PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah merupakan salah satu bagian dari unit
pelayanan kesehatan yang ada di Puskesmas yang bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan
dan kematian bayi, ibu hamil dan ibu nifas serta meningkatkan cakupan pertolongan persalinan
oleh tenaga kesehatam (bidan) baik didesa maupun di Puskesmas itu sendiri.
Sesuai dengan komitmen global, Indonesia menetapkan target penurunan AKI menjadi 75
% pada tahun 1990 atau 125/100.000 Kelahiran Hidup (Depkes RI, 2001). Target angka
kematian ibu pada tahun 2011 yag ditetapkan berdasarkan indikator Indonesia sekarang adalah
sebesar 150/100.000 Kelahiran Hidup (Depkes RI, 2003). Tentunya dengan penetapan target
tersebut harus diiringi dengan peningkatan pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu melahirkan dan
Program Kesehatan Ibu dan Anak yang telah dilaksanakan selama ini, bertujuan untuk
meningkatkan status derajat kesehatan ibu dan anak serta menurunkan AKI dan AKB, (Dpkes
RI, 2003), untuk itu diperlukan upaya pengelolaan program kesehatan ibu dan anak yang
bertujuan untuk memantapkan dan meningkatkan jangkauan serta mutu pelayanan kesehatan ibu
Jika kita melihat cakupan indikator program kesehatan ibu dan anak (PWS KIA) di Desa
tahun 2011 ini, yang merupakan alat untuk mengevaluasi keadaan status kesehatan ibu dan anak,
menunjukkan masih ada beberapa indikator yang belum mencapai target jika dibadingkan
dengan standar minimal bidang kesehatan ibu dan anak (Kep. Men. Kes. RI No. 1457/
menkes/SK/X/2003).
Salah satu upaya strategis dalam rangka percepatan penurunan jumlah kematian ibu dan
bayi adalah : Pemantapan manajemen Kesehatan Ibu dan Anak, pengembangan teknis pelayanan,
serta peningkatan KIE yang baik. Dalam upaya pemantapan manajemen perlu dilakukan evaluasi
pelayanan program sebagai bahan untuk mawas diri dan perbaikan pelaksanaan program di masa
mendatang. Manajemen program dapat berjalan dengan optimal jika ditunjang oleh data
pendukung yang memadai dan sistem evaluasi yang baik dari data rutin yang dilaporkan oleh
bidan desa. Oleh karenanya disusunlah profil program KIA ini sebagai sarana informasi dan
c. Mengandung antibody (terutama kolostrum) yang melindungi terhadap penyakit, seperti diare
dan gangguan pernafasan.
d. Menunjuang perkembangan motorik sehingga bayi yang diberi ASI eksklusif akan lebih cepat
jalan.
h. Melindungi terhadap alergi karena tidak mengandung zat yang dapat menimbulkan alergi.
i. Mengandung cairan yang cukup untuk kebutuhan bayi dalam 6 bulan pertama (87% ASI
adalah air)
j. Mengandung asam lemak yang diperlukan untuk pertumbuhan otak sehingga bayi dengan
pemberian ASI Eksklusif potensial lebih pandai.
a. Mengurangi perdarahan setelah melahirkan. Apabila bayi disusui segera setelah dilahirkan,
maka kemungkinan terjadi perdarahan setelah melahirkan akan berkurang karena kadar
oksitoksin meningkat sehingga pembuluh darah menutup dan perdarahan akan cepat berhenti.
c. Menjarangkan kehamilan. Menyusui merupakan cara kontrasepsi yang aman, murah dan
cukup berhasil. Selama ibu memberi ASI eksklusif dan belum haid, 98% tidak akan hamil
pada enam bulan pertama setelah melahirkan dan 96% tidak akan hamil sampai bayi berusia
12 bulan
d. Mengecilkan rahim. Kadar oksitoksin ibu yang menyusui akan membantu rahim kembali ke
ukuran sebelum hamil.
