Anda di halaman 1dari 9

Online: J. Peng. & Biotek. Hasil Pi.

http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jpbhp Vol. 6 No. 1 Th. 2017


Hasil Penelitian ISSN : 2442-4145

KARAKTERISTIK DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EDIBLE FILM DARI REFINED


KARAGINAN DENGAN PENAMBAHAN MINYAK ATSIRI

Characteristic and Antioxidant Activity of Edible film from Refined carrageenan with The Addition of
Essential Oil

Muhammad Fadly Nuansa*), Tri Winarni Agustini dan Eko Susanto

Program Studi Teknologi Hasil Perikanan


Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro
Jl. Prof. Soedarto, SH, Tembalang, Semarang, Jawa Tengah 50275, Telp/Fax. +6224 7474698
Email : m.fadlynuansa@yahoo.com

Diterima: 4 Oktober 2016 Disetujui : 9 Desember 2017

ABSTRAK

Edible film merupakan bahan pengemas alternatif dan dapat digunakan sebagai pengganti bahan pengemas
sintetis. Edible film dapat membawa zat aditif untuk meningkatkan kualitas bahan pengemas. Salah satu zat aditif
yang dapat dibawa oleh edible film adalah antioksidan yang didapatkan dari minyak atsiri. Edible film pada
penelitian ini dibuat menggunakan refined kappa karaginan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh
penggunaan refined kappa karaginan sebagai edible film dengan penambahan konsentrasi minyak atsiri yang
berbeda terhadap karakteristik fisik dan aktivitas antioksidan. Penelitian ini menggunakan desain percobaan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan perbedaan konsentrasi minyak atsiri yaitu 0%,
0,1%, 0,5%, dan 1% (b/v) dengan 3 kali pengulangan. Parameter pengujian adalah uji kuat tarik, persen
pemanjangan, laju transmisi uap air, total fenol dan aktivitas antioksidan. Data parametrik dilakukan analisis
menggunakan ANOVA dan uji lanjut BNJ. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan minyak atsiri
berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap; uji kuat tarik, persen pemanjangan, laju transmisi uap air, total fenol, dan
aktivitas antioksidan. Perlakuan minyak atsiri daun sirih hijau (P. Bettle Linn.) 1% menunjukkan hasil yang
terbaik pada uji: kuat tarik, laju transmisi uap air, total fenol, aktivitas antioksidan dengan nilai 71,271,70
kgf/cm2, 1,460,00 g/m2/h, 2441,514,48 ppm, 15,120,06 %.

Kata kunci : Refined Kappa Karaginan, Edible film, Minyak Atsiri, Aktivitas Antioksidan

ABSTRACT

Edible film is an alternative packaging materials and it can be used as an alternative to replace synthetic
packaging materials. Edible film contains additive substances that can enhance the quality of packaging
material. One additive substance that contained in edible film is antioxidant obtained from essential oil. Edible
film that used in this research was made from refined kappa carrageenan. The use of refined kappa carrageenan
can improve the quality of edible film because it has ability to form gel. This research was aimed to know the
effect of adding varies concentrations essential oil to the physical characteristics and antioxidant activity of
edible film from kappa refined carrageenan. This research was using Completely Randomized Design (CRD)
that consist of 4 treatments which were the different concentration of essential oil (0, 0.1, 0.5, and 1% w/v) in
triplicates. The testing parameter were consist of tensile strength, elongation precentage, water vapor
transmition rate, total phenol and antioxidant activity. The parametric data were analyze using Analysis of
Variance (ANOVA) and further analysis using Honestly Significant Difference. The results showed that the
addition of essential oil gave significant effect (p<0.05) to the; tensile strength, elongation precentage, water
vapor transmition rate, total phenol, and antioxidant activity. From the research results was known that the 1%
concentration of essential oil treatment showed the best results in tensile strength, water vapor transmition rate,
total phenol, and antioxidant activity which were 71.271.70 kgf/cm2, 1.460.00 g/m2/h, 2441.514.48 ppm, and
15.120.06 % respectively.

Keywords : Refined Kappa Carrageenan, Edible Film, Essential Oil, Antioxidant Activity

*) Penulis Penanggungjawab

54
Online: J. Peng. & Biotek. Hasil Pi.
http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jpbhp Vol. 6 No. 1 Th. 2017
Hasil Penelitian ISSN : 2442-4145

