Characteristic and Antioxidant Activity of Edible film from Refined carrageenan with The Addition of
Essential Oil
ABSTRAK
Edible film merupakan bahan pengemas alternatif dan dapat digunakan sebagai pengganti bahan pengemas
sintetis. Edible film dapat membawa zat aditif untuk meningkatkan kualitas bahan pengemas. Salah satu zat aditif
yang dapat dibawa oleh edible film adalah antioksidan yang didapatkan dari minyak atsiri. Edible film pada
penelitian ini dibuat menggunakan refined kappa karaginan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh
penggunaan refined kappa karaginan sebagai edible film dengan penambahan konsentrasi minyak atsiri yang
berbeda terhadap karakteristik fisik dan aktivitas antioksidan. Penelitian ini menggunakan desain percobaan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan perbedaan konsentrasi minyak atsiri yaitu 0%,
0,1%, 0,5%, dan 1% (b/v) dengan 3 kali pengulangan. Parameter pengujian adalah uji kuat tarik, persen
pemanjangan, laju transmisi uap air, total fenol dan aktivitas antioksidan. Data parametrik dilakukan analisis
menggunakan ANOVA dan uji lanjut BNJ. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan minyak atsiri
berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap; uji kuat tarik, persen pemanjangan, laju transmisi uap air, total fenol, dan
aktivitas antioksidan. Perlakuan minyak atsiri daun sirih hijau (P. Bettle Linn.) 1% menunjukkan hasil yang
terbaik pada uji: kuat tarik, laju transmisi uap air, total fenol, aktivitas antioksidan dengan nilai 71,271,70
kgf/cm2, 1,460,00 g/m2/h, 2441,514,48 ppm, 15,120,06 %.
Kata kunci : Refined Kappa Karaginan, Edible film, Minyak Atsiri, Aktivitas Antioksidan
ABSTRACT
Edible film is an alternative packaging materials and it can be used as an alternative to replace synthetic
packaging materials. Edible film contains additive substances that can enhance the quality of packaging
material. One additive substance that contained in edible film is antioxidant obtained from essential oil. Edible
film that used in this research was made from refined kappa carrageenan. The use of refined kappa carrageenan
can improve the quality of edible film because it has ability to form gel. This research was aimed to know the
effect of adding varies concentrations essential oil to the physical characteristics and antioxidant activity of
edible film from kappa refined carrageenan. This research was using Completely Randomized Design (CRD)
that consist of 4 treatments which were the different concentration of essential oil (0, 0.1, 0.5, and 1% w/v) in
triplicates. The testing parameter were consist of tensile strength, elongation precentage, water vapor
transmition rate, total phenol and antioxidant activity. The parametric data were analyze using Analysis of
Variance (ANOVA) and further analysis using Honestly Significant Difference. The results showed that the
addition of essential oil gave significant effect (p<0.05) to the; tensile strength, elongation precentage, water
vapor transmition rate, total phenol, and antioxidant activity. From the research results was known that the 1%
concentration of essential oil treatment showed the best results in tensile strength, water vapor transmition rate,
total phenol, and antioxidant activity which were 71.271.70 kgf/cm2, 1.460.00 g/m2/h, 2441.514.48 ppm, and
15.120.06 % respectively.
Keywords : Refined Kappa Carrageenan, Edible Film, Essential Oil, Antioxidant Activity
*) Penulis Penanggungjawab
54
Online: J. Peng. & Biotek. Hasil Pi.
http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jpbhp Vol. 6 No. 1 Th. 2017
Hasil Penelitian ISSN : 2442-4145
55
Online: J. Peng. & Biotek. Hasil Pi.