f. Membantu mengurangi beban kerja ibu karena ASI tersedia kapan dan dimana saja. ASI
selalu bersih, sehat, dan tersedia dalam suhu yang cocok.
h. Dapat segera diberikan pada bayi tanpa harus menyiapkan memasak air dan tanpa harus
mencuci botol.
i. Memberi kepuasan bagi ibu yang berhasil memberikan ASI eksklusif akan merasakan
kepuasan, kebanggaan dan kebahagiaan yang mendalam (Roesli, 2005)
b. Aspek psiologis, kebahagiaan keluarga bertambah, mendengarkan hubungan jiwa ibu dengan
sang ibu.
a. Penghematan devisa untuk pembelian susu formula, perlengkapan menyusui, serta biaya
menyiapkan susu
b. Penghematan untuk biaya sakit terutama sakit muntah, mencret, dan sakit saluran nafas.
d. Menciptakan generasi penerus bangsa yang tangguh dan berkualitas untuk membangun
Negara. Karena anak yang mendapat ASI dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.
Antibodi 1. kaya kandungan sel darah putih 1. tidak ada sel darah putih
hidup dalam jumlah berjuta-juta hidup, kalaupun ada
setiap lama kali menyusui apapun jenisnya semua
dalam keadaan mati
2. kaya kandungan
immunoglobulin 2. hanya sedikit
kandungannya, sebagian
besar merupakan jenis
untuk anak sapi.
( Sumber : Martha Sears, R.N. dan William Sears,M.D. The Breast Feeding Book, Little
Brown And Company, USA, 2000 dalam Laksono, 2010:16).
C. KANDUNGAN ASI
ASI memiliki nutrisi yang berperan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan
bayi. Hal ini membuat beberapa organisasi seperti WHO, UNICEF, dan WHA
merekomendasikan pemberian ASI saja selama 6 bulan (Amiruddin, 2007). Departemen
kesehatan dunia juga menargetkan cakupan pemberian ASI eksklusif sebesar 80%. Air Susu
Ibu (ASI) merupakan suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa, dan garam-garam
organik yang dikelurkan oleh kelenjar mamari manusia. Sebagai satu-satunya makanan alami
yang berasal dari ibu, ASI menjadi makanan terbaik dan sempurna untuk bayi karena
mengandung zat gizi sesuai kebutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi (Siregar,
2005). ASI eksklusif didefinisikan sebagai pemberian ASI sedini mungkin setelah persalinan,
diberikan tanpa jadwal dan tidak ada makanan tambahan sampai dengan bayi berumur 6
bulan. Makanan tambahan yang dimaksud yaitu susu formula, air matang, jus buah, air gula,
dan madu. Vitamin maupun obat, dalam bentuk tetes atau sirup tidak termasuk makanan
tambahan (Pearl et all, 2004; Dee, 2008). ASI dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bayi 6
bulan karena kandungan gizinya yang sesuai. Kapasitas lambung bayi baru lahir hanya dapat
menampung cairan sebanyak 10-20 ml (2-4 sendok teh). ASI memiliki kandungan gizi yang
sesuai serta volume yang tepat sesuai dengan kapasitas lambung bayi yang masih terbatas
(Depkes, 2012). ASI memiliki berbagai kebaikan untuk bayi karena kandungan nutrisi yang
terdapat pada ASI sangat sesuai dengan kebtuhan bayi. Komposisi ASI berbeda-beda sesuai
dengan stadium laktasi, waktu, nutrisi ibu, dan masa gestasi janin saat lahir (Olds et all,2001).
D. PENGELOMPOKAN ASI
Berdasarkan waktu produksinya ASI digolongkan kedalam 3 kelompok :
1. Kolostrum
Kolostrum adalah ASI yang keluar dari hari pertama sampai hari ke empat setelah
melahirkan. Kolostrum merupakan cairan emas, cairan pelindung yang kaya akan zat anti
infeksi dan berprotein tinggi, merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar
payudara, mengandung tissuedebris dan residual material yang terdapat dalam alveoli dan
duktus dari kelenjar payudara sebelum dan setelah masa puerperium. Komposisi dari
kolostrum ini dari hari ke hari selalu berubah. Kolostrum merupakan cairan viscous kental
dengan warna kekuning kuningan, lebih kuning dibandingkan dengan susu yang matang.