PENDAHULUAN terbaik, yaitu kekuatan renggang putus tertinggi


892,68 kPa, perpanjangan 1,19% dan ketebalan 0,07
Karaginan merupakan senyawa hidrokoloid mm. Namun pada penelitian sebelumnya diketahui
yang diekstrak dari rumput laut spesies tertentu dari nilai perpanjangan masih cukup kecil yaitu 1,19% dan
kelas Rhodophyceace (rumput laut merah). Karaginan belum terdapat uji aktivitas antioksidan pada kedua
merupakan hasil metabolisme primer dari rumput laut penelitian.
sebagi senyawa polisakarida yang disusun dari Penelitian ini bertujuan melihat pengaruh
sejumlah unit galaktosa dengan ikatan (1,3) D- penambahan minyak atsiri daun sirih hijau (P.battle
galaktosa dan (1,4) 3,6-anhidrogalaktosa secara Linn.) dan lengkuas merah (Alpinia purpurata) pada
bergantian, baik yang mengandung ester sulfat atau edible film refined kappa karaginan terhadap
tanpa sulfat. Karaginan terdapat dalam dinding sel karakteristik fisik dan aktivitas antioksidan. Penelitian
rumput laut atau matriks intraselulernya dan karaginan pendahuluan dilakukan untuk menentukan pengaruh
merupakan bagian penyusun yang besar dari berat minyak atsiri terbaik dengan konsentrasi 1% dalam
kering rumput laut dibandingkan dengan komponen edible film menggunakan parameter pengujian kuat
yang lain. Karaginan memiliki sifat sebagai gelling tarik, persentase pemanjangan dan laju transmisi uap
agent antara lain pH, stabilitas, viskositas, air. Penggunaan konsentrasi minyak atsiri mengacu
pembentukan gel dan reaktifitas dengan protein. Sifat pada penelitian sebelumnya Sholehah (2016) yang
yang dimiliki karaginan tersebut banyak dimanfaatkan menggunakan konsentrasi minyak atsiri (0,1%, 0,5%,
sebagai stabilisator, thickener, pembentuk gel dan 1%) dengan kesimpulan penambahan konsentrasi
pengemulsi yang digunakan dalam bidang industri minyak atsiri dapat mempengaruhi sifat fisik dari
makanan, obat-obatan, tekstil, kosmetik dan industri edible film.
lainnya (Voulda, 2010).
Bahan makanan pada umumnya sangat sensitif MATERI DAN METODE
dan mudah mengalami penurunan kualitas. Salah satu
cara untuk mencegah atau memperlambat fenomena Materi yang digunakan dalam penelitian ini
tersebut adalah dengan pengemasan yang tepat. Salah yaitu refined kappa karaginan, gliserol, minyak atsiri
satu bahan pengemas yaitu plastik digunakan dengan daun sirih (Piper bettle Linn.) dan minyak atsiri
pertimbangan ekonomis dan memberikan lengkuas merah (Alpinia purpurata). Penelitian ini
perlindungan yang baik dalam pengawetan. Dewasa terdiri dari 2 tahap, yaitu penelitian pendahuluan:
ini, isu penggunaan bahan plastik berdampak buruk mencari minyak atsiri terbaik yang ditambahkan
bagi lingkungan karena sifatnya yang tidak mudah kedalam edible film dengan konsentrasi minyak atsiri
terurai serta residu pada plastik yang dapat menempel masing masing 1%. Kemudian dilakukan uji kuat
pada produk yang dikemas. tarik, persen pemanjangan, dan laju transmisi uap air.
Edible film merupakan suatu lapisan tipis, Hasil minyak atsiri terbaik dari uji tersebut kemudian
terbuat dari bahan yang bersifat hidrofilik dari protein dilanjutkan dalam penelitian utama. Penelitian utama
maupun karbohidrat serta lemak atau campurannya membuat edible film dengan penambahan minyak
yang berfungsi sebagai bahan pengemas ramah atsiri terbaik dengan penambahan konsentrasi 0%,
lingkungan sebagai pengganti pengemas plastik. Sifat 0,1%, 0,5%, 1%. Minyak atsiri terbaik dari hasil
edible film yang elastis, dapat diperbarui dan dapat penelitian pendahuluan yaitu minyak atsiri daun sirih
dimakan mendorong karaginan sebagai bahan baku hijau (P. Bettle Linn.). Hasil penelitian utama
pembuat edible film yang potensial karena sifatnya. kemudian diuji kuat tarik, persen pemanjangan, laju
Karaginan memiliki kekurangan yaitu kemampuannya transmisi uap air, total fenol, aktivitas antioksidan.
yang rendah sebagai barrier terhadap transfer uap air. Penelitian menggunakan rancangan percobaan RAL
Penambahan minyak atsiri diharapkan mampu dan data parametrik dilakukan analisis menggunakan
memperbaiki karakteristik dan menambahkan ANOVA dan uji lanjut BNJ.
senyawa antioksidan pada edible film. Oleh karena itu Formulasi penelitian pendahuluan bahan
perlu dilakukan penelitian mengenai penambahan refined kappa karaginan dengan konsentrasi 1,5%
minyak atsiri terhadap karakteristik dan aktivitas ditambahkan minyak atsiri sebanyak 1% dengan
antioksidan. masing masing miyak atsiri lengkuas merah dan daun
Berdasarkan penelitian sebelumnya refined sirih hijau untuk mengetahui minyak atsiri terbaik
kappa karaginan mampu meningkatkan karakteristik kemudian mengunakan gliserol 0,5% dan aquades
fisik edible film. Berdasarkan penelitian Herliany sebanyak 97%. Sedangkan untuk formulasi penelitian
(2011) konsentrasi refined kappa karaginan 1,5% utama menggunakan beberapa konsentrasi minyak
menghasilkan edible film terbaik dengan karakteristik atsiri terbaik yaitu 0,1%, 0,5%, 1% dengan
ketebalan 0,070 mm, kuat tarik 5516,67 kgf/cm2, menggunakan gliserol 0,5% serta penambahan
persen pemanjangan 43,05% dan laju transmisi uap air aquades hingga volume mencapai 100mL. Pembuatan
0,0060 g/m2/hari. Menurut penelitian Handito (2011) edible film dilakukan dengan pemanasan refined
konsentrasi 0,8% mempunyai sifat fisik dan mekanik kappa karaginan di atas hot plate stirer pada suhu