http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jpbhp Vol. 6 No. 1 Th. 2017
Hasil Penelitian ISSN : 2442-4145
60oC. Penambahan gliserol dan minyak atsiri Hasil diatas menunjukan bahwa penambahan
dilakukan pada saat aquades dengan refined kappa minyak atsiri daun sirih hijau memiliki nilai persen
karaginan telah terlarut rata. Pemanasan dilakukan pemanjangan lebih baik dibandingkan dengan
selama 30 menit dengan suhu 60 oC. Pencetakan penambahan minyak atsiri lengkuas merah, namun
dilakukan menggunakan plat kaca yang telah dilapisi hasil diatas belum cukup untuk memenuhi standar
plastik. Pengeringan edible film pada plat kaca elongasi pada edible film. Menurut Krochta dan
dilakukan menggunakan oven pada suhu 65oC selama Johnson (1997) elongasi pada edible film memiliki
14 jam. Hasil edible film yang telah jadi dimasukan ke nilai standar yaitu sebesar 10%-50%. Hasil tersebut
dalam plastik seal sebelum dilakukannya pengujian. dimungkinkan karena adanya partikel partikel klorofil
Formulasi Penelitian dapat dilihat pada Tabel 1. pada minyak atsiri yang akan memenuhi ruang antar
molekul yang tidak berbentuk dan mengganggu
HASIL DAN PEMBAHASAN interaksi polimer dan menyebabkan edible film mudah
patah (Han, 2003).
Penelitian Pendahuluan
Edible film yang diuji kuat tarik, persen c. Laju Transmisi Uap Air
pemanjangan, laju transmisi uap air dalam penelitian Hasil dari pengujian laju transmisi uap air pada
pendahuluan yaitu edible film dengan penambahan edible film refined kappa karaginan dengan
minyak atsiri daun sirih hijau (P. Bettle Linn.) dan penambahan minyak atsiri daun sirih diperoleh nilai
minyak atsiri lengkuas merah (A. Purpurata) dengan rata-rata 1,58 (g/m2/h) dan penambahan minyak atsiri
konsentrasi masing masing 1%. Hasil yang diperoleh lengkuas merah diperoleh nilai rata-rata sebesar 1,55
dari penelitian pendahuluan dapat dilihat pada Tabel 2. (g/m2/h). Hasil diatas dapat disimpulkan bahwa
penambahan minyak atsiri lengkuas merah lebih baik
a. Kuat Tarik dibandingkan dengan penambahan minyak atsiri daun
Berdasarkan hasil pengujian kuat tarik (tensile sirih dengan nilai rata-rata 1,5 (g/m2/h). Edible film
strenght) pada Tabel 3 minyak atsiri daun sirih yang baik memiliki nilai laju transmis uap air yang
didapatkan rata-rata sebesar 71,27 kgf/cm2 dari hasil rendah, hal ini didukung oleh pernyataan dari
tiga kali ulangan pengujian. Sedangkan minyak atsiri Gunawan (2009) yang menyatakan, edible film yang
lengkuas merah didapatkan rata-rata sebesar 30,07 baik seharusnya memiliki laju transmisi uap air yang
kgf/cm2. Dari hasil pemaparan diatas disimpulkan rendah. Laju transmisi uap air yang rendah dapat
refined kappa karaginan dengan minyak atsiri daun menghambat hilangnya air dari produk sehingga
sirih memiliki kuat tarik lebih baik dibandingkan kesegaran produk terjaga selain itu dapat menghambat
minyak atsiri lengkuas merah namun perlakuan kerusakan akibat hidrolisa dan kerusakan oleh
dengan lengkuas merah masih dalam batas standar mikroorganisme karena adanya air.
pengujian kuat tarik. Menurut Krochta dan Johnson Nilai laju transmisi uap air dipengaruhi oleh
(1997) edible film standar mempunyai nilai kuat tarik beberapa faktor. Penambahan minyak atsiri
10-100 kgf/cm2. Perbedaan kuat tarik diantara kedua merupakan salah satu faktor yang dapat
bahan dimungkinkan dikarenakan perbedaan mempengaruhi nilai laju transmisi uap air. Semakin
ketebalan edible film yang dihasilkan. banyak padatan yang terkandung dalam edible film
semakin kecil nilai laju transmisi uap air. Hal ini
b. Persen Pemanjangan menyebabkan uap air dari luar kemasan tidak mudah
Hasil dari uji persen pemanjangan edible film terserap oleh bahan pengemas dan tidak membuat
yang dibuat dengan perbedaan minyak atsiri produk mudah terkontaminasi udara luar yang
menunjukan nilai persen pemanjangan terbaik menyebabkan terjadinya oksidasi. Menurut Pramadita
diperoleh dari minyak atsiri daun sirih dengan nilai (2012) penambahan minyak atsiri menyebabkan nilai
rata-rata 7,78% dari 3 kali pengulangan, sedangkan transmisi uap air rendah dikarenakan jumlah padatan
minyak atsiri lengkuas merah memiliki nilai rata-rata dalam edible film. Nilai batas standar maksimal laju
persen pemanjangan sebesar 7,22% dari 3 kali transmisi uap air yaitu 0,42g/m2/h (Japanese
pengulangan. Industrial Standart, 1975 dalam Santoso, 2013).