Kolostrum merupakan pencahar yang ideal untuk membersihkan mekonium dari usus bayi
yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan makanan bayi dan makanan yang
akan datang. Selain itu Kolostrum lebih banyak mengandung protein dibanding dengan ASI
yang matur. Pada kolostrum protein yang utama adalah globulin. (Utama Roesli, 2004).
Kolostrum memiliki manfaat yaitu Kolostrum mengandung zat kekebalan terutama IgA untuk
melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi khususnya diare. Jumlah Kolostrum yang
diproduksi bervariasi tergantung dari isapan bayi pada hari hari pertama kelahiran,
walaupun sedikit namun cukup untuk memenuhi kebutuhan zat gizi bayi, oleh karena itu
harus diberikan kepada bayi. Kolostrum mengandung protein, vitamin A yang tinggi,
karbohidrat, dan lemak rendah. Sehingga sesuai dengan kebutuhan zat gizi bayi pada hari
hari pertama setelah kelahiran. Selain itu membantu pengeluaran mekonium yaitu kotoran
bayi yang pertama berwarna hitam kehijauan (Depkes, 2002).
A.Indentifikasi Masalah
1.Latar Belakang
Pertumbuhan dan perkembangan bayi sebagian besar ditentukan oleh jumlah ASI yang diperoleh
termasuk energi dan zat gizi lainnya yang terkandung di dalam ASI. Namun, banyak ibu yang
mengganti ASI dengan susu formula. Padahal hal itu sangatlah tidak baik untuk seorang bayi.
Bayi umumnya diberikan ASI hingga berusia enam bulan, setelah itu ASI hanya berfungsi
sebagai sumber protein, vitamin, dan mineral yang utama bagi bayi.
Di Indonesia masalah gizi buruk hingga saat ini masih belum teratasi. Salah satu masalah gizi
yang paling utama pada saat ini, di Indonesia adalah kurang kalori, dan protein. Hal ini banyak
ditemukan pada bayi dan anak yang masih kecil. Keadaan ini karena anak dan bayi merupakan
golongan rentan. Selain itu banyak ibu yang melahirkan bayi prematur yaitu bayi dengan berat
badan rendah karena tidak sesuai dengan usia kelahirannya. Bayi dengan berat badan rendah
memiliki resiko besar terkena infeksi dan lebih memperlukan ASI lebih besar dibanding bayi
dengan berat badang normal.
Tetapi banyak ibu-ibu yang memberikan ASI hanya selama 3 bulan bahkan ada yang hanya
memberikan ASI selama satu bulan saja dikarenakan kepentingan pekerjaan. Pemberian ASI
semaksimal mungkin merupakan kegiatan penting dalam pemeliharan dan tumbuh kembang
bayi, Oleh sebab itu maka penulis membuat makalah dengan judul ASI EKSKLUSIF.
8 KP-KIA I/Kel 4 0 0
Berdasarkan data yang lengkap dikumpulkan dan dilakukan analisa, maka cara
yang digunakan untuk menentukan prioritas masalah adalah dengan melakukan dengan
melakukan penilaian. Nilai skor antara 1 (tidak penting) sampai 5 (sangat penting) untuk
setiap kriteria yang sesuai. Variabel yang digunakan antara lain yang berdasarkan besarnya
masalah/Prevalence (P), beratnya masalah/Severity (S), kenaikan besarnya masalah/Rate of
Increase (RI), derajat keinginan masyarakat yang tidak terpenuhi/Degree of Unmet Need
(DU), keuntungan yang diperoleh masyarakat atas terselesaikannya masalah/Social Benefit
(SB), kepedulian masyarakat/Public Concern (PB), sumber daya manusia yang
tersedia/Resources Availability (R), dan teknologi yang memungkinkan untuk membantu
pelaksanaan program/Technical Feasibility (T). Adapun masalah yang terindetifikasi
adalah ASI EKLUSIF,Keluarga Berencana(KB),dan Kunjungan Neonatus 1.