55
Online: J. Peng. & Biotek. Hasil Pi.
http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jpbhp Vol. 6 No. 1 Th. 2017
Hasil Penelitian ISSN : 2442-4145

Tabel 1. Formulasi Pembuatan Edible Film Penelitian Utama


NO Nama Bahan Formulasi
1 Refined kappa karaginan 1,5 % 1,5% 1,5%
2 Minyak atsiri daun sirih
0,1% 0,5% 1%
hijau
3 Gliserol 0,5% 0,5% 0,5%
4 Aquades 97,9% 97,5% 97%
JUMLAH TOTAL 100% 100% 100%

60oC. Penambahan gliserol dan minyak atsiri Hasil diatas menunjukan bahwa penambahan
dilakukan pada saat aquades dengan refined kappa minyak atsiri daun sirih hijau memiliki nilai persen
karaginan telah terlarut rata. Pemanasan dilakukan pemanjangan lebih baik dibandingkan dengan
selama 30 menit dengan suhu 60 oC. Pencetakan penambahan minyak atsiri lengkuas merah, namun
dilakukan menggunakan plat kaca yang telah dilapisi hasil diatas belum cukup untuk memenuhi standar
plastik. Pengeringan edible film pada plat kaca elongasi pada edible film. Menurut Krochta dan
dilakukan menggunakan oven pada suhu 65oC selama Johnson (1997) elongasi pada edible film memiliki
14 jam. Hasil edible film yang telah jadi dimasukan ke nilai standar yaitu sebesar 10%-50%. Hasil tersebut
dalam plastik seal sebelum dilakukannya pengujian. dimungkinkan karena adanya partikel partikel klorofil
Formulasi Penelitian dapat dilihat pada Tabel 1. pada minyak atsiri yang akan memenuhi ruang antar
molekul yang tidak berbentuk dan mengganggu
HASIL DAN PEMBAHASAN interaksi polimer dan menyebabkan edible film mudah
patah (Han, 2003).
Penelitian Pendahuluan
Edible film yang diuji kuat tarik, persen c. Laju Transmisi Uap Air
pemanjangan, laju transmisi uap air dalam penelitian Hasil dari pengujian laju transmisi uap air pada
pendahuluan yaitu edible film dengan penambahan edible film refined kappa karaginan dengan
minyak atsiri daun sirih hijau (P. Bettle Linn.) dan penambahan minyak atsiri daun sirih diperoleh nilai
minyak atsiri lengkuas merah (A. Purpurata) dengan rata-rata 1,58 (g/m2/h) dan penambahan minyak atsiri
konsentrasi masing masing 1%. Hasil yang diperoleh lengkuas merah diperoleh nilai rata-rata sebesar 1,55
dari penelitian pendahuluan dapat dilihat pada Tabel 2. (g/m2/h). Hasil diatas dapat disimpulkan bahwa
penambahan minyak atsiri lengkuas merah lebih baik
a. Kuat Tarik dibandingkan dengan penambahan minyak atsiri daun
Berdasarkan hasil pengujian kuat tarik (tensile sirih dengan nilai rata-rata 1,5 (g/m2/h). Edible film
strenght) pada Tabel 3 minyak atsiri daun sirih yang baik memiliki nilai laju transmis uap air yang
didapatkan rata-rata sebesar 71,27 kgf/cm2 dari hasil rendah, hal ini didukung oleh pernyataan dari
tiga kali ulangan pengujian. Sedangkan minyak atsiri Gunawan (2009) yang menyatakan, edible film yang
lengkuas merah didapatkan rata-rata sebesar 30,07 baik seharusnya memiliki laju transmisi uap air yang
kgf/cm2. Dari hasil pemaparan diatas disimpulkan rendah. Laju transmisi uap air yang rendah dapat
refined kappa karaginan dengan minyak atsiri daun menghambat hilangnya air dari produk sehingga
sirih memiliki kuat tarik lebih baik dibandingkan kesegaran produk terjaga selain itu dapat menghambat
minyak atsiri lengkuas merah namun perlakuan kerusakan akibat hidrolisa dan kerusakan oleh
dengan lengkuas merah masih dalam batas standar mikroorganisme karena adanya air.
pengujian kuat tarik. Menurut Krochta dan Johnson Nilai laju transmisi uap air dipengaruhi oleh
(1997) edible film standar mempunyai nilai kuat tarik beberapa faktor. Penambahan minyak atsiri
10-100 kgf/cm2. Perbedaan kuat tarik diantara kedua merupakan salah satu faktor yang dapat
bahan dimungkinkan dikarenakan perbedaan mempengaruhi nilai laju transmisi uap air. Semakin
ketebalan edible film yang dihasilkan. banyak padatan yang terkandung dalam edible film
semakin kecil nilai laju transmisi uap air. Hal ini
b. Persen Pemanjangan menyebabkan uap air dari luar kemasan tidak mudah
Hasil dari uji persen pemanjangan edible film terserap oleh bahan pengemas dan tidak membuat
yang dibuat dengan perbedaan minyak atsiri produk mudah terkontaminasi udara luar yang
menunjukan nilai persen pemanjangan terbaik menyebabkan terjadinya oksidasi. Menurut Pramadita
diperoleh dari minyak atsiri daun sirih dengan nilai (2012) penambahan minyak atsiri menyebabkan nilai
rata-rata 7,78% dari 3 kali pengulangan, sedangkan transmisi uap air rendah dikarenakan jumlah padatan
minyak atsiri lengkuas merah memiliki nilai rata-rata dalam edible film. Nilai batas standar maksimal laju
persen pemanjangan sebesar 7,22% dari 3 kali transmisi uap air yaitu 0,42g/m2/h (Japanese
pengulangan. Industrial Standart, 1975 dalam Santoso, 2013).

