Anda di halaman 1dari 11

LAJU DIGESTI PADA IKAN

Oleh :

Nama : Firli Dwi Aprilia


NIM : B1A015142
Rombongan : VII
Kelompok :4
Asisten : Sutri Handayani

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN I

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2016
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Digesti adalah perombakan makanan dari molekul yang kompleks yang


dirombak menjadi molekul yang sederhana, dalam bentuk-bentuk seperti glukosa,
asam lemak, dan gliserol serta nutrisi-nutrisi lain yang ada dan bermanfaat bagi
tubuh ikan. Kecepatan pemecahan makanan dari tubuh ikan dari molekul besar
kemolekul yang kecil yang akan diabsorpsi oleh tubuh ikan prosesnya disebut laju
digesti. Sedangkan zat-zat yang dibutuhkan dan yang akan diabsorpsi ikan melaui
darah juga akan diedarkan keseluruh tubuh untuk keperluan metabolisme (Murtidjo,
2001).
Makanan diperlukan untuk menghasilkan energi sebagai bahan pembentuk
tubuh, metabolisme dasar, pergerakan, produksi organ seksual, perawatan bagian-
bagian tubuh, penambah cairan tubuh, mengganti sel-sel tubuh yang rusak dan
membantu proses faal lain yang berlangsung di dalam tubuh. Dari sejumlah makanan
yang dimakan oleh ikan, hanya 10 % saja yang digunakan untuk tumbuh atau
menambah berat. Sedangkan selebihnya digunakan untuk tenaga atau memang tidak
dapat dicerna. Jumlah berat makanan yang diperlukan untuk pertumbuhan atau
menambah berta badan itu disebut nilai ubah atau konversi (Schmitdt and Nielsen ,
1990).
Pakan yang dikonsumsi oleh ikan ke dalam tubuh, juga diperlukan dalam proses
digesti, dan fungsi laju digesti pada ikan yaitu untuk membantu laju metabolisme
ikan agar dalam prosesnya makanan yang masuk kedalam tubuh ikan akan seimbang
dan supaya dapat digunakan oleh tubuh dalam pertumbuhan (Yuwono, 2001 ). Ikan-
ikan herbivora dan pemakan plankton nabati, jumlah konsumsi makanan hariannya
berbobot lebih banyak daripada ikan karnivora. Hal ini disebabkan karena bahan
makanan nabati itu kalorinya yang lebih rendah daripada bahan makanan yang
hewani. Selain itu, kandungan air bahan nabati juga lebih tinggi daripada bahan
hewani. Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pola pakan ikan antara lain
temperatur, umur, ukuran tubuh, aktivitas, stress, jenis kelamin, kekeruhan (pada
visibilitas dan kandungan O2) dan faktor-faktor kimia dalam perairan (kandungan
O2, CO2, H2S, PH, dan Alkalinitas). Biasanya semakin banyak aktivitas ikan itu,
maka akan semakin banyak membutuhkan energi sehingga proses metabolismenya
tinggi dan membutuhkan makanan yang mutunya jauh lebih baik dan lebih banyak
jumlahnya (Kay, 1998).

1.2 Tujuan

Tujuan praktikum kali ini adalah untuk melihat laju digesti atau pengosongan
lambung pada ikan.
II. MATERI DAN CARA KERJA

2.1 Materi

Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah ikan lele (Clarias
gariepinus ), air, dan pakan ikan.
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah akuarium, timbangan
digital, bak preparat, alumunium foil, pinset dan alat bedah.

2.2 Cara Kerja

Metode yang digunakan pada praktikum ini adalah :