Setelah dilakukan Penetapan Prioritas Masalah di dapat bahwa ASI Eksklusif merupakan
masalah utama di wilayah kerja Puskesmas Pasar Merah di bagian upaya kesehatan ibu dan
anak (KIA) dan Keluarga Berencana (KB).
3 Tujuan
a. Tujuan Umum
untuk megetahui pencapain target sasaran pemberian ASI Eksklusif dan faktor-
faktor yang mempengaruhi pemberian ASI pada bayi di wilayah Puskesmas Pasar Merah.
b. Tujuan Khusus
1. Megetahui pencapain target sasaran pemberian ASI Eksklusif
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI pada bayi .
2.4 Rencana Kegiatan
Kegiatan program pemberantasan penyakit DBD meliputi:
Ibu-ibu balita
Tokoh: Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat, dll
Pamong: Kepala dusun, Kepala desa, Camat, dll.
Petugas: Kesehatan, BKKBN, Pertanian, Guru, dll
Swasta dan pengusaha
Isi materi penyuluhan a.l:
manfaat ASI Eksklusif bagi tumbuh kembang dan kecerdasan anak
pentingnya kolostrum bagi kesehatan bayi
pemberian ASI penting untuk kesehatan ibu, misalnya dapat
menghindari
kanker payudara dan untuk menjarangkan kehamilan (KB)
meningkatkan kasih sayang antara ibu dan bayi
bagi wanita pekerja, usahakan tetap memberikan ASI pada anaknya
dengan
cara khusus
tidak memberikan makanan pralakteal
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan penyuluhan pada
ibu
hamil a.l:
mengikut sertakan suami dan anggota keluarga lain yang
berpengaruh seperti
kakek, nenek, mertua, pengasuh anak, dll.
informasikan kepada ibu hamil, jangan melakukan pengurutan
payudara
secara berlebihan
lakukan pemeriksaan terhadap kelainan payudara misalnya puting
datar dan
puting tenggelam.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada waktu memberikan penyuluhan
a.l:
penggunaan materi KIE yang tepat
menggunakan bahasa sederhana yang mudah dimengerti oleh
masyarakat
melakukan persiapan tempat/ruangan
memasang poster/leaflet di tempat yang mudah dilihat
pesan-pesan gizi disesuaikan dengan umur bayi
bagi ibu yang perilakunya sudah baik dalam memberikan ASI diberi
pujian dan
bagi yang belum sesuai diberi pengertian cara yang persuasif.
III. PEMANTAUAN ASI EKSKLUSIF
1. Indikator pemantauan
Dalam pemantauan ini pemberian ASI Eksklusif digunakan kode
sebagai berikut:
AE1
= Apabila sampai berumur
1 bulan
hanya diberikan ASI saja
AE2
= Apabila sampai berumur
2 bulan
hanya diberikan ASI saja
AE3
= Apabila sampai berumur
3 bulan
hanya diberikan ASI saja
AE4
= Apabila sampai berumur
4 bulan
hanya diberikan ASI saja
2. Sasaran pemantauan
Sasaran pemantauan ASI Eksklusif adalah ibu-ibu yang melahirkan
bayi pada
periode Januari - Desember setiap tahun (kohort tahunan)
3. Instrumen pemantauan
Register kohort balita dan anak pra sekolah (0-72 bulan)
4. Pelaksana pemantauan
Petugas\Puskesmas
5. Waktu pemantauan
Pemantaun dilaksanakan setiap bulan sesuai kegiatan Posyandu.