56
Online: J. Peng. & Biotek. Hasil Pi.
http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jpbhp Vol. 6 No. 1 Th. 2017
Hasil Penelitian ISSN : 2442-4145

Tabel 2. Hasil Penelitian Pendahuluan


Pengujian Daun Sirih (1%) Lengkuas Merah (1%) Standar
Kuat Tarik (kgf/cm2) 71,27 1,70 30,07 2,36 10-100a
Persen Pemanjangan (%) 7,78 0,66 7,22 0,61 10-50a
Laju Transmisi Uap Air (g/m2/h) 1,58 0,03 1,55 0,05 0,42b
Keterangan:
a. Krochta dan Johnson (1997)
b. Japenese Industrial Standart (1975)

Penelitian Utama kemampuannya dalam menahan tekanan yang


Penelitian utama dilakukan proses pembuatan diberikan kurang baik.
edible film dari refined kappa karaginan dengan
penambahan minyak atsiri terbaik yaitu minyak atsiri b. Persen Pemanjangan
daun sirih hijau (Piper bettle Linn.). Minyak atsiri Persen pemanjangan merupakan keadaan
daun sirih hijau (P. bettle Linn.) ditambahkan pada dimana edible film patah setelah mengalami
edible film sebanyak 0,1 mL; 0,5 mL; 1 mL; dari peregangan dan merupakan salah satu sifat mekanik
jumlah total larutan yaitu 100 mL. yang sangat penting dalam menentukan karakteristik
edible film. Penelitian utama pada uji persen
a. Kuat Tarik pemanjangan didapatkan nilai diantara 7,910,36
Kuat tarik merupakan salah satu sifat mekanik sampai dengan 13,280,34. Nilai persen pemanjangan
yang sangat penting dalam menentukan karakteristik edible film refined kappa karaginan dengan perbedaan
edible film karena kekuatan tarik tinggi akan mampu konsentrasi minyak atsiri daun sirih hijau (P. bettle
melindungi produk yang akan dikemasnya dari Linn.) dapat dilihat pada Gambar 2.
gangguan mekanis. Penelitian utama menghasilkan Nilai persen pemanjangan terbaik didapatkan
nilai kuat tarik antara 18,770,95 74,351,64 oleh perlakuan 0,1% diikuti oleh 0%, sedangkan pada
kgf/cm2. Nilai kuat tarik edible film refined kappa perlakuan 1% nilai persen pemanjangan memiliki nilai
karaginan dengan perbedaan jumlah minyak atsiri yang kurang baik. Semakin tinggi penambahan
daun sirih hijau (P. bettle Linn.) dapat dilihat pada konsentrasi minyak atsiri maka nilai persen
Gambar 1. pemanjangan akan menurun. Hal ini diperkuat oleh
Nilai kuat tarik pada penambahan minyak atsiri Pramadita (2012) semakin tinggi konsentrasi minyak
daun sirih hijau (P. bettle Linn.) dengan konsentrasi atsiri kayu manis akan menurunkan elongasi edible
1% memiliki nilai kuat tarik tertinggi dan nilai uji kuat film. Penambahan minyak atsiri kayu manis membuat
tarik terendah didapatkan oleh konsentrasi 0%. Hal ini nilai elongasi cenderung semakin turun. Penambahan
diduga karena adanya penambahan minyak atsiri dapat minyak atsiri justru akan memperlemah jaringan film,
memberikan pengaruh pada nilai kuat tarik edible film semakin banyak minyak yang ditambahkan maka
dan menunjukan bahwa edible film tersebut matrik film yang terbentuk akan lebih rapuh karena
mempunyai kekuatan dalam menahan tekanan akan minyak memiliki ikatan anatar senyawa yang lemah.
semakin baik. Film yang dibuat tidak memiliki sifat Faktor yang mempengaruhi besarnya nilai elongasi
yang rapuh. Kekuatan tarik suatu bahan timbul pada edible film yaitu jenis polisakarida yang
sebagai reaksi dari ikatan polimer terhadap gaya luar digunakan dan penambahan gliserol sebagai
yang diberikan. Senyawa dari minyak atsiri yang larut plasticizer. Menurut Pramadita (2012) plastizicer
dalam air akan menguatkan ikatan intermolekuler dari seperti gliserol bekerja dengan cara mempengaruhi
edible film sehingga menyebabkan menguatnya nilai interkasi polimer dan menurunkan temperatur
kuat tarik dari edible film tersebut. Hal ini dibenarkan perubahan menjadi pasta, sehingga memungkinkan
oleh penelitian Pranoto et al. (2005) penambahan peningkatan fleksibilitas.
minyak atsiri ke dalam kemasan edible film dengan Nilai elongasi dapat dipengaruhi oleh beberapa
konsentrasi yang lebih tinggi akan mempengaruhi sifat faktor, diantaranya yaitu pengaruh dari bahan
fisik bahan pengemas tersebut. plasticizer. Bahan plasticizer yang digunakan pada
Nilai kuat tarik yang tinggi menandakan bahwa penelitian ini menggunakan gliserol. Bahan plasticizer
karaketristik dari edible film tersebut baik sebagai dapat meningkatkan nilai elongasi namun dapat
bahan pengemas. Hal ini diperkuat oleh pernyataan menurunkan nilai kuat tarik pada edible film. Menurut
Damat (2008) bahwa semakin tinggi rerata nilai penelitian Akili (2012) nilai elongasi edible film pada
tensile strenght edible film maka kekuatannya dalam masing masing perlakuan berpengaruh nyata terhadap
menahan tekanan yang diberikan semakin baik. Begitu nilai elongasi edible film yang dihasilkan. Semakin
pula sebaliknya semakin kecil rerata nilai tensile tinggi konsentrasi gliserol cenderung meningkatkan
strenght maka kekuatannya dalam hal ini nilai elongasinya yang berarti kemasan edible film
semakin fleksibel dan plastis.

