Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Perumahan menurut UU No. 4 tahun 1992 adalah kelompok rumah yang berfungsi
sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan sarana
dan prasarana lingkungan. Sedangkan permukiman dapat diartikan sebagai bagian dari
lingkungan hidup diluar kawasan lindung yang berupa kawasan perkotaan maupun
pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal dan tempat kegiatan yang
mendukung perikehidupan serta penghidupan, yang dilengkapi dengan sarana dan
prasarana sehingga fungsi permukiman tersebut dapat berdayaguna dan berhasilguna.
Disebutkan oleh Departemen Kimpraswil (2002), kawasan perumahan
mempunyai beberapa persyaratan dasar fisik yaitu : aksesibilitas, kompabilitas,
fleksibilitas dan ekologi dimana hal tersebut sangat dipngaruhi oleh karakter fisik lahan
dana lam yang berupa : topografi, sumberdaya alam, kondisi fisik tanah, lokasi atau letak
geografis, tata guna tanah, nilai dan harga tanah, iklim, bencana alam, dan vegetasi.
Menurut Martopo dalam Khadiyanto (2005:28), menjelaskan bahwa untuk
menentukan kemampuan lahan bagi lokasi perumahan, maka terhadap masing-masing
bentuk lahan yang akan dipergunakan untuk kawasan perumahan perlu diadakan
pengamatan dan pengujian terhadap beberapa parameter seperti kemiringan lereng,
kerentanan terhadap banjir, gerak massa batuan, erosi, daya tumpu tanah, rombakan
batuan dan ketersediaan air bersih.
1. Kemiringan Lereng
Kemiringan lereng adalah sudut yang dibentuk oleh perbedaan tinggi
permukaan lahan (relief), yaitu antara bidang datar tanah dengan bidang horizontal
dan pada umumnya dihitung dalam persen (%) atau derajat (0). Klasifikasi kemiringan
lereng menurut SK Mentan No. 837/KPTS/Um/11/1980 :
Setiap kawasan memiliki kondisi yang berbeda-beda, diantaranya merupakan
penghambat bagi pembangunan. Faktor penghambat tersebut diantaranya adalah
kemiringan yang melebihi 15% terbuka terhadap iklim yang keras, bahaya gempa
bumi, bahaya tanah longsor, tanah yang tidak stabil, daerah berlumpur/rawa serta
berbatasan dengan jalan yang hiruk pikuk, yang diantaranya dapat diatasi dengan
perlakuan khusus dan diluar itu harus dihindari (Untermann and Robert Small,
1985:23).
Peruntukan lahan berdasarkan kemiringan lereng :
Pembangunan perumahan atau bangunan lainnya pada lahan dengan kemiringan lebih
dari 10%, memerlukan desain bangunan yang lebih khusus dengan bentuk teras
(sengkedan/bersusun) ataupun berbentuk split-level, yang dikombinasikan dengan
pembuatan taman (Golany, 1976:69). Spilt level adalah rumah yang dibuat beberapa
lantai dengan beda tinggi setengah tingkat rumah karena diletakan pada tanah yang
landai, sedang rumah sengkedan karena dibangun pada tanah yang agak terjal,
memiliki tingkat rumah yang sesuai garis kontur dengan beda tinggi satu tingkat
rumah (Frick, 2002:23).
Ketersediaan air tanah dan posisi muka air tanah serta ketersediaan air permukaan
sangat tergantung dari itensitas hujan yang terjadi. Hujan lebat dapat menyebabkan
genangan pada wilayah hunian yang kecil dan dapat pula mengakibatkan kerusakan
tanaman. Itentitas curah hujan, secara kualitatif dapat dinyatakan dengan derajat curah
hujan.
Sumber :
Hartadi Arief. 2009. Tesis Kajian Kesesuaian Lahan Perumahan Berdasarkan
Karakteristik Fisik Dasar Di Kota Fakfak. Semarang : Program Pascasarjana
Magister PWK UNDIP Semarang.