6. Cara pemantauan
1) kutip kolom 11-22 (sesuai bulan pelaksanaan posyandu) register
kohort balita
dan anak pra sekolah (0-72 bulan)
2) rekapitulasi AE4
3) mengolah data dan menghitung proporsi AE4
4) menyajikan data dalam bentuk diagram ataupun peta
7. Pengolahan data
Rumus:
Jumlah bayi yang diberikan ASI saja sampai umur\4 bulan (AE4)
% AE4
-----------------------------------------------------------------------------------------------------
x 100% =
Jumlah seluruh bayi yang berumur 4 bulan
contoh sbb:
1) jumlah data AE4 (yaitu bayi yang hanya diberikan ASI saja sampai
umur 4
bulan) misalnya 30 orang
2) jumlah bayi yang berumur 4 bulan, misalnya 80 orang
3) hitung persentase menyusui eksklusif sampai bayi 4 bulan sbb:
30
Persentase AE4 =
------------------ x 100
% = 50%
60
Catatan:
Cara menghitung persentase AE1, AE2 dan AE3 sama seperti di atas.
Setelah
selesai proses penghitungan, maka klasifikasikan hasil monitoring
adalah
sebagai berikut:
warna hijau (baik), bila persentase AE4
80%
warna kuning (sedang) bila persentase AE4 antara 50% - < 80%
warna merah (kurang) bila persentase AE4 < 50%
8. Penyajian data
Penyajian data dilakukan dalam bentuk:
a) Diagram balok
Hasil pengolahan data disajikan berupa diagram balok dengan
menggunakan
warna seperti tersebut di atas. Penyajian data diharapkan dapat
menggambarkan kecenderungan situasi pemberian ASI Eksklusif dari
waktu ke
waktu.
contoh:
Kecenderungan pemberian ASI Eksklusif di Posyandu Galuh
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Jan
Peb
Mar
April
Mei
b) Peta
Penyajian data untuk menggambarkan situasi pemberian ASI
Eksklusif dapat
juga dilakukan dalam bentuk peta.
Contoh:
Peta pemberian ASI Eksklusif Puskesmas Kecamatan Sewon, DIY
Bulan
Agustus, 1997
Bahan rujukan informasi penting yang berkaitan dengan perilaku ASI
Eksklusif
1. Apa yang dimaksud dengan ASI Eksklusif ?
Yang dimaksud dengan ASI Eksklusif yaitu perilaku dimana hanya
memberikan
Air Susu Ibu (ASI) saja kepada bayi sejak lahir sampai usia 4 (empat)
bulan.
2. Apa yang dimaksud dengan kolostrum ?
Kolostrum (susu pertama) adalah ASI yang keluar pada hari-hari
pertama
setelah bayi lahir (4-7 hari), berwarna kekuning-kuningan dan lebih
kental karena
mengandung banyak vitamin A, protein dan zat kekebalan yang
penting untuk
kesehatan bayi.
3. Apa manfaat kolostrum bermanfaat bagi kesehatan bayi ?
Kolostrum sangan bermanfaat bagi kesehatan bayi karena dapat
melindungi bayi
dari berbagai penyakit infeksi terutama diare, dan membantu
pengeluaran
mekonium, yaitu kotoran bayi pertama yang berwarna hitam
kehijauan.
4. Mengama menyusui selalu dianjurkan dan apa manfaat pemberian
ASI ?
Karena ASI makanan yang lengkap zat gizinya bagi bayi.
Manfaat ASI:
ASI adalah makanan terbaik untuk bayi dan mudah dicerna oleh
sistem
pencernaan bayi
ASI saja cukup. Pada periode usia bayi 0-4 bulan, kebutuhan gizi bayi
baik
kualitas maupun kuantitas terpenuhi dari ASI saja, tanpa harus
diberikan
makanan ataupun minuman lainnya
Zat kekebalan dalam ASI maksimal dan dapat melindungi bayi dari
berbagai
penyakit infeksi
2.5 Sasaran
1. Sasaran Langsung
Pada Ibu Hamil,Nifas dan Tenaga Kesehatan
2. Sasaran Tidak Langsung
Keluarga dan masyarakat di sekitar Ibu Hamil dan Nifas.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Faktor Internal
1. Ketersediaan ASI
Hal-hal yang dapat mengurangi produksi ASI adalah tidak melakukan inisiasi menyusui dini,
menjadwal pemberian ASI, memberikan minuman prelaktal (bayi diberi minum sebelum ASI
keluar), apalagi memberikannya dengan botol/dot, kesalahan pada posisi dan perlekatan bayi
pada saat menyusui (Badriul, 2008 ).