57
Online: J. Peng. & Biotek. Hasil Pi.
http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jpbhp Vol. 6 No. 1 Th. 2017
Hasil Penelitian ISSN : 2442-4145

80 74,351,64d
70

Kuat Tarik (kgf/cm2)


60 54,392,14c
50
40 35,302,12b
30
18,770,95a
20
10
0
0 0,1 0,5 1
Konsentrasi Minyak Atsiri (%)
Gambar 1. Hasil Uji Kuat Tarik Edible Film
16
14 13,280,34c
Persen Pemanjangan (%)

12
10 9,520,51b 8,980,49ab
7,910,36a
8
6
4
2
0
0 0,1 0,5 1
Konsentrasi Minyak Atsiri (%)

Gambar 2. Hasil Uji Persen Pemanjangan Edible Film

c. Laju Transmisi Uap Air akan meningkatkan interaksi antarmolekul dalam


Laju transmisi uap air merupakan indikator struktur matriks sehingga terjadi transfer uap air. Hal
kemampuan film untuk menahan laju transmisi uap air ini diperkuat oleh Pramadita (2012) penambahan
pada selang waktu tertentu dan juga merupakan salah minyak atsiri menyebabkan transmisi uap airnya
satu faktor dalam menentukan karakteristik edible film semakin rendah. Hal ini dikarenakan jumlah padatan
yang baik. Penelitian utama diperoleh hasil uji yaitu terlarut maupun tidak terlarut dalam minyak atsiri
diantara 1,460,00 samapai dengan 1,580,06 akan berkontribusi dalam meningkatkan total padatan
(g/m2/h). Nilai laju transmisi uap air pada edible film dari suspensi film.
refined kappa karaginan dengan perbedaan jumlah Semakin kecil nilai laju transmisi uap air maka
konsentrasi minyak atsiri daun sirih hijau (P. bettle semakin baik karena dapat menghambat hilangnya air
Linn.) dapat dilihat pada Gambar 3. dari produk. Menurut Gunawan (2009) edible film
Nilai laju transmisi uap air terbaik didapatkan yang baik seharusnya memiliki laju transmisi uap air
pada perlakuan 1% dengan nilai 1,46 g/m2/h, yang rendah. Laju transmisi uap air yang rendah dapat
sedangkan pada perlakuan 0,1% dan 0,5% tidak menghambat hilangnya air dari produk sehingga
berbeda nyata kemungkinan hal ini dapat terjadi kesegaran produk terjaga selain itu dapat menghambat
karena konsentrasi minyak atsiri yang ditambahkan kerusakan akibat hidrolisa dan kerusakan oleh
terlalu rendah sehingga tidak dapat memberikan mikroorganisme karena adanya air.
perubahan yang signifikan. Menurut penelitian Penggunaan edible film refined kappa
Maizura et al (2007) penambahan minyak atsiri karaginan dengan penambahan minyak atsiri hanya
dengan konsentrasi rendah sampai 0,3% tidak dapat terbatas pada produk kering atau produk yang tidak
mempengaruhi nilai dari laju transmisi uap air. memiliki kadar air yang tinggi. Produk yang dikemas
Penambahan minyak atsiri yang bersifat hidrofilik menggunakan edible film refined kappa karaginan

58
Online: J. Peng. & Biotek. Hasil Pi.
http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jpbhp Vol. 6 No. 1 Th. 2017
Hasil Penelitian ISSN : 2442-4145

1,7

Laju Transmisi Uap Air (g/m2/h)


1,65 1,580,06b

1,6 1,560,02b
1,55 1,520,02ab

1,5
1,460,00a
1,45
1,4
1,35
0 0,1 0,5 1
Konsentrasi Minyak Atsiri (%)