1. Siapkan tiga buah akuarium dan isi akuarium dengan air setinggi 25 cm,
kemudian diberi aerasi pada akuarium yang akan dipakai.
2. Tebarkan ikan dengan ukuran yang seragam pada akuarium yang telah
disediakan dengan kepadatan ikan 4-5 ekor per akuarium.
3. Beri pelet ikan sebanyak 2,5% dari bobot tubuh dan biarkan ikan mengkonsumsi
selama 15-20 menit.
4. Ambil satu ikan pada salah satu akuarium dan lakukan pembedahan untuk
mengambil lambung ikan setelah itu dilakukan penimbangan untuk mengetahui
bobot lambung ikan. Bobot lambung yang diperoleh diinyatakan sebagai bobot
lambung dalam keadaan normal atau nol jam setelah makan.
5. 30 menit kemudian, lakukan pengambilan ikan pada akuarium lain dan lakukan
pembedahan dan timbang bobot lambung yang dipeoleh. Nilai bobot lambung
yang diperoleh dinyatakan sebagai bobot lambung pada menit ke-30.
6. Lakukan langkah 4-5 untuk waktu pengambilan menit ke-60 pada akuarium
yang lain
7. Plotkan dalam bentuk grafik antara lama pengamatan dengan presentase bobot
lambung.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Tabel 1. Data Bobot Lambung dan Bobot Total Ikan Rombongan VII
0 menit 30 menit 60 menit
Kelompok Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot total
lambung total ikan lambung total ikan lambung ikan (%)
(gr) (%) (gr) (%) (gr)
1 1,23 1,32 1,44 1,48 1,27 1,17
2 1,34 0,614 1,06 0,495 1,23 0,608
3 0,0067 1,067 0,01642 1,642 0,01183 1,183
4 1,02 1,2 0,99 1,16 0,0073 0,73

Perhitungan :
Diketahui : Bxt = 85 gr
Byt = 85 gr
Bzt = 106 gr
Waktu 0' BL0 = x 100 % Bx
Bxt

= x 100 % 1, 02
85

= 1,2 %
Waktu 30' BL30 = x 100 % By
Byt

= x 100% 0 , 99
85

= 1,16 %
Waktu 60' BL60 = x 100 % Bz
Bzt

= x 100% 0 , 78
106

= 0,73 %
Keterangan :
Bx : Bobot lambung ikan pada waktu 0 menit (gr)
Bxt : Bobot total ikan pada waktu 0 menit (gr)
By : Bobot lambung ikan pada waktu 30 menit (gr)
Byt : Bobot total ikan pada waktu 30 menit (gr)
Bz : Bobot lambung ikan pada waktu 60 menit (gr)
Bzt : Bobot total ikan pada waktu 60 menit (gr)
3.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil praktikum diperoleh data perbandingan berat bobot lambung