56
Online: J. Peng. & Biotek. Hasil Pi.
http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jpbhp Vol. 6 No. 1 Th. 2017
Hasil Penelitian ISSN : 2442-4145
57
Online: J. Peng. & Biotek. Hasil Pi.
http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jpbhp Vol. 6 No. 1 Th. 2017
Hasil Penelitian ISSN : 2442-4145
80 74,351,64d
70
12
10 9,520,51b 8,980,49ab
7,910,36a
8
6
4
2
0
0 0,1 0,5 1
Konsentrasi Minyak Atsiri (%)
58
Online: J. Peng. & Biotek. Hasil Pi.
http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jpbhp Vol. 6 No. 1 Th. 2017
Hasil Penelitian ISSN : 2442-4145
1,7
1,6 1,560,02b
1,55 1,520,02ab
1,5
1,460,00a
1,45
1,4
1,35
0 0,1 0,5 1
Konsentrasi Minyak Atsiri (%)
sebaiknya disimpan dalam tempat yang kering, mempengaruhi nilai uji total fenol, semakin tinggi
sehingga jika disimpan dalam waktu yang lama penambahan minyak atsiri nilai total fenol meningkat.
produk akan tetap terjaga kualitasnya. Keterbatasan Penambahan minyak atsiri daun sirih hijau
produk yang dikemas dikarenakan nilai laju transmisi pada edible film menyebabkan total fenol meningkat,
uap air yang didapatkan cukup tinggi. Menurut Layuk karena pada minyak atsiri daun sirih hijau memiliki
Jagal dan Haryadi (2002) laju transmisi uap air kandungan senyawa betelphenol. Menurut Febriyanti
berpengaruh terhadap kemampuan edible film tersebut (2010) kandungan minyak atsiri daun sirih dilaporkan
menahan uap air. Edible film yang mempunyai laju memiliki daya antibakteri, maupun antioksidan karena
transmisi uap air yang kecil cocok digunakan untuk adanya kandungan 4,2% minyak atsiri yang sebagian
mengemas produk yang mempunyai kelembaban besar terdiri dari senyawa betelphenol yang
tinggi. Edible tersebut akan menghambat jumlah uap merupakan isomer eugenol, methil eugenol, kariofilen,
air yang dikeluarkan produk ke luar lingkungan Kavikol, kavibekol, estragol dan terpinen. Hal ini
sehingga produk tersebut tidak cepat kering. Edible diperkuat oleh Parwata (2009) bahwa minyak atsiri
film juga dapat melindungi produk dari uap air yang daun sirih mengandung 30% fenol dan beberapa
masuk dari lingkungan, sehingga kontaminasi dari uap deviratna. Kavikol merupakan komponen paling
dari pertambahan kelembaban produk dapat dihindari. banyak dalam minyak atsiri yang memberikan bau
khas pada sirih. Persenyawaan fenol ini diketahui
d. Total Fenol memiliki aktivitas antibakteri dan minyak atsiri dari
Senyawa fenol merupakan suatu senyawa yang daun sirih juga dapat digunakan sebagai antijamur dan
dapat menangkal radikal bebas. Pengujian total fenol antioksidan.