Inisiasi menyusui dini adalah meletakkan bayi diatas dada atau perut ibu segera setelah
dilahirkan dan membiarkan bayi mencari puting ibu kemudian menghisapnya setidaknya satu
jam setelah melahirkan. Cara bayi melakukan inisiasi menyusui dini disebut baby crawl. Karena
sentuhan atau emutan dan jilatan pada puting ibu akan merangsang pengeluaran ASI dari
payudara. Dan apabila tidak melakukan inisiasi menyusui dini akan dapat mempengaruhi
produksi ASI (Maryunani, 2009).
Ibu sebaiknya tidak menjadwalkan pemberian ASI. Menyusui paling baik dilakukan sesuai
permintaan bayi (on demand ) termasuk pada malam hari, minimal 8 kali sehari. Produksi ASI
sangat dipengaruhi oleh seringnya bayi menyusui. Makin jarang bayi disusui biasanya produksi
ASI akan berkurang. Produksi ASI juga dapat berkurang bila menyusui terlalu sebentar. Pada
minggu pertama kelahiran sering kali bayi mudah tertidur saat menyusui. Ibu sebaiknya
merangsang bayi supaya tetap menyusui dengan cara menyentuh telinga/telapak kaki bayi agar
bayi tetap menghisap (Badriul, 2008).
Seringkali sebelum ASI keluar bayi sudah diberikan air putih, air gula, air madu, atau susu
formula dengan dot. Seharusnya hal ini tidak boleh dilakukan karena selain menyebabkan bayi
malas menyusui, bahan tersebut mungkin menyebabkan reaksi intoleransi atau alergi. Apabila
bayi malas menyusui maka produksi ASI dapat berkurang, karena semakin sering menyusui
produksi ASI semakin bertambah (Danuatmaja, 2003).
Meskipun menyusui adalah suatu proses yang alami, juga merupakan keterampilan yang perlu
dipelajari. Ibu seharusnya memahami tata laksana laktasi yang benar terutama bagaimana posisi
menyusui dan perlekatan yang baik sehingga bayi dapat menghisap secara efektif dan ASI dapat
keluar dengan optimal. Banyak sedikitnya ASI berhubungan dengan posisi ibu saat menyusui.
Posisi yang tepat akan mendorong keluarnya ASI dan dapat mencegah timbulnya berbagai
masalah dikemudian hari (Cox, 2006).
2. Pekerjaan atau aktivitas
Pekerjaan adalah suatu kegiatan atau aktivitas seseorang untuk mendapatkan penghasilan guna
memenuhi kebutuhan hidupnya. Wanita yang bekerja seharusnya diperlakukan berbeda dengan
pria dalam hal pelayanan kesehatan terutuma karena wanita hamil, melahirkan, dan menyusui.
Padahal untuk meningkatkan sumber daya manusia harus sudah sejak janin dalam kandungan
sampai dewasa. Karena itulah wanita yang bekerja mendapat perhatian agar tetap memberikan
ASI eksklusif sampai 6 bulan dan diteruskan sampai 2 tahun (pusat kesehatan kerja Depkes
RI,2005).
Beberapa alasan ibu memberikan makanan tambahan yang berkaitan dengan pekerjaan adalah
tempat kerja yang terlalu jauh, tidak ada penitipan anak, dan harus kembali kerja dengan cepat
karena cuti melahirkan singkat (Mardiati, 2006). Cuti melahirkan di Indonesia rata-rata tiga
bulan. Setelah itu, banyak ibu khawatir terpaksa memberi bayinya susu formula karena ASI
perah tidak cukup. Bekerja bukan alasan untuk tidak memberikan ASI eksklusif, karena waktu
ibu bekerja bayi dapat diberi ASI perah yang diperah minimum 2 kali selama 15 menit. Yang
dianjurkan adalah mulailah menabung ASI perah sebelum masuk kerja. Semakin banyak
tabungan ASI perah, seamakin besar peluang menyelesaikan program ASI eklusif (Danuatmaja,
2003).
