Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Kunjungan industri PT Semen Tonasa ini merupakan salah satu kegiatan yang
dilakukan oleh mahasiswa yang mengikuti mata kuliah Kesehatan Lingkungan
Kawasan Industri. Terkait dengan mata kuliah tersebut maka dilakukanlah kunjungan
industri ini, adapun tujuan dari kunjungan ini yaitu untuk mengetahui proses produksi
semen di PT Semen Tonasa dan mengetahui pengelolaan limbah yang dihasilkan baik
padat maupun cair. Kunjungan industri ini dilakukan pada hari Kamis, tanggal 16
November 2017 pada pukul 07.00-15.00. Kunjungan industri yang dilakukan di PT
Semen Tonasa ditempuh dengan menggunakan bus dengan lama perjalanan 2 jam.
Hasil Observasi
PT Semen Tonasa merupakan produsen semen terbesar di kawasan Indonesia
Timur dengan kapasitas terpasang 5.980.000 ton semen per tahun. PT Semen Tonasa
menerapkan industri ramah lingkungan salah satunya melalui komitmen penerapan
Sistem Manajemen Lingkungan. Bahkan melalui program Corporate Social
Responsibility (CSR) persoalan lingkungan terus diminimalisasi oleh perusahaan
dengan upaya menciptakan industri hijau (green industry). Sejak mengeksplorasi
potensi tambang di wilayah Kabupaten Pangkep, PT Semen Tonasa secara serius
menunjukkan tanggungjawab sosialnya terhadap kepedulian lingkungan dan
masyarakatnya lewat program Corporate Social Responsibility (CSR).
CSR ini terus diterapkan dengan prinsip pembangunan berkelanjutan. Prinsip
pembangunan berkelanjutan adalah memenuhi kebutuhan sekarang tanpa harus
mengorbankan kebutuhan generasi masa depan. CSR tersebut dilakukan di berbagai
bidang seperti sosial, ekonomi, dan lingkungan. Di bidang sosial, perusahaan
memberikan dana beasiswa pendidikan bagi pelajar, pelatihan masyarakat. Di bidang
ekonomi, perusahaan membantu usaha-usaha kecil menengah (UKM) dengan
memberikan pinjaman dana untuk mengembangkan usaha mereka. Kemudian, di
bidang lingkungan perusahaan melakukan reklamasi area bekas tambang, menanam
bibit pohon, dan mengolah limbah dengan cara daur ulang. Jadi, tidak hanya
mengambil keuntungan dengan mengeksploitasi sumber daya alam yang ada, tetapi
juga harus dapat memberikan manfaat bagi masyarakat dan menjaga kelestarian
lingkungan hidup.
Ada lima pilar dalam program CSR PT Semen Tonasa, yaitu Tonasa Sehat
(bidang Kesehatan seperti pemeriksaan dan pengobatan gratis), Tonasa Mandiri
(Bidang ekonomi; bina mitra dan UMKM), Tonasa Bersahaja (Bidang Sosial Budaya
dan HAM), Tonasa Hijau (Bidang lingkungan hidup dan infratruktur sederhana
seperti penanaman pohon dan reklamasi bekas tambang) dan Tonasa Cerdas (Bidang
Pendidikan; memberikan beasiswa kepada anak-anak di kawasan usaha dan daerah
pangkep secara luasnya).
Adapun proses produksi semen yang ada di PT Semen Tonasa yaitu sebagai
berikut :
1. Mining
Penambangan merupakan proses pengambilan batu kapur dan tanah liat yang
diperlukan dalam memproduksi semen. Dimana telah dibuat perencanaan lokasi
penambangan untuk kebutuhan setiap harinya. Langkah-langkah dalam
melakukan penambangan adalah pengupasan dan pembersihan topsoil,
pengeboran, peledakan , penggalian dan pemuatan serta yang terahkir adalah
pengangkutan ke ROM storage atau happer crusher.
2. Crusher
Bahan mentah yang berasal dari tambang, biasanya masih berukuran besar.
Bahan mentah tersebut perlu dipecah untuk memperkecil ukurannya (size
reduction) dengan menggunakan crusher. Size reduction disini dimaksudkan
untuk menyiapkan ukuran bahan sesuai dengan ukuran umpan raw mill, untuk
mempermudah pencampuran dan pengeringan
3. Storage
Bahan baku harus disesuaikan dengan bentuk gudang dan cara pengambilan
bahan tersebut. Storage ini berfungsi untuk prehomogenisasi atau biasa disebut
keseragaman.
4. Raw Mill
Pada tahap ini terjadi proses pencampuran bahan baku yaitu batu kapur (lime
stone), dan tanah liat (clay), pada proses ini dilakukan suatu pengoreksian
menggunakan pasir silica dan pasir besi (iron sand) dengan perbandingan 70% :
20% : 5% : 5%, sehingga hasil produksinya disebut raw miil.
5. Blending Silo
Proses pencampuran ulang produk raw mill.