Gambar 3. Hasil Uji Laju Transmisi Uap Air Edible Film

sebaiknya disimpan dalam tempat yang kering, mempengaruhi nilai uji total fenol, semakin tinggi
sehingga jika disimpan dalam waktu yang lama penambahan minyak atsiri nilai total fenol meningkat.
produk akan tetap terjaga kualitasnya. Keterbatasan Penambahan minyak atsiri daun sirih hijau
produk yang dikemas dikarenakan nilai laju transmisi pada edible film menyebabkan total fenol meningkat,
uap air yang didapatkan cukup tinggi. Menurut Layuk karena pada minyak atsiri daun sirih hijau memiliki
Jagal dan Haryadi (2002) laju transmisi uap air kandungan senyawa betelphenol. Menurut Febriyanti
berpengaruh terhadap kemampuan edible film tersebut (2010) kandungan minyak atsiri daun sirih dilaporkan
menahan uap air. Edible film yang mempunyai laju memiliki daya antibakteri, maupun antioksidan karena
transmisi uap air yang kecil cocok digunakan untuk adanya kandungan 4,2% minyak atsiri yang sebagian
mengemas produk yang mempunyai kelembaban besar terdiri dari senyawa betelphenol yang
tinggi. Edible tersebut akan menghambat jumlah uap merupakan isomer eugenol, methil eugenol, kariofilen,
air yang dikeluarkan produk ke luar lingkungan Kavikol, kavibekol, estragol dan terpinen. Hal ini
sehingga produk tersebut tidak cepat kering. Edible diperkuat oleh Parwata (2009) bahwa minyak atsiri
film juga dapat melindungi produk dari uap air yang daun sirih mengandung 30% fenol dan beberapa
masuk dari lingkungan, sehingga kontaminasi dari uap deviratna. Kavikol merupakan komponen paling
dari pertambahan kelembaban produk dapat dihindari. banyak dalam minyak atsiri yang memberikan bau
khas pada sirih. Persenyawaan fenol ini diketahui
d. Total Fenol memiliki aktivitas antibakteri dan minyak atsiri dari
Senyawa fenol merupakan suatu senyawa yang daun sirih juga dapat digunakan sebagai antijamur dan
dapat menangkal radikal bebas. Pengujian total fenol antioksidan.
dilakukan untuk mengetahui seberapa besar total fenol Selain karena kandungan senyawa fenol yang
yang dikandung dalam edible film refined kappa terdapat pada daun sirih hijau yang cukup besar,
karaginan dengan penambahan minyak atsiri daun pengaruh lain yang menambahkan nilai total fenol
sirih hijau (P. bettle Linn.). Hasil total fenol yang yaitu gliserol. Salah satu sifat gliserol yaitu proteksi
didapatkan berkisar diantara 71,3916,05 terhadap senyawa fenol. Sifat tersebut dapat mengikat
2441,514,48 (ppm). Nilai total fenol yang dilakukan senyawa fenol yang terkandung. Menurut penelitian
pada sampel edible film refined kappa karaginan Huri (2014) peningkatan konsentrasi gliserol
dengan penambahan konsentrasi minyak atsiri yang menyebabkan total fenol edible film juga semakin
berbeda dapat diilhat pada Gambar 4. meningkat. Selain itu terdapat interaksi yang terjadi
Hasil yang didapatkan menunjukan antara gliserol dan ekstrak ampas kulit apel dalam
penambahan minyak atsiri dengan konsentrasi 0,1%, mempengaruhi total fenol edible film. Hal ini diduga
0,5% dan 1% berpengaruh terhadap nilai total fenol karena gliserol memiliki sifat proteksi terhadap
pada edible film refined kappa karaginan. Nilai terbaik senyawa fenol. Gugus OH pada gliserol akan
yang didapatkan pada uji tetol fenol yaitu dengan membentuk ikatan hidrogen dengan gugus OH pada
penambahan konsentrasi minyak atsiri sebesar 1%. senyawa fenol sehingga semakin banyak konsentrasi
Penambahan minyak atsiri daun sirih dapat gliserol yang ditambahkan, maka semakin banyak pula
mempengaruhi uji total fenol pada edible film refined senyawa fenol yang diikat oleh gliserol.
kappa karaginan. Semakin tinggi penambahan minyak
atsiri pada edible film nilai total fenol yang didapatkan e. Aktivitas Antioksidan
semakin tinggi. Hal ini diperkuat oleh Aliabadi et Antioksidan merupakan zat penghambat reaksi
al.(2014) bahwa penambahan minyak atsiri oksidasi akibat radikal bebas. Uji aktivitas antioksidan

59
Online: J. Peng. & Biotek. Hasil Pi.
http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jpbhp Vol. 6 No. 1 Th. 2017
Hasil Penelitian ISSN : 2442-4145