dilakukan untuk mengetahui seberapa besar total fenol Selain karena kandungan senyawa fenol yang
yang dikandung dalam edible film refined kappa terdapat pada daun sirih hijau yang cukup besar,
karaginan dengan penambahan minyak atsiri daun pengaruh lain yang menambahkan nilai total fenol
sirih hijau (P. bettle Linn.). Hasil total fenol yang yaitu gliserol. Salah satu sifat gliserol yaitu proteksi
didapatkan berkisar diantara 71,3916,05 terhadap senyawa fenol. Sifat tersebut dapat mengikat
2441,514,48 (ppm). Nilai total fenol yang dilakukan senyawa fenol yang terkandung. Menurut penelitian
pada sampel edible film refined kappa karaginan Huri (2014) peningkatan konsentrasi gliserol
dengan penambahan konsentrasi minyak atsiri yang menyebabkan total fenol edible film juga semakin
berbeda dapat diilhat pada Gambar 4. meningkat. Selain itu terdapat interaksi yang terjadi
Hasil yang didapatkan menunjukan antara gliserol dan ekstrak ampas kulit apel dalam
penambahan minyak atsiri dengan konsentrasi 0,1%, mempengaruhi total fenol edible film. Hal ini diduga
0,5% dan 1% berpengaruh terhadap nilai total fenol karena gliserol memiliki sifat proteksi terhadap
pada edible film refined kappa karaginan. Nilai terbaik senyawa fenol. Gugus OH pada gliserol akan
yang didapatkan pada uji tetol fenol yaitu dengan membentuk ikatan hidrogen dengan gugus OH pada
penambahan konsentrasi minyak atsiri sebesar 1%. senyawa fenol sehingga semakin banyak konsentrasi
Penambahan minyak atsiri daun sirih dapat gliserol yang ditambahkan, maka semakin banyak pula
mempengaruhi uji total fenol pada edible film refined senyawa fenol yang diikat oleh gliserol.
kappa karaginan. Semakin tinggi penambahan minyak
atsiri pada edible film nilai total fenol yang didapatkan e. Aktivitas Antioksidan
semakin tinggi. Hal ini diperkuat oleh Aliabadi et Antioksidan merupakan zat penghambat reaksi
al.(2014) bahwa penambahan minyak atsiri oksidasi akibat radikal bebas. Uji aktivitas antioksidan
59
Online: J. Peng. & Biotek. Hasil Pi.
http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jpbhp Vol. 6 No. 1 Th. 2017
Hasil Penelitian ISSN : 2442-4145
diperlukan untuk mengetahui kandungan aktivtas beberapa kandungan senyawa fitokimia yang terdapat
antioksidan dalam kelarutan yang terdapat dalam pada buah dan efek sinergisnya.
sampel. Uji aktivitas antioksidan sendiri menggunakan Nilai aktivitas antioksidan pada perlakuan 0%
metode DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil). DPPH menunjukan nilai sebesar 1,05 % yang artinya pada
merupakan suatu senyawa organik yang mengandung pembuatan edible film refined karagenan tanpa
nitrogen tidak stabil dan memiliki absorbansi kuat penambahan minyak atsiri sudah memiliki aktivitas
pada panjang gelombang 517 nm dan berwarna gelap. antioksidan. Hal ini dimungkinkan karena pada
DPPH akan berubah warna setelah tereduksi dengan pembuatan edible film yang digunakan menggunakan
senyawa antioksidan dan akan berubah warna menjadi karaginan. Karaginan sendiri berpotensi memiliki nilai
warna kuning. Nilai aktivitas antioksidan pada sampel aktivitas antioksidan. Menurut Hijaz (2009) aktivitas
memiliki nilai persen penghambatan diantara 1,05% - antioksidan fraksi aktif karaginan lebih rendah
15.12%. Nilai Persen penghambatan dapat dilihat pada daripada aktivitas antioksidan pada ekstrak kasar.
Gambar 5. Perbedaan tersebut dikarenakan ekstrak kasar terdapat
Hasil yang didapatkan menunjukan senyawa flavonoid yang berpotensi sebagai
penambahan minyak atsiri dengan konsentrasi 0,1%, antioksidan. Dibandingkan dengan standar, aktivitas
belum memberikan pengaruh terhadap aktivitas penangkapan radikal ekstrak fraksi aktif karaginan
antioksidan pada edible film refined karagenan, hal ini lebih baik karena nilainya dua kali lebih kecil.