6. Preheater (pemanasan awal)
Proses ini berfungsi untuk mereduksi kadar air atau H2O,
7. Calcasiner
Pada tahap ini terjadi proses calcinasi (penguraian) dimana menghilang
carbon dioksiada yang terkandung dalam bahan baku sehingga dihasilkan kalsium
dengan reaksi :
CaCo3 CaO + Co2
8. Kiln
Pada tahap ini terjadi reaksi besar besaran hasil produknya disebut klinker
yang memiliki suhu 1400C.
9. Cooler
Tahap ini dilakukan proses pendinginan pada klinker yang berbentuk batu-
batuan untuk proses selanjutnya .
10. Silo
Tempat ini adalah wadah untuk hasil proses cooler.
11. Finish Mill
Pada tahap ini dilakukan proses penambahan gypsum terhadap terak,
berfungsi untuk retarder atau pengatur waktu pengerasan semen. sehingga hasil
semen nanti tidak cepat keras atau lama bila dicampurkan air pada saat proses
penggunaan semen.
12. Silo
Sama halnya dengan silo yang pertama tetapi silo ini adalah wadah terakhir
untuk semen yang nantinya akan di pakcing.
Dalam proses produksi semen di PT Semen Tonasa dilakukan dengan teknik
kering sehingga tidak menghasilkan limbah cair dalam proses produksi. Limbah
padat yang dihasilkan dapat berupa kertas karton bekas pengemasan semen dan
sampah padat lainnya. PT Semen Tonasa sendiri menghasilkan limbah jenis B3
(Bahan Berbahaya dan Beracun), terdapat 24 jenis limbah B3 baik yang dihasilkan
(dalam proses produksi), dikumpulkan (dari luar), maupun yang dimanfaatkan
(seperti oli dan minyak yang digunakan sebagai bahan bakar).
Dalam proses pembuatan semen dilakukan secara kering dan tentunya akan
menghasilkan banyak debu. Pada saat observasi dibagian pabrik yaitu pabrik Tonasa
II, bangunan pabrik terselimuti oleh debu yang mengeras bahkan pohon-pohon yang
ditanam di sekitar jalanan pabrik pun terselimuti oleh debu semen. PT Semen Tonasa
sendiri untuk mengatasi permasalahan debu dibagian pabrik telah menggunakan gas
kolektor. Namun, dilihat dari tebalnya debu yang menempel pada bangunan pabrik
menggambarkan bahwa belum maksimalnya penggunaan teknologi tersebut.
Aspek kesehatan dan keselamatan kerja di PT Semen Tonasa sudah dilaksanakan
sesuai dengan peraturan menteri tenaga kerja, terutama pada bagian kantor dan
pabrik. Disediakan APAR diberbagai titik yang dianggap penting, perusahaan juga
telah menyiapkan asuransi/jaminan kesehatan kepada pekerja baik karyawan maupun
pekerja dibagian produksi, menyediakan alat pelindung diri bagi pekerja dan juga
dilakukan pembagian shift kerja. Namun, meskipun pihak perusahaan telah
menciptakan peraturan yang baik. Pada dasarnya, tanpa pengawasan yang ketat
penerapan aspek K3 tidak akan maksimal. Hal ini terlihat pada daerah pabrik Tonasa
II, dimana terdapat beberapa pekerja yang hanya menggunakan helem dan tidak
memakai masker saat berada di daerah pabrik, selain itu supir-supir truk pengangkut
semen hanya memakai pakaian biasa tanpa dilengkapi APD seperti jaket, masker, dan
helem, hal ini menggambarkan masih kurangnya kesadaran dan kemauan untuk
melaksanakan K3 di tempat kerja.
Kesimpulan
PT Semen Tonasa adalah produsen semen terbesar di Kawasan Timur Indonesia
yang menempati lahan seluas 715 hektar di Desa Biringere, Kecamatan Bungoro,
Kabupaten Pangkep dengan kapasitas terpasang 5.980.000 ton semen per tahun yang
mempunyai empat unit pabrik, yaitu Pabrik Tonasa II, III, IV dan V. PT Semen
Tonasa menerapkan industri ramah lingkungan salah satunya melalui komitmen
penerapan Sistem Manajemen Lingkungan. Melalui program Corporate Social
Responsibility (CSR) persoalan lingkungan terus diminimalisasi oleh perusahaan
dengan upaya menciptakan industri hijau (green industry) dengan cara penanaman
pohon dan juga melakukan reklamasi bekas tambang.
PT Semen Tonasa sendiri menghasilkan limbah jenis B3 (Bahan Berbahaya dan
Beracun), terdapat 24 jenis limbah B3 baik yang dihasilkan (dalam proses produksi),
dikumpulkan (dari luar), maupun yang dimanfaatkan (seperti oli dan minyak yang
digunakan sebagai bahan bakar). PT Semen Tonasa memiliki alat penyerap debu
untuk menguragi paparan debu disekitar pabrik meskipun belum maksimal, pada
aspek K3 sendiri sudah ada peraturan yang sesuai dengan peraturan menteri tenaga
kerja, namun dalam pengaplikasiannya masih belum maksimal, ditandai dengan
adanya pekerja yang tidak menggunakan masker saat bekerja dan supir-supir truk
yang tidak menggunakan APD sama sekali saat berada di lokasi pabrik.