diperlukan untuk mengetahui kandungan aktivtas beberapa kandungan senyawa fitokimia yang terdapat
antioksidan dalam kelarutan yang terdapat dalam pada buah dan efek sinergisnya.
sampel. Uji aktivitas antioksidan sendiri menggunakan Nilai aktivitas antioksidan pada perlakuan 0%
metode DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil). DPPH menunjukan nilai sebesar 1,05 % yang artinya pada
merupakan suatu senyawa organik yang mengandung pembuatan edible film refined karagenan tanpa
nitrogen tidak stabil dan memiliki absorbansi kuat penambahan minyak atsiri sudah memiliki aktivitas
pada panjang gelombang 517 nm dan berwarna gelap. antioksidan. Hal ini dimungkinkan karena pada
DPPH akan berubah warna setelah tereduksi dengan pembuatan edible film yang digunakan menggunakan
senyawa antioksidan dan akan berubah warna menjadi karaginan. Karaginan sendiri berpotensi memiliki nilai
warna kuning. Nilai aktivitas antioksidan pada sampel aktivitas antioksidan. Menurut Hijaz (2009) aktivitas
memiliki nilai persen penghambatan diantara 1,05% - antioksidan fraksi aktif karaginan lebih rendah
15.12%. Nilai Persen penghambatan dapat dilihat pada daripada aktivitas antioksidan pada ekstrak kasar.
Gambar 5. Perbedaan tersebut dikarenakan ekstrak kasar terdapat
Hasil yang didapatkan menunjukan senyawa flavonoid yang berpotensi sebagai
penambahan minyak atsiri dengan konsentrasi 0,1%, antioksidan. Dibandingkan dengan standar, aktivitas
belum memberikan pengaruh terhadap aktivitas penangkapan radikal ekstrak fraksi aktif karaginan
antioksidan pada edible film refined karagenan, hal ini lebih baik karena nilainya dua kali lebih kecil.
diduga karena penambahan konsentrasi minyak atsiri Febriyanti (2015) menambahkan selain sebagai
yang terlalu sedikit. Nilai terbaik yang didapatkan senyawa antioksidan karaginan dapat berperan
pada aktivitas antioksidan yaitu dengan penambahan melindungi senyawa antioksidan. Semakin banyak
konsentrasi minyak atsiri sebesar 1%. Hasil yang double helix yang terbentuk dari karaginan maka
didapatkan semakin tinggi konsentrasi yang kemampuan untuk melindungi senyawa fenolik
ditambahkan ke dalam edible film refined karagenan (gingerol dan shogaol) dari proses pemanasan semakin
maka semakin tinggi nilai aktivitas antioksidannya. kuat sehingga senyawa fenolik tidak banyak yang
Menurut Kusumawati (2013) aktivitas rusak.
antioksidan edible film dipengaruhi oleh senyawa Penambahan senyawa antioksidan dalam
antioksidan yang terkandung dalam bahan dan kemasan bertujuan untuk melindungi produk dari
kemampuan senyawa tersebut untuk mereduksi radikal proses oksidasi. Permen jelly merupakan produk yang
bebas. Minyak atsiri daun sirih hijau mengandung dapat mengalami oksidasi. Penggunaan senyawa
senyawa fenol yang diduga berperan besar dalam antioksidan pada bahan pengemas pada permen jelly
aktivitas antioksidan edible film karena senyawa fenol dapat mengurangi proses oksidasi pada produk.
mempunyai mekanisme penangkapan radikal bebas Penggunaan edible film berantioksidan dapat
melalui reaksinya dengan gugus OH. Huri (2014) diaplikasikan ke permen jelly karena selain dapat
mengindikasikan bahwa fenol mempunyai kontribusi lansung dimakan, edible film berantioksidan dapat
yang signifikan terhadap aktivitas antioksidan edible membantu mencegah penurunan kualitas permen.
film. Semakin tinggi total fenol dari akan Menurut Cahyadi (2006) antioksidan juga telah
menghasilkan aktivitas antioksidan yang semakin banyak digunakan pada berbagai macam permen
tinggi pula. Aktivitas antioksidan merupakan hasil dari untuk mencegah ketengikan.

3000
2441,514,48d
2500
Uji Total Fenol (ppm)

2000

1500 1277,713,52c

1000
416,363,24b
500
71,3916,05a
0
0 0,1 0,5 1
Konsentrasi Minyak Atsiri (%)
Gambar 4. Hasil Uji Total Fenol Edible Film

60
Online: J. Peng. & Biotek. Hasil Pi.
http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jpbhp Vol. 6 No. 1 Th. 2017
Hasil Penelitian ISSN : 2442-4145

16 15,120,06d

Aktivitas Antioksidan (%)


14
12
10
8 6,870,09c
6
4 2,320,14b
1,050,15a
2
0
0 0,1 0,5 1
Konsentrasi Minyak Atsiri (%)
Gambar 5. Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Edible Film

KESIMPULAN Han, J. H. 2003. Antimicrobial Food Packaging.