3. Pengetahuan
Menurut Notoadmojo (2007) pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain
yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Pengetahuan akan memberikan
pengalaman kepada ibu tentang cara pemberian ASI eksklusif yang baik dan benar yang juga
terkait dengan masa lalunya. Dalam hal ini perlu ditumbuhkan motivasi dalam dirinya secara
sukarela ddan penuh rasa percaya diri untuk mampu menyusui bayinya. Pengalaman ini akan
memberikan pengetahuan, pandangan dan nilai yang akan menberi sikap positif terhadap
masalah menyusui (Erlina, 2008).
Akibat kurang pengetahuan atau informasi, banyak ibu menganggap susu formula sama baiknya ,
bahkan lebih baik dari ASI . Hal ini menyebabkan ibu lebih cepat memberikan susu formula jika
merasa ASI kurang atau terbentur kendala menyusui. Masih banyak pula petugas kesehatan tidak
memberikan informasi pada ibu saat pemeriksaan kehamilan atau sesudah bersalin (Prasetyono,
2005).
Untuk dapat melaksanakan program ASI eksklusif, ibu dan keluarganya perlu menguasai
informasi tentang fisiologis laktasi, keuntungan pemberian ASI, kerugian pemberian susu
formula, pentingnya rawat gabung,cara menyusui yang baik dan benar, dan siapa harus
dihubungi jika terdapat keluhan atau masalah seputar menyusui.
Tiga hari pasca persalinan payudara sering terasa penuh, tegang, dan nyeri. Kondisi ini terjadi
akibat adanya bendungan pada pembuluh darah di payudara sebagai tanda ASI mulai banyak
diproduksi. Tetapi, apabila payudara merasa sakit pada saat menyusui ibu pasti akan berhenti
memberikan ASI padahal itu menyebabkan payudara mengkilat dan bertambah parah bahkan ibu
bisa menjadi demam (Roesli, 2000). Jika terdapat lecet pada puting itu terjadi karena beberapa
faktor yang dominan adalah kesalahan posisi menyusui saat bayi hanya menghisap pada puting.
Padahal seharusnya sebagian besar areola masuk kedalam mulut bayi. Puting lecet juga dapat
terjadi pada akhir menyusui, karena bayi tidak pernah melepaskan isapan. Disamping itu, pada
saat ibu membersihkan puting menggunakan alkohol dan sabun dapat menyebabkan puting lecet
sehingga ibu merasa tersiksa saat menyusui karena sakit (Maulana, 2007).
Kondisi kesehatan ibu juga dapat mempengaruhi pemberian ASI secara eksklusif. Pada keadaan
tertentu, bayi tidak mendapat ASI sama sekali, misalnya dokter melarang ibu untuk menyusui
karena sedang menderita penyakit yang dapat membahayakan ibu atau bayinya, seperti penyakit
Hepatitis B, HIV/AIDS, sakit jantung berat, ibu sedang menderita infeksi virus berat, ibu sedang
dirawat di Rumah Sakit atau ibu meninggal dunia (Pudjiadi, 2001).
Faktor kesehatan ibu yang menyebabkan ibu memberikan makanan tambahan pada bayi 0-6
bulan adalah kegagalan menyusui dan penyakit pada ibu. Kegagalan ibu menyusui dapat
disebakan karena produksi ASI berkurang dan juga dapat disebabkan oleh ketidakpuasan
menyusui setelah lahir karena bayi langsung diberi makanan tambahan.
