Rp 1,42 triliun, total aktiva Rp 22,8
triliun, rugi bersih sebesar Rp 1,273 triliun dan CAR sebesar 4,23 %. Untuk laporan
keuangan yang diiklankan pada 28 November 2002 ternyata terdapat kelalaian
manajemen dengan mencantumkan kata audit. Padahal laporan tersebut belum
diaudit, dimana angka yang tercatat pada saat diiklankan adalah AYDA sebesar Rp
2,933 triliun, aktiva sebesar Rp 24,185 triliun, laba bersih tercatat Rp 98,77 miliar,
dan CAR 24,77 %.
Analisis:
Akuntan Publik yang memeriksa laporan keuangan Bank Lippo tersebut melanggar
beberapa standar umum dan kode etik, antara lain:
- Perilaku profesional > mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku serta tidak
melakukan perbuatan yang dapat merusak nama baik atau menurunkan nilai atau
pandangan orang lain terhadap profesi auditor
- Melindungi kepentingan publik > opini yang dikeluarkan oleh akuntan publik
menyesatkan, sedangkan akuntan publik dituntut untuk selalu bertindak dalam
kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan
menunjukkan komitmen atas profesionalisme
Referensi
http://dokumen.tips/download/link/perilaku-etika-dalam-profesi-akuntansi
http://dokumen.tips/documents/kode-etik-aicpa-ifac-iai.html
https://orintalo.wordpress.com/2015/11/02/jurnal-analisis-pelanggaran-kode-etik-
profesi-akuntan-publik-pada-kasus-bank-lippo/