diduga karena penambahan konsentrasi minyak atsiri Febriyanti (2015) menambahkan selain sebagai
yang terlalu sedikit. Nilai terbaik yang didapatkan senyawa antioksidan karaginan dapat berperan
pada aktivitas antioksidan yaitu dengan penambahan melindungi senyawa antioksidan. Semakin banyak
konsentrasi minyak atsiri sebesar 1%. Hasil yang double helix yang terbentuk dari karaginan maka
didapatkan semakin tinggi konsentrasi yang kemampuan untuk melindungi senyawa fenolik
ditambahkan ke dalam edible film refined karagenan (gingerol dan shogaol) dari proses pemanasan semakin
maka semakin tinggi nilai aktivitas antioksidannya. kuat sehingga senyawa fenolik tidak banyak yang
Menurut Kusumawati (2013) aktivitas rusak.
antioksidan edible film dipengaruhi oleh senyawa Penambahan senyawa antioksidan dalam
antioksidan yang terkandung dalam bahan dan kemasan bertujuan untuk melindungi produk dari
kemampuan senyawa tersebut untuk mereduksi radikal proses oksidasi. Permen jelly merupakan produk yang
bebas. Minyak atsiri daun sirih hijau mengandung dapat mengalami oksidasi. Penggunaan senyawa
senyawa fenol yang diduga berperan besar dalam antioksidan pada bahan pengemas pada permen jelly
aktivitas antioksidan edible film karena senyawa fenol dapat mengurangi proses oksidasi pada produk.
mempunyai mekanisme penangkapan radikal bebas Penggunaan edible film berantioksidan dapat
melalui reaksinya dengan gugus OH. Huri (2014) diaplikasikan ke permen jelly karena selain dapat
mengindikasikan bahwa fenol mempunyai kontribusi lansung dimakan, edible film berantioksidan dapat
yang signifikan terhadap aktivitas antioksidan edible membantu mencegah penurunan kualitas permen.
film. Semakin tinggi total fenol dari akan Menurut Cahyadi (2006) antioksidan juga telah
menghasilkan aktivitas antioksidan yang semakin banyak digunakan pada berbagai macam permen
tinggi pula. Aktivitas antioksidan merupakan hasil dari untuk mencegah ketengikan.
3000
2441,514,48d
2500
Uji Total Fenol (ppm)
2000
1500 1277,713,52c
1000
416,363,24b
500
71,3916,05a
0
0 0,1 0,5 1
Konsentrasi Minyak Atsiri (%)
Gambar 4. Hasil Uji Total Fenol Edible Film
60
Online: J. Peng. & Biotek. Hasil Pi.
http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jpbhp Vol. 6 No. 1 Th. 2017
Hasil Penelitian ISSN : 2442-4145
16 15,120,06d
61
Online: J. Peng. & Biotek. Hasil Pi.
http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jpbhp Vol. 6 No. 1 Th. 2017
Hasil Penelitian ISSN : 2442-4145
Atsiri Pada Daun Sirih (Piper betle Linn.) Santoso, B., Herpandi., Pityati A.P. dan Pambayun R.
Secara Spektroskopi Ultra-Violet Tampak. 2013. Pemanfaatan Karagenan Dan Gum
Jurnal Kimia, 3(1): 7-13. Arabic Sebagai Edible Film Berbasis
Pramadita, R.C. dan Sutrisno, A. 2012. Karakterisasi Hidrokoloid. Jurnal Agritech, 33(2)140-145.
Edible Film Dari Tepung Porang Sholehah, M.M. 2016. Karakteristik dan Aktivitas
(Amorphophallus omcophyllus) dengan Antibakteri Edible Film Dari Refined
penambahan Minyak Atsiri Kayu Manis Karagenan Dengan Penambahan Minyak Atsiri
(Cinnamon Burmani) Sebagai Antibakteri. Lengkuas Merah. Skripsi. Fakultas Perikanan
Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas dan Ilmu Kelautan. Universitas Diponegoro.
Brawijaya. http://prc.ub.ac.id/files/jurnal.pdf Semarang.
diakses pada tanggal 23 September 2016 Voulda, D.L. 2010. Kajian Senyaw Metabolit Primer
Pranoto, Y., Salokhe, V.M. dan Rakshit S.K. 2005. dan Sekunder Dari Rumput Laut Sebagai
Physical and Antibacterial Properties of Bahan Baku Industri. Proseding. Seminar
Alginate Based Edible Film Incorporated With Nasional Basic II, 1(1): 169-179.
Garlic Oil. Food Research International 38(1):
267-272.
62