Chapter I PDF
Chapter I PDF
PENDAHULUAN
darah yang adekuat ke organ-organ vital dan ke jaringan yang mengalami trauma
dan efektif untuk penyembuhan luka.1 Volume plasma yang adekuat penting untuk
telah mengalami pergeseran selama 50 tahun belakangan ini. Sebelum tahun 60-
an, restriksi cairan intra operatif banyak dipraktekkan. Pada awal tahun 1960-an
kemudian pilihan cairan menjadi subyek debat yang intensif dan berlangsung
operasi Sectio Caesaria perlu didasari oleh pengetahuan tentang perubahan yang
terjadi pada wanita hamil tersebut. Kehamilan adalah satu periode yang unik
dimana terjadi perubahan secara drastis terhadap dinamika cairan tubuh. Terjadi
perubahan pada anatomi, hormonal dan adaptasi fungsional pada wanita hamil
dibandingkan dengan wanita yang tidak hamil.3 Berat badan wanita hamil
kilogram. Peningkatan berat badan terjadi akibat penambahan ukuran uterus dan
isinya (uterus 1kg, cairan amnion 1kg, fetus dan plasenta, 4kg), peningkatan
volume darah dan cairan interstitial (masing-masing berkisar 2 kg) dan deposisi
lemak dan protein (berkisar 4 kg). Penambahan berat badan yang normal selama
trimester pertama adalah 1-2 kg, dan 5-6 kg penambahan pada dua trimester
terakhir.4 Curah jantung juga meningkat selama kehamilan. Perubahan ini muncul
pada minggu ke-5 kehamilan, dan terus bertambah sebesar 35%-40% pada akhir
kedua sampai dia mencapai kira-kira 50% lebih tinggi dibanding wanita yang
kehamilan dan terus meningkat sampai mendekati 50% pada minggu ke-34
volume sel darah merah tidak berubah yaitu 27 ml/kgbb. Hipervolemia fisiologis
ini memfasilitasi zat-zat makanan dari ibu ke fetus, melindungi ibu dari terjadinya
Peningkatan volume plasma ini merupakan suatu respon adaptasi fisiologis yang
pembuluh darah.4
dilakukan pada operasi sesar karena mudah dan efisien dalam pelaksanaannya.3
Hipotensi adalah salah satu efek samping paling sering dialami pada anestesi
dilatasi arteri dan vena, akibatnya aliran darah balik vena menuju jantung kanan
menurun dan manifestasi yang timbul adalah penurunan tekanan darah. Salah satu
cara yang paling cepat untuk mengatasi hipotensi adalah dengan pemberian cairan
kristaloid atau koloid.5 Hipotensi adalah suatu keadaan tekanan darah yang
mmHg, atau dapat juga ditandai dengan penurunan sistolik mencapai dibawah 25
signifikan hingga mencapai 8-35 %.7 Hipotensi akan mempengaruhi tidak hanya
pada ibu namun secara tidak langsung dapat mempengaruhi janin sehingga
setelah anestesi spinal telah melahirkan banyak sekali teknik pemberian cairan.3
Khusus untuk pasien obstetrik yang rutin dilakukan adalah pre hidrasi,
vasopressor.5 Pada beberapa penelitian pre hidrasi dengan larutan kristaloid 10-20
vena akibat blok simpatis. 8 Dasarnya adalah peningkatan volume sirkulasi untuk
menyebabkan hemodilusi.9
pemberian cairan pada pasien yang akan menjalani Sectio Caesar dengan anestesi
spinal memerlukan penggantian cairan yang cepat dan volume yang besar dengan
wanita hamil lebih rendah dari normal. Pemberian cairan dapat merubah
SID dan keseimbangan asam-basa.9 Pasien yang menjalani bedah sesar tanpa
dapat diganti dengan cairan kristaloid dengan volume 3 kali jumlah perdarahan.10
Pemberian cairan NaCl 0,9% dengan kecepatan 30 ml/kg/jam dalam dua jam
7,28.11 Kondisi asidosis maupun alkalosis tidak baik bagi ibu maupun janin,
wanita hamil lebih rendah dari normal. Hal ini terjadi akibat efek dilusional dari
elektrolit akan secara langsung mempengaruhi status ion hidrogen dimana pada
kondisi tidak terjadi gangguan dalam sistem pernafasan maka ada dua hal yang
Difference dan pH.13 Elektrolit yang dianggap berpengaruh kuat terhadap nilai
SID adalah Na+, K+, Ca2+, Mg dan Cl. 14 Penilaian keseimbangan asam-basa
Saat ini telah mulai banyak dilakukan penelitian yang membahas cairan
komponen utama pada SID dimana hal ini adalah salah satu variabel independen
dengan SID yang berbeda menemukan ada hubungan linear antara kandungan
elektrolit suatu cairan dengan perubahan SID plasma dan hal itu dapat menjadi
disimpulkan bahwa pemberian cairan kristaloid NaCl 0,9% selama bedah caesar
pembuluh darah paru, dan vasodilatasi sistemik. Selain itu asidemia akan
cairan yang berbasis asetat (plasmalyte) sebagai cairan intra operatif didapati BE
pada grup Saline -5 mmol/L dan grup cairan yang berbasis Asetat dengan BE -
cairan yang berbasis Asetat lebih stabil terhadap perubahan pH dan kadar HCO 3 -
maternal dan fetal. Didapati pemberian cairan infus yang mengandung asetat
merupakan salah satu cairan kristaloid yang cukup banyak diteliti. Larutan RAM
yang mengandung Asetat dan Malat berbeda dari larutan RL dimana Laktat
seluruh jaringan tubuh terutama di otot. Metabolisme asetat juga didapatkan lebih
cepat 3 - 4 kali dibanding laktat. Larutan RAM merupakan larutan isotonis yang
mirip dengan cairan tubuh dan dikenal dengan larutan berimbang (balance
konsentrasi yang mirip dengan yang ditemukan dalam plasma manusia. Larutan
ini dapat digunakan untuk menangani hemostasis cairan pada perioperatif serta
RAM RL
Na (mmol/L) 145 131
K (mmol/L) 4 5
Ca (mmol/L) 2,6 2
Mg (mmol/L) 1 -
Cl(mmol/L) 128 111
Lactate (mmol/L) - 29
Acetate (mmol/L) 24 -
Malate (mmol/L) 5 -
Osmolaritas
309 278
(mOsm/L)
SID -4,4 -2
pemberian cairan Ringer Asetat Malat terhadap SID plasma dibanding dengan
cairan yang sudah lazim dipakai yaitu Ringer Laktat. Penelitian ini dilakukan
pada pasien yang menjalani sectio caesaria dengan perkiraan perdarahan lebih
kecil atau sama dengan 15% dari EBV oleh karena perlu evaluasi penggantian
volume perdarahan setelah perdarahan lebih dari 15% EBV. Penggantian volume
elektrolit.10
nilai Strong Ions Difference plasma setelah diberikan pada wanita hamil yang
pl a s m a antara cairan Ringer Asetat Malat (RAM) dengan Ringer Laktat (RL)
pemberian cairan terhadap nilai Strong Ion Difference plasma yang dapat
pendekatan Stewart.