Novel Food Packaging Techniques. Woodhead
Penggunaan refined refined kappakaraginan Publishing Limited Cambridge England: 50-69.
dengan penambahan minyak atsiri daun sirih hijau (P. Handito, D. 2011. Pengaruh Konsentrasi Karagenan
bettle Linn.) memberikan pengaruh terbaik terhadap terhadap Sifat Fisik dan Mekanik Edible Film.
karakteristik fisik edible film meliputi uji kuat tarik, Jurnal Agroteksos, 21(3): 151-157.
persen pemanjangan maupun pada uji permeabilitas Herliany, N.E. 2011. Aplikasi Kappa Karaginan Dari
uap air. Penambahan konsentrasi 1% minyak atsiri Rumput Laut Kappaphycus alvarezii Sebagi
daun sirih hijau (P. bettle Linn.) pada edible film Edible Coating Pada Udang Kupas Rebus.
refined kappa karaginan memiliki nilai aktivitas Tesis. Sekolah Pascasarjana Intitu Pertanian
tertinggi dengan nilai aktivitas antioksidan sebesar Bogor.
15,12 %. Hijaz, M.N. 2009. Uji Aktivitas Antioksidan
Karagenan dalam Alga Merah Jenis Eucheuma
DAFTAR PUSTAKA spinosum dan Gracillaria verrucosa. Skripsi.
Jurusan Kimia Fakultas Sains dan Teknologi.
Akili, M.S., Ahmad, U. dan Suyatma, N.E. 2012. Universitas Islam Negri Malang.
Karakteristik Edible Film Dari Pektin Hasil Huri, D. dan Nisa F.C. 2014. Pengaruh Konsentrasi
Ekstraksi Kulit Pisang. Jurnal Keteknikan Gliserol dan Karakteristik Ampas Kulit Apel
Pertanian, 26(1): 39-46. Terhadap Karakteristik Fisik dan Kimia Edible
Aliabadi, S.S., Hosseini, H. dan Ghasemlou, H. 2014. Film. Jurnal Pangan dan Agroindustri, 2(4): 29-
Characterization of Antioxidant-Antimicrobial 40.
Carrageenan Films Containing Satureja Krochta and De Mulder Johnston, 1997. Edible and
hortensis Essential Oil. International Journal of Biodegradable Polymers Film:Changes &
Biological Macromolecules, 5(2): 116-124. Opportunities. Food Technology, 51(2): 60-74.
Cahyadi, W. 2006. Analisis Dan Aspek Kesehatan Kusumawati, D.H., Widya, D.R.P. 2013. Karakteristik
Bahan Tambahan Pangan. Bumi Aksara. Fisik dan Kimia Edible Film Pati Jagung yang
Jakarta. Diinkorporasidengan Perasan Temu Hitam.
Damat. 2008. Efek jenis dan Konsentrasi Plasticizer Jurnal Pangan dan Agroindustri, 1(10): 90-100.
Terhadap Karakteristik Edible Film Dari Pati Layuk, P., Djagal W. M. dan Haryadi. 2002
Garut Butirat. Agritek, 16(3): 333-339 Karakteristik Komposit Film Edible Pektin
Febriyanti, S. Dan Yunianta. 2015. Pengaruh Daging Buah Pala (Myristica fragrans Houtt)
Konsentrasi Karagenan dan Rasio Sari Jahe dan Tapioka. Jurnal Teknol dan Industri
Emprit (Zingiber offcinale var. Rubrum) Pangan, 8(2): 178-183.
Terhadap Sifat Fisik, Kimia, dan Organoleptik Maizura, M., Fazilah, A., Norziah, M.H., and Karim,
Jelly Drink Jahe. Jurnal Pangan dan A.A. 2007. Antibacterial Activity and
Agroindustri, 3(2): 542-550. Mechanical Properties of Partialy Hydrolyzed
Gunawan, V. 2009. Formulasi dan Aplikasi Edible Sago Strach-Alginate Edible film Containing
Coating Berbasis Pati Sagu dengan Lemongrass Oil. J. Food Sci. 72(6): 24-33.
Penambahan Vitamin C pada Paprika. Skripsi. Parwata, IM.O.A., Rita, W.S. dan Yoga, R. 2009.
Fakultas Pertanian, IPB. Bogor. Isolasi dan Uji Antiradikal Bebas Minyak

61
Online: J. Peng. & Biotek. Hasil Pi.
http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jpbhp Vol. 6 No. 1 Th. 2017
Hasil Penelitian ISSN : 2442-4145

Atsiri Pada Daun Sirih (Piper betle Linn.) Santoso, B., Herpandi., Pityati A.P. dan Pambayun R.
Secara Spektroskopi Ultra-Violet Tampak. 2013. Pemanfaatan Karagenan Dan Gum
Jurnal Kimia, 3(1): 7-13. Arabic Sebagai Edible Film Berbasis
Pramadita, R.C. dan Sutrisno, A. 2012. Karakterisasi Hidrokoloid. Jurnal Agritech, 33(2)140-145.
Edible Film Dari Tepung Porang Sholehah, M.M. 2016. Karakteristik dan Aktivitas
(Amorphophallus omcophyllus) dengan Antibakteri Edible Film Dari Refined
penambahan Minyak Atsiri Kayu Manis Karagenan Dengan Penambahan Minyak Atsiri
(Cinnamon Burmani) Sebagai Antibakteri. Lengkuas Merah. Skripsi. Fakultas Perikanan
Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas dan Ilmu Kelautan. Universitas Diponegoro.
Brawijaya. http://prc.ub.ac.id/files/jurnal.pdf Semarang.
diakses pada tanggal 23 September 2016 Voulda, D.L. 2010. Kajian Senyaw Metabolit Primer
Pranoto, Y., Salokhe, V.M. dan Rakshit S.K. 2005. dan Sekunder Dari Rumput Laut Sebagai
Physical and Antibacterial Properties of Bahan Baku Industri. Proseding. Seminar
Alginate Based Edible Film Incorporated With Nasional Basic II, 1(1): 169-179.
Garlic Oil. Food Research International 38(1):
267-272.

62

Anda mungkin juga menyukai