B. Faktor Eksternal
Program laktasi adalah suatu program multidepartemental yang melibatkan bagian yang terkait,
agar dihasilkan suatu pelayanan yang komrehensif dan terpadu bagi ibu yang menyusui sehingga
promosi ASI secara aktif dapat dilakukan tenaga kesehatan. Dalam hal ini sikap dan pengetahuan
petugas kesehatan adalah faktor penentu kesiapan petugas dalam mengelola ibu menyusui. Selain
itu sistem pelayanan kesehatan dan tenaga kesehatan juga mempengaruhi kegiatan menyusui
(Arifin, 2004).
Perilaku tenaga kesehatan biasanya ditiru oleh masyarakat dalam hal perilaku sehat. Promosi
ASI eksklusif yang optimal dalam setiap tumbuh kembangnya sangatlah penting untuk
mendukung keberhasilan ibu dalam menyusui bayinya (Elza, 2008). Selain itu adanya sikap ibu
dari petugas kesehatan baik yang berada di klinis maupun di masyarakat dalam hal
menganjurkan masyarakat agar menyusui bayi secara eksklusif pada usia 0-6 bulan dan
dilanjutkan sampai 2 tahun dan juga meningkatkan kemampuan petugas kesehatan dalam hal
memberikan penyuluhan kepada masyarakat yang luas (Erlina, 2008).
Kondisi kesehatan bayi juga dapat mempengaruhi pemberian ASI secara eksklusif. Bayi diare
tiap kali mendapat ASI, misalnya jika ia menderita penyakit bawaan tidak dapat menerima
laktosa, gula yang terdapat dalam jumlah besar pada ASI (Pudjiadi, 2001).
Faktor kesehatan bayi adalah salah satu faktor yang dapat menyebabkan ibu memberikan
makanan tambahan pada bayinya antara lain kelainan anatomik berupa sumbing pada bibir atau
palatum yang menyebakan bayi menciptakan tekanan negatif pada rongga mulut, masalah
organik, yaitu prematuritas, dan faktor psikologis dimana bayi menjadi rewel atau sering
menangis baik sebelum maupun sesudah menyusui akibatnya produksi ASI ibu menjadi
berkurang karena bayi menjadi jarang disusui (Soetjiningsih, 1997)
Meskipun mendapat predikat The Gold Standard, makanan paling baik, aman, dan satu dari
sedikit bahan pangan yang memenuhi kriteria pangan berkelanjutan (terjangkau, tersedia lokal
dan sepanjang masa, investasi rendah). Sejarah menunjukkan bahwa menyusui merupakan hal
tersulit yang selalu mendapat tantangan, terutama dari kompetitor utama produk susu formula
yang mendisain susu formula menjadi pengganti ASI (YLKI, 2005).
Seperti di Indonesia sekitar 86% yang tidak berhasil memberikan ASI eksklusif karena para ibu
lebih memilih memberikan susu formula kepada bayinya. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya
penggunaan susu formula lebih dari 3x lipat selama 5 tahun dari 10,8% pada tahun 1997 menjadi
32,5% tahun 2002 (Depkes, 2006).
4. Keyakinan
Kebiasaan memberi air putih dan cairan lain seperti teh, air manis, dan jus kepada bayi menyusui
dalam bulan-bulan pertama umum dilakukan. Kebiasaan ini seringkali dimulai saat bayi berusia
sebulan. Riset yang dilakukan di pinggiran kota Lima, Peru menunjukkan bahwa 83% bayi
menerima air putih dan teh dalam bulan pertama. Penelitian di masyarakat Gambia, Filipina,
Mesir, dan Guatemala melaporkan bahwa lebih dari 60% bayi baru lahir diberi air manis
dan/atau teh. Nilai budaya dan keyakinan agama juga ikut mempengaruhi pemberian cairan
sebagai minuman tambahan untuk bayi. Dari generasi ke generasi diturunkan keyakinan bahwa
bayi sebaiknya diberi cairan. Air dipandang sebagai sumber kehidupan, suatu kebutuhan batin
maupun fisik sekaligus (LINKAGES, 2002).