ikan lele setelah diberi pakan dengan selisih waktu tertentu. Hasilnya yaitu bobot
lambung ikan 0 menit seberat 1,02 gram, 30 menit seberat 0,99 gram dan 60 menit
seberat 0,0073 gram setelah diberi makan 2.5% dari biomassa. Dari praktikum bobot
lambung ikan dari menit 0 sampai ke menit 60 menit mengalami penurunan.
Berdasarkan referensi, menurut Yuwono (2001), semakin lama waktu pengukuran
setelah diberi pakan, maka semakin kecil bobot lambung. Hal ini karena molekul
besar telah banyak yang didigesti menjadi molekul yang lebih kecil dan telah banyak
diserap oleh usus. Namun jika bobot lambung tidak sesuai referensi diatas, hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor yang mempengaruhi bobot lambung
diantaranya ukuran dari organisme tidak seragam karena semakin sedikit organisme
maka semakin sedikit pula organisme tersebut memakan pakan, selain itu faktor
lingkungan (pH dan temperatur rendah atau tinggi nafsu makan menurun) dan
kondisi organisme juga mempengaruhinya (Yuwono, 2001).
Digesti merupakan proses pemecahan zat makanan yang komplek menjadi zat
yang lebih sederhana. Proses digesti memerlukan waktu dalam mencernkan
makanannya, dan waktu yang diperlukan untuk mencernakan makanan itu disebut
laju digesti. Pakan yang dikonsumsi oleh ikan akan mengalami proses digesti
didalam sistem pencernaan sebelum nutrisi pakan tersebut diabsorpsi yang akan
dimanfaatkan untuk proses biologis pada tubuh ikan. Proses digesti pada sistem
pencernaan ikan tersebut akan melibatkan enzim-enzim pencernaan yang dihasilkan
oleh tubuh. Proses digesti molekul-molekul yang besar seperti karbohidrat, lemak
dan protein dari bagian-bagian sel dan jaringan yang dikonsumsi, harus dipecah
menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, seperti gula dan asam amino agar dapat
diangkut melalui membran sel (Ville et al., 1988).
Laju digesti adalah laju kecepatan pemecahan makanan dari tubuh ikan dari
molekul yang kompleks ke molekul yang lebih sederhana dan kemudian akan
diabsorpsi oleh tubuh ikan. Proses digesti yang terjadi dalam lambung dapat diukur
dengan mengetahui laju pengosongan lambung. Saluran pencernaan pada ikan
dimulai dari rongga mulut (cavum oris). Rongga mulut memiliki gigi-gigi kecil yang
berbentuk kerucut pada geraham bawah dan lidah pada dasar mulut yang tidak dapat
digerakan serta banyak menghasilkan lendir, tetapi tidak menghasilkan ludah
(enzim). Makanan masuk ke rongga mulut makanan lalu masuk ke esophagus
melalui faring yang terdapat di daerah sekitar insang. Esofagus berbentuk kerucut,
pendek, terdapat di belakang insang dan bila tidak dilalui makanan lumennya
menyempit.Makanan di kerongkongan didorong masuk ke lambung, lambung pada
umum-nya membesar, tidak jelas batasnya dengan usus. Ikan jenis tertentu memiliki
tonjolan buntu untuk memperluas bidang penyerapan makanan (Sunde et al., 2004).
Laju digesti dipengaruhi oleh faktor fisiologis dan lingkungan. Suhu tubuh,
kesehatan, ukuran makanan dan stress berakibat pada menurunnya efisiensi pakan
dan pengambilan nutrisi. Selain itu, menurut Yuwono (2001), digesti dimulai dari
usus depan selama 1 2 jam, kemudian menuju usus tengah dimana keberadaan
pakan mencapai tingkat optimum 5 jam setelah proses makan dimulai. Laju digesti
pada umumnya berkolerasi dengan laju metabolisme ikan. Pengukuran waktu saat
praktikum selama 15 menit dan 30menit, sehingga hasil yang diperoleh saat
praktikum besar kemungkinannya bukan merupakan suatu proses digesti akibat
pakan yang diberikan saat praktikum. Biasanya semakin banyak aktivitas ikan itu,
maka akan semakin banyak membutuhkan energi sehingga proses metabolismenya
tinggi dan membutuhkan makanan yang mutunya jauh lebih baik dan lebih banyak
jumlahnya (Kay, 1998).
Laju digesti juga dipengaruhi oleh enzim pencernaan. Enzim ini berfungsi
sebagai katalisator biologi reaksi kimia didalam pencernaan ikan, enzim enzim ini
disekresikan dalam rongga pencernaan berasal dari sel-sel mukosa lambung, pilorik
kaeka, pankreas dan mukosa usus (Halver dan Hardy 2002). Beberapa contoh enzim
pencernaan yang berfungsi sebagai hidrolisis nutrien makro dimungkinkan dengan
adanya enzim perncernaan seperti protease, karboksilase, lipase dan selulase
(Zonneveld et al., 1991). Semakin lama waktu setelah pemberian pakan maka
aktivitas enzim protease di usus semakin berkurang. Hal ini menunjukan enzim
protease diproduksi tergantung dengan kondisi pakannya (Muhammad, Y et al.,
2008). Pencernaan merupakan kegiatan fisiologis penting pada hewan karena dapat
memberikan energi dan nutrisi yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup dan
pertumbuhan hewan (Pang et al., 2011).
Pencernaan merupakan proses yang berlangsung terus-menerus. Bermula
setelah pengambilan makanan dan berakhir dengan pembuangan sisa makanan.
Sistem pencernan pada Ikan Lele (Clarias gariepinus) dimulai dari mulut, rongga
mulut, faring, oesophagus, lambung, pylorus, usus, rectum dan anus. Struktur
anatomi mulut Ikan Lele erat kaitannya dengan caranya mendapatkan makanan.
Sungut terdapat disekitar mulut lele yang berperan sebagai alat peraba atau
pendeteksi makanan dan ini terdapat pada ikan yang aktif mencari makan pada
malam hari (nokturnal). Rongga mulut pada ikan lele diselaputi oleh sel-sel
penghasil lendir yang mempermudah jalannya makanan ke segmen berikutnya.
Rongga mulut ikan lele juga terdapat organ pengecap yang berfungsi untuk
menyeleksi makanan. Faring pada ikan berfungsi untuk menyaring makanan yang
masuk, karena insang mengarah pada faring maka material bukan makanan akan
dibuang melalui celah insang (Djuhanda, 1981). Ikan lele adalah salah satu ikan air
tawar yang banyak dibudidayakan dan dikonsumsi di Indonesia. Ikan ini banyak
dikonsumsi karena mudah diolah, banyak disukai, dan memiliki kandungan protein
yang tinggi. Selain itu, ikan ini juga dibudidayakan karena memiliki waktu
pertumbuhan yang relatif cepat. Tingginya permintaan konsumen membuat petani
lele melakukan usaha yang intensif. Perkembangan usaha budidaya lele
membutuhkan penambahan area budidaya dan biaya untuk pakan serta peningkatan
kebutuhan air (Sitompul, 2012).
Laju digesti dipengaruhi oleh faktor fisiologis dan lingkungan. Suhu tubuh,
kesehatan, ukuran makanan dan stress berakibat pada menurunnya efisiensi pakan
dan pengambilan nutrisi. Selain itu, menurut Yuwono (2001), digesti dimulai dari
usus depan selama 1 2 jam, kemudian menuju usus tengah dimana keberadaan
pakan mencapai tingkat optimum 5 jam setelah proses makan dimulai. Laju digesti
pada umumnya berkolerasi dengan lajumetabolisme ikan. Pengukuran waktu saat
praktikum selama 15 menit dan 30menit, sehingga hasil yang diperoleh saat
praktikum besar kemungkinannya bukan merupakan suatu proses digesti akibat
pakan yang diberikan saat praktikum. Biasanya semakin banyak aktivitas ikan itu,
maka akan semakin banyak membutuhkan energi sehingga proses metabolismenya
tinggi dan membutuhkan makanan yang mutunya jauh lebih baik dan lebih banyak
jumlahnya (Kay, 1998).

IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa :


1. Digesti merupakan proses pemecahan zat makanan yang kompleks menjadi
sederhana. Laju Digesti adalah laju kecepatan pemecahan makanan dari tubuh
ikan menjadi molekul yang lebih sederhana kemudian akan di absorpsi.
2. Laju Digesti Ikan Lele (Clarias gariepinus) pada 0 menit didapatkan 1,2 %, 30
menit kemudian didapatkan 1,16 % dan 60 menit kemudian 0,73 %.
3. Faktor yang mempengaruhi laju digesti pada ikan adalah temperatur lingkungan
dan kualitas pakan yang diberikan, ukuran tubuh, jenis kelamin, aktivitas, dan
umur.

DAFTAR REFERENSI

Djuhanda, T. 1981. Dunia Ikan. Armico, Bandung.


Kay, I. 1998. Introduction to Animal Physiology. Bios Scientific Publiher Limited.
Spinger-Verlag, New York USA.

Muhammad, Yamin., Palinggi, Neltje, N., & Rachmansyah. 2008. Aktivitas Enzim
Protease dalam Lambung dan Usus Ikan Kerapu Macan setelah Pemberian
pakan. Media Akuakultur. 3 (1). pp: 40 44.

Murtidjo, A B. 2001. Pedoman Meramu Ikan . Kanisius, Yogyakarta.


Pang, X., Cao, ZD., Fu, S.J., 2011. The Effects of Temperature on Metabolic
Interaction between Digestion and Locomotion in Juveniles of Three Cyprinid
Fish (Carassius auratus, Cyprinus carpio and Spinibarbus sinensis). Comp.
Biochem. Physiol. A 159, 253-260.

Schmitdt and Nielsen, K. 1990. Animal Physiology adaptation and Environment


Fourth Edition. Cambridge University Press, Cambridge.

Sunde, J., & Storer, T. J. 2004. General Zoology. Mc Graw-Hill Book Company Inc,
London.

Sitompul, S. O., Harpani, E., Putri, B. (2012). Pengaruh Kepadatan Azolla sp. yang
Berbeda Terhadap Kualitas Air dan Pertumbuhan Benih Ikan Lele Dumbo
(Clarias gariepinus) Pada Sistem Tanpa Ganti Air: Jurnal Rekayasa dan
Teknologi Budidaya Perairan. 1(1), 17-24.

Ville, C. A, Walker, W and Barnes, R. D. 1988. Zoologi Umum Edisi 6. Erlangga,


Jakarta.

Yuwono, E. 2001. Fisiologi Hewan I. Fakultas Biologi Universitas Jenderal


Soedirman, Purwokerto.

Zonneveld N, Huisman EA dan. Boon JH. 1991. Prinsip Prinsip Budidaya Ikan.
PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai